Elvi Indahwati
UniversitasSriwijaya, FakultasEkonomi, JurusanManajemen. Indonesia. Email: elviindahwati@gmail.com
_____________________________________________________________________________
ABSTRAK
Tujuan Penelitian – Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien yang harus dijaga kerahasiaannya. Pelepasan informasi rekam medis di rumah
sakit sebagai proses untuk pembayaran tagihan klaim adalah hal yang lumrah dilakukan di
rumah sakit sebagai mitra perusahaan asuransi kesehatan. Namun, tidak menjamin keamanan di
kemudian hari dimana peminta pertama dapat meneruskan informasi kepada pihak lain tanpa
otorisasi pasien lagi. Permasalahan yang diangkat pada tulisan ini mengenai pelepasan
informasi rekam medis rumah sakit kepada asuransi kesehatan ditinjau dari aspek hukum.
Temuan – Pelepasan informasi rekam medis diatur dalam dalam Permenkes RI No.
269/MENKES/PER/III/2008 BAB IV Pasal 10 tentang Penyimpanan, Pemusnahan, dan
Kerahasiaan Rekam Medis. Pelepasan informasi rekam medis kepada pihak ketiga, dalam hal
ini asuransi kesehatan, harus disertai adanya surat kuasa dari pasien. Dalam menjalakan
kerjasama dengan asuransi kesehatan, rumah sakit juga harus memahami isi dari kontrak
kerjasama antara asuransi kesehatan dengan pasien sebelumnya, terutama yang mengatur
perjanjian pelepasan informasi medis pasien ke pihak asuransi terkait oleh pihak penyelenggara
pelayanan kesehatan. Jika dibutuhkan, rumah sakit dapat memperkuat dasar pelepasan informasi
rekam medis dengan menggunakan formulir persetujuan pelepasan informasi dokumen rekam
medis.
Originality – Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif terhadap data kepustakaan yang
bersumber dari peraturan perundang-undangan dan dokumen resmi meliputi isi dan struktur
hukum positif yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk menentukan isi atau
makna aturan hukum yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan permasalahan hukum.
PENDAHULUAN
Menurut World Health Organization (WHO), rumah sakit merupakan bagian integral
dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan menyediakan pelayanan paripurna
(komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan penyakit (preventif) kepada
masyarakat. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah
sakit disebutkan bahwa rumah sakit mempunyai kewajiban pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, anti diskriminasi dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai standar
pelayanan rumah sakit. Dalam proses pelayanan kesehatan terdapat unit rekam medis yang
menunjang proses pelayanan kesehatan yaitu mengelola data-data kemudian diolah menjadi
sebuah dokumen yang dapat digunakan menjadi dasar aspek informasi yang sangat penting oleh
pihak eksternal maupun internal rumah sakit dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan,
rumah sakit harus mendokumentasikan setiap tindakan dan pengobatan yang telah diberikan
kepada pasien dalam suatu dokumen rekam medis
Rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain identitas
pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain
yang diberikan kepada pasien. Catatan merupakan tulisan-tulisan yang dibuat oleh dokter atau
dokter gigi mengenai tindakan-tindakan yang dilakukan kepada pasien dalam rangka pelayanan
kesehatan. Salah satu penilaian dari pelayanan kesehatan dapat kita lihat dari pencatatan rekam
medis atau rekam kesehatan. Dari pencatatan rekam medis dapat menggambarkan kualitas
pelayanan kesehatan yang diberikan pada pasien, serta meyumbangkan hal penting dibidang
hukum kesehatan, pendidikan, penelitian dan akreditasi rumah sakit (Thalal & Hiswani, 2009).
Indonesia memiliki peraturan perundang-undangan yang mengatur penyelenggaraan
rekam medis dimuat di dalam Undang-Undang No. 23 tahun 1992 Kesehatan, Undang-Undang
No 29 tahun 2014 tentang Praktek Kedokteran, dan Permenkes (2008). Selain itu juga terdapat
ketentuan perundang-undangan di bidang wajib simpan rahasia kedokteran yang berhubungan
dengan penyelenggaraan Manajemen Informasi Kesehatan (MIK), seperti pasal KUHP rahasia
jabatan/pekerjaan, PP No. 10 tahun 1966 tentang Wajib simpan rahasia Kedokteran, dan kedua
Undang-Undang di atas (Firdaus, 2008).
Menurut Permenkes 269/MENKES/PER/III2008 yang mengatur masalah kerahasiaan
suatu informasi medis pasien pada pasal 10: Rekam medis merupakan berkas yang wajib dijaga
kerahasiaanya dan pasal 13 ayat 1 berisikan pemanfaatan rekam medis dapat dipakai sebagai:
(a) Pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien (b) Alat bukti proses penegakan hukum (c)
Keperluan pendidikan (d) Dasar pembiayaan pelayanan kesehatan (e) Data statistik kesehatan.
Rekam Medis hanya dapat dikeluarkan berdasarkan otoritas Rumah Sakit yang
berwenang, dan kerahasiaan isinya dikeluarkan berdasarkan izin dari pasien yang bersangkutan,
sehingga informasi yang terdapat didalamnya dapat dipertanggung jawabkan. Sarana pelayanan
kesehatan berkewajiban menjaga kerahasiaan informasi yang terkandung di dalam berkas rekam
medis dan tidak diperbolehkan melepaskannya pada orang/institusi yang tidak bertanggung
jawab. Kompleksitas dapat muncul karena pelayanan rumah sakit menyangkut berbagai fungsi
pelayanan, pendidikan, dan penelitian, serta mencakup berbagai tingkatan maupun jenis
disiplin, dimana rumah sakit mampu melaksanakan fungsi yang profesional baik dibidang teknis
medis maupun administrasi kesehatan. Rumah sakit dengan kompleksitas tinggi memiliki resiko
tinggi pula terhadap beberapa kemungkinan masalah/kasus yang akan terjadi (Rustiyanto,
2009).
Sarana kesehatan bertanggung jawab untuk melindungi informasi kesehatan yang
terdapat di dalam rekam medis terhadap kemungkinan hilang, rusak, pemalsuan dan akses yang
tidak sah. Menjaga keamanan informasi, keakuratan informasi dan kemudahan akses informasi
menjadi tuntunan pihak organisasi pelayanan kesehatan dan praktisi kesehatan serta pihak
ketiga yang berwewenang. Sedangkan pihak yang membutuhkan informasi harus senantiasa
menghormati privasi pasien. Secara keseluruhan, keamanan (security), privasi (privacy),
kerahasian (confidentiality), dan keselamatan (safety) adalah perangkat yang membentengi
informasi dalam rekam medis.
Pelepasan informasi rekam medis, khususnya di rumah sakit, adalah suatu hal yang
lumrah dilakukan. Rumah sakit sebagai mitra perusahaan asuransi kesehatan adalah pihak yang
berwewenang dalam hal pelepasan informasi rekam medis. Sebagai pemilik informasi dalam
rekam medis, rumah sakit harus memiliki prosedur pelepasan informasi rekam medis, di
antaranya harus disertai dengan izin tertulis dari pasien, begitu pula dengan pemaparan isi
rekam medis, haruslah dokter yang merawat pasien tersebut. Pelepasan informasi kepada pihak
lain (secondary release) sering muncul sejak era komputerisasi informasi kesehatan. Suatu
permintaan yang sah yang dapat diproses untuk pembayaran tagihan klaim, tetapi tidak
menjamin keamanan di kemudian hari. Peminta pertama dapat meneruskan informasi kepada
pihak lain tanpa otorisasi pasien lagi (Hatta, 2014).
Bertolak dari hal inilah perlu dibahas lebih lanjut bagaimana tinjauan hukum dalam
pelepasan informasi rekam medis pasien kepada pihak ketiga, khususnya di rumah sakit, dalam
proses pengajuan klaim kepada asuransi kesehatan.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis
normatif. Pendekatan yuridis adalah suatu pendekatan yang mengacu pada hukum dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, sedangkan pendekatan normatif adalah pendekatan yang
dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder terhadap asas-asas hukum.
Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
kepustakaan. Data kepustakaan yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan yang bersumber
dari peraturan perundang-undangan, buku-buku, dokumen resmi, publikasi dan hasil penelitian.
Metode Analisa Data
Metode analisa data yang dipergunakan adalah pendekatan kualitatif terhadap data
primer dan data sekunder. Deskriptif tersebut meliputi isi dan struktur hukum positif yaitu suatu
kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk menentukan isi atau makna aturan hukum yang
dijadikan rujukan dalam menyelesaikan permasalahan hukum yang menjadi objek kajian.
KESIMPULAN
Rekam medis merupakan berkas yang wajib dijaga kerahasiaannya. Pelepasan
informasi rekam medis kepada pihak ketiga harus ada surat kuasa dari pasien. Dalam
menjalakan kerjasama dengan asuransi kesehatan, rumah sakit juga harus memahami isi dari
kontrak kerjasama antara asuransi kesehatan dengan pasien sebelumnya, terutama yang
mengatur perjanjian pelepasan informasi medis pasien ke pihak asuransi terkait oleh pihak
penyelenggara pelayanan kesehatan. Jika dibutuhkan, rumah sakit dapat memperkuat dasar
pelepasan informasi rekam medis dengan menggunakan formulir persetujuan pelepasan
informasi dokumen rekam medis.
REFERENSI
Depkes RI. (2006). Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di
Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
Firdaus, S. U. (2008). Rekam Medis dalam Sorotan Hukum dan Etika. Surakarta: LPP UNS dan
UNS Press.
Guwandi, J. (2005). Rahasia Medis. Jakarta: Graha Ilmu.
Hatta, G. R. (2014). Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan
Kesehatan. Jakarta: UI Press.
Huffman, E. K. (1994). Health Information Maangement (Tenth Edition). Berweyn, Illnois:
Physcians Record Company
M Thalal dan Hiswani. (2018). Aspek Hukum Dalam Pelayanan Kesehatan. Administrasi
Fakultas Tehnik USU. Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269 Tahun 2008 Rekam Medis. 12
Maret 2008. Jakarta.
Rustiyanto, E. (2009). Etika Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Rustiyanto, E. (2015). Etika Profesi dan Hukum Kesehatan dalam Manajemen Rekam Medis.
Yogyakarta: Permata Indonesia Press.
Soeparto, P., Hariadi, R., Koeswadji, H. H., Daeng, B. H., Sukanto, H., Atmodirono, A. H.
(2006). Etik dan Hukum di Bidang Kesehatan (Edisi II). Jakarta : Airlangga University
Press.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana. 31 Desember 1981. Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 1981
Nomor 76. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Praktik Kedokteran. 6 Oktober
2004. Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116. Jakarta.
World Health Organization. (2006). Medical Records Manual A Guide For
Developing Countries. Geneva: WHO.
Yusuf & Masturoh. (2015). Tinjauan Pelepasan Informasi Rekam Medis: Studi Kasus Aspek
Hukum di RSUP Dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Jurnal Persada Husada
Indonesia, 2(6).
TENTANG PENULIS
Penulis merupakan mahasiswa Program Studi Magister Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Sriwijaya. Penulis meraih gelar Sarjana Kedokteran dan gelar Dokter dari Fakultas
Kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Umum Universitas Sriwijaya. Topik penilitian
yang dikaji penulis adalah hukum bisnis dalam bidang kesehatan. Email yang dapat dihubungi
adalah elviindahwati@gmail.com