Anda di halaman 1dari 10

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK PASIEN

BERDASARKAN ANALISIS REKAM MEDIS DI POLI ONKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUMBERGLAGAH MOJOKERTO

Aldhea Shindy Audia Sari


Program Studi D3 Rekam Medis Dan Informasi Kesehatan Institut Ilmu
Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
*Email: shindyalmes@gmail.com

ABSTRAK

Salah satu indikator untuk menilai mutu suatu pelayanan kesehatan adalah dengan
tersedianya rekam medis yang lengkap dan akurat. Tanpa kelengkapan dan keakuratan rekam
medis menimbulkan kesan bahwa pelayanan kesehatan tidak berlangsung semestinya
sehingga memerlukan perlindungan hukum. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk
mengetahui perlindungan hukum terhadap hak pasien berdasarkan analisis rekam medis.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian non-eksperimental (observasional) yang dilakukan
dengan menganalisis data secara deskriptif. Populasi penelitian ini adalah pasien rawat jalan
di Poli Onkologi RSUD Sumberglagah Mojokerto sebanyak 653 orang. Teknik sampling
menggunakan consecutive sampling. Besar sampel adalah 66 orang. Analisa yang digunakan
adalah analisa kuantitatif. Hasil dari penelitian ini, sebagian besar responden menjawab
haknya sudah terpenuhi, yaitu sebanyak 35 responden (53%), sedangkan responden yang
haknya tidak terpenuhi sebanyak 31 responden (47%). Hasil analisa rekam medis terhadap
atas hak-hak pasien yang menjadi masalah adalah 32 berkas rekam medis (48,5%) tidak ada
tanda tangan pasien/keluarga pada lembar penyuluhan tentang penyakit, dan 25 berkas rekam
medis (37,9%) tidak ada tanda tangan pasien/keluarga pada lembar penolakan tindakan
medis. Masih ditemukan responden yang tidak mendapatkan haknya atas rekam medis sesuai
dengan hukum perlindungan hak pasien.

Kata Kunci : perlindungan hukum, hak pasien, rekam medis, poli onkologi
ABSTRACT

LEGAL PROTECTION OF PATIENT RIGHTS BASED ON ANALYSIS OF


MEDICAL RECORDS AT THE POLY ONCOLOGY GENERAL HOSPITAL
OF SUMBERGALAH MOJOKERTO AREA

One indicator to assess the quality of a health service was the availability of complete
and accurate medical records. Without the completeness and accuracy of medical records, it
created the impression that health services did not take place properly and require legal
protection. The purpose of this study was to determine the legal protection of patient rights
based on medical record analysis. This research was a type of non-experimental
(observational) research conducted by analyzing the data descriptively. The population of
this study were 653 outpatients at the Oncology Poly Hospital of Sumberglagah Mojokerto.
The sampling technique used consecutive sampling. The sample size was 66 people. The
analysis used was quantitative analysis. The results of this study, most of the respondents
answered that their rights had been fulfilled, namely as many as 35 respondents (53%), while
respondents whose rights were not fulfilled were 31 respondents (47%). The results of the
medical record analysis on the rights of patients who were the problem are 32 medical
record files (48.5%) there were no patient/family signatures on the counseling sheet about
the disease, and 25 medical record files (37.9%) were missing. signature of the patient/family
on the medical action refusal sheet. There were still respondents who did not get their rights
to medical records in accordance with the law to protect patient rights.

Keywords: legal protection, patient rights, medical records, oncology poly


PENDAHULUAN merasa mengalami kerugian dalam
Kesehatan merupakan hak asasi pelayanan kesehatan yang diterima. Hal ini
manusia dan salah satu unsur kesejahtraan memperlihatkan suatu gejala bahwa krisis
yang harus diwujudkan sesuai dengan cita- etik medis mulai melanda dunia medis,
cita bangsa. Berdasarkan Pasal 53 bahkan kode etik bagi tenaga kesehatan
Undang- Undang Nomor 23 Tahun 1992, tidak dapat menyelesaikan krisis
dikatakan bahwa, pemerintah sudah keterampilan medis tersebut sehingga
memerintahkan secara jelas untuk mengharuskan untuk menyelesaikannya
menghargai hak-hak seorang pasien. Hal melalui jalur yang rumit lagi yakni jalur
ini berkaitan dengan kebutuhan akan hukum. Karena itu maka terdapat
perlindungan hukum terhadap hak pasien kewajiban profesi yang berguna untuk
yang mengalami suatu peningkatan. memahami dan menghindari agar tidak
Perlindungan hak pasien tertulis juga pada terdapat lagi kesalahan-kesalahan pada
UU Nomor 8 tahun 1999 mengenai profesi kesehatan. Di sisi lain, harus
perlindungan terhadap konsumen, dimana melihat dari aspek hukum yang mana
hal tersebut dimaksudkan untuk menjadi menjadi acuan mengenai hubungan antara
pelindung dari UU mengenai konsumen, tenaga kesehatan dan pasiennya, salah
dalam hal ini seorang pasien dinilai satunya yang berhubungan dengan rekam
sebagai seorang pemakai tenaga kesehatan medis (Asmawati, 2011).
(Bramantyo et al., 2016). Mengenai rekam medis tertuang
Berkembangnya banyak kasus dalam Peraturan Menteri Kesehatan
yang terjadi di berbagai rumah sakit di Republik Indonesia Nomor
Indonesia yang mengakibatkan pekerja 269/MENKES/PER/III/2008 tentang
tenaga medis mau tak mau berhadapan Rekam Medis yang disebutkan bahwa
dengan masalah hukum, maupun keluarga rekam medis adalah berkas yang berisikan
pasiennya yang
catatan dan dokumen tentang identitas informasi tentang pasien wajib menyimpan
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan rahasia kedokteran. Jaminan terhadap
dan pelayanan lain yang telah diberikan kepastian hukum dalam memberikan
kepada pasien. Rekam Medis harus perlindungan kepada pasien dapat
diisikan lengkap sesuai data yang ada pada mempertahankan dan meningkatkan mutu
pasien, agar pasien dapat diidentifikasi pelayanan kesehatan. Fakta yang terjadi,
dengan benar. Informasi yang ada dalam seringkali data pasien satu dengan lainnya
berkas rekam medis harus jelas dan rinci terbuka kerahasiaannya baik dengan
agar menjadi data yang berkualitas untuk sengaja maupun tidak sengaja, misalnya
menunjang pelayanan kesehatan. saat pasien diperiksa, riwayat kesehatan

Rekam medis diisi oleh tenaga pasien yang diungkapkan oleh dokter

kesehatan yang melakukan perawatan serta maupun tenaga kesehatan yang

tindakan medis terhadap pasien sesegera mendampingi, terdengar oleh pasien lain

mungkin agar tidak menjadi lupa, dan ataupun keluarga yang tidak berhak

sesuai dengan keadaan pasien yang mengetahuinya, terutama saat bersama -

sebenarnya. Isi dalam rekam medis adalah sama menunggu giliran untuk pemeriksaan

milik pasien dan merupakan rahasia yang dokter karena tempatnya yang sangat

harus dijaga. Semua petugas kesehatan berdekatan (Susilowati et al., 2018).

wajib menyimpan rahasia kedokteran, hal Salah satu indikator untuk menilai
ini sesuai dengan ketentuan dalam mutu suatu pelayanan kesehatan adalah
Permenkes Republik Ixzndonesia Nomor dengan tersedianya rekam medis yang
36 Tahun 2012 Tentang Rahasia lengkap dan akurat. Tanpa kelengkapan
Kedokteran pada Pasal 4 disebutkan bahwa dan keakuratan rekam medis menimbulkan
semua pihak yang terlibat dalam pelayanan kesan bahwa pelayanan kesehatan tidak
kedokteran dan/atau menggunakan data berlangsung semestinya dan sulit
dan
membayangkan fakta aktual yang terjadi hak pasien sehingga pasien tidak
ini di sebabkan rekam medis merupakan mengetahui tentang hak mereka.
kumpulan segala kegiatan para pelaksana Salah satu perwujudan hak pasien
kesehatan yang ditulis dan digambarkan adalah dengan diberikannya informed
atas aktivitas mereka terhadap pasien consent. Informed consent atau persetujuan
(Amiruddin, 2014). tindakan medis adalah persetujuan yang

Studi pendahuluan dilakukan di yang diberikan oleh pasien atau

Poli dengan jumlah kunjungan terbanyak keluarganya atas dasar penjelasan

pada bulan November 2020 yaitu Poli mengenai tindakan medis yang akan

Onkologi sehingga peneliti mengambil dilakukan terhadap pasien tersebut.

penelitian di Poli Onkologi, karena Poli Persetujuan dari pasien dalam hal ini

Onkologi melayani pasien kanker, yang mempunyai arti yang sangat luas sebab

menurut petugas di Poli Onkologi, rekam dengan sekali pasien membubuhkan tanda

medis jarang diberitahukan kepada pasien, tangannya di formulir persetujuan medis,

karena penyakit yang diderita pasien maka dianggap pasien telah informed dan

mempunyai harapan hidup rendah, pasien telah menyerahkan nasibnya kepada

sehingga apabila mengetahui kondisi detail dokter, dan dokter boleh melaksanakan apa

tentang penyakitnya akan menjadikan yang menurut dokter baik. Namun, di sisi

stressor tersendiri bagi pasien sehingga pasien, informed consent merupakan

hasil rekam medis secara detail perwujudan dari hak pasien dimana pasien

diberitahukan apabila pasien atau keluarga berhak mendapatkan informasi penyakit

meminta. Pasien tidak mengetahui secara yang dideritanya, tindakan medis apa yang

detail tentang hak-hak pasien atas rekam hendak dilakukan, kemungkinan penyulit

medis, hal ini disebabkan karena Rumah akibat tindakan itu alternatif terapi lainnya

Sakit tidak memasang banner tentang hak- serta prognosisnya (Santoso et al., 2015).
Hasil wawancara pada 8 pasien, TUJUAN PENELITIAN
didapatkan hasil 7 pasien menyatakan a. Mengetahui perlindungan

tidak diperbolehkan melihat isi rekam hukum hak atas informasi medis

medisnya, 6 pasien menyatakan bahwa di Poli Onkologi Rumah Sakit

tidak mendapatkan penjelasan sebelum Umum Daerah Sumberglagah

dilakukan tindakan, 4 orang Mojokerto.

menyatakan tidak menandatangani b. Mengetahui perlindungan

informed consent sebelum dilakukan hukum hak memberikan

tindakan, dan 1 orang menyatakan persetujuan tindakan medis di

bahwa petugas kesehatan tidak Poli Onkologi Rumah Sakit

memberikan informasi tentang Umum Daerah Sumberglagah

penyakitnya. Hal ini menunjukkan Mojokerto.

bahwa hak pasien kepada keluarga c. Mengetahui perlindungan

pasien masih belum sepenuhnya hukum hak atas rahasia medis di

diterapkan sesuai SOP yang ada di Poli Poli Onkologi Rumah Sakit

Onkologi Rumah Sakit Sumberglagah. Umum Daerah Sumberglagah

Berdasarkan latar belakang Mojokerto

tersebut, peneliti tertarik untuk d. Mengetahui perlindungan

melakukan penelitian tentang hukum hak menolak pengobatan

“perlindungan hukum tentang hak atau perawatan serta tindak

pasien berdasarkan analisis rekam medis di Poli Onkologi Rumah

medis di Poli Onkologi Rumah Sakit Sakit Umum Daerah

Umum Daerah Sumberglagah Sumberglagah Mojokerto.

Mojokerto.
METODE PENELITIAN Tabel 5. 1 Gambaran Umum Responden
Berdasarkan Umur
Jenis penelitian ini merupakan penelitian
Usia Jumlah Persentase (%)
deskriptif yang menggunakan kuantitatif. 46-55 tahun 9 13,6
56-65 tahun 33 50,0
Analisis kuantitatif digunakan untuk > 65 tahun 24 36,4
Jumlah 66 100
menentukan sekiranya ada kekurangan agar

dapat dikoreksi dengan segera pada saat pasien Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa

dirawat dan item kekurangan belum proporsi tertinggi responden adalah berumur

terlupakan, untuk menjamin efektifitas 56-65 tahun, yaitu sebanyak 33 orang (50%).

kegunaan isi rekam medis di kemudian hari. Tabel 5.1 juga menunjukkan bahwa proporsi

Yang dimaksud dengan koreksi ialah terendah adalah responden yang berumur 46-

perbaikan sesuai keadaan sebenarnya terjadi. 55 tahun, yaitu sebanyak 9 orang (13,5%).

Tabel 5. 2 Gambaran Umum Responden


Analisis kuantitatif juga bertujuan untuk
Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
mengidentifikasi kejadian yang tidak lengkap (%)
Laki-laki 22 33,3
yang dengan mudah dapat dikoreksi dengan Perempuan 44 66,7
Jumlah 66 100
adanya dibuat suatu prosedur sehingga Rekam

Medis menjadi lebih lengkap dan dapat Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa
dipakai untuk melindungi hak pasien di Poli proporsi tertinggi responden berjenis kelamin
Onkologi Rumah Sakit Umum Daerah perempuan, yaitu sebanyak 44 orang (66,7%).
Sumberglagah Mojokerto. Sedangkan proporsi terendah berjenis kelamin

HASIL PENELITIAN laki-laki, yaitu sebanyak 22 orang (33,3%).


Responden merupakan pasien Poli

Onkologi yang memenuhi kriteria penelitian

berjumlah 66 orang. Gambaran umum

responden meliputi umur, jenis kelamin,

pendidikan, dan diagnosa kanker yang

diderita.
Tabel 5. 3 Gambaran Umum Responden Kriteria Frekuen Persent
Berdasarkan Pendidikan si ase (%)
Pendidikan Jumlah Persen Perlindungan Hukum
Terpenuhi 35 53,0
(%) Perlindungan Hukum
SMP 8 12,1 Tidak terpenuhi 31 47,0
SMA 54 81,8 Jumlah 66 100
Perguruan Tinggi 4 6,1
Jumlah 66 100 Tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari hasil

perhitungan kuantitatif, sebagian besar


Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa
responden menjawab haknya sudah terpenuhi,
proporsi tertinggi responden berpendidikan
yaitu sebanyak 35 responden (53%),
SMA, yaitu sebanyak 54 orang (81,8%).
sedangkan responden yang haknya tidak
Sedangkan proporsi terendah berpendidikan
terpenuhi sebanyak 31 responden (47%).
tinggi, yaitu sebanyak 4 orang (6,1%).
KESIMPULAN
Tabel 5. 4 Gambaran Umum Responden
Berdasarkan Diagnosa Kanker Yang Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik
Diderita
Pendidikan Jumlah Persentas kesimpulan sebagai berikut:
e (%)
Cervix 27 40,9 1).Hak atas informasi rekam medis seluruhnya
Mamae 16 24,2
Nasofaring 5 7,6 telah terpenuhi.
Paru 15 22,7
2).Hak memberikan persetujuan tindakan
Prostat 3 4,5
Jumlah 66 100 medis menunjukkan bahwa masih ada pasien

yang tidak mendapatkan penjelasan dari


Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa
perawat/dokter tentang risiko tindakan yang
proporsi tertinggi responden didiagnosa
akan dilakukan terhadap pasien
kanker cervix, yaitu sebanyak 27 orang
3).Hak atas rahasia medis seluruhnya telah
(40,9%). Sedangkan proporsi terendah
terpenuhi
didiagnosa kanker prostat, yaitu sebanyak 3
4).Hak atas menolak pengobatan atau
orang (4,5%).
perawatan serta tindak medis menunjukkan
Tabel 5. 5 Gambaran PerlindunganHukum
Terhadap Hak Pasien Yang Berhubungan bahwa hampir seluruh
dengan Rekam Medis di RSUD
Sumberglagah Mojokerto pada Bulan April
2021
pasien tidak mendapatkan hak boleh menolak memastikan bahwa pasien atau keluarga sudah

pengobatan, tidak mendapatkan hak boleh menandatangani seluruh berkas rekam medis

menolak perawatan, dan hampir setengah sebagai sarana perlindungan hukum bagi

responden tidak mendapatkan hak boleh kedua pihak baik pasien maupun tenaga medis.

menolak tindakan medis atas dirinya. Analisis 3). Perlu dilakukan penelitian selanjutnya

rekam medis tentang perlindungan hukum tentang pemenuhan hak pasien yang lain.

terhadap hak pasien hampir setengah berkas DAFTAR PUSTAKA


rekam medis tidak ada tanda tangan
Amiruddin. (2014). Pengantar Metode
pasien/keluarga pada lembar penyuluhan Penelitian Hukum. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
tentang penyakit, dan tidak ada tanda tangan
Arikunto, S. (2016). Prosedur Penelitian
pasien/keluarga pada lembar penolakan Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta.

tindakan medis. Asmawati. (2011). Etika Profesi dan Hukum


Kesehatan. Makassar: Pustaka Refleksi.
SARAN
Bramantyo, R. Y., Sudarmanto, H. L.,
Berdasarkan kesimpulan di atas maka terdapat Rahman, I., & Setiyono, G. C. (2016).
Analisis Perlindungan Hukum Bagi
beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai Pasien dalam Transaksi
Terapiutik. Jurnal
saran yaitu: Transparansi Hukum, 122–137.

1). Diharapkan pihak Rumah Sakit Hidayat, A. A. A. (2014). Metode Penelitian


Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
memberikan hak-hak pasien termasuk hak Jakarta: Salemba Medika.

yang berhubungan dengan rekam medis Kemenkes RI. (2008). Permenkes Nomor
269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam
terutama yang selama ini masih belum Medis.

Kemenkes RI. (2009). Undang-Undang


terpenuhi seperti hak memberikan persetujuan
Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit.
tindakan medis dan hak atas menolak
Kemenkes RI. (2013). Peraturan Menteri
pengobatan atau perawatan serta tindak medis. Kesehatan Republik Indonesia Nomor 55
Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan
2). Diharapkan pihak Rumah Sakit selalu Pekerjaan Perekam Medis (Vol. 50, Issue
5).
memeriksa kelengkapan informed consent dan
Kemenkes RI. (2014). Permenkes No. 69
tahun 2014 tentang Kewajiban Rumah
Sakit dan
Kewajiban Pasien. Sudra, I. (2013). Rekam Medis. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Kemenkes RI. (2020). Undang-Undang
Republik Indonesia No 3 Tahun 2020 Sugiyono. (2016). Metode Penelitian
Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Kuantitatif dan Kualitatif R & D.
Sakit. Alfabeta.
Mathar, I. (2018). Manajemen Informasi Susilowati, I., Surjoseputro, W., & Silviawati,
Kesehatan: Pengelolaan Dokumen D. (2018). Perlindungan Hukum
Rekam Medis. Yogyakarta: Deepublish Terhadap hak Privasi dan Data Medis
Publisher. Pasien di Rumah Sakit X Surabaya.
Jurnal Wiyata Penelitian Sains Dan
Notoatmodjo, S. (2016). Metodologi Kesehatan, 5(1), 5.
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka http://www.ojs.iik.ac.id/index.php/wiyata
Cipta. /article/view/209
Nursalam. (2016a). Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2016b). Metodologi Penelitian


Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.
Jakarta: Salemba Medika.

Riduwan. (2015). Metode dan Teknik


Menyusun Skripsi dan Tesis. Bandung:
Alfabeta.

Rusli, A. (2016). Manual Rekam Medis.


Jakarta: Konsil Kedoketran Indonesia.

Santoso, B., Susilo, C., & Rohmah, N. (2015).


Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
kewaspadaan bencana alam di Dusun
Kantong Desa Kemiri Kecamatan Panti
Kabupaten Jember. Artikel Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Jember, 16.

Siregar, C., & Amalia, L. (2014). Farmasi


Rumah Sakit Teori dan Penerapannya.
Jakarta: EGC.

Siringoringo, V. M. P., Hendrawati, D., &


Suharto, R. (2017). Pengaturan
Perlindungan Hukum Hak-Hak Pasien
Dalam Peraturan Perundang-Undangan
Tentang Kesehatan di Indonesia. 6, 1–13.

Anda mungkin juga menyukai