Anda di halaman 1dari 9

TUGAS 1

PERANCANGAN ARSITEKTUR
GREEN ARSITEKTUR

DI SUSUN
BAYU LUKMANA
04.2013.1.02681
DOSEN

Ir.Esty Poedjioetami.MT
Jurusan Arsitektur
Fakultas Tehnik Sipil Dan Perencanaan
Institut Teknologi Adi Tama Surabaya
2015

green architecture

Green Architecture atau sering disebut sebagai Arsitektur Hijau adalah arsitektur yang
minim mengonsumsi sumber daya alam, ternasuk energi, air, dan material, serta minim
menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.
Arsitektur hijau adalah suatu pendekatan perencanaan bangunan yang berusaha untuk
meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan
lingkungan.
Arsitektur hijau merupakan langkah untuk mempertahankan eksistensinya di muka bumi
dengan cara meminimalkan perusakan alam dan lingkungan di mana mereka tinggal. Istilah
keberlanjutan menjadi sangat populer ketika mantan Perdana Menteri Norwegia GH
Bruntland memformulasikan pengertian Pembangunan Berkelanjutan (sustaineble
development) tahun 1987 sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia
masa kini tanpa mengorbankan potensi generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan
mereka
sendiri.
Keberlanjutan terkait dengan aspek lingkungan alami dan buatan, penggunaan energi,
ekonomi, sosial, budaya, dan kelembagaan. Penerapan arsitektur hijau akan memberi
peluang besar terhadap kehidupan manusia secara berkelanjutan. Aplikasui arsitektur hijau
akan menciptakan suatu bentuk arsitektur yang berkelanjutan.
Untuk pemahaman dasar arsitektur hijau yang berkelanjutan, meliputi di antaranya lansekap,
interior, dan segi arsitekturnya menjadi satu kesatuan. Dalam contoh kecil, arsitektur hijau
bisa juga diterapkan di sekitar lingkungan kita.

salnya, dalam perhitungan kasar, jika luas rumah adalah 100 meter persegi, dengan
pemakaian lahan untuk bangunan adalah 60 meter persegi, maka sisa 40 meter persegi lahan

hijau, Jadi komposisinya adalah 60:40. Selain itu membuat atap dan dinding menjadi konsep
roof garden dan green wall. Dinding bukan sekadar beton atau batu alam, melainkan dapat
ditumbuhi tanaman merambat. Selain itu, tujuan pokok arsitektur hijau adalah menciptakan
eco desain, arsitektur ramah lingkungan, arsitektur alami, dan pembangunan berkelanjutan.
Selain itu, arsitektur hijau diterapkan dengan meningkatkan efisiensi pemakaian energi, air
dan pemakaian bahan-bahan yang mereduksi dampak bangunan terhadap kesehatan.
Arsitektur hijau juga dapat direncanakan melalui tata letak, konstruksi, operasi dan
pemeliharaan bangunan.
PENGELOLAAN AIR

Dalam perencanaan sebuah bangunan, seorang arsitek selalu dihadapkan pada masalah
pengolahan air. Air hujan adalah salah satu yang perlu manajemen yang baik supaya tidak
mengganggu kenyamanan hidup kita. Air hujan jamaknya dialirkan melalui saluran-saluran
(vertikal maupun horizontal) yang ada di dalam lahan sebelum diteruskan ke sistem drainase
kota. Pengaliran dengan mengandalkan sistem drainae kota ini terbukti sudah tidak efektif
dalam mengelola air hujan.
Banjir besar di Jakarta tahun 2002 dan 2007 adalah bukti betapa lemahnya sistem drainase
kota menghadapi air hujan. Terlepas dari tingginya curah hujan, sistem drainae kebanyakan
kota di Indonesia memang sudah tidak memadai karena semrawutnya tata ruang. Selain itu,
kebiasaan hidup masyarakat membuang sampah ke sungai dan tinggal di bantaran kali juga
menyebabkan kurang berartinya sistem drainase dalam menghadapi limpahan air hujan.
Salah satu alternatif pengolahan air hujan adalah menggunakan lubang resapan biopori
ditemukan oleh Ir. Kamir R. Brata, Msc, seorang Peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB).
Resapan biopori meningkatkan daya resapan air hujan dengan memanfaatkan peran aktifitas
fauna tanah dan akar tanaman.Lubang resapan biopori adalah lubang silindris berdiameter 1030 cm yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan kedalaman sekitar 100 cm. Dalam
kasus tanah dengan permukaan air tanah dangkal, lubang biopori dibuat tidak sampai
melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang kemudian diisi dengan sampah organik untuk
memicu terbentuknya biopori.

Biopori adalah pori-pori berbentuk lubang (terowongan kecil) yang dibuat oleh aktifitas
fauna tanah atau akar tanaman. Kehadiran terowongan/lubang-lubang biopori kecil tersebut
secara langsung akan menambah bidang resapan air. Sebagai contoh, bila lubang dibuat
dengan diameter 10 cm dan dengan kedalaman 100 cm, maka luas bidang resapan akan
bertambah sebanyak 3140 cm atau hampir 1/3 m.
Sementara, suatu permukaan tanah berbentuk lingkaran dengan diamater 10 cm, yang semula
mempunyai bidang resapan 78.5 cm setelah dibuat lubang resapan biopori dengan
kedalaman 100 cm, luas bidang resapannya menjadi 3.218 cm. Lubang biopori disebar
dalam jarak tertentu sesuai dengan luas lahan yang hendak dicover. Selain itu, biopori juga
bisa diterapkan diselokan yang seluruhnya tertutup semen. Dibutuhkan dua sampai tiga
kilogram sampah lapuk untuk sebuah lubang biopori.
Agar orang yang menginjaknya tidak terperosok, lubang ditutup dengan kawat jaring. Selain
memperbesar bidang resapan melalui aktivitas organisme tanah, lubang resapan biopori juga
memiliki dapat mengubah sampah organik menjadi kompos. Lubang resapan biopori
"diaktifkan" dengan memberikan sampah organik didalamnya.
Sampah inilah yang akan menjadi sumber energi bagi organisme tanah untuk melakukan
kegiatan melalui proses dekomposisi. Sampah yang telah didekompoisi ini dikenal sebagai
kompos. Melalui proses seperti itu maka lubang resapan biopori akan berfungsi sekaligus
sebagai "pabrik" pembuat kompos. Kompos dapat dipanen pada setiap periode tertentu dan
dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik pada berbagai jenis tanaman. Sampai saat ini
belum ditemukan apa yang menjadi kelemahan lubang biopori. Sampah organik yang ada
pada lubang biopori dirasa tidak akan mengganggu karena cepat diuraikan.
Sampah akan sulit diuraikan jika lubang resapan terlalu besar dan tidak disebar. Karena itu
sampah harus disebarkan, jangan hanya berada disatu tempat. Hasilnya itu juga bisa dijadikan
kompos. Memakai lubang resapan biopori adalah tampaknya merupakan langkah yang bijak
dalam merencanakan sebuah lingkungan binaan. Arsitek sebagai perencana seyogyanya tidak
hanya memikirkan kepentingan bangunan yang dirancangannya, tetapi juga memikirkan
bagaimana rancangannya itu dapat mandiri dan tidak menambah beban sistem drainase kota.

Karena lahan perkotaan telah telanjur disesaki bangunan, maka sasaran perolehan sel-sel
hijau daun beralih pada hamparan atap datar gedung-gedung yang justru lebih banyak
dibanjiri cahaya matahari. Sebenarnya gerakan atap hijau telah muncul di Jepang sejak awal
abad ke-20 melalui konsep eco-roof, tetapi sifat pengembangannya masih ekstensif.
Atap hijau jenis ini ditandai struktur atap beton konvensional dengan biaya dan perawatan
taman relatif murah karena penghijauan atap hanya mengandalkan tanaman perdu dengan
lapisan tanah tipis. Ketika Jepang semakin ketat menjaga lingkungan melalui pemberlakuan
berbagai tolok ukur bangunan ramah lingkungan, para perancang mulai berpacu mencari
solusi cerdas dalam memanfaatkan bidang datar atap bangunan.
Salah satunya adalah intensifikasi taman atap, atau upaya memadukan sistem bangunan
dengan sistem penghijauan atap sehingga dapat diciptakan taman melayang (sky garden).
Berbeda dengan atap hijau ekstensif yang hanya menghasilkan taman pasif, atap hijau
intensif dapat berperan sebagai taman aktif sebagaimana taman di darat.
Dengan lapisan tanah mencapai kedalaman hingga dua meter, atap hijau intensif
mensyaratkan struktur bangunan khusus dan perawatan tanaman cukup rumit. Jenis tanaman
tidak hanya sebatas tanaman perdu, tetapi juga pohon besar sehingga mampu menghadirkan
satu kesatuan ekosistem. Walaupun investasi yang dibutuhkan untuk membuat atap hijau
cukup tinggi, bukan berarti upaya peduli lingkungan ini bertentangan dengan semangat
mengejar keuntungan ekonomi, terbukti kini banyak fasilitas komersial yang menerapkan
konsep atap hijau intensif. Salah satu di antaranya adalah Namba Park, sebuah mal gaya
hidup di pusat kota Osaka.
Manfaat atap hijau bukan hanya sebatas peningkatan nilai estetika dan penghematan energi,
pengurangan gas rumah kaca, peningkatan kesehatan, pemanfaatan air hujan, serta penurunan
insulasi panas, suara dan getaran, tetapi juga penyediaan wahana titik temu arsitektur dengan
jaringan biotop lokal. Perannya sebagai "batu loncatan" menjembatani bangunan dengan
habitat alam yang lebih luas seperti taman kota atau area hijau kota lainnya
Contohnya:
ARSITEKTUR HIJAU DIRUMAH

Desain rumah yang green architecture bisa diterapkan dirumah kita. Sebagai sebuah kesatuan
antara arsitektur bangunan rumah dan taman tentu harus selaras. Untuk mendekatkan diri
dengan alam, fungsi ruang dalam rumah ditarik keluar. Ruang tamu di taman teras depan,
ruang makan dan ruang keluarga ditarik ke taman belakang atau ke taman samping, atau
kamar mandi semi terbuka di taman samping. Sebaliknya, fungsi ruang keluar menerus ke
dalam ruang. Ruang tamu atau ruang keluarga hingga dapur menyatu secara fisik dan visual.

Rumah dan taman mensyaratkan hemat bahan efisien, praktis, ringan, tapi kokoh dan
berteknologi tinggi, tanpa mengurangi kualitas bangunan.
Arsitektur hijau mensyaratkan dekorasi dan perabotan tidak perlu berlebihan, saniter lebih
baik, dapur bersih, desain hemat energi, kemudahan air bersih, luas dan jumlah ruang sesuai
kebutuhan, bahan bangunan berkualitas dan konstruksi lebih kuat, serta saluran air bersih.
Keterbukaan ruang-ruang dalam rumah yang mengalir dinamis. Ketinggian lantai yang
cenderung rata sejajar, distribusi void-void, pintu dan jendela tinggi lebar dari plafon hingga
lantai dilengkapi jalusi (krepyak), dinding transparan (kaca, glassblock, fiberglass, kerawang,
batang pohon), atap hijau (rumput) disertai skylight.
Penempatan jendela, pintu, dan skylight bertujuan memasukkan cahaya dan udara secara
tepat, bersilangan, dan optimal pada seluruh ruangan. Keberadaan tanaman hidup di ruang
dalam atau di taman (void) berguna menjaga kestabilan suhu udara di dalam tetap segar dan
sejuk. Pintu dan jendela kaca selebar mungkin dan memakai tembok dan kusen seminim
mungkin menjadikan ruang terasa lega. Pintu dan jendela bisa dibuka selebar-lebarnya.
Lantai teras dan ruang dalam dibuat dari material sama dan menerus rata (tidak ada beda
ketinggian lantai) membuat kesatuan ruang terasa luas dan menyatu dengan ruang luar di
depannya.
Optimalisasi void menciptakan sirkulasi pengudaraan dan pencahayaan alami yang sangat
membantu dalam penghematan energi. Desain void yang tepat dapat mengurangi
ketergantungan penerangan lampu listrik terutama di pagi hingga sore hari dan pemakaian
kipas angin atau pengondisi udara yang berlebihan. Void dalam bentuk taman (kering) dapat
berfungsi sebagai sumur resapan air. Persenyawaan bangunan dan taman dalam konsep
arsitektur hijau memiliki banyak keuntungan bagi rumah itu sendiri, lingkungan sekitar, dan
skala kota secara keseluruhan. Rumah sehat memiliki sistem terbuka. Maka, setiap rumah
yang dibangun berdasarkan konsep arsitektur hijau dapat mengurangi krisis energi listrik dan
BBM serta krisis kualitas lingkungan
Prinsip-prinsip Green Architecture

Penjabaran prinsi-prinsip green architecture beserta langkah-langkah mendesain green


building menurut: Brenda dan Robert Vale, 1991, Green Architecture Design fo
Sustainable Future:
1. Conserving Energy (Hemat Energi)

Sungguh sangat ideal apabila menjalankan secara operasional suatu bangunan dengan sedikit
mungkin menggunakan sumber energi yang langka atau membutuhkan waktu yang lama
untuk menghasilkannya kembali. Solusi yang dapat mengatasinya adalah desain bangunan
harus mampu memodifikasi iklim dan dibuat beradaptasi dengan lingkungan bukan merubah
lingkungan yang sudah ada. Lebih jelasnya dengan memanfaatkan potensi matahari sebagai
sumber energi. Cara mendesain bangunan agar hemat energi, antara lain:
1. Banguanan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan pencahayaan dan
menghemat energi listrik.
2. Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam bentuk energi thermal sebagai
sumber listrik dengan menggunakan alat Photovoltaic yang diletakkan di atas atap.
Sedangkan atap dibuat miring dari atas ke bawah menuju dinding timur-barat atau
sejalur dengan arah peredaran matahari untuk mendapatkan sinar matahari yang
maksimal.
3. Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. Selain itu juga
menggunakan alat kontrol penguranganintensitas lampu otomatis sehingga lampu
hanya memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan sampai tingkat terang tertentu.
4. Menggunakan Sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat mengatur intensitas
cahaya dan energi panas yang berlebihan masuk ke dalam ruangan.
5. Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan, yang
bertujuan untuk meningkatkan intensitas cahaya.
6. Bangunan tidak menggunkan pemanas buatan, semua pemanas dihasilkan oleh
penghuni dan cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi.
7. Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin (AC) dan lift.
2. Working with Climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami)
Melalui pendekatan green architecture bangunan beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini
dilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim dan lingkungannya sekitar ke dalam
bentuk serta pengoperasian bangunan, misalnya dengan cara:
1. Orientasi bangunan terhadap sinar matahari.
2. Menggunakan sistem air pump dan cros ventilation untuk mendistribusikan udara
yang bersih dan sejuk ke dalam ruangan.
3. Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Misalnya dengan membuat
kolam air di sekitar bangunan.
4. Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa dibuka dan ditutup untuk
mendapatkan cahaya dan penghawaan yang sesuai kebutuhan.
3. Respect for Site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan)

Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal ini dimaksudkan
keberadan bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan pengoperasiannya tidak merusak
lingkungan sekitar, dengan cara sebagai berikut.
1. Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang mengikuti bentuk tapak
yang ada.
2. Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, yaitu pertimbangan mendesain bangunan
secara vertikal.
3. Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak lingkungan.
4. Respect for User (Memperhatikan pengguna bangunan)
Antara pemakai dan green architecture mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Kebutuhan
akan green architecture harus memperhatikan kondisi pemakai yang didirikan di dalam
perencanaan dan pengoperasiannya.
5. Limitting New Resources (Meminimalkan Sumber Daya Baru)
Suatu bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan material yang ada dengan
meminimalkan penggunaan material baru, dimana pada akhir umur bangunan dapat
digunakan kembali unutk membentuk tatanan arsitektur lainnya.
6. Holistic
Memiliki pengertian mendesain bangunan dengan menerapkan 5 poin di atas menjadi satu
dalam proses perancangan. Prinsip-prinsip green architecture pada dasarnya tidak dapat
dipisahkan, karena saling berhubungan satu sama lain. Tentu secar parsial akan lebih mudah
menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Oleh karena itu, sebanyak mungkin dapat
mengaplikasikan green architecture yang ada secara keseluruhan sesuai potensi yang ada di
dalam site.
KONSEP ARSITEKTUR HIJAU (GREEN ARCHITECTURE)

Arsitektur hijau adalah suatu pendekatan perencanaan bangunan yang berusaha untuk
meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan.
Sebagai pemahaman dasar dari arsitektur hijau yang berkelanjutan, elemen-elemen yang
terdapat didalamnya adalah lansekap, interior, yang menjadi satu kesatuan dalam segi
arsitekturnya. Dalam contoh kecil, arsitektur hijau bisa juga diterapkan di sekitar lingkungan
kita. Yang paling ideal adalah menerapkan komposisi 60 : 40 antara bangunan rumah dan
lahan hijau, membuat atap dan dinding dengan konsep roof garden dan green wall. Dinding
bukan sekadar beton atau batu alam, melainkan dapat ditumbuhi tanaman merambat. Tujuan
utama dari green architecture adalah menciptakan eco desain, arsitektur ramah lingkungan,
arsitektur alami, dan pembangunan berkelanjutan. Arsitektur hijau juga dapat diterapkan
dengan meningkatkan efisiensi pemakaian energi, air dan pemakaian bahan-bahan yang
mereduksi dampak bangunan terhadap kesehatan. Perancangan Arsitektur hijau meliputi tata
letak, konstruksi, operasi dan pemeliharaan bangunan. Konsep ini sekarang mulai
dikembangkan oleh berbagai pihak menjadi Bangunan Hijau (green building...pokokpikira

Anda mungkin juga menyukai