Seorang laki-laki ditemukan oleh warga setempat dalam keadaan tidak bernyawa di pinggir jalan
tol. Dari keterangan warga, tidak ada yang mengenali identitas korban tersebut. Mayat kemudian
dibawa ke instalasi Forensik dan dilakukan pemeriksaan luar. Pada pemeriksaan didapatkan kulit
pucat, livor mortis pada ujung ekstremitas tidak hilang dengan penekanan, rigor mortis seluruh
tubuh, belum ditemukan dekomposisi. Tim forensik menyimpulkan laki-laki tersebut telah
meninggal sekitar 12-24 jam yang lalu.
Step 3&4
1. Macam-macam kematian
- Mati somatis (mati klinis) ialah suatu keadaan dimana oleh karena sesuatu sebab terjadi
gangguan pada ketiga sistem utama tersebut yang bersifat menetap. Pada kejadian mati
somatis ini secara klinis tidak ditemukan adanya refleks, elektro ensefalografi (EEG)
mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar, tidak ada gerak pernapasan
dan suara napas tidak terdengar saat auskultasi.
- Mati suri (apparent death) ialah suatu keadaan yang mirip dengan kematian somatis,
akan tetapi gangguan yang terdapat pada ketiga sistem bersifat sementara. Kasus seperti
ini sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik dan
tenggelam
- Mati seluler (mati molekuler) ialah suatu kematian organ atau jaringan tubuh yang
timbul beberapa saat setelah kematian somatis. Daya tahan hidup masing-masing organ
atau jaringan berbeda-beda, sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap organ tidak
bersamaan
- Mati serebral ialah suatu kematian akibat kerusakan kedua hemisfer otak yang
irreversible kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu
sistem pernapasan dan kardiovaskuler masih berfungsi dengan bantuan alat
- Mati otak (mati batang otak) ialah kematian dimana bila telah terjadi kerusakan seluruh
isi neuronal intrakranial yang irreversible, termasuk batang otak dan serebelum. Dengan
diketahuinya mati otak (mati batang otak) maka dapat dikatakan seseorang secara
keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan
2. tanda-tanda kematian
Tanda-tanda kematian tidak pasti:
Orang meninggal ------> Jantung berhenti bekerja ------> Sirkulasi darah terhenti ------>
Pengendapan butir darah dalam kapiler dalam letak rendah ------> butir darah
terkoagulasi ------> Hemolisis
B. PENURUNAN SUHU TUBUH (ALGOR MORTIS)
Pada saat sel masih hidup ia akan selalu menghasilkan kalor dan energi. Kalor dan
energi ini terbentuk melalui proses pembakaran sumber energi seperti glukosa, lemak, dan
protein. Sumber energi utama yang digunakan adalah glukosa. Satu molekul glukosa dapat
menghasilkan energi sebanyak 36 ATP yang nantinya digunakan sebagai sumber energi
dalam berbagai hal seperti transpor ion, kontraksi otot dan lain-lain.
Gambar 6: Glukogenesis.
Sesudah mati, metabolisme yang menghasilkan panas akan terhenti sehingga suhu
tubuh akan turun menuju suhu udara atau medium di sekitarnya. Penurunan ini disebabkan
oleh adanya proses radiasi konduksi, dan pancaran panas. Proses penurunan suhu pada mayat
ini biasa disebut algor mortis. Algor mortis merupakan salah satu perubahan yang dapat kita
temukan pada mayat yang sudah berada pada fase lanjut post mortem.
Pada beberapa jam pertama, penurunan suhu terjadi sangat lambat dengan bentuk
sigmoid. Hal ini disebabkan ada 2 faktor, yaitu :
1. Masih adanya sisa metabolisme dalam tubuh mayat, yakni karena masih adanya proses
glikogenolisis dari cadangan glikogen yang disimpan di otot dan hepar.
2. Perbedaan koefisien hantar sehingga butuh waktu yang mencapai tangga suhu.
Pada jam-jam pertama penurunannya sangat lambat tetapi sesudah itu penurunan
menjadi lebih cepat dan pada akhirnya menjadi lebih lambat kembali. Jika dirata-rata maka
penurunan suhu tersbut antara 0,9 sampai 1 derajat celcius atau sekita 1,5 derajat Farenheit
setiap jam, dengan catatan penurunan suhu dimulai dari 37 derajt celcius atau 98,4 derajat
Farenheit sehingga dengan dapat dirumuskan cara untuk memperkirakan berapa jam mayat
telah mati dengan rumus (98,4oF- suhu rektal oF) : 1,5oF. Pengukuran dilakukan per rektal
dengan menggunakan termometer kimia (long chemical termometer). Terdapat dua hal yang
mempengaruhi cepatnya penurunan suhu mayat ini yakni:
Penurunan suhu badan dipengaruhi oleh suhu udara, pakaian aliran udara dan kelembapan,
keadaan tubuh korban, aktifitas, dan sebab kematian.
Temuan lain saat otopsi yang dapat membantu untu menentukan saat terjadinya kematian :
Perubahan pada mata
Kekeruhan menyeluruh pada kornea terjadi kira-kira 10-12 jam pasca mati
Perubahan dalam lambung / stomach content
Pengosongan lambung yang terjadi dalam 3-5 jam setelah makan terakhir, misalnya
sandwich akan dicerna dalam waktu 1 jam sedangkan makan besar membtuhkan
waktu 3 sampai 5 jam untuk dicerna. Kecepatan pengosongan lambung ini
dipengaruhi oleh penyakit-penyakit saluran cerna, konsistensi makanan dan
kandungan lemaknya.
Bila ditemukan lambung tak berisi makanan, rectum penuh dengan feces dan kandung
seni penuh , berarti korban meninggal waktu masih pagi sebelum bangun. Jadi bila
lambung berisi makanan kasar berarti korban meninggal dalam waktu kurang lebih 6
jam setelah makan terakhir. Bila ditemukan lambung tak berisi makananm duodenum
dan ujung atas usus halus berisi makanan yang telah tercerna, berarti korban
meninggal dalam waktu lebih kurang 6 jam setelah makan terakhir.
Perubahan Rambut dan jenggot
Panjang rambut kumis dan jenggot dapat dipergunakan untuk memperkirakan
saat kematian, kecepatan tumbuh rambut rata-rata 0,4 mm/hari. Dapat mengetahui
saat kematian dalam hubungan dengan saat terakhir korban mencukur jenggotnya.
Rambut pada orang hidup mempunyai kecepatan tumbuh 0,5mm/hari dan setelah
meninggal tidak tumbuh lagi. Pemeriksaan rambut jenggot ini harus dilakukan dalam
24 jam pertama sebab lebih dari 24 jam kulit mengkerut dan rambut dapat lebih
muncul diatas kulit sehingga seolah-olah rambut masih tumbuh. Rambut lepas setelah
14 hari.
Pertumbuhan kuku
Pertumbuhan kuku yang diperkirakan sekitar 0,1 mm/hari. Kuku akan lepas
setelah 21 hari.
Perubahan dalam cairan serebrospinal
Kadar nitrogen asam amino kurang dari 14 mg% menunjukkan kematian
belum lewat 10 jam, Kadar nitrogen non protein kurang 80 mg% menunjukkan
kematian belum 24 jam
Metode Entomologik / Larva lalat / insect activity
Ini dipakai untuk memperkirakan saat kematian dengan jalan menentukan
siklus hidupnya. Siklus : Telur (8-14 jam) (larva (9-12 hari) (kepompong 12 hari)
lalat dewasa) Syarat : tidak boleh ada kepompong & dicari larva lalat yang paling
besar. Bila sudah ada kepompong, maka penentuan saat kematian berdasarkan umur
larva tidak dapat dipakai. Karena kepompong it statis (besarnya selalu tetap meskipun
isinya bertambah). Bila belum ada kepompong, hanya ada larva lalat dapat dipakai
untuk menentukan umurnya karena larva lalat bila tumbuh akan menjadi bertambah
besar.
Larva Musca domestica mencapai panjang 8 mm pada hari ke-7, berubah
menjadi kepompong pada hari ke-8, menjadi lalat pada hari ke-14. Larva Sarcophaga
cranaria mencapai panjang 20 mm pada hari ke-9, menjadi kepompong pada hari ke-
10 dan menjadi lalat pada hari ke-18. Necrophagus species akan memakan jaringan
tubuh jenazah. Sedangkan predator dan parasit akan memakan serangga
Necrophagus. Omnivorus species akan memakan keduanya baik jaringan tubuh
maupun serangga. Telur lalat biasanya akan mulai ditemukan pada jenazah sesudah 1-
2 hari postmortem. Larva ditemukan pada 6-10 hari postmortem. Sedangkan larva
dewasa yang akan berubah menjadi pupa ditemukan pada 12-18 hari.
Reaksi supravital
Reaksi jaringan tubuh sesaat pasca mati klinis yang masih sama seperti reaksi
jaringan tubuh pada seseorang yang hidup. Rangsang listrik dapat menimbulkan
kontraksi otot mayat hingga 90-120 menit pasca mati, mengakibatkan sekresi kelenjar
sampai 60-90 menit pasca mati, trauma masih dapat menimbulkan perdarahan bawah
kulit sampai 1 jam pasca mati
1. Secara visual keluarga/rekan memperhatikan korban (terutama wajah). Syarat : korban dalam
keadaan utuh. Kelemahan : sangat dipengaruhi faktor sugesti dan emosi
2. Pengamatan pakaian catat: model, bahan, ukuran, inisial nama & tulisan pada pakaian.
Sebaiknya : simpan pakaian atau potongan pakaian (20x10 cm), foto pakaian
3. Pengamatan perhiasan catat : jenis (anting, kalung, gelang, cincin dll), bahan (emas,perak,
kuningan dll), inisial nama. Sebaiknya : simpan perhiasan dengan baik
4. Dokumen : KTP, SIM, kartu golongan darah, dll
5. Medis pemeriksaan fisik : tinggi & berat badan, warna tirai mata, adanya luka bekas operasi,
tato
6. Odontologi bentuk gigi & rahang : khas, sangat penting bila jenazah dalam keadaan
rusak/membusuk, perlu diingat : dental record di Indonesia masih sangat terbatas
7. Sidik jari tidak ada dua orang yang memiliki sidik jari yang sama mudah dan murah
8. Serologi menentukan golongan darah (memeriksa darah dan cairan tubuh korban)
Ada 2 tipe orang dalam menentukan golongan darah
- Sekretor: gol.darah dapat ditentukan dari px. darah, air mani, dan cairan tubuh lain
- Non sekretor: gol.darah hanya dapat ditentukan dari px. darah
9. DNA sangat akurat,t tapi mahal
10. Ekslusi biasanya digunakan pada korban kecelakaan masal, menggunakan data/daftar
penumpang
1. Identifikasi primer :
Merupakan identifikasi yang dapat berdiri sendiri tanpa perlu dibantu oleh kriteria identifikasi lain.
1. Identifikasi sekunder
Tidak dapat berdiri sendiri, perlu didukung kriteria identifikasi yang lain.
Cara sederhana : melihat langsung ciri seseorang dengan memperhatikan perhiasan, pakaian dan
kartu identitas yang ditemukan.
Ras
Jenis Kelamin
Perkiraan umur
Tinggi badan