Anda di halaman 1dari 32

DAFTAR ISI

JUDUL
DAFTAR ISI...1
BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang...2

1.2

Rumusan Masalah..3

1.3

Tujuan Penulisan....3

PEMBAHASAN
teori umum pencahayaan.....4
2.1

strategi pencahayaan alami .6

2.2

intensitas kebutuhan cahaya dalam ruang...11

2.3

Faktor Pencahayaan Alami .14

2.4

persamaan-persamaan..14

2.5

aplikasi komponen pada ruang ....16

Teori-teori pencahayaan menurut para ahli..17


BAB III

PENUTUP
3.1

Kesimpulan30

3.2

saran...30

DAFTAR PUSTAKA.31

BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang
amandan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik
memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yang dikerjakannya secara jelas dan cepat.
Secara umum , pencahayaan dapat dibagi menjadi :
1. Pencahayaan alami
Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari.Sinar
alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat 6aying listrik juga dapat membunuh
kuman.Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan jendela-jendela
yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas lantai.Sumber
pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif 6aying6ing dengan penggunaan pencahayaan
buatan, selain karena intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber alami menghasilkan panas
terutama saat siang hari. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar penggunaan sinar alami
mendapat keuntungan, yaitu:- Variasi intensitas cahaya matahari- Distribusi dari terangnya
cahaya- Efek dari lokasi, pemantulan cahaya, jarak antar bangunan- Letak geografis dan
kegunaan bangunan gedung

2. Pencahayaan buatan
2

Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain
cahaya alami.Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi ruangan sulit dicapai oleh
pencahayaan alami atausaat pencahayaan alami tidak mencukupi. Fungsi pokok pencahayaan
buatan baik yang diterapkan secara tersendiri maupun yang dikombinasikan dengan pencahayaan
alami adalah sebagai berikut:- Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat
secara detail serta terlaksananya tugasserta kegiatan visual secara mudah dan tepatMemungkinkan penghuni berjalan dan bergerak secara mudah dan aman- Tidak menimbukan
pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja- Memberikan pencahayaan dengan
intensitas yang tetap menyebar secara merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan, dan tidak
menimbulkan

6aying-bayang.-

Meningkatkan

lingkungan

visual

yang

nyaman dan

meningkatkan prestasi.

Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka ditemukan beberapa permasalahan diantaranya :
1. Seberapa besar kebutuhan pencahayaan alami pada ruang?
2. Adakah faktor yang mempengaruhi pencahayaan alami pada ruangan?
3. Bagaimana perhitungan intensitas cahaya yang masuk ke dalam ruang?
4. Apa saja aplikasi wujud agar intensitas cahaya bisa masuk optimal ke dalam ruang?
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka diharapkan bertujuan untuk
1. Mengetahui intensitas kebutuhan pencahayaan alami dalam ruang
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pencahayaan dalam ruang
3. Mengetahui cara perhitungan intensitas cahaya
4. Mengetahui aplikasi wujud agar intensitas cahaya bisa masuk maksimal

BAB II
PEMBAHASAN
Teori Umum Pencahayaan
Cahaya merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi manusia agar dapat melihat
lingkungan sekitarnya. Merupakan elemen dasar dari system pencahayaan sendiri.
Cahaya
Cahaya adalah suatu perpindahan energy yangdapat merangsang indera penglihatan manusia
untuk menghasilkan sebuah gambaran visual dari spectrum elektromagnetik yang dapat dilihat
oleh indera penglihatan manusia, yang memiliki panjang gelombang berkisar antara 0,380,77m. (Moore,1991)
Iluminasi (iluminance) dan Luminansi (luminance)
Iluminasi adalah perbandingan antara besar intensitas cahaya pada suatu arah sumber cahaya
dengan luas bidang sumber cahaya. Dapat dianalogikan dengan jumlah air yang disemprotkan
dalam satu menit pada bidang per satu meter persegi. Unit pengukuran untuk iluminasi
dinyatakan dalam lux (lumen/meter persegi), ukuran yang biasa digunakan untuk mengukur kuat
intensitas cahaya dalam suatu ruang (Lechner,2007)
Luminansi adalah jumlah cahaya yang direfleksikan oleh permukaan benda dan seperti yang
terlihat oleh mata manusia. Luminansi sebuah benda adalah fungsi atau hasil dari iluminasi,
seperti hasil refleksi dari sebuah benda pada cermin. Secara teknis, luminansi juga dapat
diartikan sebagai cahaya yang meninggalkan sebuah bidang setelah dipantulkan, namun di sisni
digunakan sebagai penampakan visual dari bidang tersebut ketika teriluminasi. Besarnya
luminansi bergantung pada kualitas pemantulan dari material dan besarnya iluminansi ang
diterima bidang tersebut. Untuk pengaplikasian luminansi dalam rancangan hal penting yang
perlu diingat adalah
Dalam penerapan luminansi dalam rancangan, perlu diketahui bahwa perubahan jarak antara
bidang yang teriluminasi dengan pengamat, tidak akan merubah besar luminansi. Contohnya,
4

sebuah papan iklan yang di iluminasi akan memiliki luminansi yang sama, baik dilihat dari jarak
dekat maupun jarak jauh. Maka dari itu, penampakan dari luminansi sebuah bidang adalah
karakteristik yang paling penting dari sistem pencahayaan bagi perancang yang menciptakan dan
merangkai hubungan luminansi dari semua elemen visual. (Michel,1996)
Kecemerlangan (brightness)
Kecemerlangan adalah persepsi subjektif dari luminansi yang dihasilkan dari sebuah permukaan.
Keharmonisan perbedaan brightness sangan penting dalam mencapai pandangan yang nyaman
(visual comfort).
Silau (glare)
Tidak semua efek cahaya baik atau nyaman untuk indera penglihatan manusia, seperti intensitas
cahaya yang sangat besar, sehingga tidak dapat ditoleransi oleh mata. Hal ini menyebabkan
gangguan visual yang mempengaruhi performa penglihatan mata, yang disebut dengan silau
(glare). Dilihat dari psikologi persepsi visual, silau dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu :
(Michel,1996)

Blinding Glare, jika jumlah cahaya sangatbesar dan dating dari sudut yang dekat sudut
pandang mata, hingga dapat menghiangkan kemampuan melihat untuk sementara
waktu.

Disability Glare, jika mata hampir tak dapat melihat objek dan fungsi penglihatan
berkurang cukup besar.

Discomfort Glare, jika akibatnya cukup mengganggu pengamat, namun tidaksampai


menghalangi penglihatan.

Berdasarkan penyebanya, silau dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

Direct Glare, atau silau langsung disebabkan oleh sumber cahaya yang berada dalam
sudut pandang mata.

Reflected Glare atau silau pantulan, salah satu bentuknya adalah veiling reflection,
yaitu ketika sumber iluminasi dipantulkan oleh suatu bidang specular (seperti cermin)

Silau dapat mengganggu suasana ruang dalam dan ergonomic arsitektur dalam sebuah bangunan,
maka dari itu silau perlu dikendalikan. Silau sebenarnya dapat dikendalikan dengan cara

mengenal lingkungan bangunan secara menyeluruh, sehingga silau ini dapat dicegah dengan
diberi lapisan atau dimanfaatkan untuk menciptakan suasana ruang tertentu.
2.1 Strategi dalam Pencahayaan Alami
2.1.1 Strategi Dasar Pencahayaan Alami
Untuk merancang pencahayaan dengan baik perlu diperhatikan mulai dari skala yang
lebih besar yaitu dengan memperhatikan rancangan bangunan, baru kemudian mengarah ke skala
yang lebih kecil, seperti elemen dari bangunan tersebut.
Sebelum merancang bangunan seorang perancang harus mempelajari keadaan alam di tapak
tersebut, seperti sudut pergerakan matahari, kondisi langit, arah angina, iklim, dan sifat-sifat dari
tapak tersebut. Setelah memahami keadaan tapak, perancangan bangunan dapat dilakukan
dengan mengsingkronisasi antara alam dengan bangunan. Jika bangunan sudah dirancangdan
dibentuk sejalan dengan alam, maka unsur-unsur seperti pengudaraan dan pencahayaan akan
mengalir dan berjalan dengan baik. Maka dari itu, sebaiknya dipelajari faktor-faktor dalam
bangunan yang perlu disesuaikan dengan alam.(Guzowski,2000)
1. Orientasi dan Massa Bangunan
Dalam merancang bangunan, sudah merupakan keperluan paling mendasar untuk
memasukkan sinar matahari langsung, terutaman dengan semakin berkembangnya green
architecture. Karena itu perlu dipahami mengenai kualitas cahaya yang dating dari setiap
arah. Dimulai dari sisi selatan, dikatakan merupakan sisi yang paling baik untuk menagkap
sinar matahari langsung, karena pada sisi selatan bangunan mendapatkan sinar matahari yang
paling konsisten sepanjang hari dan tahun. Orientasi terbaik kedua adalah utara karena
cahaya konstan yang didapatnya. Walaupun jumlah cahaya yang didapatkan tidak banyak,
tapi kualitasnya cukup baik.
Sedangkan sisi timur dan barat kurang baik sebagai orientasi bangunan, karena posisi
matahari yang cenderung renanh sehingga tidak mudah untuk memberi naungan dari cahaya
matahari langsung tanpa menghalangi pemandangan ke luar. Sehingga pencahayaan dari
samping (sidelighting) tidakdisarankan untuk kedua sisi ini, lebih baik menggunakan cahaya
dari atas (toplighting) karena akan mendapatkan cahaya yang konstan sepanjang hari
(Lechner,2007)
6

Massa bangunan sangat menentukan kualitas distribusi cahaya yang masuk. Pada umumnya
massa bangunan yang tidak terlalu tebat dengan akses yang baik dengan ruang luar
akanmemudahkan masuknya cahaya alami. Dahulu, saat belum digunakan pencahayaan
buatan, massa bangunan cenderung lebih tipis, hanya setebalyang dapat dicapai oleh cahaya
alami. Jika terdapat beberapa massa bangunan yang berdekatan, diberikan ruang kosong
doantaranya, agar cahaya dan udara dapat masuk ke dalam bangunan (Egan&Olgyay,1983)
2. Bentuk Bangunan
Selain orientasi dan massa bangunan, bentuk atau denah dari bangunan tersebutsangat
menentukan jumlah cahaya yang masuk dan seberapa area yang akan mendapatkan cahaya
alami. Contohnya seperti yang terlihat pada gambar II.6 , ketiga ruang ini memiliki luas yang
sama (10.000sq. feet=900m2). Pada denah berbentuk kotak pada 15 kaki (4.5m) zona teluar
(51%) mendapat cahaya sepenuhnya, kemudian jarak 15 kaki lebih kedalam (33%) mendapat
cahaya parsial, dan pada zona selebihnya (16%) tidak mendapat cahaya alami. Denah
berbentuk persegi panjang dapat menghilangkan area tengah yang tidak mendapat
pencahayaan sama sekali, namun tetap ada zona yang mendapat pencahayaan sebagian.
Sekarangtinggal bergantung pada kebutuhan kualitas ruang yang ingin dicapai, apakah
dibutuhkan memasukkan cahaya hingga ke tengah ruuang ? jia dibutuhkan, denah berbentuk
kotak dapatdibantu pemberian atrium di tengah-tengah ruang agar semua bagian ruang
mendapatkan cahaya sepenuhnya.
3. Bukaan dalam Ruang
Ada tiga bentuk dasar bukaan untuk memasukkan cahaa kedalam ruang, sidelighting,
toplighting dan atria.
Sidelighting
Bukaan dibagian samping ruangan, yang paling umum ditemui adalah jendela. Perencanaan
jendela perlu dilakukan dengan hati-hati , karena perencanaan yang tidak tepat dapat
menimbulkan silau dan suhu ruangan yang cenderung panas, terutama di Negara-negara
tropis seperti Indonesia.
Ada beberapa strategi yang perlu diingat saat merancang jendela pada suatu ruang, yaitu :

Penempatan jendela sebaiknya berada dari lantai dan tersebar merata (tidak hanya
pada satu dinding saja) agardapat mendistribusikan cahaya yang merata. Hindari
pencahayaan unilateral (jendela hanya pada satu dinding) dan gunakan pencahayaan
bilateral (jendela pada dua sisi dinding) agar memungkinkan persebaran cahaya yang
lebih baik keseluruh ruang dan dapat mencegah silau. Penempatan bukaan di
sepanjang tepi dinding atau di sudut dari sebuah ruangan akan dapat menambah
tingkat cahaya dalam ruang, karena cahaya masuk akan mengenai permukaan
dinding disebelahnya dan cahaya itu akan dipantulkan oleh dinding tersebut.

Jendela yang terlalu luas sering kali tidak tepatdigunakan pada Negara beriklim
tropis, karena panas dan radiasi silau terlalu banyak masuk ke dalam ruang.

Perlindungan terhadap cahaya matahari dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
-

Pembayangan cahaya matahari


Pembayangan dapat dilakukan dengan menggunakan atap rapat, teritisan, tenda
jendela, papa, atau bidang yang dapat dipasang secara vertical. Jenis
perlindungan ini dapat disesuaikan berdasarkan arah jatuhnya bayangan yang
dihasilkan. Pada sisi utara dan selatan dapat menggunakan perindungan
horizontal karena cahaya matahari dating dari arah depan, sehingga bayangan
yang dihasilkan pelindung ini dapat melindungi dari silau. (Mangunwijaya,1994)

Penyaringan cahaya matahari.


Penyaringan cahaya matahari dapatdilakukan dengan menggunakan kerai,
kerepyak (jalousie), kisi-kisi, pergola dan sebagainya. Hal yang perlu
diperhatikan dalam menempatkan alat-alat tersebut, yaitu harus berada di luar
kaca jendela, tidak di dalam. Pemasangan di dalam akan menimbulkan radiasi
pada kisi-kisi yang akan menjadi sumber panas dan pans itu akan berkurang
diantara kisi-kisi dan kaca. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya proses
konveksi dan dapat meningkatkan suhu dalam ruang (Mangunwijaya,1994)

Dalam memilih jenis perlindungan terhadap cahaya matahari sebaiknya diperhatikan


mengenai efek yang dihasilkan pada ruang, karena pembayangan dan penyaringan dapat
menghasilkan efek yang berbeda-beda dalam ruang, bergantung pada jenis perlindungan
yang digunakan.

4. Berikut ini adalah lima strategi dalam merancang untuk pencahayaan matahari yang
efektif : (egan & olgyay,1983).
1) Naungan (shade). Naungi bukaan pada bangunan untuk mencegah silau (glare) dan
panas yang berlebihan karena terkena cahaya matahari langsung.
2) Pengalihan (redirect). Alihkan dan arahkan cahaya matahari ke tempat-tempat yang
diperlukan. Pembagian cahaya yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan adalah inti
dari pencahayan yang baik.
3) Pengendalian (control). Kendalikan jumlah cahaya yang masuk ke dalam ruangan
sesuai dengan kebutuhan dan waktuyang diinginkan. Jangan terlalu banyak
memasukkan cahaya ke dalam ruang, terkecuali jika kondisi untuk visual tidaklah
penting atau ruangan tersebut memang membutuhkan kelebihan suhu dan cahaya
tersebut (contoh : rumah kaca).
4) Efisiensi. Gunakan cahaya secara efisien dengan membentuk ruang dalam sedemikian
rupa sehingga terintegrasi dengan pencahayaan dan menggunakan material yang
dapat merefleksikan cahaya dengan baik. Sehingga cahaya dapat disalurkan dengan
lebih baik dan dapat mengurangi jumlah cahaya masuk yang diperlukan.
5) Integrasi. Integrasikan bentuk pencahayaan dengan arsitektur banguna tersebut.
Karena jika bukaan untuk masuk cahaya matahari tidak mengisi sebuah peranan
dalam arsitektur bangunan tersebut, bukaan itu cenderung akan ditutupi dengan tirai
dan penutup lainnya dan akan kehilangan funginya (Lam 1986).
A. Strategi Dasar Pencahayaan Alami Menurut Lechner, Norbert. (2001)
Penting untuk menggunakan strategi pencahayaan alami untuk mengumpulkan dan
menyiapkan desain pencahayaan alami. Berikut adalah beberapa strategi dasar
pencahayaan alami :
1) Orientasi
Banyaknya kegunaan sinar matahari langsung, orientasi kearah selatan biasanya
merupakan yang terbaik dalam pencahayaan alami.Sisi selatan sebuah bangunan
mendapatkan sinar matahari yang paling konsisten sepnajang hari dan tahun.
Tambahan sinar matahari ini akan sangat dinanti pada musiim dingin ketika efek
pemanasan memang diharapkan.
2) Bentuk
Bangunan tidak hanya ditentukan oleh kombinasi bukaan horizontal dan vertical,
tetapi juga oleh berapa banyak area lantai yang memiliki akses terhadap cahaya
alami.
9

3) Perencanaan Ruang
Perencanaan ruang terbuka sangat menguntungkan untuk membawa cahaya ke
dalam ruangan.
4) Warna
Gunakan warna ringan untuk ruang luar dan ruang dalam guna memantulkan
lebih banyak cahaya pada bangunan dan lebih jauh lagi ke dalam interior, seperti
dalam penyebaran cahaya.
5) Gunakan bukaan terpisah
Bukaan terpisah untuk pemandangan dan pencahayaan alami.Gunakan jendela
tinggi, clerestory atau skylight untuk pencahayaan alami yang baik dan gunakan
jendela rendah untuk pemandangan.
B. Strategi Skylight Menurut Lechner, Norbert. (2001)
Skylight adalah bukaan berlapis kaca horinzontal atau miring pada atap.Dari bukaan
tersebut dapat terlihat bagian langit yang tidak berbatas dan akibatnya memancarkan
iluminasi yang sangat tinggi. Karena pancaran sinar matahari tidak diinginkan pada
beberapa objek visual, masuknya sinar matahari harus disebar dalam beberapa cara.
Berikut ini beberpa strategi umum untuk skylight :

Skylight untuk keseragaman cahaya. Dengan jendela skylight dapat ditempatkan


jauh dari parimeter.

Jarak antara yang disarankan untuk skylight tanapa jendela sebagai fungsi ukuran
ketinggian langit-langit.

Gunakan penyebaran bukaan untuk meningkatkan ukuran skylight. Distribusi


cahaya yang lebih baik dan sedikt silau dihasilkan ketika dinding tenpat light well
miring.

10

Bukaan melengkung lebih baik dalam mendistribusikan cahaya dan juga lebih
sedikit silau disbanding dengan bukaan kotak.

Gambar 2.2Ruangan yang Tinggi Sempit, Silau hanya


Sedikit karena Sumber Cahaya yang Tinggi berada di luar
Ruang Pandang.
Sumber buku :Lechner, Norbert. (2001)

Tempatkan skylight didekat dinding. Letakkan skylight di depan dinding yang


menghadap utara untuk mendapatkan pencahyaan yang lebih merata dengan silau
yang lebh sedikit.

Gunakan pemantul interior untuk menyebarkan sinar matahari. Skylight dapat


mengantarkan cahaya yang tersebar dan sangat seragam ketika di bawah bukaan
untuk memantulkan cahaya sampai plafon.

Gunakan pelindung interior dan pemantul untuk memperbaiki keseimbangan musim


panas.

Gunakan skylight dengan kemiringan curam untuk memperbaiki keseimbangan


musim panas.

Gunakan skylight untuk efek dramatis.

2.2 Intensitas kebutuhan pencahayaan alami dalam ruang


11

Pada jaman modern ini semakin banyak gedung-gedung besar yang berfungsi sebagai
kantor pusat, supermarket, markas komando, ruang-ruang kuliah besar dan sebagainya. Sudah
tidak mempergunakan lagi cahaya matahari sebagai sumber penerangan, karena dianggap kurang
dipercaya pasang surut cerah terangnya. Namun, cahaya matahari merupakan sumber penerangan
yang

berkedudukan

mutlak,

sangat

penting

dan

harus

kita

manfaatkan.

(Dipl.Ing.Y.B.Mangunwijaya, 1980 : 239)


Oleh sebab itu ada kebutuhan untuk menghitung secara rasional, berapa cahaya matahari
yang sebaikknya dimasukkan kedalam ruangan yang berpangkal pada pengertian faktor cahaya
siang hari maupun faktor terang langit.
Faktor Cahaya Siang hari menunjuk pada prosentase dari jumlah terang siang hari yang jatuh
pada suatu titik pada bidang di dalam suatu ruangan. Perbandingan antara kekuatan terang pada
titik tersebut (di dalam ruangan) dengan kekutan terang yang pada saat itu menerangi lapangan
terbuka. (Dipl.Ing.Y.B.Mangunwijaya, 1980 : 240)
Terang Langit sumber cahaya yang diambil sebagai dasar untuk penentuan syarat-syarat
yang diambil sebagai dasar untuk penentuan syarat-syarat mengenai penerangan alami siang hari.
(Dipl.Ing.Y.B.Mangunwijaya, 1980 : 243)
Kejelasan suatu obyek tergantung oleh : iluminan (banyak arus cahaya yang datang pada
satu unit bidang yang diterangi), ukuran obyek, dan kontras antara obyek dengan sekitarnya.
Kontras antara obyek dengan latar belakang perlu tinggi agar obyek mudah dikenal. Setipa 1 %
penurunan kontras harus diimbangi 15% tambahan kekuatan penerangan.(Prasasto Satwiko,
2004 : 93)
Bukaan (jendela) sebaiknya menghadap ke utara atau ke selatan untuk memperkecil
kemungkinan sinar langsung matahari masuk kedalam ruangan. Ingat pula bahwa menghindari
sinar langsung matahari bukan berarti kita tidak boleh menatap ke langit. Tatapan ke langit biru
dan awan-awannya pada saat-saat tertentu amat diperlukan untuk melepas pandangan dan
mendekatkan pada alam. Membuat jendela selebar-lebarnya akan lebih menguntungkan daripada
jendela sempit. Bila terlalu banyak cahaya, dapat digunakan tirai untuk menutup sebagian
jendela agar didapat penerangan sesuai dengan yang dikehendaki. Jendela timur dan barat perlu
dilindungi tirai (di sisi luar) agar panas dan sinar matahari pagi dan sore hari yang tajam tidak
mengganggu. (prasasto Satwiko, 2004 : 98-99)

12

Oleh karena itu lebar jendela agar cahaya yang masuk ke dalam ruangan cukup dapat
dihitung dengan rumus :
L1= L(1 + t/D)
L1= Lebar lubang
L = Lebar lubang Effektip
t = Tebal tembok
D = jarak titik ukur ke bidang lubang cahaya effektip
H1 = H (1+t/D)
H1= Tinggi lubaang
H = Tinggi lubang effektip
Ukuran standar dari pencahayaan lubang jendela :
H/
D
1,9

L/
D
0,1

0,8

0,2

0,6

0,3

0,5
2
0,4
7

0,4
0,5

Lubang Cahaya atau jendela


lebar 0,4 m tinggi 3,8 m
Lebar 0,8
tinggi 1,64
m
m
lebar 1,20
tinggi 1,24
m
m
lebar 1,60
tinggi 1,04
m
m
lebar 2,00
tinggi 0,94
m
m

Luas 1,52 m
Luas 1,31 m
Luas 1,49 m
Luas 1,66 m
Luas 1,98 m

Pencahayaan Alami Siang Hari yang Baik


Pencahayaan alami siang hari dapat dikatakan baik apabila
a) pada siang hari antara jam 08.00 sampai dengan jam 16.00 waktu seternpat terdapat
cukup banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan.
b) distribusi cahaya di dalam ruangan cukup merata dan atau tidak menimbulkan kontras
yang mengganggu

13

Tingkat Pencahayaan Alami dalam Ruang


Tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan ditentukan oleh tingkat pencahayaan langit
pada bidang datar di lapangan terbuka pada waktu yang sama.

Perbandingan tingkat

pencahayaan alami di dalam ruangan dan pencahayaan alami pada


bidang datar di lapangan terbuka ditentukan oleh :
a) hubungan geometris antara titik ukur dan lubang cahaya.
b) ukuran dan posisi lubang cahaya.
c) distribusi terang langit.
d) bagian langit yang dapat dilihat dari titik ukur.

2.3 Faktor yang mempengaruhi pencahayaan alami


Faktor Pencahayaan Alami Siang Hari
Faktor pencahayaan alami siang hari adalah perbandingan tingkat pencahayaan pada
suatu titik dari suatu bidang tertentu di dalam suatu ruangan terhadap tingkat pencahayaan
bidang datar di lapangan terbuka yang merupakan ukuran kinerja lubang
cahaya ruangan tersebut :
a. Faktor pencahayaan alami siang hari terdiri dari 3 komponen meliputi :
1 ) Komponen langit (faktor langit-fl) yakni komponen pencahayaan langsung dari cahaya
langit.
Contoh : intensitas cahaya
2) Komponen refleksi luar (faktor refleksi luar - frl) yakni komponen pencahayaan yang berasal
dari refleksi benda-benda yang berada di sekitar bangunan yang bersangkutan.
Contoh : bangunan-bangunan di sekitar, pepohonan, dll.
3) Komponen refleksi dalam (faktor refleksi dalam frd) yakni komponen pencahayaan yang
berasal dad refleksi permukaan-permukaan dalam ruangan, dad cahaya yang masuk ke dalam
ruangan akibat refleksi benda-benda di luar ruangan maupun dad cahaya langit .
Contoh : warna elemen ruang.

2.4 Persamaan-persamaan untuk menentukan faktor pencahayaan alami


14

Faktor pencahayaan alami siang hari ditentukan oleh persamaan-persamaan berikut ini

keterangan :
L = lebar lubang cahaya efektif.
H = tinggi lubang cahaya efektif.
D = jarak titik ukur ke lubang cahaya

Keterangan :
(fl)p = faktor langit jika tidak ada penghalang.
Lrata-rata= perbandingan antara luminansi penghalang dengan luminansi rata-rata
langit.
Tkaca = faktor transmisi cahaya dad kaca penutup lubang cahaya, besarnya
tergantung pada jents kaca yang nilainya dapat diperoleh dad katalog
yang dikeluarkan oleh produsen kaca tersebut.
A

= luas seluruh permukaan dalam ruangan

= faktor refleksi rata-rata seluruh permukaan

= luas lubang cahaya.

Rcw = faktor refleksi rata-rata dari langit-langit dan dinding bagian atas dimulai
dari bidang yang melalui tengah-tengah lubang cahaya, tidak termasuk
dinding dimana lubang cahaya terletak.
15

C = konstanta yang besarnya tergantung dad sudut penghalang.


Rfw = faktor refleksi rata-rata lantai dan dinding bagian bawah dimulai dad
bidang yang melalui tengah-tengah lubang cahaya, tidak termasuk
dinding dimana lubang cahaya terletak.

2.5 Aplikasi wujud elemen agar cahaya bisa masuk ke dalam ruang
Pada bangunan ventilasi dan orientasi matahari adalah dua faktor utama yang tekait dengan
kepedulian terhadap lingkungan, karena secara langsung hal ini berhubungan dengan tingkat
kenyamanan, kesehatan dan kenikmatan penghuni. Ventilasi dibuat demi menjamin tersedianya
udara luar yang masuk kedalam ruangan , sebab jika pertukaran udara cukup baik, penghawaan dan
pengkondisian udara dalam bangunan tidak begitu diperlukan. adapun wujud dari aplikasi bentuk
elemen agar cahaya alami bisa masuk ke dalam ruangan antara lain:
a.

Ventilasi Udara
Pencahayan alami dalam sebuah bangunan dapat dilakukan dengan menggunakan fungsi
dari ventilasi udara dengan baik. Seperti membuat letak ventilasi menghadap ke arah matahari
terbit.

b. Glass block
Glass block dapat digunakan sebagai salah satu alternatife untuk menyalurkan cahaya
matahari agar bisa masuk ke dalam rumah. Selain itu, glass block juga memberi sentuhan cahaya
yang dingin pada ruangan dalam suatu bangunan.
c. Genteng Kaca
Selain menggunakan ventilasi udara dan glass block pencahayaan secara alami dapat juga
menggunakan pemasangan genteng kaca. Dan masih banyak lagi peralatan yang menunjang
kenyamanan dan keamanan dari sebuah utilitas bangunan.

d. jendela
16

jendela yang biasanya terbuat dari bahan kaca akan mempermudah masuknya sinar
matahari ke dalam ruangan jika penempatan dan ukurannya sesuai dengan intensitas dan
kedudukan sumber cahaya di daerah bangunan itu berdiri.

2.6 TEORI PENCAHAYAAN MENURUT PARA AHLI


2.6.1 Teori Tentang Pencahayaan Alami Menurut Lechner, Norbert. (2001)
Penyediaan sumber cahaya alami ke dalam area menjadi tantangan tersendiri karena
banyaknya variasi untuk menyediakan cahaya alami.Pada kebanyakan iklim dan tipe
bangunan, pencahayaan alami dapat menghemat energi. Contohnya, gedung perkantoran khas
di selatan California dapat menekan pemakaian lisrtik buatan sampai 20 persen dengan
menggunakan cahaya alami.(Sumber buku : Lechner, Norbert. (2001), Heating, Cooling,
Lighting, Design Methods for Architects)
Menurut Satwiko (2004) Cahaya alami merupakan cahaya yang didapatkan dari sinar
matahari secara langsung dari awal matahari terbit hingga terbenam (Satwiko :2004).
Pencahayaan adalah proses lengkap dalam mendesain bangunan untuk memanfaatkan cahaya
alami secara maksimal. Hal itu meliputi aktifitas berikut (Karlen, 2007 : 31) :

Menempati bangunan, yaitu mengorientasikan bangunan untuk memperoleh cahaya

matahari secara optimal


Pembentukan massa bangunan, menampilkan permukaan bangunan yang secara optimum

menghadap ke arah matahari.


Memilih bukaan bangunan yang memungkinkan jumlah cahaya yang cukup masuk ke

dalam bangunan, dengan memperhitungkan siklus matahari, musim, dan cuaca.


Menambahkan peralatan pelindung yang tepat dan dapat diatur, seperti kerai atau tirai,
untuk memungkinkan penghuni bangunan untuk mengontrol cahaya matahari yang masuk
ke dalam bangunan.
Tabel 2.2 Standarisasi Tingkat Penerangan
Ruangan (SNI Tata Cara Sistem

17

Sumber : SNI Tata Cara Sistem


Pencahayaan, 2001

2.6.2 Cahaya dan Terang Alami Menurut Lechner, Norbert. (2001)


Cahaya alami yang masuk melalui jendela dapat berasal dari beberapa sumber sinar
matahari langsung, langit cerah , awan atau pantulan permukaan bawah dan bangunan
sekitarnya.

18

Gambar 2.1 Beberapa Sumber Cahaya


Alami.

Cahaya dari masing-masing sumber tersebut bervariasi tidak hanya dari jumlah dan panas
yang dibawanya, tetapi juga pada kualitas lainnya, seperti warna ,penyebaran dan
penghematan.

19

Gambar 1 : Tiga Komponen cahaya langit yang sampai pada suatu titik di bidang kerja.

20

2) Komponen refleksi luar (faktor refleksi luar - frl) yakni komponen pencahayaan yang berasal
dari refleksi benda-benda yang berada di sekitar bangunan yang bersangkutan.
3) Komponen refleksi dalam (faktor refleksi dalam frd) yakni komponen pencahayaan yang
berasal dari refleksi permukaan-permukaan dalam ruangan, dari cahaya yang masuk ke dalam
ruangan akibat refleksi benda-benda di luar ruangan maupun dari cahaya langit (lihat gambar 1).
2.6.3 Clesrestory, Monitor dan Serokan Cahaya Menurut Lechner,

Norbert. (2001)

Clesrestory, monitor dan serokan cahaya merupakan bagian ruang besar yang diangkat
ke atas atap utama untuk memasukan cahaya ke pusat ruang. Beberapa strategi umum untuk
clerestory, monitor, dan serokan cahaya antara lain.

Orientasi. Bukaan yang menghadap selatan mendapatkan cahaya paling konstan sepanjang
tahun.

Pemebentukan ruang. Pembentukan ruang untuk tipikal clerestory. Gunakan atap yang
sangat memantulkan untuk memaksimalkan penyebaran cahaya yang memasuki
bangunan.

21

Gambar 2.3 Tipe Jarak antara Cletesory Sebagai Sungsi dari


Langit-langit..
Sumber buku :Lechner, Norbert. (2001)

Atap yang memantul. Gunakan atap berwarna putih atau terang untuk memantulkan
cahaya ke dalam clesetory di mana permukaan putih yang tidak mengkilap akan
menyebarkan cahaya.

Penghalang penangkap matahari. Gunakan penghalang penangkap cahaya matahari di luar


cleretory utara. Pengahalang pengumpul matahari di luar sebuah jendela di bagian utara
akan mampu meningkatkan pencahayaan alami di hari yang cerah

Gambar 2.4 Pemantulan Cahaya Clestory pada Sebuah


Dinding Interior Sumber buku :Lechner, Norbert. (2001)

Pantulan cahaya kedinding interior.

Penghalang penyebar. Gunakan penghalang penyebar sinar matahari pada permukaan


kerja.
22

2.6.4 Teknik Pencahayaan Alami Khusus Sumber Lechner, Norbert. (2001)


Berikut adalah strategi pencahayaan alami yang paling inovatif dan berpotensi
memiliki manfaat bagi masalah pencahayaan khusus :

Lubang (shaft) cahaya. Lubang cahaya menjadi semakin tidak efisien sebagai peningkatan
rasio dlaam hingga lebar.Lubang/cerobong (shaft) cahaya dengan permukaan pemantul
yang baik membawa cahaya matahari melalui lantai dua hingga galeri lantai dasar.

Tubular Skylight. Saluran melingkar seperti tube tersedia secara komersil dengan pantulan
permukaan dalam tinggi memancarkan 50 persen cahaya luar melalui lantai atas.

Serat optik dan pipa cahaya. Untuk mengumpulkan cahaya, maka serta optik dan pipa
cahaya lebih banyak digukan sebagai fenomena efisien total pematulan cahaya.

Sistem prismatik. Untuk mendapatkan kualitas cahaya yang masuk ke dalam interior
bangunan dari dinding jendela. Prisma kaca atau plastic dapat ditempatkan di atas jendela
untuk merefraksi cahaya ke plafon seperti light shelves.

Lantai kaca digunakan untuk memebiarkan cahaya masuk kedalam ruang bawah tanah.

2.6.5 Strategi Dasar Pencapaian Pencahayaan Menurut Sunlighting as Formgiver For


architecture oleh William M.C Lam yaitu :

Shading/Pembayangan

23

Memanfaatkan orientasi yang optimal terhadap arah orientasi utara dan selatan dalam
pembayangan dan pengalihan cahaya matahri yang lebih efisien, serta lebih mudah
dibandingkan

dengan

penggunaan

kaca

rendah

tranmisi

(low

transmission

glass).Dikarenakan dengan menggunakan kaca rendah tranmisi tidak dapt menghilangkan


kebutuhan pembayangan dikarenakan 10 persen dari penerangan matahri dari kaca rendah
transmisi terlalu besar.Orientasi ke timur dan barat pembayangan yang permanen tidak
dapat mengontrol silau fajar dan saat senja.

Redirection/Pengalihan Pencahayaan Alami


Penyebaran cahaya ditempat yang dibutuhkan untuk meminimalisir kebutuhan cahaya
buatan.Tingkat pencahayaan yang tinggi tidak efisein bila tidak disebar atau
didistribusikan dengan baik.

Gambar 2.5 Pembayangan dan kaca Transmisi Rendah

Gambar 2.6Pendistribusian Cahaya Ketempat yang di butuhkan

Framing Of View/Pengambilan penglihatan


Memaksimalkan view ke luar bangunan dan blok view yang tidak bagus dengan
memanfaatkan elemen bayangan yang besar atau kecil. Memaksimalkan juga view
kedalam/interior dengan menciptakan pemandangan yang baik untuk dilihat.

24

Gambar 2.7Optimalisasi View

2.6.6 Letak Sumber Cahaya Pada Jendela


Pada massa dan bentuk bangunan mempengaruhi cara matahari masuk ke dalam
bangunan. Bukaan bangunan adalah faktor utama dalam fasade yang membentuk komposisi
tampak dan bukaan menjadi faktor penting untuk membuat cahaya matahri masuk ke dalam
bangunan, yaitu contohnya dengan jendela.Jendela dibagi menjadi tiga bagian area yaitu
rendah, tengah dan tinggi. Orientasi sudut pemantulan cahaya dan bentuk langit-langit
diasumsikan sama dengan kasus ini.

Jendela Rendah
Bentuk jendela rendah menghasilkan bentuk pencahayaan yang merata dapat

mendistribusikan pantulan cahaya kedalam bangunan.Dengan menggunakan jendela rendah


memungkinkan dinding bagian atas dan langit-langit akn terkesan gelap. Hal tersebut dapat
diatasi dengan meminimalisir daerah depan dengan memiringkan langit-langit kebawah
menuju kepala jendela dan meletakan jendela rendah berdekatan dengan dinding tegak lurus.
Jendela rendah dapat memiliki view tergantung besarnya jendela tersebut, terlihat pada
contoh gambar diatas. Gambar kedua dengan skala jendela rendah yang kecil ruangan tersebut
tidak memiliki view yang memuaskan. Dengan demikian unsure privasi merupakan masalah
untuk penggunaan jendela rendah, sulit mengkombinasikan unsur privasi dengan beberapa
view dan cahaya dibangunan rendah dengan jendela rendah.

25

Gambar 2.8Peletakan Jendela Dekat Dengan Dinding

Gambar 2.9Contoh Jendela Rendah

Jendela Tinggi
Keuntungan jendela tinggi menghasilkan penyebaran cahaya terbaik saat langit mendung,
selain itu dapat menghasilkan cahaya dengan tingkat privasi dan keamanan yang baik dari
jendela

lainnya.Kerugian

jendela

tinggi

adalah

pendistribusian

cahayanya

kurang

menguntungkan untuk langit-langit dari pantulan cahaya dari bawah tanah.Jendela tinggi
26

memaksimalkan potensial silau dari langit dan matahari. Dari segi view jendela atas juga
kurang memuaskan.

Gambar 2.10Contoh Jendela Tinggi

Jendela Tengah
Jendela tengah tidak sebaik dengan jendela rendah dalam hal pendistribusian cahaya dari
pantulan tanah dan tidak sebaik jendela tinggi dalam pendistribusian cahaya dari langit
mendung. Akan tetapi, jendela tengah menghasilkan pencahayaan yang cukup untuk kegunaan
ruangannya ni merupakan pilihan yang cukup disukaih karena jendela ini menghasilkan view
terbaik. Cahaya yang silau dengan cahaya yang maksimal dari jendela tengah dapat diatasi
dengan memiringkan jendela tengah menjadi di bawah tanah pandangan mata dari posisi
pekerjaan yang paling penting, tetapi belum memungkinkan mereka terlihat oleh langit-langit.

Gambar 2.11Contoh Jendela Tengah

2.6.7 Penggunaan Lighselft Terhadap Pemasukan Cahaya

27

Lightself merupakan Strategi memasukan secara tidak langsung dengan pemantulan


dengn acara membentuk dua kanoopi yang membantu pembayangan pada bukaan tanpa
menghalangi view. Jenis-jenis lightself yang dapat diterapkan pada bangunan adalah sebagai
berikut :

Meletakan elemen horizontal seperti kanopi yang menerus hingga ke dalam bangunan
jendela sehingga dapat terjadi pemantulan cahaya.

Gambar 2.12Contoh Kanopi horizontal

Meletakan elemen horizontal yang berbentuk seperti kanopi pada bagian atas jendela
namun dibuat miring mururn unruk memantulkan cahaya keluar bangunan. Bentuk
lightselft yang seperti ini digunakan untuk ruangan yang tidak membutuhkan banyak

cahaya namun menginginkan bentuk dan besaran bukaan yang sama pada fasade.
Sama dengan point ke dua, namun kanopinya dimiringkan kedalam, dengan tjuan
memantulkan cahaya lebih banyak dengan bentuk dan besaran bukaan yang sama pada
fasade.

Gambar 2.13 Contoh Teknik Lighselft

28

2.6.8

Penggunaan Ceiling Sebagai Sumber Utama Pemantulan Cahaya


Langit-langit bangunan dan dinding bagian atas merupakan daerah permukaan yang

dapat diandalkan untuk memantulkan cahaya. Point-point dalam pemanfaatan langit-langit


sebagai pantulan cahaya yaitu :

Letakan Sumber cahaya sejauh mungkin dari langit-langit, hali ini dapt dilakukan dengan
menaikkan langit-langit atau menurunkann sumber cahaya.

Gambar 2.14Teknik Pemantulan Cahaya


Gambar 2.15Daya Pantul Pada Permukaan Langit-langit

Bentuk dan letak elemen pemantul untuk mengarahkan cahaya, supaya silau cahaya
matahari tidak masuk maka bentuk dan letak elemen pamantul perlu diperhatikan agar

tepat dipantulkan langit-langit.


Mengoptimalkan efektif pantulan langit-langit. Menggunakan sistem bangunan yang
meminimalkan jumlah luas permukaan yang membentuk rongga langit-langit. Langitlangit yang memiliki banyak area permukaan justru menjadi perangkap cahaya, sedangkan
langit-langit sederhana dengan luas permukaan yang lebih sedikit dapat mendistribusikan
cahaya lebih efisien.

29

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diaparkan diatas, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari.
Dimana tingkat kebutuhan cahaya pada setiap ruangan berbeda-beda disesuaikan dengan
banyaknya aktivitas yang akan dilakukan dalam ruangan tersebut.
Pencahayaan alami dipengaruhi banyak faktor yang

menentukan tingkat

intensitas cahaya yang memasuki ruangan.


Adapun beberapa rumus atau persamaan-persamaan yang digunakan dalam
menghitung intensitas cahaya matahari.
2. Saran
Intensitas cahaya alami sangat diperlukan dalam suatu ruangan. Pencahayaan
alami ini akan membuat suasana ruangan menjadi semakin nyaman. Untuk memperoleh
kenyamanan dalam ruangan, maka intensitas cahaya yang masuk ke dalam ruangan harus
disesuaikan dengan kebutuhan terhadap penggunaan pencahayaan alami ini.

30

Daftar pustaka
http://toiletsipil.blogspot.com/2012/01/sistem-pencahayaan-ruangan.html
http://tekniksipil-ptb-um.blogspot.com/2011/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html

31

SAINS BANGUNAN DAN UTILITAS


SISTEM PENCAHAYAAN ALAMI

KELOMPOK
I GEDE WAYAN SUARMANA

1304205021

I KOMANG AGUS SUKARIAWAN

1304205024

GEDE BIJAKSANA

1304205032

GUSTI KADE ARUM GUNA WIBAWA

1304205033

TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNVERSITAS UDAYANA
2014
32

Anda mungkin juga menyukai