Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM AUDIT ENERGI

PENCAHAYAAN
Disusun dan dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah Audit Energi yang di ampu
oleh :

Ir.Teguh Sasono, MT.

Kelompok :5

Nama Anggota : 1. Muhammad Fajar Ramadhan (191711016)

2. Salsabilla Rizki Amelia (191711025)

Kelas : 3-A Teknik Konversi Energi

PROGRAM D3 STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI

JURUSAN TEKNIK KONVERSI ENERGI

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

BANDUNG

2021
1.1 Tujuan
1. Setelah melakukan praktikum, mahasiswa diharapkan dapat:
2. Menjelaskan prinsip kerja sistem pencahayaan.
3. Menjelaskan alat yang diperlukan untuk pengukuran sistem pencahayaan.
4. Melakukan perhitungan pada sistem pencahayaan.
5. Menginterpretasi data pengukuran sistem pencahayaan.
6. Menghitung kinerja, IKE, dan daya sistem pencahayaan.
7. Mencari peluang penghematan pada sistem pencahayaan.
8. Melaporkan hasil audit sistem pencahayaan.

1.2 Dasar Teori


Keselamatan dan kenyamana kerja merupakan hal yang sangat penting untuk
diperhatikan, salah satunya adalah pencahayaan ruangan. Intensitas cahaya adalah banyaknya
cahaya ada pada suatu luas permukaan, merupakan aspek lingkungan fisik yang sangat penting
untuk keselamatan dan kenyamanan kerja.

Dalam penelitian ini menggunakan metode ergonomi dengan tujuan menciptakan


lingkungan kerja yang aman dan nyaman sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh menteri
kesehatan pada tiap area sesuai dengan jenis kegiatan yang ada. Pengambilan data menggunakan
alat pengukur cahaya yaitu luxmeter dan menentukan tingkat pencahayaan ruangan yang standar
sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.1405/MENKES/SK/XI/2001.

Pencahayaan yang memadai menyebabkan kelainan pada indra penglihatan dan kesilauan
yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Pencahayaan yang kurang memadai dapat
menyebabkan ganguan kesehatan pada pekerja, salah satunya adalah kelelahan mata. Selain itu,
kelelahan mata timbul sebagai stress intensif pada fungsi- fungsi mata seperti terhadap otot-otot
akomodasi pada pekerja yang perlu pengamatan secara teliti atau pada retina sebagai
ketidaktepatan kontras (Suma’mur, 2009).

Tingkat penerangan yang baik merupakan salah satu faktor untuk memberikan suatu
kondisi penglihatan yang baik karena penerangan dapat mempengaruhi dalam melihat obyek-
obyek. Apabila tingkat penerangannya cukup bagus maka obyek akan terlihat secara jelas dan
cepat dalam mencarinya tanpa menimbulkan kesalahan berarti. Analisa intensitas cahaya perlu
dilakukan sebagai salah satu pendukung lingkungan kerja bagi keselamatan dan kenyamanan
kerja.

Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan ruang.Ruang yang
telah dirancang tidak dapat memenuhi fungsinya dengan baik apabila tidak disediakan akses
pencahayaan.Pencahayaan di dalam ruang memungkinkan orang yang menempatinya dapat
melihat benda-benda. Tanpa dapat melihat benda-benda dengan jelas maka aktivitas di dalam
ruang akan terganggu. Sebaliknya, cahaya yang terlalu terang juga dapat mengganggu
penglihatan.Kualitas penerangan yang tidak memadai berefek buruk bagi fungsi penglihatan,
psikologis serta aktivitas kerja (Sukawi). Bila kuat penerangan berkurang maka suasana kerja
menjadi kurang nyaman dan untuk pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan ketelitian tinggi
menjadi sulit untuk dikerjakan. (Dedy Haryanto).

Penggunaan sistem pencahayaan yang tidak efektif dan efisien dapat menurunkan
produktifitas, kenyamanan, serta menyebabkan pemborosan energi pada ruang (Evi Puspita
Dewi). Perancangan sistem kontrol pencahayaan dalam ruang mampu mengidentifikasi kuat
penerangan dalam ruang terhadap pembacaan iluminasi ruang (Inayati Nur S). Kecukupan nilai
intensitas cahaya dalam ruangan dapat dipenuhi dari penerangan alami dan penerangan buatan
(lampu penerangan). Pemenuhan nilai kecukupan berdasarkan peraturan menteri perburuhan No.
7 Th. 1964 tentang standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), standar kecukupan intensitas
cahaya berkisar antara 250 – 300 lux.

Cahaya adalah suatu gelaja fisis dimana sumber cahaya memancarkan energi dan
sebagian energi dirubah menjadi cahaya tampak.Perambatan cahaya di ruang bebas dilakukan
oleh gelombang- gelombang elektromagnetik.Sehingga cahaya itu merupakan suatu gejala
getaran.Gejala-gejala getaran yang sejenis dengan cahaya ialah gelombang-gelombang panas,
radio, televisi dan sebagainya.Gelombang-gelombang ini hanya berbeda frekuensinya saja.
(Harten P.Van, Setiawan E).

Flux cahaya adalah cahaya yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya dalam satu detik.
Satuan untuk flux cahaya adalah lumen. Flux cahaya per satuan sudut ruang yang dipancarkan ke
suatu arah tertentu disebut dengan intensitas cahaya.

1.2.1 Pencahayaan (Iluminate)


Pencahayaan atau penerangan adalah faktor yang penting untuk menciptakan lingkungan kerja
yang baik. Lingkungan kerja yang baik akan dapat memberikan kenyamanan dan meningkatkan
produktivitas pekerja. Efisiensi kerja seorang operator ditentukan pada ketepatan dan kecermatan
saat melihat dalam bekerja, sehingga dapat meningkatkan efektifitas kerja, serta keamanan kerja
yang lebih besar.

Tingkat penerangan yang baik merupakan salah satu faktor untuk memberikan kondisi
penglihatan yang baik. Dengan tingkat penerangan yang baik akan memberikan kemudahan bagi
seorang operator dalam melihat dan memahami display, simbol-simbol dan benda kerja secara
baik pula. Indera yang yang berhubungan dengan pencahayaan adalah mata. Karakteristik dan
batasan daya lihat menusia penting untuk dipahami oleh seorang desainer display.

1.2.2 Tingkat Pencahayaan Minimum yang Diperlukan.


Pencahayaan yang memadai menjadi faktor yang cukup penting sesuai dengan jenis pekerjaan
yang dilakukan. Pencahayaan yang cukup baik untuk suatu pekerjaan belum tentu sesuai
digunakan untuk jenis pekerjaan lainnya.
Jenis kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan akan menentukan tingkat iluminasi yang
dibutuhkan karena jenis kegiatan yang berbeda akan memerlukan tingkat iluminasi yang
berbeda. Sesuai dengan tingkat iluminasi yang dipersyaratkan pada kuat penerangan, maka
kebutuhan tingkat kuat penerangan (iluminasi) pada ruang kerja dengan jenis pekerjaan rutin
adalah 250 lux.

1.2.3 Coefficient of Utilization, Koefisien Penggunaan (CU).


Sebagian dari cahaya yang dipancarkan oleh lampu diserap oleh armatur, sebagian dipancarkan
ke arah atas dan sebagian lagi dipancarkan ke arah bawah. Faktor penggunaan didefinisikan
sebagai perbandingan antara fluks luminus yang sampai di bidang kerja terhadap
keluaran cahaya yang dipancarkan oleh semua lampu. Faktor utilisasi ini besarnya kurang dari 1
dimana nilai kerugian untuk gedung-gedung perkantoran modern pada umumnya berkisar 0,8.

Penentuan koefisien pemakaian berdasarkan faktor reflektansi langit-langit, dinding, dan lantai
dipengaruhi oleh pemantulan dari masing-masing warna. Reflektivitas cat dapat dilihat pada
Tabel 1.

Table 1. Tabel Reflektivitas Cat

Sumber: IES Hand Book 1984

1.2.4 Light-Loss Factor, Faktor Kehilangan Cahaya (LLF).


Koefisien depresiasi atau sering disebut juga koefisien rugi-rugi cahaya atau koefisien
pemeliharaan, didenifisikan sebagai perbandingan antara tingkat pencahayaan setelah jangka
waktu tertentu dari instalasi pencahayaan digunakan terhadap tingkat pencahayaan pada waktu
instalasi baru.

Faktor kehilangan cahaya terdiri atas non recoverable factor dan recoverable factor.
Besarnya koefisien depresiasi biasanya ditentukan berdasarkan estimasi. Untuk ruangan dan
armatur dengan pemeliharaan yang baik pada umumnya koefisien depresiasi diambil sebesar 0,8
Non recoverable, factor terdiri atas:

a. LAT (Luminaire Ambient Temperature), suhu di sekitar luminer. Di atas


suhu 250C lampu fluorescent akan kehilangan cahaya 1% setiap kenaikan suhu 10C.
Jika lampu beroperasi di lingkungan normal sesuai desain pabrik, maka LAT=1.
Pengertian lingkungan normal adalah sesuai arahan pabrik pembuat lampu tersebut.
b. VV (Voltage Variation), variasi tegangan listrik. Perubahan 1% pada tegangan
listrik akan mempengaruhi lumen lampu pijar hingga 3%. Jika lampu dioperasikan
pada voltase sesuai, maka VV=1.

c. LSD (Luminaire Surface Depreciation), depresiasi permukaan luminer.


Permukaan luminer akan mengalami penurunan kualitas, seperti penutup berubah
warna, reflektor tergores, dan sebagainya yang akan mempengaruhi kualitas dan
kuantitas penerangan.

d. BF (Ballast Factor), faktor balas. Kadang balas yang digunakan dalam luminer
berbeda dengan yang tercantum dalam data teknis. Hal ini sering menyebabkan
kekeliuran perhitungan.

Sedangkan Recoverable factor meliputi:

1) LDD (Luminaire Dirt Depreciation), depresiasi cahaya akibat penimbunan


kotoran pada luminer. LDD dipengaruhi oleh tipe luminer, kondisi atmosfir
lingkungan, dan waktu antara pembersihan luminer berkala.
2) RSDD (Room Surface Dirt Depreciation), depresiasi cahaya akibat penumpukan
kotoran di permukaan ruang. Pencahayaan yang memanfaatkan pemantulan akan
lebih mudah terpengaruh oleh penumpukan kotoran (debu dan lain-lain)
dibandingkan dengan pencahayaan yang mengutamakan cahaya langsung dari
lampu. Tabel 2.2 berikut dapat digunakan sebagai pedoman bila tidak ada data
yang spesifik dari lampu bersangkutan. Pada periode pembersihan 24 bulan di
lingkungan wajar (tidak sangat bersih maupun kotor) dapat dilihat berdasarkan
Tabel 2.
Tabel 2. Room Surface Dirt Depreciation

Nilai
Jenis Penerangan
Permuka
an
Pencahayaan langsung 0,92 ± 5%
Pencahayaan semi langsung 0,87 ± 8%
Pencahayaan semi tidak 0,82 ±
langsung 10%
Pencahayaan tidak langsung 0,77 ±
12%
Sumber: Stein,1986

3) LLD (Lamp Lumen Depreciation), faktor depresiasi lumen yang tergantung pada
jenis lampu dan waktu penggantiannya. Bila tidak tersedia data yang pasti, maka
dapat menggunakan Tabel 2.3 berikut :
Tabel 3. Lamp Lumen Depreciation
Jenis Pengganti Penggantian
an Berdasarkan
Lampu
Bersamaa Lampu Mati
n
Lampu pijar 0,9 0,88
4
Tungsten- 0,9 0,94
halogen 8
Flourescent 0,9 0,85
0
Mercury 0,8 0,74
2
Metal-hailde 0,8 0,80
7
High-presure 0,9 0,88
sodium 4
Sumber: Stein,1986
4) LBO (Lamp Burnout), perkiraan jumlah lampu yang mati sebelum waktu
penggantian yang direncanakan. LBO = (jumlah lampu yang masih hidup) -
(jumlah awal lampu yang digunakan). Bila lampu diganti seluruhnya secara
bersamaan LBO=1. Bila penggantian lampu hanya pada lampu yang mati, maka
LBO=0,95.
Dari penjelasan di atas, maka:
LLF = (1,0) (RSDD x LLD x LBO x LDD) (1)
1.2.5 Kuat Pencahayaan
Kuat pencahayaan pada suatu ruangan pada umumnya didefinisikan sebagai
tingkat pencahayaan pada bidang kerja. Yang dimaksud dengan bidang kerja
ialah bidang horizontal imajiner yang terletak 0,75 meter di atas lantai pada
seluruh ruangan. Merujuk rumus yang dikemukakan Schiler (1992), kuat
pencahayaan dapat dihitung dengan persamaan:
E= (I x CU x LLF)/A lux
Dimana: E = Kuat pencahayaan (lux)
I = Intensitas sumber
CU = Faktor Utilisasi
LLF = Faktor rugi cahaya
A = Luas ruangan
Perhitungan kuat pencahayaan rata-rata diperoleh dari hasil pengukuran kuat pencahayaan
yang diambil dari beberapa tempat di dalam ruangan dengan menggunakan luxmeter,
menggunakan persamaan :
Erata-rata = (E_1+E_2+E_3…+E_n)/n lux.
Dimana : E1...n = Hasil pengukuran kuat pencahayaan dibeberapa tempat.
Erata-rata = Kuat pencahayaan rata-rata.
Sedangkan untuk menghitung intensitas cahaya, menggunakan persamaan :
I=ixn
Dimana : I = Intensitas sumber cahaya (lm). i = Tingkat pencahayaan pada lampu yang
dipakai (lm).
n = Jumlah sumber cahaya
 Ceiling Cavity Ratio (CCR)
5 hcc (L+ W )
CCR=
Lx W
 Room Cavity Ratio (RCR)
5 hrc(L+W )
RCR=
L xW
 Floor Cavity Ratio (FCR)
5 hfc(L+W )
FCR=
L xW
Dimana :
hcc = Jarak antara atap (plafon) dengan lampu
hrc = Jarak antara lampu (pencahayaan) dengan bidang kerja
hfc = Jarak antara bidang kerja dengan lantai
L = Panjang ruangan
W = Lebar ruangan
Cara lain mencari Cavity Ratio dengan :
2.5 x height of cavity x cavity perimeter
Cavity Ratio=
areaof cavity base
1.2.6 Metode effisiensi
1. Intensitas Konsumsi Energi (IKE)
Intensitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2017) adalah keadaan tingkatan atau
ukuran intensnya. Sedangkan konsumsi energi menurut SNI adalah besarnya energi yang
digunakan oleh bangunan gedung dalam periode waktu tertentu dan merupakan perkalian antara
daya dan waktu operasi, atau dapat dinyatakan dalam satuan kWh. Sehingga dapat diartikan
bahwa intensitas konsumsi energi merupakan konsumsi energi per satuan luas bangunan gedung
dalam waktu satu tahun. Secara sederhana, IKE dapat dituliskan dalam persamaan
Total Konsumsi Listrik
IKE=
Luas Area
2. Daya Pencahayaan
Daya pencahayaan ini merupakan besarnya daya yang dikonsumsi oleh masing-masing
ruangan pada setiap ruangan yang menjadi objek audit ini. Berdasarkan persamaan di bawah
maka akan diperoleh daya pencahayaan pada masing-masing ruangan sebagai berikut:

Pt
Pc =
A

Dimana :

Pc= Daya pencahayaan Total (watt/m2)


Pt= Daya total Lampu (watt)
A= Luas bidang kerja (m2)

3. Efikasi
Efikasi yaitu intensitas cahaya pengukuran dibagi oleh daya pencahayaan pengukuran
pada setiap masing-masing ruangan pada objek audit. Untuk pencahayaan tidak dapat
menggunakan pendekatan efisiensi disebabkan karena output tidak berbentuk energi tetapi
berbentuk cahaya. Sehingga digunakan pendekatan efikasi. Perhitungannya sebagai berikut :
Intensitas Cahaya
Efikasi=
Daya pencahayaan
1.3 Soal
Ruang kerja dengan ukuran ruangan Panjang 22,86 m, lebar 7,62 m, tinggi ruangan 4,6 m,
tinggi cavity 3,7 m, jumlah ruangan 6 dan digunakan selama 4000 jam/tahun. Pada saat ini
digunakan 6 lampu pada setiap ruangan dengan jenis P-I-5414T8-LP/ELB (T8 fluorescent
lamps) dengan jarak antara lampu dan celling yaiu 1,524 m dan tempat kerja berada 0,9144 m
diatas lantai. Tentukan lux yang digunakan dan improvement agar memenuhi SNI laboratorium
menggambar. (Tentukan IKE, Daya pencahayaan dan Efikasi)
1.4 Jawaban
1. Data sebelum improvement menggunakan lampu TL dengan jenis P-I-5414T8-LP/ELB (T8 fluorescent lamps) dengan data
sebagai berikut.

Data: m cd2lm 1
W 7,62 ρc 70%
L 22,86 ρf 30%
h 4,572 ρw 50%
hcc 1,524 N 6
P-I-5414T8-LP/ELB (T8
hrc 3,6576 Lamp fluorescent lamps)
hfc 0,9144 cd/lamp 3.150
lamp/
fixture 6

Menggunakan referensi 6 "P-I-5414T8-LP/ELB (T8


fluorescent lamps)" jumlah lampu dari 1 s.d. 4 per fixture
lamp/Fixture 1
Power lamp 36 Watt at 230V
Power total Magnetic Ballast 45,54 0
Magnetic
Ballast+Capacitor 45,494 0
Electronic Ballast 41,4 0
lumen 2603
Langkah-1:
CCR 1,3
FCR 0,8
RCR 3,2

Langkah-2:
0,715987 42,13
f-> fc 7 Ρcc %
0,475235 14,01
ff 2 Ρfc %

Langkah 3:
0,20697
CU 9 (Table C)
(Table B)
ρfc=014%<>20% yang 10%
Faktor 1,02478
10% 7
CU
final 0,21211

Langkah 4:
FC initial 138,083 Simpula 192,857
(LLF=1) 7 Lux n: fc2lux 7
 Menentukan IKE
Total konsumsi Daya
IKE=
Luas Bangunan

36 watt x 36 lampu x 4000 jam /tahun 2


IKE= 2
=29 , 79 KWH /m /tahun
174 m

 Menentukan Daya Pencahayaan


Pt
Pc=
A

36 Watt x 36 lampu 2
Pc= 2
=7 , 45 Watt /m
174 m

 Menentukan Efikasi
Intensitas Cahaya
Efikasi=
Daya pencahayaan
138,0837 lux
Efikasi= 2
=18 , 53 lumen/Watt
7 , 45 Watt /m
2. Data setelah dilakukan improvement dengan menggunakan lampu LED dengan jenis

Data: m cd2lm 1
W 7,62 Ρc 80%
L 22,86 Ρf 20%
h 4,572 Ρw 30%
hcc 0,1524 N 6
Essential LEDtube is an affordable
hrc 3,6576 Lamp LED tube
hfc 0,9144 cd/lamp 3.150
lamp/
fixture 6

Menggunakan referensi 1 "Essential LEDtube is an


affordable LED tube that is suitable for replacing
T8 fluorescent lamps."
Life time: 15000 h Data T8
Color 6500 K
Power 16 W
Efficacy 100 lm/W
end of
LLFM 70% lifetime
Length 1200 mm

Langkah-1:
CCR 0,1
FCR 0,8
RCR 3,2
Langkah-2:
0,836122 56,06
f-> Fc 8 Ρcc %
0,509192
Ff 6 Ρfc 8,03%

Langkah 3:
CU 0,67303 (Table C)
(Table B)
ρfc=008%<>20% yang 10%
Faktor 1,02691
10% 5
CU 0,69114
final 5

Langkah 4:
FC initial 449,93 Simpula 538,12
(LLF=1) 64 Lux n: fc2lux 24
 Menentukan IKE
Total konsumsi Daya
IKE=
Luas Bangunan

16 watt x 36 lampu x 4000 jam /tahun 2


IKE= 2
=13 , 24 KWH /m /tahun
174 m

 Menentukan Daya Pencahayaan


Pt
Pc=
A

16 Watt x 36 lampu 2
Pc= 2
=3 , 31 Watt /m
174 m

 Menentukan Efikasi
Intensitas Cahaya
Efikasi=
Daya pencahayaan
449,9364 lux
Efikasi= 2
=135 ,93 lumen /Watt
3 , 31W /m
Lumen Method Calculation Worksheet
Project Information

Project Name: Tugas Audit Energi Type of Activity: Work Room

1 Target Illumination Value: 350 lux


Fixture Type: Essential LEDtube is an affordable LED tube # Lamps/Fixture: 6
Lamp Type: LED Initial Lamp Lumens: 2603

Room Data

Ceiling Reflectance (Ρcc): 80 Length * Width = Area


2 Wall Reflectance(Ρwc): 20
Floor Reflectance(Ρfc): 30 23 * 8 = 174 m2

Room Cavity Ratio (RCR)

Ceiling Height - Work surface = Cavity Height 5 * Cavity Height *( Length + Width )
= RCR
3 4.6 - 0.9 = 3.7
Area

5 * 3.7 *( 23 + 8 )
= 3.20
174

With RCR, Calculate the Coefficient of Utilization (CU)

Low RCR: 3.00 CU1: 0.6600 CU1 - CU2 = Y


Actual RCR: 3.20 Actual CU: 0.6700 2
4 High RCR: 4.00 CU2: 0.7100 0.6600 - 0.7100 = -0.0500

Actual RCR - Low RCR CU1 -( X * Y )= Actual CU


=X= 0.20
1 High RCR - Low RCR
3
0.6600 -( 0.2000 * -0.0500 )= 0.6700

Light Loss Factors (LLF)


Referensi:Satwiko, Prasasto. 2004 Fisika Bangunan Edisi 1. Jogjakarta: Andi
Luminaire Ambient Temp: 1.00 Luminaire Dirt Depreciation: 0.90
Voltage Variation: 0.99 Room Surface Depreciation: 0.98
5 Luminaire Surface
Depreciation:
Ballast Factor:
1.00 Lamp Lumen Depreciation:
Lamp Burn Out:
0.90
Total LLF
0.95 0.99

1.00 * 0.99 * 1.00 * 0.95 * 0.90 * 0.98 * 0.90 * 0.99 = 0.74

Calculations

# of Fixtures
Required =
Target Average Illuminance Level
# of Lamps / Fixture * Lamp Lumens
*
* CU
Area
* LLF
= 7.87 = 8
6
# of lamps per Lamp
Illumination due to
specific # of fixtures =
# of fixtures * fixture *
Area
Lumens * CU * LLF
= 355.62 lux
1.5 Analisis
Tabel standar tingkat pencahayaan dan standar daya pencahayaan maksimum pada ruang kerja

No. Parameter Nilai Referensi


1. Tingkat Pencahayaan 350 Lux SNI nomor 03-6575-
2001
2. Daya Pencahayaan 20 W/m2 SNI nomor 03-6575-
2001

Dalam laporan audit ini, sistem pencahayaan kami menggunakan lampu fluorecent jenis
P-I-5414T8-LP/ELB, pada laporan ini diasumsikan bahwa pengamatan pencahayaan dilakukan
di laboratorium menggambar. Kondisi dalam ruangan memiliki ukuran ruangan Panjang 22,86
m, lebar 7,62 m, tinggi ruangan 4,6 m, tinggi cavity 3,7 m, jumlah ruangan 6 dan digunakan
selama 4000 jam/tahun, dengan jarak antara lampu dan celling yaiu 1,524 m dan tempat kerja
berada 0,9144 m diatas lantai. Lampu dalam ruangan dinyalakan dan intensitas cahaya alami
diabaikan/tidak dihitung, jumlah lampu yang dinyalakan sebanyak 6 buah per ruangan.
Pengukuran intensitas cahaya yang dihasilkan dari lampu sebelum dilakukan improvement
dengan menggunakan lampu fluorescent rata-rata sebesar 138,037 lux, dengan nilai daya
penyinaran sebesar 7,45 watt/m2, dan nilai efikasi sebesar 18,53 lumen/watt.

Terlihat bahwa menurut SNI nomor 03-6575-2001, nilai standarnya adalah 350 lux dan
data yang diperoleh dari perhitungan excel pencahayaan, lampu fluorecent tidak memenuhi
standard, daya listrik penggunaan pada saat menggunakan lampu fluorescent ini memiliki nilai
IKE yang besar. Adapun faktor-faktor lain yang menyebabkan nilai IKE yang besar yaitu daya
lampu, banyak lampu, lama operasi dan luas ruangan. Pada perhitungan ini cahaya alami tidak
diperhitungkan/diabaikan, luas bidang kerja dan terhalang oleh benda-benda yang ada disekitar,
nilai CU, warna cat tembok di lab tersebut, dan faktor lainnya.

Karena nilai yang didapatkan setelah perhitungan excel pada lampu fluorecent tidak
sesuai standar dan untuk penghitungan daya maksimum masih dibawah standar, maka peluang
konservasi dapat dilakukan dengan penggantian lampu dengan daya yang lebih besar namun
tetap mempertimbangkan hasil daya maksimum per ruangan supaya tetap efisien.
Kami mengasumsikan mengganti lampu menggunakan lampu LED jenis Essential LEDtube
1200mm16W765 T8 CN I G pada referensi no.1 (dalam excel). Didapatkan peningkatan nilai
intensitas cahaya lampu menjadi 449,9364 lux, dengan nilai tersebut maka telah memenuhi
standar SNI.

Selain memenuhi standar SNI, beberapa hal yang kita dapatkan setelah dilakukannya
pergantian lampu dari fluorescent menjadi lampu LED yaitu penghematan penggunaan energi
sebesar 16,55 KWH/m2/tahun. Daya pencahayaan pada ruangan kantor ini tidak mencapai daya
pencahayaan maksimum dan masih dalam kategori standar. Disamping itu nilai efikasi atau nilai
perubahan yang menunjukkan effisiensi pengalihan energi listrik ke cahaya didapatkan
peningkatan sebesar 117,4 lumen/Watt.
1.6 Kesimpulan

1. IKE ruang kerja memiliki penghematan pada saat penggunaan lampu T8 Fluorescent
dengan IKE 29,79 KWH/m2/tahun lalu diganti dengan lampu LED dengan IKE 13,24
KWH/m2/tahun, dimana didapatkan penghematan sebesar 16,55 KWH/m2/tahun.

2. Pada pengukuran intensitas pencahayaan menunjukkan ruangan tidak memenuhi


standar SNI sehingga diperlukan mencari peluang untuk konservasi energi yaitu
mengganti lampu TL Konvensional dengan lampu LED.

3. Hasil dari perhitungan menunjukkan adanya perubahan nilai lux memenuhi/melebihi


angka pada standar SNI dengan hasil pengukuran intensitas cahaya yang dihasilkan
dari lampu rata-rata sebesar 449,9364 lux dari kondisi existing sebesar 350 lux.
1.7 Daftar Pustaka
Anonim. 2010. SNI 03-6575-2001 :Tata Cara Sistem Perancangan Pencahayaan Buatan.
Dalam web:
http://elfajr.blog.uns.ac.id/files/2010/04/desain_pencahayaan_buatan.pdf

Indonesia, SN. 2017. SNI-03-6197-2000-PENCAHAYAAN . Dalam web:


http://iaeeta.org/wp-content/uploads/2017/08/sni-03-6197-2000-Pencahayaan.pdf

Nursabandi, Sirli. 2020. JOURNAL OF ENERGY AND ELECTRICAL ENGINEERING


(JEEE). Dalam web:
http://jurnal.unsil.ac.id/index.php/jeee/article/download/820/1148

Satwiko, Prasasto. 2004. Fisika Bangunan Edisi I. Yogyakarta: ANDI

Anda mungkin juga menyukai