Anda di halaman 1dari 16

PENCAHAYAAN RUANGAN DAN KENYAMANAN VISUAL

Space Lighting And Visual Comfort


Muhammad Ramaldy Irwin1, Fuad Rosyadi2, Ahmad Fausan3, Rafli Fajar Arianto4,
Ingrith Tiara Deva5
Senin – Kelompok 3
1,2,3,4,5)
Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jl. Raya Dramaga Kampus IPB
Email: aldyirwin21@gmail.com

Abstrak: Kenyamanan visual didalam ruangan sangat dibutuhkan oleh manusia pada umumnya,
sebagaimana tujuan dari bangunan tersebut dirancang, memberikan rasa aman serta memberikan
kenyamanan. Pencahayaan didalam ruangan kerja, laboratorium, atau didalam Gedung kuliah
yang kurang memiliki pencahayaan yang baik dapat mengakibatkan memperburuk penglihatan
seperti cepatnya lelah dan sulitnya berkonstentrasi, sehingga menjadi faktor kunci kinerja pegawai
dan mahasiswa menjadi menurun. Praktikum Pencahayaan Ruangan dan Kenyamanan Visual di
Fakultas Teknologi Pertanian, IPB dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 26 Agustus 2019 pukul
09.00-11.30 WIB di Laboratorium Kualitas Udara dan Kebisingan, Departemen Teknik Sipil dan
Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. SNI 03-6575-2001 dan
KEPMENKES RI. No. 1405/MENKES/SK/XI/02 diatur dalam keduanya terkait tigkat pencahayaan
ruangan pada institutsi pendidikan dan berdasarkan jenis pekerjaan, kedua hal ketetapan tersebut
menjadi tolak ukur dalam praktikum yang dilaksanakan. Pengujian dilakukan pertama kali di
laboratorium kualitas udara dan kebisingan didapatkan 402,6 lux belum mencapai standard yang
dibekukan oleh SNI sebesar 500 lux minimal untuk penerangan di laboratorium. Pengujian kedua
dilakukan didepan laboratorium kualitas udara dan kebisingan didapatkan rata-rata penerangan
adalah 3846,3 lux untuk penerangan pada kondisi luar dan hasil yang didapatkan pada pengukuran
di tangga parkiran Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan didapatkan 13031 lux data yang
didapatkan sangat berbeda dengan standard yang ada untuk kondisi outdoor. Penataan ulang
didalam laboratorium dapat menggunakan program dialux, program yang dapat memproyeksikan
dan mengkalkulasikan banyaknya cahaya yang diperlukan didalam ruangan.
Kata kunci: Kenyamanan Visual, Pencahayaan, SNI 03-6575-2001 dan KEPMENKES RI. No.
1405/MENKES/SK/XI/02.

Abstract: Visual comfort in the room is needed by humans in general, as the purpose of the building
is designed, providing a sense of security and provide comfort. Lighting in a work room, laboratory,
or in a lecture building that lacks good lighting can result in worsening vision such as fatigue and
difficulty concentrating, so that it becomes a key factor in employee and student performance
decreases. Room Lighting and Visual Comfort Practicum at the Faculty of Agricultural Technology,
IPB was held on Monday, 26 August 2019 at 09.00-11.30 WIB at the Air Quality and Noise
Laboratory, Department of Civil and Environmental Engineering, Faculty of Agricultural
Technology, Bogor Agricultural University. SNI 03-6575-2001 and RI KEPMENKES. No. 1405 /
MENKES / SK / XI / 02 is regulated in both related to the level of room lighting at the educational
institute and based on the type of work, both of these provisions become benchmarks in the
practicum carried out. The test was first carried out in the air and noise quality laboratory, it was
found 402.6 lux had not yet reached the standard frozen by the SNI of 500 lux minimum for lighting
in the laboratory. The second test was carried out in front of the air and noise quality laboratory, it
was found that the average lighting was 3846.3 lux for lighting in external conditions and the results
obtained in measurements on the parking steps of the Department of Civil and Environmental
Engineering obtained 13031 lux data obtained were very different from the existing standards for
outdoor conditions. Rearrangement in the laboratory can use the dialux program, a program that
can project and calculate the amount of light needed in the room.
Keywords: Lighting, SNI 03-6575-2001 and KEPMENKES RI. No. 1405/MENKES/SK/XI/02, Visual
Comfort

1
PENDAHULUAN
Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan ruang.
Ruang yang telah dirancang tidak dapat memenuhi fungsinya dengan baik apabila
tidak disediakan akses pencahayaan. Pencahayaan di dalam ruang memungkinkan
orang yang menempatinya dapat melihat benda-benda. Benda-benda yang tidak
terlihat dengan jelas akan menganggu aktivitas di dalam ruang. Sebaliknya, cahaya
yang terlalu terang juga dapat mengganggu penglihatan. Oleh sebab itu tingkat
pencahayaan perlu diatur untuk menghasilkan kesesuaian kebutuhan penglihatan di
dalam ruang berdasarkan jenis aktivitas.
Pencahayaan ruangan, khususnya di tempat kerja atau gedung kuliah yang
kurang memenuhi persyaratan tertentu dapat memperburuk penglihatan, karena jika
pencahayaan tidak sesuai, pupil mata harus menyesuaikan cahaya yang diterima
oleh mata. Akibatnya mata harus memicing atau berkontraksi secara berlebihan.
Hal ini merupakan salah satu penyebab mata cepat lelah, karena ada batas waktu
dimana mata ingin rileks. Kondisi pencahayaan di tempat kerja yang kurang
memadai, juga dapat menyebabkan seseorang menjadi tidak rileks dan sulit untuk
berkonsentrasi.
Pencahayaan yang tidak memadai pada pekerjaan yang memerlukan ketelitian
akan menimbulkan dampak yang sangat terasa pada mata yaitu terjadinya kelelahan
otot mata (kelelahan visual) dan kelelahan saraf mata. Kelelahan visual ditandai
dengan penglihatan kabur, rangkap, nyeri kepala, mata merah, berair, mata terasa
perih, gatal, tegang, mata mengantuk dan berkurangnya kemampuan akomodasi.
Kelelahan saraf ditandai dengan perpanjangan waktu reaksi, perlambatan gerak dan
gangguan psikologis. Kelelahan ini erat bertalian dengan penurunan produktivitas
kerja, kepekaan kontras dan kecepatan persepsi menjadi turun.
Penggunaan pencahayaan alami selain untuk menerangi suatu ruangan adalah
menekan konsumsi energi listrik pada suatu bangunan. Telah diketahui bahwa
konsumsi energi terbesar dari suatu ruangan dialokasikan kepada pencahayaan dan
pengkondisian udara. Sehingga jika faktor pencahayaan diatur maka akan
mereduksi konsumsi energi. Namun pada sisi lain, penggunaan pencahayaan alami
akan membawa panas matahari sehingga akan menjadi beban pendinginan pada
suatu ruangan. Kualitas pencahayaan alami yang baik tidak terlepas dari distribusi
cahaya yang masuk melalui jendela (bukaan) dan arah orientasi bukaan. Semakin
luas bukaan maka akan semakin besar cahaya masuk dalam ruang. Kualitas
pencahayaan alami yang baik juga dipengaruhi oleh letak bukaan terhadap arah
datangnya sinar matahari.

METODOLOGI
Praktikum Pencahayaan Ruangan dan Kenyamanan Visual di Fakultas
Teknologi Pertanian, IPB dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 26 Agustus 2019
pukul 09.00-11.30 WIB di Laboratorium Kualitas Udara dan Kebisingan,
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Praktikum Pencahayaan Ruangan dan Kenyamanan Visual
menggunakan tiga tempat pengukuran yaitu Laboratorium Kualitas Udara dan
Kebisingan, Lorong Laboratorium Kualitas Udara dan Kebisingan, dan di depan

2
Pos Satpam Fateta (kanopi). Praktikan menggunakan sebuah Lux Meter dalam
melakukan praktikum ini. Metode yang dilakukan pada saat praktikum lebih
lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 1.

Mulai

Lokasi indoor dipilih berupa Laboratorium Kualitas Udara dan Kebisingan

Pengukuran dimensi ruangan yang kemudian dipetakan dengan menggunakan


grid untuk menentukan titik mana yang akan di tes
.
Dimensi Laboratorium Kualitas Udara dan
Kebisingan
Panjang : 7,5 m
Lebar : 6 m
Luas : 45 m2

.
Menggambar grid 12 titik dengan setiap titik berjarak 3 meter

Melakukan pengukuran dengan Lux Meter pada tiap titik dengan 3 kali
pengulangan

Catat hasil pengukuran dan hitung dengan merata-rata setiap hasil pada tiap
titik

Lokasi oudoor dipilih berupa Lorong Laboratorium Kualitas Udara dan


Kebisingan

Gambar 1 Diagram alir tahapan praktikum Pencahayaan Ruangan dan


Kenyamanan Visual

3
A

Pengukuran dimensi lorong yang kemudian dipetakan dengan menggunakan


grid untuk menentukan titik mana yang akan di tes

Dimensi Laboratorium Kualitas Udara dan


Kebisingan dengan Panjang : 7,5 m, Lebar : 1
m, dan Luas : 7,5 m2

.
Menggambar grid 16 titik dengan setiap titik berjarak 1 meter

Melakukan pengukuran dengan Lux Meter pada tiap titik dengan 3 kali
pengulangan

Catat hasil pengukuran dan hitung dengan merata-rata setiap hasil pada tiap
titik

Lokasi oudoor 2 dipilih berupa tangga depan Pos Satpam Fateta (kanopi)

Memilih 3 titik secara acak yang jaraknya cukup berjauhan

Titik yang sudah ditentukan diukur dengan menggunakan Lux Meter sebanyak
3 kali pengulangan

Catat hasil pengukuran dan hitung dengan merata-rata setiap hasil pada tiap
titik

Selesai

Gambar 2 Diagram alir tahapan praktikum Pencahayaan Ruangan dan


Kenyamanan Visual (lanjutan)

4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut KEPMENKES RI. No. 1405/MENKES/SK/XI/02 pencahayaan
adalah jumlah penyinaran yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara
efektif dan efisien pada suatu bidang kerja. Sistem dan standar pencahayaan
ruangan yang baik berguna untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai dengan
kebutuhan di dalam suatu ruangan. Berdasarkan cara distribusi cahaya, terdapat
lima macam sistem pencahayaan ruangan (Pritchard 1995), yaitu sistem
pencahayaan langsung, sistem pencahayaan semi langsung, sistem pencahayaan
difus, sistem pencahayaan semi tidak langsung, dan sistem pencahayaan tidak
langsung.
Sistem pencahayaan langsung (direct lighting) adalah suatu sistem yang
memungkinkan 90-100 persen penyinaran diarahkan langsung ke obyek yang ingin
diterangi. Kelebihan sistem ini yaitu pencahayaan menjadi lebih efektif karena
semua sinar berfungsi sebagaimana mestinya. Namun kekurangannya, sistem ini
acapkali mengakibatkan silau yang menganggu dan berisiko menimbulkan bahaya.
Sistem pencahayaan langsung akan terlihat lebih optimal jika ruangan dicat dengan
warna yang cerah (Fanger 1970).
Pencahayaan semi langsung (semi-direct lighting) mengalirkan 60-90 persen
sinar ke obyek pada suatu waktu. Sedangkan 10-40 persen sisa sinarnya dipantulkan
ke dinding dan plafon. Sistem pencahayaan ini seringkali dipakai untuk menutupi
kekurangan yang dimiliki sistem pencahayaan langsung. Warna yang paling bagus
memantulkan sinar adalah putih karena mampu meneruskan 90 persen cahaya yang
mengenainya.
Sistem pencahayaan difus (General Difus Lighting) merupakan sistem
pencahayaan di mana 40-60 persen sinar diarahkan ke obyek yang dituju serta
sisanya diarahkan ke dinding dan langit-langit. Jadi sistem ini termasuk direct-
indirect lighting karena separuh cahaya diarahkan ke bawah dan setengahnya lagi
dipancarkan ke atas. Sayangnya, permasalahan akan bayangan dan kesilauan masih
ditemui di sistem pencahayaan difus ini.
Sistem pencahayaan semi tidak langsung (semi-indirect lighting) dilakukan
dengan mengarahkan 60-90 persen sinar ke langit-langit dan dinding bagian atas,
serta sisanya dipancarkan ke bawah. Oleh sebab itu, kondisi bagian langit-langit
memegang peranan penting dalam sistem ini. Kelebihan pencahayaan semi-indirect
adalah tidak ada masalah akan bayangan dan kesilauan dapat diminimalisir.
Sistem pencahayaan tidak langsung (indirect lighting) ialah suatu sistem
pencahayaan yang bekerja dengan mengarahkan 90-100 pencahayaan ke langit-
langit dan dinding bagian atas untuk selanjutnya dipantulkan ke seluruh ruangan.
Berbanding terbalik dengan pencahayaan langsung, pencahayaan tidak langsung
unggul pada tidak adanya pembentukan bayangan dan kesilauan. Hanya saja tingkat
efisiensi pencahayaan totalnya sangat rendah (Ashrae 2004).
Sistem pencahayaan di lembaga pendidikan harus diatur sedemikian rupa agar
memberikan kenyamanan dalam pembelajaran. Sebagai tempat belajar formal,
sudah selayaknya pencahayaan di dalam ruang kelas harus mencukupi kebutuhan
kenyamanan dan kesehatan para peserta didik. Standar pencahayaan ruangan diatur
dalam SNI 03-6575-2001 dan KEPMENKES RI. No. 1405/MENKES/SK/XI/02.

5
Pada SNI 03-6575-2001 telah diatur standar pencahayaan dan daya listrik yang
digunakan untuk menyuplai sistem pencahayaan. Terdapat tiga jenis sistem
pencahayaan yaitu sistem pencahayaan merata, terarah, dan setempat.
Sistem pencahayaan merata. Pada sistem ini iluminasi cahaya tersebar secara
merata di seluruh ruangan. Sistem pencahayaan ini cocok untuk ruangan yang tidak
dipergunakan untuk melakukan tugas visual khusus. Pada sistem ini sejumlah
armatur ditempatkan secara teratur di seluruh langit-langit. Sistem kedua yaitu
Pencahayaan Terarah. Pada sistem ini seluruh ruangan memperoleh pencahayaan
dari salah satu arah tertentu. Sistem ini cocok untuk pameran atau penonjolan suatu
objek karena akan tampak lebih jelas. Lebih dari itu, pencahayaan terarah yang
menyoroti satu objek tersebut berperan sebagai sumber cahaya sekunder untuk
ruangan sekitar, yakni melalui mekanisme pemantulan cahaya. Sistem ini dapat
juga digabungkan dengan sistem pencahayaan merata karena bermanfaat
mengurangi efek menjemukan yang mungkin ditimbulkan oleh
pencahayaan merata.
Selanjutnya yaitu sistem pencahayaan setempat. Pada sistem ini cahaya
dikonsentrasikan pada suatu objek tertentu misalnya tempat kerja yang memerlukan
tugas visual. Dalam SNI tersebut dijelaskan rekomendasi minimal dari tingkat
pencahayaan ruangan disesuaikan dengan fungsinya.
Tabel 1 Tingkat Pencahayaan Ruangan pada Institusi Pendidikan
(Sumber : SNI 03-6575-2001)
Ruangan Tingkat Pencahayaan(lux)
Ruang Kelas 250
Perpustakaan 300
Laboratorium 500
Ruang Gambar 750
Kantin 200
Sementara itu, pada KEPMENKES RI. No. 1405/MENKES/SK/XI/02 diatur
intensitas pencahayaan berdasarkan jenis pekerjaan yang dilakukan pada ruangan
tersebut. Jenis pekerjaan ini dibagi atas tingkat ketelitian yang membutuhkan
pencahayaan yang baik pada ruangan. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2 di
bawah ini.
Tabel 2 Tingkat Pencahayaan Ruangan berdasarkan Jenis Pekerjaan
(Sumber : KEPMENKES RI. No. 1405/MENKES/SK/XI/02)
Tingkat Pencahayaan
Jenis Kegiatan Keterangan
Minimal (Lux)
Ruang penyimpanan &
Pekerjaan kasar dan ruang peralatan/instalasi
100
tidak menerus yang memerlukan
pekerjaan yang kontinyu.
Pekerjaan kasar & terus Pekerjaan dengan mesin
200
menerus dan perakitan kasar.
R. administrasi, ruang
Pekerjaan rutin 300 kontrol, pekerjaan mesin
& perakitan/ penyusun.

6
Tabel 3 Tingkat Pencahayaan Ruangan berdasarkan Jenis Pekerjaan (lanjutan)
Pembuatan gambar atau
berkerja dengan mesin
Pekerjaan agak halus 500 kantor pekerja
pemeriksaan atau
pekerjaan dengan mesin.
Pemilihan warna,
pemrosesan tekstil,
Pekerjaan halus 1000
pekerjaan mesin halus &
perakitan halus
Mengukir dengan
tangan, pemeriksaan
1500 Tidak
Pekerjaan amat halus pekerjaan mesin dan
menimbulkan bayangan
perakitan yang sangat
halus
Pemeriksaan pekerjaan,
3000 Tidak
Pekerjaan terinci perakitan sangat halus
menimbulkan bayangan
Pengujian pencahayaan ruangan dilakukan dengan menggunakan alat lux meter
pada tiga lokasi yang berbeda. Lokasi pengukuran di Laboratorium kualitas udara
dan kebisingan , Koridor depan ruang Lab Kualitas udara,dan Tangga parkiran SIL.
pengukuran dilakukan pada denah titik yang sudah dibuat. Luas ruangan pengujian
Berbeda-beda , Pada Laboratorium memiliki luas 45 m²,yaitu berada di antara 10
meter persegi sampai 100 meter persegi berdasarkan SNI 16-7062-2004, titik
potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan pada jarak tiga meter. Sedangkan
koridor depan ruangan mempunyai luas dibawah 10 m², titik potong garis horizontal
panjang dan lebar koridor pada jarak satu meter, lokasi yang ketiga yaitu di
lapangan terbuka yaitu di tangga parkiran SIL yang diambil tiga titik untuk
dilakukan pengujian.
Lokasi pengukuran dilakukan oleh delapan kelompok. Lokasi pengukuran
kelompok tiga yang pertama yaitu Laboratorium kualitas Udara. Pengujian
dilakukan pada pukul 9.48 WIB. Hasil pengukuran intensitas penerangan umum
yang didapatkan pada lokasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 3 dan denah titik
pengukuran intensitas penerangan dapat dilihat pada Gambar 4.
Tabel 3 Hasil pengukuran intensitas penerangan pada Laboratoratorium Kualitas
Udara
Titik Pengukuran Hasil Pengukuran Titik Hasil Pengukuran
(Lux) Pengukuran (Lux)
A 506,6 I 608
B 69,7 J 986,3
C 140,2 K 1005,3
D 79,8 L 849
E 137,3
F 145,8
G 154,5
H 148,3

7
Gambar 3 Denah titik pengukuran intensitas penerangan Laboratorium Kualitas
Udara
Hasil pengukuran yang ditunjukkan pada Tabel 1, yaitu hasil rata-rata dari tiga
kali pengukuran dengan menggunakan lux meter pada setiap titik, dari rata-rata 12
titik diperoleh nilai intensitas penerangan pada Laboratorium Kualitas Udara yaitu
sebesar 402,6 lux. Ruangan Laboratorium udara memiliki kondisi ruangan yang
tidak terlalu terang. Ruangan Laboratorium memiliki 10 buah Jendela yang diberi
tralis tidak tertutup tirai dan terdapat dua buah jendela yang setengahnya tertutup
oleh lemari, selain jendela ruangan ini mempunyai 9 buah lampu neon yang nyala
dan 3 buah lampu neon tidak menyala yang mempunyai 30watt setiap bohlamnya.
Hasil titik B dan C kondisi titik tersebut tertutupi oleh beberapa lemari
penyimpanan alat praktikum dan beberapa kolom. Titik B memiliki tingkat
kecahayaan yang paling rendah, yaitu 69,7 lux. Titik terterang pada Laboratorium
terdapat pada titik K, yaitu 1005,3 lux.

Gambar 4 Denah pengukuran intensitas penerangan Laboratorium Kualitas Udara


menggunakan aplikasi Dialux

8
Hasil pengukuran menggunakan software Dialux didapatkan kontur yang
berisikan intensitas cahaya di setiap denah ruangan. Gambar 5 menjelaskan bahwa
cahaya pada jam 10.00 Waktu Indonesia bagian Barat didapatkan kontur intensitas
cahaya tertinggi terdapat pada titik yang berdekatan dengan jendela pada sisi kanan
ruangan yaitu 20.000 lux dan yang terendah adalah 25 lux yang ada pada sekat di
meja praktikum. Hal ini dapat diketahui bahwa intensitas cahaya yang ada pada
ruangan laboratorium kualitas udara tidak terdistribusi dengan baik. Setelah
dikalkulasikan menggunakan software dapat diketahui rata-rata intensitas cahaya
pada laboratorium kualitas udara yaitu senilai 1919 lux. Berdasarkan SNI 03-6575-
2001 tingkat pencahayaan yang ada pada laboratorium senilai 500 lux, hal ini dapat
diketahui bahwa berdasarkan software Dialux intensitas, cahaya pada laboratorium
kualitas udara melebihi tingkat pencahayaan standard, perlu diaplikasikan penutup
cahaya seperti horden atau tirai agar cahaya matahari yang masuk tidak berlebihan.

Gambar 5 Tampak SW Laboratorium Kualitas Udara Menggunakan perangkat


Dialux

Gambar 6 Tampat atas dan Data mengenai Laboratorium Kualitas Udara


menggunakan aplikasi Dialux

9
Lokasi pengukuran berikutnya adalah koridor depan laboratorium. Pada lokasi
ini diambil 16 titik pengukuran. Hasil pengukuran intensitas penerangan yang
didapatkan pada lokasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 dan denah titik
pengukuran intensitas penerangan dapat dilihat pada Gambar 5.
Tabel 4 Hasil pengukuran intensitas penerangan pada Koridor depan laboratorium
Kualitas Udara
Titik Hasil Pengukuran Titik Hasil Pengukuran
Pengukuran (Lux) Pengukuran (Lux)
A 4713,3 I 1433,3
B 5973,3 J 3460
C 5916,6 K 2236,6
D 6076,6 L 2283,3
E 5123,3 M 2850
F 5930 N 2335,3
G 5686,6 O 2306,6
H 3493,3 P 1723,3

Gambar 7 Denah titik pengukuran intensitas penerangan Koridor depan LAB


kualiatas Udara
Hasil rata-rata pengukuran yang ditunjukkan pada Tabel 4, yaitu pengukuran
dengan menggunakan lux meter pada setiap titik. Setiap satu titik dilakukan tiga
kali pengukuran. Pengukuran dilaksanakan di Koridor depan LAB kualiatas Udara
Yang kondisinya terang karena sinar metahari. Hasil rata-rata dari 16 titik diperoleh
yaitu 3846,3 lux. Pada titik P, N, L, J, H, F, D, B adalah lokasi titik yang berada
dekat pagar sedangkan titik lainnya berada didekat dinding ruang LAB kualitas
Udara.Titik I memiliki tingkat kecahayaan yang paling rendah, yaitu 1443,3 lux.
Titik terterang pada Koridor pada titik D yaitu 6076,6 lux. Koridor memiliki nilai
lux yang lebih besar daripada Laboratorium Udara dikarenakan koridor memiliki
penerangan yang langsung oleh sinar matahari.
Lokasi pengukuran berikutnya di area yang terbuka yaitu di sekitar tangga
menuju parkiran SIL. Pada lokasi ini kelompok tiga mengambil tiga titik untuk
dilakukan pengukuran, satu titik dilakukan tiga kali pengukuran. Hasil rata-rata
pengukuran intensitas penerangan umum yang didapatkan pada lokasi tersebut
dapat dilihat pada Tabel 5 dan denah titik pengukuran intensitas penerangan dapat
dilihat pada Gambar 8.
Tabel 5 Hasil rata-rata pengukuran intensitas penerangan pada tangga parkiran
SIL
Titik Pengukuran Hasil Pengukuran (Lux)
A 9416,97

10
B 12493,33
C 17183

Gambar 8 Denah titik pengukuran intensitas penerangan Tangga Parkiran SIL


Hasil rata-rata pengukuran yang ditunjukkan pada Tabel 5, yaitu pengukuran
dengan menggunakan lux meter pada setiap titik. Setiap satu titik dilakukan tiga
kali pengukuran, dari ketiga hasil rata-rata tersebut didapat nilai intensitas
penerangan pada area tangga parkiran SIL yaitu sebesar 13031 lux. Tangga parkiran
sil merupakan tempat terbuka yang mendapat sinar matahari langsung, lokasi ini
mempunyai atap dari bahan fiber. Titik A merpakan tangga bawah ,titik B adalah
jalan aspal dan titik C adalah tangga bagian atas menuju parkiran. Titik terterang
pada titik C yaitu 17,183 dan terendah yaitu titik A sebesar 9416,67.
Berdasarkan baku mutu yang tertera pada SNI 03-6197-2011, baku mutu yang
digunakan untuk ruang kelas dan ruang laboratorium pada lembaga pendidikan
adalah sebesar 350 lux dan 500 lux. Kelompok renderasi warna pada ruang kelas
atau laboratorium adalah tergolong pada kelompok 1 atau 2 dengan temperatur
warna sebesar 3300 K sampai dengan 5300 K untuk kondisi warm white dan lebih
dari 5300 K untuk kondisi cool daylight. Pemilihan warna lampu bergantung
kepada Tingkat pencahayaan yang diperlukan agar diperoleh pencahayaan yang
nyaman. Dari pengalaman secara umum, makin tinggi tingkat pencahayaan yang
diperlukan, makin sejuk tampak warna yang dipilih sehingga tercipta pencahayaan
yang nyaman. Temperatur warna lebih dari 5300 K memiliki tampak warna yang
dingin, sedangkan temperatur warna 3300 K sampai dengan 5300 K memiliki
tampak warna yang sedang.
Menurut SNI 03-6575-2001 renderasi warna adalah efek psikofisik suatu
sumber cahaya atau lampu terhadap warna obyek-obyek yang diterangi, dinyatakan
dalam suatu angka indeks yang diperoleh berdasarkan perbandingan dengan efek
warna sumber cahaya referensi pada kondisi yang sama. Disamping perlu diketahui
tampak warna suatu lampu, juga dipergunakan suatu indeks yang menyatakan
apakah warna obyek tampak alami apabila diberi cahaya lampu tersebut. Kelompok
renderasi untuk ruang kelas dan ruang laboratorium berdasarkan SNI 03-6575-2001
dan SNI 03-6197-2011 adalah pada kelompok 1 atau 2 yaitu rentang indeks (Ra)
lebih dari 85 dan rentang indeks (Ra) antara 70 sampai dengan 85.
Berdasarkan data yang diperoleh pada laboratorium kualitas udara (tertera pada
Tabel 3) didapat hasil rata-rata pengukuran sebesar 402,6 Lux. Hal ini tidak sesuai

11
dengan ketentuan SNI 03-6197-2011 yang menyatakan nilai baku mutu
laboratorium sebesar 500 lux. Ketidaksesuaian nilai pengukuran dengan baku mutu
yang ada dapat disebabkan oleh adanya beberapa lemari penyimapanan alat
praktikum dan beberapa kolom pada ruang tersebut, sehingga menghalangi cahaya
yang masuk ke dalam ruangan. Selain itu, beberapa lampu yang tidak menyala juga
menjadi penyebab ketidaksesuaian angka pengukuran dengan baku mutu. Oleh
karena itu, diperlukan penambahan cahaya sebesar 97,4 Lux untuk laboratorium
udara. Penambahan cahaya tersebut dapat dilakukan dengan mengganti sumber
pencahayaan buatan/ lampu sesuai dengan ketentuan SNI 03-6575-2001
berdasarkan indeks Ra dan temperatur warna seperti lampu warm white, cool white,
dan cool daylight. Selain itu, penataan ulang ruang laboratorium udara juga perlu
dilakukan agar lemari penyimpanan diletakkan di ruangan khusus penyimpanan alat
laboratorium, sehingga laboratorium udara diperuntukan khusus untuk penelitian
saja, sehingga cahaya alami yang masuk ke dalam ruangan tidak terhalangi oleh
lemari.
Data pengukuran rata-rata yang diperoleh dari 16 titik pada koridor di depan
ruang laboratorium udara yaitu sebesar 3846,6 Lux. Koridor merupakan jalur lalu
lalang yang sering dilewati mahasiswa, dosen, atau tenaga pendidikan lainnya.
Sumber pencahayaan koridor berasal dari sumber pencahayaan alami. Berdasarkan
PERMENKES No.70 Tahun 2016 tingkat pencahayaan di luar ruangan seperti jalur
lalu-lalang dan anak tangga yang rutin digunakan memiliki tingkat pencahayaan
rata-rata sebesar 20 Lux. Hal tersebut sangat berbeda dengan data hasil pengukuran.
Pengukuran yang dilakukan pada waktu siang hari menyebabkan intensitas
matahari yang begitu kuat. Salah satu solusi untuk mengantisipasi teriknya
intensitas matahari adalah dengan pemasangan kanopi pada bagian tepi koridor.
Berdasarkan data yang diperoleh pada tangga parkiran SIL (tertera pada Tabel
5) didapat hasil rata-rata pengukuran sebesar 13031 lux .Hal ini tidak sesuai dengan
ketentuan SNI 03-6197-2011 yang menyatakan nilai baku mutu tangga yaitu 10 lux.
Ketidaksesuaian nilai pengukuran dengan baku mutu yang ada dapat disebabkan
oleh tangga langsung terpapar matahari dan hanya beratap kan bahan fiber saja.
Oleh karena itu, diperlukan penambahan kanopi pada bagian tangga.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, ketiga lokasi yang
berbeda memiliki nilai parameter yang berbeda. Hasil analisis parameter tersebut
dengan menggunakan SNI 03-6575-2001 juga menunjukkan nilai lux yang
didapatkan pada pengujian di laboratorium tidak mencapai standard yang ada,
sehingga perlu dilakukan penambahan cahaya seperti pemasangan lampu tambahan
atau menambahkan penambahan jendela agar cahaya dapat masuk kedalam dengan
maksimal.

Saran
Penelitian ini akan memberikan hasil yang lebih akurat apabila persiapan untuk
pengukuran suhu di luar ruangan lebih ditingkatkan. Pertama, pemilihan lokasi
untuk pengukuran suhu harus dapat memastikan bahwa posisi termometer berada
di tempat yang tegak atau tidak miring untuk mencegah terjadinya kesalahan
paralaks selama mengukur. Kedua, mempersiapkan segala kebutuhan dalam
menghadapi cuaca yang tidak terprediksi, seperti membawa payung atau plastik

12
untuk mencegah terpengaruhnya hasil pengukuran suhu akibat cipratan air hujan
atau lainnya.

Daftar Pustaka
Ashrae. 2004. Thermal environmental conditions for human Occupancy. American
Society of Heating, Refrigerating, and Air-conditioning Engineers, Inc.
Atlanta.
Fanger PO. 1970. Thermal Comfort Analysis and Applications in Enviromental
Engineering. Copenhagen (NL): Danish Technical Press.
[KEMENKES] Kementrian Kesehatan.2002. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1405/Menkes/Sk/Xi/2002. Jakarta (ID):
KEMENKES.
Pritchard. 1995. Sistem pengontrol temperature dan kelembaban otomatis untuk
ruang penyimpanan buah. Jurnal Sistem Mekanik dan Termal. 1(2): 77-90.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2001. SNI 03-6575-2001. Tata cara
perancangan sistem pencahayaan buatan pada bangunan gedung. Jakarta (ID):
BSN

13
LAMPIRAN 1
Tabel 7 Baku mutu tingkat pencahayaan pada Lembaga Pendidikan berdasarkan
SNI 03- 6197-2011
Temperatur warna
Warm
Tingkat Kelompok white Cool
Warm
Fungsi ruangan pencahayaan renderasi 3300 Daylight
<3300
(Lux) warna Kelvin ~ > 5300
Kelvin
5300 Kelvin
Kelvin
Ruang kelas 350 1 atau 2 √ √
Perpustakaan 300 1 atau 2 √ √
Laboratorium 500 1 √ √
Ruang praktek
500 1 atau 2 √ √
komputer
Ruang
laboratorium 300 1 atau 2 √ √
bahasa
Ruang guru 300 1 atau 2 √ √
Ruang olahraga 300 2 atau 3 √ √
Ruang gambar 750 1 √ √
Kantin 200 1 √ √

Gambar 9 Indeks Renderasi Warna berdasarkan SNI 03-6575-2001

Gambar 10 Ketentuan Temperatur Warna dan Indeks Ra berdasarkan SNI 03-


6575-2001

14
LAMPIRAN 2
Data Hasil Pengukuran

Gambar 11 Lux meter

Gambar 12 Pengujian outdoor depan Departemen SIL

Gambar 13 Pengujian indoor

15
Gambar 14 Pengujian outdoor lantai 4

Gambar 15 Lokasi pengambilan dan intensitas cahaya Laboratorium Kualitas Udara

Gambar 16 Lokasi pengambilan intensitas cahaya Laboratorium Kualitas Udara


dari luar menggunakan aplikasi Dialux

16

Anda mungkin juga menyukai