JUDUL
DAFTAR ISI...1
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang...2
1.2
Rumusan Masalah..3
1.3
Tujuan Penulisan....3
PEMBAHASAN
teori umum pencahayaan.....4
2.1
2.2
2.3
2.4
persamaan-persamaan..14
2.5
PENUTUP
3.1
Kesimpulan30
3.2
saran...30
DAFTAR PUSTAKA.31
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang
amandan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik
memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yang dikerjakannya secara jelas dan cepat.
Secara umum , pencahayaan dapat dibagi menjadi :
1. Pencahayaan alami
Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari.Sinar
alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat 6aying listrik juga dapat membunuh
kuman.Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan jendela-jendela
yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas lantai.Sumber
pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif 6aying6ing dengan penggunaan pencahayaan
buatan, selain karena intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber alami menghasilkan panas
terutama saat siang hari. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar penggunaan sinar alami
mendapat keuntungan, yaitu:- Variasi intensitas cahaya matahari- Distribusi dari terangnya
cahaya- Efek dari lokasi, pemantulan cahaya, jarak antar bangunan- Letak geografis dan
kegunaan bangunan gedung
2. Pencahayaan buatan
2
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain
cahaya alami.Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi ruangan sulit dicapai oleh
pencahayaan alami atausaat pencahayaan alami tidak mencukupi. Fungsi pokok pencahayaan
buatan baik yang diterapkan secara tersendiri maupun yang dikombinasikan dengan pencahayaan
alami adalah sebagai berikut:- Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat
secara detail serta terlaksananya tugasserta kegiatan visual secara mudah dan tepatMemungkinkan penghuni berjalan dan bergerak secara mudah dan aman- Tidak menimbukan
pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja- Memberikan pencahayaan dengan
intensitas yang tetap menyebar secara merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan, dan tidak
menimbulkan
6aying-bayang.-
Meningkatkan
lingkungan
visual
yang
nyaman dan
meningkatkan prestasi.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka ditemukan beberapa permasalahan diantaranya :
1. Seberapa besar kebutuhan pencahayaan alami pada ruang?
2. Adakah faktor yang mempengaruhi pencahayaan alami pada ruangan?
3. Bagaimana perhitungan intensitas cahaya yang masuk ke dalam ruang?
4. Apa saja aplikasi wujud agar intensitas cahaya bisa masuk optimal ke dalam ruang?
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka diharapkan bertujuan untuk
1. Mengetahui intensitas kebutuhan pencahayaan alami dalam ruang
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pencahayaan dalam ruang
3. Mengetahui cara perhitungan intensitas cahaya
4. Mengetahui aplikasi wujud agar intensitas cahaya bisa masuk maksimal
BAB II
PEMBAHASAN
Teori Umum Pencahayaan
Cahaya merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi manusia agar dapat melihat
lingkungan sekitarnya. Merupakan elemen dasar dari system pencahayaan sendiri.
Cahaya
Cahaya adalah suatu perpindahan energy yangdapat merangsang indera penglihatan manusia
untuk menghasilkan sebuah gambaran visual dari spectrum elektromagnetik yang dapat dilihat
oleh indera penglihatan manusia, yang memiliki panjang gelombang berkisar antara 0,380,77m. (Moore,1991)
Iluminasi (iluminance) dan Luminansi (luminance)
Iluminasi adalah perbandingan antara besar intensitas cahaya pada suatu arah sumber cahaya
dengan luas bidang sumber cahaya. Dapat dianalogikan dengan jumlah air yang disemprotkan
dalam satu menit pada bidang per satu meter persegi. Unit pengukuran untuk iluminasi
dinyatakan dalam lux (lumen/meter persegi), ukuran yang biasa digunakan untuk mengukur kuat
intensitas cahaya dalam suatu ruang (Lechner,2007)
Luminansi adalah jumlah cahaya yang direfleksikan oleh permukaan benda dan seperti yang
terlihat oleh mata manusia. Luminansi sebuah benda adalah fungsi atau hasil dari iluminasi,
seperti hasil refleksi dari sebuah benda pada cermin. Secara teknis, luminansi juga dapat
diartikan sebagai cahaya yang meninggalkan sebuah bidang setelah dipantulkan, namun di sisni
digunakan sebagai penampakan visual dari bidang tersebut ketika teriluminasi. Besarnya
luminansi bergantung pada kualitas pemantulan dari material dan besarnya iluminansi ang
diterima bidang tersebut. Untuk pengaplikasian luminansi dalam rancangan hal penting yang
perlu diingat adalah
Dalam penerapan luminansi dalam rancangan, perlu diketahui bahwa perubahan jarak antara
bidang yang teriluminasi dengan pengamat, tidak akan merubah besar luminansi. Contohnya,
4
sebuah papan iklan yang di iluminasi akan memiliki luminansi yang sama, baik dilihat dari jarak
dekat maupun jarak jauh. Maka dari itu, penampakan dari luminansi sebuah bidang adalah
karakteristik yang paling penting dari sistem pencahayaan bagi perancang yang menciptakan dan
merangkai hubungan luminansi dari semua elemen visual. (Michel,1996)
Kecemerlangan (brightness)
Kecemerlangan adalah persepsi subjektif dari luminansi yang dihasilkan dari sebuah permukaan.
Keharmonisan perbedaan brightness sangan penting dalam mencapai pandangan yang nyaman
(visual comfort).
Silau (glare)
Tidak semua efek cahaya baik atau nyaman untuk indera penglihatan manusia, seperti intensitas
cahaya yang sangat besar, sehingga tidak dapat ditoleransi oleh mata. Hal ini menyebabkan
gangguan visual yang mempengaruhi performa penglihatan mata, yang disebut dengan silau
(glare). Dilihat dari psikologi persepsi visual, silau dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu :
(Michel,1996)
Blinding Glare, jika jumlah cahaya sangatbesar dan dating dari sudut yang dekat sudut
pandang mata, hingga dapat menghiangkan kemampuan melihat untuk sementara
waktu.
Disability Glare, jika mata hampir tak dapat melihat objek dan fungsi penglihatan
berkurang cukup besar.
Direct Glare, atau silau langsung disebabkan oleh sumber cahaya yang berada dalam
sudut pandang mata.
Reflected Glare atau silau pantulan, salah satu bentuknya adalah veiling reflection,
yaitu ketika sumber iluminasi dipantulkan oleh suatu bidang specular (seperti cermin)
Silau dapat mengganggu suasana ruang dalam dan ergonomic arsitektur dalam sebuah bangunan,
maka dari itu silau perlu dikendalikan. Silau sebenarnya dapat dikendalikan dengan cara
mengenal lingkungan bangunan secara menyeluruh, sehingga silau ini dapat dicegah dengan
diberi lapisan atau dimanfaatkan untuk menciptakan suasana ruang tertentu.
2.1 Strategi dalam Pencahayaan Alami
2.1.1 Strategi Dasar Pencahayaan Alami
Untuk merancang pencahayaan dengan baik perlu diperhatikan mulai dari skala yang
lebih besar yaitu dengan memperhatikan rancangan bangunan, baru kemudian mengarah ke skala
yang lebih kecil, seperti elemen dari bangunan tersebut.
Sebelum merancang bangunan seorang perancang harus mempelajari keadaan alam di tapak
tersebut, seperti sudut pergerakan matahari, kondisi langit, arah angina, iklim, dan sifat-sifat dari
tapak tersebut. Setelah memahami keadaan tapak, perancangan bangunan dapat dilakukan
dengan mengsingkronisasi antara alam dengan bangunan. Jika bangunan sudah dirancangdan
dibentuk sejalan dengan alam, maka unsur-unsur seperti pengudaraan dan pencahayaan akan
mengalir dan berjalan dengan baik. Maka dari itu, sebaiknya dipelajari faktor-faktor dalam
bangunan yang perlu disesuaikan dengan alam.(Guzowski,2000)
1. Orientasi dan Massa Bangunan
Dalam merancang bangunan, sudah merupakan keperluan paling mendasar untuk
memasukkan sinar matahari langsung, terutaman dengan semakin berkembangnya green
architecture. Karena itu perlu dipahami mengenai kualitas cahaya yang dating dari setiap
arah. Dimulai dari sisi selatan, dikatakan merupakan sisi yang paling baik untuk menagkap
sinar matahari langsung, karena pada sisi selatan bangunan mendapatkan sinar matahari yang
paling konsisten sepanjang hari dan tahun. Orientasi terbaik kedua adalah utara karena
cahaya konstan yang didapatnya. Walaupun jumlah cahaya yang didapatkan tidak banyak,
tapi kualitasnya cukup baik.
Sedangkan sisi timur dan barat kurang baik sebagai orientasi bangunan, karena posisi
matahari yang cenderung renanh sehingga tidak mudah untuk memberi naungan dari cahaya
matahari langsung tanpa menghalangi pemandangan ke luar. Sehingga pencahayaan dari
samping (sidelighting) tidakdisarankan untuk kedua sisi ini, lebih baik menggunakan cahaya
dari atas (toplighting) karena akan mendapatkan cahaya yang konstan sepanjang hari
(Lechner,2007)
6
Massa bangunan sangat menentukan kualitas distribusi cahaya yang masuk. Pada umumnya
massa bangunan yang tidak terlalu tebat dengan akses yang baik dengan ruang luar
akanmemudahkan masuknya cahaya alami. Dahulu, saat belum digunakan pencahayaan
buatan, massa bangunan cenderung lebih tipis, hanya setebalyang dapat dicapai oleh cahaya
alami. Jika terdapat beberapa massa bangunan yang berdekatan, diberikan ruang kosong
doantaranya, agar cahaya dan udara dapat masuk ke dalam bangunan (Egan&Olgyay,1983)
2. Bentuk Bangunan
Selain orientasi dan massa bangunan, bentuk atau denah dari bangunan tersebutsangat
menentukan jumlah cahaya yang masuk dan seberapa area yang akan mendapatkan cahaya
alami. Contohnya seperti yang terlihat pada gambar II.6 , ketiga ruang ini memiliki luas yang
sama (10.000sq. feet=900m2). Pada denah berbentuk kotak pada 15 kaki (4.5m) zona teluar
(51%) mendapat cahaya sepenuhnya, kemudian jarak 15 kaki lebih kedalam (33%) mendapat
cahaya parsial, dan pada zona selebihnya (16%) tidak mendapat cahaya alami. Denah
berbentuk persegi panjang dapat menghilangkan area tengah yang tidak mendapat
pencahayaan sama sekali, namun tetap ada zona yang mendapat pencahayaan sebagian.
Sekarangtinggal bergantung pada kebutuhan kualitas ruang yang ingin dicapai, apakah
dibutuhkan memasukkan cahaya hingga ke tengah ruuang ? jia dibutuhkan, denah berbentuk
kotak dapatdibantu pemberian atrium di tengah-tengah ruang agar semua bagian ruang
mendapatkan cahaya sepenuhnya.
3. Bukaan dalam Ruang
Ada tiga bentuk dasar bukaan untuk memasukkan cahaa kedalam ruang, sidelighting,
toplighting dan atria.
Sidelighting
Bukaan dibagian samping ruangan, yang paling umum ditemui adalah jendela. Perencanaan
jendela perlu dilakukan dengan hati-hati , karena perencanaan yang tidak tepat dapat
menimbulkan silau dan suhu ruangan yang cenderung panas, terutama di Negara-negara
tropis seperti Indonesia.
Ada beberapa strategi yang perlu diingat saat merancang jendela pada suatu ruang, yaitu :
Penempatan jendela sebaiknya berada dari lantai dan tersebar merata (tidak hanya
pada satu dinding saja) agardapat mendistribusikan cahaya yang merata. Hindari
pencahayaan unilateral (jendela hanya pada satu dinding) dan gunakan pencahayaan
bilateral (jendela pada dua sisi dinding) agar memungkinkan persebaran cahaya yang
lebih baik keseluruh ruang dan dapat mencegah silau. Penempatan bukaan di
sepanjang tepi dinding atau di sudut dari sebuah ruangan akan dapat menambah
tingkat cahaya dalam ruang, karena cahaya masuk akan mengenai permukaan
dinding disebelahnya dan cahaya itu akan dipantulkan oleh dinding tersebut.
Jendela yang terlalu luas sering kali tidak tepatdigunakan pada Negara beriklim
tropis, karena panas dan radiasi silau terlalu banyak masuk ke dalam ruang.
Perlindungan terhadap cahaya matahari dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
-
4. Berikut ini adalah lima strategi dalam merancang untuk pencahayaan matahari yang
efektif : (egan & olgyay,1983).
1) Naungan (shade). Naungi bukaan pada bangunan untuk mencegah silau (glare) dan
panas yang berlebihan karena terkena cahaya matahari langsung.
2) Pengalihan (redirect). Alihkan dan arahkan cahaya matahari ke tempat-tempat yang
diperlukan. Pembagian cahaya yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan adalah inti
dari pencahayan yang baik.
3) Pengendalian (control). Kendalikan jumlah cahaya yang masuk ke dalam ruangan
sesuai dengan kebutuhan dan waktuyang diinginkan. Jangan terlalu banyak
memasukkan cahaya ke dalam ruang, terkecuali jika kondisi untuk visual tidaklah
penting atau ruangan tersebut memang membutuhkan kelebihan suhu dan cahaya
tersebut (contoh : rumah kaca).
4) Efisiensi. Gunakan cahaya secara efisien dengan membentuk ruang dalam sedemikian
rupa sehingga terintegrasi dengan pencahayaan dan menggunakan material yang
dapat merefleksikan cahaya dengan baik. Sehingga cahaya dapat disalurkan dengan
lebih baik dan dapat mengurangi jumlah cahaya masuk yang diperlukan.
5) Integrasi. Integrasikan bentuk pencahayaan dengan arsitektur banguna tersebut.
Karena jika bukaan untuk masuk cahaya matahari tidak mengisi sebuah peranan
dalam arsitektur bangunan tersebut, bukaan itu cenderung akan ditutupi dengan tirai
dan penutup lainnya dan akan kehilangan funginya (Lam 1986).
A. Strategi Dasar Pencahayaan Alami Menurut Lechner, Norbert. (2001)
Penting untuk menggunakan strategi pencahayaan alami untuk mengumpulkan dan
menyiapkan desain pencahayaan alami. Berikut adalah beberapa strategi dasar
pencahayaan alami :
1) Orientasi
Banyaknya kegunaan sinar matahari langsung, orientasi kearah selatan biasanya
merupakan yang terbaik dalam pencahayaan alami.Sisi selatan sebuah bangunan
mendapatkan sinar matahari yang paling konsisten sepnajang hari dan tahun.
Tambahan sinar matahari ini akan sangat dinanti pada musiim dingin ketika efek
pemanasan memang diharapkan.
2) Bentuk
Bangunan tidak hanya ditentukan oleh kombinasi bukaan horizontal dan vertical,
tetapi juga oleh berapa banyak area lantai yang memiliki akses terhadap cahaya
alami.
9
3) Perencanaan Ruang
Perencanaan ruang terbuka sangat menguntungkan untuk membawa cahaya ke
dalam ruangan.
4) Warna
Gunakan warna ringan untuk ruang luar dan ruang dalam guna memantulkan
lebih banyak cahaya pada bangunan dan lebih jauh lagi ke dalam interior, seperti
dalam penyebaran cahaya.
5) Gunakan bukaan terpisah
Bukaan terpisah untuk pemandangan dan pencahayaan alami.Gunakan jendela
tinggi, clerestory atau skylight untuk pencahayaan alami yang baik dan gunakan
jendela rendah untuk pemandangan.
B. Strategi Skylight Menurut Lechner, Norbert. (2001)
Skylight adalah bukaan berlapis kaca horinzontal atau miring pada atap.Dari bukaan
tersebut dapat terlihat bagian langit yang tidak berbatas dan akibatnya memancarkan
iluminasi yang sangat tinggi. Karena pancaran sinar matahari tidak diinginkan pada
beberapa objek visual, masuknya sinar matahari harus disebar dalam beberapa cara.
Berikut ini beberpa strategi umum untuk skylight :
Jarak antara yang disarankan untuk skylight tanapa jendela sebagai fungsi ukuran
ketinggian langit-langit.
10
Bukaan melengkung lebih baik dalam mendistribusikan cahaya dan juga lebih
sedikit silau disbanding dengan bukaan kotak.
Pada jaman modern ini semakin banyak gedung-gedung besar yang berfungsi sebagai
kantor pusat, supermarket, markas komando, ruang-ruang kuliah besar dan sebagainya. Sudah
tidak mempergunakan lagi cahaya matahari sebagai sumber penerangan, karena dianggap kurang
dipercaya pasang surut cerah terangnya. Namun, cahaya matahari merupakan sumber penerangan
yang
berkedudukan
mutlak,
sangat
penting
dan
harus
kita
manfaatkan.
12
Oleh karena itu lebar jendela agar cahaya yang masuk ke dalam ruangan cukup dapat
dihitung dengan rumus :
L1= L(1 + t/D)
L1= Lebar lubang
L = Lebar lubang Effektip
t = Tebal tembok
D = jarak titik ukur ke bidang lubang cahaya effektip
H1 = H (1+t/D)
H1= Tinggi lubaang
H = Tinggi lubang effektip
Ukuran standar dari pencahayaan lubang jendela :
H/
D
1,9
L/
D
0,1
0,8
0,2
0,6
0,3
0,5
2
0,4
7
0,4
0,5
Luas 1,52 m
Luas 1,31 m
Luas 1,49 m
Luas 1,66 m
Luas 1,98 m
13
Perbandingan tingkat
Faktor pencahayaan alami siang hari ditentukan oleh persamaan-persamaan berikut ini
keterangan :
L = lebar lubang cahaya efektif.
H = tinggi lubang cahaya efektif.
D = jarak titik ukur ke lubang cahaya
Keterangan :
(fl)p = faktor langit jika tidak ada penghalang.
Lrata-rata= perbandingan antara luminansi penghalang dengan luminansi rata-rata
langit.
Tkaca = faktor transmisi cahaya dad kaca penutup lubang cahaya, besarnya
tergantung pada jents kaca yang nilainya dapat diperoleh dad katalog
yang dikeluarkan oleh produsen kaca tersebut.
A
Rcw = faktor refleksi rata-rata dari langit-langit dan dinding bagian atas dimulai
dari bidang yang melalui tengah-tengah lubang cahaya, tidak termasuk
dinding dimana lubang cahaya terletak.
15
2.5 Aplikasi wujud elemen agar cahaya bisa masuk ke dalam ruang
Pada bangunan ventilasi dan orientasi matahari adalah dua faktor utama yang tekait dengan
kepedulian terhadap lingkungan, karena secara langsung hal ini berhubungan dengan tingkat
kenyamanan, kesehatan dan kenikmatan penghuni. Ventilasi dibuat demi menjamin tersedianya
udara luar yang masuk kedalam ruangan , sebab jika pertukaran udara cukup baik, penghawaan dan
pengkondisian udara dalam bangunan tidak begitu diperlukan. adapun wujud dari aplikasi bentuk
elemen agar cahaya alami bisa masuk ke dalam ruangan antara lain:
a.
Ventilasi Udara
Pencahayan alami dalam sebuah bangunan dapat dilakukan dengan menggunakan fungsi
dari ventilasi udara dengan baik. Seperti membuat letak ventilasi menghadap ke arah matahari
terbit.
b. Glass block
Glass block dapat digunakan sebagai salah satu alternatife untuk menyalurkan cahaya
matahari agar bisa masuk ke dalam rumah. Selain itu, glass block juga memberi sentuhan cahaya
yang dingin pada ruangan dalam suatu bangunan.
c. Genteng Kaca
Selain menggunakan ventilasi udara dan glass block pencahayaan secara alami dapat juga
menggunakan pemasangan genteng kaca. Dan masih banyak lagi peralatan yang menunjang
kenyamanan dan keamanan dari sebuah utilitas bangunan.
d. jendela
16
jendela yang biasanya terbuat dari bahan kaca akan mempermudah masuknya sinar
matahari ke dalam ruangan jika penempatan dan ukurannya sesuai dengan intensitas dan
kedudukan sumber cahaya di daerah bangunan itu berdiri.
17
18
Cahaya dari masing-masing sumber tersebut bervariasi tidak hanya dari jumlah dan panas
yang dibawanya, tetapi juga pada kualitas lainnya, seperti warna ,penyebaran dan
penghematan.
19
Gambar 1 : Tiga Komponen cahaya langit yang sampai pada suatu titik di bidang kerja.
20
2) Komponen refleksi luar (faktor refleksi luar - frl) yakni komponen pencahayaan yang berasal
dari refleksi benda-benda yang berada di sekitar bangunan yang bersangkutan.
3) Komponen refleksi dalam (faktor refleksi dalam frd) yakni komponen pencahayaan yang
berasal dari refleksi permukaan-permukaan dalam ruangan, dari cahaya yang masuk ke dalam
ruangan akibat refleksi benda-benda di luar ruangan maupun dari cahaya langit (lihat gambar 1).
2.6.3 Clesrestory, Monitor dan Serokan Cahaya Menurut Lechner,
Norbert. (2001)
Clesrestory, monitor dan serokan cahaya merupakan bagian ruang besar yang diangkat
ke atas atap utama untuk memasukan cahaya ke pusat ruang. Beberapa strategi umum untuk
clerestory, monitor, dan serokan cahaya antara lain.
Orientasi. Bukaan yang menghadap selatan mendapatkan cahaya paling konstan sepanjang
tahun.
Pemebentukan ruang. Pembentukan ruang untuk tipikal clerestory. Gunakan atap yang
sangat memantulkan untuk memaksimalkan penyebaran cahaya yang memasuki
bangunan.
21
Atap yang memantul. Gunakan atap berwarna putih atau terang untuk memantulkan
cahaya ke dalam clesetory di mana permukaan putih yang tidak mengkilap akan
menyebarkan cahaya.
Lubang (shaft) cahaya. Lubang cahaya menjadi semakin tidak efisien sebagai peningkatan
rasio dlaam hingga lebar.Lubang/cerobong (shaft) cahaya dengan permukaan pemantul
yang baik membawa cahaya matahari melalui lantai dua hingga galeri lantai dasar.
Tubular Skylight. Saluran melingkar seperti tube tersedia secara komersil dengan pantulan
permukaan dalam tinggi memancarkan 50 persen cahaya luar melalui lantai atas.
Serat optik dan pipa cahaya. Untuk mengumpulkan cahaya, maka serta optik dan pipa
cahaya lebih banyak digukan sebagai fenomena efisien total pematulan cahaya.
Sistem prismatik. Untuk mendapatkan kualitas cahaya yang masuk ke dalam interior
bangunan dari dinding jendela. Prisma kaca atau plastic dapat ditempatkan di atas jendela
untuk merefraksi cahaya ke plafon seperti light shelves.
Lantai kaca digunakan untuk memebiarkan cahaya masuk kedalam ruang bawah tanah.
Shading/Pembayangan
23
Memanfaatkan orientasi yang optimal terhadap arah orientasi utara dan selatan dalam
pembayangan dan pengalihan cahaya matahri yang lebih efisien, serta lebih mudah
dibandingkan
dengan
penggunaan
kaca
rendah
tranmisi
(low
transmission
24
Jendela Rendah
Bentuk jendela rendah menghasilkan bentuk pencahayaan yang merata dapat
25
Jendela Tinggi
Keuntungan jendela tinggi menghasilkan penyebaran cahaya terbaik saat langit mendung,
selain itu dapat menghasilkan cahaya dengan tingkat privasi dan keamanan yang baik dari
jendela
lainnya.Kerugian
jendela
tinggi
adalah
pendistribusian
cahayanya
kurang
menguntungkan untuk langit-langit dari pantulan cahaya dari bawah tanah.Jendela tinggi
26
memaksimalkan potensial silau dari langit dan matahari. Dari segi view jendela atas juga
kurang memuaskan.
Jendela Tengah
Jendela tengah tidak sebaik dengan jendela rendah dalam hal pendistribusian cahaya dari
pantulan tanah dan tidak sebaik jendela tinggi dalam pendistribusian cahaya dari langit
mendung. Akan tetapi, jendela tengah menghasilkan pencahayaan yang cukup untuk kegunaan
ruangannya ni merupakan pilihan yang cukup disukaih karena jendela ini menghasilkan view
terbaik. Cahaya yang silau dengan cahaya yang maksimal dari jendela tengah dapat diatasi
dengan memiringkan jendela tengah menjadi di bawah tanah pandangan mata dari posisi
pekerjaan yang paling penting, tetapi belum memungkinkan mereka terlihat oleh langit-langit.
27
Meletakan elemen horizontal seperti kanopi yang menerus hingga ke dalam bangunan
jendela sehingga dapat terjadi pemantulan cahaya.
Meletakan elemen horizontal yang berbentuk seperti kanopi pada bagian atas jendela
namun dibuat miring mururn unruk memantulkan cahaya keluar bangunan. Bentuk
lightselft yang seperti ini digunakan untuk ruangan yang tidak membutuhkan banyak
cahaya namun menginginkan bentuk dan besaran bukaan yang sama pada fasade.
Sama dengan point ke dua, namun kanopinya dimiringkan kedalam, dengan tjuan
memantulkan cahaya lebih banyak dengan bentuk dan besaran bukaan yang sama pada
fasade.
28
2.6.8
Letakan Sumber cahaya sejauh mungkin dari langit-langit, hali ini dapt dilakukan dengan
menaikkan langit-langit atau menurunkann sumber cahaya.
Bentuk dan letak elemen pemantul untuk mengarahkan cahaya, supaya silau cahaya
matahari tidak masuk maka bentuk dan letak elemen pamantul perlu diperhatikan agar
29
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diaparkan diatas, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari.
Dimana tingkat kebutuhan cahaya pada setiap ruangan berbeda-beda disesuaikan dengan
banyaknya aktivitas yang akan dilakukan dalam ruangan tersebut.
Pencahayaan alami dipengaruhi banyak faktor yang
menentukan tingkat
30
Daftar pustaka
http://toiletsipil.blogspot.com/2012/01/sistem-pencahayaan-ruangan.html
http://tekniksipil-ptb-um.blogspot.com/2011/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html
31
KELOMPOK
I GEDE WAYAN SUARMANA
1304205021
1304205024
GEDE BIJAKSANA
1304205032
1304205033
TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNVERSITAS UDAYANA
2014
32