Anda di halaman 1dari 8

1

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM (LKP)


PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN

1. Eka Lisa Purwasih (P1337433117057)


2. Yogi Ramadhan S. (P1337433117058)
3. Nada Shafa Nur H. (P1337433117060)
4. Alifta Nur’aini (P1337433117061)

Kelompok 1/B1
Kelas 3B

Materi Praktek ke-6 :


Telusur dan telaah :
Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 7 Tahun 2019 Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. ( Materi telaah tentang
Intensitas Cahaya).

DASAR TEORI
Ruang rawat inap sebuah rumah sakit merupakan salah satu wujud fasilitas
fisik yang penting keberadaannya bagi pelayanan pasien. Tata pencahayaan dalam
ruang rawat inap dapat mempengaruhi kenyamanan dan proses kesembuhan pasien
selama menjalani perawatan dan berpengaruh bagi kelancaran paramedis dalam
menjalankan aktivitasnya.

Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan


ruang.Ruang yang telah dirancang tidak dapat memenuhi fungsinya dengan baik
apabila tidak disediakan akses pencahayaan. Pencahayaan di dalam ruang
memungkinkan orang yang menempatinya dapat melihat benda-benda. Tanpa
dapat melihat benda-benda dengan jelas maka aktivitasnya di dalam ruang akan
terganggu. Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan kelelahan mata dengan
berkurangnya daya efesiensi kerja, kelelahan mental dan sakit kepala sekitar mata,
kerusakan alat penglihatan dan meningkatnya kecelakaan (Brewer, 2006; Sakai,
2

2009).Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan tenaga kerja


dapat melihat objek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak
perlu (Hoffman, 2008; Richa, 2009).Dengan demikian intensitas cahaya perlu
diatur untuk menghasilkan kesesuaian kebutuhan penglihatan di dalam ruang
berdasarkan jenis aktivitas-aktivitasnya.Arah cahaya yang frontal terhadap arah
pandang mata dapat menciptakan kesialauan.Oleh karena itu arah cahaya beserta
efek-efek pantulan atau pembiasannya juga perlu diatur untuk menciptakan
kenyamanan penglihatan ruang.

Menurut SNI 16-7062-2004 jarak tertentu dapat dibedakan berdasarkan luas


ruangan sebagai berikut:

1) Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi : titik potong horizontal panjang
dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap satu meter : contoh daerah
pengukuran intensitas pencahayaan umum untuk luas ruangan kurang dari
10 meter persegi
1m 1m 1m 1m

1m

1m

1m

Sumber BSN 2004


Gambar : penentuan titik pengukuran pencahayaan umum dengan
luas kurang dari 10m2

2) Luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100 meter persegi: titik
potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak
setiap 3 (tiga) meter.
3

Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas


ruangan antara 10 meter sampai 100 meter persegi seperti Gambar 2.

3m 3m 3m 3m

3m

3m

3m

Sumber BSN 2004


Gambar 2 Penentuan titik pengukuran penerangan
umum dengan luas antara 10 m2 – 100 m2

3) Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi: titik potong horizontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter
Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk
ruangan dengan luas lebih dari 100 meter persegi seperti Gambar 3.

6m 6m 6m 6m

6m

6m
4

6m

Sumber BSN 2004


Gambar 3 Penentuan titik pengukuran penerangan
umum dengan luas lebih dari 100 m2

Akibat pencahayaan melebihi intensitas yaitu :


1. Pantulan cahaya menimbulkan silau pada mata
2. Cahaya yang berlebihan juga menimbulkan pusing/sakit kepala pada
pasien
3. Mata lelah pada pasien
4. Kesalahan kerja
5. Pegal sekitar mata
6. Kerusakan indra mata
Persayaratan pencahayaan kamar pasien dipehuni oleh sejumlah system
pencahayaan yang diaktifkan secara terpisah yaitu :

1. Kenyamanan pencahayaan umum


2. Cahaya membaca untuk pasien
3. Pencahayaan untuk pemeriksaan dan pengobatan disamping tempat
tidur
4. Pencahayaan malam/observasi
5. Pencahayaan orientasi
Nilai iluminasi dan indeks CRI yang dibutuhkan pada bangsal yaitu

Jenis Pencahayaan Iluminasi (lux) CRI

Pencahayaan umum 100 80

Pencahayaan Baca 300 80

Pemeriksaan Sederhana 300 80

Pemeriksaan dan 1000 90


Pengobatan

Pencahayaan 5 80
malam/Pengamatan

Pencahayaan orientasi -
5

iNSTRUKSI KEGIATAN PRAKTIK:


1. Download regulasi tersebut. Dicetak dan disertakan dalam LKP.
2. Tuliskan alat dan bahan yang digunakan dalam pemeriksaan parameter
(terlampir):
a. Alat:
Lux meter

b. Bahan:
Alat Tulis

3. Tuliskan cara kerja secara lengkap pemeriksaan parameter (terlampir):


a. Meghitung luas ruangan.
b. Menentukan titik pengukuran, luas ruangan antara 10 meter persegi
sampai 100 meter persegi memotong garis panjang dan lebar ruangan
pada jarak setiap 3(tiga) meter.
c. Menyiapkan alat Lux meter.
d. Perhatikan cuaca dan posisi dalam melakukan pengukuran, jangan
sampai terhalang bayangan badan. Jarak alat dari tubuh ± 60 cm,
ketinggian alat dari lanti ±85 cm.
e. Buka tutup luxmeter.
f. Menekan tombol Power.
g. Melakukan kalibrasi alat dengan cara menutup kembali sensor alat
sampai menunjukan angka 0 pada layar display.
h. Melakukan pengukuran dengan posisi alat menghadap sumber cahaya
i. Tunggu beberapa saat hingga angka pada display stabil.
j. Tekan tombol Hold untuk mengunci hasil pada display sehingga tidak
akan berubah kembali.
k. Membaca hasil pengukuran pada layar display
l. Mencatat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan

Catatan:
-Untuk pengukuran intensitas cahaya setempat dilakukan di masing-
masng meja kerja
-Pintu ruangan dalam keadaan sesuai dengan kondiisi tempat
6

pekerjaan dilakukan.
-Lampu ruangan dalam keadaan dinyalakan sesuai dengan kondisi
pekerjaan.
Sumber BSN 2004

4. Dicatat hasil pemeriksaan laboratorium parameter tersebut. Dan, berikan


penjelasan/telaah dari simpula MS (Memenuhi Syarat) dan TMS (Tidak
Memenuhi Syarat) pada kolom keterangan.
a. Data Umum:
Jenis Pengukuran : Intensitas Cahaya
Nama Sampel : Ruang sal flamboyan
Lokasi Pengukuran : Rumah Sakit Margono
Tanggal Pengukuran : 8 Mei 2013
Operator : Dwi Bayu Karti Utami
Tri Widi Astuti

b. Data Khusus:
Pengukuran intensitas cahaya di ruang pasien rawat inap saat pasien
dalam kondisi tidak tidur:
No. No Sampel Intensitas Cahaya Keterangan
(lux)

1 A 46 TMS
2 B 55 MS
3 C 53 MS
4 D 174 MS
5 E 121 MS
6 F 366 TMS
7 G 65 MS
8 H 128 MS
pasien saat tidak tidur maksimal sebesar 250 lux dan
saat tidur maksimal sebesar 50 lux
Keterangan:
TMS : Tidak Memenuhi Syarat
MS : Memenuhi Syarat

Berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 7 Tahun 2019 Tentang


Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.. Intensitas cahaya di ruang
7

pasien saat tidak tidur maksimal sebesar 250 lux dan saat tidur maksimal
sebesar 50 lux

5. Apakah yang harus saudara lakukan ketika parameter yang diperiksa “Tidak
Memenuhi Syarat” (TMS).

a. Rumah sakit tempat tinggal, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan


bangunan pelayanan umum harus mempunyai bukaan untuk
pencahayaan alami.
b. Pencahayaan alami harus optimal, disesuaikan dengan fungsi rumah
sakit dan fungsi masing-masing ruang di dalam rumah sakit.
c. Pencahayaan buatan harus direncanakan berdasarkan tingkat iluminasi
yang dipersyaratkan sesuai fungsi ruang dalam rumah sakit dengan
mempertimbangkan efisiensi, penghematan energi yang digunakan, dan
penempatannya tidak menimbulkan efek silau atau pantulan.
d. Semua ruang yang digunakan baik untuk bekerja
e. Pencahayaan di RS harus memenuhi standar kesehatan dalam
melaksanakan pekerjaannya sesuai standar intensitas cahaya.

6. Apakah masih ada regulasi lain yang dapat digunakan/diterapkan berkaitan


dengan parameter tersebut. Sebutkan dan jelaskan.
8

Jawab: Ada, yaitu


a. Standar Nasional Indonesia 03-6197-2000
Nilai rata – rata yang direkomendasikan untuk pencahayaan di ruang rawat
inap pasien dengan nilai maksimal 250 Lux dan saat tidur maksimal sebesar
50 lux
b. Standar Nasional Indonesia 03-7062-2004
Nilai rata – rata yang direkomendasikan untuk pencahayaan di ruang rawat
inap pasien dengan nilai maksimal 250 Lux. dan saat tidur maksimal sebesar
50 lux

Purwokerto, 1 Oktober 2019

Mengetahui/Setuju, Praktikan,
Asisten Dosen

(...........................................) (...........................................)
NIM : .....................................

Anda mungkin juga menyukai