Anda di halaman 1dari 10

STUDI KASUS ANALISIS PENGARUH PENCAHAYAAN

TERHADAP PRODUKTIVITAS DI UKM ROTI


Sudikse Inggrid Natalia Damanik1, Rosnani Ginting2

Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara


Jl. Almamater Kampus USU, Medan 20155
Email: sudikseinggrid@gmail.com
Email: rosnani_usu@yahoo.co.id

Abstrak. Pencahayaan yang baik diperlukan pada ruangan kerja untuk


meningkatkan kenyamanan dalam bekerja terutama untuk ruangan-ruangan
produksi guna untuk meningkatkan produktivitas para pekerja. Pencahayaan
yang dimaksud pada penelitian ini adalah mengenai kriteria pencahayaan
dan akan membahas mengenai kondisi pencahayaan di UKM Roti. Hal yang
akan dibahas pada penelitian ini adalah keadaan di UKM mengenai
pencahayaan dan penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pencahayaan di
UKM dengan peninjauan secara langsung sehingga diperoleh kesimpulan
bahwa pada UKM diperlukan tambahan lampu guna memadai pencahayaan
yang cukup yaitu berjumlah 3 buah lampu LED 15 watt dan diletakkan di
beberapa stasiun kerja yaitu pencetakan, pemanggangan roti dan penirisan.
Untuk sistem penerangan langsung dengan warna plafon dan dinding terang,
CU ( coeffesien of utilization ) 50-65 % UF = 0,5 dan jika Light Loss Factor
( LLF ) = 0,6-0,9. LLF tergantung: kebersihan sumber cahaya, tipe kap lampu,
penyusutan cahaya dari permukaan lampu, maka LLF = 0,7 serta A = 8,06
meter. Dengan ditambahkannya lampu tersebut diharapkan oleh penulis
agar pekerja di UKM tersebut selain nyaman, akan dapat meningkatkan
produksi mereka. Dengan demikian akan meningkatkan keuntungan
daripada UKM itu sendiri.
Kata Kunci: Pencahayaan, Pengaruhi, Produktivitas, Lingkungan Kerja.
Abstract. Good lighting is needed in the labor room to improve comfort in
working primarily for the production halls in order to increase the
productivity of workers. Lighting referred to in this research is about the
lighting criteria and will discuss about the lighting conditions in Bread UKM .
It will be discussed in this research is the situation in SMEs regarding lighting
and this study aims to assess the lighting in UKM with direct observation to
the conclusion that the UKM need extra light enough for adequate lighting is
numbered 3 pieces LED bulbs 15 watts and placed at several work stations,
namely printing, baking bread and draining. For direct lighting system with
color ceiling and wall light, CU (coeffesien of utilization) 50-65% UF = 0.5
1
2

Mahasiswa, Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara


Dosen Pembimbing,Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

and if Light Loss Factor (LLF) = 0.6 to 0.9. LLF dependent: the cleanliness of
the light source, the type of lamp shades, light shrinkage of the surface of
the lamp, the LLF = 0.7 and A = 8.06 meters. With the addition of these
lamps are expected by the author so that workers in UKM in addition to feel
more comfortable, will be able to increase their production. Thereby
increasing profits that UKM themselves.
Keywords: Lighting, Influences, Productivity, Work Enviromental.
1.

PENDAHULUAN
Lingkungan kerja merupakan bagian yang penting dalam perusahaan.
Meskipun lingkungan kerja tidak melaksanakan proses produksi dalam suatu
perusahaan, namun lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung
terhadap para karyawan yang melaksanakan proses produksi tersebut.
Menurut Sedarmayanti (2001) lingkungan kerja terbagi menjadi dua yaitu
lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik. Lingkungan kerja fisik
diantaranya adalah penerangan, temperatur, kelembaban, sirkulasi udara,
kebisingan, getaran mekanis, bau tidak sedap, tata warna, dekorasi, musik,
dan keamanan di tempat kerja. Lingkungan kerja sangat berpengaruh
terhadap kinerja seseorang, lingkungan yang sesuai dapat memberikan
kesan nyaman dan berfungsi sebagai sarana yang harus diperhatikan
terhadap efektivitas dan efisensi kerja (Hammer,1999) sedangkan
lingkungan kerja yang tidak baik dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan
di unit-unit produksi yang pada akhirnya secara keseuruhan akan
menurunkan tingkat produktivitas perusahaan (Thamrin, 2005). Masalah
mengenai kondisi lingkungan kerja mungkin terlihat sepele namun dampak
yang ditimbulkan sangat besar serta menyangkut masalah keuntungan dan
kerugian perusahaan dan sampai saat ini masih banyak ditemukan instansi
yang kurang memperhatikan hal tersebut. Kondisi lingkungan kerja yang baik
ditandai oleh peredaran udara yang cukup, penerangan lampu yang terang
dan jauh dari kebisingan suara yang menganggu konsentrasi kerja, tata
ruang yang baik dan warna yang indah serta kebersihan yang terjaga sangat
membuat karyawan betah bekerja (Nitisemito,1982).
Lingkungan kerja yang baik akan memberikan kenyamanan pribadi dalam
membangkitkan semangat kerja karyawan sehingga dapat mengerjakan
tugas-tugas dengan baik (Nitisemito, 1982). Kenyamanan dalam bekerja
merupakan hal yang diinginkan oleh tiap pekerja dan secara tidak langsung
merupakan prediktor yang penting dalam efisensi operasional perusahaan
seperti produktivitas, kepuasan kerja, kesejahteraan, dan keselamatan kerja
(Miller, 2008). Rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yang bersifat individual dan holistik yang dapat
menyebabkan perasaan sejahtera pada diri individu tersebut (Kolcaba,
2003).
1.1.

STUDI LITERATUR

1.1.1. PENCAHAYAAN
Pencahayaan diperlukan manusia untuk mengenali suatu objek secara
visual di mana organ tubuh yang mempengaruhi penglihatan adalah mata,
syaraf, dan pusat syaraf penglihatan di otak. Pada banyak industri,
pencahayaan mempunyai pengaruh terhadap kualitas produk. Faktor yang
sangat menentukan dalam pencahayaan adalah ukuran objek, derajat
kontras, antara objek dan sekelilingnya, luminensi dari lapangan
penglihatan, yang tergantung dari pencahayaan dan pemantulan pada arah
si pengamat, serta lamina melihata. Pencahayaan yang cukup maka pekerja
akan lebih teliti dalam menangani pekerjaan khususnya yang berhubungan
denga komponen-komponen yang kecil. Pencahayaan memadai memberikan
kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan lingkungan yang
menyegarkan. Penilaian pencahayaan dengan alat ukur light meter untuk
mengukur intensitas cahaya. Alat ini terdiri atas sebuah fotosel sensitif yang
menimbulkan arus listrik pada cahaya jatuh pada permukaan sel ini.
Pengukuran intensitas cahaya perlu dilakukan meliputi intensitas
pencahayaan umum dan lokal. Pada sistem pencahayaan terdapat beberapa
faktor mempengaruhi kualitas pencahayaan yang harus dipehitungkan.
Faktor yang dimaksud adalah faktor pemeliharaan, faktor absorpsi, faktor
refleksi serta koefisien pemakaian. Pencahayaan merupakan salah satu
faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan
berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Menurut Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 261 Tahun 1998 Tanggal 27 Februari 1998 mengenai
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja, intensitas cahaya di ruang kerja
minimal 1000 Lux dalam rata-rata pengukuran 8 jam. Rincian intensitas
tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Intensistas Cahaya di Ruang Kerja
Tingkat Pencahayaan
Jenis Kegiatan
Keterangan
Minimum (Lux)
Ruang penyimpanan/
ruang peralatan/
Pekerjaan kasar dan
100
instalasi yang
tidak terus-menerus
memerlukan pekerjaan
yang kontinyu
Pekerjaan kasar dan
Pekerjaan dengan
200
terus-menerus
mesin. Perakitan kasar
Pekerjaan kantor,
administrasi/ ruang
Pekerjaan rutin
300
kontrol, pekerjaan
mesin/ pemeriksaan
Pembuatan gambar/
bekerja
Pekerjaan agak halus
500
memeriksa/pemeriksaan
dengan mesin kantor

Pekerjaan halus

1000

Pekerjaan amat halus

1500 Tidak
menimbulkan bayangan

Pekerjaan detail

3000 Tdak
menimbulkan bayangan

Pengerjaan dengan
mesin halus, pemilihan
warna, tekstil, perakitan
yang halus
Mengukir dengan
tangan, perakitan yang
sangat halus,
pemeriksaan pekerjaan
mesin
Pemeriksaan pekerjaan,
perakitan yang sangat
halus

Penerangan umum dan penerangan khusus atau setempat (Manuaba,1998).


Permasalahan penerangan meliputi kemampuan manusia untuk melihat
sesuatu, sifat-sifat dari indera
penglihatan, usaha-usaha yang dilakukan untuk melihat objek lebih baik dan
pengaruh penerangan terhadap lingkungan. Mata di dalam fungsinya untuk
melihat harus
tidak dihadapkan pada beban tambahan seperti penerangan obyek yang
kurang intensitasnya sesuai dengan keperluan. Oleh karena itu penerangan
merupakan faktor lingkungan yang sangat perlu diperhatikan karena banyak
pengaruhnya terhadap kelelahan mata dalam bekerja. Penerangan yang baik
penting agar pekerjaan dapat dilakukan dengan benar
dan dalam situasi yang nyaman (Manuaba,1998). Pada pekerjaan yang
memerlukan ketelitian tanpa penerangan yang memadai, maka dampaknya
akan sangat terasa pada kelelahan mata. Terjadinya kelelahan otot mata dan
kelelahan saraf mata sebagai akibat tegangan yang terus menerus pada
mata, walaupun tidak menyebabkan kerusakan mata secara permanen,
tetapi menambah beban kerja, mempercepat lelah, sering istirahat,
kehilangan jam kerja dan mengurangi kepuasan kerja, penurunan mutu
produksi, meningkatkan frekuensi kesalahan, mengganggu konsentrasi dan
menurunkan produktivitas kerja (Pheasant, 1993).
Menurut IES terdapat 5 klasifikasi sistem pemancaran cahaya dari
sumber cahaya, yaitu:
a. Pencahayaan tak langsung
Pencahayaan tak langsung 90% hingga 100% cahaya dipancarkan
ke langit-langit ruangan sehingga yang dimanfaatkan pada bidang
kerja aalah cahaya pantulan. Pancaran cahaya tak langsung dapat
pula dipantulkan pada dinding sehingga cahaya yang sampai pada
permukaan bidang kerja adalah cahaya pantulan dari dinding.
Sumber cahaya yang digantungkan atau dipasang sridak-tidaknya
45,7 cm di bawah langit-langit tinggi maupun minimal 2,25 m.
Selain itu, sumber cahaya dapat dipasang pada bagian tembok
deka langit-langit yang cahayanya diarahkan ke langit-langit.
b. Pencahayaan setengah tak langsung

Pencahayaan setengah tak langsung 60% hingga 90% cahaya


diarahkan ke langit-langit. Distribusi cahaya pada pencahayaan ini
mirip dengan distribusi pencahayaan tak langsung tetpi lebih
efisien dan kuat penerangannya lebih tinggi. Perbandingan
kebeningan antara sumber cahaya dengan sekelilingnya tetap
memenuhi syarat tetapi pada pencahyaan ini timbul bayangan
walaupun tidak jelas. Pencahayaan setengah tak langsung
digunakan pada ruangan yang memerlukan modelling shadow.
Penggunaan penerangan setengah tak langsung adalah pada toko
buku, ruang baca dan ruang tamu.
c. Pencahayaan menyebar
Pada pencahayaan difus makas distribusi chaya ke atas dan ke
bawah relatif merata yaitu berkisar 40% hingga 60%. Perbandingan
ini tidak tepat masing-masing 50% karena armature yang
berbentuk bola yang digunakan ada kalanya ada terbuka pada
bagian bawah atau atas. Armatur terbuat dari bahan yang tembus
cahaya, antara lain kaca embun, fiberglass, plastik. Pengunaan
difus antara lain pada tempat ibadah.
d. Pencahayaan setengah langsung
Pencahayaan setengah langsung maka 60% hingga 90% cahayanya
diarahkan ke bidang kerja sedangkan selebihnya diarahkan ke
langit-langit. Sehingga pencahayaan jenis ini cukup efisien.
Pemakaian pencahyaan setengah langsung terdapat pada kantor,
toko, kelas,serta tempat lainnya.
e. Pencahayaan langsung
Pencahayaan langsung memancarkan cahaya berkisar 90% hingga
100% ke bidang kerja. Pada pencahayaan langsung akan terjadi
efek terowongan (tunneling effect) pada langit-langit yaitu tepat
diatas lampu terdapat bagian yang gelap. Pencahayaan langsung
dapat dirancang menyebar atau terpusat, tergantung reflector yang
digunakan. Kelebihan pada pencahayaan langsung adalah efisiensi
pencahayaan yang tinggi, memerlukan sedikit lampu untuk bidang
kerja yang luas. Sedangkan kelemahannya adalah bayangannya
gelap karena jumlah lampunya sedikit maka jika terjadi gangguan
akan sangat berpengaruh. Pada beberapa industri yang lembab
atau berdebu maka lampu yang digunakan untuk pencahayaan
memerlukan perlindungan. Perlindungan terhadap kelembaban
dapat menggunakan plastik atau bahan fiberglass yang diperkat
dengan polister.
1.1.2. BEBAN KERJA
Rodahl (1989) menyatakan bahwa hubungan antara beban kerja dan
kapasitas kerja dipengaruhi oleh faktor yang sangat komplek, baik faktor
internal maupun eksternal. Faktor internal, meliputi faktor somatis (jenis
kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan, status gizi) dan faktor psikis
(motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan sebagainya). Faktor

eksternal, meliputi tugas-tugas (task) yang dilakukan baik yang bersifat fisik
seperti sikap kerja,
alat kerja dan sebagainya, maupun yang bersifat mental, seperti
kompleksitas pekerjaan atau sulit tidaknya tugas yang dikerjakan, yang
mempengaruhi tingkat emosi pekerja. Faktor berikut yang mempengaruhi
adalah organisasi, seperti lamanya waktu meggambar, waktu istirahat, dan
sistem evaluasi terhadap hasil pekerjaan mahasiswa. Dan yang terakhir
adalah faktor lingkungan kerja, seperti panas lingkungan, intensitas
penerangan dan sebagainya. Menurut Adiputra (1998), secara umum beban
kerja dibedakan menjadi dua kelompok yaitu External Load (stressor) adalah
beban kerja yang berasal dari pekerjaan yang sedang dilakukan. External
Load
meliputi pekerjaan, organisasi dan lingkungan. Dan Internal Load (strain)
adalah reaksi tubuh seseorang terhadap suatu external load yang diberikan
kepada orang tersebut.
Menurut Rodahl (1989) penilaian beban kerja fisik dapat dilakukan
dengan dua metode secara obyektif, yaitu metode penilaian langsung
dengan cara mengukur energi yang dikeluarkan melalui asupan oksigen
selama bekerja, dan metode pengukuran tidak langsung, dengan cara
menghitung denyut nadi selama kerja. Menurut Adiputra (1998), berdasarkan
frekwensi denyut nadi dapat dijawab berbagai pertanyaan ergonomi. Hal itu
disebabkan karena
denyut jantung merupakan refleksi dari proses reaksi (strain) terhadap
stressor yang diberikan kepada tubuh. Dengan demikian dapat diketahui
kemampuan kerja seseorang dalam kaitannya dengan tuntutan tugas
pekerjaan yang dilakukan, serta tingkat keselarasan yang mempengaruhi
nilai produktivitasnya. Selanjutnya Christensen (1991), Grandjean (1988)
menjelaskan bahwa salah satu pendekatan untuk mengetahui berat
ringannya beban kerja adalah dengan menghitung nadi kerja, konsumsi
oksigen, kapasitas ventilasi paru dan suhu inti tubuh. Pada batas tertentu
variabel-variabel tersebut mempunyai hubungan yang linier dengan
konsumsi oksigen atau
pekerjaan yang dilakukan. Kategori berat ringannya beban kerja yang
didasarkan pada variabel
metabolisme, respirasi, suhu tubuh dan denyut jantung menurut Grandjean
(1988) dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Katagori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme,


Respirasi, Suhu Tubuh dan Denyut Jantung

Katagori
Beban
Kerja

Konsumsi
Oksigen
(l/min)

Ventilasi
paru
(l/min)

Suhu Inti
Tubuh
(C)

Ringan

0,5-1,0

11-20

37,5

Denyut
Nadi
(denyut/
min)
75-100

Sedang

1,0-1,5

20-31

37,5-38,0

100-125

Berat

1,5-2,0

31-43

37,5-38,0

125-150

Sangat Berat

2,0-2,5

43-56

38,5-39,0

150-175

Sangat Berat
Sekali

2,5-4,0

60-100

>39

>175

1.1.3. PRODUKTIVITAS
Banyak faktor yang dapat menentukan produktivitas tenaga kerja.
Beberapa faktor yang sangat penting berperanan diantaranya adalah
kualitas fisik dan non fisik tenaga kerja, teknologi dan lingkungan kerja
(Grandjean, 1988; Manuaba, 1992). Kualitas fisik pada tenaga kerja adalah
sangat tergantung dari kesehatan, gizi, serta kebugaran jasmani. Kualitas
non fisik meliputi kemampuan intelegensia, moral, semangat, dan ketahanan
mental. Teknologi menyangkut peralatan dan metode kerja atau
perlengkapan kerja yang dipergunakan. Sedangkan lingkungan
kerja di antaranya meliputi lingkungan biologis maupun lingkungan
psikososial termasuk reward and punishment di tempat kerja. Menurut
Sedarmayanti (1996) produktivitas adalah sikap mental (attitude of mind)
yang mempunyai semangat untuk melakukan peningkatan perbaikan. Secara
umum produktivitas mengandung pengertian perbandingan terbalik antara
hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang
digunakan (input). Perbandingan tersebut berubah dari waktu ke waktu
karena dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, disiplin kerja, ketrampilan, sikap
kerja, motivasi, lingkungan kerja, dan lain-lain. Faktorfaktor
tersebut di atas besar artinya bagi penciptaan suasana kerja yang
ergonomis, untuk menunjang
tercapainya efisiensi di dalam proses yang telah memenuhi batasan
standard produktivitas.
Produktivitas dikatakan meningkat apabila:
1. Volume atau kuantitas keluaran bertambah besar,
tanpa menambah jumlah masukan.
2. Volume atau kuantitas keluaran tidak bertambah,
akan tetapi masukannya berkurang.
3. Volume atau kuantitas keluaran bertambah besar
sedangkan masukannya berkurang.

4. Jumlah masukan bertambah, asalkan volume atau


kuantitas keluaran bertambah berlipat ganda.
Produktivitas bukan semata-mata ditujukan untuk mendapatkan hasil
kerja yang sebanyak-banyaknya, melainkan kualitas kerja juga penting
diperhatikan. Produktivitas individu dapat dinilai dari apa yang dilakukan oleh
individu tersebut dalam kerjanya, atau produktivitas individu adalah
bagaimana seseorang melaksanakan pekerjaannya atau kinerjanya. Hal ini
juga berlaku bagi mahasiswa desain interior dalam mengerjakan tugas
menggambar, bagaimana seorang mahasiswa dapat melaksanakan
pekerjaannya dengan sebaik-baiknya dan kualitas kerja dapat ditingkatkan,
serta dapat mencapai produktivitas kerja setinggi-tingginya
2.

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada salah satu UKM Roti di Medan,
Sumatera Utara. Data yang diambil pada penelitian ini berdasarkan data
kondisi pencahayaan dalam ruangan dan data produksi pada UKM. Subjek
penelitian adalah seluruh operator di UKM Roti tersebut. Data kondisi
pencahayaan diperoleh berdasarkan pengamatan langsung mengenai
kondisi cahaya di UKM. Perbaikan dari kondisi tersebut melakukan
perhitungan berdasarkan perhitungan dengan menggunakan luxmeter
dengan notasi:
E = (F x Uf x LLf )/ A
Dimana:
E = tingkat pencahayaan pada bidang kerja yang direkomendasikan
(lux)
A = luas ruangan
F = flux luminous ( jumlah cahaya) yang diperlukan (lumen)
Uf = utilization factor (faktor utilisasi)
LLf = lose light factor (faktor rugi cahaya)
Jumlah produksi roti di UKM tersebut dapat mencapai 1000 unit per hari.
Namun tidak untuk akhir pekan seperti hari Sabtu dan Minggu, jumlah
permintaan akan meingkat dan menyebabkan para pekerja di UKM untuk
bekerja ekstra.
3.

PENYELESAIAN DAN PEMBAHASAN


Penyelesaian permasalahan pada UKM tersebut dengan perhitungan
sesuai rumus:
E = (F x Uf x LLf )/ A
Dengan menghitung F terlebih dahulu
F= (E xA)
Uf x LLf
= 100 x 0,86
0,5 x 0,7
= 2302,8571 lumen.
Jenis lampu LED dengan daya 15 watt dan intensitas lampu 50 lumen/watt.
Nominal lominous flux adalah FI = 50 lumen/watt x 15 watt = 750

Jumlah lampu yang diperlukan adalah (N) = F/FI


= 2302,8571/750
= 3,07034, dibulatkan menjadi 3 lampu.
Memilih lampu LED karena 15 watt x 20 jam = 300 Kwh/ hari
Jika tarif per Kwh untuk industri = Rp. 900, maka dalam setahun tarif
listrik yang harus dibayar adalah: 900 x 300 x 365 = Rp. 98.550.000

4.

KESIMPULAN
Hasil penelitian ini mendapatkan hasil perbaikan berupa 3 buah lampu.
Pemilihan lampu berupa LED 15 watt untuk menghemar biaya operasional
UKM. Penulis juga berharap dengan perbaikan sedemikian rupa, mampu
meningkatkan produktivitas UKM karena kenyamanan mata sudah dapat
diatasi dengan perbaikan pada sistem pencahayaan.
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra, N. 1998. Metodologi Ergonomi. Monograf yang diperbanyak oleh
Program Studi Fisiologi Kerja-Ergonomi, Universitas Udayana Denpasar.
Anizar. 2012. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri.
Yogyakarrta: Graha Ilmu.
Ching, Francis, D.K. 1996. Ilustrasi Desain Interior. Jakarta: Erlangga.
Grandjean, E. 1988. Fitting the Task To the Man. A Texbook of Occupational
Ergonomics, 4th
Edition London: Taylor & Francis.
Hendrawan, A. Suharyana, Kusuma, N.I. 2003. Pengaruh Tingkat
Pencahayaan Terhadap
Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja Akunting Hotel Berbintang di
Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional Ergonomi 2003. Yogyakarta; 13
September Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gajahmada.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41143/5/Chapter%20I.pdf

http://hukum.unsrat.ac.id/men/menkes_261_1998.pdf
http://puslit2.petra.ac.id/gudangpaper/files/2124.pdf
Manuaba, A. 1992 Pengaruh Ergonomi Terhadap Produktivitas. Dalam
Seminar Produktivitas
Tenaga Kerja, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA (LANJUTAN)
Rodahl, K. 1989. The Physiology of Work. London: Taylor & Francis. Ltd. Great
Britain: 15-99.
Sritomo, Wignjosoebroto. 2000. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu.Surabaya:
Guna Widya.

Anda mungkin juga menyukai