Anda di halaman 1dari 25

RESUME PBL

SKENARIO 3

BLOK 5.2

KEBOCORAN ISI REKAM MEDIS

NAMA : SALVIA MAULIDA SUGIANTO

NPM : 118170167

KELOMPOK : 3A

TUTOR : dr. Erma Permata

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS GUNUNG JATI

CIREBON

2020
Skenario 3

Kebocoran Isi Rekam Medis

Seorang mahasiswa ingin melakukan penelitian mengenai hubungan pekerjaan


dengan kejadian HIV-AIDS di RSUD dengan mengambil data sekunder melalui rekam medis
yang ada di RSUD tersebut. Mahasiswa ini kemudian memfoto rekam medis salah satu
pasien yang ternyata merupakan tetangganya setelah dishare ke grup keluarganya. Tanpa
diketahui salah satu keluarga mahasiswa tersebut mengkonfirmasi kepada tetangganya yang
merupakan pasien HIV. Karena merasa tidak dilindungi haknya, responden akhirnya
melaporkan RSUD karena telah membocorkan isi rekam medisnya.

STEP 1 – KLARIFIKASI ISTILAH

1. Rekam medis : berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain disarana pelayanan kesehatan.
2. Responden :
- Penjawab atas pertanyaan untuk penelitian.
- Pihak yang dijadikan sebagai sample dari sebuah penelitian.

STEP 2 – RUMUSAN DAFTAR MASALAH

1. Apa yang dimaksud dari rekam medis dan apa saja isinya ?
2. Apa saja fungsi dan manfaat dari rekam medis tersebut ?
3. Apa saja syarat untuk membuat rekam medis ?
4. Apa saja dasar hukum yang mengatur tentang rekam medis dan bagaimana dasar
hukum responden terhadap pelaporan rumah sakit ?
5. Mengapa pasien merasa tidak dilindungi haknya dan apa saja hak dan kewajiban
pasien atas rekam medis ?
6. Siapa saja yang berwenang membuka rekam medis dan bagaimana pembukaan
kerahasiaan rekam medis yang benar ?
7. Apakah diperbolehkan rekam medis untuk menjadi data sekunder untuk penelitian ?

STEP 3 – ANALISIS MASALAH

1. Apa yang dimaksud dari rekam medis dan apa saja isinya ?
Menurut konsil kedokteran indonesia pada pasal 46 ayat 1 UU praktik kedokteran
yang dimaksud dengan rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang
telah diberikan kepada pasien oleh sarana kesehatan, dan isi rekam medisnya berisi
ringkasan dari rekam medis itu sendiri.
Komponen identifikasi : nama lengkap, TTL, jenis kelamin, status perkawinan,
pekerjaan dan tanda pengenal. Komponen finansial : identitas wali, nama peursahaan
tempat pasien bekerja, nama perusahaan pasien ikuti, dan cara pembayarannya.
Rekam medis : rawat jalan, rawat inap, dan IGD
Isi rekam medis : identitas pasien, pemeriksaan, diagnosis, pengobatan tindakan dan
pelyanan yang diberikan oleh dokter. Isi rekam medis berupa dokumen : foto rontgen
dan hasil lab.
2. Apa saja fungsi dan manfaat dari rekam medis tersebut ?
Sebagai alat komunikasi dokter dan tenaga ahli lainnya yg ikut handil dalam
memberikan perawatan kepada pasien, dan juga sebagai dasar untuk merencanakan
pengobatan dan tindakan.
Untuk bkti tertulis untuk segala tindakan pelayanan dan pengobatan selama pasien
dirawat, melindungi kepentingan hukum, bagi pasien, tenaga kesehatan dan rumah
sakit, Menyediakan data untuk penelitian dan pendidikan.
Bermanfaat untuk pengobatan pasien sebagai dasar dan petunjuk untuk merencanakan
dan menganalisis penyakit dan pengobatan. Untuk menigkatkan kualitas oelayanan,
rekam medis untuk praktik kedokteran akan meningkatkan kualitas pelayanan untuk
melindungi tenaga medis, dan untuk pendidikan, dan bermanfaat untuk bahan
informasi bagi perkembangan pengajaran dan penelitian. Untuk pembuktian masalah
hukum dan etik.
Pasal 14 permenkes no 749 A
3. Apa saja syarat untuk membuat rekam medis ?
Faktual, akurat, komplit, tepat waktu, tersusun.
4. Apa saja dasar hukum yang mengatur tentang rekam medis dan bagaimana dasar
hukum responden terhadap pelaporan rumah sakit ?
Diatur dalam UU nomor 29 tahun 2004 pasal 48 tentang praktik kedokteran.
Sanksi bagi yg membocorkan rahasia medis ada pada pasal 322 KUHP dan pasal 112
KUHP.
Sanksi pada KODEKI
Permenkes nomor 269 tahun 2008 pasal 10 informasi, identitas serta pengobatan
harus dirahasiakan oleh dokter.
Terdapat pada pasal 11 permenkes dan pada pasal 67 (permenkes)
5. Mengapa pasien merasa tidak dilindungi haknya dan apa saja hak dan kewajiban
pasien atas rekam medis ?
Karena pasien dan dokter memiliki hak dan kewajiban, dan kewajiba dokter menjaga
rahasia kedokteran dan hak pasien atas rekam medis, hak melepaskan isi rekam
medis, dan menentukan kepada siapa RM diserahkan.
Hak pasien sebagai milik pasien memiliki konsekuensi yuridis, sifat kerahasiaanya
terdapat pada pasal 10 permenkes.
Hak dan kewajiban pasien : hak privasi, mengakses atau melihat informais kesehatan
prinadi, hak untuk tidak mencantumkan identitas, hak untuk mengabarkan riwayat
kehidupan medis. Kewajiban : memberikan keterangan yang benar dan lengkap.
Hak dan perlindungan pasien : 1. Hak atas informais medis 2. Hak memberikan
persetujuan tindakan medis 3. Hak atas rahasia medis. 4, hak untuk mneolak
pengobatan atau perawatan serta tindak medis 5. Second opinion 6. Hak untuk
mengetahui isi RM.
Permenkes nomor 69 tahun 2014 tentang kewajiban rumah sakit dan pasien pada
pasal 24
6. Siapa saja yang berwenang membuka rekam medis dan bagaimana pembukaan
kerahasiaan rekam medis yang benar ?
Rahasia kedokteran yg ada pada RM dapat dibuka hanya untuk kepentingan pasien
untuk memenuhi permintaan aparat penegak hukum seperti hak majelis, dari
permintaan pasien, berdasarkan ketentuan undang-undang yg berlaku, berdasarkan
kitab UU hukum, pidana, rhasia kedokteran, atau isi RM, dapat dibuka bila diminta
oleh hakim majelis di hadapan sidang.
Permenkes no 269 tahun 2008 pasal 12 : pelayanan kesehatan, hakim mejalis oleh
dokter, aparat hukum, primer, pihak ke2, pihak ke3 (sosial dengan keterangan saksi
dan medis).
7. Apakah diperbolehkan rekam medis untuk menjadi data sekunder untuk penelitian ?
Primer, pihak ke2, ke3 penanggung jawab biaya, sosial (surveilans, pendidik, media
masa). Pemanfaatan penelitian ada syarat : data dan informasi.

STEP 4 – SISTEMATIKA MASALAH

1. Apa yang dimaksud dari rekam medis dan apa saja isinya ?
Pasal 46 ayat 1 : berkas yg berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien
pemeriksaan, pengobatan tindakan, dan pelayanan lain yg diberikan kepada pasien
oleh sarana kesehatan.
Isi RM : rawat jalan, inap gawat darurat. Pada rawat jalan (identitas pasien,
tanggal dan waktu, hasil anamnseis sekurang2nya mencakup keluhan dan riwayat
penyakt dan pemeriksaan fisik, penunjang, diagnosis, rencana penatalaksanaan,
pengoatan atau tindakan, pelayanan lain yg diberikan kepada pasien. Pasien rawat
inap ( identitas pasien, tanggal dan waktu, hasil anamnesis, pemerinsaan fisik, da
penunjang, diagnosis, rencana penatalaksanaan, pengobatan atau tindakan
persetujuan tindakan bila diperlukan, catata observasi klinis dan hasil pengobatan,
ringkasan pulangm, nama dan ttd dokter atau tenaga kesehatan yg memberikan
pelayanan kesehatan.
Isi rekam medis gawat darurat : identitas, kondisi saat pasien tiba sarana
kesehatan, identitas pengantar pasien, tanggal dan waktu, hasil anamnesis,
keluhan riwayat penyakit,hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosis,
pengobatan dan tindakan ringkasan kondisi paisen sbelum meninggalkan layanan
unit gawat darurat, rencana tindak lanjut, nama ttd dokter, dokter gigi atua tenaga
kesehatan tertentu yg memberikan layanan, sarana transportasi bagi pasien yg
dipindahkan ke sarana pelayanan kesehatan lain dan pelayanan lain yg diberikan
oleh pelayanan kesehatan tertentu.
Isi RM bencana : 1. Catat jenis bencana dimana pasien ditemukan 2. Kategori
kegawatan 3. Identitas yg menemukan pasien.
Setiap catatan harus diberi nama oleh petugas, apabila menggunakan alat
elektronik nama bisa siberikan oleh nip, apabila terjadi kesalahan tidak boleh
dihilangkan atau dihapus, perubahan pada rekam medis dapat dicoret dan diberi
paraf petugas.
2. Apa saja fungsi dan manfaat dari rekam medis tersebut ?
Pasal 14 permenkes : dasar pemeliharaan, pembuktian perkara hukum , keperluan
penelitia, pembiyaan, statistik, pengobatan, disiplin dan etik
Manfaat : pengobatan pasien sebagai dasar dan petunjuk utk merencanakan
pengobatan, peningkatan kualitas pelayanan, pendidikan dan penelitian,
pembiayaan untuk menetapkan pembiayaan, statistik kesehatan, pembuktian
masalah hukum, disiplin dan etik.
Permenkes no 269 th 2008 : dapat dipakai sebgaai pemeliharaan , penegakan etik
kedokteran, penelitian, dasar pembayaran, data statistik kesehatan. (2) harus
mendapatkan persetujuan dan dijaga kerahasiaanya (3) pendidikan dan penelitian
tidak diperlukan persetujuan pasien.
Fungsi rekam medis di Indonesia bisa dilihat dalam Pasal 14 Permenkes Nomor
749a/Menkes/Per/XII/1989, yaitu dapat dipakai untuk :
1. dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien;
2. bahan pembuktian dalam perkara hukum;
3. bahan untuk keperluan penelitian dan pendidikan;
4. dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan; dan
5. bahan untuk menyiapkan statistik kesehatan.
Rekam medis yang diisi oleh para pihak dalam transaksi terapeut
3. Apa saja syarat untuk membuat rekam medis ?
Faktual : rm harus deskriptif dan objektif
Akurat : ukuran tepat
Konkrit : kondisi komprehensif
Tepat waktu dan tersusun sehingga mudah dipahami
Permenkes : RM tertulis lengkap dan jelas 1. Formulir isinya sesuai yg berlaku 2.
RM secara elektronik (membubuhi dengan nomor identitas pribadi) 3. Dalam
setiap catatan harus diberi nama waktu dan TTD petugas yg memberikan
pelayanan atau tindakan.
4. Apa saja dasar hukum yang mengatur tentang rekam medis dan bagaimana dasar
hukum responden terhadap pelaporan rumah sakit ?
Bila ada petugas yg membocorkan : dihukum dengan hukuman selamanya 9 tahun
dan denda.
Sanksi pidana : pasal 322 KUHP 9 tahun penjara.
Pasal 1365
Pasla 47 ayat 2 UU kedokteran : harus disimpan dan dijaga kerahasiaannya.
Pasal 48 uu keodkteran : wajib menyimpan rahasia kedokteran dan hanya dibuka
atas permintaan pasien atau aparat hukum.
Pasal 322 KUHP : paling lama 9 bulan.
Pasal 47 ayat (2) UU Praktek Kedokteran menyatakan : Rekam Medis harus
disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan
sarana pelayanan kesehatan. Berhubungan dengan kewajiban untuk menyimpan
rahasia kedokteran ditentukan dalam Pasal 48 UU Praktek Kedokteran. Pasal 48
UU Praktek Kedokteran menyatakan :
• Ayat (1) setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktek
kedokteran wajib menyimpan rahasia kedokteran;
• Ayat (2) rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan
pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan
hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang-
undangan.
Hukum pelaporan
Sanksi hukum : setiap dokter atau dokter gigi yg tidak membuat RM denda 50 juta
Sanksi perdata
Sanksi disiplin dan etik : UU praktik kedokteran, KODEKI
Pasal 322 KUHP "barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib
disimpannya karena jabatan atau pencahariannya baik yang sekarang maupun
yang dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau
pidana denda paling banyak Sembilan ribu rupiah. Jika kejahatan dilakukan
terhadap orang tertentu, maka perbuatan itu hanya dapat dituntut atas penganduan
orang itu." Pasal 112 KUHP "barang siapa dengan sengaja mengumumkan surat-
surat, berita-berita atau keterangan-keterangan yang diketahui harus dirahasiakan
untuk kepentingan negara, atau dengan sengaja memberitahu atau memberikan
kepada negara asing, kepada seorang raja atau suku bangsa, diancam dengan
pidana paling lama tujuh tahun."
5. Mengapa pasien merasa tidak dilindungi haknya dan apa saja hak dan kewajiban
pasien atas rekam medis ?
Hak dan kewajiban pasien :
Saling komunikasi,
Kewajiban dokter : menjaga RM
Hak dokter : mendiagnosis
Hak pasien : Hak atas rahasia seluruh isi Rekam Medis.
- Hak melepaskan sifat kerahasiaan isi Rekam Medis.
- Hak menentukan kepada siapa isi Rekam Medis boleh disampaikan, baik
kepada siapa saja atau kepada orang tertentu (selektif).
- Hak akses Rekam Medis (tentu dgn didampingi dokter).
- Hak koreksi atas isi Rekam Medis yang tidak benar.
- Hak mendapatkan foto-kopi Rekam Medis.
- Hak memanfaatkan isi Rekam Medis secara wajar.
Kewajiban RS : menyimpan RM dengan baik.
Mengandung yuridis, RM berkas yg wajib dijaga kerahasiaannya, isi RM hanya
boleh dilakukan oleh dokter, disimpan dan dijaga oleh sarana kesehatan.
6. Siapa saja yang berwenang membuka rekam medis dan bagaimana pembukaan
kerahasiaan rekam medis yang benar ?
RM milik sarana kesehatan, diatur dalam pasal 12 permenkes, berkas RM medis
milik sarana kesehatan, pasien, ringkasan RM dapat diberikan, dicatat atau dicopy
atas persetujuan pasien.
Setiap dokter wajib merahasiakan, dapat dibuka hanya untuk kepentingan pasien
oleh aparat hukum.
7. Apakah diperbolehkan rekam medis untuk menjadi data sekunder untuk
penelitian?
Sekunder :
Pihak ke 3 sosial ( surveilans, penelitian pendidikan),
Data dan informasi dapat ditarik, jika dengan identitas pasien harus diberi izin.
Kepentingan umum : audit medis, ancaman KLB, penelitian kepentingan negaram
ancaman keselamatan.

MIND MAP

Jenis - jenis
Dasar hukum Syarat

Permasalahan Rekam
Medis Komponen
Rekam medis

Pihak yang berwenang Isi Rekam Medis


Fungsi
STEP 5 – SASARAN BELAJAR
1. Aspek medikolegal Rekam medis (dasar hukum)
2. Tata cara rekam medis
3. Peran rekam medis (dilengkapi)
4. Kelengkapan rekam medis (syarat)
5. Identifikasi masalah rekam medis

Refleksi diri :

STEP 6 – BELAJAR MANDIRI


BELAJAR MANDIRI
STEP 7 – PENJELASAN
1. Aspek medikolegal Rekam medis (dasar hukum)

1.1 Pembocoran isi rekam medis

Isi rekam medis sebagai milik pasien mengandung konsekuensi yuridis,


yaitu sifat kerahasiaannya. Pasal 10 Permenkes Rekam Medis menyatakan :
Rekam Medis merupakan berkas yang wajib dijaga kerahasiaannya.
Pemaparan atas rekam medis dapat dilakukan berdasarkan Pasal 11 Permenkes
Rekam Medis, yaitu sebagai berikut:

 Ayat (1) penjelasan tentang isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh
dokter atau dokter gigi yang merawat pasien dengan izin tertulis pasien
atau berdasarkan peraturan perundang-undangan.
 Ayat (2) pimpinan sarana pelayanan kesehatan dapat menjelaskan isi
rekam medis secara tertulis atau langsung kepada pemohon tanpa izin
pasien berdasarkan peraturan perundang - undangan.

Pasal 47 ayat (2) UU Praktek Kedokteran menyatakan : Rekam Medis


harus disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan
pimpinan sarana pelayanan kesehatan. Berhubungan dengan kewajiban untuk
menyimpan rahasia kedokteran ditentukan dalam Pasal 48 UU Praktek
Kedokteran. Pasal 48 UU Praktek Kedokteran menyatakan :
 Ayat (1) setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktek
kedokteran wajib menyimpan rahasia kedokteran;
 Ayat (2) rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan
kesehatan pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam
rangka penegakan hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan
ketentuan perundang-undangan.

Sifat kerahasiaan isi rekaman medis di samping merupakan hak bagi


pasien, juga merupakan kewajiban bagi tenaga kesehatan untuk menyimpan
rahasia jabatan. Tidak diaturnya ketentuan pelanggaran atas rahasia jabatan
dokter dalam Permenkes Rekam Medis dan UU Praktek Kedokteran sebagai
ketentuan khusus (lex specialis), maka ketentuan yang dipergunakan jika
terjadi pelanggaran berdasarkan pada KUHP sebagai ketentuan umum (lex
generali).

Ancaman pidana atas dibukanya rahasia jabatan ditentukan dalam Pasal


322 ayat (1) KUHP, yang menyatakan, barang siapa dengan sengaja membuka
suatu rahasia yang wajib disimpan karena jabatan atau pekerjaannya baik yang
sekarang maupun yang dahulu, dipidana dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau denda paling banyak enam ratus rupiah.

Atas dibukanya rahasia jabatan selain diatur dalam hukum pidana, juga
ditentukan dalam KUH Perdata Pasal 1365, yang menyatakan, bahwa tiap
perbuatan melanggar hukum, yang mengakibatkan kerugian bagi orang lain,
mewajibkan orang yang karena kesalahannya menyebabkan kerugian itu,
mengganti kerugian tersebut. Pasal 14 Permenkes Rekam Medis menyatakan :
Pimpinan sarana pelayanan kesehatan bertanggungjawab atas :

a. Hilangnya, rusaknya, ataupun pemalsuan rekam medis;

b. Penggunaan oleh orang / badan yang tidak berhak terhadap rekam medis.

Berkas rekam medis sebagai milik sarana pelayanan kesehatan harus


dipelihara, dan merupakan tanggungjawab pimpinan sarana pelayanan
kesehatan untuk menjaga kerahasiaan informasi catatan medis yang terdapat
didalamnya. Di samping itu, pimpinan sarana pelayanan kesehatan juga
bertanggung jawab atas penggunaannya oleh pihak-pihak tertentu.
1.2 Tidak membuat rekam medis

UU No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran

Pasal 46

1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran


wajib membuat rekam medis.
2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera
dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan.
3) Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan
petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan.

Pasal 79

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda
paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), setiap dokter atau
dokter gigi yang:

a. dengan sengaja tidak memasang papan nama sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 41 ayat (1)
b. dengan sengaja tidak membuat rekam medis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 46 ayat (1) atau
c. dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 51 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, atau huruf e.
Sanksi Hukum

Dalam Pasal 79 UU Praktik Kedokteran secara tegas mengatur bahwa


setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja tidak membuat rekam
medis dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau
denda paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). Selain
tanggung jawab pidana, dokter dan dokter gigi yang tidak membuat rekam
medis juga dapat dikenakan sanksi secara perdata, karena dokter dan dokter
gigi tidak melakukan yang seharusnya dilakukan (ingkar janji/wanprestasi)
dalam hubungan dokter dengan pasien.

Sanksi Disiplin dan Etik


Dokter dan dokter gigi yang tidak membuat rekam medis selain mendapat
sanksi hukum juga dapat dikenakan sanksi disiplin dan etik sesuai dengan UU
Praktik Kedokteran, Peraturan KKI, Kode Etik Kedokteran Indonesia
(KODEKI) dan Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia (KODEKGI).

Dalam Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor


16/KKI/PER/VIII/2006 tentang Tata Cara Penanganan Kasus Dugaan
Pelanggaran Disiplin MKDKI dan MKDKIP, ada tiga alternatif sanksi disiplin
yaitu :

a. Pemberian peringatan tertulis.


b. Rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat izin praktik.
c. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan
kedokteran atau kedokteran gigi.

Selain sanksi disiplin, dokter dan dokter gigi yang tidak membuat rekam
medis dapat dikenakan sanksi etik oleh organisasi profesi yaitu Majelis
Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) dan Majelis Kehormatan Etik
Kedokteran Gigi (MKEKG).

1.3 Pemalsuan Rekam Medis


PERMENKES NO. 269/MENKES/PER/III/2008
Pasal 14
Pimpinan sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab atas hilang, rusak,
pemalsuan, dan / atau penggunaan oleh orang atau badan yang tidak berhak
terhadap rekam medis.

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 4


TAHUN 2011

Pasal 3

Membuat keterangan medis yang tidak didasarkan kepada hasil pemeriksaan


yang diketahuinya secara benar dan patut.

SANKSI

Permenkes Nomor 749 a/MenKes/Per/XII/1989 tentang Rekam Medis


Sanksi Administratif
Sanksi administratif untuk tenaga kesehatan sehubungan dengan peraturan
tentang rekam medis diatur dalam pasal 20 PERMENKES Tentang Rekam
Medis yang berbunyi :
“Pelanggaran terhadap ketentuan – ketentuan dalam peraturan ini dapat
dikenakan sanksi administratif mulai dari teguran sampai pencabutan ijin.

Sanksi pelanggaran Etik, Disiplin

Peraturan KKI NO 16/KKI/PER/VII/2006 tentang Tata cara penanganan kasus


dugaan pelanggaran disiplin, MKDKI dapat menjatuhkan sanksi

a. Pemberian Peringatan tertulis

b. Rekomendasi Pencabutan tanda registrasi atau surat izin praktek

c. kewajiban mengikuti pendidikan dan pelatihan di Institusi pendidikan


kedokteran atau kedokteran gigi.

2. Tata cara rekam medis

a. Tempat Pendaftaran Pasien


a) Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan
Pasien mendaftar ketempat penerimaan pasien, petugas pendaftaran mencatat pada
buku register pasien, nomor rekam medis dan data indentitas pasien, membuat KIB (Kartu
Identitas Berobat) untuk diberikan kepada pasien, yang harus dibawa apabila pasien tersebut
berobat ulang.
b) Bagi pasien kunjungan ulang, diminta untuk menunjukan KIB kepada petugas pendaftaran,
bila tidak membawa maka data pasien dicari melalui KIUP (Kartu Indeks Utama Pasien),
setelah itu petugas mengambil berkas pasien sesuai dengan nomor rekam medisnya.
c) Bila pasien membawa surat rujukan maka surat rujukan tersebut dilpampirkan pada berkas
rekam medisnya.
d) Petugas rekam medis mrngantar berkas rekam medis pasien ke poliklinik/ IGD.
e) Setelah dilakukan pemeriksaan maka dokter akan mencatat riwayat penyakit, hasil
pemeriksaan, diagnose dan terapi pada kartu lembar rekam medis pasien.
f) Petugas IRJ/ poliklinik membuat sensus harian pasien rawat jalan.
g) Keesokan harinya seluruh berkas rekam medis rawat jalan berikut rekapitulasi pasien diambil
petugas rekam medis.
h) Petugas rekam medis memeriksa kelengkapan pengisian rekam medis dan yang belum
lengkap dikembalikan ke unit pelayanan untuk dilengkapi.
i) Petugas rekam medis mengolah berkas rekam medis yang sudah lengkap, dicoding,
dimasukkan dalam kartu index.
j) Berkas rekam medis disimpan di ruang penyimpanan sesuai urutan nomor rekam medis.
b. Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Inap
a) Setiap pasien yang dinyatakan mondok oleh dokter poliklinik/ IGD menghubungi tempat
pendaftaran pasien.
b) Apabila ruang rawat inap yang dimaksud masih tersedia, maka petugas rekam medis
mencatat dalam buku rawat inap, serta mengisi identitas pasien pada lembar masuk surat
perawatan.
c) Petugas rekam medis mengirim berkas rekam medis ke unit pelayanan yang meminta rawat
inap untuk digabungkan dengan berkas rekam medis yang telah ada.
d) Petugas poliklinik/ IGD mengantar pasien berikut berkas rekam medisnya ke ruang rawat
inap yang dimaksud.
e) Dokter yang bertugas mencatat tentang riwayat penyakit hasil pemeriksaan fisik, terapi serta
semua tindakan yang diberikan kepada pasien pada lembar- lembar rekam medis dan
menandatanganinya.
f) Perawat/ bidan mencatat pengamatan mereka terhadap pasien dan pertolongan perawatan
yang mereka berikan pada pasien ke dalam catatan perawatan/ bidan dan membubuhkan
tanda tangannya serta mengisi lembar grafik tentang suhu, nadi dan pernafasan seorang
pasien.
g) Selama di rawat inap perawat/ bidan menambah lembar- lembar rekam medis sesuai
kebutuhan pelayanan yang diberikan pada pasien.
h) Perawat/ bidan berkewajiban membuat sensus harian pada lembaran mutasi pasien mulai jam
00.00 sampai dengan jam 24.00 di tandatangani oleh kepala ruang.
i) Petugas rekam medis setiap pagi mengambil sensus harian serta berkas rekam medis pasien
pulang dengan buku ekspedisi
j) Petugas rekam medis memeriksa kelengkapan berkas rekam medis apabila ada
ketidaklengkapan, batas waktu untuk pengisian ketidaklengkapan rekam medis adalah 14
hari.
k) Apabila berkas lengkap maka dilakukan pengkodingan dan diindex untuk membuat laporan
dan statistic rawat inap.
l) Berkas rekam medis disimpan diruang penyimpanan.
c. Unit Gawat Darurat
a) Pasien telah diterima di IGD, maka pengantar mendaftar ketempat peneriman pasien, petugas
pendaftaran mencatat pada buku register, nama pasien, nomor Rekam Medis dan data
identitas pasien, serta membuat KIB untuk pasien yang dapat digunakan bila pasien berobat
ulang.
b) Bila data penderita ternyata menunjukan bahwa penderita pernah menginap di Rumah Sakit,
maka nomor Rekam Medis nya dicari melalui KIUP setelah itu petugas mengambil berkas
rekam medis pasien sesuai nomor rekam medisnya.
c) Bila pasien membawa surat rujukan maka surat rujukan tersebut dilampirkan pada berkas
rekam medisnya.
d) Petugas rekam medis mengantar berkas rekam medis pasien ke IGD.
e) Setelah dilakukan pemeriksaan maka dokter akan mencatat riwayat penyakit, hasil
pemeriksaan, diagnose dan terapi pada kartu lembar rekam medis pasien.
f) Petugas IGD membuat sensus harian pasien IGD.
g) Keesokan harinya seluruh berkas rekam medis rawat jalan berikut rekapitulasi pasien diambil
petugas rekam medis.
h) Petugas rekam medis memeriksa kelengkapan pengisian rekam medis dan yang belum
lengkap dikembalikan ke IGD untuk dilengkapi.
i) Petugas rekam medis mengolah berkas rekam medis yang sudah lengkap, dicoding,
dimasukkan dalam kartu index.
j) Berkas rekam medis disimpan diruang penyimpanan sesuai urutan nomor rekam medis.
b. Perakitan (Assembling) Rekam  Medis
Penyusunan lembaran-lembaran Rekam medis berdasakan urutan yang telah di
tentukan. Cara meyusun urutan dari lembaran RM (assembling) dapat di susun sebagai
berikut:

a) Berdasarkan urutan secara kronologis dari pelayanan medis yang di berikan kepada penderita.
b) Berdasarkan urutan nomor kode lembaran RM yang telah di tentukan sebelumnya,
misalnya  RM-1, RM-2, RM-3 dst.
Yang penting ialah bahwa identifikasi harus selalu menjadi halaman yang paling
depan, barulah di susul lembaran-lembaran yang lainnya. Sesudah lembaran-lembaran
tersebut disusun dengan ketentuan yang berlaku, kemudian di lakukan pengemapan.

c. Koding  (coding) dan Indexing
Koding adalah pemberian penetapan kode dengan menggunakan huruf atau angka
atau kombinasi huruf dalam angka yang mewakili komponen data. Kegiatan dan tindakan
serta diagnose yang yang ada dalam rekam medis harus di beri kode dan selanjutnya di index
agar memudahkan pelayanan penyajian informasi untuk menunjang fungsi perencanaan,
manajemen, dan riset di bidang kesehatan. Setiap pasien setelah selesai mendapat pelayanan
baik di rumah sakit dan rumah sakit maka dokter harus membuat diagnosa akhir.
Kemudian petugas rekam medis mengkoding sesuai dengan koding yang ada di buku ICD-
10.

Adapun coding yang di lakukan di rumah sakit antara lain:

 Kode Diagnosa
 Kode Tindakan
 Kode Dokter
Indexing adalah membuat tabulasi sesuai dengan kode yang dibuat dalam index
(menggunakan kartu index).

Jenis index yang di buat di rumah sakit:

a) Index penyakit
Kartu catalog yang berisikan kode penyakit pasien yang berobat di rumah sakit.

Cara penyimpanan:

 Di susun berdasarkan nomor urut


 Pengisian dengan tinta pada akhir tahun baris terakhir di    bawahnya di buat garis warna
merah.
b) Index operasi
Kartu katalog yang beerisikan kode  tindakan/ operasi pasien yang berobat di rumah sakit.

Cara penyimpanan:

 Disusun berdasarkan nomor urut


 Pengisian dengan tinta pada akhir tahun baris terakhir dibawahnya  di beri warna merah
c) Index dokter
Kartu katalog berisi nama dokter yang memberikan pelayanan medis kepada pasien.

Kegunaan:
 Untuk menilai pekerjaan dokter
 Bukti pengadilan
d) Index kematian
Informasi yang tepat dalam index kematian

Cara penyimpanan :

Disusun menurut nomor index kematian.

e)  Analising dan Reporting
Bagian ini bertanggung jawab terhadap analisis data dan informasi Rekam Medis yang
sudah terkumpul untuk diolah menjadi laporan yang dibutuhkan oleh managemen rumah
sakit.

f)    Tugas Pokok

Mengumpulkan, menyajikan/ menganalisa/ melaporkan data kegiatan pelayanan rumah


sakit.

           g)   Uraian Tugas

1)  Mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk pembuatan laporan diseluruh unit yang
terkait di rumah sakit.

2)  Membuat laporan, sewaktu, bulanan, tribulan, semester, tahunan SIRS sesuai ketentuan
dari PERMENKES RI No 1171/ MENKES/ PER/ VI/ 2011 ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Bina Upaya Kesehatan.

              d. Filing

Bagian ini bertanggung jawab terhadap penyimpanan, retensi dan pemusnahan dan
pengembalian dokumen Rekam Medis.

            a.    Tugas Pokok

Melaksanakan penyimpanan dan pengambilan kembali berkas Rekam Medis.

           b.    Uraian Tugas

1)   Menerima berkas Rekam Medis yang telah diindex

2)   Menulis nama dan nomor rekam medis yang telah diberikan pada rak penyimpanan
menurut nomor, sesuai dengan aturan yang berlaku
3)  Menyimpan berkas Rekam Medis yang telah diberikan pada rak penyimpanan menurut
nomor, sesuai dengan aturan yang berlaku

4)  Melayani peminjaman berkas rak Rekam Medis untuk kepentingan pasien di poliklinik
maupun untuk pendidikan dan penelitian.

5)  Mencatat pada buku peminjaman dan penagihan status pasien yang belum dikembalikan
pada waktunya

6) Menyimpan bon pinjam sebagai bukti atau arsip untuk penyimpanan dan pengembalian.

2.2 Jenis dan Tata Cara Penyelenggaraan Rekam Medis

Berdasarkan Permenkes Nomor 269/MenKes/Per/III/2008, tentang Rekam Medis, rekam


medis terdiri dari:

1. Rekam medis dalam bentuk tercatat/tertulis lengkap dan jelas, dalam bentuk formulir
yang isinya sesuai dengan peraturan yng berlaku.

2. Rekam medis secara elektronik. Rekam medis yang menggunakan teknologi


informasi elektronik yang akan diatur lebih lanjut dengan peraturan tersendiri.

Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran menegaskan bahwa dokter dan


dokter gigi wajib membuat rekam medis dalam menjalankan praktik kedokteran. Setelah
memberikan pelayanan praktik kedokteran kepada pasien, dokter dan dokter gigi segera
melengkapi rekam medis dengan mengisi atau menulis semua pelayanan praktik kedokteran
yang telah dilakukannya.
Setiap catatan dalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan petugas
yang memberikan pelayanan atau tindakan. Apabila dalam pencatatan rekam medis
menggunakan teknlogi informasi elektronik, kewajiban membubuhi tanda tangan dapat
diganti dengan menggunakan nomor identitas pribadi/personal identification number (PIN).
Dalam hal terjadi kesalahan saat melakukan pencatatan pada rekam medis, catatan dan
berkas tidak boleh dihilangkan atau dihapus dengan cara apapun. Perubahan catatan atas
kesalahan dalam rekam medis hanya dapat dilakukan dengan pencoretan dan kemudian
dibubuhi paraf petugas yang bersangkutan. Lebih lanjut penjelasan tentang tata cara ini dapat
dibaca pada Peraturan Menteri Kesehatan tentang Rekam Medis dan pedoman
pelaksanaannya.
Berdasarkan Permenkes Nomor 269/MenKes/Per/III/2008, tentang Rekam Medis, dalam
pasal 5 tata cara penyelenggaraan rekam medis dijelaskan sebagai berikut:
1. Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedoktern wajib membuat
rekam medis.

2. Rekam medis harus dibuat segera dan dilengkapi setelah pasien menerima pelayanan.

3. Pembuatan rekam pendokumentasian medis hasil dilaksanakan pemeriksaan, melalui


pengobatan, pencatatan dan tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada
pasien.

4. Setiap pencatatan ke dalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu dan tanda
tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan
secara langsung.

Dalam hal terjadi kesalahan dalam melakukan pencatatan pada rekam medis dapat dilakukan
pembetulan dengan cara pencoretan tanpa menghilangkan catatan yang dibetulkan dan
dibubuhi paraf dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang bersangkutan.

3. Peran rekam medis (dilengkapi)

• Aspek Administrasi

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena isinya menyangkut

tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan

paramedic dalam mencapai tujuan pelayanan Kesehatan

• Aspek Medis

Suatu rekam medis mempunyai nilai medik, karena catatan tersebut dipergunakan

sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang harus diberikan

kepada seorang pasien

• Aspek Hukum

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya menyangkut masalah

adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam rangka usaha menegakkan

hukum serta penyediaan bahan bukti untuk menegakkan keadilan

Peran Rekam Medis

• Aspek Keuangan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang karena isinya mengandung

data/informasi yang dipergunakan sebagai aspek keuangan

• Aspek Penelitian

Suatu rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena isinya menyangkut

data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek penelitian dan pengembangan

ilmu pengetahuan di bidang kesehatan

• Aspek Pendidikan

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai Pendidikan, karena isinya menyangkut

data/informasi tentang perkembangan kronologis dan kegiatan pelayanan medis yang

diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat dipergunakan sebagai

bahan/referensi pengajaran di bidang profesi si pemakai

• Aspek Dokumentasi

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya menyangkut

sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan

pertanggungjawaban dan laporan rumah sakit

• Peningkatan Kualitas Pelayanan

Membuat rekam medis bagi penyelenggaraan praktik kedokteran dengan jelas dan

lengkap akan meningkatkan kualitas pelayanan untuk melindungi tenaga medis dan

untuk pencapaian Kesehatan masyarakat yang optimal

4. Kelengkapan rekam medis (syarat)


Menurut Schoeder dalam Sunartini (2003) mutu pelayanan rumah sakit merupakan
suatu kesepakatan dan pendekatan untuk meningkatkan mutu setiap proses pelayanan
secara berkesinambungaan pada setiap dan antar bagian organisasi yang bertujuan
untuk memenuhi bahkan melebihi harapan pelanggan. Mutu rekam medis akan
menggambarkan mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Menurut Hatta
(2003), syarat rekam medis yang bermutu adalah:
1. Akurat: agar data menggambarkan proses atau hasil pemeriksaan pasien di
ukur secara benar
2. Lengkap: agar data mencakup seluruh karakteristik pasien dan sistim yang
dibutuhkan dalam analisis hasil ukuran
3. Dapat dipercaya: agar dapat digunakan dalam berbagai kepentingan
4. Valid: Agar data dianggap sah dan sesuai dengan gambaran proses atau hasil
akhir yang diukur
5. Tepat waktu: agar sedapat mungkin data dikumpulkan dan dilaporkan
mendekati waktu episode pelayanan
6. Dapat digunakan: agar data yang bermutu menggambarkan bahasa dan bentuk
sehingga diinterpretasi, dianalisis untuk pengambil keputusan
7. Seragam: agar definisi elemen data dibakukan dalam organisasi dan
penggunaannya konsisten dengan definisi di luar organisasi. Universitas
Sumatera Utara 24
8. Dapat dibandingkan : agar data yang bermutu terevaluasi dengan
menggunakan referensi data dasar yang berhubungan, sumber-sumber riset
dan literatur.
9. Terjamin : agar data yang bermutu menjamin kerahasiaan informasi spesifik
pasien.
10. Mudah di peroleh : agar data yang bermutu dapat diperoleh melalui
komunikasi langsung dengan tenaga kesehatan, pasien, rekam medis, dan
sumber-sumber lain.

5. Identifikasi masalah rekam medis

1.1 Pembocoran isi rekam medis

Kasus-kasus pembocoran rekam medis yang beberapa kali terjadi telah


menciptakan keresahan pasien dan menurunkan tingkat kepercayaan
masyarakat kepada tenaga medis. Padahal pasien harus menceritakan segala
keluhan yang mengganggunya untuk kepentingan pengobatan. Ia tidak boleh
merasa khawatir mengenai keadaannya akan di sampaikan kepada orang lain.
Pembocoran rekam medis juga dapat merugikan pasien karena dapat
dimanfaatkan oleh pihak lain untuk kepentingannya sendiri sehingga
menyebabkan kerugian pada pasien selaku korban disini.
Kepemilikan rekam medis menurut Pasal 12 Permenkes Rekam Medis
adalah sebagai berikut :

 Ayat (1) berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan;


 Ayat (2) isi rekam medis milik pasien.

Demikian juga dinyatakan dalam Pasal 47 ayat (1) UU Praktek Kedokteran


bahwa dokumen rekam medis milik dokter, doktek gigi, atau sarana pelayanan
kesehatan, sedangkan isi rekam medis milik pasien.

Kepemilikan rekam medis dibedakan antara berkas dan isinya, meskipun


antara berkas dan isi tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Dari sudut hukum, rekam medis merupakan dokumen yang berupa
kertas dan berisi tulisan yang mengandung arti tentang suatu keadaan,
kenyataan atau perbuatan.

Namun demikian, antara kepemilikan berkas dan isinya dapat dibedakan,


yaitu berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan sedangkan isi
rekam medis milik pasien seperti ditentukan dalam Pasal 12 Permenkes
Rekam Medis.

Isi rekam medis sebagai milik pasien mengandung konsekuensi yuridis,


yaitu sifat kerahasiaannya. Pasal 10 Permenkes Rekam Medis menyatakan :
Rekam Medis merupakan berkas yang wajib dijaga kerahasiaannya.
Pemaparan atas rekam medis dapat dilakukan berdasarkan Pasal 11 Permenkes
Rekam Medis, yaitu sebagai berikut:

 Ayat (1) penjelasan tentang isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh
dokter atau dokter gigi yang merawat pasien dengan izin tertulis pasien
atau berdasarkan peraturan perundang-undangan.
 Ayat (2) pimpinan sarana pelayanan kesehatan dapat menjelaskan isi
rekam medis secara tertulis atau langsung kepada pemohon tanpa izin
pasien berdasarkan peraturan perundang - undangan.

Pasal 47 ayat (2) UU Praktek Kedokteran menyatakan : Rekam Medis


harus disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan
pimpinan sarana pelayanan kesehatan. Berhubungan dengan kewajiban untuk
menyimpan rahasia kedokteran ditentukan dalam Pasal 48 UU Praktek
Kedokteran. Pasal 48 UU Praktek Kedokteran menyatakan :

 Ayat (1) setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktek
kedokteran wajib menyimpan rahasia kedokteran;
 Ayat (2) rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan
kesehatan pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam
rangka penegakan hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan
ketentuan perundang-undangan.

Sifat kerahasiaan isi rekaman medis di samping merupakan hak bagi


pasien, juga merupakan kewajiban bagi tenaga kesehatan untuk menyimpan
rahasia jabatan. Tidak diaturnya ketentuan pelanggaran atas rahasia jabatan
dokter dalam Permenkes Rekam Medis dan UU Praktek Kedokteran sebagai
ketentuan khusus (lex specialis), maka ketentuan yang dipergunakan jika
terjadi pelanggaran berdasarkan pada KUHP sebagai ketentuan umum (lex
generali).

Ancaman pidana atas dibukanya rahasia jabatan ditentukan dalam Pasal


322 ayat (1) KUHP, yang menyatakan, barang siapa dengan sengaja membuka
suatu rahasia yang wajib disimpan karena jabatan atau pekerjaannya baik yang
sekarang maupun yang dahulu, dipidana dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau denda paling banyak enam ratus rupiah.

Atas dibukanya rahasia jabatan selain diatur dalam hukum pidana, juga
ditentukan dalam KUH Perdata Pasal 1365, yang menyatakan, bahwa tiap
perbuatan melanggar hukum, yang mengakibatkan kerugian bagi orang lain,
mewajibkan orang yang karena kesalahannya menyebabkan kerugian itu,
mengganti kerugian tersebut. Pasal 14 Permenkes Rekam Media menyatakan :
Pimpinan sarana pelayanan kesehatan bertanggungjawab atas :

a. Hilangnya, rusaknya, ataupun pemalsuan rekam medis;

b. Penggunaan oleh orang / badan yang tidak berhak terhadap rekam medis.

Berkas rekam medis sebagai milik sarana pelayanan kesehatan harus


dipelihara, dan merupakan tanggungjawab pimpinan sarana pelayanan
kesehatan untuk menjaga kerahasiaan informasi catatan medis yang terdapat
didalamnya. Di samping itu, pimpinan sarana pelayanan kesehatan juga
bertanggungjawab atas penggunaannya oleh pihak-pihak tertentu.

1.2 Tidak membuat rekam medis

UU No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran

Pasal 46

4) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran


wajib membuat rekam medis.
5) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera
dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan.
6) Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan
petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan.

Pasal 79

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda
paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), setiap dokter atau
dokter gigi yang:

d. dengan sengaja tidak memasang papan nama sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 41 ayat (1)
e. dengan sengaja tidak membuat rekam medis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 46 ayat (1) atau dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d,
atau huruf e.
DAFTAR PUSTAKA

1. Edi Wahjuningati. Rekam Medis dan Aspek Hukumnya. Fakultas Hukum


UBHARA. 2016.
2. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004
TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN.
3. Sjamsuhidajat. Manual Rekam Medis. Konsil Kedokteran Indonesia. 2006.
4. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 Tentang Rekam
Medis. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia; 2008.
5. Hidayat S, alwy S. Manual Rekam Medis. Konsil kedokteran Indonesia.2006
6. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 749 a/MenKes/Per/XII/1989 tentang Rekam
Medis. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indoneisa; 1989.

Anda mungkin juga menyukai