Anda di halaman 1dari 14

Skenario 1 : Tanda-Tanda Kematian

Seorang laki-laki ditemukan oleh warga setempat dalam keadaan tidak bernyawa di pinggir jalan
tol. Dari keterangan warga, tidak ada yang mengenali identitas korban tersebut. Mayat kemudian
dibawa ke instalasi Forensik dan dilakukan pemeriksaan luar. Pada pemeriksaan didapatkan kulit
pucat, livor mortis pada ujung ekstremitas tidak hilang dengan penekanan, rigor mortis seluruh
tubuh, belum ditemukan dekomposisi. Tim forensik menyimpulkan laki-laki tersebut telah
meninggal sekitar 12-24 jam yang lalu.

Step 3&4

1. Macam-macam kematian

- Mati somatis (mati klinis) ialah suatu keadaan dimana oleh karena sesuatu sebab terjadi
gangguan pada ketiga sistem utama tersebut yang bersifat menetap. Pada kejadian mati
somatis ini secara klinis tidak ditemukan adanya refleks, elektro ensefalografi (EEG)
mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar, tidak ada gerak pernapasan
dan suara napas tidak terdengar saat auskultasi.
- Mati suri (apparent death) ialah suatu keadaan yang mirip dengan kematian somatis,
akan tetapi gangguan yang terdapat pada ketiga sistem bersifat sementara. Kasus seperti
ini sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik dan
tenggelam
- Mati seluler (mati molekuler) ialah suatu kematian organ atau jaringan tubuh yang
timbul beberapa saat setelah kematian somatis. Daya tahan hidup masing-masing organ
atau jaringan berbeda-beda, sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap organ tidak
bersamaan
- Mati serebral ialah suatu kematian akibat kerusakan kedua hemisfer otak yang
irreversible kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu
sistem pernapasan dan kardiovaskuler masih berfungsi dengan bantuan alat
- Mati otak (mati batang otak) ialah kematian dimana bila telah terjadi kerusakan seluruh
isi neuronal intrakranial yang irreversible, termasuk batang otak dan serebelum. Dengan
diketahuinya mati otak (mati batang otak) maka dapat dikatakan seseorang secara
keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan
2. tanda-tanda kematian
Tanda-tanda kematian tidak pasti:

1. Hilangnya semua respon terhadap sekitar (respon terhadap komando/perintah, taktil,


dan sebagainya).
2. Tidak ada reflek pupil, kornea, menelan, batuk, vestibulo-okularis.
3. Pernafasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit (inspeksi, palpasi, auskultasi).
4. Terhentinya sirkulasi, diniai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba.
5. Kulit pucat, tetapi bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya, karena mungkin
terjadi spasme agonal sehingga wajah tampak kebiruan.
6. Tonus otot menghilang dan relaksasi. Relaksasi dari otot-otot wajah menyebabkan
kulit menimbul sehingga kadang-kadang membuat orang menjadi tampak lebih muda.
Kelemasan otot sesaat setelah kematian disebut relaksasi primer. Hal ini
mengakibatkan pendataran daerah-daerah yang tertekan, misalnya daerah belikat dan
bokong pada mayat yang terlentang.
7. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian.
Segmen-segmen tersebut bergerak kea rah tepi retina dan menetap.
8. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang masih dapat
dihilangkan dengan meneteskan air.

Tanda Pasti Kematian


 Lebam Mayat (Livor Mortis)
Rigor mortis adalah kekakuan pada tubuh setelah kematian yang disebabkan karena tidak
terdapat adenosine trifosfat (ATP) dalam otot. Pada saat awal kematian, tubuh menjadi
flaccid. Namun dalam 1 hingga 3 jam setelah itu, kekakuan otot mulai meningkat dan terjadi
imobilisasi pada sendi.
Kelenturan otot setelah kematian masih dapat dipertahankan karena metabolisme tingkat
seluler masih berjalan berupa pemecahan cadangan glikogen otot yang menghasilkan energi.
Energi ini digunakan untuk mengubah ADP menjadi ATP. Selama masih terdapat ATP maka
serabut aktin dan myosin tetap lentur. Bila cadangan glikogen dalam otot habis maka energi
tidak tebentuk lagi, aktin dan myosin akan menggumpal dan otot menjadi kaku.
Pada rata-rata orang pada suhu ruangan yang biasa, rigor mortis biasanya terlihat 2-4
jam setelah kematian. Dan biasanya terjadi rigor mortis sempurna setelah meninggal.Tubuh
mengalami rigor mortis sempurna ketika rahang, siku, dan lutut sudah tidak dapat digerakkan
lagi. Hal ini berlangsung 10-12 jam setelah kematian pada suhu ruangan 70-75 0 F. Keadaan
ini akan menetap 24-36 jam dan setelah itu, kaku mayat akan mulai menghilang.
Fase rigor mortis ini dibagi dalam 3 bagian :
1. Kaku mayat belum lengkap.
Mula-mula kaku mayat terlihat pada Mm. Orbicularis occuli, kemudian otot-otot
rahang bawah, otot-otot leher, extremitas atas, thoraxs, abdomen dan extremitas
bawah. Fase ini berlangsung 3 jam.
2. Kaku mayat lengkap.
Kaku mayat lengkap ini dipertahankan selama 12 jam.
3. Kaku mayat mulai menghilang.
Urut-urutan hilangnya kaku mayat sama seperti pada waktu timbulnya, terkecuali otot
rahang bawah yang paling akhir menjadi lemas. Fase ini berlangsung selama 6 jam.

Faktor yang mempercepat terjadinya rigor mortis, yaitu


1. Suhu sekitar
Bila suhu sekitanya tinggi, rigor mortis akan cepat timbul dan cepat hilang, sebaliknya
bila suhu skitanya rendah, rigor mortis lebih lama serta lebih lama hilang. Pada suhu di
abwah 100ºC tidak akan terbentuk rigor mortis.
2. Keadaan otot saat meninggal
Apabila korban meninggal dalam keadaan konvulsi atau lelah, rigor mortis akan cepat
timbul. Dan apabila korba meninggal secara mendadak atau dalam keadaan relaks,
timbulnya rigor mortis lebih lambat.
3. Umur dan gizi
Pada anak-anak timbulnya rigor mortis relative cepat daripada orang dewasa. Dan
apabila keadaan gizi korban jelek, timbulnya rigor mortis juga lebih cepat.

A. LEBAM MAYAT (LIVOR MORTIS)


Livor mortis (post-mortem hypostasis, kebiruan) adalah perubahan warna pada tubuh
setelah kematian akibat pengendapan darah sesuai gaya gravitasi yang tidak lagi dipompa
melalui tubuh oleh jantung. Lebam mayat terbentuk bila terjadi kegagalan sirkulasi darah
dalam mempertahankan tekanan hidrostatik yang menggerakan darah mencapai capillary bed
di mana pembuluh-pembuluh darah kecil afferen dan efferen saling berhubungan.
Livor mortis biasanya terlihat sekitar 1 jam setelah kematian dan sering terlihat,
dalam waktu 20-30 menit setelah kematian. Perubahan warna meningkat dan biasanya
menjadi tetap sekitar 8-10 jam pada waktu ini dapat dikatakan lebam mayat terjadi secara
menetap. Dengan demikian penekanan pada daerah lebam yang dilakukan setelah 8-12 jam
tidak akan menghilang. Jika pembalikan posisi dilakukan setelah 12 jam dari kematiannya.
Maka lebam mayat baru tidak akan timbul pada posisi terendah, karena darah sudah
mengalami koagulasi.
Fenomena lebam mayat yang menetap ini sifatnya lebih bersifat relative. Perubahan
lebam ini lebih mudah terjadi pada 6 jam pertama sesudah kematian, bila telah terbentuk
lebam primer kemudian dilkukan perubahan posisi maka akan terjadi lebam sekunder pada
posisi berlawanan. Distribusi dari lebam mayat yang ganda ini adalah penting untuk
menunjukan telah terjadi manipulasi posisi pada tubuh.
Jenasah dengan posisi terlentang maka akan ditemukan lebam mayat pada bagian
kuduk, punggung, pantat, dan bagian flexor tungkai. Sedangkan jenazah dengan posisi
telungkup akan ditemukan lebam mayat pada bagian dahi, pipi, dagu, dada, perut, dan bagian
extensor tungkai.
Patomekanisme livor mortis :

Orang meninggal  ------> Jantung berhenti bekerja ------> Sirkulasi darah terhenti ------>
Pengendapan butir darah dalam kapiler dalam letak rendah ------> butir darah
terkoagulasi  ------> Hemolisis
B. PENURUNAN SUHU TUBUH (ALGOR MORTIS)
Pada saat sel masih hidup ia akan selalu menghasilkan kalor dan energi. Kalor dan
energi ini terbentuk melalui proses pembakaran sumber energi seperti glukosa, lemak, dan
protein. Sumber energi utama yang digunakan adalah glukosa. Satu molekul glukosa dapat
menghasilkan energi sebanyak 36 ATP yang nantinya digunakan sebagai sumber energi
dalam berbagai hal seperti transpor ion, kontraksi otot dan lain-lain.
Gambar 6: Glukogenesis.

Sesudah mati, metabolisme yang menghasilkan panas akan terhenti sehingga suhu
tubuh akan turun menuju suhu udara atau medium di sekitarnya. Penurunan ini disebabkan
oleh adanya proses radiasi konduksi, dan pancaran panas. Proses penurunan suhu pada mayat
ini biasa disebut algor mortis. Algor mortis merupakan salah satu perubahan yang dapat kita
temukan pada mayat yang sudah berada pada fase lanjut post mortem.
Pada beberapa jam pertama, penurunan suhu terjadi sangat lambat dengan bentuk
sigmoid. Hal ini disebabkan ada 2 faktor, yaitu :
1. Masih adanya sisa metabolisme dalam tubuh mayat, yakni karena masih adanya proses
glikogenolisis dari cadangan glikogen yang disimpan di otot dan hepar.
2. Perbedaan koefisien hantar sehingga butuh waktu yang mencapai tangga suhu.
Pada jam-jam pertama penurunannya sangat lambat tetapi sesudah itu penurunan
menjadi lebih cepat dan pada akhirnya menjadi lebih lambat kembali. Jika dirata-rata maka
penurunan suhu tersbut antara 0,9 sampai 1 derajat celcius atau sekita 1,5 derajat Farenheit
setiap jam, dengan catatan penurunan suhu dimulai dari 37 derajt celcius atau 98,4 derajat
Farenheit sehingga dengan dapat dirumuskan cara untuk memperkirakan berapa jam mayat
telah mati dengan rumus (98,4oF- suhu rektal oF) : 1,5oF. Pengukuran dilakukan per rektal
dengan menggunakan termometer kimia (long chemical termometer). Terdapat dua hal yang
mempengaruhi cepatnya penurunan suhu mayat ini yakni:
Penurunan suhu badan dipengaruhi oleh suhu udara, pakaian aliran udara dan kelembapan,
keadaan tubuh korban, aktifitas, dan sebab kematian.

C. Perubahan Pada Kulit


 Hilangnya elastitas kulit
 Adanya lebam mayat yang berwarna merah kebiruan
 Terdapatnya kelainan yang dikenal sebagai Cutis Anserina sebagai akibat kontraksi
Mm. Erektor Pillae.

D. Perubahan Pada Mata


 Reflex cornea dan reflex cahaya hilang
 Cornea menjadi keruh, sebagai akibat tertutup oleh lapisan tipis secret mata yang
mengering. Keadaan ini diperlamnat bila kelopak mata tertutup.
 Bulbus oculi melunak dan mengkerut akibat turunnya tekanan intra oculer.
 Pupil dapat berbentuk bulat, lonjong atau ireguler sebagai akibat menjadi lemasnya
otot-otot iris.
 Perubahan pada pembuluh darah retina. Setelah orang meninggal, aliran darah dalam
pembuluh darah retina berhenti dan mengalami segmentasi. Tanda ini timbul
beberapa menit setelah orang meninggal.
 Pembusukan (Decomposition, Putrefaction)
 Pembusukan adalah proses degradasi jaringan pada tubuh mayat yang terjadi sebagai
akibat proses autolisis dan aktivitas mikroorganisme. Maio mengatakan autolisis adalah
perlunakan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam keadaan steril melalui proses kimia
yang disebabkan oleh enzim-enzim intraseluler, sehingga organ-organ yang kaya dengan
enzim-enzim akan mengalami proses autilisis lebih cepat daripada organ-organ yang
tidak memiliki enzim, dengan demikian pankreas akan mengalami autolisis lebih cepat
dari pada jantung.5
 Proses autolisis ini tidak dipengaruhi oleh mikroorganisme oleh karena itu pada mayat
yang steril misalnya mayat bayi dalam kandungan proses autolisis ini tetap terjadi.
Atmaja, Dahlan dan Marshall mengatakan proses auotolisis terjadi sebagai akibat dari
pengaruh enzim yang dilepaskan pasca mati. Mula-mula yang terkena ailah nukleoprotein
yang terdapat pada kromatin dan sesudah itu sitoplasmanya, kemudian dinding sel akan
mengalami kehancuran sebagai akibatnya jaringan akan menjadi lunak dan mencair.6
 Pada mayat yang dibekukan pelepasan enzim akan terhambat oleh pengaruh suhu yang
rendah maka proses autolisis ini akan dihambat demikian juga pada suhu tinggi enzim-
enzim yang terdapat pada sel akan mengalami kerusakan sehingga proses ini akan
terhambat pula. Coe and Currant mengatakan pembusukan adalah proses penghancuran
jaringan pada tubuh yang disebabkan terutama oleh bakteri anaerob yang berasal dari
traktus gastrointestinal. Dimana basil Coliformis dan Clostridium Welchii merupakan
penyebab utamanya, sedangkan bakteri yang lain seperti Streptococcus, Staphylococcus,
B.Proteus,jamur dan enzim-enzim seluler juga memberikan kontribusinya sebagai
organisme penghancur jaringan pada fase akhir dari pembusukan.5,6,7
 Setelah seseorang meninggal, maka semua sistem pertahanan tubuh akan hilang,bakteri
yang secara normal dihambat oleh jaringan tubuh akan segera masuk ke jaringan tubuh
melalui pembuluh darah, dimana darah merupakan media yang terbaik bagi bakteri untuk
berkembang biak. Bakteri ini menyebabkan hemolisa, pencairan bekuan darah yang
terjadi sebelum dan sesudah mati, pencairan trombus atau emboli, perusakan jaringan-
jaringan dan pembentukan gas pembusukan. Bakteri yang sering menyebabkan destruktif
ini sebagian besar berasal dari usus dan yang paling utama adalah Cl. Welchii. Bakteri ini
berkembang biak dengan cepat sekali menuju ke jaringan ikat dinding perut yang
menyebabkan perubahan warna. Perubahan warna ini terjadi oleh karena reaksi antara
H2S (gas pembusukan yang terjadi dalam usus besar) dengan Hb menjadi Sulf-Meth-
Hb.5,6,7,8
 Tanda pertama pembusukan baru dapat dilihat kira-kira 24 jam - 48 jam pasca mati
berupa warna kehijauan pada dinding abdomen bagian bawah, lebih sering pada fosa
iliaka kanan dimana  isinya  lebih cair, menngandung lebih banyak  bakteri dan letaknya
yang  lebih superfisial. Perubahan warna ini secara bertahap akan meluas keseluruh
dinding abdomen sampai ke dada dan bau busuk pun mulai tercium. Perubahan warna ini
juga dapat dilihat pada permukaan organ dalam seperti hepar, dimana hepar merupakan
organ yang langsung kontak dengan kolon transversum. Bakteri ini kemudian masuk
kedalam pembuluh darah dan berkembang biak didalamnya yang menyebabkan hemolisa
yang kemudian mewarnai dinding pembuluh darah dan jaringan sekitarnya. Bakteri ini
memproduksi gas-gas pembusukan yang mengisi pembuluh darah yang menyebabkan
pelebaran pembuluh darah superfisial tanpa merusak dinding pembuluh darahnya
sehingga pembuluh darah beserta cabang-cabangnya tampak lebih jelas seperti pohon
gundul (arborescent pattern atau arborescent mark) yang sering disebut marbling. Selain
bakteri pembusukan ini banyak terdapat dalam intestinal dan paru bakteri-bakteri ini
cenderung berkumpul dalam sistem vena, maka gambaran marbling ini jelas terlihat pada
bahu,dada bagian atas, abdomen bagian bawah dan paha.8,9
 Bila Cl.Welchii mulai tumbuh pada satu organ parenkim, maka sitoplasma dari organ sel
itu akan mengalami desintegrasi dan nukleusnya akan dirusak sehingga sel menjadi lisis
atau rhexis. Kemudian sel-sel menjadi lepas sehingga jaringan kehilangan strukturnya.
Secara mikroskopis bakteri dapat dilihat menggumpal pada rongga-rongga jaringan
dimana bakteri tersebut banyak memproduksi gelembung gas.
 Ukuran gelembung gas yang tadinya kecil dapat cepat membesar menyerupai honey
combed appearance. Lesi ini dapat dilihat pertama kali pada hati. Kemudian permukaan
lapisan atas epidermis dapat dengan mudah dilepaskan dengan jaringan yang ada 
dibawahnya dan ini disebut ‘skin slippage’. Skin slippage ini menyebabkan identifikasi
melalui sidik jari sulit dilakukan. Pembentukan gas yang terjadi antara epidermis dan
dermis mengakibatkan timbulnya bula-bula yang bening, fragil, yang dapat berisi cairan
coklat kemerahan yang berbau busuk. Cairan ini kadang-kadang tidak mengisi secara
penuh di dalam bula. Bula dapat menjadi sedemikian besarnya menyerupai pendulum
yang berukuran 5 - 7.5cm dan bila pecah meninggalkan daerah yang berminyak, berkilat
dan berwarna kemerahan, ini disebabkan oleh karena pecahnya sel-sel lemak subkutan
sehingga cairan lemak keluar ke lapisan dermis oleh karena tekanan gas pembusukan dari
dalam. Selain itu epitel kulit, kuku, rambut kepala, aksila dan pubis mudah dicabut dan
dilepaskan oleh karena adanya desintegrasi pada akar rambut.5,6,7,8,9
 Selama terjadi pembentukan gas-gas pembusukan, gelembung-gelembung udara mengisi
hampir seluruh jaringan subkutan. Gas yang terdapat di dalam jaringan dinding tubuh
akan menyebabkan terabanya krepitasi udara. Gas ini menyebabkan pembengkakan tubuh
yang menyeluruh, dan tubuh berada dalam sikap pugilistic attitude.
 Scrotum dan penis dapat membesar dan membengkak, leher dan muka dapat
menggembung, bibir menonjol seperti “frog-like-fashion”, Kedua bola mata keluar, lidah
terjulur diantara dua gigi, ini menyebabkan mayat sulit dikenali kembali oleh
keluarganya. Pembengkakan yang terjadi pada seluruh tubuh mengakibatkan berat badan
mayat yang tadinya 57-63 kg sebelum mati menjadi 95-114 kg sesudah mati.9
 Tekanan yang meningkat didalam rongga dada oleh karena gas pembusukan yang terjadi
didalam cavum abdominal menyebabkan pengeluaran udara dan cairan pembusukan yang
berasal dari trachea dan bronchus terdorong keluar, bersama-sama dengan cairan darah
yang keluar melalui mulut dan hidung. Cairan pembusukan dapat ditemukan di dalam
rongga dada, ini harus dibedakan dengan hematotorak dan biasanya cairan pembusukan
ini tidak lebih dari 200 cc. Pengeluaran urine dan feses dapat terjadi oleh karena tekanan
intra abdominal yang meningkat. Pada wanita uterus dapat menjadi prolaps. Pada anak-
anak adanya gas pembusukan dalam tengkorak dan otak menyebabkan sutura-sutura
kepala menjadi mudah terlepas.10
 Organ-organ dalam mempunyai kecepatan pembusukan yang berbeda-beda dalam.
Jaringan intestinal, medula adrenal dan pancreas akan mengalami autolisis dalam
beberapa jam setelah kematian. Organ-organ dalam lain seperti hati, ginjal dan limpa
merupakan organ yang cepat mengalami pembusukan.  Perubahan warna pada dinding
lambung terutama di fundus dapat dilihat dalam 24 jam pertama setelah kematian. Difusi
cairan dari kandung empedu kejaringan sekitarnya menyebabkan perubahan warna pada
jaringan sekitarnya menjadi coklat kehijauan. Pada hati dapat dilihat gambaran honey
combs appearance, limpa menjadi sangat lunak dan mudah robek, dan otak menjadi
lunak. Organ dalam seperti paru, otot polos, otot lurik dan jantung mempunyai
kecendrungan untuk lambat mengalami pembusukan. Sedangkan uterus non gravid,  dan
prostat merupakan organ yang lebih tahan terhadap pembusukan karena strukturnya yang
berbeda dengan jaringan yang lain yaitu jaringan fibrousa. Organ-organ ini cukup mudah
dikenali walaupun organ-organ lain sudah mengalami pembusukan lanjut. Ini sangat
membantu dalam penentuan identifikasi jenis kelamin. Yang menarik pada pembusukan
lanjut dari organ dalam ini adalah pembentukan granula-granula milliary atau ‘ milliary
plaques’ yang berukuran kecil dengan diameter 1-3 mm yang terdapat pada permukaan
serosa yang terletak pada endotelial dari tubuh seperti pleura, peritoneum, pericardium
dan endocardium. ‘Milliary plaques’ ini pertama kali ditemukan oleh Gonzales yang
secara mikroskopis berisi kalsium pospat, kalsium karbonat, sel-sel endotelial, massa
seperti sabun dan bakteri, yang secara medikolegal sering dikacaukan dengan proses
peradangan atau keracunan.1
 Pada orang yang obese, lemak-lemak tubuh terutama perirenal, omentum dan
mesenterium dapat mencair menjadi cairan kuning yang transluscent yang mengisi
rongga badan diantara organ yang dapat menyebabkan autopsi lebih sulit dilakukan dan
juga tidak menyenangkan.1
 Disamping bakteri pembusukan insekta juga memegang peranan penting dalam proses
pembusukan sesudah mati. Beberapa jam setelah kematian lalat akan hinggap di badan
dan meletakkan telur-telurnya pada lubang-lubang mata, hidung, mulut dan telinga.
Biasanya jarang pada daerah genitoanal. Bila ada luka ditubuh mayat lalat lebih sering
meletakkan telur-telurnya pada luka tersebut, sehingga bila ada telur atau larva lalat
didaerah genitoanal ini maka dapat dicurigai adanya kekerasan seksual sebelum
kematian. Telur-telur lalat ini akan berubah menjadi larva dalam waktu 24 jam. Larva ini
mengeluarkan enzim proteolitik yang dapat mempercepat penghancuran jaringan pada
tubuh. Insekta tidak hanya penting dalam proses pembusukan tetapi meraka juga
memberi informasi penting yang berhubungan dengan kematian. Insekta dapat
dipergunakan untuk memperkirakan saat kematian, memberi petunjuk bahwa tubuh
mayat telah dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lainnya, memberi tanda pada badan
bagian mana yang mengalami trauma, dan dapat dipergunakan dalam pemeriksaan
toksikologi bila    jaringan untuk specimen standart juga sudah mengalami
pembusukan.8,9,10
 Hasil akhir dari proses pembusukan ini adalah destruksi jaringan pada tubuh mayat.
Dimana proses ini dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu, Aktifitas pembusukan sangat
optimal pada temperatur berkisar antara 70°-100°F (21,1-37,8°C) aktifitas ini dihambat
bila suhu berada dibawah 50°F(10°C) atau pada suhu diatas 100°F (lebih dari 37,8°C).
Bila mayat diletakkan pada suhu hangat dan lembab maka proses pembusukan akan
berlangsung lebih cepat. Sebaliknya bila mayat diletakkan pada suhu dingin maka proses
pembusukan akan berlangsung lebih lambat.Pada mayat yang gemuk proses pembusukan
berlangsung lebih cepat dari pada mayat yang kurus oleh karena kelebihan lemak akan
menghambat hilangnya panas tubuh dan kelebihan darah merupakan media yang baik
untuk perkembangbiakkan organisme pembusukan. Pada bayi yang baru lahir hilangnya
panas tubuh yang cepat menghambat pertumbuhan bakteri disamping pada tubuh bayi
yang baru lahir memang terdapat sedikit bakteri sehingga proses pembusukan
berlangsung lebih lambat. Proses pembusukan juga dapat dipercepat dengan adanya
septikemia yang terjadi sebelum kematian seperti peritonitis fekalis, aborsi septik, dan
infeksi paru. Disini gas pembusukan dapat terjadi walaupun kulit masih terasa hangat.
Media di mana mayat berada juga memegang peranan penting dalam  kecepatan
pembusukan mayat. Kecepatan pembusukan ini di gambarkan dalam rumus klasik Casper
dengan perbandingan tanah : air : udara = 1 : 2 : 8 artinya mayat yang dikubur di tanah
umumnya membusuk 8 x lebih lama dari pada mayat yang terdapat di udara terbuka. Ini
disebabkan karena suhu di dalam tanah yang lebih rendah terutama bila dikubur ditempat
yang dalam, terlindung dari predators seperti binatang dan insekta, dan rendahnya
oksigen menghambat berkembang biaknya organisme aerobik. Bila mayat dikubur
didalam pasir dengan kelembaban yang kurang dan iklim yang panas maka jaringan
tubuh mayat akan   menjadi kering sebelum terjadi pembusukan. Penyimpangan dari
proses pembusukan ini disebut mumifikasi.5,6,7,8
 Pada mayat yang tenggelam di dalam air pengaruh gravitasi tidaklah lebih besar
dibandingkan dengan daya tahan air akibatnya walaupun mayat tenggelam diperlukan
daya apung untuk mengapungkan tubuh di dalam air, sehingga mayat berada dalam posisi
karakteristik yaitu kepala dan kedua anggota gerak berada di bawah sedangkan badab
cenderung berada di atas akibatnya lebam mayat lebih banyak terdapat di daerah kepala
sehingga kepala menjadi lebih busuk dibandingkan dengan anggota badan yang lain.
Pada mayat yang tenggelam di dalam air proses pembusukan umumnya  berlangsung
lebih lambat dari pada yang di udara terbuka. Pembusukan di dalam air terutama
dipengaruhi oleh temperatur air, kandungan bakteri di dalam air. Kadar garam di
dalamnya dan binatang air sebagai predator.5,6,7,8,9
 Degradasi dari sisa-sisa tulang yang dikubur juga cukup bervariasi. Penghancuran tulang
terjadi oleh karena demineralisasi, perusakan oleh akar tumbuhan. Derajat keasaman
yang terdapat pada tanah juga berpengaruh terhadap kecepatan penghancuran tulang.
Sisa-sisa tulang yangn dikubur pada tanah yang mempunyai derajat keasaman yang tinggi
lebih cepat terjadi penghancuran daripada tulang yang di kubur di tanah yang bersifat
basa

Temuan lain saat otopsi yang dapat membantu untu menentukan saat terjadinya kematian :
 Perubahan pada mata
Kekeruhan menyeluruh pada kornea terjadi kira-kira 10-12 jam pasca mati
 Perubahan dalam lambung / stomach content
Pengosongan lambung yang terjadi dalam 3-5 jam setelah makan terakhir, misalnya
sandwich akan dicerna dalam waktu 1 jam sedangkan makan besar membtuhkan
waktu 3 sampai 5 jam untuk dicerna. Kecepatan pengosongan lambung ini
dipengaruhi oleh penyakit-penyakit saluran cerna, konsistensi makanan dan
kandungan lemaknya.
Bila ditemukan lambung tak berisi makanan, rectum penuh dengan feces dan kandung
seni penuh , berarti korban meninggal waktu masih pagi sebelum bangun. Jadi bila
lambung berisi makanan kasar berarti korban meninggal dalam waktu kurang lebih 6
jam setelah makan terakhir. Bila ditemukan lambung tak berisi makananm duodenum
dan ujung atas usus halus berisi makanan yang telah tercerna, berarti korban
meninggal dalam waktu lebih kurang 6 jam setelah makan terakhir.
 Perubahan Rambut dan jenggot
Panjang rambut kumis dan jenggot dapat dipergunakan untuk memperkirakan
saat kematian, kecepatan tumbuh rambut rata-rata 0,4 mm/hari. Dapat mengetahui
saat kematian dalam hubungan dengan saat terakhir korban mencukur jenggotnya.
Rambut pada orang hidup mempunyai kecepatan tumbuh 0,5mm/hari dan setelah
meninggal tidak tumbuh lagi. Pemeriksaan rambut jenggot ini harus dilakukan dalam
24 jam pertama sebab lebih dari 24 jam kulit mengkerut dan rambut dapat lebih
muncul diatas kulit sehingga seolah-olah rambut masih tumbuh. Rambut lepas setelah
14 hari.
 Pertumbuhan kuku
Pertumbuhan kuku yang diperkirakan sekitar 0,1 mm/hari. Kuku akan lepas
setelah 21 hari.
 Perubahan dalam cairan serebrospinal
Kadar nitrogen asam amino kurang dari 14 mg% menunjukkan kematian
belum lewat 10 jam, Kadar nitrogen non protein kurang 80 mg% menunjukkan
kematian belum 24 jam
 Metode Entomologik / Larva lalat / insect activity
Ini dipakai untuk memperkirakan saat kematian dengan jalan menentukan
siklus hidupnya. Siklus : Telur (8-14 jam) (larva (9-12 hari) (kepompong 12 hari)
lalat dewasa) Syarat : tidak boleh ada kepompong & dicari larva lalat yang paling
besar. Bila sudah ada kepompong, maka penentuan saat kematian berdasarkan umur
larva tidak dapat dipakai. Karena kepompong it statis (besarnya selalu tetap meskipun
isinya bertambah). Bila belum ada kepompong, hanya ada larva lalat dapat dipakai
untuk menentukan umurnya karena larva lalat bila tumbuh akan menjadi bertambah
besar.
Larva Musca domestica mencapai panjang 8 mm pada hari ke-7, berubah
menjadi kepompong pada hari ke-8, menjadi lalat pada hari ke-14. Larva Sarcophaga
cranaria mencapai panjang 20 mm pada hari ke-9, menjadi kepompong pada hari ke-
10 dan menjadi lalat pada hari ke-18. Necrophagus species akan memakan jaringan
tubuh jenazah. Sedangkan predator dan parasit akan memakan serangga
Necrophagus. Omnivorus species akan memakan keduanya baik jaringan tubuh
maupun serangga. Telur lalat biasanya akan mulai ditemukan pada jenazah sesudah 1-
2 hari postmortem. Larva ditemukan pada 6-10 hari postmortem. Sedangkan larva
dewasa yang akan berubah menjadi pupa ditemukan pada 12-18 hari.
 Reaksi supravital
Reaksi jaringan tubuh sesaat pasca mati klinis yang masih sama seperti reaksi
jaringan tubuh pada seseorang yang hidup. Rangsang listrik dapat menimbulkan
kontraksi otot mayat hingga 90-120 menit pasca mati, mengakibatkan sekresi kelenjar
sampai 60-90 menit pasca mati, trauma masih dapat menimbulkan perdarahan bawah
kulit sampai 1 jam pasca mati

Cara Identifikasi yang biasa dilakukan :

1. Secara visual  keluarga/rekan memperhatikan korban (terutama wajah). Syarat : korban dalam
keadaan utuh. Kelemahan : sangat dipengaruhi faktor sugesti dan emosi
2. Pengamatan pakaian  catat: model, bahan, ukuran, inisial nama & tulisan pada pakaian.
Sebaiknya : simpan pakaian atau potongan pakaian (20x10 cm), foto pakaian
3. Pengamatan perhiasan  catat : jenis (anting, kalung, gelang, cincin dll), bahan (emas,perak,
kuningan dll), inisial nama. Sebaiknya : simpan perhiasan dengan baik
4. Dokumen : KTP, SIM, kartu golongan darah, dll
5. Medis  pemeriksaan fisik : tinggi & berat badan, warna tirai mata, adanya luka bekas operasi,
tato
6. Odontologi  bentuk gigi & rahang : khas, sangat penting bila jenazah dalam keadaan
rusak/membusuk, perlu diingat : dental record di Indonesia masih sangat terbatas
7. Sidik jari  tidak ada dua orang yang memiliki sidik jari yang sama mudah dan murah
8. Serologi  menentukan golongan darah (memeriksa darah dan cairan tubuh korban)
Ada 2 tipe orang dalam menentukan golongan darah

- Sekretor: gol.darah dapat ditentukan dari px. darah, air mani, dan cairan tubuh lain
- Non sekretor: gol.darah hanya dapat ditentukan dari px. darah
9. DNA  sangat akurat,t tapi mahal
10. Ekslusi  biasanya digunakan pada korban kecelakaan masal, menggunakan data/daftar
penumpang

Metode pemeriksaan terbagi menjadi dua macam, yaitu :

1. Identifikasi primer :
Merupakan identifikasi yang dapat berdiri sendiri tanpa perlu dibantu oleh kriteria identifikasi lain.

 DNA : memerlukan keahlian dan kondisi khusus.


 Sidik Jari : sukar dilakukan pada kondisi jenazah yg membusuk.
 Odontologi : dental record di Indonesia masih terbatas.
Pada jenazah yang rusak/busuk untuk menjamin keakuratan dilakukan 2-3 metode pemeriksaan
dengan hasil (+).

1. Identifikasi sekunder
Tidak dapat berdiri sendiri, perlu didukung kriteria identifikasi yang lain.
Cara sederhana : melihat langsung ciri seseorang dengan memperhatikan perhiasan, pakaian dan
kartu identitas yang ditemukan.

Cara Ilmiah : melalui teknik keilmuan tertentu seperti medis dll.

Pada jenazah yang telah membusuk ditentukan :

 Ras
 Jenis Kelamin
 Perkiraan umur
 Tinggi badan

Anda mungkin juga menyukai