Anda di halaman 1dari 142

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

TUGAS AKHIR
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

GALERI SENI URBAN YOGYAKARTA


DENGAN PENEKANAN PADA PENCITRAAN BENTUK BANGUNAN KONTEMPORER

Disusun oleh: Tomy Arief [I0205120]

Dosen Pembimbing:
Ir. A. Farkhan, MT
Amin Sumadyo, ST.MT

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010

commit to user
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR

PENGESAHAN
TUGAS AKHIR

ALERI SENI URBAN YOGYAKARTA DENGAN PENEKANAN PADA PENCITRAAN BENTUK BANGUNAN KONTEMPOR

DISUSUN OLEH : TOMY ARIEF NIM. I0205120

SURAKARTA, 26 OKTOBER 2010


Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh PEMBIMBING TUGAS AKHIR

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

IR. A. FARKHAN, MT AMIN SUMADYO, ST, MT


NIP. 19600101 199003 1 001 NIP. 19720811 200012 1 001

MENGESAHKAN,
PEMBANTU DEKAN I KETUA JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK UNS FAKULTAS TEKNIK UNS

IR. NOEGROHO JARWANTI, MT IR. HARDIYATI, MT


NIP. 19561112 198403 2 007 NIP. 19561209 198601 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pengumpulan Karya Seni Dalam Suatu Galeri II-1


Gambar 2.2 Pameran Hasil Karya Seni Dalam Suatu Galeri II-1
Gambar 2.3 Konservasi Karya Seni Dalam Suatu Galeri II-2
Gambar 2.4 Konservasi Karya Seni Dalam Suatu Galeri II.2
Gambar 2.5 Kritik Sosial dalam Muatan Seni Urban II-7
Gambar 2.6 Seni yang Menghampiri Masyarakat di Ruang Publik II-8
Gambar 2.7 Mural yang berisi Kritik atas Kontroversi RUU APP II-9
Gambar 2.8 Grafitti di Bounes Aires Argentina yang Bergaya Stencil II-10
Gambar 2.9 Urban Toys yang Merupakan Crossover dari Berbagai II-11
Macam Karakter
Gambar 2.10 Karya Seni Instalasi II-12
Gambar 2.11 Performance Art yang Memadukan Seni Pertunjukan dan II-13
Instalasi
Gambar 2.12 Interior Imatra II-19
Gambar 2.13 Eksterior Imatra II-19
Gambar 2.14 Interior Guggenheims Gallery II-19
Gambar 2.15 Venna Venturi House II-20
Gambar 2.16 Peta Kotamadya Yogyakarta II-20
Gambar 2.17 Instalasi Pada Biennale II-25
Gambar 2.18 Performance pada Gelaran Perfurbance II-25
Gambar 2.19 Gelaran Kode Pos Art Project II-27
Gambar 2.20 Peta Pembagian Kawasan Kotamadya Yogyakarta II-28
Gambar 2.21 Peta Rencana Pemanfaatan Lahan Kotamadya II-29
Yogyakarta
Gambar 2.22 Entrance Selasar Sunaryo II-30
Gambar 2.23 Interior Selasar Sunaryo II-30
Gambar 2.24 Aksonometri Rumah Seni Cemeti II-31
Gambar 2.25 Interior Rumah Seni Cemeti II-32
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Galeri Seni Uban III-3
Gambar 4.1 Alternatif Lokasi IV-1
Gambar 4.2 Site Terpilih IV-3
Gambar 4.3 Pola Kegiatan Galeri Seni Urban IV-6
Gambar 4.4 Bagan Hubungan Ruang Makro IV-14
commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 4.5 Bagan Hubungan Ruang Mikro IV-16


Gambar 4.6 Analisa Pencapaian IV-20
Gambar 4.7 Analisa Penentuan ME dan SE IV-21
Gambar 4.8 Analisa Matahari IV-22
Gambar 4.9 Analisa Kebisingan IV-23
Gambar 4.10 Analisa View IV-24
Gambar 4.11 Analisa Sirkulasi IV-27
Gambar 4.12 Contoh Bangunan Kontemporer yang Menganut Double IV-33
Coding
Gambar 4.13 Sistem Jaringan Air Bersih dengan Down Feed IV-40
Distribution
Gambar 4.14 Sistem Pembuangan Air Kotor IV-41
Gambar 4.15 Sistem Instalasi Tenaga Listrik IV-44
Gambar 5.1 Site Terpilih V-1
Gambar 5.2 Konep ME/SE dan Sirkulasi V-4
Gambar 5.3 Sclupture pada Jalur Pedestrian V-5
Gambar 5.4 Lebar Jalur Sirkulasi Kendaraan V-5
Gambar 5.5 Lebar Jalur Sirkulasi Pedestrian V-6
Gambar 5.6 Respon Iklim pada Massa Pendidikan dan Pengelolaan V-6
Gambar 5.7 Respon Iklim pada Massa Kegiatan Pameran V-7
Gambar 5.8 Peletakan Vegetasi Mengelilingi Site V-7
Gambar 5.9 Zoning Berdasarkan Noise V-8
Gambar 5.10 Arah Orientasi Bangunan V-8
Gambar 5.11 Konsep Zonifikasi Site V-9
Gambar 5.12 Gubahan Massa Kelompok Kegiatan V-10
Gambar 5.13 Gubahan Massa Gabungan V-11
Gambar 5.14 Konsep Pola Tata Letak Massa Bangunan V-12
Gambar 5.15 Ekspresi dan Citra Bangunan V-12
Gambar 5.16 Persilangan Antar Langgam V-13
Gambar 5.17 Pola Jalan Setapak V-13
Gambar 5.18 Pondasi Footplate V-14
Gambar 5.19 Modul Struktur V-14
Gambar 5.20 Struktur Kantilever V-15
Gambar 5.21 Struktur Kuda-kuda Baja V-15
Gambar 5.22 Luminary Track V-15
Gambar 5.23 Aplikasi Luminary Track V-16
commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 5.24 Lampu LED dan Pemainan Warna Ambient V-17


Gambar 5.25 Konsep Sistem Air Bersih V-17
Gambar 5.26 Konsep Pembuangan Air Kotor V-18
Gambar 5.27 Konsep Instalasi Listrik V-18
Gambar 5.28 Pemadam Kebakaran Busa V-19
Gambar 5.29 Pemadam Kebakaran Tepung Kering V-19
Gambar 5.30 Jenis Kamera CCTV V-20

commit to user

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

.
Tabel 1.1. Jumlah Komunitas Seni Urban Yogyakarta I-4
Tabel 2.1. Perbandingan Seni Urban dan Seni Mainstream II-9
Tabel 2.2. Perbandingan Antara Modernisme dan Postmodernisme II-17
Tabel 4.1. Analisa Pemilihan Lokasi IV-2
Tabel 4.2. Penentuan Kelompok Kegiatan dan Pelaku Kegiatan IV-7
Tabel 4.3. Penentuan Kebutuhan Ruang Berdasarkan Analisa IV-7
Kegiatan
Tabel 4.4. Perhitungan Besaran Ruang dan Program Ruang IV-10

Tabel 4.5. Perencanaan Ruang Dalam IV-17


Tabel 4.6. Perencanaan Ruang Luar IV-19
Tabel 4.7. Analisa Zonifikasi Kelompok Kegiatan IV-25
Tabel 4.8. Alternatif Jenis Sirkulasi IV-26
Tabel 4.9. Alternatif Massa Dasar Bangunan IV-28
Tabel 4.10. Alternatif Tata Massa Bangunan IV-28
Tabel 4.11. Alternatif Organisasi Massa Bangunan IV-29
Tabel 4.12. Ciri Khas Langgam/Gaya Arsitektur yang Pena Eksis di IV-32
Indonesia
Tabel 4.13. Macam Pencahayaan IV-37

commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Lembar Pengesahan ii
Ucapan Terima Kasih iii
Kata Pengantar v
Daftar Isi vi
Daftar Tabel ix
Daftar Gambar x

[BAB I] Pendahuluan
A. Judul I-1
B. Pemahaman Judul I-2
C. Latar Belakang I-3
D. Permasalahan I-7
D.1. Umum I-7
D.2. Khusus I-7
E. Tujuan Dan Sasaran I-7
F. Lingkup Penulisan I-8
F.1. Lingkup Materi I-8
F.2. Lingkup Wilayah I-8
G. Metoda Pengumpulan Data dan Pembahasan I-8
H. Sistematika Penulisan I-10

[BAB II] Tinjauan Pustaka


Galeri Seni, Seni Urban, Ruang Publik, Kontemporer Dan Kota Yogyakarta

A. Galeri Seni II-1


A.1. Pemahaman Galeri II-1
A.2. Perkembangan Fungsi Galeri II-1
A.3. Macam Galeri Seni II-3
A.4. Lingkup Kegiatan Galeri II-5
B. Seni Urban II-5
B.1. Pemahaman Seni Urban II-5
B.2. Macam Seni Urban II-9
C. Ruang Publik II-14
C.1. Ruang Publik Dalam Elemen Kota II-14
C.2. Ruang Publik Untuk Galeri Seni Urban II-14

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

D. Bentuk Kontemporer II-15


D.1. Pemahaman Kontemporer II-15
D.2. Kontemporer Sebagai Bagian dari Gerakan Postmodern II-16
D.3. Kontemporer dalam Arsitektur II-18
E. Tinjauan Kota Yogyakarta II-20
E.1. Keadaan Geografi dan Klimatologis II-20
E.2. Potensi Kota Yogyakarta II-21
E.3. Perkembangan Seni Urban di Yogyakarta II-23
E.4. Rencana Pemanfaatan Ruang Kota Yogyakarta II-28
F. Studi Kasus Galeri Seni II-30
F.1. Selasar Sunaryo Art Space Bandung II-30
F.2. Rumah Seni Cemeti Yogyakarta II-31

[BAB III] Galeri Seni Urban Yogyakarta yang Direncanakan


A. Pengertian III-1
B. Tujuan III-1
C. Fungsi, Motivasi dan Peranan Galeri Seni Urban III-1
D. Lingkup Pelayanan III-2
E, Status Kelembagaan III-2
F. Pengelola Galeri Seni Urban III-3
G. Kegiatan yang Diwadahi III-3
H. Pameran dan Koleksi III-4
I. Pelaku Kegiatan III-5

[BAB IV] Proses Penentuan Konsep Perencanaan dan Perancangan


Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan Pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

A. Analisa Makro IV-1


A.1. Proses Penentuan Pemilihan Lokasi IV-1
A.2. Proses Penentuan Pemilihan Tapak IV-3
B. Analia Mikro IV-4
B.1. Analisa Pola Kegiatan IV-4
B.2. Analisa Peruangan IV-7
B.2.1. Analisa Kebutuhan Ruang IV-7
B.2.2. Analisa Besaran Ruang IV-10
B.2.3. Analisa Pola Hubungan Ruang IV-14
B.2.4. Analisa Persyaratan dan Perencanaan Ruang IV-16

B.3. Analisa Penentuan Sistem ME d a n S E


c o m m it to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

IV-19

viii
B.4. Analisa Konsep Klimatologi IV-21
B.5. Analisa Kebisingan IV-23
B.6. Analisa View dan Orientasi IV-24
B.7. Analia Zonifikasi Kelompok Kegiatan IV-24
B.8. Analisa Sirkulasi IV-26
B.9. Analisa Gubahan Massa IV-27
B.10. Analisa Bentuk dan Tampilan Bangunan IV-31
B.11. Analisa Penentuan Landscape Bangunan IV-33
B.12. Analisa Sistem Struktur IV-35
B.13. Analisa Sistem Pencahayaan IV-37
B.14. Analisa Sistem Utilitas Bangunan IV-40
B.14.1. Analisa Sistem Air Bersih IV-40
B.14.2. Analisa Sistem Air Kotor IV-40
B.14.3. Analisa Sitem Penghawaan IV-41
B.14.4. Analisa Sistem Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran IV-42
B.14.5. Analisa Sistem Instalasi Listrik IV-44
B.14.6. Analisa Sistem Pennangkal Petir IV-45
B.14.7. Analisa Sistem Keamanan Aset Pameran IV-46

[BAB V] Konsep Perencanaan Dan Perancangan


Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan Pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

A. Konsep Pemilihan Lokasi dan Site V-1


B. Konsep Peruangan V-1
C. Konsep ME/SE dan Sirkulasi Tapak V-4
D. Konsep Klimatologi V-6
E. Konsep Kebisingan V-7
F. Konsep Orientasi V-8
G. Konsep Zoifikasi Site V-9
H. Konsep Gubahan Massa V-9
I. Konsep Bentuk dan Tampilan Bangunan V-12
J. Konsep Landscape Bangunan V-13
K. Konsep Sistem Struktur V-14
L. Konsep Pencahayaan V-15
M. Konsep Sistem Utilitas Bangunan V-17

Daftar Pustaka xiii


Lampiran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB I
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

[BAB I]
PENDAHULUAN
Galeri Seni Urban
A. Judul Yogyakarta
Dengan
Penekanan Pada
Pencitraan Bentuk
Bangunan
Kontemporer

B. Pemahaman Judul
 Galeri: Berasal
dari bahasa
latin (galeria)
yaitu ruang
beratap
dengan satu
sisi terbuka. Di
Indonesia galeri
sering diartikan
sebagai ruang
atau bangunan
tersendiri yang
digunakan untk
memamerkan
karya seni.
(Ensiklopedia
Nasional
Indonesia. PT.
Cipta Adi
Pustaka.
Jakarta. 1989)
 Seni urban:
Urban art
adalah seni

commit to user I‐1


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB I
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
y  Citra:
a Image,kesan
n atau gambaran
g penghayatan
yang
m menangkap
e arti bagi
n seseoang. (Y.B
c Mangunwijaya.
i 1998. Wastu
r Citra. Jakarta:
i Gramedia
k Pustaka
a Utama).
n  Kontemporer: (1) semasa, sezaman; (2)
bersamaan waktu, dalam waktu yang
sama;
p
(3) masa kini, dewasa ini.( Badudu-Zein,
e
1994:714)
r
Pemahaman Galeri
k
Seni Urban
e
Yogyakarta
m
Dengan Penekanan
b
Pada Pencitraan
a
Bentuk Bangunan
n
Kontemporer:
g
Galeri seni yang
a
menjadi wadah
n
bagi seluruh
elemen
k
masyarakat
o
Yogyakarta pada
t
khususnya untuk
a
dapat
,
mengekspresikan
semangat
d
urbannya malalui
i
commit to user I‐2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB I
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
k alternatif dengan
a kekhasan pada
r pencitraan bentuk
y bangunan
a kontemporer

s C. Latar Belakang Permasalahan


e Urban art atau seni
n urban telah
i menjadi
fenomena
j tersendiri di
u Indonesia. Seni
g urban mulai
a muncul pada era
1990-an akhir dan
s terus berkembang
e meluas pada
b 2000-an. Pada
a awal kemunculan
g mutakhirnya, di
a era pemerintahan
i rezim otoritarian
kapitalistik Orba
r masih berada
u pada puncak-
a puncak
n kekuasaan,
g dekade akhir
1990-an, seni
p urban masihlah
u berupa gerakan
b kecil-kecilan,
l sporadis, kurang
i massif dan hanya
k
commit to user I‐3
dikerjakan sebagai semacam kegiatan “gerilya” 1. Seni urban adalah karya seni yang
galerinya ditampilkan pada ruang publik yang tidak terjamah, mengkritisi keadaan
masyarakat sekaligus sebagai ajang komunikasi antar masyarakat. Lebih luasnya seni
urban dapat dipahamai sebagai berikut:

“Urban art lahir karena adanya kerinduan untuk merespon kreativitas masyarakat yang
tinggal di daerah perkotaan dengan segala problematikanya. Maka munculah usaha
dari sekelompok orang untuk memamerkan dan mendatangkan seni ditengah-tengah
masyarakat dengan cara melakukan kebebasan berekspresi di ruang publik. Ekspresi yang
ditampilkan adalah ekspresi yang mencoba memotret permasalahan-permasalahan yang
kerap terjadi dan mendominasi masyarakat urban mencakup masalah sosial, ekonomi,
politik dan budaya. Melalui media seni dan dilatarbelakangi oleh pertumbuhan dan
kapitalisasi kota itu sendiri. Zaman sekarang seni bukan lagi sebuah representasi yang
ditampilakan digaleri saja, tapi sebuah media ekspresi yang bertarung di fasilitas
publik dengan media lainnya seperti iklan di TV, billboard iklan, poster promosi, baliho
dan lain- lain. Semua media ekspresi tersebut mendominasi dihampir setiap fasilitas publik.
Urban art berhasil memangkas hubungan yang berjarak antara publik sebagai apresiator
dengan sebuah karya seni. Menggantikan fungsi seni yang tadinya agung, klasik,
murni, tinggi serta tradisional. Seni diposisikan sebagai sesuatu yang konservatif dan
sarat dengan nilai pengagungan. Urban art berhasil meruntuhkan nilai-nilai tersebut
dengan cara menghadirkannya ke tengah publik melalui media-media yang erat dengan
keseharian masyarakat kota. Tujuan urban art lebih berakar pada perbedaan sikap
politik, anti kemapanan, vandalisme dan perlawanan terhadap sistem dominan
dimasyarakat”.2

Selain itu, seni urban juga dapat ditafsirkan sebagai perlawanan terhadap seni
modern yang sudah diproduksi, didistribusikan dan dikonsumsi secara kapitalistik.
Ketika seni rupa sudah masuk ke sistem pasar masyarakat kapitalistik, karya seni rupa
diproduksi, didistribusikan dan dikonsumsi secara kapitalistik. Seni urban juga
berusaha untuk melakukan pergeseran dari pengertian negatif seni rupa tinggi (high
art). Seni rupa tinggi (high art) adalah seni rupa yang terpisah dengan publik luas yang
hanya dipajang atau terisolasi di ruangan privat seniman, yang diasumsikan sebagai
bukan ruang publik: seperti gallery, museum, art shop; tidak diarahkan untuk
kepentingan membangun dialog dengan masyarakat tetapi lebih mengedepankan

1
iicul.wordpress.com/2008/08/15/jalan-seni-jalanan-yogyakarta/
2
bandungcreativecityblog.wordpress.com ditulis oleh Addy Handy
unsur estetik dan artistik yang diinginkan oleh individu pekerja seninya; lebih terkesan
menjujung tinggi seni untuk seni dan tidak mencangkup persoalan ekstraestetik3.
Di Indonesia sendiri seni urban berkembang pesat khususnya di kota-kota besar
dengan keheterogenitas penduduknya. Kota-kota seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta
dan Surabaya menjadi telah pusat perkembangan seni urban di Indonesia.
Diantara kota-kota besar tersebut, kota yang paling pesat perkembangan seni
urbannya adalah Yogyakarta.
Seperti diketahui, Yogyakarta telah lama dikenal sebagai kota dengan nuansa seni
dan budaya yang kental. Di kota inilah lahir seniman-seniman terkenal Indonesia
seperti Affandi, Rusli, Y.B Mangunjaya, Hendra Gunawan dan masih banyak lagi. Kota
Yogyakarta juga merupakan contoh ideal dimana seni dan budaya modern
kontemporer yang diusung oleh para pendatang dapat berafiliasi dan membaur dengan
seni budaya tradisonal masayarakat setempat.
Perkembangan seni urban di Yogyakarta dimulai sejak tahun 1997 dengan
komunitas Apotik Komik sebagai pelepopornya. Komunitas Apotik Komik pertama kali
menghadirkan seni ke ranah publik dengan menempelkan “mural” berupa komik pada
kain dan triplek yang kemudian dipamerkannya di luar ruangan. Selanjutnya Apotik
Komik gencar mengadakan praktek berkesenian di ruang publik, tidak hanya
berkegiatan sendirian, tetapi juga dengan melibatkan mayarakat setempat seperti
dalam proyek Koe Pos Art Project dan Kampung Sebelah Art Project.
Pada tahun yang sama juga lahir komunitas Lembaga Budaya Kerakyatan
Taring Padi yang merupakan gabungan dari para pekerja seni dan mahasiswa ISI
Yogyakarta. Kelompok Lembaga Budaya Kerakyatan Taring Padi adalah kelompok
yang secara intens menciptakan karya-karya yang mereka tempatkan pada ruang
publik. Tujuan mereka sangat jelas, memakai ruang publik untuk mempresentasikan
karya-karya mereka yang sarat dengan pesan-pesan sosial, agar karya-karya
tersebut bisa dikomunikasikan kepada masyarakat luas. Mereka memakai seni rupa
sebagai media untuk penyadaran kepada masyarakat. Aktivitas seni rupa LBK
Taring Padi dibagi dalam dua kecenderungan, yaitu yang bersifat praksis yang
biasanya dilakukan bersama masyarakat, dan kecenderungan lain adalah
penciptaan karya-karya individual. Praksis adalah aktivitas antara seniman dan
komunitas masyarakat yang

3
Makalah yang disampaikan pada Diskusi Mural Kota Yogya, Kerja Sama Jogja Fine Art
Community-Harian Bernas dan kemudian dipublikasaikan secara luas dalam Harian
Bernas
mempergunakan media seni rupa. Aktivitas ini bertujuan untuk membangun kesadaran
baru bagi masyarakat akan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya4.
Hingga saat ini komunitas seni urban Yogyakarta telah berkembang dengan pesat
termasuk didalamnya para penggiat seni kontemporer. Tidak ada data yang pasti
mengenai jumlah komunitas seni urban di Yogyakarta dikarenakan sifat komunitas ini
yang tidak terikat dan bebas. Tapi berdasarkan dokumentasi yang dilakukan komunitas
Gelaran Budaya yang kemudian dipublikasikan dalam Gelaran Almanak Seni Rupa
Jogja 1999-2009, setidaknya ada 101 komunitas seni yang masih aktif di Yogyakarta
dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 1.1 Jumlah Komunitas Seni Urban Yogyakarta


Jenis Kesenian Jumlah Komunitas
Seni Lukis 11
Seni Patung 1
Seni Grafis 8
New Media Art/Performance Art 6
Fotografi 11
Film 64
Jumlah 101
Sumber: Gelaran Almanak Seni Rupa Jogja 1999-2009, Gelaran Budaya, 2009

Data di atas belum mencangkup komunitas-komunitas yang bergerak secara ‘bawah


tanah’ serta para penggiat seni yang beraktifitas secara individu.
Festival serta acara-acara kesenian juga semakin banyak diadakan untuk
merespon perkembangan komnitas-komunitas seni urban di Yogyakarta dan semuanya
mendapatkan antusiasme besar dari mayarakat Yogyakarta sendiri. Tercatat ada
22 gelaran seni yang memiliki lingkup Kota Yogyakarta dan 6 diantaranya bersifat rutin
(Gelaran Almanak Seni Rupa Jogja 1999-2009, Gelaran Budaya, 2009). Gelaran yang
bersifat rutin itu adalah Biannale Jogja, Perfurbance, Festival Kesenian Yogya (FKY),
Jogja Art Fair, Beber Seni Yogyakarta dan Fetival Film Dokumenter Yogyakarta.
Tapi perkembangan komunitas seni urban ini tidak dibarengi dengan
perkembangan wadah yang dapat menampung ekspresi berkesenian komunitas ini.
Galeri seni seharusnya cukup potensial untuk dapat menjadi wadah tersebut. Tapi
galeri tersebut telah dimasuki oleh prinsip-prinsip komersialisme. Karya seni yang

4
www.karbonjournal.org dalam Seni rupa (dalam ruang) Publik ditulis oleh FX Harsono
ditampilkan lebih bertujuan untuk mencari keuntungan tanpa memperdulikan adanya
apresiasi dari masyarakat luas. Galeri-galeri tersebut didesain secara eksklusif, megah
dan angkuh dimana hanya kalangan-kalangan tertentu saja yang dapat masuk ke
sana. Padahal karya seni diciptakan untuk dinikmati dan diapresiasi oleh semua
kalangan tanpa memperdulikan status, kedudukan dan strata sosial masyarakat. Hal
inilah yang mendorong para penggiat seni urban lebih memilih melakukan
kesenian di ruang publik. Tidak ada wadah legal yang dapat diajak bekerjasama
dan berkompromi. Akibatnya, aktifitas berkesenian yang mereka lakukan sering
mendapat cap buruk oleh sebagian kalangan. Salah satu bentuk seni urban, yaitu
mural telah lama mendapat label negatif dari masyarakat yang lebih konservatif.
Mural dianggap sebagai aktifitas yang merugikan, tidak tertib bahkan terkadang
dikategorikan sebagai tindak kriminal. Padahal bagi penggiatnya, mural bertujuan
untuk lebih memberikan warna bagi kotanya sendiri selain itu juga berfungsi bagai
kritik sosial dan yang lebih penting adalah untuk membawa seni untuk lebih dekat
kepada masyarakat sehingga dapat diapresiasi secara luas.
Lain lagi dengan performance art yang diwakili oleh teater dan sajian musik
jalanan. Orang-orang yang berkecimpung dalam dunia performance art jalanan jelas
sekali kesulitan untuk dapat berkarya dan menampilkan karyanya kepada publik.
Seandainya mereka terpaksa untuk pentas, mereka akan melakukannya di jalanan,
tempat-tempat parkir, pelataran mall dan halaman-halaman bangunan publik.
Masalahnya sama seperti pada mural, kegiatan yang mereka lakukan telah mendapat
label “aneh”. Pemusik jalanan digeneralisasikan sebagai pengemen sedangkan pentas
performance art harus “kucing-kucingan” dengan aparat.
Disini diperlukan perubahan paradigma fungsi galeri dari sekedar sebagai runag
pamer menjadi ruang untuk seni itu sendiri. Galeri tidak hanya mengemban misi
dokumentasi saja tapi juga misi eksplorasi dan edukasi. Artinya galeri seni harus dapat
mengakomodasi kegiatan-kegiatan berkesenian seperti penciptaan karya,
mendokumentasikannya dan kemudian mengapresiasikannya. Di Yogyakarta sendiri
terdapat sekitar 47 galeri seni dimana 28 diantaranya merupakan bangunan yang
murni berfungi sebagai galeri seni dan sisa 19 lainnya adalah ruang pamer yang
bergabung dengan fungsi bangunan lain. Diantara 47 galeri terebut 11 diantaranya
dikategorikan sebagai galeri yang teraktif dan hanya 7 galeri yang merupakan galeri
publik (bukan kepunyaan pribadi). (Gelaran Almanak Seni Rupa Jogja 1999-2009,
Gelaran Budaya, 2009).
Ruang publik dalam arti yang sungguh-sungguh murni adalah ruang yang
memang tidak boleh dikuasai oleh pihak atau kelompok tertentu siapapun. Karena
itu dengan
sendirinya bersifat terbuka, sekuler dan non-partisan. Di ruang-ruang bersifat seperti
inilah seni urban tumbuh dan berkembang. Hal tersebut dikarenakan seni urban
bukanlah merupakan hasil pemikiran pribadi saja, tetapi ada proses dialog, komunikasi
dan brainstorming dalam proses penciptaanya yang kemudian karyanya harus dapat
diapresiasi oleh masyarakat luas
Image galeri saat ini yang cenderung tertutup, eksklusif dengan target segmentif
tidak sesuai dengan semangat seni urban. Untuk itu galeri seni harus dapat
menjadi atau setidaknya memiliki sifat seperti ruang publik. Sifat interaktif ruang
publik yang dihadirkan melalui ruang-ruang eksterior terbuka, elemen pembentuk
ruang yang fleksibel serta tidak massif dan penempatan lokasi yang familiar
dengan kehidupan urban masyarakat setempat. Semua hal tersebut dimaksudkan
agar galeri seni dapat dikunjungi oleh lapisan masyarakat manapun tanapa ada
batasan strata sosial sehingga tercipta dialog antara seniman--melalui karya
seninya--dengan masyarakat lewat proses apresiasi.
Suatu galeri seni yang merefleksikan apa yang dipamerkan di dalamnya haruslah
memiliki jiwa dari seni yang diwadahinya. Jiwa dari seni urban adalah ’kekinian’,
universal dan kebebasan apresiasi. Sama dengan jiwa yang diusung oleh
bentuk- bentuk kontemporer.
Kontemporer memiliki jiwa pencarian bentuk, jati diri dan ciri khas. Dalam
arsitektur sendiri, kontemporer dapat diartikan sebagai ’kekinian’. Sebagai bagian dari
gerakan post modern yang merupakan counter culture dari paham modern, bentuk
kontemporer memiliki kekhasan pada bentuk yang mengundang berbagai macam
ekspresi bagi yang mengapresiasikannya. Bentuknya tidak terikat oleh langgam
tertentu dengan pemahaman bentuk yang bervariasi Ciri-cirinya mengacu pada
pluralisme, dekonstruksionisme, multikulturalisme, post-kolonialisme den feminisme
(Yasraf Amir Piliang, 2006: 75). Hal ini selaras dengan jiwa seni urban itu sendiri, jiwa
seni yang bebas dengan apresiasi yang bebas dari para penikmatnya dan tidak
memiliki kekhususan ataupun keberpihakan pada aliran seni tertentu. Seni urban juga
siap menerima masukan-masukan baru baik dalam bentuk dan ciri khas guna
menentukan jati dirinya sendiri.
Bentuk-bentuk kontemporer mungkin belum dapat diterima dan diapresiasi oleh
budaya Indonesia, tapi setidaknya bentuk kontemporer yang terkesan aneh, baru dan
tidak lazim akan menarik minat masyarakat serta memberikan ciri khas dan hal yang
akan menjadi ikon bagi suatu karya arsitektural.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa perkembangan seni urban di
Yogyakarta belum diimbangi oleh adanya wadah untuk menampung kegiatan
berkesenian para pelakunya. Oleh karena itu diperlukan suatu galeri seni urban yang
tidak hanya memiliki misi dokumentasi saja, tetapi juga berperan dalam poses
penciptaan, memamerkan dan pengapresiasian suatu karya seni. Galeri seni yang
memiliki sifat ruang publik sehigga tidak segmentif serta dapat menciptakan suatu
dialog yang bebas dan demokratis.

D. Permasalahan
D.1.Umum
Bagaimana merencanakan dan merancang galeri yang dapat mewadahi ekspresi
dari seni urban kontemporer sekaligus berfungsi sebagai ruang publik alternatif bagi
masyarakat dengan mengutamakan pada pencitraan bentuk bangunan yang
kontemporer sesuai dengan semangat seni urban itu sendiri.

D.2.Khusus
 Menentukan lokasi tapak site yang mudah dicapai serta ikonik bagi masyarakat
Yogyakarta
 Menentukan building massa, orientasi, sirkulasi dan tata vegetasi yang dapat
menciptakan suasana interaktif sebagai ruang publik
 Menentukan tampilan bangunan yang mencitrakan bentuk bangunan yang
kontemporer
 Menentukan sistem strukur yang mendukung pemanfaatan dan peruntukan
ruang secara maksimal serta pembentukan bentuk bangunan yang
kontemporer

E. Tujuan dan Sasaran


1. Tujuan
Mewujudkan suatu rancang bangun yang dapat mewadahi keinginan masyarakat
untuk menikmati “kepublikannya secara demokratis” dan mengekspresikan
ekspresi estetiknya lewat seni urban yang semua hal tersebut akhirnya diwujudkan
oleh suatu Galeri Seni Urban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB I
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

2. Sasaran
Sasaran dari penulisan konsep ini adalah :
a. Rumusan penentuan lokasi site perencanaan melalui penyesuaian terhadap
prinsip desain arsitektural yang sesuai dengan kebutuhan bagi kegiatan dalam
galeri seni urban
b. Rumusan konsep pola tata massa dan pola sirkulasi yang sesuai bagi wadah
kegiatan dengan suasana interaktif sebagai ruang publik
c. Rumusan konsep tampilan bangunan yang dapat mencitrakan suatu bentuk
bangunan kontemporer disertai system struktur yang mendukungnya

F. Lingkup Penulisan
F.1. Lingkup Materi
Penulisan dilakukan melalui pendekatan pengungkapan permasalahan, analisa
dan sintesa secara arsitektural serta hal-hal yang berkaitan dengan konsep
perencanaan desain yang akan direncanakan (faktor teknis), sedangkan faktor-faktor
non-teknis dan disiplin ilmu lain merupakan faktor pendukung serta masukan yang
berguna bagi kesempurnaan pembahasan.
F.2. Lingkup Wilayah
Wilayah yang menjadi potensi terpilih sebagai wilayah studi yaitu Kota
Yogyakarta. Maka langkah-langkah yang akan diambil selanjutnya yaitu :
a. Identifikasi potensi yang dimiliki wilayah studi yang mendukung untuk
perencanaan galeri seni urban di wilayah tersebut, untuk menentukan
site yang potensial bagi perencanaan desain
b. Pengamatan dan analisa kondisi fisik dan non-fisik site untuk kelayakannya
sebagai site perencanaan desain

G. Metode Pengumpulan Data


Metode yang akan dilakukakan guna mendapatkan data yang akan diunakan untuk
proses dasar penyusunan sebuah konsep. Dalam hal ini teradapat beberapa metode yang
dilakukan guna tujuan tersebut, terdiri dari metode pengumpulan data primer dan
sekunder.
G.1.Metode Pengumpulan Data Primer
 Melalui survey terhadap komunitas-komunitas seni urban serta galeri-galeri
yang telah ada, survey yang dilakukan guna mendapatkan data pendukung
berupa data statistik fakta-fakta tentang perkembangan seni urban yang
terdapat di
Yogyakarta.
commit to user I‐8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB I
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

 Melakukan studi banding untuk menentukan preseden. Studi banding


dilakukan terhadap bangunan galeri-galeri yang sesuai dengan konsep Galeri
Seni Urban yang direncanakan dan kegiatan-kegiatan para penggiat seni
urban.
G.2.Metode Pengumpulan Data Sekunder
G.2.1 Studi Literatur
 Mencari referensi buku yang berkaitan dan representatif dengan konsep
sebuah Galeri Seni Urban dan bentuk kotemporer.
 Mencari buku di perpustakaan baik perpustakaan umum, dan
perpustakaan jurusan Senirupa
 Mencari referensi kasus konsep perancangan yang sudah ada sebelumnya
 Mencari refrensi mengenai seni urban melalui pencarian di internet
 Mencari buku-buku yang berkaitan dengan seni urban melalui toko buku

G.3.Metode Mengolah Data


Terdapat beberapa langkah dalam mengolah data yang didapat baik data primer
maupun data sekunder, diantaranya:
G.3.1Penyortiran Data
Menyortir data-data yang diperlukan, penyortiran dilakukan sesuai
dengan aspek penekanan galeri seni urban yang ingin dirancang.
G.3.2Korelasi data
Mengkorelasikan/menghubungkan antara data yang satu dengan data
yang lainnya, data primer dan data sekunder.
G.3.3Pemaparan Data
Memaparkan hasil data yang didapat yang disajikan dalam beberapa bentuk,
diantaranya:
 Deskripsi data
 Gambar
 Dokumentasi
 Tabel
 Grafik
 Dll
G.3.4Analisis Data
 Analisa data yang didapat di lapangan (data primer) dengan data yang didapat
melalui refrensi (data sekunder)
commit to user I‐9
 Menganalisa data, guna mendapatkan aspek-aspek yang sesuai dengan
dasar-dasar karakter bentuk kontemporer.
 Membagi tiap-tiap data yang didapat kedalam pokok-pokok pembahasan dan
dijadikan sebagai data pendukung.
 Mencari benang merah antara ekspresi estetis seni urban dari data yang
didapat dengan arsitektur yang mencitrakan bentuk kontemporer berdasarkan
data yang sudah didapat
G.3.5Menarik kesimpulan

H. Sistematika Pembahasan
Tahap I
Mengemukakan latar belakang masalah, permasalahan dan persoalan, tujuan dan
sasaran pembahasan, metoda pembahasan, dan sistematika penulisan.
Tahap II
Mengeksplorasi teori-teori dalam seni urban dan perkembangannya khususnya di
Yogyakarta, serta pemikiran ruang publik untuk galeri seni.
Tahap III
Mengeksplorasi prinsip kontemporer dalam kaitannya dengan arsitektur. Melakukan
pendalaman terhadap prinsip-prinsip desain serta semangat kontemporer sebagai
bagian dari gerakan post-modern secara khusus dan mengkaitkannya dengan konsep
desain yang dibutuhkan pada pewadahan kegiatan seni, terutama seni urban.
Tahap IV
Menjabarkan preseden Galeri Seni serta wadah-wadah pengembangan dan pusat seni
yang telah ada di dunia dan Indonesia, sebagai studi banding dan kajian referensional
bagi tahap perumusan konsep.
Tahap V
Proses penentuan konsep perencanaan dan perancangan melalui analisa yang
dimulai dengan analisa mikro (analisa kegiatan), Kebutuhan dan besaran ruang) dan
berlanjut ke analisa makro (analisa pemilihan site dan pengolahannya)
Tahap VI
Mengungkapkan konsep perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil akhir
dari proses analisa untuk kemudian ditransformasikan dalam wujud desain fisik
bangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB II
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

[BAB II] TINJAUAN PUSTAKA


GALERI SENI, SENI URBAN, RUANG PUBLIK, KONTEMPORER DAN KOTA
YOGYAKARTA

A. Galeri Seni
A.1. Pemahaman Galeri
Galeri diartikan sebagai ruang/bangunan tersendiri yang digunakan untuk
memamerkan karya seni. Lalu selain itu juga memberi pelayanan dalam bidang
seni baik itu konsultasi ataupun workshop yang dapat menumbuhkan jiwa seni
dalam masyarakat.
A.2. Perkembangan Fungsi Galeri
Perkembangan galeri seni dapat dilihat bahwa fungsi awalnya adalah
memamerkan hasil-hasil seni agar dapat dikenal oleh masyarakat. Dengan demikian
terlihat adanya usaha :
 Mengumpulkan hasil-hasil karya seni sebagai koleksi
 Memamerkan hasil-hasil karya seni agar dikenal masyarakat
 Memelihara hasil-hasil karya seni agar tidak rusak (bersifat memelihara/konservasi)
Terjemahan dari fungsi baru yang terjadi adalah sebagai berikut.
Sebagai tempat mengumpulkan karya seni,
yaitu dengan melakukan penyimpanan karya seni
pada ruang penyimpanan yang pada akhirnya
dapat dipamerkan kembali. Sebagai contoh karya-
karya seni rupa koleksi Galeri Nasional Indonesia
yang sebagian

Gambar 2.1 Pengumpulan Karya besar di tempatkan di ruang penyimpanan (storage)


Seni Dalam Suatu Galeri
Sumber: Dokumetasi Pribadi yang sudah memenuhi persyaratan peyimpanan

karya seni rupa karena ruang penyimpanan tersebut


sudah dilengkapi dengan fasilitas mesin penyejuk
ruangan, alat pengatur suhu udara, lemari kayu,
panel geser, panel kawat dan panel kayu, serta
dilengkapi juga dengan alarm system sebagai sarana
pengamanannya.
Gambar 2.2 Pameran Hasil Karya
Seni Dalam Suatu Galeri Sebagai tempat memamerkan hasil karya
Sumber: Dokumetasi Pribadi seni agar dikenal masyarakat. Ini merupakan fungsi

commit to user II‐1


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB II
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
utama sebuah
galeri, sehingga
pada umumnya
ruang yang

commit to user II‐2


digunakan sebagai temapt memamerkan karya seni ini memiliki bentuk-bentuk ruang
yang menarik,baik dari segi pencahayaan yang menggunakan lampu-lampu spot,
warna dinding yang kontras dengan lukisan yang menempel di dinding sehingga
membuat karya seni tersebut hidup.
Sebagai tempat memelihara hasil karya seni
agar tidak rusak. Ruang yang digunakan untuk
memelihara karya seni ini biasa disebut dengan ruang
restorasi-konservasi. Pekerjaan konservasi-restorasi
dilakukan pada Laboratarium Konservasi dengan
fasilitas penerangan lampu polikhromatis dan ultra-
Gambar 2.3 Konservasi Karya K
Seni violet. Bersikulasi udara, ber- AC, dan dialiri air
Dalam Suatu Galeri
distilasi. Laboratarium ini juga dilengkapi tabung-
Sumber: Dokumetasi
Pribadi tabung gelas yang berfungsi sebagai wadah atau alat
ukur/ analisa, alat-alat ukur elektronik dan komputer pendukung untuk analisa dan
simulasi pekerjaan teknis mekanis. Alat mikrokopis, alat kontrol klimotologi, ruang
fumigasi serta alat pendingin untuk membasmi jamur atau serangga juga melengkapi
laboratorium ini.
Sebagai tempat
mengajak/mendorong/meningkatkan apresiasi
masyarakat. Dimana pada umumnya karya-karya
seni yang dipamerkan tersebut memilki sebuah arti
yang ingin disampaikan oleh seniman kepada
masyarakat, sehingga dengan itu, masyarakat dapat
mengapresiasi karya-karya yang dipamerkan
Gambar 2.4 Apresiasi Masyarakat
Akan Karya Seni tersebut apakah itu berlebihan atau tidak..
Sumber: Dokumetasi Pribadi
Ruang-
ruang yang digunakan sudah tentu merupakan ruang Bentuk
pameran itu sendiri dimana karya-karya seniman dipamerkan untuk masyarakat.
Sebagai tempat transaksi jual beli untuk merangsang kelangsungan hidup seni.
Ini merupakan salah satu kegiatan yang utama pada galeri seni. Walaupun dalam
keadaan yang sesungguhnya kegiatan ini tidak seperti kegiatan jual beli di pasar
dengan tingkat kebisingan tinggi dan biasanya pelaku dari kegiatan ini adalah seorang
kolektor benda seni. Kegiatan ini juga menggunakan ruang khusus dimana kolektor
dan seniman dapat menggunakan ruang tersebut untuk melakukan transaksi jual beli.
Pada hakekatnya galeri seni berfungsi sebagai servis bagi public bidang seni
rupa. Servis pelayanan ini menunjukan aktivitas utama yang mempengaruhi sifat dan
yang menjadi dasar falsafahnya. Servis dimaksudkan dengan memberi pelayanan bagi
kepuasan public baik sebagai kelompok social maupun individu sebagai seniman
ataupun masyarakat umum. Oleh sebab itu servis harus memenuhi:
 Kepuasan fisik yang merupakan kepuasan yang dicapai oleh panca indera,
yaoitu penglihatan, perasaan, dan peraba.
 Kepuasan psikis, yang merupakan kepuasan jiwa sebagai reaksi pada suasana dan
kesan dari bangunan dan pelayanan yang diberikan baik oleh
pengelola/pegawai maupun materi seninya
A.3.Macam Galeri Seni
Sebenarnya belum ada klasifikasi yang jelas mengenai macam-macam galeri
seni terlebih akan materi khusus yang dipublikasikan, akan tetapi dengan
pendekatan bentuk, sifat dan isinya yang menonjol, beberapa menggolongkan sbb:
a. Galeri seni berdasarkan bentuk
Tradisional art gallery yaitu suatu galeri yang aktifitasnya diselenggarakan
pada selasar-selasar atau lorong-lorong panjang. Walaupun bentuk galeri ini
yang tradisional, tetapi belum tentu juga karya seni yang dipamerkan berupa
karya-karya yang dinilai sebagai karya seni yang lama atau kuno sehingga
berkesan tradisional.
Modern art gallery yaitu suatu galeri dengan perencanaan ruang secara
modern atau merupakan kompleks bangunan. Kompleks bangunan ini
biasanya terdiri dari beberapa ruang pameran. Sebagai contoh adalah
Galeri Nasional Indonesia yang memeilki beberapa masssa bangunan dengan
fungsi sebagai ruang pameran dan kegiatan pendukung lainnya. Karya-karya
yang dipamerkan pada Modern art gallery biasanya adalah sebuah karya
seni yang modern atau kontemporer. Sehingga hal ini sesuai dengan
perencanaan ruang

b. Galeri seni berdasarkan sifat kepemilikan


Privat art gallery merupakan suatu galeri yang merupakan milik perseorangan
atau sekelompok orang. Pada galeri ini biasanya karya-karya yang dipamerkan
berasal dari pemilik galeri ini sendiri yang juga merupakan seorang seniman.
Seniman ini sudah tentu adalah seorang seniman yang sudah terkenal,
sehingga mereka berani untuk membuka galeri sendiri yang karyanya juga
hasil karya mereka sendiri tanpa takut galeri tersebut akan dikunjungi banyak
orang atau tidak, karena setiap orang memiliki pandangan sendiri-
sendiri terhadap karya mereka. Pemilik lain privat galeri ini biasanya
merupakan sebuah institusi dimana karya-karya yang dipamerkan berasal
dari institusi itu sendiri, baik dari siswa maupun staf-staf pengajarnya.
Public art gallery, yaitu suatu galeri yang merupakan milik pemerintah dan
terbuka untuk umum. Untuk galeri ini karya-karya yang
dipamerkan bermacam-macam sesuai dengan keinginan seniman untuk
membuat suatu karya seni. Sehingga karya yang dipamerkan biasanya sesuai
dengan kondisi atau trend yang pada waktu itu sedang muncul. Pengguna dari
galeri berasal dari bermacam-macam seniman baik yang sudah terkenal
maupun yang belum terkenal, tua atau muda dan dengan berbagai macam
bentuk aliran yang dianutnya.

c. Galeri seni berdasarkan isi atau materi seni


Gallery of primitive art, yaitu suatu galeri yang menyelenggarakan aktifitas di
bidang seni primitive. Hal ini biasanya digunakan untuk mempertahankan
budaya suatu bangsa yang muncul pada saat jaman prasejarah hingga dikenal
sampai luar negeri. Yang mana kebudayaan ini mungkin menjadi sesuatu yang
menarik dikalangan pecinta seni dari luar dan dalam negeri tersebut. Karena
bentuk kesenian ini masih natural dan belum terjamah dari luar pada saat
budaya tersebut dulu ada.
Gallery of classical art, yaitu suatu galeri yang menyelenggarakan aktifitas di
bidang seni klasik. Seni ini menggambarkan bentuk-bentuk budaya tradisional
di suatu bangsa. Untuk Indonesia sendiri memilki banyak sekali suku sehingga
ragam budaya yang muncul juga semakin banyak.
Gallery of modern art, yaitu suatu galeri yang menyelenggarakan aktifitas di
bidang seni modern. Dalam seni modern bentuk karya seni yang dipamerkan
biasanya mengandung maksud atau arti yang mengkritik sesuatu baik itu
budaya, sosial, ataupun politik suatu bangsa dan dengan itu maka karya seni
tersebut pasti sejalan beriringan dengan perkembangan jaman atau bisa
disebut karya seni yang kekinian. Sehingga dengan adanya karya ini seseorang
dapat mengerti tujuan dari karya ini dibuat.
Berdasarkan macam seni yang disajikan beberapa galeri (yang sudah umum)
biasanya merupakan galeri seni terwujud (2D/3D) dengan macam karya seni
rupa berupa seni lukis (galeri seni lukis), fotografi (galeri fotografi), batik
(galeri/museum batik), instalasi-instalasi dsb.
A.4. Lingkup Kegiatan Galeri
Ada beberapa penggolongan kegiatan yang biasa dijumpai di Galeri Seni, antara
lain :
a. Kegiatan Rekreasional
Pameran sebagai alternative tujuan rekreasi yang mendidik bagi masyarakat,
diadakan secara rutin dan menjadi kegiatan utama yang bertujuan untuk
memperkenalkan dan menjual hasil karya seni lukis kontemporer.
b. Kegiatan Pendidikan
 Diikuti oleh masyarakat umum peminat seni atau para seniman muda
lewat kursus pendalaman seni.
 Para pengamat seni yang ingin melakukan studi baik secara teori maupun
praktek.
 Pengadaan seminar, acara diskusi. studi l iteratur lewat perpustakaan
maupun melalui dunia maya yang menunjang perkembangan seni lukis
kontemporer.
 Eksperimen-eksperimen yang dapat dilakukan di workshop atau studio yang
disediakan setelah menambah wawasan melalui studi demi memantapkan
ide-ide baru bagi para seniman.
c. Kegiatan Pendukung :
Adanya sebuah pagelaran seni yang dapat dijadikan sebagai pembukaan pameran
dan juga menarik minat pengunjung untuk dating.

B. Seni Urban
B.1. Pemahaman Seni Urban
Pada dasarnya seni urban dapat dilihat sebagai fenomena. Wilayah-wilayah
urbanlah yang kerap menjadi medan bagi para penggiat seni urban untuk menuangkan
ekspresi dan ide gagasannya. Keinginan untuk berkesenian di tempat-tempat yang
tidak memungkinkan, membuat wilayah urban menjadi wilayah yan representaif dan
juga variatif untuk menjadi media visualisasi seni. Bahwa wilayah urban lebih
dekat dengan realita kehidupan masyarakat maka terdapat kebebasan berekspresi
lebih bebas dari pada ruang pameran atau galeri yang memiliki batasan akses oleh
masyarakat.
Seni inipun, pada akhirnya, menjadi bagian dari kehidupan masyarakat
secara langsung. Para pelaku seni ini tanpa disadari telah memproduksi budayanya
sendiri, budaya urban. Lantas muncul apa yang disebut dengan pemaknaan.
Pemaknaan yang
terjadi ketika masyarakat mengamati dan pada akhirnya menjustifikasi bahwa para
pelaku ini sedang memproduksi apa yang menjadi hasil dari seni urban dengan
mengambil, menarik dan mengdokumentasikannya.
Penjelasan yang lebih menarik mengenai seni urban dapat dilihat dari
kutipan berikut ini:

Urban art adalah seni yang mencirikan perkembangan kota, dimana


perkembangan itu kemudian melahirkan sistem di masyarakat yang secara
struktur dan kultur berbeda dengan struktur dan kultur masyarakat pedesaan.
Saat ini seni bukan lagi sekedar berlatar belakang tradisi tapi justru lebih
merespon tradisi-tradisi baru terutama di daerah perkotaan yang secara
demografis dihuni oleh anggota masyarakat yang sangat heterogen.
Urban art lahir karena adanya kerinduan untuk merespon kreativitas
masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan dengan segala problematikanya.
Maka munculah usaha dari sekelompok orang untuk memamerkan dan
mendatangkan seni ditengah-tengah masyarakat dengan cara melakukan
kebebasan berekspresi di ruang publik. Ekspresi yang ditampilkan adalah
ekspresi yang mencoba memotret permasalahan-permasalahan yang kerap
terjadi dan mendominasi masyarakat urban mencakup masalah sosial,
ekonomi, politik dan budaya. Melalui media seni dan dilatarbelakangi oleh
pertumbuhan dan kapitalisasi kota itu sendiri. Zaman sekarang seni bukan
lagi sebuah representasi yang ditampilakan digaleri saja, tapi sebuah
media ekspresi yang bertarung di fasilitas publik dengan media lainnya
seperti iklan di TV, billboard iklan, poster promosi, baligo dan lain-lain.
Semua media ekspresi tersebut mendominasi dihampir setiap
fasilitas publik. Urban art berhasil memangkas hubungan yang berjarak
antara publik sebagai apresiator dengan sebuah karya seni. Menggantikan
fungsi seni yang tadinya agung, klasik, murni, tinggi serta tradisional. Seni
diposisikan sebagai sesuatu yang konservatif dan sarat dengan nilai
pengagungan. Urban art berhasil meruntuhkan nilai-nilai tersebut dengan
cara menghadirkannya ke tengah publik melalui media-media yang erat
dengan keseharian masyarakat kota. Bila menarik elemen lokal dalam urban
art, lukisan di bak truk dan becak adalah contoh
urban art. Tujuan urban art lebih
berakar pada perbedaan sikap politik, anti kemapanan, vandalisme dan
perlawanan terhadap sistem dominan dimasyarakat. Bentuk konkret urban
art bisa bermacam-macam sepanjang karya seni itu mengusung
spirit dinamika urban. Di kota Bandung kita bisa melihat semua ekspresi
semangat urban itu dalam berbagai bentuk. Seperti komunitas musik punk
yang kerap menggelar street gigs di bawah jembatan layang Pasupati,
seniman tradisi yang rutin menggelar kesenian pencak silat di taman
Cikapayang atau juga lukisan-lukisan mural ditiang-tiang jembatan layang
Pasupati.
Pada akhirnya urban art berhasil dikomodifikasi oleh komunitasnya sendiri.
Bentuk-bentuk kesenian terutama seni mural dan grafiti sekarang terutama di
kota Bandung lambat laun berhasil menjadi sesuatu yang mempunyai nilai
ekonomis. Banyak para seniman mural dan grafiti yang mengekspresikan ide
mereka dengan para pemilik distro atau clothing di Bandung. Para pemilik
distro ini memfasilitasi para seniman tersebut dengan menyediakan
space/lahan untuk berekspresi. Selain memberikan nilai estetika pada toko,
mereka juga ikut memberikan penyaluran terhadap keinginan seniman
tersebut untuk berkarya.
(http://bandungcreativecityblog.wordpress.com ).

Dalam konteks politiknya, seni urban


juga dapat ditafsirkan sebagai perlawanan
terhadap seni modern yang sudah diproduksi,
didistribusikan dan dikonsumsi secara
kapitalistik. Ketika seni rupa sudah masuk
ke sistem pasar masyarakat kapitalistik,
karya seni rupa diproduksi, didistribusikan

Gambar 2.5 Kritik Sosial dalam


dan dikonsumsi secara kapitalistik. Karya
Muatan Seni Urban
Sumber: propagraphic-
seni akan menjadi barang komoditi, tak
movement.blogspot.com ubahnya seperti barang hasil produksi
manufaktur. Karya seni rupa diproduksi
oleh produsen,
yakni para pekerja seni rupa, demi tujuan produksi kapitalistik. Karya seni rupa
diproduksi untuk ide-ide individual si pekerja seni rupa untuk memenuhi
hukum ekonomis, berupa kebutuhan, permintaan dan penawaran akan jenis-jenis
komoditi seni rupa yang sedang up to date di pasaran seni rupa.
Demikian juga cara distribusinya, karya-karya seni rupa hanyalah komoditi, maka
ia akan memasukan pasaran yang kapitalistik dan diperjualbelikan secara kapitalistik,
seperti laiknya souvenir dan barang kerajinan, hanya saja sayangnya pasar benda seni
ini terbatas karena komoditi yang dijual diproduksi satuan dan tidak secara
massif.
Dalam sistem distribusi karya seni yang kapitalistik, pekerja seni rupa tak lebih seperti
produsen. Ada jaringan pedagang perantara; para kritikus dan kurator yang
berperanan sebagai pembuat iklan dan memberikan penaksiran dan penilaian nilai
jual; ada kolektor lokal dan internasional yang merupakan kalangan terbatas
pemonopooli juar- beli komoditi; ada pasar terbuka dan tertutup untuk men-display
komoditi yang akan dijual bisa di museum pribadi, ruang pamer pribadi, gallery,
ruang pamer umum, artshop. Akibatnya karya seni rupa tidak bisa dinikmati
secara bebas oleh semua warga masyarakat, tetapi dapat dinikmati secara
terbatas, cukup diapresiasi dan dikonsumsi oleh kalangan atas pemilik kapital.
Oleh kerena ia merupakan komoditi yang diproduksi secara kapitalistik, maka
keberadaannya –baik yang berupa artitistik/estetika dan muatan tema atau pesan
yang diproduksi– diarahkan dan ditentukan secara kapitalistik juga, yakni
ditentukan oleh kepentingan jaringan pedagang seni rupa dan tuntutan-tuntutan
pasar. Situasi semacam inilah yang kemudian memunculkan geliat perlawanan seni
urban terhadap dominasi seni modern yang kapitalistik.
Sementara itu, seni urban juga berusaha
untuk melakukan pergeseran dari pergertian
negatif seni rupa tinggi (high art). Seni rupa
tinggi (high art) adalah seni rupa yang terpisah
dengan publik luas, atau dalam bahasanya ‘seni
rupa modern makin terpisah jauh dari
masyarakat; yang hanya dipajang atau terisolasi
Gambar 2.6 Seni yang Menghampiri di ruangan privat seniman, yang diasumsikan
Masyarakat di Ruang Publik
Sumber: www.karbonjournal.com sebagai bukan ruang publik: seperti gallery,
museum, art shop; tidak diarahkan untuk
kepentingan membangun dialog dengan masyarakat tetapi lebih mengedepankan
unsur estetik dan artistik yang diinginkan oleh individu pekerja seninya; lebih terkesan
menjujung tinggi seni untuk seni dan tidak mencangkup persoalan ekstraestetik. Di
sini seni urban memindahkan inti seni rupa modern yang terkurung di ruang privat
seniman menuju ke ruang publik, mencoba membangun dialog dengan
masyarakatnya dan memperkecil monolog pekerja seni dengan karyanya;
mencoba mencangkup persoalan ekstra estetik berupa persoalan sosial politik
yang berkembang di masyarakatnya.
Adapun perbedaan seni urban dengan seni mainstream secara umum adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.1 Perbandingan Seni Urban dan Seni Mainstream
SENI URBAN SENI MAINSTREAM
Media-media yang dekat dengan Media-media konvensional
keseharian publik

Massa, merakyat, peluang dialog Tinggi, adiluhung, murni, tradisional

Temporal, dangkal Mengorbankan ruang untuk mengejar


kebadian
Mengoptimalkan ruang sebesar-
Proses imajinasi tentang pertemuan
besarnya
langsung sebuah kualitas produk

Spontan, ekspresif dan responsif Berpotensi abadi

Penggiat merupakan mereka yang


Penggiat cenderung merupakan
aktif dalam masyarakat
individu-individu yang memiliki
kepentingan kolektif

Sumber: Analisa Pribadi

B.2. Macam Seni Urban


Seperti halnya seni secara umum, seni urban dapat dikelompokan menjadi dua
bagian besar, yaitu seni rupa (baik dua dimensi maupun tiga dimensi) dan seni
pertunjukan.
a. Seni rupa dua dimensi
 Mural
Mural dan dalam seni mainstream
secara umum dapat juga diartikan
sebagai seni lukis dan memiliki
pemahaman sebagai cangkupan visual
ekspresi sesorang. Secara lebih jelas
dapat disebutkan bahwa seni lukis
Gambar 2.7 Mural yang berisi Kritik
atas Kontroversi RUU APP adalah penggunaan garis, warna,
Sumber: Dokumetasi Pribadi
tekstur, ruang dan bentuk pada suatu
bidang dua dimensional yang disusun sedemikian rupa sehingga terbentuk
sebuah harmoni. Hal ini bertujuan untuk menciptakan suatu image yang
merupakan pengucapan pengalaman artistik serta pengekspresian ide-ide
dan emosi.
Perbedaan mural dengan seni lukis yang konvensional adalah media
dan pesan yang ingin disampaikan . Dalam mural, media yang biasa
digunakan adalah tembok besar di ruang publik dan dikerjakan
menggunakan cat tembok atau cat kayu bahkan cat atau pewarna apapun
juga seperti kapur tulis atau alat lain. Sementara pesan yang ingin
disampaikan biasanya berupa kritik sosial mengenai kota dengan
berbagai macam dinamika kehidupannya. Dalam mural, visual yang
disajikan merupakan hasil dialog, tukar pendapat dan brainstorming dari
sekelompok orang bukan bersiat rohaniah yang individu. Aktor media
pun lebih bervariasi dan berusaha memanfaatkan berbagai macam
media yang dekat dengan masyarakat agar karyanya dapat diapresiasi
secara luas.
 Grafitti
Hampir sama dengan mural, graffiti
juga menggunakAn tembok-tembok
besar sebagai media ekspresinya.
Bedanya graffiti biasa dikerjakan
menggunakan cat/spray semprot
kaleng. Visual dalam graffiti berupa
tulisan-tulisan atau sandi yang hanya

Gambar 2.8 Grafitti di Bounes Aires dipahami golongan tertentu. Biasanya


Argentina yang Begaya Stencil
Sumber: www.wikipedia.com
karya ini menunjukan ketidakpusan
terhadap keadaan social yang mereka
alami. Selain itu graffiti juga berfungsi sebagai identifikasi kekuasaan lewat
tulisan, sarana pemberontakan, sarana ekspresi ketakutan terhadap
keadaan sosial politik dan sarana keteneran seseorang atau suatu
kelompok.
 Seni Grafik
Seni grafik adalah seni yang membuat gambar dua dimensi dengan alat
cetak (klise). Dalam hal ini seorang pencipta dapat memasukan uinsur-
unsur estetis dalam karyanya. Dalam Seni urban seni grafik ini
direpesentasikan melalui poster-poster yang berisi himbauan ataupun
propaganda akan hal tertentu.
 Seni Fotografi
Seni yang menggunakan alat sebuah kamera yang digunakan untuk
mencari momen-momen penting ataupun unik dalam kehidupan. Biasanya
objek yang diambil dalam konteks uRban adalah kehidupan sehari-hari
kaum perkotaan, kesenjangan serta protes dan kritik atas hal yang terjadi
di daerah perkotaan.

b. Seni Rupa Tiga Dimensi


 Urban Toys

Gambar 2.9 Urban Toys yang Merupakan


Crossover dari Berbagai Macam Karakter
Sumber: Dokumetasi Pribadi

Merupakan seni patung dan artefaknya seni urban. Urban Toys untuk
pertama kalinya diperkenalkan oleh orang-orang Jepang dan Hongkong,
dan mulai berkembang pada tahun 90an-akhir ke kawasan lainnya (Eropa
dan Amerika Serikat), banyak desainer-desainer dari barat juga akhirnya
terlibat dalam keasikan membuat “mainan ini”, karena mungkin fleksibilitas
dan adaptasi dari benda ini yang sangat luar biasa, sehingga sewaktu
waktu benda ini bisa berubah menjadi apapun, dan dan dapat di silangkan,
atau dikawinkan dengan tokoh tokoh yang sudah ada, dan popular
(Superhero, Corak Bendera Negara, atau malah art sekalipun).
Urban toys biasanya dibuat dari plastik, dibuat secara terbatas dari
mulai 500 sampai 2000 pcs per designnya, tetapi pada awalnya untuk
model prototype awal dan limited series dibuat dari resin. Ada juga yang
terbuat dari kayu karet dll, Sebagian orang mengungkapkan bahwa
urban toys merupakan sebuah penganti kanvas bagi seorang seniman
untuk mengekspresikan feeling seninya ke dalam sebuah karya.
 Seni Instalasi
Seni instalasi merupakan seni tiga
dimensi, dimana pada karya-karya
instalasi ini memiliki maksud yang ingin
disampaikan oleh seniman walaupun
dapat juga diartikan berbeda-beda oleh
setiap orang. Seni instalasi yaitu
(installation = pemasangan) seni yang
memasang, menyatukan, dan
mengkontruksi sejumlah benda yang
dianggap bisa merujuk pada suatu
konteks kesadaran makna tertentu.
Biasanya makna dalam persoalan-
persoalan sosial-politik dan hal lain yang
Gambar 2.10 Karya Seni
Instalasi bersifat kontemporer diangkat dalam
Sumber: Dokumetasi Pribadi
konsep seni instalasi ini.
Hal penting lain yang cukup signifikan dalam Karya Seni Rupa Instalasi
adalah dimana proses berkarya merupakan kesatuan unit penilaian
yang turut menentukan ukuran dan nilai seni. Unsur “peristiwa” atau
tepatnya proses kejadian suatu peristiwa telah dianggap sebagai
representasi sehingga di sini secara otomatis akan terjadi kontak antara
objek dan penonton. Secara kebentukan Seni Rupa Instalasi masih
merupakan sebuah seni yang mengalami banyak perkembangan, mulai
dari ekspresi yang dilahirkan hingga pada tingkat praktisnya. Seperti
penggunaan efek teknologi multimedia, gerakan-gerakan (kinetik), mesin,
lampu (laser), music,tari (gerak) dan video sampai pada respon terhadap
alam yang dibentuk dalam efek sebuah perakitan atau penginstalan.
c. Seni Pertunjukan
 Seni theater
Dalam seni urban, seni theater tidak lagi semata-mata mencari bahasa
tubuh lewat pertunjukan-pertunjukannya, melainkan juga mulai
menawarkan tubuh grafis yang menghasilkan metafor-metafor lewat
permainan tubuh dan bayangan tubuh. Ruang dikonstruksi tak lagi sekedar
panggung, melainkan lewat proyeksi tubuh dan bayangannya.
 Seni tari
Seni tari pun telah berubah esensinya dalam seni urban. Sebuah
pertunjukan dengan kesadaran grafis yang ikut menentukan eksekusi
visual. Tema-tema yang dimunculkan adalah tema-tema
kekerasan,penyiksaan pada diri sendiri. Makna dari pertunjukannya adalah
usaha menciptakan pencerahan bersama lewat tubuh yang tersakiti
yang bisa di hayati langsung oleh penonton.
 Breakdance
Merupakan salah satu seni urban yang berasal dari barat. Bermula dari
budaya musik hip-hop kaum kulit hitam di Amerika. Breakdance
memadukan gerakan tari yang dinamis dengan musik hip-hop yang
menghentak. Gerakannya cenderung dekat dengan tanah, penuh dengan
atraksi akrobatik dan terkesan patah-patah. Bisa dikatakan sebagai
sebagai penggabungan dengan beladiri capoeira.
 Trethek
Seni urban asli Indonesia yang merupakan salah satu jenis musik yang
pada awalnya dimanfaatkan untuk ronda-ronda malam di lorong-lorong
kampung atau kota-kota besar di Jawa Tengah. Jenis musik ini didominasi
oleh alat musik yang terbuat dari bahan bambu.
 Performance Art
Secara lebih luas gejala atau
bentuk karya seni telah berpadu
antara seni pertunjukan (teater,
tari, musik dan lain-lain) dan seni
rupa. Secara teknik aturan baku
dalam seni gerak (pertunjukan)
maupun seni rupa tidak lagi
dipersoalkandan cenderung
Gambar 2.11 Performance Art yang memiliki unsur improvisasi yang
Memadukan Seni Pertunjukan dan
Instalasi tinggi. Umpamanya juga
Sumber: Dokumetasi Pribadi
dilakukan atas respon konteks
sosial dan politik, situasi atau kondisi yang ada saat ini. Perfomance art
merupakan gejala akan kecenderungan seni kontemporer saat ini, sehingga
yang terlintas ini memiliki kaitan yang erat pula dengan keragaman seni
instalasi.
C. Ruang Publik
C.1.Ruang Publik dalam Elemen Kota
Ruang publik dalam arti yang sungguh-sungguh murni adalah ruang yang
memang tidak boleh dikuasai oleh pihak atau kelompok tertentu siapapun. Karena itu
dengan sendirinya bersifat terbuka, sekuler dan non-partisan. Secara fungsi ruang
publik adalah suatu ruang yang berfungsi mewujudkan keseimbangan kehidupan
manusia. Dari segi pribadi, keseimbangan kehidupan dapat tercipta dengan
menyalurkan ekspresi dan opini pribadi dalam suasana kebersamaan. Dari segi
masyarakat, ruang publik dibutuhkan untuk menyeimbangkan kehidupan warga kota
yang heterogen.
Elemen ruang publik dalam kota sebagai tempat interaksi masyarakat yang
bebas dikembangkan oleh Habermas, seorang tokoh aliran Frankurt, melalui konsep
the free public sphere (ruang publik yang bebas), di mana masyarakat memiliki
akses atas setiap kegiatan publik. Habermas melihat perkembangan wilayah yang
bebas dari sensor dan dominasi. Wilayah itulah yang disebut dengan public sphere,
yakni wilayah yang memungkinkan kehidupan sosial kita untuk membentuk opini
publik yang relatif bebas.
Penekanan praktek dalam public sphere yakni pertukaran pandangan yng
terbuka dan diskusi mengenai masalah-masalah kepentingan umum dengan
tujuaannya untuk membentuk kepekaan umum (sense of public). Mereka yang terlibat
di dalam percakapan public sphere adalah orang-orang yang privat. Bukan
orang dengan kepentingan bisnis, professional, pejabat maupun politikus.
Tujuan dari ranah publik adalah menjadikan manusia mampu merefleksikan
dirinya secra kritis, baik secara politis, ekonomis dan budaya. Karena menurut
Habermas, tidak ada suatu apapun di dunia ini yang tidak lepas dari unsur
kepentingan, sekalipun ilmu pengetahuan. Maka struktur masyarakat yang
emansipatif di mana setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk
berpartisipasi dalam mengambil keputusan bagi dirinya sendiri adalah struktur yang
ideal.
C.2.Ruang Publik untuk Galeri Seni Urban
Seperti kebanyakan seniman lainnya di kota, para penggiat seni urban juga ingin
menampilkan hasil ekspresi dan gagasannya kepada khalayak ramai melalui
sarana ruang yang masih tersisa di sudut-sudut kota. Sebagai seorang seniman secara
naluri pasti ingin menampilkan karyanya kepada publik, karena ada kerinduan
dalam diri seniman tersebut untuk dapat berinteraksi dan berdialog dengan khalayak.
Meletakan seni urban dalam ruang publik berarti menjadikan ruang publik
tersebut sebagai galerinya. Akses yang tidak terbatas dari khalayak menjadikan seni
urban memiliki kesempatan yang lebih besar untuk berkomunikasi dengan masyarakat
sekaligus mendapatkan responnya secara objektif. Bila seni tradisional terobsesi pada
keabadiaan, maka seni urban terobsesi pada pemanfaatan ruang seluas-luasnya.
Memang belum tersedia infrastruktur maupun media untuk menjelaskan apa itu
seni urban kepada masyarakat. Maka saat ini dibutuhkan suatu ruang yang dapat
dijadikan mediasi bagi para seniman dan masyarakat untuk dapat memahami
semangat seni uban itu sendiri. Suatu ruang yang bebas dari hagemoni
kekuasaan dimana setiap pendapat dapat berkembang secara demokratis tapi tetap
bertanggung jawab.
Secara khusus ruang publik adalah dialog antara arsitektur dan senirupa dalam
proses penciptaannya, dengan melibatkan masyarakat dalam permasalahan perkotaan
dan seni budaya, baik lokal maupun global.

D. Bentuk Kontemporer
D.1.Pemahaman Kontemporer
Secara umum kontemporer dapat diartikan sebagai masa kini, sewaktu,
sezaman, waktu yang sama dengan pengamat masa kini. Sementara dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia susunan Badudu dan Sutan Muhammad Zein terdapat tiga
arti leksikal tentang kata kontemporer, yaitu (1) semasa, sezaman; (2) bersamaan
waktu, dalam waktu yang sama; (3) masa kini, dewasa ini. Untuk menjelaskan
lebih lanjut, Badudu memberikan satu contoh kalimat, yakni “Seni kontemporer
tidak bertahan lama” (Badudu-Zein, 1994:714). Dengan contoh ini Badudu ingin
menegaskan bahwa seni kontemporer adalah seni yang akan bertahan sezaman saja.
Dengan demikian, kata masa kini juga berarti sezaman, masa saat sekarang.
Dari makna leksikal di atas tampak bahwa masalah waktu kesezamanan
dan/atau kekinian merupakan batasan tegas konsep tersebut. Pengertian ini jelas
masih sangat umum, bahkan bisa dikatakan ambigu. Bersifat umum sebab tidak
merujuk pada suatu genre, paham, ideologi dan lain-lain. Sementara itu, batasan
waktu masa kini sebagai pengertian kontemporer juga bersifat ambigu. Contohnya
dalam wacana seni rupa Indonesia. Tim penulis buku Sejarah Seni Rupa yang diketuai
Kusnadi, misalnya, menggunakan istilah kontemporer untuk seni rupa zaman
kemunculan Raden Saleh (Kusnadi, 1979:143). Beberapa tahun kemudian, yaitu Thun
1973 kata kontemporer sbagai sebuah istilah digunakan lagi dalam sebuah pameran
patung betajuk “Pameran Pertama Patung Kontemporer Indonesia”. Kata kontemporer
yang digunakan dalam tajuk pameran ini digagas G. Sidharta untuk menggantikan kata
modern---awalnta bertajuk “Pameran Pertama Patung Modern Indonesia.
Dengan demikian bisa ditegaskan bahwa kata kontemporer bukan merupakan
istilah yang merujuk pada sebuah aliran atau gaya, melainkan hanya sebuah aktivitas
yang dianggap terkini pada setiap zaman oleh para pengamat yang hidup pada setiap
zaman bersangkutan.
D.2.Kontemporer Sebagai Bagian dari Gerakan Postmodern
Dalam ranah bentuk dan gaya, kontemporer sndiri sering dihubungkan dengan
sebuah gejala yang membedakan dirinya dari bentuk dan gaya sebelumnya, yaitu
modern. Gaya kontemporer dikategorikan sebagai karya yang dihasilkan oleh
paradigma postmodern, sehingga beberapa pihak acap menyulih istilah kontemporer
dengan postmodern. Kontemporer dapat diartikan sebagai bentuk dan gaya yang
memiliki kecenderungan berbeda dengan bentuk dan gaya modern.
Selanjutnya, bentuk dan gaya dengan kecenderungan tersebut bisa
diidentifikasikan dengan terlebih dahulu menjelaskan apa yang dimaksud dengan
postmodern itu sendiri. Tapi, istilah ini sulit dipahami tanpa membandigkan dengan
paradigma yang mendahuluinya, yaitu modern. Dalam menjelaskan
hubungan- hubungan ini orang sering menumpangtindihkan beberapa istilah, yani
modern, modernitas,modernism, postmodern, postmodernitas dan postmodernisme.
Untuk itu sebelumnya istilah-istilah ini perlu didefinisikan dengan jelas. Yasraf
Amir Piliang (2006: 75) menjelaskan istilah-istilah tersebut dengan menunjukan
perbedaan- perbedaan sebagai berikut:
a. Modern – Postmodern
Istilah ini mengacu pada waktu, era, zaman dan semangat zaman. Postmodern
dapat diartikan waktu, era, zaman dan semangat zaman setelah modern.
b. Modernitas - Postmodernitas
Istilah ini mengacu pada kondisi, eadaan, situasi, umum, realitas dunia kehidupan.
Modernitas memilikiciri kemajuan (progress), integrasi, keterpusatan, kontinuitas
dan kebaruan.
Postmodern memiliki ciri nostalgia, pastiche, disitegrasi, fragmentasi, heterogenitas
dan decentering.
c. Modernisme - Postmodernisme
Istilah ini mengacu pada gerakan (movement), gaya (style), ideology,
kecenderungan, metode cara hidup dan keyakinan.
Modernisme mengacu pada universalitas, internasionalisme, inperialisme,
etnosentrisme, dan rasisme.
Postmodern mengacu pada pluralisme, dekonstruksionisme multikulturalisme, pos-
kolonialisme den feminisme.
Tampak dari pendefinisian di atas bahwa istilah modern berbanding lurus
dengan modernitas dan modernisme. Istilah ini kemudian berbanding terbalik dengan
postmodern, postmodernitas dan postmodernisme. Mengacu pada penjelasan dan
pemosisisan ini bentuk dan gaya yang mengacu pada postmodern (kontemporer)
adalah bentuk dan gaya yang bisa dibedakan denga bentuk dan gaya pada paadigme
modern. Lebih rinci, Baret (1994: 109-112) melalui Sabana (2002: 18) membedakan
konsep modernisme dan postmodernisme melalui tabel berikut:
Tabel 2.2 Perbandingan Antara Modernisme dan Postmodernisme
Modernisme Postmodernisme
Memutuskan rantai masa lalu Meminjam masa lalu untuk konteks yang
baru

Eksposisi inovasi individual (originalitas) Eklektik


Orientas medium Orientas tema, medium lebih bebas
Merendahkan budaya populer Banyak menimba budaya populer
High art Low dan High Art
Menolak kecenderungan sosial dalam seni Kepedulian terhadapkejadian sehari-hari
(sosial) dan juga politik. Demistifikasi
realitas
Meyakini komunikasi universal Tidak meyakini komunikasi universal
Art for art’s sake Sikap kritis dan skeptik seniman terhadap
kesenian dan zamannya.
Isu-isu kelas sosial, ras gender, usia,
bangsa, alam, agama, lingkungan dan
sebagainya
Formalisme Kritis terhadap formalisme
Menara Gading Merakyat
Keabadian Kesementaraan
Budaya local (tradisi) kurang dihiraukan Sadar budaya lokal (tradisi)
Karya “tertutup” atau objektifitas karya Karya “terbuka” atau konstektualitas karya
Raionalisme sebagai referensi Kritis terhadap rasionalisme
Sumber: Baret (1994: 109-112) melalui Sabana (2002: 18)
D.3. Kontemporer dalam Arsitektur
Arsitektur kontemporer sendiri diartikan sebagai langgam arsitektur yang
memperhatikan kekinian. Yulianto Sumalyo dalam bukunya yang berjudul Arsitektur
Modern menerangkan perkembangan arsitektur pada akhir abad XX yang merupakan
zaman globalisasi dimana industri negara sudah semakin maju dan kemudian
meningkat menjadi zaman industri-informatika yang semakin kompleks. Kadang-
kadang pengelompokan dan pemberian bentuk suatu gedung baru, tidak dapat
mengikuti kecepatan perkembangannya. Berbagai gedung tinggi dan “gedung pintar”
di Jakarta juga cukup banyak yang termasuk dalam kategori tidak dapat dikelompokan
dalam suatu aliran arsitektur, atau sebaliknya berbagai aliran arsitektur seperti
misalnya Cubism, Monumentalisme, Art-Deco, Post-Modernism tercakup di dalamnya.
Sedangkan menurut Andra Matin, kontemporer diartikan sebagai arsitektur kini.
Karena menurut Andra Matin, dalam merancang ia selalu berubah agar setiap
rancangannya dapat terus berkembang, ada sesuatu yang baru dan memiliki ide segar.
Arsitektur kontemporer dapat juga diartikan sebagai arsitektur yag mengadopsi isu-isu
kekinian.
Dari segi gaya dan bentuk, arsitektur kontemporer yang merupakan bagian dari
postmodern merupakan budaya tandingan (counter culture) dari arsitektur modern.
Sebagai respon dari kebosanan akan arsitektur modern yang isotropis, homogen,
monoton, anti ornament, anti metafora, anti humoris, mono simbolik dan berestetika
mesin maka lahirlah arsitekur postmodern dengan perwujudan gaya kontemporer yang
mengutamakan elemen gaya hibrida (ketimbang yang murni), komposisi paduan
(ketimbang yang bersih), bentuk distorsif (ketimbang yang utuh), ambigu (ketimbang
yang tunggal), inkonsisten (ketimbang yang konsisten), serta kode ekuivokal
(ketimbang monovokal). (Complexity and Contradiction in Arch, Robert Venturri)
Dari segi konsep, arsitektur kontemporer memiliki konsep metafora, historitas,
ekletisme, regionalisme, adhocism, semantik, perbedaan gaya, pluralism, sensitivisme,
ironisme, parodi dan tradisionalisme. Selain itu juga memiliki sifat-sifat
hibrida,kompleks, terbuka, kolase, ornamental, simbolis dan humoris. Ciri khas yang
paling menonjol dari arsitektur kontemporer adalah double coding, yaitu memuat kode
dan gaya yang berbeda dalam satu bangunan. Merupakan campuran eklektis
antara tradisional/modern, popular/tinggi, barat/timur, sederhana/kompleks. (The
Language of Postmodern Architecture, Charles Jenks).
Contoh karya arsitektur postmodern bergaya
kontemporer dapat terlihat jelas lewat Imatra
(Vouksennsiska Church) yang di desain oleh Hugo
Gambar 2.12 Interior Imatra Alvar Henrik Aalto. Aalto, berasal dari Finandia,
Sumber: Microsoft Encarta
Reference Library merupakan salah satu arsitek yang berpengaruh pada
abad 20, mengkombinasikan bangunan rancangannya
dan furnishings clear functionalism dengan bentuk
yang tidak biasa dan kadang justru berlawanan
dengan funGsionalisme itu sendiri. Karya terkenalnya
yang lain adalah Baker House (1947), Villa Mairea
(1938-39), Synatsallo Town Hall (1950-1952), dll.
Imatra merupakan salah satu karya terbaik dari
Aalto. Rancangan Aalto untuk gereja ini juga tidak
seperti lazimnya gereja-gereja yang ada. Kombinasi

Gambar 2.13 Eksterior Imatra lengkungan-lengkungan bagian dari kurva dan garis-
Sumber: Microsoft Encarta
garis lurus satu dengan yang lain tidak sejajar seperti
Reference Library
bangunan lainnya, sehingga menghasilkan bentuk
denah yang tidak teratur.
Dinding dari susunan tersebut membentuk
bidang, bidang kontras satu dengan lainnya, pada
ruang dalam dinding dengan denah tak beraturan
tersebut, ke depan dimana terdapat altar semakin
mengecil. Disini dapat dilihat ciri khas post-modern
space dimana kombinasi komponen bangunan, adalam
hal ini dinding, dapat menghasilkan penciptaan serta
pembentukan ruang yang terkomposisi dengan unik.
Ciri Aalto yang sederhana tapi berbeda dengan
bangunan lain juga dapat ditemukan pada bangunan
ini.
Dari sisi eksterior, Imatra sangat terlihat tidak
lazim untuk ukuran sebuah gereja atap-atap
Gambar 2.14 Interior melengkung miring dengan ketinggia yang berbeda
Guggenheims Gallery
Sumber: Microsoft mendominasi point of interest dari bangunan ini. Kalau
Encarta
Reference Library dicermati memang agak aneh dan tidak mendukung
fungsinya sebagai gereja. Tapi, memang itulah ciri dari arsitektur post-modern, dimana
karya arsitektur bukanlah sebagai produk massal.
Yang lainnya adalah desain Guggenheims Gallery Space di New York karya arsitek
terkenal Fank Lloyd Wright. Disini diperlihatkan desain spiral setinggi enam lantai
dimana terdapat skylight berkaca besar diantara tengah-tengah spiral tersebut yang
menyinari setiap karya seni yang dipajang di setiap lantainya.
Dapat dipahami pendesainan bentuk spiral ini merupakan pengekspresian dari
tujuan pembentukan ruang tersebut sebagai galeri seni yang menuntut bentuk ruang
yang dinamis, unik serta yang terpenting juga dapat menonjolkan karya-karya seni
yang dipamerkan di dalamnya.
Terakhir adalah karya Robert Venturi
Architecture Firm, yaitu Venna Venturi House
yang terletak di Pennsylvania. Sebuah
rumah yang mencerminkan sebuah bentuk
yang fungsional dimana nilai keindahan
justru tecipta dari pengekspresian ruang di
dalamnya. Ruang yang menuntut
kesederhanaan dan fungsi semata sehingga
Gambar 2.15 Venna Venturi House
Sumber: Microsoft Encarta menghasilkan bentuk yang simple dan tidak
Reference
Library bertele-tele tetapi tetap memiliki nilai estetika.

E. Tinjauan Kota Yogyakarta


E.1. Keadaan Geografis dan Klimatologis
Kota Yogyakarta secara umum terletak 7 ° 49' 26" - 7 ° 15' 24" Lintang Selatan
dan 110 ° 24' 19" - 110 ° 28' 53" Bujur Timur.
Yogyakarta terdiri dari 14 Kecamatan and 45
Kelurahan dengan luas total area 32.5 km² atau
1.2% dari luas total Provinsi DIY Yogyakarta.
Kotamadya Yogyakarta memiliki ketinggian 25
sampai dengan 200 m diatas permukaan laut
dengan tingkat kemirinagn 0 – 2%.Kontur paling
curam dapat ditemukan pada bantaran kali Code
dan Winongo. Temperatur rata-rata berkisar antara

Gambar 2.16 Peta 26,6 ° C sampai dengan 28,8 ° C sedagkan


Kotamadya Yogyakarta
Sumber: Atlas Yogyakarta, DPU temperatur minimum mencapai 18 ° c dan
DIY
temperatur maksimum dapat mencapai 35 ° C.
Kelembapan udara rata-rata adalah 74% dengan kelambapan minimum 65% dan
kelambapan maksimum 85%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB II
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

Curah hujan bervariasi antar 33mm sampai dengan 496mm. Curah hujan diatas
300mm terjadi pada bulan Januari, Februari dan April. Curah hujan tertinggi yaitu
496mm biasa terjadi pada bulan Februari dan curah hujan terendah berkisar
antara 3mm smpai dengan 24mm terjadi pada bulan Mei sampai Oktober. Curah
hujan tahunan rata-rata adalah 1855mm.
Secara administrasi, Kotamadya Yogyakarta berbatasan dengan Kabupaten
Kulonprogo dan Kabupaten Magelang di sebelah Barat, Kabupaten Klaten di
Sebelah Timur dan Utara serta Kabupaten Bantul di sebelah Selatan.
E.2. Potensi Kota Yogyakarta
Yogyakarta identik sebagai kota dengan identitas seni dan budaya yang kental.
Dengan banyaknya perguruan tinggi yang mengkhususkan studinya di bidang seni
ditambah dengan karakteristik masyarakat Yogyakarta yang kritis tapi mau menerima
perubahan menjadikan kota ini memiliki iklim yang sangat kondusif untuk
berkesenian. Munculnya komunitas-komunitas seni, sanggar, galeri serta museum-
museum seni menandakan pesatnya perkembangan berkesenian di kota ini.
Yogyakarta mempunyai potensi yang cukup besar dalam bidang budaya,
pariwisata dan perdagangan, dan secara umum potensi kota Yogyakarta saat ini
digambarkan sebagai berikut:
a. Sosio Kependudukan
Seiring bertambahnya laju pertumbuhan penduduk akan diikuti juga dengan
pertumbuhan laju ekonomi dan bisnis yang semakin gegas. Dengan demikian akan
pendapatan perkapita akan semakin meningkat.
Yogyakarta sebagai salah satu kota yang paling terkenal di Indonesia mulai menjadi
pusat berbagai macam kegiatan, baik yang berskala lokal, regional, nasional
atau bahkan intenasional tidak terlepas dari hal tersebut. Yogyakarta mempunyai
tingkat laju pertumbuhan penduduk terhitung antara tahun 2000-2005
sebesar 1,87 persen serta pertumbuhan ekonomi dan bisnis sebesar 3,97
persen pada tahun 2006 dan 4,46 persen dari tahun 2007 saja.1
Semakin maju tingkat kehidupan masyarakat, maka mereka semakin menuntut
adanya kelengkapan pada fasilitas untuk memenuhi aktivitas kehidupan sehari-hari,
seperti kebutuhan fasilitas informasi, transportasi, hiburan, rekreasi, dan
sebagainya.

1
Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta, Kota Yo g ya k a rt a
co m m i t t o II‐21
D a la m Angka, 2008
u s e r
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB II
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

b. Sosial dan Budaya


Yogyakarta merupakan kota yang unik dimana peleburan multikultural terjadi secara
aman tanpa adanya gesekan-gesekan sosial yang berarti. Masyarakat yang multi
budaya dan multi ras dapat hidup bedampingan dengan masyarakat asli tanpa
masalah. Masyarakat Yogyakarta yang masih menjunjung tinggi kebudayaan aslinya
dapat menerima pemikiran serta kebudayaan baru yang dibawa pendatang,
sedangkan pendatang dapat mengapresiasi dan menghargai kebudayaan asli
Yogyakarta dengan bijak. Akulturisasi ini yang menyediakan peluang untuk
berkembangnya jenis-jenis kesenian yang baru misalnya seni urban.
c. Sarana dan Prasarana
Sebagian besar penyediaan prasarana dasar kota saat ini belum mampu
menjangkau seluruh wilayah kota. Kebutuhan akan listrik telah cukup mampu
menjangkau seluruh wilayah kota. Saat ini telah dilakukan penambahan
kapasitas dan peningkatan pelayanan dengan bantuan pemerintah dan pihak luar.
Sementara dari segi transportasi, akses menuju beberapa bagian utama kota
sudah dapat dicapai dengan TransJogja.
d. Pariwisata
Yogyakarta sebagai kota seni dan budaya memiliki banyak objek wisata seni
dan wisata budaya yang menarik untuk dikunjungi. Pada hakekatnya, seni budaya
yang asli terdapat di lingkunggan kraton dan daerah disek itarnya. Sebagai bekas
suatu Kerajaan yang besar, maka Yogyakarta memiliki kesenian dan kebudayaan
yang tinggi dan bahkan merupakan pusat sumber seni budaya Jawa. Hal ini
dapat kita lihat dari peninggalan seni-budaya yang dapat kita saksikan pada
monumen- monumen peninggalan sejarah seperti candi-candi, istana Sultan,
tempat-tempat lain yang masih berkaitan dengan kehidupan istana, museum-
museum budaya serta galeri kesenian. Beberapa contoh objek wisata budaya
yang terkenal adalah: Museum Sonobudoyo (merupakan museum budaya yang
lengkap setelah Museum Pusat Jakarta), Museum Sri Sultan HB IX, Museum Kereta
& Kraton. Sedangkan contoh objek wisata kesenian yang menarik dikunjungi antara
lain adalah : Museum Batik Ullen Sentalu, Museum Batik, Museum Affandi, Galeri
Seni Rupa Tembi, Museum Wayang "Kekayon", Rumah Seni Cemeti. Banyaknya
objek wisata di Yogyakarta membawa Yogyakarta menempati peringkat kedua
setelah Bali sebagai kota tujuan wisata, karena hal itu pula pada akhir April 2001
slogan "Jogja Never Ending Asia" ditetapkan sebagai brand image dunia pariwisata.

commit to user II‐22


E.3. Perkembangan Seni Urban di Yogyakarta
Yogyakarta merupakan kota dengan perkembangan seni urban yang paling pesat,
hamper menyamai Bandung dan jelas telah melewati Jakrata yang lebih plural dan
metropolitan. Bila di kota lain penggiat seni urban masih bergerilya dan sembunyi-
sembunyi dalam berkesenian, Yogyakarta selangkah lebih maju dengan adanya
dukungan pemerintah dan apresiasi masayarakat yang positif dalam menyikapi konten
yang terkandung dalam seni urban. Dipelopori oleh komunitas Apotik Komik yang
terbentuk pada tahun 1997 dan memulai aktifitasnya dengan menghadirkan seni
visual pada dinding-dinding kayu di pinggir jalan, komunitas seni urban di Yogyakarta
mulai menunjukan eksistensinya melalui perhelatan-perhelatan seni baik yang
berskala regional maupun internasional hasil kolaborasi dengan seniman urban dunia.
Berikut indikasi pesatnya perkembangan seni urban di Yogyakarta:
a. Munculnya Komunitas-komunitas Seni Urban Baru
Setelah eranya Apotik Komik Yogyakarta tidak kehilangan komunitas-komunitas
seni urban, bahkan komunitas-komunitas baru mulai terbentuk dan aktif
melakukan kegiatan berkesenian sampai sekarang. Berikut beberapa komunitas
seni yang berperan besar dalam perkembangan seni urban Yogyakarta:
 Daging Tumbuh (DGTMB)
Daging Tumbuh (DGTMB) diperkenalkan pertama kali kepada publik sebagai
komik underground. Digagas dan dikembangkan oleh Eko Nugroho. Dengan
konsep melawan arus utama, DGTMB menerapkan sistem kontribusi terbuka.
Siapa saja bisa mengisi dan berekspresi dengan bebas tanpa adanya proses
seleksi atau kurasi. Sebagai media independen, DGTMB dipasarkan melalui
jaringan pasar independent pula.
Hingga kini DGTMB sudah mencapai 12 volume tan telah melibatkan 200
seniman seperti Terra Bajraghosa, Eko Dydit “Codit”, Beng Rahardian, Wedhar
Riyadi, Agung Kurniawan. Eddie Hara dan Mella Jaarsma serta beberapa dari
Singapura, Belanda, Jepang, Swiss, Spanyol dan Malaysia.
 Tumor Ganas
Tumor Ganas adalah singkatan Tuntutan Moral Grafis Nasional yang berdiri pada
tahun 2001. Ini merupakan komunitas seni grafis mahasiswa Institut Seni
Indonesia (ISI) angkatan 2000. Mulanya beranggota 29 orang dan terus
berkurang. Terakhir 15 orang saja yang tetapa konsisten berkesenian dan
membesarkan nama komunitas. Komunitas ini diketuai Haryo T.B. Aktivitasnya
tidak sebatas grafis, tapi juga media lain sperti mural, performance, instalasi dan
music. Beberpa kali Tumor Ganas juga mengadakan workshop, diskusi dan
menjadi mentor di beberapa tempat serta menerbitkan bulletin Seni Grafis
bernama Tumo Ganas Media. Terakhir memasuki tahun 2005, komunitas ini
vakum.
 Performace Factory
Performance Factory didirikan pada 10 November 1998. Komunitas ini
berawal dari proyek pribadi Muhammad Marzuki dengan teman terdekatnya
AG Kus Widananto dan Ugoran Prasad. Sesuai dengan namanya, Performance
Factory adalah kelompok yang memproduksi ide-ide keatif seni pertunjukan.
Kelompok ini tidak pernah membatasi wilayah jelejah keseniannya dalam satu
bidang seni pertunjukan seperti performance art, musik, theater, video art, seni
rupa pubik, multimedia atau yang lainnya. Kelompok ini menjadi semacam
company art project yang kemudian mengorganisir beberapa kegiatan seni.
 Jogja Mural Forum
Didirikan pada tahun 2006 dan merupakan komunitas yang terdiri dari para
pemerhati, seniman maupun anak muda yang tertarik dengan seni mural.
Visi dari Jogja Mural Forum adalah menjadikan mural menjadi sarana pendidikan
seni bagi publik kota. Sarana pendidikan ini tidak hanya terbatas pada teknik
seni visual tapi yang lebih penting bagaimana warga kota dapat menggali
permasalahan di sekitarnya dan mengemasnya menjadi sbuah pesan-pesan
visual yang menarik. Adapun yang prinsip-prinsip yang menjadi dasar bagi
komunitas Jogja Mural form adalah memposisikan seni ruang publik sebagai cara
masyarakat mengeskpresikan gagasannya.
Selain komunitas-komnitas diatas masih banyak komunitas-komunitas seni lain
yang bergerak di ranah seni urban, seperti SSM, komikkukan, YORC, Geber
Modus Operandi dan Garden of the Blind.
b. Semakin Maraknya Acara dan Festival-festival Seni
Untuk dapat menampilkan dan menyajikan seni kepada mesyarakat serta
memberikan kesempatan bagi seniman untuk berdialog kepada masyarakat melalui
karya seninya maka diadakanlah festival seni. Festival seni ini biasanya bersifat
rutin tahunan, selain itu ada pula acara-acara yang bersifat kondisional. Beberapa
festival seni tahunan di Yogyakarta mulai memasuki ranah-ranah urban sebagai isu
kontemporernya. Berikut festival seni rutin yang diadakan di Yogyakarta.
 Biennale Jogja

Biennale Jogja berawal pada tahun 1983 ketika


Taman Budaya Yogyakarta bersama Himpunan
Senirupawan Yogyakarta menggelar pameran seni
rupa bertajuk “Biennale Jogja”. Kala itu istilah
Biennale Jogja belum merujuk nama pagelaan
resmi seperti sekarang. Sejak berlangsung
pameran tersebut, beberapa seniman mulai
mencanangkan agenda rutin untuk aktifitas seni
rupa. Dan pada tahun 1988 digelar Biennale Jogja.
Gambar 2.17 Instalasi Pada Konsep pameran lukisan berlanjut sampai tahun
Biennale
Sumber: biennalejogja.com 1992. Tawaran variatif muncul pada tahun
1994. SEni patung dan instalasi terakomodasi.
Dua
biennale setelahnya dilakukan dengan model nyaris serupa. Pada Biennale Jogja
ke-7, muncul dengan tawaran sebagai pamean seni rupa mutakhir.
Biaenale Jogja merupakan pagelaran periodik yang diselenggarakan Taman
Budaya Yogyakarta. Terhitung dari pertama kali diadakan, kegiatan ini sudah
Sembilan kali deigelar. Agenda dua tahunan tersebut terus mengalami
perkembangan signifikan dari tahun ke tahun.
 Perfomance Art Urban Festival (Perfurbance)
Perfurbance merupakan akronim dari Performance
Art dan Urban, yakni festival tahunan yang diinisiasi
Performance Klub (PK) yang diketuai oleh Iwan
Wijono. PK ialah organisasi yang memfokuskan pada
perkembangan performance art di Indonesia.
Perfurbance sebenanya festifal performance art
yang menyentuh langsung ruang-ruang publik
(masyarakat urban) di Jogja. Performance art bisa
juga disebut new media art , merupakan suatu
media seni yang
Gambar 2.18 Permonce pada muncul dikarenakan media-media seni konvensional
Gelaran Perfurbance
Sumber:perfurbance4. yang ada tidak cukup mampu menampung ide-ide
blogspot.com
baru senimannya. Dengan kata lain, performance art
bisa menjadi media pertemuan hasil integrasi media-media konvensi yang lahir
sebelumnya. Penyelenggaraan festifal performance art di ruang publik Jogja
bermaksud mencoba mendekatkan seni kepada masyarakat.
Perfurbance pertama diselenggrakan pada tahun 2005 dan hingga saat ini
tercatat telah berlangsung empat kali. Pada setiap yahun tema yang diangkat
bervariasi, tergantung dari isu-isu urban terakhir.
 Festival Kesenian Yogyakarta (FKY)
Festival Kesenian Yogyakrta (FKY) adalah festival tahunan yang digelar Dewan
Kesenian Yogyakarta. FKY menampilkan aset kesenian Kabupaten serta
Kotamadya DIY dan Nusantara. Pada perkembangannya, FKY menjelma
mejadi festival bertaraf internasional melalui keterlibatan seniman-seniman
mancanegara.
Konsep FKY awalnya muncul dari perbincangan beberapa seniman Jogja setelah
menyaksikan pesta kesenian di Bali pada awal 1989. Mereka berhasrat
menerapkan pesta kesenian serupa di Jogja. Ide tersebut mendapatkan
tanggapan positif dari Dewan Kesenian Yogyakarta dan Pemerintah Daerah
Provinsi DIY., sebab tahun itu pemerintah juga mencanangkan “Tahun Sadar
Wisata”. Maka pada tahun 1989, untuk pertama kalinya pagelaran Festival
Kesenian Yogyakarta diselenggarakan.
FKY bertujuan memelihara citra Yogyakarta sebagai salah satu pusat kebudayaan
Nusantara, sekaligus menjadi daya tarik wisatawan. FKY juga bemaksud
menggeliatkan sektor ekonomi dan basis ekonomi kota yaitu industri kreatif,
wisata dan pendidikan .
Hingga kini FKY telah digelar sebanyak 21 kali atau berusia 21 tahun. FKY
biasanya diselenggarakan sekitar satu bulan dalam masa libur sekolah,pada
Juni- Juli. Setiap tahunnya FKY tampil dengan ciri dan tema berbeda.
 Jogja Art Fair (JAF)
Jogja Art Fair (JAF) awalnya adalah sebuah perhelatan seni rupa sebagai
bagian dari program Festival Kesenian Yogya (FKY) XX 2008. Tapi pada
penyelenggaraannya yang kedua JAF keluar dari rangkaian acara FKY serta
berdiri independent dan dikelola oleh Heri Pemad Art Management.
JAF digelar dengan harapan bisa menampung dan memperlihatkan berbagai
pencapaian perupa-perupa muda. Secara umum perupa muda biasanya masih
sulit untuk menembus galeri-galeri yang ada di Jogja karena tak banyak galeri
yang mau mengorbit perupa muda. Karya-karya yang ditampilkan dalam JAF
antara lain seni lukis, grafis, kriya, karya tiga dimensi, instalasi, street art,
fotografi, seni video new media art dan lain-lain.
Selain festival-festival yang disebutkan diatas masih banyak lagi festival seni yang
rutin diselenggrakan di Yogyakarta, terhitung ada Beber Seni Jogja, Gelar Seni
Pertunjukan Rakyat ISI Yogyakarta, Festifal Film Dokumenter Yogyakarta dan masih
banyak lain.
Acara-acara dan festival seni--khususnya mengangkat seni urban—yang bersifat
kondisionlal natara lain Kode Pos Art Project yang digagas oleh JMF dengan
melibatkan masyarakat, Mural Masuk Kampung, Revitalisasi Kali Code, Sign Art,
Kampung Sebelah Art Project, Midnight Live Mural Project, Project Homesick, Local
Genius Ortodok dan pada puncaknya adalah degelarnya acara Midnight Live Mural
Project.
c. Dukungan Pemerintah Terhadap Perkembangan Seni Urban
Alasan utama mengapa Yogyakarta
bisa sangat berkembanga dalam
bidang kesenian dibanding daerah lain
adalah dukungan maksimal dari
pemerintah setempat. Pemerintah
setempat sadar akan potensi dan basis
ekonomi Yogyakarta salah satunya
adalah pada kesenian yang
kemudian akan memancing
datangnya
wisatawan. Oleh karena itu pemerintah
Gambar 2.19 Gelaran Kode Pos Art Project Yogyakarta sangat mendukung
Sumber: www.google.com
kegiatan berkesenian di kota tersebUt
dengan menciptakan iklim berkesenian yang kondusif, penyediaan sarana dan
prasarana, perizinan yang lebih permissive tanpa birokrasi yang rumit, pengadaan
festival-festival seni rutin dan masih banyak lagi.
Beberapa dukungan pemerintah Yogyakarta pada seni urban:
 Pemerintah Yogyakarta mendukung penuh event Midnight Live Mural Project 2003
 Lomba mural pada dinding kantor pertanian dan kehewanan kota yogyakarta
tahun 2003 yang didukung walikota Yogyakarta saat itu, H. Herry Zudianto
 Sri Sultan Hamengkubowono X yang hadir dan menutup perhelatan pameran seni
rupa bertajuk “0274 art project”, sebuah gerakan sosial dan kebudayaan yang
tergabung dalam proyek kompilasi proyek seni tanda mata mural dan Kode
Pos Sign Art oleh Jogja Mural Forum (JMF) di wilayah Yogyakarta
 Dalam website resminya, Dinas Pariwisata Yogyakarta secara tertulis dan jelas
mendukung keberadaan mural
d. Banyak Hadir Lembaga Pendidikan yang Memfokuskan pada Bidang Kesenian
Lembaga pendidikan merupakan garda depan bagi perkembangan seni urban di
Yogyakarta. Dari lembaga pendidikan inilah lahir intelektual-intelektual muda di
bidang kesenian yang dengan ide-ide kreatifnya melahirkan bentuk-bentuk
berkesenian yang baru. Tidak jarang mereka menjadi penggagas terbentuknya
komunitas-komunitas seni baru serta juga sebagai penyelenggara festifal-festival
seni. Lembaga Pendidikan juga berperan untuk memberikan edukasi terhadap
masyarakat tentang lahirnya jenis-jenis kesenian baru dan bagaimana cara
mengapresiasikannya.
Terkenal sebagai kota pelajar, Yogyakarta memeiliki banyak lembaga pendidikan
seni baik yang tingkat tinggi maupun menengah. Beberapa lembaga pendidkan seni
tingkat tinggi di Yogyakarta adalah ISI Yogyakarta, Akademi Seni Drama dan Film
Indonesia, Pusat Pengembangan Penataran Guru Kesnian Yogyakata, Akademi Seni
Rupa dan Desan MSD, Sekolah Tinggi Senidan Desain Visi Indonesia dan masih
banyak lagi. Untuk tingkat menengah, beberapa sekolah kejuruan mulai
memasukan bidang seni dalam kurikulumnya. Sekolah-sekolah tersebut antara lain
adalah SMK Negeri 5 Yogyakarta, SMK Negeri 3 Bantul, SMK Negeri 1 Kalasan, SMK
Negeri 2 Sewon dan masih bayak lagi.

E.4. Rencana Pemanfaatan Ruang Kota Yogyakarta


Menurut Keputusan Walikota Yogyakarta
nomor 20 tahun 2002 tentang “penjabaran
status kawasan, pemanfaatan lahan dan
intensitas pemanfaatan ruang yang berkaitan
dengan perda no 6 th 1994 tentang RUTRK
kota Yogyakarta” menjelaskan bahwa kota
Yogyakarta terbagi menjadi 6 subdistrik yaitu :
A.Kawasan Malioboro
B. Kawasan Jl.Magelang
C. Kawasan Jl.Solo
D. Kawasan Kotagede
Gambar 2.20 Peta Pembagian
Kawasan Kotamadya Yogyakarta E. Kawasan Tumbuh Cepat Umbulharjo
Sumber: Atlas Yogyakarta, Dinas
Pekerjaan Umum DIY F. Kawasan Jl.Bantul
Dalam pembagian wilayahnya, kota Yogyakarta juga dibagi menjadi tiga kawasan
yaitu :
 Kawasan lindung, merupakan kawasan konservasi yang tidak dapat diganggu gugat
kecuali dengan kebijakan khusus yang mendetail. Kawasan ini meliputi wilayah
keraton, wilayah pemerintah dan perdagangan di Jl.Malioboro dan Ahmad Yani, dan
kawasan tugu.
 Kawasan penyangga, adalah kawasan dengan status agak bebas. Kebijakan kota
Yogyakarta menyangkut kawasan ini meliputi tata guna lahan, koefisien lantai
bangunan, dan koefisien daar bangunan ynag ketat dan mengikat. Kawasan ini
meliputi kawasan disekitar kawasan lindung dan wilayah di jalur utama pergerakan
kota. Kawasan ini benyak diperuntukkan untuk bangunan-bangunan umum.
 Kawasan bebas, adalah kawasan diluar kawasan lindung dan kawasan
penyangga, terutama diperuntukkan bagi permukiman, perdagangan dan
fasilitas kegiatan lingkungan.

Gambar 2.21 Peta Rencana Pemanfaatan Lahan


Kotamadya Yogyakarta
Sumber: Pemda Kotamadya Yogyakarta

F. Studi Kasus GalerI Seni F.1. Selasar Sunaryo Art Space, Bandung
Selasar Sunaryo Art Space
merupakan lembaga nirlaba yang bergerak
secara khusus di bidang pengembangan
dan pengkajian seni rupa modern dan
kontemporer sebagai dukungan terhadap
praktek kebudayaan di Indonesia secara
Gambar 2.22 Entrance Selasar Sunaryo
Sumber: www.selasarsunaryo.com lebih luas. Selasar Sunaryo Art Space
secara berkala menyelenggarakan
kegiatan berupa pameran seni rupa,
pementasan seni pertunjukan, pembacaan
puisi, pemutaran film yang diikuti diskusi, seminar ataupun sarasehan yang bertujuan
untuk mengkaji dan melihat relevansi seni rupa dengan persoalan-persoalan
kebudayaan secara luas. Selasar Sunaryo Art Space juga menyelenggarakan
program edukasi publik berupa panduan tur dan program anak-anak.
Letak Selasar Sunaryo yang berada
di kawasan perbukitan sangat
menentukan pola peletakan fungsi massa
bangunan yang mengisi ruang seluas
5000m2 dengan tingkat kemiringan
sekitar 20-40%. Maka dalam
perancangannya dilakukan pemisahan
massa bangunan berdasarkan
pengelompokan fungsi aktifitas. Berikut
Gambar 2.23 Interior Selasar Sunaryo
Sumber: www.selasarsunaryo.com pengelompokan massa bangunan di
Selasar Sunaryo berdasarkan fungsinya :
a. Fungsi Bangunan Utama, dengan dimensi sekitar 8,4x22 m2 yang terdiri atas tiga
lantai yang berbeda dengan split level yang memanfaatkan pola kontur eksisting.
b. Fungsi Bangunan Penunjang, yang terdiri atas dua lantai yang berbeda dengan
split level.
c. Ruang Amphiteater terbuka berbentuk setengah lingkaran dengan diameter sekitar
20m dari lingkar luar amphiteater dan 10m dari lingkar luar panggung.
Konsep sirkulasi cenderung menggunakan pola linier yang mengusung pola
ruang yang menerus. Citra bangunan menampilkan image ‘modern abstrak’ yang
menjadi ekspresi karya-karya seni kontemporer dari Sunaryo. Tampilan interior tidak
menonjol dan cenderung netral untuk lebih menonjolkan karya-karya seni yang
dipamerkan di dalamnya.
Sebagian besar koleksi Selasar Sunaryo Art Space terdiri dari karya-karya patung,
lukisan, instalasi, drawing dan cetakan grafis dari Sunaryo sebagai koleksi utama yang
dipamerkan secara permanen. Di samping itu Selasar juga memiliki koleksi permanen
terpilih yang didapatkan dari donasi dan pinjaman, antara lain: A. Sadali, Haryadi
Suadi, Umi Dachlan, Srihadi, G. Sidharta, Rita Widagdo, T. Sutanto, Gordon Walters
dan lain- lain.

F.2. Rumah Seni Cemeti, Yogyakarta


Rumah Seni Cemeti/Cemeti Art House terletak di . D.I. Panjaitan no.41
Yogyakarta. Galeri seni kontemporer ini dikelola oleh Yayasan Seni Cemeti yang aktif
mengadakan berbagai pameran seni kontemporer yang diadakan secara periodic.
Rumah Seni Cemeti sejak 1988 telah secara aktif memamerkan dan
mengkomunikasikan karya dari seniman-seniman kontemporer baik dari Indonesia
maupun dari mancanegara. Setiap tahun diselenggarakan paling sedikit sebelas proyek

Gambar 2.24 Aksonometri Rumah Seni Cemeti


Sumber: Allembina Construction Intelligence

pameran. Baik pameran tunggal, pameran kelompok, seni pertunjukkan, site specific
maupun happening art, diskusi, presentasi slide serta perbincangan seniman.
Bangunan Rumah Seni Cemeti ini bergaya arsitektur vernakular. Hal ini
terlihat pada ruang lobby penerima yang bergaya joglo yang mencirikan bangunan
tradisional jawa. Dari ruang penerima ini pengunjung digiring menuju ke ruang pamer
melewati sebuah ruang selasar dengan salah satu sisi yang terbuka. Terdapat
sebuah tanman hijau kecil berukuran kurang lebih 25 m2 pada sebelah sisi yang
terbuka pada selasar. Di sisi sebelah kanan terdapat ruang penunjang berupa
lavatory dan pantry serta stockroom. Terdapat ceruk dinding yang berisi display
buku dokumentasi
seniman dan kegiatan yang dilakukan oleh Rumah Seni Cemeti yang berada di sisi
kanan dan kiri pitu stockroom.
Ruang Pamer berukuran 105 m2 dengan konsep ruang yang semi terbuka yang
salah satunya menghadap selasar yang menghubungkannya ke ruang lobby penerima.
Ruang pamer dilengkapi dengan sistem
pencahayaan alami dari bukaan atap dan
sistem pencahayaan artifisial dari lampu sorot.
Selain itu juga terdapat suplay listrik dari stop-
kontak untuk suplay listrik karya seni instalasi

Gambar 2.25 Interior Rumah Seni Cemeti yang memputuhkan listrik sebagai energi
Sumber: www.Alambina.net
penggerak mekanik atau pada kasusu video
art. Finishing dinding ruang pamer menggunakan warna putih netral tanpa
ormnamentasi. Plafond dibiarkan tanpa finishing untuk pencahayaan alami yang
merata pada seluruh ruang pamer. Sedangkan finishing lantai dari ubin dengan warna
krem merata dari ruang penerima hingga ruang pamer.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB III
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Banguan
Kontemporer

[BAB III] GALERI SENI URBAN YOGYAKARTA YANG DIRENCANAKAN

A. Pengertian
Galeri seni yang menjadi wadah bagi seluruh elemen masyarakat Yogyakarta pada
khususnya untuk dapat mengekspresikan semangat urbannya malalui karya seni juga
sebagai ruang publik alternatif dengan kekhasan pada pencitraan bentuk bangunan
kontemporer

B. Tujuan
Sebagai wadah untuk dapat berkesenian secara bebas serta memberikan edukasi
di bidang seni bagi masyarakat kota Yogyakarta. Selain itu juga menjadi ruang
alternatif yang bersifat publik dimana memberikan peluang terjadinya dialog-dialog
dan interaksi yang positif diantara msyarakat kota Yogyakarta

C. Fungsi, Motivasi dan Peranan Galeri Seni Urban


1. Fungsi
Fungsi Galeri Seni Urban yaitu sebagai wadah dan ruang bagi masyarakat,
khususnya masyarakat urban, untuk untuk dapat mengekspresikan semangat
urbannya malalui karya seni baik secara visual maupun seni pertunjukan juga sebagai
ruang publik alternatif sehingga dapat menjadi media komunikasi seni bagi para
seniman melaui karya seninya serta mampu menjembatani hubungan dan memotong
jarak antar seniman dengan karyanya, maupun antara seniman dan masyarakat.
2. Motivasi
 Dari segi kebijaksanaan pemerintah
Adanya program pemerintah dalam pelestarian dan pengembangan dunia seni,
serta semakin berkembangnya hubungan pertukaran informasi dan pengaruh
budaya internasional.
 Dari segi pengamatan masyarakat
Terciptanya ruang publik alternatif dan komunitas baru bagi masyarakat dalam
kaitannya dengan dunia seni urban, dimana masyarakat dapat
mengekspresikan ekspresi estetisnya melaui seni dan belajar mengapresiasi
karya seni dengan benar.
 Dari segi seniman dan komunitas seni
Kebutuhan bagi adanya media penyaluran pengembangan kreatifitas seniman
yang. Serta kebutuhan akan adanya media komunikasi dengan masyarakat,
commit to user

III-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB III
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Banguan
Kontemporer

dengan tujuan untuk mendapatkan apresiasi dan hubungan langsung dengan


masyarakat.
 Dari segi pemeliharaan dan pengembangan dunia seni
Memberi kemudahan bagi lembaga pemerintah dalam memantau
perkembangan seni khususnya di Yogyakarta. Adanya kebutuhan untuk
penyebarluasan kegiatan seni di ruang publik dan kerjasama dengan lembaga-
lembaga lain secara luas, mass media, organisasi sosial, dan bahkan institusi
internasional.
3. Peranan
 Sebagai wadah bagi masyarakat untuk mengekspresikan eksprsi estetisnya
melalui seni urban
 Sebagai ruang publik alternatif bagi dunia seni dan tempat rekreasi alternatif
bagi masyarakat
 Sebagai media komunikasi komunitas seni
 Memangkas jarak antar sesama seniman dari seni urban dengan karyanya, serta
antara seniman dengan masyarakat
 Sebagai sumber informasi dan pendidikan serta penelitian dunia seni
 Sebagai alat/media edukasi kepada masyarakat mengenai seni urban dan
seni baru lainnya

D. Lingkup Pelayanan
Galeri Seni Urban merupakan wadah pengembangan dan penelitian terhadap
perkembangan seni urban secara luas, yang berbentuk ruang publik dan membuka
kesempatan-kesempatan untuk adanya komunikasi dan pertukaran pengetahuan
diantara komunitas seni dan masyarakat. Sebagai hasilnya merupakan konsumsi bagi
masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya pada khususnya dan masyarakat Indonesia
pada umumnya. Galeri Seni Urban mempunyai skala pelayanan pada lingkup regional
dan nasional, serta tidak menutup kemungkinan untuk adanya hubungan pertukaran
informasi dan pengetahuan dengan dunia internasional.

E. Status Kelembagaan
Merupakan lembaga swasta independent yang pengelolaan organisasinya dilakukan
oleh kalangan seniman dan pewakilan warga masyarakat

commit to user

III-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB III
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Banguan
Kontemporer

F. Pengelola Galeri Seni Urban


Untuk kelancaran sistem pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan dalam Ruang Seni
Kontemporer, maka struktur organisasi dari wadah ini dibentuk sedemikian rupa:

Dewan Pertimbangan Kuratorial

Direktur

Manajer Administrasi dan Keuangan


Wakil Direktur

Manajer Program Manajer Informasi dan Penelitian Manajer Keamanan dan Perawatan

Kurator PelaksanaKoordinator
Harian Commercial
Dokumentasi
Area dan Kepustakaan
Litbang Teknologi Informasi
Front Desk Officer Koor. Koor. Keamanan
Perawatan & Rmh Tangga

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Galeri Seni Uban


Sumber : Analisa Pribadi

G. Kegiatan yang Diwadahi


Jenis kegiatan yang akan diwadahi pada Galeri Seni Urban yang direncanakan
berdasarkan jenis kegiatan utama terdiri atas:
1. Kegiatan Pengembangan, yang kemudian dibagi menjadi:
 Kegiatan Informasi, yaitu kegiatan pemberian dan pertukaran informasi yang
berhubungan dengan seni urban dan seni pupuler lainnya.
 Kegiatan Pertunjukan dan Pemutaran Film, yaitu kegiatan pertunjukan seni
dan pemutaran film yang berkaitan dengan isu kontemporer perkotaan baik
dokumenter maupun fiksi dan lingkupnya. Kegiatan ini dapat diadakan baik untuk
untuk umum maupun untuk pengunjung terbatas.
 Kegiatan Pameran, yaitu kegiatan pameran karya-karya seni urban dan seni
pupuler lainnya. Yang menjadi objek pameran merupakan hasil karya seni rupa
visual.
 Kegiatan pertunjukan, yaitu kegiatan pertunjukan performance art dari seni urban,
dapat dilakukan di dalam maupun di luar ruangan

commit to user

III-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB III
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Banguan
Kontemporer

 Kegiatan penciptaan karya seni, yaitu kegiatan penciptaan suatu karya seni. Sesui
karakteristik seni urban, kegiatan ini dimulai dari diskusi dan brainstoming,
eksplorasi content dan eksekusi.
 Kegiatan Diskusi Umum/Terbuka, yaitu kegiatan diskusi umum terkait dengan
seni urban dan isu kontemporer yang sedang berkembang. Kegiatan ini dapat
diikuti oleh seniman, pengamat dan masyarakat umum. Termasuk dalam diskusi
ini yaitu kegiatan peluncuran buku, pembicaraan seputar seniman kontemporer
dan karyanya, pemutaran film, dan lain sebagainya.
2. Kegiatan Studio Workshop, yang bertujuan untuk pelatihan dan sarana bagi
seniman untuk secara langsung memperkenalkan kepada masyarakat proses
penciptaan karya seni urban, sehingga masyarakat umum dapat lebih memahami
jenis dan kegiatan seni urban. Kegiatan ini berbentuk sebagai kegiatan
pelatihan terbuka, untuk umum dan bersifat non-formal yang diadakan dengan
jadwal khusus yang dapat diikuti oleh peserta dan pengunjung yang berminat.
3. Kegiatan Pengelolaan, yaitu kegiatan administrasi yang meliputi tata usaha,
keuangan, personalia, pemeliharaan bangunan dan kawasan, keamanan, serta
kegiatan koordinasi.
4. Kegiatan Penunjang, dibagi atas:
 Kegiatan Komersiil/Commercial Activity, yaitu kegiatan yang bersifat komersial
namun tidak berhubungan langsung dengan kegiatan jual beli karya seni.
Kegiatan ini difasilitasi oleh toko cinderamata, restauran dan coffe shop serta toko
perlengakapan seni..
 Kegiatan Pelayanan dan Servis

H. Pameran dan Koleksi


Pada umumnya lingkupan seni urban sangat luas, dengan berbagai macam bentuk
bidang yang dibedakan menurut media, material dan bentuk hasil karyanya. Secar
umum dibagi mejadi seni pertnjukan yang dipentaskan dan seni rupa yang di
pamerkan. Macam seni urban yang akan diwadahi diantaranya yaitu:
1. Kelompok seni pertunjukan (performing arts), yaitu:
 Seni tari
 Seni suara atau seni musik
 Seni theater/drama
 Seni sastra
 Performance art

commit to user

III-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB III
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Banguan
Kontemporer

Seni pertunjukan tersebut akan dapat dipentaskan baik secara outdoor


maupun indoor
2. Kelompok seni rupa (visual arts), yaitu:
 Seni rupa dua dimensi (mural, graffiti, grafik, fotografi, film)
 Seni rupa tiga dimensi (urban toys, patung, instalasi, pahat, ukir)
Sama halnya dngan seni pertunjukan, seni rupa tersebut juga akan dapat
dipamerkan baik secara outdoor maupun indoor

I. Pelaku Kegiatan Galeri Seni Urban


1. Pengunjung umum (masyarakat)
Kelompok ini merupakan pengunjung yang paling mendominasi. Motivasi kelompok
ini biasanya mempunyai dua arah yaitu umum (general) dan detail. Kerangka pameran
yang jelas dan didukung oleh tata pameran yang mendetail akan sangat
membantu mereka. Da juga yang memiliki motivasi untuk berekreasi dan
memanfaatkan liburan dengan aktivitas yang dapat merangsang kreativitas Dari
jumlahnya, kelompok ini dapat terdiri dari perorangan maupun rombongan.
Penerangan untuk rombongan sangat dibutuhkan untuk mempercepat proses
komunikasi antara pengunjung dan benda koleksi. Untuk memenuhi minat mereka,
bantuan perpustakaan yang berhubungan dengan tema pameran benda koleksi
sangat diperlukan.
2. Peneliti
Yang tergolong dalam hal ini adalah peneliti ilmiah, dan atau untuk hal-hal yang
langsung terpakai dalam kehidupan sehari-hari. Keterangan-keterangan detail
dan tepat sangat dibutuhkan oleh mereka. Biasanya kelompok ini terdiri dari
perorangan, kecuali bila sedang ada seminar yang menyangkut benda koleksi/
pameran museum. Perpustakaan merupakan syarat mutlak bagi mereka.
3. Seniman
Merupakan tulang punggung dari kelangsungan kegiatan dari galeri seni urban ini.
Seniman berkesenian dan menciptakan suatu karya seni yang dapat berkomunikasi
dengan masyarakat sehingga menarik pengunjung yang merupakan warga masyaakat
tertarik untuk masuk dan ikut berkegiatn di galeri seni urban ini.
Kelompok ini biasanya sangat memperhatikan detail yang dipamerkan, sehingga
penerangan sangat diperlukan. Biasanya cenderung berminat terhadap pameran yang
berhubungan dengan budaya Surakarta dan pameran kontemporer yang
diselenggarakan oleh seniman lainnya.

commit to user

III-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB III
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Banguan
Kontemporer

4. Kurator
Bertanggung jawab akan segala macam kgiatan yang berlangsug di dalam galeri
seni urban. Terdiri dari para oang-orang yang memiliki pengetahuan lebih di bidang
seni dan bertugas mmberikan informasi bagi pegunjung, menilai dan menganalisa
suatu karya seni, menentukan metode penyimpanan dan pameran karya seni serta
mengatur dan mengoganisir acara-acara yang diadakan di galeri seni urban’
5. Pengelola
Bertugas mengelola manjemen dari organisasi galeri seni urban, terdiri dari:
 Direktur dibantu dangan Wakil Direktur
Bertanggung jawab penuh atas segala kegiatan yang berjalan galeri seni urban
 Sekretaris membantu tugas dan tanggung jawab yang dijalankan oleh Direktur
dan Wakil Direktur
 Manajer administrasi an keuangan
 Manajer program yang terdiri dari kurator pelaksana harian dan coordinator
commercial area
 Manajer informasi dan penelitian yang tediri dari dokumentasi dan kepustakaan,
front desk officer dan litbang teknologi dan informasi’
 Manajer keamanan dan perawatan yang terdiri dari koodinator perawatan
dan rumah tangga serta koordiantor keamanan.

commit to user

III-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

[BAB IV] PROSES PENENTUAN KONSEP PERENCANAAN DAN


PERANCANGAN
GALERI SENI URBAN YOGYAKARTA DENGAN PENEKANAN PADA PENCITRAAN
BENTUK BANGUNAN KONTEMPORER

A. Analisa Makro
A.1.Proses Penentuan Pemilihan Lokasi
Analisa bertujuan untuk mendapatkan lokasi dan site perencanaan di dalam
wilayah kota Yogyakarta yang sesuai untuk perencanaan dan perancangan Galeri Seni
Urban yang direncanakan serta mampu mendukung fungsi bangunan tersebut.
Kriteria pemilihan lokasi:
 Area bebas banjir, berada dalam area pengembangan pariwisata seni dan
budaya serta bukan dalam lingkup area kawasan industri.
 Dilalui oleh jalur utama transportasi kota, sehingga terdapat kemudahan
akses baik dari dalam kota maupun dari luar kota Yogyakarta.
 Berada pada distrik fasilitas seni dan budaya
 Lokasi mudah dikenal dan diingat masyarakat.
 Mudah ditemukan dan mempunyai kekhasan tersendiri sebagai kawasan seni
dan budaya.
Analisa:
Dari dasar pertimbangan di atas, diambil dua alternatif dan dilakukan
pengamatan terhadap kawasan terpilih. Tiga alternatif kawasan adalah Jl. Adi
Sucipto, Jl. Urip Sumoharjo dan Jl. Pangeran Mangkubumi.
Tabel 4.1 Analisa Pemilihan Lokasi
Kesesuaian Aksesibilitas Nilai Ekspos Ketersediaan Kekhasan
Lokasi
Peruntukan Transportasi Bangunan Infrastruktur Daerah
Jl. Adi Sucipto Berada pada Dilewati Tidak terlalu Listrik, air dan Hanya
distrik angkutan tinggi drainase merupakan
perdagangan kota Trans dikarenakan tersedia jalur
Jogja dan tidak adanya tetapi tidak transporatsi
bis-bis dari objek penarik ada fasilitas utama natar
dank ke arah di sekitar budaya yag Jogja dan
Solo lokasi mendukung Solo

Gambar 4.1 Alternatif Lokasi


Sumber: Analisa Pribadi
Jl. Urip Berada pada Dilewati Agak tinggi Listrik, air dan Memiliki
commit to user

IV-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

Sumoharjo distrik angkutan dikarenakan drainase kekhasan


perdagangan kota Trans meruupakan tersedia sebgai
Jogja dan daerah tetapi tidak daerah
bis-bis dalam berkembang ada fasilitas perdagangan
kota dengan budaya yag dan wisata
banyaknya mendukung yang akan
objek khas. berkembang
dengan point-
point
keramaian
yang terus
bertambah
Jl. Pangeran Berada pada Dilewati Tinggi Listrik, air dan Iconic bagi
Mangkubumi distrik wisata angkutan dikarenakan drainase warga Yogya
dan budaya kota Trans dekat tersedia dikarenakan
Jogja dan dengan dengan dekat dengan
bis-bis dalam daeah banyaknya
kota serta Malioboro sasilitas
dekat yang sangat wisata
dengan terkenal budaya di
stasiun Tugu sekitar loaksi
Sumber: Analisa Pibadi

Lokasi yang dipilih yaitu kawasan Jl. Pangeran Magkubumi. Kawasan ini terletak
di antara jalur wisata Malioboro, Keraton Yogyakarta, Taman Pintar Yogyakarta
dan sekitar Tugu, dekat dengan Stasiun Tugu sebagai noda transportasi bagi
pengunjung dari luar kota, dilewati trayek Bus Trans Jogja sebagai alternative
utama transportasi dalam kotadan merupakan daerah pengembangan pariwisata
seni dan budaya.

A.2.Proses Penentuan Pemilihan Tapak


Kriteria pemilihan tapak
 Berada pada peruntukan lahan (Land-use) yang sesuai, yaitu pada peruntukan
fasilitas umum
 Dilalui oleh jalur arteri sebagai akses utama memasuki kawasan
Malioboro, dan terdapat pedestrian
 Dikelilingi oleh kegiatan pendukung (activity support) yang mampu mendorong
adanya kegiatan
publik. commit to user

IV-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

 Ketersediaan lahan dan kemungkinan pengembangannya


Maka atas dasar filtering di atas ditentukan tapak yang terpilih adalah lahan
terbuka yang terletak pada jalan arteri utama Jl. Pangeran Mangkubumi, yang
merupakan bagian dari daerah simpul fasilitas umum terkemuka yang
berhubungan dengan kegiatan seni dan pendukungnya.

Site merupakan lahan dengan luasan ± 12.000 m2, dengan batas-batas sebagai
berikut:
 Utara : Pertokoan
 Timur : Pemukiman penduduk dengan ketinggian 2 lantai
 Selatan: Gedung Kedaung Yogyakarta.
 Barat : Jl. Pangeran Mangkubumi

Gambar 4.2 Site Terpilih


Sumber: Analisa Pribadi
Site memiliki kontur relatif datar, dengan kondisi sekitarnya berupa bangunan
dengan ketinggian satu hingga dua lantai. Suasana di sekitar site relatif
ramai dikarenakan merupakan distrik perdagangan dan pariwisata. Tetapi hal
tersebut merupakan potensi dalam pembentukan sifat ruang publik dari Galeri
Seni Urban yang direncanakan. Building Coverage disekitar kawasan adalah
sekitar 50% - 75%. Dengan luas 12.000 m2, maka luas area yang akan terbangun
sekitar 6000 m2 – 9000 m2, dengan ketinggian 2-3 lantai dengan tinggi
bangunan maksimal 32 m sesuai dengan peraturan.

B. Analisa Mikro
B.1. Analisa Pola Kegiatan
Pola pelaku kegiatan merupakan bentuk-bentuk kegiatan yang terjadi pada Gleri
Seni Urban Yogyakarta, terdiri dari kegiatan yang dilakukan oleh pengunjung, urator,
seniman dan pengelola.
Pada umumnya pola kegiatan seniman tidak dapat ditentukan secara pasti
dikarenakan karakteristik dari seniman dan seni itu sendiri yang tidak terbtas oleh
waktu dan ruang gerak. Oleh karena itu pola kegiatan ditentukan sebebas mengkin
tapi tetap dengan batasan sesuai dengan jenis kegiatan yang dilakukan.

 Pola kegiatan seniman pada kegiatan pengembangan (pameran dan


pertunjukan)
commit to user

IV-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

Pola kegiatan kurator pameran

 Pola kegiatan pengunjung pertunjukan dan pemutaran film

 Pola kegiatan pengunjung pameran

commit to user

IV-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

Pola kegiatan peserta diskusi

Pola kegiatan peserta studio workshop

 Pola kegiatan seniman dan kurator studio workshop

commit to user

IV-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

 Pola kegiatan pengelola

Gambar 4.3 Pola Kegiatan Galeri Seni Urban


Sumber: Analisa Pribadi

B.2. Analisa Peruangan


B.2.1. Analisa Kebutuhan Ruang
Analisa kebutuhan ruang didasarkan pada kegiatan yang diwadahi
dan macam pelaku kegiatan. Dengan mempelajari pelaku kegiatan, jenis
kegiatan dan macam kegiatan yang telah ditetapkan pada Galei Seni Urban
Yogyakarta, dapat ditentukan kebutuhan ruang yang perlu disediakan menurut
klasifikasi kegiatan berdasarkan jenis kegiatan, kelompok kegiatan dan sub
kelompok kegiatan yang terdiri dari:

Tabel 4.2 Penentuan Kelompok Kegiatan dan Pelaku Kegiatan


Kelompok Kegiatan Sub kelompok Kegiatan Pelaku Kegiatan
Kegiatan pengembangan Kegiatan Pameran Pengunjung
Kegiatan Pertunjukan dan Seniman
Pemutaran Film Kurator
Kegiatan Penciptaan Karya
Seni
Kegiatan Diskusi
Umum/Terbuka
commit to user

IV-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

Kegiatan Studio Workshop


Kegiatan Pendukung Kegiatan Komersil Pengunjung
Pengelola
Kegiatan Penunjang Perpustakaan Pengunjang
Pengelola
Kegiatan Pengelolaan Pengelola
Sumber: Analisa Pribadi

Berdasarkan pelaku dan kelompok kegiatan, maka dapat ditentukan


kebutuhan ruang sebagai berikut:

Tabel 4.3 Penentuan Kebutuhan Ruang Berdasarkan Analisa Kegiatan

Kelompok Macam Kegiatan Pelaku Kebutuhan Ruang


Kegiatan Kegiatan
1 2 3 4
A. Kegiatan - parkir Pengunjung - area parkir
Pengembang - menitipkan barang bawaan - penitipan barang
an - bertanya - front desk
1. Kegiatan - menonton pameran - r. pameran
Pameran - metabolisme - lavatory
- parkir Kurator - area parkir
- memeriksa dokumen/objek pamer - kantor kuratorial
- memandu dan memberi informasi - r. pameran
- metabolisme - lavatory
- ibadah - musholla
- parkir Pengelola - area parkir
- memeriksa dokumen/objek pamer - kantor pengelola
- menurunkan/memuat barang - Kntor kuratorial
- mengelola kegiatan pameran - loading dock
- metabolisme - r. pameran
- ibadah - lavatory
- musholla
2. Kegiatan - parkir Pengunjung - area parkir
Pertunjukan - bertanya - front desk
dan - mendaftar/membeli tiket - amphiteater terbuka
Pemutaran - menonton pertunjukan pementasan seni - r. audio visual
Film - menonton pemutaran film - lavatory
- diskusi dan evaluasi
- metabolisme
- parkir Pementas/Kru - area parkir
- mempersiapkan pertunjukan/ pemutaran film Film/ seniman - r. persiapan
- briefing - amphiteater terbuka
- pertunjukan pementasan seni - r. audio visual
- pemutaran film - gudang
- diskusi dan evaluasi - lavatory
- menyimpan peralatan - r. mekanikal audiovisual
- metabolisme
3. Kegiatan - parkir Seniman - area parkir
Penciptaan - brainstorming dan berdiskusi - perpustakaan
Karya - penelusuran referensi - r. pameran
Seni(Berkese - persiapan alat - taman/amphiteater
nian) - eksekusi penciptaan karya seni - gudang alat
- diskusi dan evaluasi - lavatory
- metabolisme
4. Kegiatan a. Diskusi Bebas Pengunjung. - area parkir
Diskusi - parkir Seniman, - front desk
Umum/ - bertanya dan mendaftar kurator - amphiteater terbuka
Terbuka - berkumpul, berdiskusi dan bertukar informasi - r. serbaguna
- metabolisme - lavatory
-b. parkir
Peluncuran Buku, Musik dan Film Pengunjung. - area parkir
commit to S e niman,
- front desk
us e r

IV-7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

- bertanya dan mendaftar kurator - r. persiapan


- persiapan presentasi peluncuran - taman/amphiteater terbuka
- presentasi peluncuran - r. serbaguna
- berkumpul, berdiskusi dan bertukar informasi - lavatory
- metabolisme
c. Seminar Pengunjung. - area parkir
- parkir Seniman, - front desk
- bertanya dan mendaftar kurator - r. persiapan
- persiapan seminar - r. serbaguna
- kegiatan seminar - lavatory
- berkumpul, berdiskusi dan bertukar informasi - taman/amphiteater terbuka
- metabolisme
5. Kegiatan - parkir Seniman dan - area parkir
Studio - persiapan studio workshop kurator - kantor kuratorial
Workshop - mengajar teori seni kontemporer - r. studio workshop
- mengajar praktek seni kontemporer - r. pameran
- menyimpan alat - taman/amphiteater terbuka
- metabolisme - gudang alat
- ibadah - locker
- lavatory
- musholla
- parkir Pengunjung/ - area parkir
- mendaftar peserta studio - front desk
- persiapan studio workshop workshop - r. persiapan
- menitipkan barang bawaan - r. locker
- mengikuti kelas teori - r. studio workshop
- mengikuti pelatihan praktek seni kontemporer - r. pameran
- diskusi dan evaluasi - taman/amphitear
- menyimpan alat - gudang
- metabolisme - lavatory
B. Kegiatan a. Art Shop Pengunjung - area parkir
pendukung - parkir - retail shop
(Komersiil) - bertanya dan melihat-lihat koleksi - kasir
- membeli koleksi - lavatory
- metabolisme
- parkir Pengelola/ staff - area parkir
- mempersiapkan koleksi art shop - retail shop
- menerima dan menurunkan barang - loading dock
- menyimpan barang - retail shop dan kasir
- melayani pembeli - lavatory
- metabolisme - musholla
- ibadah
b. restaurant/Coffee Shop Pengunjung. - area parkir
- parkir Seniman - bar
- memesan minuman dan makanan - area duduk
- menikmati pesanan - kasir
- berkumpul, berdiskusi dan bertukar informasi - lavatory
- membayar pesanan
- metabolisme
- parkir Pengelola/ staff - area parkir
- menyimpan barang pribadi restaurant - locker karyawan
- mempersiapkan bahan minuman dan makanan - gudang
- melayani pengunjung - dapur dan bar
- mengelola restaurant/coffee shop - area duduk
- metabolisme - lavatory karyawan
- ibadah - musholla
C. Kegiatan Perpustakaan Pengunjung - r. katalog
Penunjang - Parkir - area parkir
- Bertanya dan mendaftar - counter penerima
- Menitipkan barang - r. penitipan barang
- Mencari literatur/ koleksi khusus - r. koleksi
- Membaca literatur - r. baca
- Mempelajari koleksi - R. internet
- Memanfaatkan fasilitas internet - R. diskusi
- Diskusi - lavatory
- Metabolisme
- parkir Pengelola - area parkir
- menyimpan barang pribadi - locker
- mempersiapkan dokumen - kantor
- melayani pengunjung - counter penerima
- mengelola r. perpustakaan - r. koleksi
- mendata dan menyimpan koleksi - lavatory
- metabolisme - musholla

commit to user

IV-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

- ibadah
D. Kegiatan - parkir - area parkir pengelola
Pengelolaan - aktivitas direktur - r. direktur utama
- keg. Wakil direktur - r. tamu
- keg. Administrasi dan keuangan - r. wakil direktur
- keg. manajemen program - r. sekretaris
- keg. manajemen bagian informasi dan penelitian - r. manajer administrasi keu.
- keg. manajemen keamanan dan perawatan - r. staf administrasi keu.
- komputerisasi data/arsip - r. manajer program
- rapat - r. manajerinfo dan penelitian
- ibadah - r. staf dokumentasi dan
- metabolisme kepustakaan
- keg. penerimaan - r. litbang tek. informasi
- keg. perawatan bangunan - r. manajer keamanan dan
- keg. pengoperasian utilitas ba-ngunan perawatan
- keg. Pengamanan - r. koor. dan staff keamanan
- penyediaan fasilitas makan/ minum - r. koor. dan staff perawatan
dan rmh tangga
- r. arsip
- r. rapat
- dapur/pantry
- musholla
- lavatory
- gudang alat kebersihan
- r. genset
- r. trafo
- r. panel listrik
- r. mesin AC
- r. pompa
- tangki air
- gudang
- r. satpam/pos jaga

Sumber: Analisa
Sumber: Analisa Pribadi
Pribadi

B.2.2.Analisa Besaran Ruang


Dasar pertimbangan/acuan dalam penentuan besaran ruang yaitu:
i) Perhitungan standard (literatur)
- Architects data, Ernerst Neufert (NAD)
- Time Saver Standart for Building Type, Joseph de Chiara & John Callender
- Building, Planning and Design Standard (BPDS)
- New Metric Handbook (NMH)
- Mechanical and Electrical Equipment for Buildings (MEE)
ii) Perhitungan studi ruang (PHS), yaitu perkiraan kebutuhan ruang dengan
pertimbangan:
- Kapasitas pemakai
- Flow
- Kenyamanan pemakai
iii)Asumsi
iv) Studi kasus/ Studi banding (SB)
Disamping itu sebagai dasar pertimbangan penentuan besarnya sirkulasi/flow
gerak yang dibutuhkan masing-masing ruang, dengan pertimbangan aktivitas
commit to user

IV-9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

dalam ruang dengan dimensi alat gerak yang digunakan serta flow gerak
atas dasar tujuan tuntutan dan karakter kegiatan, ditentukan sebagai berikut:
 5%-10% = standart minimum
 20% = kebutuhan keleluasaan sirkulasi
 30% = tuntutan kenyamanan fisik
 40 % = tuntutan kenyamanan psikologis
 50% = Tuntutan spesifik kegiatan
 70%-100% = Keterkaitan dengan banyak kegiatan
Proses penentuan besaran ruang yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.4. Perhitungan Besaran Ruang dan Program Ruang

a. Area Kegiatan Utama (Pengembangan)


NAMA JUMLAH/
PENDEKATAN KETERANGAN PERHITUNGAN TOTAL (m2)
RUANG KAPASITAS
Entrance Lobby Dihitung 5% dari ruang pamer 5% x 1500 m 2
NAD 75 org 97,50 m2
utama Flow 30%
Reception & NAD Penempatan @ 1 org utk tiap 5 x 5,50
5 orang 19,80 m2
Information 5,50 m2/org ruang-ruang utama Flow 20%
Ruang Pamer Studi banding dengan ruang
Asumsi 1 unit 1500,00 m2
Tetap pamer Selasar Sunaryo Art Space
Ruang Pamer Asumsi Studi banding dengan ruang 450,00 m2
Temporer @ 30% dari ruang 1 unit pamer Selasar Sunaryo Art Space (30% x 1500 m2)
pamer tetap
Ruang Audio Studi banding dengan Selasar 96,00 m2
SB 1 unit
visual Sunaryo Art Space
Ruang Serba NAD Studi banding dengan auditorium 600 x (1,40 x 0,6)
Guna 1,40 x 0,6 600 kursi Taman Ismail Marzuki 604,8 m2
m /kursi
2 Flow 20%
Art Garden Studi banding dengan Selasar 100,00 m2
Asumsi 1 unit Sunaryo Art Space
Amphiteater Studi banding dengan Selasar
SB 1 unit 300 m2 300,00 m2
terbuka Sunaryo Art Space
Ruang Dihitung 25% dari ruang audio 25% x 96 m2 24,00 m2
SB 1 unit
mekanikal visual
Toilet umum NMH
Pria: 80-100 org 9,88 m2
4 WC 4 x 1,80
4 urinoir 4 x 0,40
2 wastafel 2 x 0,54
Wanita: 80-100 9,36 m2
org
4 WC 4 x 1,80
4 wastafel 4 x 0,54
Gudang barang Dihitung setengah luasan ruang
SB 1 unit 40,00 m2
koleksi persiapan
Gudang alat Dihitung setengah luasan ruang
SB 1 unit 40,00 m2
persiapan
Kantor kurator & 1 unit, 3 Kurator = 1 org
staff ahli Asumsi orang Staff ahli = 2org 50,00 m2

LUAS 3343,34 m2
Sirkulasi 30 % (untuk kenyamanan fisik) 30% x 3343,34 1002,9 m2

TOTAL 4346,24 m2

b. Kegiatan Pendukung (Komersial)


NAMA PENDEKATAN JUMLAH/
K E TE R A NG AN PERHITUNGAN TOTAL (m2)
commit t o u s e r

IV-10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

RUANG KAPASITAS
Art Shop Studi banding dengan Selasar
SB 1 unit 60,00 m2
Sunaryo Art Space
Area Duduk NAD Estimasi tersedia 30-40 meja 150 x 1,90
Coffee Shop 1,30 – 1,90 150 orang @ 4 org 399,00 m2
m2/org Flow 40%
R. Counter Kasir NAD 1 unit, 2 2 staff penjaga kasir, 1 org utk art 2 x 5,50
12,00 m2
5,50 m2/org orang shop, 1 org utk coffee shop Flow 10%
Dapur & Bar Studi banding dengan
PHS 1 unit 50,00 50,00 m2
McDonald’s Cafe
Gudang Kering PHS 1 unit Setengah dari luasan dapur & bar 25,00 25,00 m2
Gudang Basah PHS 1 unit Setengah dari luasan dapur & bar 25,00 25,00 m2
R. Manager Ruang kerja untuk 1 org manager 25,00
Commercial Area NAD 1 unit dengan kegiatan pengelolaan 30,00 m2
area komersiil Flow 20%
R. Staff 1 unit, 10 Dihitung 10% dari total luasan
PHS 10% x 399,00 39,90 m2
Commercial Area orang area coffee shop
Toilet + Locker 2 unit, unit Dihitung masing-masing setengah
Karyawan NAD pria & unit dari luasan ruang kerja staff 2 x 26,6 53,20 m2
wanita
Toilet umum NMH
Pria: 21-30 org 5,48 m2
2 WC 2 x 1,80
2 urinoir 2 x 0,40
2 wastafel 2 x 0,54
Wanita: 21-30 org 4,68 m2
2 WC 2 x 1,80
2 wastafel 2 x 0,54
Luas 704,26 m2

Sirkulasi 30 % (untuk kenyamanan fisik) (100-70)% x 704,26 211,28 m2

Luas Total 915,54 m2

c. Kegiatan Penunjang (Perpustakaan)


NAMA JUMLAH/
PENDEKATAN KETERANGAN PERHITUNGAN TOTAL (m2)
RUANG KAPASITAS
Entrance Hall Studi banding dengan
SB Perpustakaan Pariwisata & 30,00 m2
Budaya Jakarta
Counter Ruang kerja 2x2 m2, untuk 1 org 4,00
PHS 1 unit 4,40 m2
staff Flow 10%
R. Penitipan Kapasitas 1 org staff, lemari/rak 20,00 m2
NAD 1 unit 24,00 m2
barang penyimpanan utk + 20 barang Flow 20%
R. Kelas & Studio NMH Dengan pertimbangan 3 jenis
Workshop 8,00 x 12,00 kelas (dewasa & seniman, 3 x (8,00 x 12,00)
3 unit 374.4 m2
m2/unit remaja, anak) Flow 30%
R. Katalog Ruang kerja 2x2 m2, untuk 1 org 4,00
PHS 1 unit 4,80 m2
staff Flow 20%
R. Koleksi NAD Studi banding dengan jumlah 15 m2/1000 x 3000
Perpustakaan 3000 buku koleksi di Perpustakaan 58,5 m2
15 m2/1000 vol Pariwisata & Budaya Jakarta Flow 30%
R. Baca NAD Kapasitas duduk dihitung 2% dari 60 x 2,30
60 orang 193,2 m2
Perpustakaan 2,30 m2/org total koleksi perpustakaan Flow 40%
Gudang Dihitung 10% dari luas ruang 24,375 m2
PHS 29,25 m2
koleksi Flow 20%
R. Internet & NAD 10 unit Estimasi pengguna internet 10% 10 x 2,30
30,00 m2
Audio Visual 2,30 m2/org komputer pengunjung perpustakaan Flow 30%
Ruang Dihitung 30% dari total luas
Konservasi & PHS perpustakaan 30%(58,5+193,2) 75,5 m2
Restorasi
R. Dokumentasi Dihitung 25% dari total luas ruang
PHS 25% x 58,5 14,625 m2
& Arsip Khusus koleksi
R. Mekanikal Dihitung 25% dari ruang internet
25% x 30 m2 7,50 m2
& audio visual
Toilet umum NMH
Pria: 21-30 org 5,48 m2
2 WC commit to user 2 x 1,80

IV-11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

2 urinoir 2 x 0,40
2 wastafel 2 x 0,54
Wanita: 21-30 org 4,68 m2
2 WC 2 x 1,80
2 wastafel 2 x 0,54
Luas 856,32 m2

Sirkulasi 30 % (untuk kenyamanan fisik) (100-70)% x 856,32 256,90 m2

Luas Total 1113,22 m2

d. Kegiatan Pengelolaan
NAMA JUMLAH/
PENDEKATAN KETERANGAN PERHITUNGAN TOTAL (m2)
RUANG KAPASITAS
Ruang tamu + Disamakan dengan entrance hall
PHS 30,00 30,00 m2
Front Desk pada perpustakaan
R. Direktur NAD Diperuntukan bagi 1 orang 35,00
15,00-36,00 1 unit, 1 direktur utama 45,50 m2
orang Flow 30%
m2/org
R. Wakil Direktur NAD Diperuntukan bagi 1 orang 30,00
(General 15,00-36,00 1 unit, 1 kegiatan managerial 36,00 m2
orang Flow 20%
Manager) m2/org
R. Sekretaris NAD Diperuntukan bagi 1 org 2 x 10,00
8,00-12,00 1 unit, 2 sekretaris utama & 1 org asisten 24,00 m2
orang Flow 20%
m2/org
R. Manager NAD Diperuntukan bagi 1 org 12,00
Administrasi & 8,00-12,00 1 unit, 1 pengelola bagian administrasi 14,40 m2
orang Flow 20%
Keuangan m2/org
R. Staff Diperuntukan bagi 1 org
Administrasi & NAD 1 unit, 3 koordinator & 2 org staff 3 x 5,50
orang 19,80 m2
Keuangan 5,50 m2/org Flow 20%

R. Manager NAD Diperuntukan bagi 1 org 12,00


Program 8,00-12,00 1 unit, 1 pengelola program kegiatan 14,40 m2
orang Flow 20%
m2/org utama
R. Manager NAD Diperuntukan bagi 1 org 12,00
Informasi & 8,00-12,00 1 unit, 1 pengelola kegiatan penelitian 14,40 m2
orang Flow 20%
Penelitian m2/org
R. Staff NAD Diperuntukan bagi 2 org peneliti 3 x 5,50
Dokumentasi & 3 orang dan 1 org pencatat 19,80 m2
kepustakaan 5,50 m2/org Flow 20%
R. Staff Litbang NAD Diperuntukan bagi 2 org staff tek. 2 x 5,50
2 orang 13,20 m2
Tek. Informasi 5,50 m2/org informasi Flow 20%
R. Manager NAD Diperuntukan bagi 1 org 12,00
Keamanan & 8,00-12,00 1 orang pengelola keamanan dan 14,40 m2
Perawatan m2/org perawatan fasilitas Flow 20%
R. Rapat NAD Dihitung tiap unit bidang diwakili 10 x 2,00
10 orang 24,00 m2
1,50-2,00 m2/org oleh 1 -2 org Flow 20%
R. Arsip Dihitung setengah dari luasan
PHS 1 unit 50% x 24,00 12,00 m2
ruang rapat
R. Istirahat NMH Dihitung perwakilan dari tiap unit 14 x (6,00 x 8,20)
6,00 x 8,20 14 orang bidang dihitung kecuali Direksi 59,00 m2
m2/org Flow 20%
Pantry BPDS
14% dari R. 1 unit 14% x 49,20 6,89 m2
Makan
Gudang PHS 1 unit Disamakan dengan luasan pantry 6,89 m2
Toilet umum NMH
Pria: 21-30 org 5,48 m2
2 WC 2 x 1,80
2 urinoir 2 x 0,40
2 wastafel 2 x 0,54
Wanita: 21-30 org 4,68 m2
2 WC 2 x 1,80
2 wastafel 2 x 0,54
Luas 364,84 m2

Sirkulasi 30 % (untuk kenyamanan fisik) (100-70)% x 364,84 109,45 m2

commit to user

IV-12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

Luas Total 474,29 m2

e. Area Kegiatan Servis


NAMA JUMLAH/
PENDEKATAN KETERANGAN PERHITUNGAN TOTAL (m2)
RUANG KAPASITAS
 15 % Menggunakan motor: Modul standart motor 444 m2
15 % x 1400 = 212 orang 2,5 m2/unit
 35 % Menggunakan mobil 106 x 2,5 = 265 m2
35 % x 1400 = 424 orang Sirkulasi 60%= 159m2
1400
orang peak  50 % Menggunakan kendaraan
Parkir Aaumsi umum Modul Standart mobil 3816 m2
Pengunjung hour 22,5 m2/unit
Kapasitas per unit dan jumla
kendaraan: 106 x 22,5=2385 m2
Motor: 2org/unit, 212:2 = 106 Sirkulasi 60%=1431
Mobil: 4org/unit, 424:4 = 106 m2

R. Panel & Trafo PHS 1 unit Asumsi = 20 m2 20,00 20,00 m2


R. Genset Studi banding dengan Selasar
PHS 1 unit 40,00 40,00 m2
Sunaryo Art Space
R. Pompa Studi banding dengan Selasar
PHS 1 unit Sunaryo Art Space 50,00 50,00 m2

R. Mesin AC Studi banding dengan Selasar


MEE 1 unit 48,00 48,00 m2
Sunaryo Art Space
R. Keamanan Studi banding dengan Selasar
SB 1 unit 20,00 20,00 m2
(CCTV) Sunaryo Art Space
Toilet + Locker 2 unit, unit Disamakan dengan area toilet dan
Karyawan NAD pria & unit locker karyawan di commercial area 2 x 26,6 53,20 m2
wanita
Gudang PHS 1 unit Dihitung 1/3 dari area kantin+dapur 20,00 20,00 m2
Loading dock NAD Studi banding dengan aktivitas 2 x 30,00
30,00 1 unit, 2 Galeri Nasional Jakarta
mobil 90,00 m2
m2/mobil Flow 50%
Musholla Studi banding dengan Selasar
SB 1 unit 40,00 40,00 m2
Sunaryo Art Space
Luas 4641,2 m2

Sirkulasi 30 % (untuk kenyamanan fisik) (100-70)% x 381,2 1392,36 m2

Luas Total 6033,56 m2

KELOMPOK RUANG TOTAL BESARAN RUANG


Area Kegiatan Utama/Pengembangan 4346,24 m2
Area Kegiatan Penunjang (Komersil) 915,54 m2
Area Kegiatan Pendukung (Perpustakaan) 1113,22 m2
Area Kegiatan Pengelolaan 474,29 m2
Area Kegiatan Servis 6033,56 m2
Total Luas Ruang 12882,83 m2

B.2.3.Analisa Pola Hubungan Ruang


a. Pola Hubungan Ruang Makro

commit to user

IV-13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

Gambar 4.4 Bagan Hubungan Ruang Makro


Sumber: Dokumentasi Pribadi

b. Pola Hubungan Ruang Mikro


1) Area Kegiatan Utama/Pengembangan

2) Area Kegiatan Pendukung (Komersil)

3) Area Kegiatan Penunjang


commit to user

IV-14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

4) Area Kegiatan Pengelolaan

commit to user

IV-15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

5) Area Kegiatan Servis

Gambar 4.5 Bagan Hubungan Ruang Mikro


Sumber: Dokumentasi Pribadi

B.2.4. Analisa Persyaratan dan Perencanaan Ruang


Dalam menghadirkan suatu karakteristik ruang publik pada galeri seni
urban yang direncanakan maka diperlukan perencanaan ruang yang
menggunakan dasar konsep penggabungan antara ruang luar dan dalam. Artinya
ada sinergi antara ruang luar dan dalam, dimana ruang dalam tidak bersifat
parsial dengan ruang luar. Ruang dalam pada prinsipnya diartikan sebagai “ruang
luar yang beratap”. Ciri khas double coding dari arsitektur kontemporer
dihadirkan dengan suasan ruang ynag menggabungkan selera modern, klasik
dan tradisional. sekuensi penyatuan ruang dalam dan ruang luar dihadirkan
dengan memasukkan elemen-elemen alam ke dalam ruang, seperti efek
masuknya cahaya atau view kontinu, dengan tujuan untuk menghadirkan jiwa
lingkungan sekitar ke dalam ruang (eksterior mengisi interior).

a. Proses Penentuan Konsep Persyaratan dan Perencanaan Ruang Dalam


Tabel 4.5. Perencanaan Ruang Dalam

PERSYARATAN PERENCANAAN RUANG DALAM


RUANG
VIEW PENCA KETE PENCA
HAYAAN NANGAN PAIAN PENATAAN RUANG EFEK RUANG/SEKUENSI
AREA KEGIATAN UTAMA
Ruang Pamer +++ +++ ++ +++ Ruang dibentuk melalui pembuatan Hall pamer berupa lorong-lorong
Tetap garis-garis grid sebagai pemandu panjang diciptakan dengan cara
struktur dan bentuk gubahan membentuk dinding masif yang
massa. Jarak grid dibuat minimal 6 menyamarkan kolom-kolom struktur,
m, untuk efisiensi sirkulasi dan menciptakan kesan ruang pamer yang
kegiatan ruang pamer tertutup namun kontinu. Sekuen ruang
yang dihadirkan adalah selera modern
yang minimalis
Ruang Pamer +++ +++ ++ +++ Garis-garis grid diteruskan dalam Hall pamer berupa lorong-lorong
Temporer penentuan bentuk dan struktur panjang, dengan area ruang yang

commit to user

IV-16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

ruang, ruang pamer temporer terbuka menyatu dengan ruang luar.


diposisikan langsung berhubungan Efek cahaya dihadirkan melalui
dengan jalur sirkulasi utama permainan kaca dan bukaan. Sekuen
ruang yang dihadirkan adalah selera
modern minimalis
Ruang Audio ++ ++ ++ +++ Ruang dibentuk berdasarkan grid Ruang hanya dibatasi oleh dinding masif
Visual yang sudah ada, terhubung pengganti kolom struktur, tanpa batas
langsung dengan ruang pamer baik pintu untuk menghilangkan kesan ruang
secara fisik maupun visual yang terisolasi
Ruang Serba +++ +++ ++ +++ Ruang dibuat terpisah dengan ruang Efek kejut ruang tercipta dengan
Guna pamer untuk membedakan fungsi. membagi view ruang ke dua sisi yang
Massa bangunan menyatu dengan berbeda, yaitu menuju ke elemen alam
ruang audiovisual dalam satu dan aktifitas pada art garden
kesatuan

AREA KEGIATAN INFORMASI DAN PENELITIAN


Ruang Kelas & ++ +++ +++ ++ Grid-grid dipertahankan untuk Bukaan ruang kelas diarahkan untuk
Studio mempermudah penataan ruang. view dan pencahayaan alami, didukung
Workshop Ruang kelas dan studio dibuat luas oleh warna dinding yang terang (putih,
dan fleksibel untuk kemudahan krem) untuk mencerahkan ruang dan
kegiatan, dibuat seterbuka mungkin membuat ruang nyaman untuk kegiatan
namun masih dengan privasi yang workshop
cukup
Ruang Koleksi ++ +++ +++ ++ Ruang diletakkan pada lantai atas Ruang tidak diarahkan langsung pada
Perpustakaan untuk menunjang privasi namun bukaan untuk melindungi koleksi
ruang dapat dibuat terbuka dan perpustakaan, batas ruang diciptakan
menyatu dengan ruang baca, melalui furniture penunjang dan warna
mengikuti grid dengan jarak minimal dinding yang lebih gelap dari ruang baca
6m
Ruang Baca +++ +++ +++ ++ Ruang baca diletakkan pada lantai Bukaan besar pada ruang baca
Perpustakaan atas untuk menunjang privasi diarahkan menuju area taman hijau,
dengan ruang yang terbuka dan sekuen ruang yang dihadirkan adalah
fleksibel untuk kegiatan membaca selera klasik kolonial dengan ornamen-
dan berdiskusi ornamennya
Ruang Internet ++ ++ +++ ++ Ruang ini diletakkan di luar ruang Dinding kaca dimanfaatkan untuk
& Audio Visual perpustakaan namun pada bagian menciptakan pembatas ruang yang
lantai yang sama, untuk tidak menutupi ruang secara visual
membedakan tingkat privasi. Ruang
dibuat terbuka dengan
menyesuaikan dengan grid
pembentuk ruang
Ruang ++ +++ +++ + Ruang ini diletakkan di sisi lain pada Bukaan dibatasi untuk melindungi
Konservasi & area perpustakaan, lebih tertutup koleksi penelitian, privasi dibentuk
Restorasi untuk menjaga keamanan dan oleh dinding dan pewarnaan dinding
privasi kegiatan penelitian dibuat terang untuk mengurangi
penggunaan pencahayaan buatan
Ruang ++ +++ +++ ++ Ruang dibuat tertutup namun masih Dinding kaca diarahkan menuju bukaan
Dokumentasi bisa diakses, berada di luar lebar pada sisi bangunan, agar ruang
& Arsip Khusus perpustakaan tidak gelap ketika tidak digunakan
AREA KEGIATAN KOMERSIAL
Art & Souvenir +++ +++ + +++ Pemanfaatan grid untuk Ruang shop yang terbuka langsung
Shop menentukan penempatan kolom menuju coffeeshop dan menuju path
struktur, ruang dibuat terbuka tanpa masuk menjadikan art shop ini sebagai
sekat penutup/pembatas ruang ruang transisi antara ruang tertutup
menuju ke ruang yang lebih terbuka
Coffee Shop +++ +++ + +++ Pemanfaatan grid untuk Ruang terbuka langsung pada art
menentukan penempatan kolom garden menyajikan view bebas terhadap
struktur, ruang dibuat terbuka tanpa berbagai macam kegiatan dan aktifitas
sekat penutup/pembatas ruang pada art garden
langsung menyatu dengan art shop
Ruang Counter ++ +++ + +++ Diposisikan sebagai pembatas
Kasir fungsi ruang antara art shop dengan
coffee shop, sehingga ruang
komersial tampak luas dan terbuka
Dapur & Bar + ++ + +++ Diposisikan sebagai focal point pada
coffeeshop, tampak dari area
coffeeshop
R. Manager & +++ +++ ++ ++ Dibuat dengan privasi yang tinggi, Ruang dengan privasi tinggi, tidak
Staff grid dimanfaatkan untuk mudah diakses dan didukung oleh
penempatan struktur dan lorong-lorong yang tercipta dari dinding
pembagian ruang dan kolom struktur
AREA KEGIATAN PENGELOLAAN

commit to user

IV-17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

Ruang tamu + +++ +++ + +++ Sebagai area penerima pengunjung Ruang yang terbuka sebagai kamuflase
Front Desk pada pusat informasi dan dari lebar massa bangunan yang tidak
pengelolaan, terbuka dan bersifat begitu besar, view mengarah ke danau
publik buatan
R. Direksi & +++ +++ ++ ++ Ruang-ruang direksi dan sekretaris Bukaan ruang yang tidak begitu besar
Sekretaris dibuat dengan mengikuti grid menciptakan arah view pribadi yang
terbesar, dengan privasi tinggi memberikan kenyamanan bagi
namun tetap memiliki bukaan untuk pengguna ruang sekaligus privasi
keleluasaan kegiatan dan terhadap kegiatan di luar ruangan
menciptakan kontak visual dengan
ruang di luarnya
R. Manager & +++ +++ ++ ++ Ruang-ruang dibuat dengan privasi View-view terbuka memberi keleluasaan
Staff yang lebih rendah tanpa sekat- bagi staff dan kenyamanan view.
sekat untuk mendukung Bukaan diarahkan ke area taman hijau
keleluasaan kegiatan antar bagian untuk tetap menciptakan privasi kerja
bidang
R. Rapat +++ +++ ++ ++ Ruang rapat memiliki privasi tinggi Dinding kaca diarahkan menuju
namun dibuat terbuka, agar ruang bukaan lebar pada sisi bangunan, agar
tidak gelap ketika tidak digunakan ruang tetap dapat menjadi elemen
visual yang menarik bagi ruang
pengelolaan meski
tidak digunakan
R. Arsip + +++ +++ ++ Ruang dibuat dengan privasi tinggi
dan dinding masif sebagai penjamin
keamanan arsip
AREA KEGIATAN SERVIS
R. Keamanan +++ +++ + ++ Ruang keamanan diposisikan pada
(CCTV) area penghubung antara ruang
servis dengan ruang pengelola,
untuk mengawasi kegiatan loading
barang
Toilet + Locker + +++ +++ ++ Ruang-ruang tertutup untuk
Karyawan mewadahi kegiatan loker karyawan,
dinding masif dimanfaatkan untuk
menyamarkan kolom struktur
Dapur + Kantin ++ ++ + ++ Dibuat terbuka namun tertutup dari Kenyamanan view kearah path dan area
akses publik, langsung taman hijau serta privasi yang tinggi
berhubungan dengan ruang- menjadikan ruang ini fleksibel dan
ruang servis yang lain dan memadai sebagai ruang istirahat staff
diposisikan pada sisi path masuk fasilitas
tapak untuk menutupi ruang servis
dari visual pengunjung
Gudang + ++ ++ ++ Langsung terhubung dengan loading Ruang yang tertutup diberikan
dock, dibuat tertutup untuk menjaga pewarnaan dinding ruang yang terang
keamanan barang-barang yang sehingga tidak menggunakan terlalu
disimpan di dalamnya banyak pencahayaan buatan
Loading dock + ++ + +++ Terbuka langsung menuju pintu side
entrance yang berfungsi sebagai
akses servis, dibuat cukup luas
untuk kegiatan loading
Musholla ++ ++ +++ +++ Dibatasi oleh sekat berupa dinding Bukaan memberikan arah view yang
bata dan dengan arah view menuju luas keluar ruangan, namun jarak
ruang luar bangunan dar pedestrian tetap dapat
mempertahankan privasi ruangan

Keterangan:
+ : kurang perlu/ kurang berpengaruh
++ : perlu / berpengaruh
+++ : sangat perlu / sangat berpengaruh

b. Proses Penentuan Persyaratan dan Perencanaan Ruang Luar


Tabel 4.6. Perencanaan Ruang Luar
RUANG PERKERASAN VEGETASI AIR PERENCANAAN RUANG LUAR
Parkir Paving block Untuk peneduh Area parkir dibuat pada satu blok pada main
entrance, kemudian pengunjung langsung
diarahkan menuju dua sisi, yaitu menuju

commit to user

IV-18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

entrance plaza dan menuju pusat informasi


dan pengelolaan
Entrance Plaza Grass block & Untuk pembatas Flowing water Plaza dengan path utama memasuki kawasan
perkerasan beton (kolam menurun) diberikan trap-trap perbedaan tingkat
pada beberapa permukaan tanah dan dipertegas dengan
area duduk kolam menurun di sisi path. Suara aliran air
pada kolam menurun ini dapat memberi
suasana ketenangan bagi pengunjung sebagai
pengantar memasuki ruang pamer
Amphiteater Perkerasan batu Untuk pembatas Danau buatan (pool) Amphiteater terbuka tanpa penutup atap
Terbuka alam pada undak- dikelilingi oleh danau buatan yang adpat
undakan tempat menciptakan suasana dingin pada area
duduk terbuka ini
Perkerasan beton
pada area plaza
terbuka
Art Garden Jalur tapak dengan Untuk peneduh Untuk lavatory dan Ruang pamer terbuka sekaligus pusat dari
batu alam dan kolam-kolam seluruh bangunan. Merupakan tempat
paving block (reflecting pool) berkumpul dan berkomunitas bebasdibuat
menyatukan path dengan reflecting pool yang
juga menyatu dengan elemen eksterior
bangunan sehingga menciptakan kesan unity
terhadap bangunan secara keseluruhan. Path
dirancang dengan pola jalan-jalan utama di
Yogyakarta
Plaza Batu alam dan Untuk pembatas Plaza-plaza terbuka sebagai titik-titik
paving block pertemuan kegiatan publik diletakkan pada
tiap titik pertemuan atau akhir jalur
sirkulasi/path
Area Taman Grass block Untuk peneduh Untuk pengairan Penghadiran alam buatan sebagai elemen
Hijau taman arsitektur, menciptakan efek kejut dengan
menghadirkan alam di dalam tapak dan
menyatukannya dengan massa bangunan
geometris yang kaku
Sumber: Analisa Pribadi

B.3. Analisa Penentuan Sistem ME dan SE Tapak


Kriteria akses ME dan SE:
 Mempunyai kemudahan akses sirkulasi menuju jalan raya

 Akses langsung terhadap pedestrian dalam kaitannya sebagai pembentu ruang


publik
 Memiliki fleksibilitas dalam menunjang pelaksanaan kegiatan
Lebih lanjut mengenai yang harus dipertimbangkan dalam menentukan
pencapaian adalah sebagai berikut:
Sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki di sekitar site
1) Jalur Kendaraan
Jl. Pangeran Mangkubumi, merupakan jalur satu arah dengan intensitas
tinggi. Dilalui bus kota, Trans Jogja, kendaraan pribadi roda dua dan empat.
Dimensi jalan 6 m.Di sepanjang jalan terdapat jalur lambat dengan lebar 5 m
dan pedestrian selebar 3 m.
2) Pedestrian

commit to user

IV-19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

Jl. Pangeran Mangkubumi merupakan jalur pedestrian yang sangat potensial.


Jalur pedestrian terhubung antara daerah perdagangan/jasa di sekitar Tugu
dengan daerah pariwisata sepanjang Jalan Malioboro
3) Potensi Di Sekitar Site
Potensi di sekitar site antara lain adalah daerah perdagangan/jasa di sekitar
Tugu, Stasiun Tugu, daerah wisata sepanjang Jalan Malioboro, Pasar
Beringharjo, Benteng Vredeberg dan alun-alun Kidul di Selatan. Dapat dilihat,
site terpilih memeliki potensi sebagai pengikat daerah perdagangan/jassa
seitar Tugu dengan daerah pariwisata sepanjang Jalan Malioboro.
Analisa:
Baik main entrance dan side entrance ditempatkan pada Jl. Pangeran
Mangkubumi sebagai satu-satunya akses jalan raya. Entrance di bagi menjadi
entrance kendaraan dan entrance pedestrian. ME kendaraan ditempatkan di
utara site berfungsi sebagai jalan masuk sekaligus keluar utama kendraan.
SE kendaraan ditempatkan di selatan site difungsikan sebagai tempat keluar
kendaraan servis agar tidak mengganggu arus lalu lintas jalan. Entrance bagi
pedestrian ditempatkan di tengah-tengah site dan berhubungan langsung dengan
trotoar dan jalur lambat. Hal ini dimaksudkan sebagai pembentuk sifat ruang
publik yang terbuka.

B.4. Analisa Konsep Klimatologi

Gambar 4.6 Analisa Pencapaian


Sumber: Dokumentasi Pribadi
Analisis klimatik dilakukan untuk mendapatkan perancangan terkait adanya
pencahayaan alami yang dimanfaatkan dalam bangunan. Selain sebagai fentilasi
pencahayaan oleh sinar matahari juga akan dimanfaatkan sebagi efek
pencahayaan pada ruang pameran yang direncanakan. Dasar pertimbangan yang
digunakan dalam analisa ini antara lain,

Gambar 4.7 Analisa Penentuan ME dan SE


Sumber: Dokumentasi Pribadi
 Garis edar matahari
 Keberadaan bangunan sekitar
 Kebutuhan pencahayaan ruang-ruang berbeda(kenyamanan ruang)
 Efek bayangan yang ditimbulkan oleh sinar matahari
Analisa:

commit to user

IV-20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

Secara umum pergerakan angin di Indonesia adalah dari arah tenggara menuju
barat daya atau sebaliknya, tapi kondisi iklim secara mikro tidak selalu
sesuai dengan hal tersebut dikarenakan banyak faktor, seperti vegetasi,
bangunan di sekitar, dll. Pada site sendiri arah angin yang dominan adalah dari
arah utara dan tenggara, Angin yang kuat bertiup dari arah Jl. Pangeran
Mangkubumi di bbarat menuju pemukiman di timur.

Sedangkan sinar matahari yang dapat dimanfaatkan sebagai pembentuk efek


pencahayaan adalah sinar matahari pagi dan sore yang tidaktelalu terang da
menyengat. Di utara site terdapat bangunan PLN yang tinggi dan menghalangi
sinar matahari, seingga intensita sinar matahari di bagian ini tidak terlalu tinggi.
Begitu pula di bagian barat site dimana banyak terdapat vegatasi yang
menghalangi sinar matahari. Sementara di tengah site sinar intensitas sinar
matahari cenderung tinggi dikarenakan kontur site yang datar dan terbuka.
B.5. Analisa Kebisingan

Gambar 4.7 Analisa Pergerakan Angin


Sumber: Dkumentasi Pribadi
Tujuan analisa yaitu untuk menentukan zonifikasi tapak berdasarkan area
penerima kebisingan dari lingkungan, dalam kaitannya dengan kenyamanan
tapak terhadap kebisingan lingkungan. Berdasarkan arah datangnya kebisingan,
maka tapak dibagi menjadi beberapa zona kebisingan.
Analisa:
Sumber kebisingan utama adalah Jl. Pangeran Mangkubumi, daerah yang
berhubungan langsung dengan jalan ini diperuntukan sebagai zona publik.
Sementara kebisingan dengan intensitas sedang berasal dari pertokoan dan

Gambar 4.8 Analisa Matahari


Sumber: Dkumentasi Pribadi
pemukiman di utara dan selatan site. Daerah utara dan selatan site diperuntukan
sebagai ruang semi publik dengan fungsi kegiatan utama galeri seperti pameran
dan pertunjukan. Zona privat dengan fungsi pengelolaan penelitian dan
pepustakaan ditempatkan pada daerah timur site dikarenakan intensitas
kebisingan yang relatif kecil. Selain itu pengendalian kebisingan bisa dilakukan
dengan pemberian buffer pada site berupa tanaman yang berdaun lebat dan juga
pemberian jarak antara bangunan dengan sumber kebisingan

commit to user

IV-21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer

Gambar 4.9 Analisa Kebisingan


Sumber: Dkumentasi Pribadi

B.6. Analisa View dan Orientasi


Analisa orientasi bangunan d ngan mempertimbangkan arah iew tapak
ditujukan untuk ke udian membantu dalam penentuan arah desain massa
bangunan pada tapak, dengan pertimbangan sebagai berikut:
 Arah orientasi yang baik (good) memiliki potensi sebagai arah esain bagi
fasade utama fasilitas yang menarik baik d ri arah dalam fasilitas maupun dari
luar site.
 Arah o ientasi yang kurang baik (ok) diselesaikan dengan elemen- lemen site
yang menarik agar pengunjun tetap mendapatkan view yang baik dari arah
fasilitas menuju ke arah luar.
Analisa:
View ya g paling potensial ad lah view ke arah daerah Tugu dan daerah
Malioboro. View menuju site pun berpotensi terlihat dari arah Stasiun Tugu dan
daerah Tugu sepanjang Jl. Pangeran Mangkubumi.

commit to user

IV-22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

B.7. Analisa Zonifikasi Kelompok Kegiatan


Analisa zonifikasi kelompok kegiatan dilakukan untuk mendapatkan zonifikasi
yang tepat untuk masing-masing kelompok kegiatan dalam perancangan Galeri
Seni Urban Yogyakarta. Dasar pertimbangan yang digunakan dalam analisa ini
antara lain,
 kedekatan hubungan antar kelompok kegiatan
 tingkat kedekatan dengan entrance/lingkungan luar
 tingkat kenyamanan noise yang dibutuhkan
 tingkat kebutuhan terhadap pencahayaan

Gambar 4.10 Analisa View


Sumber: Dkumentasi Pribadi
Analisa :
Tiap kelompok kegiatan memiliki karakter dan fungsi yang tersendiri, sehingga
penentuan zona tiap kelompok kegiatan harus memperhatikan pertimbangan
yang telah disebutkan sebelumnya. Pertimbangan zonifikasi terkait kedekatan
hungungan ruang didasrkan pada analisa keruangan yang sudah dilakukan
sebelumnya. Dimana kelompok kegiatan yang pelaksanaannya saling beriringan
otomatis memiliki hubungan rruang yang dekat sehingga letaknya didekatkan.
Dalam hal sifat kelompok kegiatan terbagi menjadi tiga yakni yang bersifat publik,
semi publik, dan privat. Sementara menurut Kelompok kegiatannya akan dibagi
menjadi:
 Zona kegiatan pameran, mewadahi kegiatan pemeran benda-benda seni terkait
seni uban, dapat berupa ruang outdoor maupun indoor
 Zona kegiatan pertunjukan,mewadai kegiatan pertunjukan performing art terkait
dengan seni urban, dapat berupa outdoor maupun indoor
 Zona pengelolaan dan pendidikan, mewadahi kegiatan pegelolaan serta
pengembangan dan pendidikan terkait deng seni uban
Berikutnya terkait noise dan pencahayaan tiap kelompok kegiatan memiliki
kebutuhan yang berbeda pula. maka jika suatu fungsi membutuhkan ketenangan
tinggi maka diletakkan jauh dari keramaian/sumber noise dan sebaliknya. Sama
halnya dengan pencahayaan, untuk kelompok kegiatan yang membutuhkan
banyak cahaya diletakkan pada area yang terkena sinar matahari terus-menerus.

Tabel 4.7. Analisa Zonifikasi Kelompok Kegiatan

commit to user

IV-23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

Hubungan Antar Kenyamanan Noise Kebutuhan


Kedekatan Dengan
Zona Kegiatan Kelompok Kegiatan Yang Dibutuhkan Pencahayaan
Entrance

Zona Pameran Berhubungan dekat Tidak perlu terlalu Tidak terlalu butuh Butuh
dengan dengan zona dekat dengan kenyamanan noise pencahayaan
pertunjukan serta entance yang tinggi maksimal
pendidikan dan
pengelolaan
Zona Berhubungan dekat Jauh dari entrace Membutuhkan Tidak butuh
Pertunjukan dengan dengan zona kenyamanan noise pencahayaan
pameran makimal
Zona Pendidikan Dekat dengan zona Dekat dengan Tidak terlalu buth Tidak terlau
dan Pengeolaan pameran entrance kenyamanan noise butuh
yang tinggi pencahayaan
makimal

Sumber: Analisa Pribadi


B.8. Analisa Sirkulasi
Sebagai ruang publik maka pengaturan sirkulasi dalam tapak sangat
penting, terutama agar dapat menciptakan kenyamanan manusia
pengguna/user, maka diusahakan agar sirkulasi kendaraan tidak mengganggu
aktivitas manusia yang terjadi dalam tapak. Maka kemudian jenis sirkulasi pada
tapak dibagi menjadi beberapa macam:
 Sirkulasi manusia
 Sirkulasi kendaraan
 Sirkulasi service
Ada beberapa jenis sirkulasi yang dapat digunakan sebagai alternatif, yaitu:

Tabel 4.8. Alternatif Jenis Sirkulasi


Jenis Sirkulasi Keterangan
Pencapaian frontal Sistem pencapaian langsung mengarah
dan lurus ke objek ruang yang dituju.
Pandangan visual objek yang dituju jelas
terlihat dari jauh.

Pencapaian ke samping Memperkuat efek objek perpektif yang


dituju. Jalur pencapaian dapat dibelokkan
berkali-kali untuk memperbanyak
sequence sebelum mencapai objek.

commit to user

IV-24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

Pencapaian memutar Memperlambat pencapaian dan


memperbanyak sequence.
Memperlihatkan tampak tiga dimensi
objek dengan mengelilinginya.

Sumber: Ir. Rustam Hakim

Analisa:
Karakteristik para seniman urban yang cenderung bebas dan tidak terikat
diwadahi melalui konsep sirkulasi radial memutar untuk kendaraan. Sebagai
pusat adalah ruang pameran sebagai penghubung antar ruang terbuka (art
garden) di tengah bangunan. Ruang tebuka ini menjadi titik tolak dari
semua sirkulasi kegiatan. Para seniman bebas memilih kegiatan sesuai
dengan yang dikehendakinya. Untuk pedestrian, sirkulasi yang digunakan
adalah jenissirkulasi dengan pencapaian frontal untuk lebih mengundang
pedestrian masuk dan berkegiatan di Galeri Seni Urban Yogyakarta.

B.9. Analisa Gubahan Massa


Dasar pertimbangan:
 Gubahan bentuk massa ditentukan melalui penerapan unsur campuran
eklektis antara tradisional/modern, popular/tinggi, barat/timur,
sederhana/kompleks khas arsitektur kontemporer. Konsep perjalanan waktu
dengan penyatuan antara massa yang saling terhubung dimana setiap massa
meghadirkan ekspresi bentuk yang berbeda-beda berdasarkan massanya.

commit to user
Gambar 4.11 Analisa Sirkulasi
Sumber: Dkumentasi Pribadi
IV-25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

 Bentuk fisik massa bangunan dihadirkan melalui permainan bentuk-


bentuk dasar geometris. Faktor-faktor yang mewujudkan bentuk antara lain
fungsi, simbol serta teknologi struktur dan bahan (Sutedjo, 1982 : 43).

Alternatif bentuk dasar massa adalah sebagai berikut:

Tabel 4.9. Alternatif Massa Dasar Bangunan


Bentuk Dasar Karakteristik
Mudah dalam pengembangan, pengolahan sirkulasi, pengolahan
struktur, serta memiliki efisiensi dalam penggunaa ruang. Memiliki
Segiempat kesan formal dan status. Komposisi hasil rotasi dan modifikasi
bujur sangkar.

>> Bentuk segi empat sesuai dengan pola ruang pameran dan
pertunjukan dikarenakan kefleksibelitasannya serta efisiensinya
yang tinggi. Tidak membingungkan dan langsung megarah kepada
objek
yang dipamerkan
Segitiga Mudah dalam pengolahan sirkulasi, namun sukar dalam
pengembangan dan kurang memiliki efisiensi ruang. Memiliki kesan
tidak formal dan dinamis. Komposisi hasil rotasi dan modifikasi
segitiga.

>> Bentuk segitiga memiliki sudut yang tidak menguntugkan bagi


pemanfaatannya. Tidak fleksibel dan cenderung mengekang
Lingkaran Mudah dalam pengolahan sirkulasi dan struktur, namun sukar
dalam pengembangan. Efisiensi pemakaian kurang baik. Memiliki kesan
tidak formal dan dinamis. Komposisi hasil modifikasi.

>> Cocok digunakan sebagai bentuk dasar amphitheater terbuka


untuk memaksimalkan penglihatan menuju stage serta memberikan
kesan dinamis secara keseluruhan
Sumber: DK. Ching

Bentuk yang aman digunakan adalah bentuk sederhana, fleksibel dan dengan
pemanfaatan ruang yang tinggi, maka dipilih bentuk dasar massa segiempat.
Untuk pengembangannya, bentuk dasar segiempat dimodifikasi melalui teknik
mengubah bentuk yaitu perputaran, peregangan, perputaran dan pergeseran.
Untuk Alteratif sistem tata massa adalah sebagai berikut:

Tabel 4.9. Alternatif Tata Massa Bangunan


Sistem Tata Massa Karakteristik

commit to user

IV-26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
Adaptasi interaksi terhadap potensi tinggi.
Sistem terlepas
Baik untuk memanfaatkan kondisi alam secara maksimal

commit to user

IV-26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

(banyak ruang terbuka).


Sirkulasi dan hubungan antar massa dan kegiatan kurang baik.

>>Massa bangunan dengan bentuk terpisah dan menyebar


terkesan kurang akrab dan kompak walau terkesan dinamis.
>>Kurang mampu mewadahi dan memfasilitasi interaksi sosial
di dalamnya.
>>Orientasi bangunan menyebar dan memiliki view bebas.
Adaptasi interaksi terhadap potensi tinggi.
Dapat memanfaatkan potensi alam secara maksimal.
Kelancaran sirkulasi dan hubungan antar kegiatan baik.

>>Massa bangunan dengan bentuk yang terpisah-pisah namun


Sistem gabungan massa terhubung oleh taman/ruang bermain sehingga terkesan akrab,
kompak dan dinamis.
>>Mampu mewadahi dan memfasilitasi interaksi sosial di
dalamnya yaitu melalui area transisi antar massa.
Arah orientasi yang terkait antar massa dan memiliki view ke
luar dan ke dalam.
Adaptasi interaksi dalam bangunan tinggi.
Efisiensi lahan.
Sirkulasi di luar bangunan mudah dan ter-image, tetapi
monoton.

Sistem massa tunggal >>Massa bangunan tunggal memberi tatanan ruang yang
mampu mengurangi interaksi sosial, aktivitas penggunanya lebih
bersifat kedalam sehingga aktivitas sosial kurang hidup.
>>Memiliki karakter yang cenderung kaku dengan orientasi di
dalam bangunan yang memusat dengan view keluar ke segala
arah.
Sumber: DK. Ching

Dari ketiga alternatif diatas, dipilih sistem hibrida antara gabungan massa
dengan massa tunggal. Masing-masing zona kegiatan kan memiliki massanya
sendiri, tapi digabung sehingga menjadi satu-kesatuan bangunan tunggal,
dengan pertimbangan utama mampu mewadahi dan memfasilitasi interaksi
sosial, yang memang sangat dibuutuhkan oleh suatu galeri seni yang juga dapat
berfungsi sebagai ruang publik alternatif. Selain itu, sistem massa seperti ini
mampu memberi privasi yang tinggi terhadap ruang-ruang dalam masing-
masing kelompok kegiatan.
Untuk alternatif pola organisasi massa adalah sebagai berikut:

Tabel 4.10. Alternatif Organisasi Massa Bangunan


Pola Organisasi Massa Deskripsi Karakter
Posisi dalam ruang dan Dapat terbentuk ruang-ruang
hubungan satu sama sebagai daerah terisolir. Jika
lainnya diatur oleh tiga garis dipandang sebagai bentuk
Pola grid dimensi atau bidang. positif, akan menciptakan set
Menggambarkan kedua berupa ruang negatif.
keteraturan,, ruang dalam
satu grid dapat mempunyai
commit to user

IV-27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

hubungan bersama
walaupun berbeda dalam
ukuran, bentuk dan fungsi.
Suatu urutan linear dari Bentuk ini dapat
ruang-ruang yang terulang, menimbulkan individualitas
fleksibel dan dapat bereaksi yang tinggi karena tidak
pada macam-macam kondisi. terbentuk ruang-ruang
Pola linear Mampu beradaptasi dengan bersama untuk
perubahan topografi. bersosialisasi, masing-
masing bagian memiliki
teritori sendiri.
Bentuk radial ini mempunyai Merupakan bentuk yang
jalan yang berkembang dari menggabungkan bentuk
Pola radial atau menuju sebuah titik memusat dan linear.
pusat gabungan dari unsur
linear dan terpusat.
Suatu pusat ruang dimana Semua aktivitas dominan
sejumlah ruang memusat dan hal ini baik
dikelompokkan. Bentuk untuk membentuk ruang
Pola memusat secara relatif kompak dan bersama.
secara geometris dapat
digunakan untuk
menentukan titik pusat.
Ruang-ruang yang Memberikan kebebasan
dikelompokkan oleh letaknya ruang antar bagianny dan
secara berhubungan. dapat menciptakan ruang-
Pola cluster ruang terbuka dimana akan
terjadi komunikasi
didalamnya.
Sumber: DK. Ching

Dari alternatif pola organisasi massa di atas, dipilih massa radial. Pola organisasi
ini sesuai dengan sistem tata massa gabungan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Galeri Seni Urban Yogyakarta yang direncanakan memiliki banyak
sub kegiatan dimana setiap sub kegiatan tersebut harus dapat saling terhubung
dan membentuk jalinan interaksi satu dengan yang lainnya. Dengan pola radial,
walau terkesan berdiri sendiri,antar sub kegiatan tetap disatukan oleh suatu
pusat kegiatan utama.
Konsep budaya Jawa diwujudkan pada zonifikasi massa sesuai dengan zonifikasi
dalam rumah tradisional Jawa pada umumya. Pada bangunan Jawa terdapat
suatu pola tingkatan hirarki ruang dimana semakin ke dalam memiliki tingkatan
yang lebih privat. Prinsip tersebut diterapkan pada Galeri Seni Urban yang
direncanakan sebagai berikut:
 Pintu masuk: pintu masuk ke suatu daerah pada bangunan Jawa
menggunakan bentuk-bentuk seperti gapura atau pintu gerbang.

commit to user

IV-28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

Pada Galeri Seni Urban yang direncanakan, pintu masuk pada main entrance
pedestrian merupakan sculpture berbentuk gunungan/kayon dalam
pewayangan sebagai salah satu eye catcher.
 Halaman depan (publik): Pada Galeri Seni Urban yang direncanakan memiliki
suatu open space atau taman pada bagian depan, setelah pintu masuk. Open
space tersebut dikatakan berfungsi sebagai ‘alun-alun’ bagi Galeri Seni Urban
yang direncanakan.
 Pendopo (semi publik): Fungsi pendhopo sebagai tempat menerima tamu
sesuai dengan fungsi lobby dan front office, sehingga lobby dapat dianggap
sebagai pendhopo.
 Dalem (semi privat): Dalem merupakan pusat dari rumah Jawa dimana
kehidupan yang mencerminkan tradisi atau budaya Jawa tampak di dalamnya,
mulai dari kegiatan yang sederhana hingga kegiatan yang bersifat perayaan.
Bagian ini dapat diisi dengan fungsi-fungsi inti dari Galeri Seni urban, seperti
ruang pameran tetap dan kontemporer, ruang serbaguna, ruang pertunjukan
dan ruang audiovisual
 Senthong (privat): Dalam bangunan Jawa terdapat tiga buah senthong
yang memiliki fungsi yang berlainan. Senthong kiwa sering digunakan
sebagai tempat untuk menyimpan baranag-barang berharga atau keramat.
Senthong tengen digunakan sebagai tempat beristirahat. Sedangkan senthong
tengah memiliki tingkat yang lebih sakral, digunakan sebagai tempat
untuk melakukan pemujaan atau berdoa kepada Tuhan. Pada Galeri Seni
Urban yang direncanakan, hal tersebut diterjemahkan sebagai zona
pengelolaan, karena zona tersebut merupakan zona dengan tingkat privasi
yang relative lebih tinggi

B.10. Analisa Bentuk dan Tampilan Bangunan


Penerapan penyelesaian rancang bangun yang kontras sesuai degan ciri khas
arsitektur kontemporer untuk menonjolkan citra dan karakter seni urban.
Bangunan merupakan wadah kegiatan seni urban, karakter yang ditampilkan
antara lain:
 Atraktif
 Dinamis
 Kontemporer
Sebagai ruang publik, karakter yang ditampilkan antara lain:

commit to user

IV-29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

 Terbuka
 Mengundang
Sebagai wujud pelestarian pencitraan bentuk kontemporer:
 Kontras
 Double Coding
 Metaforik dan humoris

Analisa:
Ekspresi bangunan adalah ekspresi dari suatu pencitraan bentuk bangunan
kontemporer dimana dilakuka dengan menerapan unsur campuran eklektis
antara tradisional/modern, popular/tinggi, barat/timur, sederhana/kompleks
khas arsitektur kontemporer.
Berbagai gaya yang disinkronisasikan adalah gaya –gaya dan langgam arsitektur
yag penah eksis di Indonesia dan Yogyakarta padakhussnya dengan segala
ciri khas dan keunikannya. Langgam dan gaya-gaya tersebut adalah:

Tabel 4.11. Ciri Khas Langgam/Gaya Arsitektur yang Pena Eksis di Indonesia
Gaya/Langgam
Contoh Gambar Ciri Khas
Arsitektur
Arsitektur Kolonial  Penggunaan kolom yang besar
 Jendela-jendela dengan bukaa
besar
 Bentuk denah yang simetris
 Penggunaan ornament klasik
pada list tembok
 Terkesan elegant dengan warna
yang bersih

Arsitektur  Atap joglo


Tradisional Jawa  Ornament khas tradisional
 Material alami seperti kayau dan
batu

commit to user

IV-30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

Arsitektur Modern  Asimetris dinamis


 Atap datar
 Tidak ada cornice /profil atap
 Penampian efisien
 Deretan jendela kaca atau garis-
garis
Sumber: Analisa Pribadi

Setiap masing-masing kelompok kegiata akan mewakili salah satu gaya/langgam arsitektur
yang pernah eksis di Indonesia diimana zona keiatan pendidikan dan pengelolaan akan
mengekspresikan arsitektur kolonial yang kaku tapi elegant, zona pameran akan mengekspresikan
arsitektur modern yang dinamis dan zona pertunjukan akan mengekspresikan arsitektur
tradionalJawa yang megah tapi tetap rendah hati.
Setiap langgam ini kan diselangkan dan digabungkan menjadi satu kesatuansehingga akan
meimbulkan pemaknaan baru, dimana pemaknaan baru ini yang menajdi ciri khas utama suatu
bentuk kontemporer yaitu kekinian. Berikut beberapa bangunan yang menyilangkan dua unsure
dalam desainnya.

B.11. Proses Penentuan Landscape Bangunan


Tujuannya adalah menentukan tata lansekap yang menarik dan atraktif sebagai
ruang terbuka hijau sekaligus ruang public yang dapat mewadahi kegiatan
berkomunitas dan berkesenian, menunjang sirkulasi dan sebagai barier debu,

Gambar 4.12 Contoh Bangunan Kontemporer yang Menganut


Double Coding
Sumber: Analisa Pribadi
angin atau kebisingan.
 Jalan setapak
Jalan setapak bagi pedestrian jalur yang digunakan bagi pengunjung pejalan
kaki. Pedestrian ini mempunyai tuntutan kenyamanan yang lebih dibandingkan
dengan jalur sirkulasi yang lain. Hal ini bertujuan supaya para pengunjung
pejalan kaki tidak merasa jenuh. Sebagai pembeda pedestrian pejalan kaki
dengan jalur sirkulasi yang lain adalah lebih variatif dengan permainan
jalur yang berkelok-kelok dan tidak monoton, adanya pohon-pohon peneduh
supaya lebih tekesan rindang.
 Material lunak (Soft material)
 Visual control
₋ Mampu untuk menahan sinar matahari
Contoh : pohon kelapa, pohon rambutan, pohon cemara

commit to user

IV-31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

₋ Pembatas ruang dan aktivitas dengan kesan privasi


Contoh : pohon rendah, berdaun jarang, semak/perdu (teh-tehan, bunga)
₋ Sebagai point of interest dalam area
Contoh : cemara yang tidak terlalu tinggi
₋ Sebagai ground cover
 Esthetic value
₋ Warna
Memberi efek khusus yang bergantung pada cahaya yang jatuh pada
tanaman.
Warna cerah, dapat memberi kesan gembira / ceria / hangat
Warna lembut dan gelap, dapat memberi kesan sejuk dan dingin.
₋ Bentuk
Digunakan utnuk menunjukkan kesan dinamis, indah, sebagai aksen,
penunjuk arah dan pembentuk ruang
₋ Tekstur
Ditentukan oleh cabang, batang daun, tunas, dan jarak pandang terhadap
tanaman tersebut
 Climate control
₋ Angin, untuk mengantisipasi datangnya angin kencang
Contoh : akasia dan beringin
₋ Panas, meneduhkan dan mengurangi radiasi matahari (ditempatkan
disekeliling bangunan)
Contoh : cemara, beringin, jambu
 Kelengkapan Ruang Terbuka
Ruang terbuka perlu dilengkapi dengan kelengkapan lainnya yang meliputi :
meja taman, dan penerangan untuk malam hari
 Penerangan
 Spot lighting
Spotlight digunakan untuk menampilkan suatu patung atau
sculpture di malam hari sehingga menjadi daya tarik kawasan
tersebut.

 Sign lighting
Untuk memberikan kemudahan dalam membaca
tanda-tanda yang disediakan di suatu kawasan.

commit to user

IV-32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

Lampu ini mempunyai kemampuan menerangi benda tinggi.

 Pond lighting

Mampu menerangi kolam atau taman air karena


lampu ini mempunyai kemampuan untuk
memberikan pencahayaan di bawah air.

 Path lighting
Digunakan untuk menciptakan pola simetris
pencahayaaan untuk pengarahan. Lampu ini
diletakkan di sepanjang jalan setapakatau
perbedaan ketinggian pada lansekap.

B.12. Analisa Sistem Struktur


Analisa sistem struktur dan konstruksi merupakan analisa yang dilakukan untuk
mendapatkan konsep sruktur yang tepat untuk menunjang berdirinya bentuk
bangunan sesuai analisa bentuk dan tata masa yang sebelumnya telah
dilakukan. pertimbangan terkait penentuan sistem sruktur dan konstruksi adalah
sebagai berikut:
 Terpenuhinya persyaratan dasar struktur yakni stabilitas, kegunaan, estetika
 Terjaminnya kemudahan pelaksanaan
 Keleluasaan menunjang terbentuknya ekspresi bangunan
 Terjaminnya permasalahan pengatasan struktur antara lain beban lateral
(angin dan gempa), beban hidup dan beban mati
Dari pertimbangan secara general tersebut maka penentuan sistem struktur
untuk tiap bagian bangunan dijelaskan sebagai berikut:
1. Sistem sub struktur
Sistem sub struktur adalah sistem struktur bawah yang merupakan pondasi
untuk menunjang berdirinya bangunan. Kriteria-kriteria terkait struktur bawah
yang digunakan dalam perancangan antara lain:
 Tinjauan tapak yang merupakan daya dukung tanah
 Cukup mudah dalam pelak s a na a n , p e ra w atan dan daya tahan tinggi
c o m m i t t o u s er
IV-33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

 Fleksibilitas bentuk tinggi dan sesuai dengan tuntutan kegunaan dan kondisi
bangunan
Beberapa alternatif sistem sub struktur yang memenuhi kriteria tersebut
adalah:
 Sumuran
 Tiang pancang
 Footplate
 Rakit
2. Sistem super struktur
Sistem super struktur adalah struktur tengah yang merupakan bagian tengah
menyalurkan beban-beban ke pondasi. Kriteria-kriteria terkait struktur tengah
yang digunakan dalam perancangan antara lain:
 Mampu mendukung ekspresi bangunan
 Kemudahan pelaksanaan
 Mampu menahan beban yang diakibatkan oleh gaya angin dan gempa
sehingga menghasilkan bangunan yang kaku, stabil dan kuat
Beberapa alternatif sistem super struktur yang memenuhi kriteria tersebut
adalah:
 Struktur rangka
 Struktur dinding pemikul
 Gabungan sistem rangka dan dinding pemikul
Keseluruhan alternatif tersebut nantinya diterapkan pada komponen-
komponen struktur yang terdiri atas struktur dinding, dan struktur atap,
dimana dalam pemakaiannya berdasarkan pertimbangan:
 Hubungan bentang kolom
 Efisisensi bahan
3. Sistem upper struktur
Sistem upper struktur adalah struktur atas yang merupakan struktur penutup
atap pada bangunan. Kriteria-kriteria terkait struktur atas yang digunakan
dalam perancangan antara lain:
 Karakternya sesuai dengan fungsi dan bentuk bangunan
 Kesesuaian dengan filosofi wadah
 Sesuai dengan iklim tropis
 Mudah dalam pelaksananaan dan perawatan
Beberapa alternatif sistem upper struktur yang memenuhi kriteria tersebut
adalah:
commit to user

IV-34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

 Konstruksi beton
 Konstruksi atap(dak, rangka baja, dome, shell structure)
 Konstruksi kayu

B.13.Analisa Pencahayaan
Dasar pertimbangan :
 Bagi obyek pamer 2 dimensi :
 Cahaya memungkinkan untuk dapat menampilkan detail obyek pamer,
sehingga pengunjung dapat dengan lebih mudah melakukan pengamatan.
 Cahaya memungkinkan untuk dapat memberikan penekanan secara merata
dan bebas dari bayangan pengamat.
 Bagi obyek pamer 3 dimensi :
 Cahaya memugkinkan untuk dapat menampilkan detail.
 Cahaya memungkinkan untuk dapat memberikan penekanan secara merata
dan bebas dari bayangan pengamat.
 Cahaya memungkinkan untuk dapat menyatakan tekstur, bentuk, serta
baying-bayang (modelling), yang dapat dicapai dengan beberapa
penerangan setempat.
Sistem pencahayaan dalam bangunan dibagi menjadi dua, yaitu:

Tabel 4.12. Macam Pencahayaan


MACAM SUMBER Kelebihan Kekurangan-
PENCAHAYAAN
Pencahayan Sinar matahari  Menghemat biaya  Menimbulkan
alami (daylight) melalui  Diperlukan masalah panas
jendela, vntilasi, vegetasi yang dan silau
dan atrium. berada didalam terhadap
bangunan bangunan
Pencahayaan Berbagai jenis  penujang aktivitas  Biaya
buatan lampu(Wail, malam hari pengadaan
colling, spot light)  memberi karakter tinggi
dan suasana  Biaya
terhadap maintenance
bangunan tinggi
 menujang estetika

commit to user

IV-35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer

bangunan
Sumber : Materi Kuliah Fisika Bangunan II ( Ir.B. Heru S, MAPP.SC )

Dalam bangunan ini ini digunakan kedua


macam pencahayaan baik alami
maupun buatan
 Pencahayaan Alami
Diperoleh melalui suatu bukaan yang beru a jendela a au dinding kaca dalam
bangu an maupu skylight yang biasa didesain untuk memp roleh nilai
estetika yang baik, misal pemberian skylight pada plaza/atrium tama, dan
ruang ameran kontemporer galeri .
 Pencahayaan Buat n
Selain sebagai sistem penerangan umum (hall, dan ruang - ruang umum
lainnya) pencahayaan dipakai sebagai sistem penerangan khusus ( lokal)
seperti ruang audio visual, se ba guna, ruang pamer n tetap, in talasi, dan
perpustakaan. Untuk itu diperlukan suat pemilihan lampu dan peletakan
lokasi ang tepat.
Cahaya dalam ruang pameran yang dimungkinkan mendukung penampilan
obyek:
1) Penerangan umu (general lighting )
 Fluorescent lamp di belakang translucent ceiling :
− Memberikan sinar yang erata/ penuh
− Monotone
 Cahaya tak lan sung (pantulan dari ceiling)
− Memberikan cahaya yang lembut/ enak, baik (pleasant)
− Tak cukup memberikan enekanan bagi obyek pamer

Penerangan u um
m

 Sp Cahaya tak langsung


t light di dalam ceiling
− Mendramatisir obyek pamer

− Tak cukup memberikan enerangan umum

c mmit to er
o us
IV-36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer

Cahaya langsung

 Cahaya di atas obyek pamer


− Ekonomis
− Memberikan cahaya langsung bagi obyek pamer
− Memberi pe erangan umum (refleksi ceiling)
− Kurang kontras (antara penerangan an obyek pamer)

Cahaya di atas obyek pamer

2) Penerangan setempat (obyek amer)


 Dari satu sumber

Pe nerangan setempat

 Dari dua sumber


− Menonjolkan obyek
− Menyatakan bentuk dan tekstur
Dua sumber cahaya di atas obyek pamer
− Membentu bayangan/ kontras

 Dari empat sumber


Dua su ber cahaya di atas dan di
m
− Memperjelas obyek bawah obyek pamer

− Kurang kontras
− Kurang terdramatisir
Empat sumber cahaya di atas dan
di bawah obyek pamer

3) Hubu gan sumber cahaya dan penglihatan pengunjung

c mmit to u s r
o e IV-37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer

Menimbulkan glare : harus dihindarkan Menimbulkan bayangan : harus dihindarkan

g
B.14. Analisa Sistem Utili as Bangun
Pantulan
an
yang men ganggu : harus dihindarkan

B.14.1. Analisa Sistem Air Bersih


Sistem air bersi yang dapat digunakan dalam bangunan bersumber dari
PDA dan deep well. Sistem pendistribu ian air yang biasa digunkan antara
lain:
a. Up Feed Distribution
Up feed distribution yaitu air dipompakan langsung dari ground reservoir
menuju outlet Digunakan untuk outle -outlet anta a lain Fire hydrant dan
kran-kran umum.
b. D wn Feed Distribution
wn feed distribution yai u air dari ground reservoir dipompa an menuju
D
tangki atas, dan didistribusikan menuju outlet dengan bantuan gravitasi.
Digunakan untuk outlet-o tlet antara lain sprinkler head, shower, toilet,
dapur, dsb.
Ai bersih yang berasal dari sumber ditampung dulu pada grou d reservoir
yang juga m njadi cadangan air u tuk kebakaran, dimana dari sini
dipompakan ke tangki atas atau langsung ke outlet yang sebelumnya
melalui sand filter untuk emperbaiki mutu air, dan melalui boiler (water
heater) untuk konsumsi ir panas. Skema distri usi air ber ih sebagai
b
e Water Distribusi
tank seluruh
r tapak
Pompa Water
S umur treatment
pompa
i Pompa
k
u
t PDAM Ground
Reservoir
:

Gambar 4.12 Sistem Jaringan Air Bersih den an Down Feed


Distribution

B.14.2. Analisa Sistem Air Kotor

IV-38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer

commit to user

IV-38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

Dalam sistem ini air kotor dari lingkungan dibedakan dalam 2 jenis yang
antara lain:
a. Air kotor dari WC dan Kamar mandi, bersifat padat yang berasal dari
WC dan toilet dibuang langsung ke septic tank dan menuju sumur
peresapan.
b. Air kotor dari daerah service (dapur/pantry), bersifat cair yang berasal dari
kamar mandi dan daerah service dibuang langsung menuju riol kota.
Khusus untuk yang berasal dari dapur / pantry terlebih dahulu ditampung
pada bak perangkap lemak. Skema distribusinya sebagai berikut:
Skema distribusinya sebagai berikut:

Air hujan Bak kontrol

Kotoran cair Bak pengolahan


Air kotor limbah
(limbah dari
WC, pantry,
dapur dan Kotoran padat Septitank Sumur resapan
lavatory)

Gambar 4.13. Sistem Pembuangan Air Kotor

B.14.3. Analisa Sistem Penghawaan


a. Pertimbangan Penghawaan Alami
Penghawaan yang menggunakan udara secara langsung dari alam
tanpa bantuan sistem mekanik
Kelebihan :
 Kelancaran dan kebersihan sirkulasi udara
 Kesejukan udara yang alami
 Hemat energi dan ekonomis
Kelemahan :
 Ruangan cepat kotor oleh debu-debu yang masuk
 Temperatur dan kelembaban udara tidak dapat dikontrol
 Memiliki banyak bukaan
Untuk mendukung adanya hemat energi, maka penghawaan alami
diusahakan penggunaannya pada fasilitas Ruang Seni Kontemporer yang
direncanakan. Penggunaan penghawaan alami yang utama dilakukan
pada area servis, coffeeshop, dan ruang pamer pada saat tidak aktif.

commit to user

IV-39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
Penghawaan pada ruang pamer disesuaikan karena suhu udara tropis

commit to user

IV-39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

cenderung mudah merusak karya seni lukis dan material-material yang


sensitif terhadap panas udara.
b. Pertimbangan Penghawaan Buatan
Penghawaan yang menggunakan bantuan sistem mekanik chiller dan
AHU. Umumnya disebut sebagai AC (Air Conditioner)
Kelebihan :
 Setiap saat dapat dilakukan pengontrolan udara
 Tidak memerlukan bukaan yang banyak
 Ruangan tidak mudah kotor oleh debu-debu
Kelemahan :
 Udara yang dihasilkan tidak sesegar udara alami
 Tidak adanya sirkulasi udara yang bergerak
 Menggunakan banyak energi dan biaya
AC (Air Conditioner) terdiri dari beberapa jenis, yaitu :
 Unit AC setempat yang terdiri dari : AC Split dan AC Window
 Unit AC semi sentral (split duct), pendingin ruangan setempat yang
menggunakan sistem ducting yang dihubungkan dengan ruang ACU
(Air Condensing Unit)
 Unit AC sentral, merupakan pendingin ruangan yang dikontrol di
pusat dan dapat melayani seluruh ruangan melalui sistem ducting,
dilengkapi dengan ruang pendingin utama (chiller) dan ruang AHU (Air
Handling Unit) untuk mengatur pengkondisian udara pada daerah
yang dilayani.

B.14.4. Analisa Sistem Keamanan Terhadap Bahaya


Kebakaran Dasar Pertimbangan :
 Keamanan penghuni, bangunan dan isi bangunan, terutama karya-karya
seni yang dipamerkan
 Efisiensi dan kemudahan penggunaan, agar semua orang dapat melakukan
tindakan pengamanan
Sistem penanggulangan bahaya kebakaran dapat dibagi menjadi:
a. Sistem Deteksi

commit to user

IV-40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

 Heat Detector : Digunakan sebagai alat deteksi apabila panas pada


ruangan mengalami kenaikan yang drastis dan cenderung bahaya.
Standar kebutuhan alat 1 unit/75m²
 Smoke Detector : Digunakan sebagai alat deteksi apabila pada ruangan
terdapat asap yang melebihi kadar yang ditentukan.Pemakaian
berdampingan dengan heat detector. Standar kebutuhan alat 1
unit/75m²
 Fire Alarm : Alaram Peringatan yang akan berbunyi bila ada
kebakaran ataupun asap yang melebihi standar yang dideteksi oleh heat
dan smoke detector. Standar kebutuhan 1 unit/225m²
b. Sistem Represif
Sebagai sistem untuk menanggulangi meluasnya bahaya kebakaran.
Meliputi alat pemadam kebakaran dan penunjangnya. Dan kesiapan
alat tersebut untuk digunakan sewaktu-waktu. Sistem yang dipakai
adalah:
 Fire Hydrant
Merupakan pilar-pilar yang dipasang pada tempat-tempat yang strategis
diluar bangunan, saluran yang berhubungan dengan sumber air dengan
jangkauan standar sekitar 800m².
 Automatic Sprinkler System
Pemadam api otomatis yang terpasang pada plafond yang menyemprot
air sesuai dengan suhu ruangan yang memanas. Standart sprinkler
system 1unit/25m².
 Fire Extinguiser on House Reel
Alat Pemadam api praktis yang berupa tabung gas mandiri dan
selang air yang berhubungan dengan saluran air. Dipakai berdampingan
pada tempat-tempat rawan api, dan mudah dilihat dan dijangkau.
Standart kebutuhan masing-masing 1 unit/200m².
c. Sistem Preventif
Usaha untuk mencegah terjadinya kebakaran dengan usaha sebagi
berikut:
 Menjauhkan bahan yang mudah terbakar dari api
 Melindungi bahan yang mudah terbakar dengan bahan isolasi tahan api
 Perencanaan dan perancangan yang baik seperti organisasi ruang,
pengelompokan ruang, sirkulasi, kelengkapan peralatan dan
penempatannya, dsb.

IV-41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
d. Penyelamatan penghuni
commit to user

IV-41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

Usaha untuk menyelamatkan penghuni dari bahaya kebakaran yang


terjadi dan efek-efek yang ditimbulkan antara lain:
 Membuat tangga darurat pada tempat-tempat yang tinggi.
 Pintu-pintu darurat
 Ventilasi dengan penyedot asap
Beberapa hal lain yang juga harus dipertimbangkan adalah:
 Kebutuhan air sebagai pemadam kebakaran
Kebutuhan reservoir air untuk pemadam kebakaran dihitung dengan
perencanaan apabila semua outlet beroperasi, terdapat 1 menit
waktu alat bekarja sebelum pompa air ke resevoir beroperasi untuk
menambah air di reservoir.
 Perencanaan penempatan reservoir
Perencanaan reservoir terpisah-pisah, yaitu untuk fire hydrant langsung
dari reservoir utama didistribusikan menuju outlet dengan pompa untuk
mempertahankan tekanan air. Sedangkan untuk sprinkler dari pompa
ditampung dulu pada atap bangunan, dengan menuju sprinkler head
dengan sistem down feed.

B.14.5. Analisa Sistem Instalasi Listrik


Sistem instalasi listrik diperoleh dari sumber tenaga yang disediakan oleh
PLN (Perusahaan Listrik Negara) sebagai suplai energi utama dan Diesel
Generator Se t(genset) sebagi suplai energi emergency. Skema
pensistribusian listrik sebagai berikut:

PLN Gardu
distribusi Meteran Transformator Distribusi

Automatical Sekering Panel Panel


Genset switch utama distribusi cabang

Gambar 4.14 Sistem Instalasi Tenaga Listrik

Keterangan:
 Transformer berisi : saklar utama, trafo, dan sekring.
 Main Switch board berisi : saklar/pemutus sirkuit, dan meteran.
 D.P adalah panel distribusi utama
 L.A.P: Lighting and Appliance Panel, panel untuk pemakaian lighting dan
aplikasi lainnya
commit to user

IV-42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

 L.A adalah aplikasi-aplikasi pemakaian listrik (lighting, stop


kontak, pompa,dsb)
Pengoperasian Sistem instalasi listrik pada kondisi beban normal, seluruh
beban listrik mendapat suplai tenaga listrik dari PLN. Bilamana sumber
tenaga listrik PLN mengalami gangguan, maka secara otomatis sumber
tenaga listrik diambil alih oleh sumber cadangan diesel genset yang
dilengkapi Automatic Main Failure (AMF) dan melayani beban listrik.
Interval waktu dari PLN padam hingga sumber listrik diesel genset
melayani beban adalah maksimum 20 detik.
Dalam sistem pendistribusiannya terdapat beberapa dasar pertimbangan
kabel aliran listrik antara lain:
 Panjang jaringan aliran
 Tegangan listrik
 Keadaan alam
 Penampilan pada bangunan
 Operasi dan perawatan
 Keamanan pada pemakai

B.14.6. Analisa Sistem Penangkal Petir


Dasar pertimbangan pemilihan sistem adalah sebagai berikut:
 Macam struktur dan konstruksi bangunan
 Tinggi bangunan
 Situasi bangunan
Berpijak dari pertimbangan tersebut maka sistem penangkal petir yang dapat
dipertimbangankan antara lain:
a. Sistem Faraday Cage
Lebih dikenal dengan sangkar Faraday, yang menggunakan tiang yang
disebut bliksem spit yang mempunyai panjang sekitar 30 cm yang
dipasang pada atap bangunan, kemudian dihubungkan dengan kabel
tembaga yang selanjtunya ditanam ke tanah sebagai elektroda bumi.
b. Sistem Ionisasi non Radioaktif
Cara kerja sistem ini secara ringkas mempunyai sistem kerja menarik
energi medan listrik di atmosfir yang meningkat dengan luas manakala
terjadi ancaman petir. Pengumpulan energi terlebih dahulu
diakumulasikan dan dibebaskan pada waktu yang telah ditentukan untuk
menciptakan ionisasi dengan loncatan muatan di sekitar tongkat
commit to user

IV-43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

penangkal petir. Keadaan tersebut memperbaiki kemampuan tenaga


penangkal petir dan selanjutnya meningkatkan radius perlindungan.
Keuntungan penggunaan sistem ini antara lain,
 Peralatan bekarja sendiri secara menyeluruh
 Sistemnya sederhana dengan biaya rendah
 Memilik kontinuitas yang permanen dari puncak sampai bagian arde di
dalam tanah
 Dijamin ber-ionisasi sepanjang musim hujan/petir (stormy weather)
 Tidak berbahaya bagi lingkungan memiliki nilai estetis yang tinggi,
karena rapi dan tidak mencolok mata.

B.14.7. Analisa Sistem Pengendalian Keamanan Aset Pameran


Bertujuan menjaga kelangsungan kegiatan dan kondisi lingkungan yang ada
di kawasan dalam keadaan lancar, aman dan terkendali. Serta untuk
menjaga keamanan objek koleksi pameran.
Dasar pertimbangan :
 Kecepatan dalam pendeteksian gangguan keamanan
 Kemudahan dalam pengendalian keamanan
 Penanggulangan pada saat terjadi gangguan keamanan
Proses pengendalian diprioritaskan kepada :
 Daerah pintu masuk dan keluar site
 Daerah pintu masuk dan keluar bangunan
 Area parkir
 Ruang, karya seni dan peralatan yang bernilai investasi
tinggi Sistem pengendalian yang dipakai :
 Manual, menempatkan penjaga/sekuriti pada titik-titik rawan dan padat
aktifitas
 Elektronik, TV monitor dan komputer (CCTV)
Sistem ini terhubung dengan pusat kontrol yang ditempatkan pada bangunan
servis bersama-sama dengan satuan keamanan, pemadam kebakaran
dan emergency.

commit to user

IV-44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB V
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

[BAB V] KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN


GALERI SENI URBAN YOGYAKARTA DENGAN PENEKANAN PADA PENCITRAAN BENTUK
BANGUNAN KONTEMPORER

A. Konsep Pemilihan Lokasi den Site


Melalui teknik filtering dengan menyesuaikan pada kriteria-kriteria yang dibutuhkan,
wilayah yang dipilih yaitu kawasan Tugu. Terletak di antara jalur wisata Malioboro, Keraton
Yogyakarta, Taman Pintar Yogyakarta dan sekitar Tugu.
Maka atas dasar filtering tersebut ditentukan tapak yang terpilih adalah lahan terbuka yang terletak pada jalan utama Jl. Pan

Keterangan site
1. Luas site perencanaan 12.000 m2
2. Batas-batas site perencanaan:
 Utara : Pertokoan
 Timur : Pemukiman penduduk
dengan ketinggian 2 lantai
 Selatan : Gedung Kedaung
Yogyakarta.
 Barat : Jl. Pangeran Mangkubumi
3. Site memiliki kontur relatif datar, dengan
kondisi sekitarnya berupa bangunan
dengan ketinggian satu hingga dua
lantai. Building Coverage disekitar
kawasan adalah sekitar 50% - 75%
dengan ketingian maksimal bangunan
32 m

Gambar 5.1 Site Terpilih


Sumber: Analisa Pribadi

B. Konsep Peruangan
1. Pelaku Kegiatan
 Pengunjung
 Kurator
 Seniman
 Pegelola
commit to user

V-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB V
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

2. Macam Kegiatan
a. Kelompok Kegiatan Utama/Pengembangan
 Kegiatan Pameran
 Kegiatan Pertunjukan dan Pemutaran Film
 Kegiatan Penciptaan Karya Seni
 Kegiatan Diskusi Umum/Terbuka
 Kegiatan Studio Workshop
b. Kegiatan Pendukung
 Kegiatan Komersil (Coffe Shop dan Art Shop)
c. Kegiatan Penunjang
 Kegiatan Perpustakaan
 Kegiatan Konservasi
d. Kegiatan Pengelola
3. Konsep Layout Peruangan
a. Konsep Layout Peruangan Kelompok kegiatan Utama/Pengembangan
Layout ruang bersambung dari entrance utama di depan menuju hall penerima
kemudian langsung ke ruang pamer untuk menciptakan kesan ruang yang
terbuka. Ruang pamer dihubungkan dengan selasar menuju Hall tunggu bagi
ruang serbaguna dan audiovisual. Hal ini bertujuan untuk membentuk sekuens
ruang yang tidak terputus.

Ruang pamer didominasi dengan material kaca pada dinding pembatasnya


untuk memaksimalkan masuknya cahaya. Dengan list alumunium yang disusun

commit to user

V-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB V
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

berdasarkan komposisi yang sederhana membentuk permainan bayangan yang


bertujuan memberikan permainan ruang sehingga terkesan terbuka.

b. Konsep Layout Peruangan Kegiatan Komersil (Coffee Shop)


Yang menjadi pusat adalh bar di tengah dengan nuansa ruang yan semi klasik
menyesuaiakna langgam massa kolonila yang ditempati ruang kelompok
kegiatan ini.di dominasi oleh material massif seperti batu bata dan kolom-
kolom besar tapi dengan konsep semi terbuka.

c. Konsep Layout Peruangan Kegiatan Penunjang/Perpustakaan


Konsep terbuka dan terhubung langsung dengan hall di lantai dua.
Perpustakaan juga berfungsi sebagai pusat kegiatan konservasi.

d. Konsep Layout Peruangan Kegiatan Pengelola


Diubungkan dengan sebuah selasar dari ruang pamer utama menuju hall di
lantai dua sehingga memudahkan akses bagi pengelola menuju seluruh
bangunan. Ruang pengelola berupa sebuah ruang besar dengan meja besar di
tengahnya. Bertujuan untuk menghilangkan kesan terisolasi bila manggunakan
konsep cubicle. Ruang bagi kepala program dan pendukung lainnya diletakaan
mengelilingi ruang kerja utama untuk memudahkan pengawasan dan
koordinasi.

C. Konsep ME/SE dan Sirkulasi Tapak


Entrace di bagi menjadi entrance kendaraan dan entrance Pedestrian. Semua
entrance diletakan pada Jl. Pangeran Mangkubumi sebagai satu-satuya akses ke jalan
raya. ME digunakan sebgai pintu masuk serta keluar kendaraan pengunjung dan pintu
masuk servis. Se difumgsikan sebagi pintu keluar utama.
Sirkulasi kendaraan menggunkan konsep memutar dengan pembagian area parkir
pengunjung dan pengelola

commit to user

V-3
Gambar 5.2 Konep ME/SE
dan Sirkulasi
Sumber: Analisa Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB V
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

Entrance bagi pedestrian ditempatkan di tengah-tengah site dan berhubungan


langsung dengan trotoar dan jalur lambat, menyatu membentuk seperti square karena
terhubung langsung dengan landscape eksterior. Hal ini dimaksudkan sebagai
pembentuk sifat ruang publik yang terbuka.
Pada Entrance bagi pedestrian sampai dengan bangunan utama dilletakkan sculpture
berbentuk gunungan wayang dengan konsep tunnel (terowongan), selain untuk
memperjelas entrance dan eye catching juga sebgai pengarah jalur pedestrian.

Untuk jalur sirkulasi kendaraan di rencanakan selebar 6 m sehingga mampu


mengakomodasi dua kendaraan sejajar serta dengan menggunakan material aspal.

Jalur Sirkulasi pedestrian direncanakan dibagi dua jalur untuk masuk dan keluar
dengan lebar masing-masing jalur. Material yang digunaka adalah paving block yang
menyatu dengan trotoar.

D. Konsep Klimatologi
Yang paling membutuhkan penghawaan dan pencahayaan alami adalah kelompok
kgiatan pengelola dan dan pendidikan. Dikarenakan arah angin yang bertiup kencang

Gambar 5.4 Lebar Jalur Sirkulasi Kendaraan


Ga Sumber: Analisa Pribadi Jalur Pedestrian
mbar 5.3 Sclupture pada
Sumber: Analisa Pribadi
Gambar 5.5 Lebar Jalur Sirkulasi Pedestrian
Sumber: Analisa Pribadi

commit to user

V-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB V
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

berasal dari arah barat dan timur, maka bukaan massa pendidikan dan pengelolaa
diletakan di arah barat dan timur agar tercipta sirkulasi udara silang. Begitu pula
dengan sina matahari meletakan bukaan di barat dan timur untuk memaksimalkan
masuknya sinar matahari. Bukaan di rencaakan selebar mungkin dengan kajendela-
jendela besar.

Untukruang pameran akan menggunakan bangunan berbentuk huuf Y, bagian


kepala nyadirencanakan berupa skylight yang akan mengkap sinar matahari.
Sedangkan bagian sisinya direncanakan semi tebuka untuk mengkap angin.

Agar tidak terkesan panas, maka di sekeliling site diletakkan vegetasi. Befungsi

Gambar 5.6 Respon Iklim pada Massa


Pendidikan dan Pengelolaan
Sumber: Analisa Pribadi
sebagai peneduh dan pembentuk
estetika.

E. Konsep Kebisingan
Respon dari noise disekitar site adalh dengan zonafikasi kegiatan menurut

Gambar 5.9 Respon Iklim pada Massa Kegiatan Pameran


Sumber: Analisa Pribadi
kebutuhannya akan kenyamanan atas tingkat kebisingan. Zona pengelola dan
pendidikan serta zona pameran tidak terlalu memerlukan kenyamanan akan tingkat
kebisingan diposisikan dekat dengan sumber kebisingan utama,yaitu Jl. Pangeran
Mangkubumi,tapi tetap dengan jarak yang tidak terlalu dekat. Sedangkan zona

Gambar 5.10 Peletakan Vegetasi Mengelilingi Site


Sumber: Analisa Pribadi
pertunjukan memerlukan kenyamanan akan tingkat kebisingan diletakkan agak
kebelakang.

F. Konsep Orientasi
Dikarenakan view yang paling potensial adalah view ke arah daerah Tugu dan daerah
Malioboro serta view menuju site arah Stasiun Tugu dan daerah Tugu sepanjang Jl.

commit to user

V-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB V
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
Gambar 5.11 Zoning Berdasarkan Noise
Sumber: Analisa Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB V
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer

Pangeran Mangkubumi. Maka Orientasi bangunan diarahkan gak miring d n condong


ke arh Stasiun Tugu dan Malioboro serta meghadap Jl. Pangera Mangkubumi,

G. K nsep Zoifikasi Site


Zoning pada site ditentukan berdasarkan kelompok k giatan da sifatnya.
Berdasarkan kelompok kegiatannya dibagi menjad zona pendidikan dan pengelolaan,
zona pameran dan zona pertunjukan. Sedangkan menurut sifat ya dibagi menjadi zona
publik,semi publik dan privat.
Berdasrkan tingkat kebisingan, klimatologidan kebisinan site dibagi menjadi zona-
zona sebagai berikut:

Gambar 5.12 rah Orientasi angunan


Sumber: Anali a Pribadi

H. K nsep GubahanMassa
Gubahan massa di dasari olehhubun an antar ruang dan tata ruang pada masing-
m sing kelompok kegiata . Masing-masing kelompok kegiata seakan-ak n memiliki
m ssa sendiri-sendiri. Massatersbut adalah sebagai berikut:

 ona Pendid kan dan Pa


eran

 ona Pendid kan dan Pe


gelolaan

Gambar 5.13 Konsep Zonifikasi Site


Sumber: A alisa Pribadi
 ona Pertunjukan

commit to user

V-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB V
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

Masing-masing massa yang bediri sendiri tersebut digabung shingga membentuk


satu kesatuan bentukmassa bangunan yang merupakan kosep hibrida dari
gabungan massa dan massa tunggal.

Gambar 5.15 Gubahan Massa Gabungan


Sumber: Analisa Pribadi

Penataan massa dan sirkulasi pada tapak menggunakan konsep radial dan
dengan menciptakan persilangan pada arus sirkulasi/jalan setapak (cross-
path) dengan berlandaskan pada ide yang sama dengan ide pada gubahan
massa. Yang menjadi pusat kegiatan adalah ruang pameran di tengah tapak.
Pameran ini ini yang menghubungkan setiap massa bangunan dan kegiatan
outdoor pada amphitheater dan art garden. Konsep radial untuk
menggambarkan sifat seni urban yang terbuka dan berkembang dengan
bebas, sementara konsep persilangan jalan setapak (cross-path) untuk
menggambarkan interaksi-interaksi yang terjadi secara bebas antara seni dan
masyarakat. Jalan setapak/path pada tapak serta plasa-plasa terbuka
dihadirkan sebagai area-area publik dan pusat- pusat pertemuan untuk memberi
peluang bagi interaksi yang luas, serta untuk memberi peluang bagi seluruh area
tapak menjadi ruang pamer dan ruang untuk berkarya.

I. Konsep Bentuk danTampilan Bangunan


commit to user

V-7

Gambar 5.16 Konsep Pola Tata Letak Massa Bangunan


Sumber: Analisa Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB V
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer

Ciri khas yang paling menonjol dari b ntuk kontemporer adalah double coding, yaitu
m muat kode dan gaya yang berbeda dalam sat bangunan. Merupakan campuran
eklektis antara tradisional/modern, popular/tinggi, barat/timur, sederhana/kompleks.
Konsep penggabungan selera langgam arsitektur menjadi pembeda antara bentuk
kontemporer engan ben uk-bentuk ebelumnya. masing m sing massa kelompok
kegiatan akan menggunakan langgam arsitektur berbeda yang pernah hadir di
in onesia, yaitu kolonial, modern.
Persilangan (cross) antar lambang dihadirkan dengan menyil ngkan bentuk kolonial
danbentuk modern. bentu modern di elangkan lagi dengan unsur tradisional melalui
penggunaan rnamentasi huruf Jawa. Persilangan ini me guatkan citra bentuk
kontemporer yang fleksibel dan humoris.

ambar 5.18 P rsilangan Antar Langgam


umber: Analis Pribadi

J. Konsep Lands ape Bangunan


Ja an setapak di pada ruang terbuka di rencanakan dengan konsep persilangan,
dimana ruang-ruang dian ara persilangan tersebut dapat diguakan sebagai ruang
pameran, berkesenian dan berkomunitas. Jalan setapak ini mengambil pola jalan-jalan
besar di Yogyakarta, dima a jalan merupakan bagian tak terpisahkan dari seni urban

Ga bar 5.17 Ekspresi dan Citra Bangunan


Sumber: Analisa Pribadi

ambar 5.19 P la Jalan Setapak


umber: Analis Pribadi

commit to user

V-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB V
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

juga sebagai metaforik dan unsur humoris dari arsitektur kontemporer


K. Konsep Sistem Struktur
 Sub Struktur
Dikarenakan bangunan hanya berupa
bangunan dua lantai, kecuali bangunan
pameran yang tiga lantai, maka pondasi yang
digunakan adalah pondasi footplate dengan
kedalaman brkisar 2.5 m. Untuk lantai tiga
bangunan pameran yang berupa kantilever,
pondasi yang digunakan adalah tiang
Gambar 5.20 Pondasi Footplate
Sumber: Dokumentasi Pribadi pancang dengan pertimbangan kekuatan.

 Supper Struktur
Dikarenakan Gubahan massa yang berbentuk persegi panjang,maka struktur yang
efektif dipakai adalah struktur rangka dengan kolom dan balok beton. Untuk
bangunan pameran menggunakan struktur rangka modul 6 m, untuk bangunan
pertunjukan menggunkan modul 8 m,sedangkan untuk bangunan pendidikan dan
pengelola menggunakan modul 4 m. Bentang bangunan yang panjang dan bentuk
bangunan yang terpatah-patah, maka dilakuka pemisahan-pemisahan modul secara
struktur, karena ingin menghasilkan satu massa tunggal bangunan, maka hubungan
antar modul menggunakan kantilever, dimana pembebanan pada hubungan
tersebut di bagi dua oleh masing-masing modul.

Gambar 5.20 Modul Struktur


Sumber: Dokumentasi Pribadi

commit to user

V-9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB V
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

Pada Lantai tiga bangunan pameran merupakan kantilever


dengan tumpuan kolom yang menerus dari lantai satu
bangunan pendidikan. Dikarenakan harus menopang stuktur
kantilever maka kolom ini memiliki dimensi yang lebih besar
dari kolom lainnya.

Gambar 5.21 Struktur Kantilever


Sumber: Dokumentasi Pribadi

 Upper Struktur
Untuk bangunan pameran yang mengekspresikan
langgam modern, struktur atap yang dipakai adalah dak
beton dengan penutup atap beton ringan. Sedangkan
untuk bangunan pendidikan dan pengelolaan yag
mengekspresikan langgam kolonial dan beratap
limasan, struktur atap yang dipakai adalah struktur
rangka kuda-kuda baja dengan bentang menyesuailan
dengan modul struktur yang dipakai. Begitu juga dengan
bangunan pertunjuka yang memerlukan bentang
bangunan leba, maka struktur atap yang digunakan
untuk membentuk bentuk atap joglo adalah struktur
atap kuda-kuda rangka baja

Gambar 5.2I Struktur Kuda-


kuda Baja
Sumber: Dokumentasi Pribadi

L. Konsep Pencahayaan
Pencahayaan pada ruang pamer galeri menggunakan
luminary track yang fleksibel. Mudah mengkalibrasi
intensitas cahaya dan sudut penerangannya. Dalam
menerangi lukisan digunakan spotlight dengan lampu
halogen untuk menghindari fotodegadasi benda seni.

Gambar 5.22 Luminary Track


Sumber: Dokumentasi Pribadi

commit to user

V-10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB V
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

Denagan Penggunaan luminary tack dimungkinkan perubahan sudut yang paling


ideal, yaitu 30 derajat vertikal dari lukisan setinggi pandangan mata.

Untuk objek tiga dimensi lampu spotlight diletakan di sekeliling objek untuk
meberikan efek dramatis.
Yang perlu diperhatikan lagi adalah ambient. Ambient atau permainan cahaya pada
ruangan dimaksudkan untuk meberikan suatu suasana ruang. Permainan
kombinasi cahaya menggunaka lampu LED yang diarahkan pada fasade
banguan yag berupa kaca akan menghasilkan permainan warna yang menarik.
Denga adanya ambient ini suatu karya seni tidak terasa berdiri sendiri,
tetapi juga

Gambar 5.24 LamGapmu LbEaDr 5d.a2n3


PAepmlikaainsiaLnuWmainrnaaryAmbient Sumber:
DokumeTnratacski Pribadi
Sumber: Dokumentasi Pibadi
menyatu dengan ruang.

M. Konsep Sistem Utilitas Bangunan


1. Konsep Sistem Air Bersih
Menggunakan sistem distribusi up feed distribution dikarenakan bangunan
hanya maksimal 2 lantai. Massa bangunan yang terpisah tiga di respon dengan
adanya tiga ground reservoir yang dipompa melalui tiga pompa berbeda ,
dimana setiap gorund reservoir melayani satu bangunan.

commit to user

V-11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB V
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

2. Konsep Sistem Pembuangan Air Kotor


Untuk kotoran padat, direncanakan peletakan tiga septictank dan tiga sumur
peresapan dimana setiap septictank dan sumur peresapan menangani
setiap massa bangunan yang berjumlah tiga. Air kotor dari daerah
service (dapur/pantry), bersifat cair yang berasal dari kamar mandi dan daerah
service dibuang langsung menuju riol kota. Khusus untuk yang berasal
dari dapur / pantry terlebih dahulu ditampung pada bak perangkap lemak.

Gambar 5.22 Konesp Sistem Air Bersih


Sumber: Analisa Pribadi

Gambar 5.25 Konsep Sistem Air Bersih


Sumber: Analisa Pribadi

Gambar 5.26 Konsep Pembuangan Air Kotor


Sumber: Analisa Pribadi

3. Konsep Sistem Instalasi Listrik

commit to user

V-12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB V
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

Pembagian SDP menjadi tiga sesuai dengan jumla massa bangunan.


Sumber listrik utama berasal dari PLN dan genzet sebagai seumber listrik
cadangna. Peletakan ruang genzet sebagai massa tesendiri agar mudah
diakses tanpa mengganggu kegiatan utama. Selain itu juga pertimbangan
kebisingan.

rbaguna dan ruang audiovisual akan menggunakan system AC Semi Central, sedangkan untuk ruang pengelola dan ruang studio workshop akan menggun

2. Konsep Sistem Keamanan Bahaya Kebakaran


Yang perlu diperhatikan adalah aset-aset galei seni yang berupa karya seni.
Untuk menjaganya dari bahaya kebaakaanyang telah terjadi, maka alat
pemadaman yang digunakan adalah pemadam yang menggunkan baha-bahan
non air, dikarenakan air dapat merusak karya seni tersebut.
Adapun Jenis alat pemadaman yang dipakai di ruang pamer adalah:
 Pemadam Kebakaran Busa
Variasi mekanisme dan bahan kimia yang
digunakan pada pemadam kebakaran busa
cocok digunakan untuk memadamkan api
kelas B dan terbatas pada api kelas A.
Busa digunakan untuk membentuk selimut
untuk menutupi dan memadam api.
Pemadam
commit to user

V-13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB V
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

Gambar 5.27 Pemadam


Kebakaran Busa
Sumber: Dokumentasi Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB V
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

kebakaran jenis busa adalah yang paling efektif untuk memadamkan api dari
bahan bakar cair yang berada dalam wadah dimana bahan ini cukup
panas untuk dapat terbakar sendiri bila bersinggungan dengan oksigen.
Selimut busanya akan tetap berada pada tempatnya cukup lama untuk
mendinginkan bahan yang terbakar sehingga temperaturnya tidak cukup
untuk dapat terbakar sendiri. Busa kurang efektif pada tumpahan yang
menyebar. Jenis ini bisa jadi tidak efektif cairan yang terbakar seperti
alcohol.

 Pemadam Kebakaran Tepung Kering


Pemadam ini diisi dengan bahan kimia
berbentuk tepung kering yang diinjeksikan
dengan tekanan gas, atau dengan tekanan
udara. Pemadam kebakaran jenis tepung kering
mempunyai reaksi pemadaman yang sangat
cepat. Kabut bahan kimia kering ini cenderung
melindungi orang yang memadamkan api dari
panas. Tepung kering adalah pemadam api yang

Gambar 5.28 Pemadam paling efektif untuk memadamkan cairan yang


Kebakaran Tepung Kering
Sumber: Dokumentasi terbakar pada area yang luas, khususnya pada
Pribadi
tumpahan yang mengalir bebas.

3. Konsep Sistem Penangkal Petir


Penangkal petir yang digunakan adalah sistem Faraday, yang berupa tongkat
sepanjang 10 cm di pasang di atas atap dan diisolasi agar tidak
mengalirkan listrik ke dalam bangunan. Listrik yang diterima tongkat
diarahkan masuk ke tanah sedalam 2 – 6 m.

4. Konsep Sistem Pengendalian Keamanan Aset Pameran

commit to user

V-14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB V
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer

Selain dengan cara manual, yaotu menemptakan penjaga di daerah-daerah


rawan dan padat aktifitas digunakan juga system otomatis menggunakan
kamera CCTV. CCTV diletakan di daerah-daerah yang memerlukan kemanan
tinggi, tetapi juga dubutuhkan kenyamanan yang sulit dipenuhi bila ada
petugas yang menjaga pada daerah tersebut, contohnya ruang pameran
dan

Gambar 5.30 Jenis Kamera CCTV


Sumber: Dokumentasi Pribadi
masterpiece. Umumnya kamera CCTV dibagi menjadi dua jenis, yaitu PTZ
Camera yag dapat dikendalikan gerak kameranya dan Fixed Camera
dimana lensa kamera sudah tetap arah pengambilan gamabarnya. PTZ
Camera digunakan pada daerah-daerah yang membutuhkan jangkauan
pandang luas (Ruang galeri, Hall, Perpustakaan). Sedangkan Fixed Camera
digunakan pada daerah-daerah yang tidak membutuhkan jangkauan luas (pintu
masuk, pintu keluar, ruang-ruang pengelola, storage).

V-15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB V
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
commit to user

V-15

Anda mungkin juga menyukai