Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

PENGUKURAN PENERANGAN

KELOMPOK :4
NAMA : PRASETIYO DWI N.
NRP : 0518040034
KELAS : K3-4B

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada sebuah perusahaan terdapat banyak sekali aspek penunjang
yang mendukung berjalannya suatu perusahaan antara lain pekerja,
peralatan kerja, lingkungan kerja, dan lain-lain. Hal hal tersebut perlu
diperhatikan agar pencapaian tujuan dapat berjalan dengan lancar. Untuk
setiap kegiatan dalam sebuah ruangan perlu adanya kualitas penerangan
yang baik, disesuaikan dengan standar penerangan. Standar penerangan
pada setiap ruang berbed-beda, hal ini disesuaikan dengan jenis pekerjaan
yang dilakukan pada ruang kerja tersebut. Penerangan yang baik yaitu
penerangan yang memungkinkan kita dapat melihat obyek yang dikerjakan
secara jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu.
Penerangan yang buruk yaitu penerangan dimana kita kurang dapat
melihat objek yang dikerjakan secara tidak jelas dan memungkinkan
dibantu oleh alat bantu penglihatan. Pengaruh yang diakibatkan karena
penerangan yang buruk, antara lain Kelelahan mata, kelelahan mental,
kerusakan alat penglihatan, keluhan pegal disekitar mata, bertambahnya
kecelakaan. Selanjutnya pengaruh kelelahan pada mata tersebut akan
bermuara pada penurunan performansi kerja, termasuk kehilangan
produktivitas, kualitas kerja rendah, banyak terjadi kesalahan dan
kecelakaan kerja meningkat.
Tidak hanya pada perusahaan pada saat proses pembelajaran pun
penerangan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan. Ruang kelas
sebagai tempat kegiatan belajar mahasiswa selayaknya berupa tempat yang
nyaman, sehat, sekaligus efisien dalam pemanfaatan energi. Sebagai
tempat belajar formal, sudah selayaknya pencahayaan di dalam ruang
kelas harus mencukupi kebutuhan kenyamanan dan kesehatan para peserta
didik. Menurut Irianto dalam Havif dan Anto (2017), Prinsip umum
pencahayaan adalah bahwa cahaya yang berlebihan tidak akan menjadi
lebih baik. Penglihatan tidak menjadi lebih baik hanya dari jumlah atau
kuantitas cahaya tetapi juga dari kualitasnya. Kuantitas dan kualitas
pencahayaan yang baik ditentukan dari tingkat refleksi cahaya dan tingkat
rasio pencahayaan pada ruangan.Pemasangan penerangan listrik yang
tidak sesuai dengan standar penerangan yang berlaku, akan menimbulkan
kerugian bagi mahasiswa maupun dosen. Kerugian yang sering terjadi
akibat pemasangan penerangan listrik yang tidak memenuhi standar
misalnya mempengaruhi pusat syaraf penglihatan.
Cara yang harus dilakukan dalam mengatasi kelelahan pada mata
yaitu mengatur intensitas penerangan pada tempat kerja agar pekerja
merasa nyaman saat bekerja serta tidak mudah mengalami kelelahan pada
mata. Dalam mengatur intensitas penerangan pada tempat kerja kita perlu
melakukan pengukuran terlebih dahulu untuk mengetahui intensitas
penerangan pada tempat tersebut dan memudahkan kita untuk mengatur
intensitas penerangan sesuai standar. Dalam melakukan pengukuran
penerangan kita bisa menggunakan lux meter atau Light meter. Lux meter
atau Light meter merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur
kuat atau lemahnya cahaya yang terdapat pada suatu ruangan atau tempat
tertentu. Oleh karena itu dilaksanakan praktikum pengukuran lingkungan
kerja yaitu penerangan agar dapat mengetahui intensitas penerangan
disekitar area Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya dengan
menggunakan alat Lux meter atau Light meter.

1.2. Tujuan
1. Mampu mengaplikasikan teori Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2. Mampu membuat analisa survey awal pengukuran dan pemetaan ruangan
3. Mampu melakukan pengukuran penerangan dengan lux meter.
4. Mampu melakukan analisa hasil pengukuran dengan membandingkan
dengan standar, serta mennetukan kondisi ideal sesuai dengan landasan
teori benar.
1.3 Ruang Lingkup
a. Tempat : Praktikum dilakukan Perpustakaan , Politeknik Perkapalan
Negeri Surabaya
b. Waktu : 2 April 2020
c. Alat : Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Lux meter
dan meteran
d. Yang sebagai praktikan : Prasetiyo Dwi N. (034)
Gans Gegana S. (050)
Gilang Armanda P. (051)
Praiesska Wenny M. (055)
Nabiilah ‘Azzah (057)
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Pencahayaan


Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1405 tahun 2002,
Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Oleh sebab itu salah
satu masalah lingkungan ditempat kerja harus diperhatikan yaitu
pencahayaan. Penerangan di tempat kerja adalah salah satu sumber cahaya
yang menerangi benda-benda ditempat kerja. Penerangan dapat berasal dari
cahaya alami dan cahaya buatan, banyak obyek kerja beserta benda atau alat
dan kondisi disekitar yang perlu dilihat oleh tenaga kerja, hal ini penting
untuk menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi, selain itu penerangan
yang memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan
keadaan lingkungan yang menyegarkan.
2.2. Persyaratan Pencahayaan
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1405 tahun 2002, Agar
pencahayaan memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan tindakan
sebagai berikut :
a. Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan
kesilauan dan memilki intensitas sesuai dengan peruntukannya.
b. Kontras sesuai kebutuhan, hindarkan terjadinya kesilauan atau
bayangan.
c. Untuk ruang kerja yang menggunakan peralatan berputar dianjurkan
untuk tidak menggunakan lampu neon.
d. Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum
dan bola lampu sering dibersihkan.
e. Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik segera diganti

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1405 tahun 2002,


Persyaratan intensitas cahaya di ruang kerja menurut Tabel 2.1 dibawah ini :
Tabel 2.1 Intensitas Cahaya di Ruang Kerja

Menurut SNI 6197:2011,Persyaratan teknis pencahayaan adalah


sebagai berikut :
a. Pencahayaan alami
1. Pencahayaan alami dalam bangunan gedung harus memenuhi
ketentuan SNI 03 – 2396 – 2001, tentang tata cara perancangan
sistem pencahayaan alami pada bangunan gedung.
2. Dalam pemanfaatannya, radiasi yang ditimbulkan oleh cahaya
matahari langsung ke dalam bangunan gedung harus dibuat
seminimal mungkin untuk menghindari timbulnya peningkatan
temperatur pada ruang dalam bangunan.
3. Cahaya langit bukaan transparan pada bangunan harus diutamakan
daripada cahaya matahari langsung.
4. Cahaya alami di siang hari harus dapat dimanfaatkan sebaik-
baiknya sebagai alternatif cahaya tambahan untuk mengurangi
penggunaan energi listrik pada bangunan dengan
mempertimbangkan aspek-aspek sistem terkait.
b. Pencahayaan buatan
Tingkat pencahayaan minimal yang direkomendasikan tidak boleh
kurang dari tingkat pencahayaan pada tabel 2.2

Tabel 2.2 Tingkat pencahayaan rata-rata, renderansi, dan temperatur warna


yang direkomendasikan
2.3. Titik Pengukuran
Penentuan titik pengukuran penerangan umum : titik potong garis
horizontal panjang dan lebar ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi satu
meter dari lantai. Jarak tertentu tersebut dibedakan berdasarkan luas ruangan
sebagai berikut:
1. Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi : titik potong garis
horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 1 (satu)
meter. Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk
luas ruangan kurang dari 10 meter persegi seperti Gambar 2.1 :

1M

1M

1M

Gambar 2.1 Penentuan titik pengukuran penerangan umum


dengan luas kurang dari 10 m2

2. Luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100 meter persegi: titik
potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak
setiap 3 (tiga) meter. Contoh denah pengukuran intensitas penerangan
umum untuk luas ruangan antara 10 meter sampai 100 meter persegi
seperti Gambar 2.2 :

3M 3M 3M 3M

3M

3M

3M

Gambar 2.2 Penentuan titik pengukuran penerangan umum


dengan luas antara 10 m2 – 100 m2
3. Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi: titik potong horizontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter. Contoh denah
pengukuran intensitas penerangan umum untuk ruangan dengan luas
lebih dari 100 meter persegi seperti Gambar 2.3 :

6M 6M 6M 6M

6M

M
6M

6M

Gambar 2.3 Penentuan Titik Pengukuran Penerangan


Umumdengan Luas Lebih dari 100 m²

2.4. Lampu Listrik dan karateristiknya


a. Lampu Pijar
Lampu pijar tergolong lampu listrik generasi awal yang masih
digunakan hingga saat ini. Filamen lampu pijar terbuat dari tungsten
(wolfram), bola lampu diisi gas.. Prinsip kerja lampu pijar adalah ketika
ada arus listrik mengalir melalui filamen yang mempunyai resistivitas
tinggi sehingga menyebabkan kerugian tegangan, selanjutnya
menyebabkan kerugian daya yang menyebabkan panas pada filamen
sehingga filamen berpijar. Lampu pijar terbagi atas 3 jenis yaitu:
 Lampu filamen karbon
 Lampu wolfram
 Lampu halogen
b. Lampu Fluoresen
Lampu fluoresen (TL= tubelair lamp) termasuk lampu merkuri rendah
(0,4 Pa) yang dilengkapi dengan bahan fluoresen. Cahaya yang
dipancarkan dari lampu adalah UV (termasuk sinar tak tampak). Untuk
itu bagian dalam tabung lampu dilapisi dengan bahan fluoresen yang
berfungsi mengubah UV menjadi sinar tampak. Disamping itu pada
bahan fluoresen ditambahkan senyawa lain yang disebut aktivator.
Didalam tabung lampu fluoresen terdapat merkuri dan gas
inert.Fungsinya adalah memperpanjang umur elektroda karena
keberadaan gas tersebut dapat mengurangi evaporasi, pengendali
kecepatan lintasan elektron bebas sehingga lebih memungkinkan
terjadinya ionisasi merkuri, dan memudahkan lewatnya arus didalam
tabung khususnya pada temperatur rendah.

2.5. Perhitungan Penerangan


Menurut Rahayu, Hadary, dkk. (2018),Tingkat pencahayaan pada
suatu ruangan pada umumnya didefinisikan sebagai tingkat pencahayaan
rata-rata pada bidang kerja. Yang dimaksud dengan bidang kerja ialah
bidang horizontal imajiner yang terletak 0,75 meter diatas lantai pada
seluruh ruangan. Untuk menentukan kebutuhan sumber penerangan ruangan
perlu memperhitungkan indeks bentuk atau indeks ruang (k).

dimana:
k = panjang ruang (m)
l = lebar ruang (m)
t = tinggi ruang (m)

Setelah didapat nilai indeks ruang (k) maka tingkat iluminasi atau
kuat penerangan rata-rata dapat dihitung. Adapun persamaannya dapat
dinyatakan seperti persamaan di bawah ini.

dimana :
E = iluminasi atau kuat penerangan rata-rata (lux)
Ф = total fluks/aliran cahaya pada area pencahayaan (lumen)
CU = koefisien pemakaian
MF = faktor pemakaian/koefisien depresiasi
A = luas bidang kerja (m2)
n = banyak lampu tiap luminaire
N = banyak luminaire

Tabel 2.3 Efisiensi penerangan

Untuk memperoleh efesiensi penerangan dalam keadaan dipakai,


nilai yang  didapat dari tabel, masih harus dikalikan dengan d.
Faktor depresiensi ini dibagi menjadi tiga golongan utama yaitu:
 Pengotoran ringan (daerah yang hampir tidak berdebu)
 Pengotoran biasa
 Pengotoran berat (daerah banyak debu)
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat
1. Meteran
2. Lux Meter
3.2. Langkah Kerja
Mulai

Menentukan tempat yang akan dilakukan pengukuran penerangan

Mempersiapkan alat ukur yang akan digunakan

Membuat denah ruangan dan pengukuran dengan mengukur pajang dan lebar
ruangan

Melakukan pengukuran dengan alat ukur (lux meter) sesuai dengan denah

Mencatat hasil pengukuran dari setiap titik dan menghitung jumlah armature serta
lampu di ruangan

Membuat sketsa atau gambaran dari hasil pengukuran

Melakukan analisis dan pembahasan serta menyimpulkan hasil praktikum yang


telah dilakukan

Selesai
3.3. Prosedur Kerja
1. Menghubungkan “Light sensor” dengan Lux meter
2. Menghidupkan lux meter dengan menekan tombol “power”
3. Menekan tombol “zero” untuk mengkalibrasi lux meter
4. Memegang light sensor diatas benda
5. Memilih range yang sesuai dengan menekan range
6. Memberikan light sensor terpapar cahaya selama 5 menit
7. Melakukan pengukuran sesuai titik pengukuran
8. Mencatat data-data yang diperlukan
9. Menganalisa data-data yang sudah didapatkan
10. Membandingkan data yang didapat dengan SNI-6197-2011
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data hasil pengukuran


Berdasarkan hasil dari praktikum yang telah dilakukan di Perpustakaan
data yang didapat sebagai berikut :
1. Gambaran Umum
Nama Ruang : Perpustakaan Politeknik Perkapalan Negeri
Surabaya
Tanggal : 2 April 2020
Survey dilakukan pada : Siang hari
Keadaan cuaca : Cerah
Alat yang dipakai : Lux meter dan meteran
2. Karakteristik Tempat Kerja
Identifikasi Tempat
Panjang : 10 meter
Lebar : 7 meter
Tinggi : 3,5 meter
Jenis Lampu : TL 40 watt
Jumlah Lampu / armatur : 2 lampu
Jumlah Lampu Rusak :-

Keadaan Permukaan
Gambaran Bahan Warna Texture
Bersih Sedang Kotor

Dinding Bata Putih Halus √

Langit-langit Plafon Putih Halus √

Permukaan kerja Kayu Putih Halus √

Lantai keramik krem Halus √


3. Denah Ruang
Gambar 4.1 Denah Ruang dan Armatur Perpustakaan PPNS

4. Asumsi Data Pengukuran

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran


Pengukuran 1 Pengukuran 2 Pengukuran 3 Rata-rata
No
(lux) (lux) (lux) (lux)
1. 206,1 200,8 211 205,97
2. 213,8 215,3 213,9 214,3
3. 223,1 220,4 219,8 221,1
4. 203,4 203,4 201,4 202,73
5. 207,6 208,4 206,9 207,63
6. 236,2 236,2 239,4 237,27
7. 235,8 230,1 233,2 233,03
8. 221,2 221,2 221,8 221,4

4.2 Perhitungan
Dari data yang didapat maka dapat dilakukan perhitungan jumlah
lampu yang dibutuhkan :

1. E rata-rata = Σ𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑛
= 1743,4678
= 217,93 lux
2. h = t0 – t1
= 3,5 m – 0,85 m
= 2,65 m
3. Indeks Ruangan
Panjang x lebar
=
Tinggi diatas bidang kerja(Panjang +lebar)
10 m x 7 m
=
2,65 m(10 m+7 m)
70 m2
= 2
45,05 m
= 1,55
4. Efisiensi
Dinding = rw : 0,5
Langit-langit = rp : 0,7
Bidang pengukuran = rm : 0,1
➢ Mencari interpolase
K −k 1 µ−µ 1
k 2−k 1
= µ 2−µ 1
1,55−1,5 x−0,62
2−1,5
= 0,68−0,62
0,5 x−0,62
0 ,5
= 0,06
0,5 x 0,06 = 5x - 3,1
3,13 = 5x
ƞ = 0,63
5. Perhitungan Jumlah Lampu
E = 300 lux menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
No. 5 Tahun 2018 tingkat pencahayaan pada pekerjaan kantor yang
berganti-ganti menulis dan membaca, pekerjaan arsip dan seleksi surat-
surat.
d = faktor depresiasi ringan, maka d = 0,75
diasumsikan lampu dengan 3000 lumen
ExA
N = ∅ x ƞx d

300 x (10 x 7)
=
3000 x 0,63 x 0,75
= 14,8
= 15 lampu

4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil dari analisa dan perhitungan data yang telah
dilakukan, dapat diketahui penerangan pada perpustakaan Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya belum memenuhi standar yang hanya sebesar
217,93 lux sedangkan pada Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik
Indonesia No. 5 Tahun 2018 untuk ruang perpustakaan pada lembaga
pendidikan harus sebesar 300 lux.
Untuk jumlah lampu pada perpustakaan Politeknik Perkapalan Negeri
Surabaya sudah sesuai yaitu dengan 8 armatur yang masing-masing armatur 2
lampu sehingga total lampu yang ada adalah 16 lampu, sedangkan dari hasil
perhitungan jumlah lampu yang dibutuhkan di perpustakaan PPNS adalah 15
lampu.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi kurangnya intensitas cahaya
pada perpustakaan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, yaitu seperti
armatur yang kotor banyak debu , lampu yang sudah dalam keadaan kurang
layak pakai atau usianya lama ,dll.
4.4 Rekomendasi
Setelah melakukan praktikum , rekomendasi yang dapat diberikan
agar intensitas cahaya pada perpustakaan dapat memenuhi standar yaitu :
1. Mengganti lampu pada perpustakaan dengan daya yang lebih besar
sehingga ruangan terasa lebih terang.
2. Diadakan pembersihan rutin pada armatur sehingga armatur tidak kotor
atau berdebu sehingga berdampak pada terang tidaknya lampu.
3. Mengganti lampu yang umurnya sudah lama dengan yang lebih baru
sehingga nyala lebih terang.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Pada praktikum penerangan menggunakan alat Lux meter dan melakukan
pemetaan dengan mengukur luas ruangan sesuai dengan SNI16-7062-
2004.
2. Intensitas cahaya pada perpustakaan Politeknik Perkapalan Negeri
Surabaya masih belum memenuhi standar yaitu hanya sebesar 217,93 lux
sedangkan menurut PERMENAKER no.5 tahun 2018 ruangan
perpustakaan di lembaga pendidikan dikatakan aman yaitu pada intensitas
cahaya sebesar 300 lux .
3. Jumlah lampu pada perpustakaan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
sudah memenuhi yaitu dengan jumlah 16 lampu sedangakan untuk jumlah
minimal lampu yang diminta sejumlah 15 lampu.

5.2 Saran
Dari praktikum yang telah dlakukan ada beberapa saran yang dapat
diberikan sebagai berikut :
1. Meningkatkan ketelitian dalam menggunakan dan membaca alat lux meter
agar hasil yang didapat sesuai dengan yang diinginkan.
2. Mengecek terlebih dahulu alat dan bahan sebelum digunakan untuk
praktikum.
3. Kondusif saat melakukan praktikum agar tidak mengganggu jika ada
kegiatan lain pada ruangan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi. 2001. SNI 03-2396-2001. Tata Cara Perancangan Sistem


Pencahayan Alami pada Bangunan Gedung.

Badan Standarisasi. 2011. SNI-6197-2011. Konservasi Energi pada Sistem


Pencahayaan

Departemen Kesehatan RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002. Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.

Havif dan Anto. 2017. Evaluasi Kualitas Pencahayaan pada Ruang Perkuliahan
Gedung C Fakultas Teknik Universitas Riau. Pekanbaru : Universitas
Riau

Rahayu, Hadary, dkk. 2018. Analisis Sistem Kebutuhan Penerangan pada Ruang
Kelas Dengan Light Emitting Diode (LED). Pontianak : Universitas
Tanjungpura
TUGAS PENDAHULUAN

1. Sebutkan peraturan yang berlaku di Indonesia yang mengatur tentang


syarat penerangan di tempat kerja, serta berikan contoh salah satu
aturannya!

Jawab :

• Peraturan Menteri Perburuan No. 7/1964 Tentang Syarat Kesehatan,


Kebersihan Serta Penerangan dalam Tempat Kerja

• Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri

• Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5


Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan
Kerja

Contoh:
Pada Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan
Kerja tingkat pencahayaan pada pekerjaan kantor yang berganti-ganti
menulis dan membaca, pekerjaan arsip dan seleksi surat-surat yaitu
300 lux.

2. Suatu ruangan kerja dengan ukuran 10 x 20 m dengan tinggi 5 m diberi


penerangan dengan jenis lampu 2 x TL 40 W. bila tiap armature memberikan
2 x 3000 lumen. Tentukan jumlah armature yang diperlukan dan gambarkan
denahnya!
Keterangan :
 Bidang kerja 0,85 m dari lantai
 Faktor refleksi adalah rp = 0,7 rw = 0,5 rm = 0,1
 Faktor depresiasi = 0,7
 Pekerjaan yang dilakukan adalah menjahit
 Rendemen/ efisiensi armature adalah penerangan langsung

Jawab :
Diketahui :
 Bidang kerja 0,85 m dari lantai

 Faktor refleksi adalah rp = 0,7 rw = 0,5 rm = 0,1

 Faktor depresiasi = 0,7

 Pekerjaan yang dilakukan adalah menjahit

 Rendemen/efisiensi armature adalah penerangan langsung

Ditanya :
a. Berapa jumlah armature yang diperlukan?
b. Gambarkan denahnya
Jawaban :
a) Jumlah Armature yang diperlukan

1) h = t0 – t1
= 5 m – 0,85 m
= 4,15 m
2) Indeks Ruangan
Panjang x lebar
=
Tinggi diatas bidang kerja(Panjang +lebar)
10 m x 20 m
=
4,15 m(10 m+ 20m)
200 m2
= 2
124,5m
= 1,606
3) Efisiensi Penerangan
K −k 1 µ−µ 1
k 2−k 1
= µ 2−µ 1
1,606−1,5 x−0,62
2−1,5
= 0,68−0,62
0,106 x−0,62
0,5
= 0,06
0,5 x = 0,00636 + 0,31
X = 0,63

4) E = 200 lux (Jahit-menjahit kain berwarna terang)


5) A =pxl
= 20 m x 10 m
= 200 m2
6) E lampu = 3000 lumen
ExA
7) Jumlah lampu (n) =
Elampu x µ x d
200 x 200
=
3000 x 0,63 x 0,7
= 30,2
= 31 lampu ( 1 armatur 2 lampu , jadi 16
armatur)
b) Denah

Anda mungkin juga menyukai