Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PRAKTIKUM 2

PK

Nama : Melati Nurfazira Shinta

NPM : 118170107

Kelompok : 3.2

Blok/smt : 5.1/ 5

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS GUNUNG JATI

CIREBON

2020
SOAL

PRAKTIKUM 2

A. SERI LEKOSIT (disertai gambar dan penjelasannya)


a. Jelaskan tahapan hematopoiesis seri lekosit?
b. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi tahapan hematopoiesis seri lekosit?
c. Jelaskan kelainan-kelainan morfologi darah tepi sel lekosit dihubungkan dengan arti
klinisnya (penyakit)?
d. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan tersebut?

B. PEMERIKSAAN SUMSUM TULANG (disertai gambar dan penjelasannya)


a. Apa tujuan pemeriksaan ini?
b. Kapan dilakukan pemeriksaan ini (indikasi)?
c. Bagaimana cara pemeriksaan tersebut?
d. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan tersebut dikaitkan dengan kelainan atau
penyakit?
PEMBAHASAN

A. SERI LEKOSIT
a. Jelaskan tahapan hematopoiesis seri lekosit?

Normalnya proses hematopoiesis interaksi pada interaksi komplek dari beberapa


tipe sel. Terutama sel induk hematopoiesis (stem cell) dan progenitor sel. serta sel
mikroenvironment pada sumsum tulang yaitu sel stroma. Hematopoiesis bermula dari
suatu sel induk pluripoten bersama yang menyebabkan timbulnya berbagai jalur sel yang
terpisah. Fenotip sel induk manusia yang tepat belum diketahui, tapi pada uji imunologik
sel tersebut adalah CD34 + dan CD38-.
Diferensiasi sel terjadi dari sel induk menjadi jalur eritroid, granulositik, dan jalur
lain melalui progenitor hemopoietik yang terbatas perkembangannya. Salah satu contoh
adalah mieloid campuran yang terdeteksi paling dini, dimana menyebabkannya
granuloist, erutrosit, monosit, dan megakariosit. Progenitor ini dinamakan CFU (unit
pembentuk koloni). Sumsum tulang juga merupakan tempat asal utama limfosit dan
bukti adanya sel prekusor sistem mieloid dan limfoid.
Selama proses hematopoiesis, stroma sumsum tulang membentuk lingkungan
yang sesuai untuk proliferisasi dan diferensiasi sel induk. Sumsum tulang tersusun atas
sel stroma dan jaringan mikrovaskular. Sel stroma meliputi sel lemak (adiposit),
fibroblas, sel retikulum, sel endotel, dan makrofag. Sel-sel tersebut mensekresi molekul
ekstraselular seperti kolagen, glikoprotein (fibronektin dan trombospondin), serta
glikosaminoglikan (asam hialuronat dan dan derivat kondroitin) untuki membentuk suatu
matriks ekstraselular. Selain itu, sel stroma mensekresi beberapa faktor pertumbuhan
pertumbuhan yang diperlukan bagi kelangsungan sel induk

b. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi tahapan hematopoiesis seri lekosit?


c. Jelaskan kelainan-kelainan morfologi darah tepi sel lekosit dihubungkan dengan arti
klinisnya (penyakit)?
SEL IMATUR
NEUTROFIL: mieloblaspromielositmielositmetamielositstab.
MONOSIT: monoblaspromonosit
LIMFOSIT: limfoblasprolimfositlarge limfositmedium limfosit.
SEL PLASMA: plasmablas proplasmosit

d. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan tersebut?


Dua cara untuk menghitung leukosit dalam darah tepi.
- Cara manual memakai pipet leukosit, kamar hitung dan mikroskop
- Cara semi automatik memakai alat elektronik.
Jumlah leukosit normal tergantung umur, aktifitas.

- pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000 - 30.000 / ul.
- Jumlah leukosit tertinggi pada bayi umur 12 jam yaitu antara 13.000 - 38.0007ul.
- Setelah itu jumlah leukosit turun secara bertahap dan Pada umur 21 tahun jumlah
leukosit berkisar antara 4500 11.000 / ul.
- Pada keadaan basal jumlah leukosit pada orang dewasa berkisar antara 5000 -
10.000 / uL.
- Jumlah leukosit dapat meningkat setelah melakukan aktifitas fisik, tetapi jarang lebih
dari 11.000 / ul.
Bila jumlah leukosit lebih tinggi dari nilai rujukan: leukositosis, lebih rendah:
Teukopenia. Leukositosis dapat terjadi secara fisiologik maupun patologik. Leukositosis
fisiologik: kerja fisik yang berat, gangguar emosi (stres, takut, meņangis), kéjang, takhikardi
paroksismal, partus dan haid, mual, muntah, kesakitan, cuaca ekstrim O klinis tidak ada kelainan
Leukositosis patologik selalu diikuti oleh absolut dari salah satu atau lebih jenis leukosit seperti
leukositosis dengan netrofilia Reaksi leukemoid peningkatan leukosit yang cukup tinggi (dapat
mencapai 50.000 / ul) dapat terjadi pada sepsis, batuk rejan, campak) ~ leukemia. Dibedakan dari
leukemia karena sifatnya sementara sedangkan pada leukemia leukositosis menetap dan
měningkat secara progresif.
B. PEMERIKSAAN SUMSUM TULANG
a. Tujuan pemeriksaan
- Diagnosis sitomorfologi/evaluasi produk pematangan stem cell
- Penilaian terhadap simpanan besi
- Pengumpulan Colony Forming Unit (CFU-GM) pada transplantasi sumsum tulang
- Mendapatkan specimen untuk pemeriksaan bakteriovirologis
- Digunakan untuk mendiagnosis sejumlah kondisi, termasuk leukemia, myeloma
multiple, limfoma, anemia dan pansitopenia. Biasanya aspirasi sumsum tulang
dilakukan di bagian belakang tulang pinggul atau tulang krista iliac posterior.
- Digunakan juga untuk penentuan tahap dan monitoring terapi.
b. Indikasi pemeriksaan sumsum tulang
1) Diagnosis, penentuan tahap dan evaluasi pengobatan :

- kanker darah atau leukemia

- multiple myeloma

- kelainan lymphoproliferatif dan myeloproliferatif yang lain

2) Pada kasus trombositopenia, anemia, leukositosis, status cadangan besi,


trombositosis
3) Kondisi nonhematologik : investigasi panas yang tidak diketahui terutama pada
pasien AIDS, mikroorganisme yang terdapat pada sumsum tulang seperti TB,
MAI (Mycobacterium Avium Instracellulare), histoplasmosis, leishmaniasis dan
infeksi jamur yang lain.
4) Penialaian kanker yang telah metastase
5) Indikasi relative, yaitu : ITP, Peningkatan level serum paraprotein, Anemia
defisiensi besi, Defisiensi B12/Folat, Infeksi mononucleosis.
c. Cara pemeriksaan
Pembuatan apusan sumsum tulang metode Spread dan Squash :
1. Alat dan bahan

- Objek glass

- Sampel sumsum tulang


- Cawan petri

- Pipet tetes

2. Cara pembuatan

- Sampel diteteskan dengan pipet tetes pada ujung atas permukaan objek glas

- Lalu alirkan secara zigzag sampai turun ke sisi bawah preparat

- Diletakkan miring di dalam cawan petri

- Lalu diambil sedikit bagian aliran tersebut (yang terdapat pragmen) dengan
preparat yang lain

- Preparat tersebut siap untuk di hapuskan untuk pembuatan Spread dan Squash

a. Preparat Spread

- Preparat yang sebelumnya telah diambil sedikit bagian sampel di posisikan 45


derajat pada ujung preparat lainnya

- Dilakukan pendorongan dengan cepat “tanpa memundurkan terlebih dahulu”

- Dibiarkan hingga kering

b. Preparat Squash

- Preparat yang sebelumnya telah diambil sedikit bagian sampel diposisikan


horizontal pada ujungnya seperti pada gambar

- Ditekan kebawah untuk menjepit fragmen hingga fragmen pecah

- Kemudian digeser kearah ujung satunya dengan cepat


- Diabiarkan hingga kering

Setelah kering lakukan pewarnaan dengan cara (pewarnaan giemsa/ pengecatan


sudan black B/ pengecatan FE-PEARL/ pengecatan PAS/ pengecatan lepehne)
Setelah dilakukan pengecatan, lalu lakukan pengamatan dibawah mikroskop :

- Siapkan mikroskop yang akan digunakan untuk pembacaan preparat spread


sumsum tulang

- Bersihkan bagian-bagian mikroskop seperti lensa, meja mikroskop, dan


bagian lainnya dengan tissue

- Hubungkan steker mikroskop ke sumber listrik dan nyalakan mikroskop

- Letakkan sediaan pada meja mikroskop, pastikan sediaan tidak diletakkan


terbalik

- Membaca atau mengenali adanya fragmen pada perbesaran lensa obyektif 10x
atau peresaran yang terkecil terlebih dahulu

- Kemudian geser pada perbesaran lensa objektif 40x untuk mengamati sel
megakariosit
d. Interpretasi hasil pemeriksaan dikaitkan dengan kelainan atau penyakit
DAFTAR PUSTAKA

1. Sumber: 1. Hoffbrand, A.V, J.E Pettit, P.A.H Moss. 2005.Pembentukan sel darah
(hemopoiesis). Dalam Kapita Selekta Hematologi edisi 4. Jakarta: EGC.
2. 2. Guyton, Arthur C. dan John E. Hall. 2006. Sel darah, kekebalan, dan pembekuan
darah. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi Kesebelas. Pennsylvania: Elsevier
Saunders.
3. 3. Theml, Harald, Heinz Diem, dan Torsten Haferlach. 2004. Fisiologi dan Patofisiologi
Sel Darah. Atlas Warna edisi Hematologysecond. Stutgart: Thieme.
4. 4. Lewandowski, Krzysztof dan Andrzej Hellmann. 2006. Atlas Granulopoiesis.
Polandia: Gdansk.
5. 5. Lewandowski, Krzysztof dan Andrzej Hellmann. 2006. Atlas Monopoiesis. Polandia:
Gdansk.
6. 6. Lewandowski, Krzysztof dan Andrzej Hellmann. 2006. Atlas Limfopoiesis. Polandia:
Gdansk.
7. 7. Provan, Drew, Charles R.J. Penyanyi, Trevor Baglin, dan John Lilleyman. 2004.
Kelainan sel darah putih. Oxford Handbook of Clinical Haemotology edisi kedua.
Oxford University press.

Anda mungkin juga menyukai