PENDAHULUAN
Lingkungan salah satu tempat hidup semua makhluk yang ada di bumi,
khususnya manusia. Peran masyarakat sangat penting dalam menjaga lingkungan,
sebab masyarakat dituntut mampu menyelesaikan permasalahan menyangkut
lingkungan hidupnya. Salah satu permasalahan lingkungan hidup tentang
kebersihan. Kebersihan mencerminan setiap individu dalam menjaga kesehatan.
Kebersihan suatu keadaan yang bebas dari segala kotoran, dan lain-lain yang
dapat merugikan segala aspek yang menyangkut setiap kegiatan dan perilaku
masyarakat.Untuk mewujudkan kebersihan lingkungan, dibutuhkan kesadaran
dari masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan salah satunya dengan
menjaga kebersihan dari sampah yang ada.
Sampah salah satu benda atau bahan yang sudah tidak digunakan lagi oleh
manusia sehingga dibuang. Stigma masyarakat terkait sampah itu menjijikkan,
kotor,dan lain-lain sehingga harus dibakar atau dibuang sebagaimana mestinya
(Mulasari 2012). Segala aktivitas masyarakat selalu menimbulkan sampah. Hal ini
tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah akan tetapi juga dari
seluruh masyarakat untuk mengolah sampah agar tidak berdampak negatif bagi
lingkungan sekitar (Hardiatmi 2011). Sistem pengelolaan persampahan diperlukan
untuk daerah perkotaan, harusdilaksanakan secara tepat dan sistemastis.Kegiatan
pengelolaan persampahan akan melibatkan penggunaan dan pemanfaatan berbagai
prasarana dan sarana persampahanyang meliputi pewadahan, pengumpulan,
pemindahan, pengangkutan, pengolahan maupun pembuangan akhir (Sahil et al.
2016).
Permasalahan sampah meliputi 3 bagian yaitu pada bagian hilir, proses dan
hulu. Pada bagian hilir, pembuangan sampah yang terus meningkat. Pada bagian
proses, keterbatasaan sumber daya baik dari masyarakat maupun pemerintah. Pada
bagian hulu, berupa kurang optimalnya sistem yang diterapkan pada pemrosesan
akhir .Sebagian besar masyarakat menganggap membakar sampah merupakan
bagian dari pengolahan sampah. akan tetapi, hal seperti itu bisa menyebabkan
pencemaran bagi lingkungan dan mengganggu kesehatan. Sikap seperti ini ada
kemungkinan dipengaruhi oleh pengetahuan dan kematangan usia (Mulasari
2012).
Membangun kesadaran masyarakat tidak semudah membalikkan telapak
tangan. Perlu kerja sama dari semua pihak, baik masyarakat, pemerintah maupun
pihak ketiga sebagai pendukung. Diperlukan waktu yang cukup lama untuk
membangun kesadaran itu. Diperlukan pula contoh dan teladan yang positif serta
konsistensi dari pihak pengambil kebijakan di suatu wilayah tertentu. Kegiatan
sosialisasi secara langsung tentang pengelolaan sampah dapat mendorong
partisipasi masyarakat dalam hal pengelolaan persampahan (Rizal 2011).
Seiring pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali, masalah sampah akan
terus meningkat. Tidak dapat dipungkiri, hingga saat ini masih banyak masyarakat
yang memiliki perilaku buruk terhadap lingkungan, seperti membuang sampah
sembarangan. Di Indonesia masalah sampah sering dijumpai, jika tidak ditangani
dengan baik akan menimbulkan gangguan kesehatan, kenyamanan, kecantikan, dll
(Pratiwi et al. 2018).
Untuk mencegah orang membuang sampah sembarangan karena tempat
pembuangan sampah terlalu jauh, maka didirikan tempat yang disebut TPS. TPS
memudahkan masyarakat dalam mengelola sampah, sehingga tidak perlu meminta
masyarakat membuang sampah ke TPA (biasanya jauh dari pemukiman
penduduk) dan mencegah masyarakat membuang sampah sembarangan. Selain
kelebihan TPS, kekurangan yang ditimbulkan oleh keberadaan TPS antara lain
munculnya bau tak sedap, lalat, dan nyamuk (Hasbiah et al. 2018).
TINJAUAN PUSTAKA
Pengukuran timbulan dan komposisi sampah
Sampah dapat didefinisikan sebagai sisa atau suatu hal yang sudah tidak
dipakai oleh pemiliknya sehingga menjadi barang buangan. Sampah berdasarkan
jenisnya dapat dibedakan menjadi sampah organik dan sampah anorganik.
Sampah organik merupakan sampah yang berasal dari sisa makhluk hidup seperti
hewan, manusia, tumbuhan, yang mengalami pembusukan, sedangkan sampah
anorganik adalah sampah dari sisa pemakaian manusia yang sulit untuk diurai
oleh bakteri (Taufiq dan Maulana 2015). Sampah berdasarkan sumbernya dapat
dibedakan menjadi dua kategori, yakni sampah domestik dan sampah non
domestik. Sampah domestik adalah sampah yang bersumber dari rumah tangga,
sedangkan sampah non domestik adalah sampah yang bersumber dari sampah
komersil, sampah industri, sampah institusi, sampah bangunan, sampah pelayanan
kota, lumpur instalasi pengolahan, sisa-sisa lain, dan sampah pertanian
(Tchobanoglous et. al. 1993).
Timbulan sampah menurut SNI-19-2454-2002 adalah banyaknya sampah yang
timbul dari masyarakat dalam satuan volume maupun berat per kapita perhari,
atau per luas bangunan, atau per panjang jalan. Berdasarkan kajian timbulan dan
komposisi sampah yang dilakukan oleh Wardiha (2013), sampah memiliki
kemampuan untuk didaur ulang, dimana sampah yang dimaksud adalah sampah
organik dan sampah anorganik. Sampah organik seperti sisa makanan dapat
diolah menjadi kompos, sedangkan sampah anorganik seperti sampah kering
dapat dioleh menjadi kertas, botol plastik, kantong plastik, dan lain-lain.
Pengelolaan sampah pada suatu lokasi merupakan hal yang dilakukan untuk
melayani sampah yang dihasilkan pada lokasi tersebut (Masrida 2017).
Pengelolaan sampah didefinisikan sebagai kegiatan dalam pengaturan terhadap
timbulan sampah, penyimpanan sementara, pengumpulan, pemindahan atau
pengangkutan dan pengolahan serta pembuangan sampah dengan menggunakan
suatu cara sesuai dengan prinsip-prinsip yang berhubungan dengan kesehatan
masyarakat, ekonomi, teknik, perlindungan alam, keindahan dan pertimbangan
lainnya, serta mempertimbangkan masyarakat luas (Tchobanoglus 1993).
METODOLOGI
Pengukuran timbulan dan komposisi sampah
Penelitian Pengukuran Timbulan Sampah dan Komposisi Sampah ini
dilakukan selama 8 hari pengukuran sample sampah yang dimulai dari tanggal 9
November 2020 hingga 16 November 2020. Alat-alat yang digunakan penelitian
ini adalah timbangan, plastik berwarna terang, gelap, dan merah, serta kaleng.
Sedangkan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah limbah padat
domestik yang diambil dari sampah ruah tangga di kediaman mahasiswa masing-
masing. Wadah pengukuran timbulan sampah diusahakan tetap selama 8 hari
pengukuran pengukuran.
Alat timbang yang digunakan harus mampu menimbang untuk berat dalam
satuan gram sehingga sampah yang ringan seperti kertas dapat diketahui beratnya
secara pasti. Terakhir, pengambilan sampah serta pengukuran sebaiknya
dilakukan setiap hari, Prosedur penelitian pengukuran timbulan sampah dan
komposisi sampah disajikan secara sederhana dalam diagram alir. Langkah-
langkah yang dilakukan pada praktikum timbulan dan komposisi sampah
disajikan pada diagram alir berikut:
Mulai
Selesai
Dilakukan observasi pola pengumpulan dan pengangkutan sampah pada tempat tinggal
masing-masing praktikan
Ditentukan jenis teknik operasional menggunakan diagram pengelolaan dan peta pelayanan
pada lokasi terpilih berdasarkan hasil survey dan wawancara petugas kebersihan
Peralatan pendukung dalam proses pengumpulan dan pengangkutan sampah diamati dan
dicatat
Dilakukan prediksi jumlah alat pengumpul menggunakan persamaan (1) sampai (5)
Selesai
Keterangan:
Nsk = jumlah wadah sampah komunal
Jj = jumlah jiwa per rumah
Pa = presentase sampah organik
𝐶𝑛 = (30−40%)(𝑇𝑠) 𝑐 𝐹𝑝 𝑅𝑘………………………………………………………………………(4)
Keterangan:
Cn = jumlah kontainer
c = volume kontainer (m3/kontainer)
Perhitungan jumlah kontainer untuk kawasan komersial dan fasilitas umum
dapat dihitung dengan Persamaan 5 dibawah.
Peralatan pendukung dalam proses pengumpulan dan pengangkutan sampah diamati dan
dicatat
Dilakukan peninjauan pola sistem pengangkutan di TPS serta ditentukan metode terpilih
Dilakukan observasi dan wawancara petugas perihal kendala yang dialami dalam
melakukan pola tersebut
Dilakukan perhitungan analisis kalkulasi berdasarkan perkiraan realistis dan survei kepada
petugas pengangkut
Selesai
Mulai
Melakukan tinjauan TPS yang sudah dipilih menurut SNI 3242-2008 tentang Pengelolaaan
Sampah di Permukiman
Mengamati kondisi TPS dari berbagai aspek dari bahan pembuatan, kondisi cairan lindi di
Kawasan TPS, dan menentukan warna cairan lindi di TPS bila ada
Mentukan hasil obsevasi dari data yang didapatkan dan menentukan kontruksi dan
manajemen penanganan TPS berdasarkan kriteria ramah lingkungan
Selesai
HASIL PEMBAHASAN
Pengukuran timbulan dan komposisi sampah
Berdasarkan hasil pengambilan data selama lima hari ini dapat diketahui bahwa
sampah organik memiliki persentase yang lebih tinggi daripada jenis sampah yang
lain. Pernyataan ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Riswan et
al. 2011, dalam penelitian tersebut diterangkan bahwa sampah organik
mendominasi komposisi sampah rumah tangga yaitu sebesar 47%. Tidak ada
sampah B3 yang ditemukan pada penelitian ini. Hal ini karena rumah tangga tidak
menghasilkan sampah B3.
Sistem pengumpulan dan pengangkutan sampah
Sistem pengumpulan sampah yang dilakukan pada lingkup yang kecil
dilakukan pola pengumpulan sampah door to door. Pola pengangkutan sampah
door to door dilakukan dengan cara mengumpulkan sampah dari setiap sumber
sampah (door to door) kemudian diangkut langsung ke TPA. Pola pengangkutan
ini dapat diterapkan di kota sedang dan kecil karena kesederhanaan
pengendaliannya, jarak ke TPA tidak jauh, daerah pelayanan tidak luas dan tidak
sulit dijangkau (Basriyanta 2007).
Berdasarkan dari sample yang di ambil dari salah satu data lapangan, di
dapatkan pola pengumpulan sampah individual langsung dan menggunakan pola
pengangkutan sampah secara door to door. Pola pengangkutan sampah ini
digunakan berdasarkan daerahnya masing-masing dan besar wilayah tersebut.
Adapun waktu pengambilan sampah dilakukan sebanyak dua kali dalam
seminggu, yaitu pada hari rabu dan kamis jam 08.00-12.00 WITA. Jumlah
petugas yang bekerja sebanyak 2 orang dan peralatan yang digunakan adalah
gerobak yang ditarik menggunakan motor.
DAFTAR PUSTAKA
Arnatha IM. 2012. Studi optimasi teknis operasional pengumpulan dan
pengangkutan sampah dengan model simulasi (Studi Kasus Kecamatan
Mengwi, Kabupaten Badung Tahun 2004-2024). Jurnal Ilmiah Teknik Sipil.
16(1): 90-99.
Aspian SA. 2009. Optimasi pola pengumpulan dan pengangkutan sampah kota
muara teweh melalui pendekatan zonasi. [Tesis]. Semarang (ID): Teknik
Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro
Al-Wabel MI, Al Yehya WI, Al-Farraj SE, El-Maghraby. 2011. Characteristic of
landfill leachates and bio-solids of Municipal Solid Waste (MSW) in
Riyadh City Saudi Arabia. Journal of the Saudi Society of Agricultural
Sciences. 10(1) : 65-70.
Basriyanta. 2007. Memanen Sampah. Yogyakarta (ID): Kanisisus.
Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta. 1989. Perencanaan Detail Sanitary
landfill Bantargebang – Bekasi. Jakarta (ID) : Dinas Kebersihan Pemda
DKI Jakarta.
Gunawan, Gugun. 2007. Mengolah Sampah Jadi Uang. Jakarta (ID): TransMedia
Pustaka.
Hardiatmi S. 2011 Pendukung keberhasilan pengelolaan sampah kota. Jurnal
INNOFARM. 10(1): 50-66.
Hasbiah A, Rochaeni A, Sutopo AF. 2018. Analisis kesediaan membayar
(willingness to pay) dan kesediaan untuk menerima kompensasi
(willingness to accept) dari keberadaan Tempat Penampungan Sementara
Ciwastra dengan contingent valuation method. Jurnal Infomatek. 20 (2):
107-116.
Masrida R. 2017. Kajian timbulan dan komposisi sampah sebagai dasar
pengelolaan sampah di Kampus II Universitas Bhayangkara Jakarta Raya.
Journal of Environmental Engineering & Waste Management. 2(2): 69-78
Mulasari, S. A. 2012. Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap terhadap perilaku
masyarakat dalam mengelola sampah di Dusun Padukuhan Desa Sidokarto
Kecamatan Godean Kabupaten Sleman Yogyakarta. Jurnal Kesmas. 6(3):
204-211.
Pratiwi EZ, Meidiana C, Wijayanti WP. 2018. Rekomendasi penentuan titik
tempat penampungan sampah sementara di Kecamatan Kedungkandang
Kota Malang. Jurnal Tata Kota dan Daerah. 10(1): 25-38.
Rian, A. 2016. Jurnal Perilaku Masyarakat Dalam Membuang Sampah di
Kecamatan Pontianak Barat. Pontianak : Universitas Tanjungpura.
Riswan, Sunoko HR, Hadiyarto A. 2011. Pengelolaan sampah rumah tangga di
Kecamatan Daha Selatan. Jurnal Ilmu Lingkungan. 9(1): 31-39.
Rizal M. 2011. Analisis pengelolaan persampahan perkotaan (studi kasus pada
Kelurahan Boya Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala). Jurnal Sipil
Mesin Arsitektur Elektro (SMARTek). 9(2): 155-172
Sahwan FL. 2010. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) urgensi dan
implementasinya. Jurnal Pusat Teknologi Lingkungan. 6(2) : 151-157
Sahil J, Muhdar MHIA, Rohman F, Syamsuri I. 2016. Sistem pengelolaan dan
upaya penanggulangan sampah di Kelurahan Dufa-Dufa Kota Ternate.
Jurnal Bioedukasi. 4(2): 478-487.
Taufiq A, M. 2002. Pengembangan Teknologi Pengelolaan Sampah yang
Berwawasan Lingkungan. Jakarta (ID) : Development Urban Solid Waste
Management Workshop in Indonesia.
Taufiq A, Maulana MF. 2015. Sosialisasi sampah organik dan non organik serta
pelatihan kreasi sampah. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan. 3(1): 68-73.
Tchobanoglous G. 1993. Intergrated Solid Waste Management. New York (US):
McGraw Hill.
Wardhani, Citra 2004. Partisipasi Masyarakat pada Kegiatan Pemilahan Sampah
Rumah Tangga, Tesis, Jakarta, PPS-PSIL UI.
Wardiha M, Pradwi WSA, Setyawati LM, Muhajirin. 2013. Timbulan dan
komposisi sampah di kawasan perkantoran dan wisma. Jurnal
PRESIPITASI. 10(1): 89-94.
LAMPIRAN
Lampiran 1.1 Foto TPS masing-masing Praktikan