id
TUGAS AKHIR
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Dosen Pembimbing:
Ir. A. Farkhan, MT
Amin Sumadyo, ST.MT
commit to user
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
ALERI SENI URBAN YOGYAKARTA DENGAN PENEKANAN PADA PENCITRAAN BENTUK BANGUNAN KONTEMPOR
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
MENGESAHKAN,
PEMBANTU DEKAN I KETUA JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK UNS FAKULTAS TEKNIK UNS
DAFTAR GAMBAR
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
.
Tabel 1.1. Jumlah Komunitas Seni Urban Yogyakarta I-4
Tabel 2.1. Perbandingan Seni Urban dan Seni Mainstream II-9
Tabel 2.2. Perbandingan Antara Modernisme dan Postmodernisme II-17
Tabel 4.1. Analisa Pemilihan Lokasi IV-2
Tabel 4.2. Penentuan Kelompok Kegiatan dan Pelaku Kegiatan IV-7
Tabel 4.3. Penentuan Kebutuhan Ruang Berdasarkan Analisa IV-7
Kegiatan
Tabel 4.4. Perhitungan Besaran Ruang dan Program Ruang IV-10
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Lembar Pengesahan ii
Ucapan Terima Kasih iii
Kata Pengantar v
Daftar Isi vi
Daftar Tabel ix
Daftar Gambar x
[BAB I] Pendahuluan
A. Judul I-1
B. Pemahaman Judul I-2
C. Latar Belakang I-3
D. Permasalahan I-7
D.1. Umum I-7
D.2. Khusus I-7
E. Tujuan Dan Sasaran I-7
F. Lingkup Penulisan I-8
F.1. Lingkup Materi I-8
F.2. Lingkup Wilayah I-8
G. Metoda Pengumpulan Data dan Pembahasan I-8
H. Sistematika Penulisan I-10
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
IV-19
viii
B.4. Analisa Konsep Klimatologi IV-21
B.5. Analisa Kebisingan IV-23
B.6. Analisa View dan Orientasi IV-24
B.7. Analia Zonifikasi Kelompok Kegiatan IV-24
B.8. Analisa Sirkulasi IV-26
B.9. Analisa Gubahan Massa IV-27
B.10. Analisa Bentuk dan Tampilan Bangunan IV-31
B.11. Analisa Penentuan Landscape Bangunan IV-33
B.12. Analisa Sistem Struktur IV-35
B.13. Analisa Sistem Pencahayaan IV-37
B.14. Analisa Sistem Utilitas Bangunan IV-40
B.14.1. Analisa Sistem Air Bersih IV-40
B.14.2. Analisa Sistem Air Kotor IV-40
B.14.3. Analisa Sitem Penghawaan IV-41
B.14.4. Analisa Sistem Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran IV-42
B.14.5. Analisa Sistem Instalasi Listrik IV-44
B.14.6. Analisa Sistem Pennangkal Petir IV-45
B.14.7. Analisa Sistem Keamanan Aset Pameran IV-46
[BAB I]
PENDAHULUAN
Galeri Seni Urban
A. Judul Yogyakarta
Dengan
Penekanan Pada
Pencitraan Bentuk
Bangunan
Kontemporer
B. Pemahaman Judul
Galeri: Berasal
dari bahasa
latin (galeria)
yaitu ruang
beratap
dengan satu
sisi terbuka. Di
Indonesia galeri
sering diartikan
sebagai ruang
atau bangunan
tersendiri yang
digunakan untk
memamerkan
karya seni.
(Ensiklopedia
Nasional
Indonesia. PT.
Cipta Adi
Pustaka.
Jakarta. 1989)
Seni urban:
Urban art
adalah seni
“Urban art lahir karena adanya kerinduan untuk merespon kreativitas masyarakat yang
tinggal di daerah perkotaan dengan segala problematikanya. Maka munculah usaha
dari sekelompok orang untuk memamerkan dan mendatangkan seni ditengah-tengah
masyarakat dengan cara melakukan kebebasan berekspresi di ruang publik. Ekspresi yang
ditampilkan adalah ekspresi yang mencoba memotret permasalahan-permasalahan yang
kerap terjadi dan mendominasi masyarakat urban mencakup masalah sosial, ekonomi,
politik dan budaya. Melalui media seni dan dilatarbelakangi oleh pertumbuhan dan
kapitalisasi kota itu sendiri. Zaman sekarang seni bukan lagi sebuah representasi yang
ditampilakan digaleri saja, tapi sebuah media ekspresi yang bertarung di fasilitas
publik dengan media lainnya seperti iklan di TV, billboard iklan, poster promosi, baliho
dan lain- lain. Semua media ekspresi tersebut mendominasi dihampir setiap fasilitas publik.
Urban art berhasil memangkas hubungan yang berjarak antara publik sebagai apresiator
dengan sebuah karya seni. Menggantikan fungsi seni yang tadinya agung, klasik,
murni, tinggi serta tradisional. Seni diposisikan sebagai sesuatu yang konservatif dan
sarat dengan nilai pengagungan. Urban art berhasil meruntuhkan nilai-nilai tersebut
dengan cara menghadirkannya ke tengah publik melalui media-media yang erat dengan
keseharian masyarakat kota. Tujuan urban art lebih berakar pada perbedaan sikap
politik, anti kemapanan, vandalisme dan perlawanan terhadap sistem dominan
dimasyarakat”.2
Selain itu, seni urban juga dapat ditafsirkan sebagai perlawanan terhadap seni
modern yang sudah diproduksi, didistribusikan dan dikonsumsi secara kapitalistik.
Ketika seni rupa sudah masuk ke sistem pasar masyarakat kapitalistik, karya seni rupa
diproduksi, didistribusikan dan dikonsumsi secara kapitalistik. Seni urban juga
berusaha untuk melakukan pergeseran dari pengertian negatif seni rupa tinggi (high
art). Seni rupa tinggi (high art) adalah seni rupa yang terpisah dengan publik luas yang
hanya dipajang atau terisolasi di ruangan privat seniman, yang diasumsikan sebagai
bukan ruang publik: seperti gallery, museum, art shop; tidak diarahkan untuk
kepentingan membangun dialog dengan masyarakat tetapi lebih mengedepankan
1
iicul.wordpress.com/2008/08/15/jalan-seni-jalanan-yogyakarta/
2
bandungcreativecityblog.wordpress.com ditulis oleh Addy Handy
unsur estetik dan artistik yang diinginkan oleh individu pekerja seninya; lebih terkesan
menjujung tinggi seni untuk seni dan tidak mencangkup persoalan ekstraestetik3.
Di Indonesia sendiri seni urban berkembang pesat khususnya di kota-kota besar
dengan keheterogenitas penduduknya. Kota-kota seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta
dan Surabaya menjadi telah pusat perkembangan seni urban di Indonesia.
Diantara kota-kota besar tersebut, kota yang paling pesat perkembangan seni
urbannya adalah Yogyakarta.
Seperti diketahui, Yogyakarta telah lama dikenal sebagai kota dengan nuansa seni
dan budaya yang kental. Di kota inilah lahir seniman-seniman terkenal Indonesia
seperti Affandi, Rusli, Y.B Mangunjaya, Hendra Gunawan dan masih banyak lagi. Kota
Yogyakarta juga merupakan contoh ideal dimana seni dan budaya modern
kontemporer yang diusung oleh para pendatang dapat berafiliasi dan membaur dengan
seni budaya tradisonal masayarakat setempat.
Perkembangan seni urban di Yogyakarta dimulai sejak tahun 1997 dengan
komunitas Apotik Komik sebagai pelepopornya. Komunitas Apotik Komik pertama kali
menghadirkan seni ke ranah publik dengan menempelkan “mural” berupa komik pada
kain dan triplek yang kemudian dipamerkannya di luar ruangan. Selanjutnya Apotik
Komik gencar mengadakan praktek berkesenian di ruang publik, tidak hanya
berkegiatan sendirian, tetapi juga dengan melibatkan mayarakat setempat seperti
dalam proyek Koe Pos Art Project dan Kampung Sebelah Art Project.
Pada tahun yang sama juga lahir komunitas Lembaga Budaya Kerakyatan
Taring Padi yang merupakan gabungan dari para pekerja seni dan mahasiswa ISI
Yogyakarta. Kelompok Lembaga Budaya Kerakyatan Taring Padi adalah kelompok
yang secara intens menciptakan karya-karya yang mereka tempatkan pada ruang
publik. Tujuan mereka sangat jelas, memakai ruang publik untuk mempresentasikan
karya-karya mereka yang sarat dengan pesan-pesan sosial, agar karya-karya
tersebut bisa dikomunikasikan kepada masyarakat luas. Mereka memakai seni rupa
sebagai media untuk penyadaran kepada masyarakat. Aktivitas seni rupa LBK
Taring Padi dibagi dalam dua kecenderungan, yaitu yang bersifat praksis yang
biasanya dilakukan bersama masyarakat, dan kecenderungan lain adalah
penciptaan karya-karya individual. Praksis adalah aktivitas antara seniman dan
komunitas masyarakat yang
3
Makalah yang disampaikan pada Diskusi Mural Kota Yogya, Kerja Sama Jogja Fine Art
Community-Harian Bernas dan kemudian dipublikasaikan secara luas dalam Harian
Bernas
mempergunakan media seni rupa. Aktivitas ini bertujuan untuk membangun kesadaran
baru bagi masyarakat akan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya4.
Hingga saat ini komunitas seni urban Yogyakarta telah berkembang dengan pesat
termasuk didalamnya para penggiat seni kontemporer. Tidak ada data yang pasti
mengenai jumlah komunitas seni urban di Yogyakarta dikarenakan sifat komunitas ini
yang tidak terikat dan bebas. Tapi berdasarkan dokumentasi yang dilakukan komunitas
Gelaran Budaya yang kemudian dipublikasikan dalam Gelaran Almanak Seni Rupa
Jogja 1999-2009, setidaknya ada 101 komunitas seni yang masih aktif di Yogyakarta
dengan perincian sebagai berikut:
4
www.karbonjournal.org dalam Seni rupa (dalam ruang) Publik ditulis oleh FX Harsono
ditampilkan lebih bertujuan untuk mencari keuntungan tanpa memperdulikan adanya
apresiasi dari masyarakat luas. Galeri-galeri tersebut didesain secara eksklusif, megah
dan angkuh dimana hanya kalangan-kalangan tertentu saja yang dapat masuk ke
sana. Padahal karya seni diciptakan untuk dinikmati dan diapresiasi oleh semua
kalangan tanpa memperdulikan status, kedudukan dan strata sosial masyarakat. Hal
inilah yang mendorong para penggiat seni urban lebih memilih melakukan
kesenian di ruang publik. Tidak ada wadah legal yang dapat diajak bekerjasama
dan berkompromi. Akibatnya, aktifitas berkesenian yang mereka lakukan sering
mendapat cap buruk oleh sebagian kalangan. Salah satu bentuk seni urban, yaitu
mural telah lama mendapat label negatif dari masyarakat yang lebih konservatif.
Mural dianggap sebagai aktifitas yang merugikan, tidak tertib bahkan terkadang
dikategorikan sebagai tindak kriminal. Padahal bagi penggiatnya, mural bertujuan
untuk lebih memberikan warna bagi kotanya sendiri selain itu juga berfungsi bagai
kritik sosial dan yang lebih penting adalah untuk membawa seni untuk lebih dekat
kepada masyarakat sehingga dapat diapresiasi secara luas.
Lain lagi dengan performance art yang diwakili oleh teater dan sajian musik
jalanan. Orang-orang yang berkecimpung dalam dunia performance art jalanan jelas
sekali kesulitan untuk dapat berkarya dan menampilkan karyanya kepada publik.
Seandainya mereka terpaksa untuk pentas, mereka akan melakukannya di jalanan,
tempat-tempat parkir, pelataran mall dan halaman-halaman bangunan publik.
Masalahnya sama seperti pada mural, kegiatan yang mereka lakukan telah mendapat
label “aneh”. Pemusik jalanan digeneralisasikan sebagai pengemen sedangkan pentas
performance art harus “kucing-kucingan” dengan aparat.
Disini diperlukan perubahan paradigma fungsi galeri dari sekedar sebagai runag
pamer menjadi ruang untuk seni itu sendiri. Galeri tidak hanya mengemban misi
dokumentasi saja tapi juga misi eksplorasi dan edukasi. Artinya galeri seni harus dapat
mengakomodasi kegiatan-kegiatan berkesenian seperti penciptaan karya,
mendokumentasikannya dan kemudian mengapresiasikannya. Di Yogyakarta sendiri
terdapat sekitar 47 galeri seni dimana 28 diantaranya merupakan bangunan yang
murni berfungi sebagai galeri seni dan sisa 19 lainnya adalah ruang pamer yang
bergabung dengan fungsi bangunan lain. Diantara 47 galeri terebut 11 diantaranya
dikategorikan sebagai galeri yang teraktif dan hanya 7 galeri yang merupakan galeri
publik (bukan kepunyaan pribadi). (Gelaran Almanak Seni Rupa Jogja 1999-2009,
Gelaran Budaya, 2009).
Ruang publik dalam arti yang sungguh-sungguh murni adalah ruang yang
memang tidak boleh dikuasai oleh pihak atau kelompok tertentu siapapun. Karena
itu dengan
sendirinya bersifat terbuka, sekuler dan non-partisan. Di ruang-ruang bersifat seperti
inilah seni urban tumbuh dan berkembang. Hal tersebut dikarenakan seni urban
bukanlah merupakan hasil pemikiran pribadi saja, tetapi ada proses dialog, komunikasi
dan brainstorming dalam proses penciptaanya yang kemudian karyanya harus dapat
diapresiasi oleh masyarakat luas
Image galeri saat ini yang cenderung tertutup, eksklusif dengan target segmentif
tidak sesuai dengan semangat seni urban. Untuk itu galeri seni harus dapat
menjadi atau setidaknya memiliki sifat seperti ruang publik. Sifat interaktif ruang
publik yang dihadirkan melalui ruang-ruang eksterior terbuka, elemen pembentuk
ruang yang fleksibel serta tidak massif dan penempatan lokasi yang familiar
dengan kehidupan urban masyarakat setempat. Semua hal tersebut dimaksudkan
agar galeri seni dapat dikunjungi oleh lapisan masyarakat manapun tanapa ada
batasan strata sosial sehingga tercipta dialog antara seniman--melalui karya
seninya--dengan masyarakat lewat proses apresiasi.
Suatu galeri seni yang merefleksikan apa yang dipamerkan di dalamnya haruslah
memiliki jiwa dari seni yang diwadahinya. Jiwa dari seni urban adalah ’kekinian’,
universal dan kebebasan apresiasi. Sama dengan jiwa yang diusung oleh
bentuk- bentuk kontemporer.
Kontemporer memiliki jiwa pencarian bentuk, jati diri dan ciri khas. Dalam
arsitektur sendiri, kontemporer dapat diartikan sebagai ’kekinian’. Sebagai bagian dari
gerakan post modern yang merupakan counter culture dari paham modern, bentuk
kontemporer memiliki kekhasan pada bentuk yang mengundang berbagai macam
ekspresi bagi yang mengapresiasikannya. Bentuknya tidak terikat oleh langgam
tertentu dengan pemahaman bentuk yang bervariasi Ciri-cirinya mengacu pada
pluralisme, dekonstruksionisme, multikulturalisme, post-kolonialisme den feminisme
(Yasraf Amir Piliang, 2006: 75). Hal ini selaras dengan jiwa seni urban itu sendiri, jiwa
seni yang bebas dengan apresiasi yang bebas dari para penikmatnya dan tidak
memiliki kekhususan ataupun keberpihakan pada aliran seni tertentu. Seni urban juga
siap menerima masukan-masukan baru baik dalam bentuk dan ciri khas guna
menentukan jati dirinya sendiri.
Bentuk-bentuk kontemporer mungkin belum dapat diterima dan diapresiasi oleh
budaya Indonesia, tapi setidaknya bentuk kontemporer yang terkesan aneh, baru dan
tidak lazim akan menarik minat masyarakat serta memberikan ciri khas dan hal yang
akan menjadi ikon bagi suatu karya arsitektural.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa perkembangan seni urban di
Yogyakarta belum diimbangi oleh adanya wadah untuk menampung kegiatan
berkesenian para pelakunya. Oleh karena itu diperlukan suatu galeri seni urban yang
tidak hanya memiliki misi dokumentasi saja, tetapi juga berperan dalam poses
penciptaan, memamerkan dan pengapresiasian suatu karya seni. Galeri seni yang
memiliki sifat ruang publik sehigga tidak segmentif serta dapat menciptakan suatu
dialog yang bebas dan demokratis.
D. Permasalahan
D.1.Umum
Bagaimana merencanakan dan merancang galeri yang dapat mewadahi ekspresi
dari seni urban kontemporer sekaligus berfungsi sebagai ruang publik alternatif bagi
masyarakat dengan mengutamakan pada pencitraan bentuk bangunan yang
kontemporer sesuai dengan semangat seni urban itu sendiri.
D.2.Khusus
Menentukan lokasi tapak site yang mudah dicapai serta ikonik bagi masyarakat
Yogyakarta
Menentukan building massa, orientasi, sirkulasi dan tata vegetasi yang dapat
menciptakan suasana interaktif sebagai ruang publik
Menentukan tampilan bangunan yang mencitrakan bentuk bangunan yang
kontemporer
Menentukan sistem strukur yang mendukung pemanfaatan dan peruntukan
ruang secara maksimal serta pembentukan bentuk bangunan yang
kontemporer
2. Sasaran
Sasaran dari penulisan konsep ini adalah :
a. Rumusan penentuan lokasi site perencanaan melalui penyesuaian terhadap
prinsip desain arsitektural yang sesuai dengan kebutuhan bagi kegiatan dalam
galeri seni urban
b. Rumusan konsep pola tata massa dan pola sirkulasi yang sesuai bagi wadah
kegiatan dengan suasana interaktif sebagai ruang publik
c. Rumusan konsep tampilan bangunan yang dapat mencitrakan suatu bentuk
bangunan kontemporer disertai system struktur yang mendukungnya
F. Lingkup Penulisan
F.1. Lingkup Materi
Penulisan dilakukan melalui pendekatan pengungkapan permasalahan, analisa
dan sintesa secara arsitektural serta hal-hal yang berkaitan dengan konsep
perencanaan desain yang akan direncanakan (faktor teknis), sedangkan faktor-faktor
non-teknis dan disiplin ilmu lain merupakan faktor pendukung serta masukan yang
berguna bagi kesempurnaan pembahasan.
F.2. Lingkup Wilayah
Wilayah yang menjadi potensi terpilih sebagai wilayah studi yaitu Kota
Yogyakarta. Maka langkah-langkah yang akan diambil selanjutnya yaitu :
a. Identifikasi potensi yang dimiliki wilayah studi yang mendukung untuk
perencanaan galeri seni urban di wilayah tersebut, untuk menentukan
site yang potensial bagi perencanaan desain
b. Pengamatan dan analisa kondisi fisik dan non-fisik site untuk kelayakannya
sebagai site perencanaan desain
H. Sistematika Pembahasan
Tahap I
Mengemukakan latar belakang masalah, permasalahan dan persoalan, tujuan dan
sasaran pembahasan, metoda pembahasan, dan sistematika penulisan.
Tahap II
Mengeksplorasi teori-teori dalam seni urban dan perkembangannya khususnya di
Yogyakarta, serta pemikiran ruang publik untuk galeri seni.
Tahap III
Mengeksplorasi prinsip kontemporer dalam kaitannya dengan arsitektur. Melakukan
pendalaman terhadap prinsip-prinsip desain serta semangat kontemporer sebagai
bagian dari gerakan post-modern secara khusus dan mengkaitkannya dengan konsep
desain yang dibutuhkan pada pewadahan kegiatan seni, terutama seni urban.
Tahap IV
Menjabarkan preseden Galeri Seni serta wadah-wadah pengembangan dan pusat seni
yang telah ada di dunia dan Indonesia, sebagai studi banding dan kajian referensional
bagi tahap perumusan konsep.
Tahap V
Proses penentuan konsep perencanaan dan perancangan melalui analisa yang
dimulai dengan analisa mikro (analisa kegiatan), Kebutuhan dan besaran ruang) dan
berlanjut ke analisa makro (analisa pemilihan site dan pengolahannya)
Tahap VI
Mengungkapkan konsep perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil akhir
dari proses analisa untuk kemudian ditransformasikan dalam wujud desain fisik
bangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB II
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
A. Galeri Seni
A.1. Pemahaman Galeri
Galeri diartikan sebagai ruang/bangunan tersendiri yang digunakan untuk
memamerkan karya seni. Lalu selain itu juga memberi pelayanan dalam bidang
seni baik itu konsultasi ataupun workshop yang dapat menumbuhkan jiwa seni
dalam masyarakat.
A.2. Perkembangan Fungsi Galeri
Perkembangan galeri seni dapat dilihat bahwa fungsi awalnya adalah
memamerkan hasil-hasil seni agar dapat dikenal oleh masyarakat. Dengan demikian
terlihat adanya usaha :
Mengumpulkan hasil-hasil karya seni sebagai koleksi
Memamerkan hasil-hasil karya seni agar dikenal masyarakat
Memelihara hasil-hasil karya seni agar tidak rusak (bersifat memelihara/konservasi)
Terjemahan dari fungsi baru yang terjadi adalah sebagai berikut.
Sebagai tempat mengumpulkan karya seni,
yaitu dengan melakukan penyimpanan karya seni
pada ruang penyimpanan yang pada akhirnya
dapat dipamerkan kembali. Sebagai contoh karya-
karya seni rupa koleksi Galeri Nasional Indonesia
yang sebagian
B. Seni Urban
B.1. Pemahaman Seni Urban
Pada dasarnya seni urban dapat dilihat sebagai fenomena. Wilayah-wilayah
urbanlah yang kerap menjadi medan bagi para penggiat seni urban untuk menuangkan
ekspresi dan ide gagasannya. Keinginan untuk berkesenian di tempat-tempat yang
tidak memungkinkan, membuat wilayah urban menjadi wilayah yan representaif dan
juga variatif untuk menjadi media visualisasi seni. Bahwa wilayah urban lebih
dekat dengan realita kehidupan masyarakat maka terdapat kebebasan berekspresi
lebih bebas dari pada ruang pameran atau galeri yang memiliki batasan akses oleh
masyarakat.
Seni inipun, pada akhirnya, menjadi bagian dari kehidupan masyarakat
secara langsung. Para pelaku seni ini tanpa disadari telah memproduksi budayanya
sendiri, budaya urban. Lantas muncul apa yang disebut dengan pemaknaan.
Pemaknaan yang
terjadi ketika masyarakat mengamati dan pada akhirnya menjustifikasi bahwa para
pelaku ini sedang memproduksi apa yang menjadi hasil dari seni urban dengan
mengambil, menarik dan mengdokumentasikannya.
Penjelasan yang lebih menarik mengenai seni urban dapat dilihat dari
kutipan berikut ini:
Merupakan seni patung dan artefaknya seni urban. Urban Toys untuk
pertama kalinya diperkenalkan oleh orang-orang Jepang dan Hongkong,
dan mulai berkembang pada tahun 90an-akhir ke kawasan lainnya (Eropa
dan Amerika Serikat), banyak desainer-desainer dari barat juga akhirnya
terlibat dalam keasikan membuat “mainan ini”, karena mungkin fleksibilitas
dan adaptasi dari benda ini yang sangat luar biasa, sehingga sewaktu
waktu benda ini bisa berubah menjadi apapun, dan dan dapat di silangkan,
atau dikawinkan dengan tokoh tokoh yang sudah ada, dan popular
(Superhero, Corak Bendera Negara, atau malah art sekalipun).
Urban toys biasanya dibuat dari plastik, dibuat secara terbatas dari
mulai 500 sampai 2000 pcs per designnya, tetapi pada awalnya untuk
model prototype awal dan limited series dibuat dari resin. Ada juga yang
terbuat dari kayu karet dll, Sebagian orang mengungkapkan bahwa
urban toys merupakan sebuah penganti kanvas bagi seorang seniman
untuk mengekspresikan feeling seninya ke dalam sebuah karya.
Seni Instalasi
Seni instalasi merupakan seni tiga
dimensi, dimana pada karya-karya
instalasi ini memiliki maksud yang ingin
disampaikan oleh seniman walaupun
dapat juga diartikan berbeda-beda oleh
setiap orang. Seni instalasi yaitu
(installation = pemasangan) seni yang
memasang, menyatukan, dan
mengkontruksi sejumlah benda yang
dianggap bisa merujuk pada suatu
konteks kesadaran makna tertentu.
Biasanya makna dalam persoalan-
persoalan sosial-politik dan hal lain yang
Gambar 2.10 Karya Seni
Instalasi bersifat kontemporer diangkat dalam
Sumber: Dokumetasi Pribadi
konsep seni instalasi ini.
Hal penting lain yang cukup signifikan dalam Karya Seni Rupa Instalasi
adalah dimana proses berkarya merupakan kesatuan unit penilaian
yang turut menentukan ukuran dan nilai seni. Unsur “peristiwa” atau
tepatnya proses kejadian suatu peristiwa telah dianggap sebagai
representasi sehingga di sini secara otomatis akan terjadi kontak antara
objek dan penonton. Secara kebentukan Seni Rupa Instalasi masih
merupakan sebuah seni yang mengalami banyak perkembangan, mulai
dari ekspresi yang dilahirkan hingga pada tingkat praktisnya. Seperti
penggunaan efek teknologi multimedia, gerakan-gerakan (kinetik), mesin,
lampu (laser), music,tari (gerak) dan video sampai pada respon terhadap
alam yang dibentuk dalam efek sebuah perakitan atau penginstalan.
c. Seni Pertunjukan
Seni theater
Dalam seni urban, seni theater tidak lagi semata-mata mencari bahasa
tubuh lewat pertunjukan-pertunjukannya, melainkan juga mulai
menawarkan tubuh grafis yang menghasilkan metafor-metafor lewat
permainan tubuh dan bayangan tubuh. Ruang dikonstruksi tak lagi sekedar
panggung, melainkan lewat proyeksi tubuh dan bayangannya.
Seni tari
Seni tari pun telah berubah esensinya dalam seni urban. Sebuah
pertunjukan dengan kesadaran grafis yang ikut menentukan eksekusi
visual. Tema-tema yang dimunculkan adalah tema-tema
kekerasan,penyiksaan pada diri sendiri. Makna dari pertunjukannya adalah
usaha menciptakan pencerahan bersama lewat tubuh yang tersakiti
yang bisa di hayati langsung oleh penonton.
Breakdance
Merupakan salah satu seni urban yang berasal dari barat. Bermula dari
budaya musik hip-hop kaum kulit hitam di Amerika. Breakdance
memadukan gerakan tari yang dinamis dengan musik hip-hop yang
menghentak. Gerakannya cenderung dekat dengan tanah, penuh dengan
atraksi akrobatik dan terkesan patah-patah. Bisa dikatakan sebagai
sebagai penggabungan dengan beladiri capoeira.
Trethek
Seni urban asli Indonesia yang merupakan salah satu jenis musik yang
pada awalnya dimanfaatkan untuk ronda-ronda malam di lorong-lorong
kampung atau kota-kota besar di Jawa Tengah. Jenis musik ini didominasi
oleh alat musik yang terbuat dari bahan bambu.
Performance Art
Secara lebih luas gejala atau
bentuk karya seni telah berpadu
antara seni pertunjukan (teater,
tari, musik dan lain-lain) dan seni
rupa. Secara teknik aturan baku
dalam seni gerak (pertunjukan)
maupun seni rupa tidak lagi
dipersoalkandan cenderung
Gambar 2.11 Performance Art yang memiliki unsur improvisasi yang
Memadukan Seni Pertunjukan dan
Instalasi tinggi. Umpamanya juga
Sumber: Dokumetasi Pribadi
dilakukan atas respon konteks
sosial dan politik, situasi atau kondisi yang ada saat ini. Perfomance art
merupakan gejala akan kecenderungan seni kontemporer saat ini, sehingga
yang terlintas ini memiliki kaitan yang erat pula dengan keragaman seni
instalasi.
C. Ruang Publik
C.1.Ruang Publik dalam Elemen Kota
Ruang publik dalam arti yang sungguh-sungguh murni adalah ruang yang
memang tidak boleh dikuasai oleh pihak atau kelompok tertentu siapapun. Karena itu
dengan sendirinya bersifat terbuka, sekuler dan non-partisan. Secara fungsi ruang
publik adalah suatu ruang yang berfungsi mewujudkan keseimbangan kehidupan
manusia. Dari segi pribadi, keseimbangan kehidupan dapat tercipta dengan
menyalurkan ekspresi dan opini pribadi dalam suasana kebersamaan. Dari segi
masyarakat, ruang publik dibutuhkan untuk menyeimbangkan kehidupan warga kota
yang heterogen.
Elemen ruang publik dalam kota sebagai tempat interaksi masyarakat yang
bebas dikembangkan oleh Habermas, seorang tokoh aliran Frankurt, melalui konsep
the free public sphere (ruang publik yang bebas), di mana masyarakat memiliki
akses atas setiap kegiatan publik. Habermas melihat perkembangan wilayah yang
bebas dari sensor dan dominasi. Wilayah itulah yang disebut dengan public sphere,
yakni wilayah yang memungkinkan kehidupan sosial kita untuk membentuk opini
publik yang relatif bebas.
Penekanan praktek dalam public sphere yakni pertukaran pandangan yng
terbuka dan diskusi mengenai masalah-masalah kepentingan umum dengan
tujuaannya untuk membentuk kepekaan umum (sense of public). Mereka yang terlibat
di dalam percakapan public sphere adalah orang-orang yang privat. Bukan
orang dengan kepentingan bisnis, professional, pejabat maupun politikus.
Tujuan dari ranah publik adalah menjadikan manusia mampu merefleksikan
dirinya secra kritis, baik secara politis, ekonomis dan budaya. Karena menurut
Habermas, tidak ada suatu apapun di dunia ini yang tidak lepas dari unsur
kepentingan, sekalipun ilmu pengetahuan. Maka struktur masyarakat yang
emansipatif di mana setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk
berpartisipasi dalam mengambil keputusan bagi dirinya sendiri adalah struktur yang
ideal.
C.2.Ruang Publik untuk Galeri Seni Urban
Seperti kebanyakan seniman lainnya di kota, para penggiat seni urban juga ingin
menampilkan hasil ekspresi dan gagasannya kepada khalayak ramai melalui
sarana ruang yang masih tersisa di sudut-sudut kota. Sebagai seorang seniman secara
naluri pasti ingin menampilkan karyanya kepada publik, karena ada kerinduan
dalam diri seniman tersebut untuk dapat berinteraksi dan berdialog dengan khalayak.
Meletakan seni urban dalam ruang publik berarti menjadikan ruang publik
tersebut sebagai galerinya. Akses yang tidak terbatas dari khalayak menjadikan seni
urban memiliki kesempatan yang lebih besar untuk berkomunikasi dengan masyarakat
sekaligus mendapatkan responnya secara objektif. Bila seni tradisional terobsesi pada
keabadiaan, maka seni urban terobsesi pada pemanfaatan ruang seluas-luasnya.
Memang belum tersedia infrastruktur maupun media untuk menjelaskan apa itu
seni urban kepada masyarakat. Maka saat ini dibutuhkan suatu ruang yang dapat
dijadikan mediasi bagi para seniman dan masyarakat untuk dapat memahami
semangat seni uban itu sendiri. Suatu ruang yang bebas dari hagemoni
kekuasaan dimana setiap pendapat dapat berkembang secara demokratis tapi tetap
bertanggung jawab.
Secara khusus ruang publik adalah dialog antara arsitektur dan senirupa dalam
proses penciptaannya, dengan melibatkan masyarakat dalam permasalahan perkotaan
dan seni budaya, baik lokal maupun global.
D. Bentuk Kontemporer
D.1.Pemahaman Kontemporer
Secara umum kontemporer dapat diartikan sebagai masa kini, sewaktu,
sezaman, waktu yang sama dengan pengamat masa kini. Sementara dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia susunan Badudu dan Sutan Muhammad Zein terdapat tiga
arti leksikal tentang kata kontemporer, yaitu (1) semasa, sezaman; (2) bersamaan
waktu, dalam waktu yang sama; (3) masa kini, dewasa ini. Untuk menjelaskan
lebih lanjut, Badudu memberikan satu contoh kalimat, yakni “Seni kontemporer
tidak bertahan lama” (Badudu-Zein, 1994:714). Dengan contoh ini Badudu ingin
menegaskan bahwa seni kontemporer adalah seni yang akan bertahan sezaman saja.
Dengan demikian, kata masa kini juga berarti sezaman, masa saat sekarang.
Dari makna leksikal di atas tampak bahwa masalah waktu kesezamanan
dan/atau kekinian merupakan batasan tegas konsep tersebut. Pengertian ini jelas
masih sangat umum, bahkan bisa dikatakan ambigu. Bersifat umum sebab tidak
merujuk pada suatu genre, paham, ideologi dan lain-lain. Sementara itu, batasan
waktu masa kini sebagai pengertian kontemporer juga bersifat ambigu. Contohnya
dalam wacana seni rupa Indonesia. Tim penulis buku Sejarah Seni Rupa yang diketuai
Kusnadi, misalnya, menggunakan istilah kontemporer untuk seni rupa zaman
kemunculan Raden Saleh (Kusnadi, 1979:143). Beberapa tahun kemudian, yaitu Thun
1973 kata kontemporer sbagai sebuah istilah digunakan lagi dalam sebuah pameran
patung betajuk “Pameran Pertama Patung Kontemporer Indonesia”. Kata kontemporer
yang digunakan dalam tajuk pameran ini digagas G. Sidharta untuk menggantikan kata
modern---awalnta bertajuk “Pameran Pertama Patung Modern Indonesia.
Dengan demikian bisa ditegaskan bahwa kata kontemporer bukan merupakan
istilah yang merujuk pada sebuah aliran atau gaya, melainkan hanya sebuah aktivitas
yang dianggap terkini pada setiap zaman oleh para pengamat yang hidup pada setiap
zaman bersangkutan.
D.2.Kontemporer Sebagai Bagian dari Gerakan Postmodern
Dalam ranah bentuk dan gaya, kontemporer sndiri sering dihubungkan dengan
sebuah gejala yang membedakan dirinya dari bentuk dan gaya sebelumnya, yaitu
modern. Gaya kontemporer dikategorikan sebagai karya yang dihasilkan oleh
paradigma postmodern, sehingga beberapa pihak acap menyulih istilah kontemporer
dengan postmodern. Kontemporer dapat diartikan sebagai bentuk dan gaya yang
memiliki kecenderungan berbeda dengan bentuk dan gaya modern.
Selanjutnya, bentuk dan gaya dengan kecenderungan tersebut bisa
diidentifikasikan dengan terlebih dahulu menjelaskan apa yang dimaksud dengan
postmodern itu sendiri. Tapi, istilah ini sulit dipahami tanpa membandigkan dengan
paradigma yang mendahuluinya, yaitu modern. Dalam menjelaskan
hubungan- hubungan ini orang sering menumpangtindihkan beberapa istilah, yani
modern, modernitas,modernism, postmodern, postmodernitas dan postmodernisme.
Untuk itu sebelumnya istilah-istilah ini perlu didefinisikan dengan jelas. Yasraf
Amir Piliang (2006: 75) menjelaskan istilah-istilah tersebut dengan menunjukan
perbedaan- perbedaan sebagai berikut:
a. Modern – Postmodern
Istilah ini mengacu pada waktu, era, zaman dan semangat zaman. Postmodern
dapat diartikan waktu, era, zaman dan semangat zaman setelah modern.
b. Modernitas - Postmodernitas
Istilah ini mengacu pada kondisi, eadaan, situasi, umum, realitas dunia kehidupan.
Modernitas memilikiciri kemajuan (progress), integrasi, keterpusatan, kontinuitas
dan kebaruan.
Postmodern memiliki ciri nostalgia, pastiche, disitegrasi, fragmentasi, heterogenitas
dan decentering.
c. Modernisme - Postmodernisme
Istilah ini mengacu pada gerakan (movement), gaya (style), ideology,
kecenderungan, metode cara hidup dan keyakinan.
Modernisme mengacu pada universalitas, internasionalisme, inperialisme,
etnosentrisme, dan rasisme.
Postmodern mengacu pada pluralisme, dekonstruksionisme multikulturalisme, pos-
kolonialisme den feminisme.
Tampak dari pendefinisian di atas bahwa istilah modern berbanding lurus
dengan modernitas dan modernisme. Istilah ini kemudian berbanding terbalik dengan
postmodern, postmodernitas dan postmodernisme. Mengacu pada penjelasan dan
pemosisisan ini bentuk dan gaya yang mengacu pada postmodern (kontemporer)
adalah bentuk dan gaya yang bisa dibedakan denga bentuk dan gaya pada paadigme
modern. Lebih rinci, Baret (1994: 109-112) melalui Sabana (2002: 18) membedakan
konsep modernisme dan postmodernisme melalui tabel berikut:
Tabel 2.2 Perbandingan Antara Modernisme dan Postmodernisme
Modernisme Postmodernisme
Memutuskan rantai masa lalu Meminjam masa lalu untuk konteks yang
baru
Gambar 2.13 Eksterior Imatra lengkungan-lengkungan bagian dari kurva dan garis-
Sumber: Microsoft Encarta
garis lurus satu dengan yang lain tidak sejajar seperti
Reference Library
bangunan lainnya, sehingga menghasilkan bentuk
denah yang tidak teratur.
Dinding dari susunan tersebut membentuk
bidang, bidang kontras satu dengan lainnya, pada
ruang dalam dinding dengan denah tak beraturan
tersebut, ke depan dimana terdapat altar semakin
mengecil. Disini dapat dilihat ciri khas post-modern
space dimana kombinasi komponen bangunan, adalam
hal ini dinding, dapat menghasilkan penciptaan serta
pembentukan ruang yang terkomposisi dengan unik.
Ciri Aalto yang sederhana tapi berbeda dengan
bangunan lain juga dapat ditemukan pada bangunan
ini.
Dari sisi eksterior, Imatra sangat terlihat tidak
lazim untuk ukuran sebuah gereja atap-atap
Gambar 2.14 Interior melengkung miring dengan ketinggia yang berbeda
Guggenheims Gallery
Sumber: Microsoft mendominasi point of interest dari bangunan ini. Kalau
Encarta
Reference Library dicermati memang agak aneh dan tidak mendukung
fungsinya sebagai gereja. Tapi, memang itulah ciri dari arsitektur post-modern, dimana
karya arsitektur bukanlah sebagai produk massal.
Yang lainnya adalah desain Guggenheims Gallery Space di New York karya arsitek
terkenal Fank Lloyd Wright. Disini diperlihatkan desain spiral setinggi enam lantai
dimana terdapat skylight berkaca besar diantara tengah-tengah spiral tersebut yang
menyinari setiap karya seni yang dipajang di setiap lantainya.
Dapat dipahami pendesainan bentuk spiral ini merupakan pengekspresian dari
tujuan pembentukan ruang tersebut sebagai galeri seni yang menuntut bentuk ruang
yang dinamis, unik serta yang terpenting juga dapat menonjolkan karya-karya seni
yang dipamerkan di dalamnya.
Terakhir adalah karya Robert Venturi
Architecture Firm, yaitu Venna Venturi House
yang terletak di Pennsylvania. Sebuah
rumah yang mencerminkan sebuah bentuk
yang fungsional dimana nilai keindahan
justru tecipta dari pengekspresian ruang di
dalamnya. Ruang yang menuntut
kesederhanaan dan fungsi semata sehingga
Gambar 2.15 Venna Venturi House
Sumber: Microsoft Encarta menghasilkan bentuk yang simple dan tidak
Reference
Library bertele-tele tetapi tetap memiliki nilai estetika.
Curah hujan bervariasi antar 33mm sampai dengan 496mm. Curah hujan diatas
300mm terjadi pada bulan Januari, Februari dan April. Curah hujan tertinggi yaitu
496mm biasa terjadi pada bulan Februari dan curah hujan terendah berkisar
antara 3mm smpai dengan 24mm terjadi pada bulan Mei sampai Oktober. Curah
hujan tahunan rata-rata adalah 1855mm.
Secara administrasi, Kotamadya Yogyakarta berbatasan dengan Kabupaten
Kulonprogo dan Kabupaten Magelang di sebelah Barat, Kabupaten Klaten di
Sebelah Timur dan Utara serta Kabupaten Bantul di sebelah Selatan.
E.2. Potensi Kota Yogyakarta
Yogyakarta identik sebagai kota dengan identitas seni dan budaya yang kental.
Dengan banyaknya perguruan tinggi yang mengkhususkan studinya di bidang seni
ditambah dengan karakteristik masyarakat Yogyakarta yang kritis tapi mau menerima
perubahan menjadikan kota ini memiliki iklim yang sangat kondusif untuk
berkesenian. Munculnya komunitas-komunitas seni, sanggar, galeri serta museum-
museum seni menandakan pesatnya perkembangan berkesenian di kota ini.
Yogyakarta mempunyai potensi yang cukup besar dalam bidang budaya,
pariwisata dan perdagangan, dan secara umum potensi kota Yogyakarta saat ini
digambarkan sebagai berikut:
a. Sosio Kependudukan
Seiring bertambahnya laju pertumbuhan penduduk akan diikuti juga dengan
pertumbuhan laju ekonomi dan bisnis yang semakin gegas. Dengan demikian akan
pendapatan perkapita akan semakin meningkat.
Yogyakarta sebagai salah satu kota yang paling terkenal di Indonesia mulai menjadi
pusat berbagai macam kegiatan, baik yang berskala lokal, regional, nasional
atau bahkan intenasional tidak terlepas dari hal tersebut. Yogyakarta mempunyai
tingkat laju pertumbuhan penduduk terhitung antara tahun 2000-2005
sebesar 1,87 persen serta pertumbuhan ekonomi dan bisnis sebesar 3,97
persen pada tahun 2006 dan 4,46 persen dari tahun 2007 saja.1
Semakin maju tingkat kehidupan masyarakat, maka mereka semakin menuntut
adanya kelengkapan pada fasilitas untuk memenuhi aktivitas kehidupan sehari-hari,
seperti kebutuhan fasilitas informasi, transportasi, hiburan, rekreasi, dan
sebagainya.
1
Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta, Kota Yo g ya k a rt a
co m m i t t o II‐21
D a la m Angka, 2008
u s e r
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB II
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
F. Studi Kasus GalerI Seni F.1. Selasar Sunaryo Art Space, Bandung
Selasar Sunaryo Art Space
merupakan lembaga nirlaba yang bergerak
secara khusus di bidang pengembangan
dan pengkajian seni rupa modern dan
kontemporer sebagai dukungan terhadap
praktek kebudayaan di Indonesia secara
Gambar 2.22 Entrance Selasar Sunaryo
Sumber: www.selasarsunaryo.com lebih luas. Selasar Sunaryo Art Space
secara berkala menyelenggarakan
kegiatan berupa pameran seni rupa,
pementasan seni pertunjukan, pembacaan
puisi, pemutaran film yang diikuti diskusi, seminar ataupun sarasehan yang bertujuan
untuk mengkaji dan melihat relevansi seni rupa dengan persoalan-persoalan
kebudayaan secara luas. Selasar Sunaryo Art Space juga menyelenggarakan
program edukasi publik berupa panduan tur dan program anak-anak.
Letak Selasar Sunaryo yang berada
di kawasan perbukitan sangat
menentukan pola peletakan fungsi massa
bangunan yang mengisi ruang seluas
5000m2 dengan tingkat kemiringan
sekitar 20-40%. Maka dalam
perancangannya dilakukan pemisahan
massa bangunan berdasarkan
pengelompokan fungsi aktifitas. Berikut
Gambar 2.23 Interior Selasar Sunaryo
Sumber: www.selasarsunaryo.com pengelompokan massa bangunan di
Selasar Sunaryo berdasarkan fungsinya :
a. Fungsi Bangunan Utama, dengan dimensi sekitar 8,4x22 m2 yang terdiri atas tiga
lantai yang berbeda dengan split level yang memanfaatkan pola kontur eksisting.
b. Fungsi Bangunan Penunjang, yang terdiri atas dua lantai yang berbeda dengan
split level.
c. Ruang Amphiteater terbuka berbentuk setengah lingkaran dengan diameter sekitar
20m dari lingkar luar amphiteater dan 10m dari lingkar luar panggung.
Konsep sirkulasi cenderung menggunakan pola linier yang mengusung pola
ruang yang menerus. Citra bangunan menampilkan image ‘modern abstrak’ yang
menjadi ekspresi karya-karya seni kontemporer dari Sunaryo. Tampilan interior tidak
menonjol dan cenderung netral untuk lebih menonjolkan karya-karya seni yang
dipamerkan di dalamnya.
Sebagian besar koleksi Selasar Sunaryo Art Space terdiri dari karya-karya patung,
lukisan, instalasi, drawing dan cetakan grafis dari Sunaryo sebagai koleksi utama yang
dipamerkan secara permanen. Di samping itu Selasar juga memiliki koleksi permanen
terpilih yang didapatkan dari donasi dan pinjaman, antara lain: A. Sadali, Haryadi
Suadi, Umi Dachlan, Srihadi, G. Sidharta, Rita Widagdo, T. Sutanto, Gordon Walters
dan lain- lain.
pameran. Baik pameran tunggal, pameran kelompok, seni pertunjukkan, site specific
maupun happening art, diskusi, presentasi slide serta perbincangan seniman.
Bangunan Rumah Seni Cemeti ini bergaya arsitektur vernakular. Hal ini
terlihat pada ruang lobby penerima yang bergaya joglo yang mencirikan bangunan
tradisional jawa. Dari ruang penerima ini pengunjung digiring menuju ke ruang pamer
melewati sebuah ruang selasar dengan salah satu sisi yang terbuka. Terdapat
sebuah tanman hijau kecil berukuran kurang lebih 25 m2 pada sebelah sisi yang
terbuka pada selasar. Di sisi sebelah kanan terdapat ruang penunjang berupa
lavatory dan pantry serta stockroom. Terdapat ceruk dinding yang berisi display
buku dokumentasi
seniman dan kegiatan yang dilakukan oleh Rumah Seni Cemeti yang berada di sisi
kanan dan kiri pitu stockroom.
Ruang Pamer berukuran 105 m2 dengan konsep ruang yang semi terbuka yang
salah satunya menghadap selasar yang menghubungkannya ke ruang lobby penerima.
Ruang pamer dilengkapi dengan sistem
pencahayaan alami dari bukaan atap dan
sistem pencahayaan artifisial dari lampu sorot.
Selain itu juga terdapat suplay listrik dari stop-
kontak untuk suplay listrik karya seni instalasi
Gambar 2.25 Interior Rumah Seni Cemeti yang memputuhkan listrik sebagai energi
Sumber: www.Alambina.net
penggerak mekanik atau pada kasusu video
art. Finishing dinding ruang pamer menggunakan warna putih netral tanpa
ormnamentasi. Plafond dibiarkan tanpa finishing untuk pencahayaan alami yang
merata pada seluruh ruang pamer. Sedangkan finishing lantai dari ubin dengan warna
krem merata dari ruang penerima hingga ruang pamer.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB III
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Banguan
Kontemporer
A. Pengertian
Galeri seni yang menjadi wadah bagi seluruh elemen masyarakat Yogyakarta pada
khususnya untuk dapat mengekspresikan semangat urbannya malalui karya seni juga
sebagai ruang publik alternatif dengan kekhasan pada pencitraan bentuk bangunan
kontemporer
B. Tujuan
Sebagai wadah untuk dapat berkesenian secara bebas serta memberikan edukasi
di bidang seni bagi masyarakat kota Yogyakarta. Selain itu juga menjadi ruang
alternatif yang bersifat publik dimana memberikan peluang terjadinya dialog-dialog
dan interaksi yang positif diantara msyarakat kota Yogyakarta
III-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB III
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Banguan
Kontemporer
D. Lingkup Pelayanan
Galeri Seni Urban merupakan wadah pengembangan dan penelitian terhadap
perkembangan seni urban secara luas, yang berbentuk ruang publik dan membuka
kesempatan-kesempatan untuk adanya komunikasi dan pertukaran pengetahuan
diantara komunitas seni dan masyarakat. Sebagai hasilnya merupakan konsumsi bagi
masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya pada khususnya dan masyarakat Indonesia
pada umumnya. Galeri Seni Urban mempunyai skala pelayanan pada lingkup regional
dan nasional, serta tidak menutup kemungkinan untuk adanya hubungan pertukaran
informasi dan pengetahuan dengan dunia internasional.
E. Status Kelembagaan
Merupakan lembaga swasta independent yang pengelolaan organisasinya dilakukan
oleh kalangan seniman dan pewakilan warga masyarakat
commit to user
III-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB III
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Banguan
Kontemporer
Direktur
Manajer Program Manajer Informasi dan Penelitian Manajer Keamanan dan Perawatan
Kurator PelaksanaKoordinator
Harian Commercial
Dokumentasi
Area dan Kepustakaan
Litbang Teknologi Informasi
Front Desk Officer Koor. Koor. Keamanan
Perawatan & Rmh Tangga
commit to user
III-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB III
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Banguan
Kontemporer
Kegiatan penciptaan karya seni, yaitu kegiatan penciptaan suatu karya seni. Sesui
karakteristik seni urban, kegiatan ini dimulai dari diskusi dan brainstoming,
eksplorasi content dan eksekusi.
Kegiatan Diskusi Umum/Terbuka, yaitu kegiatan diskusi umum terkait dengan
seni urban dan isu kontemporer yang sedang berkembang. Kegiatan ini dapat
diikuti oleh seniman, pengamat dan masyarakat umum. Termasuk dalam diskusi
ini yaitu kegiatan peluncuran buku, pembicaraan seputar seniman kontemporer
dan karyanya, pemutaran film, dan lain sebagainya.
2. Kegiatan Studio Workshop, yang bertujuan untuk pelatihan dan sarana bagi
seniman untuk secara langsung memperkenalkan kepada masyarakat proses
penciptaan karya seni urban, sehingga masyarakat umum dapat lebih memahami
jenis dan kegiatan seni urban. Kegiatan ini berbentuk sebagai kegiatan
pelatihan terbuka, untuk umum dan bersifat non-formal yang diadakan dengan
jadwal khusus yang dapat diikuti oleh peserta dan pengunjung yang berminat.
3. Kegiatan Pengelolaan, yaitu kegiatan administrasi yang meliputi tata usaha,
keuangan, personalia, pemeliharaan bangunan dan kawasan, keamanan, serta
kegiatan koordinasi.
4. Kegiatan Penunjang, dibagi atas:
Kegiatan Komersiil/Commercial Activity, yaitu kegiatan yang bersifat komersial
namun tidak berhubungan langsung dengan kegiatan jual beli karya seni.
Kegiatan ini difasilitasi oleh toko cinderamata, restauran dan coffe shop serta toko
perlengakapan seni..
Kegiatan Pelayanan dan Servis
commit to user
III-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB III
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Banguan
Kontemporer
commit to user
III-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB III
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Banguan
Kontemporer
4. Kurator
Bertanggung jawab akan segala macam kgiatan yang berlangsug di dalam galeri
seni urban. Terdiri dari para oang-orang yang memiliki pengetahuan lebih di bidang
seni dan bertugas mmberikan informasi bagi pegunjung, menilai dan menganalisa
suatu karya seni, menentukan metode penyimpanan dan pameran karya seni serta
mengatur dan mengoganisir acara-acara yang diadakan di galeri seni urban’
5. Pengelola
Bertugas mengelola manjemen dari organisasi galeri seni urban, terdiri dari:
Direktur dibantu dangan Wakil Direktur
Bertanggung jawab penuh atas segala kegiatan yang berjalan galeri seni urban
Sekretaris membantu tugas dan tanggung jawab yang dijalankan oleh Direktur
dan Wakil Direktur
Manajer administrasi an keuangan
Manajer program yang terdiri dari kurator pelaksana harian dan coordinator
commercial area
Manajer informasi dan penelitian yang tediri dari dokumentasi dan kepustakaan,
front desk officer dan litbang teknologi dan informasi’
Manajer keamanan dan perawatan yang terdiri dari koodinator perawatan
dan rumah tangga serta koordiantor keamanan.
commit to user
III-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
A. Analisa Makro
A.1.Proses Penentuan Pemilihan Lokasi
Analisa bertujuan untuk mendapatkan lokasi dan site perencanaan di dalam
wilayah kota Yogyakarta yang sesuai untuk perencanaan dan perancangan Galeri Seni
Urban yang direncanakan serta mampu mendukung fungsi bangunan tersebut.
Kriteria pemilihan lokasi:
Area bebas banjir, berada dalam area pengembangan pariwisata seni dan
budaya serta bukan dalam lingkup area kawasan industri.
Dilalui oleh jalur utama transportasi kota, sehingga terdapat kemudahan
akses baik dari dalam kota maupun dari luar kota Yogyakarta.
Berada pada distrik fasilitas seni dan budaya
Lokasi mudah dikenal dan diingat masyarakat.
Mudah ditemukan dan mempunyai kekhasan tersendiri sebagai kawasan seni
dan budaya.
Analisa:
Dari dasar pertimbangan di atas, diambil dua alternatif dan dilakukan
pengamatan terhadap kawasan terpilih. Tiga alternatif kawasan adalah Jl. Adi
Sucipto, Jl. Urip Sumoharjo dan Jl. Pangeran Mangkubumi.
Tabel 4.1 Analisa Pemilihan Lokasi
Kesesuaian Aksesibilitas Nilai Ekspos Ketersediaan Kekhasan
Lokasi
Peruntukan Transportasi Bangunan Infrastruktur Daerah
Jl. Adi Sucipto Berada pada Dilewati Tidak terlalu Listrik, air dan Hanya
distrik angkutan tinggi drainase merupakan
perdagangan kota Trans dikarenakan tersedia jalur
Jogja dan tidak adanya tetapi tidak transporatsi
bis-bis dari objek penarik ada fasilitas utama natar
dank ke arah di sekitar budaya yag Jogja dan
Solo lokasi mendukung Solo
IV-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
Lokasi yang dipilih yaitu kawasan Jl. Pangeran Magkubumi. Kawasan ini terletak
di antara jalur wisata Malioboro, Keraton Yogyakarta, Taman Pintar Yogyakarta
dan sekitar Tugu, dekat dengan Stasiun Tugu sebagai noda transportasi bagi
pengunjung dari luar kota, dilewati trayek Bus Trans Jogja sebagai alternative
utama transportasi dalam kotadan merupakan daerah pengembangan pariwisata
seni dan budaya.
IV-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
Site merupakan lahan dengan luasan ± 12.000 m2, dengan batas-batas sebagai
berikut:
Utara : Pertokoan
Timur : Pemukiman penduduk dengan ketinggian 2 lantai
Selatan: Gedung Kedaung Yogyakarta.
Barat : Jl. Pangeran Mangkubumi
B. Analisa Mikro
B.1. Analisa Pola Kegiatan
Pola pelaku kegiatan merupakan bentuk-bentuk kegiatan yang terjadi pada Gleri
Seni Urban Yogyakarta, terdiri dari kegiatan yang dilakukan oleh pengunjung, urator,
seniman dan pengelola.
Pada umumnya pola kegiatan seniman tidak dapat ditentukan secara pasti
dikarenakan karakteristik dari seniman dan seni itu sendiri yang tidak terbtas oleh
waktu dan ruang gerak. Oleh karena itu pola kegiatan ditentukan sebebas mengkin
tapi tetap dengan batasan sesuai dengan jenis kegiatan yang dilakukan.
IV-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
commit to user
IV-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
commit to user
IV-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
IV-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
IV-7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
commit to user
IV-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
- ibadah
D. Kegiatan - parkir - area parkir pengelola
Pengelolaan - aktivitas direktur - r. direktur utama
- keg. Wakil direktur - r. tamu
- keg. Administrasi dan keuangan - r. wakil direktur
- keg. manajemen program - r. sekretaris
- keg. manajemen bagian informasi dan penelitian - r. manajer administrasi keu.
- keg. manajemen keamanan dan perawatan - r. staf administrasi keu.
- komputerisasi data/arsip - r. manajer program
- rapat - r. manajerinfo dan penelitian
- ibadah - r. staf dokumentasi dan
- metabolisme kepustakaan
- keg. penerimaan - r. litbang tek. informasi
- keg. perawatan bangunan - r. manajer keamanan dan
- keg. pengoperasian utilitas ba-ngunan perawatan
- keg. Pengamanan - r. koor. dan staff keamanan
- penyediaan fasilitas makan/ minum - r. koor. dan staff perawatan
dan rmh tangga
- r. arsip
- r. rapat
- dapur/pantry
- musholla
- lavatory
- gudang alat kebersihan
- r. genset
- r. trafo
- r. panel listrik
- r. mesin AC
- r. pompa
- tangki air
- gudang
- r. satpam/pos jaga
Sumber: Analisa
Sumber: Analisa Pribadi
Pribadi
IV-9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
dalam ruang dengan dimensi alat gerak yang digunakan serta flow gerak
atas dasar tujuan tuntutan dan karakter kegiatan, ditentukan sebagai berikut:
5%-10% = standart minimum
20% = kebutuhan keleluasaan sirkulasi
30% = tuntutan kenyamanan fisik
40 % = tuntutan kenyamanan psikologis
50% = Tuntutan spesifik kegiatan
70%-100% = Keterkaitan dengan banyak kegiatan
Proses penentuan besaran ruang yaitu sebagai berikut:
LUAS 3343,34 m2
Sirkulasi 30 % (untuk kenyamanan fisik) 30% x 3343,34 1002,9 m2
TOTAL 4346,24 m2
IV-10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
RUANG KAPASITAS
Art Shop Studi banding dengan Selasar
SB 1 unit 60,00 m2
Sunaryo Art Space
Area Duduk NAD Estimasi tersedia 30-40 meja 150 x 1,90
Coffee Shop 1,30 – 1,90 150 orang @ 4 org 399,00 m2
m2/org Flow 40%
R. Counter Kasir NAD 1 unit, 2 2 staff penjaga kasir, 1 org utk art 2 x 5,50
12,00 m2
5,50 m2/org orang shop, 1 org utk coffee shop Flow 10%
Dapur & Bar Studi banding dengan
PHS 1 unit 50,00 50,00 m2
McDonald’s Cafe
Gudang Kering PHS 1 unit Setengah dari luasan dapur & bar 25,00 25,00 m2
Gudang Basah PHS 1 unit Setengah dari luasan dapur & bar 25,00 25,00 m2
R. Manager Ruang kerja untuk 1 org manager 25,00
Commercial Area NAD 1 unit dengan kegiatan pengelolaan 30,00 m2
area komersiil Flow 20%
R. Staff 1 unit, 10 Dihitung 10% dari total luasan
PHS 10% x 399,00 39,90 m2
Commercial Area orang area coffee shop
Toilet + Locker 2 unit, unit Dihitung masing-masing setengah
Karyawan NAD pria & unit dari luasan ruang kerja staff 2 x 26,6 53,20 m2
wanita
Toilet umum NMH
Pria: 21-30 org 5,48 m2
2 WC 2 x 1,80
2 urinoir 2 x 0,40
2 wastafel 2 x 0,54
Wanita: 21-30 org 4,68 m2
2 WC 2 x 1,80
2 wastafel 2 x 0,54
Luas 704,26 m2
IV-11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
2 urinoir 2 x 0,40
2 wastafel 2 x 0,54
Wanita: 21-30 org 4,68 m2
2 WC 2 x 1,80
2 wastafel 2 x 0,54
Luas 856,32 m2
d. Kegiatan Pengelolaan
NAMA JUMLAH/
PENDEKATAN KETERANGAN PERHITUNGAN TOTAL (m2)
RUANG KAPASITAS
Ruang tamu + Disamakan dengan entrance hall
PHS 30,00 30,00 m2
Front Desk pada perpustakaan
R. Direktur NAD Diperuntukan bagi 1 orang 35,00
15,00-36,00 1 unit, 1 direktur utama 45,50 m2
orang Flow 30%
m2/org
R. Wakil Direktur NAD Diperuntukan bagi 1 orang 30,00
(General 15,00-36,00 1 unit, 1 kegiatan managerial 36,00 m2
orang Flow 20%
Manager) m2/org
R. Sekretaris NAD Diperuntukan bagi 1 org 2 x 10,00
8,00-12,00 1 unit, 2 sekretaris utama & 1 org asisten 24,00 m2
orang Flow 20%
m2/org
R. Manager NAD Diperuntukan bagi 1 org 12,00
Administrasi & 8,00-12,00 1 unit, 1 pengelola bagian administrasi 14,40 m2
orang Flow 20%
Keuangan m2/org
R. Staff Diperuntukan bagi 1 org
Administrasi & NAD 1 unit, 3 koordinator & 2 org staff 3 x 5,50
orang 19,80 m2
Keuangan 5,50 m2/org Flow 20%
commit to user
IV-12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
commit to user
IV-13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
IV-14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
commit to user
IV-15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
commit to user
IV-16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
commit to user
IV-17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
Ruang tamu + +++ +++ + +++ Sebagai area penerima pengunjung Ruang yang terbuka sebagai kamuflase
Front Desk pada pusat informasi dan dari lebar massa bangunan yang tidak
pengelolaan, terbuka dan bersifat begitu besar, view mengarah ke danau
publik buatan
R. Direksi & +++ +++ ++ ++ Ruang-ruang direksi dan sekretaris Bukaan ruang yang tidak begitu besar
Sekretaris dibuat dengan mengikuti grid menciptakan arah view pribadi yang
terbesar, dengan privasi tinggi memberikan kenyamanan bagi
namun tetap memiliki bukaan untuk pengguna ruang sekaligus privasi
keleluasaan kegiatan dan terhadap kegiatan di luar ruangan
menciptakan kontak visual dengan
ruang di luarnya
R. Manager & +++ +++ ++ ++ Ruang-ruang dibuat dengan privasi View-view terbuka memberi keleluasaan
Staff yang lebih rendah tanpa sekat- bagi staff dan kenyamanan view.
sekat untuk mendukung Bukaan diarahkan ke area taman hijau
keleluasaan kegiatan antar bagian untuk tetap menciptakan privasi kerja
bidang
R. Rapat +++ +++ ++ ++ Ruang rapat memiliki privasi tinggi Dinding kaca diarahkan menuju
namun dibuat terbuka, agar ruang bukaan lebar pada sisi bangunan, agar
tidak gelap ketika tidak digunakan ruang tetap dapat menjadi elemen
visual yang menarik bagi ruang
pengelolaan meski
tidak digunakan
R. Arsip + +++ +++ ++ Ruang dibuat dengan privasi tinggi
dan dinding masif sebagai penjamin
keamanan arsip
AREA KEGIATAN SERVIS
R. Keamanan +++ +++ + ++ Ruang keamanan diposisikan pada
(CCTV) area penghubung antara ruang
servis dengan ruang pengelola,
untuk mengawasi kegiatan loading
barang
Toilet + Locker + +++ +++ ++ Ruang-ruang tertutup untuk
Karyawan mewadahi kegiatan loker karyawan,
dinding masif dimanfaatkan untuk
menyamarkan kolom struktur
Dapur + Kantin ++ ++ + ++ Dibuat terbuka namun tertutup dari Kenyamanan view kearah path dan area
akses publik, langsung taman hijau serta privasi yang tinggi
berhubungan dengan ruang- menjadikan ruang ini fleksibel dan
ruang servis yang lain dan memadai sebagai ruang istirahat staff
diposisikan pada sisi path masuk fasilitas
tapak untuk menutupi ruang servis
dari visual pengunjung
Gudang + ++ ++ ++ Langsung terhubung dengan loading Ruang yang tertutup diberikan
dock, dibuat tertutup untuk menjaga pewarnaan dinding ruang yang terang
keamanan barang-barang yang sehingga tidak menggunakan terlalu
disimpan di dalamnya banyak pencahayaan buatan
Loading dock + ++ + +++ Terbuka langsung menuju pintu side
entrance yang berfungsi sebagai
akses servis, dibuat cukup luas
untuk kegiatan loading
Musholla ++ ++ +++ +++ Dibatasi oleh sekat berupa dinding Bukaan memberikan arah view yang
bata dan dengan arah view menuju luas keluar ruangan, namun jarak
ruang luar bangunan dar pedestrian tetap dapat
mempertahankan privasi ruangan
Keterangan:
+ : kurang perlu/ kurang berpengaruh
++ : perlu / berpengaruh
+++ : sangat perlu / sangat berpengaruh
commit to user
IV-18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
commit to user
IV-19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
commit to user
IV-20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
Secara umum pergerakan angin di Indonesia adalah dari arah tenggara menuju
barat daya atau sebaliknya, tapi kondisi iklim secara mikro tidak selalu
sesuai dengan hal tersebut dikarenakan banyak faktor, seperti vegetasi,
bangunan di sekitar, dll. Pada site sendiri arah angin yang dominan adalah dari
arah utara dan tenggara, Angin yang kuat bertiup dari arah Jl. Pangeran
Mangkubumi di bbarat menuju pemukiman di timur.
commit to user
IV-21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
commit to user
IV-22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
commit to user
IV-23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
Zona Pameran Berhubungan dekat Tidak perlu terlalu Tidak terlalu butuh Butuh
dengan dengan zona dekat dengan kenyamanan noise pencahayaan
pertunjukan serta entance yang tinggi maksimal
pendidikan dan
pengelolaan
Zona Berhubungan dekat Jauh dari entrace Membutuhkan Tidak butuh
Pertunjukan dengan dengan zona kenyamanan noise pencahayaan
pameran makimal
Zona Pendidikan Dekat dengan zona Dekat dengan Tidak terlalu buth Tidak terlau
dan Pengeolaan pameran entrance kenyamanan noise butuh
yang tinggi pencahayaan
makimal
commit to user
IV-24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
Analisa:
Karakteristik para seniman urban yang cenderung bebas dan tidak terikat
diwadahi melalui konsep sirkulasi radial memutar untuk kendaraan. Sebagai
pusat adalah ruang pameran sebagai penghubung antar ruang terbuka (art
garden) di tengah bangunan. Ruang tebuka ini menjadi titik tolak dari
semua sirkulasi kegiatan. Para seniman bebas memilih kegiatan sesuai
dengan yang dikehendakinya. Untuk pedestrian, sirkulasi yang digunakan
adalah jenissirkulasi dengan pencapaian frontal untuk lebih mengundang
pedestrian masuk dan berkegiatan di Galeri Seni Urban Yogyakarta.
commit to user
Gambar 4.11 Analisa Sirkulasi
Sumber: Dkumentasi Pribadi
IV-25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
>> Bentuk segi empat sesuai dengan pola ruang pameran dan
pertunjukan dikarenakan kefleksibelitasannya serta efisiensinya
yang tinggi. Tidak membingungkan dan langsung megarah kepada
objek
yang dipamerkan
Segitiga Mudah dalam pengolahan sirkulasi, namun sukar dalam
pengembangan dan kurang memiliki efisiensi ruang. Memiliki kesan
tidak formal dan dinamis. Komposisi hasil rotasi dan modifikasi
segitiga.
Bentuk yang aman digunakan adalah bentuk sederhana, fleksibel dan dengan
pemanfaatan ruang yang tinggi, maka dipilih bentuk dasar massa segiempat.
Untuk pengembangannya, bentuk dasar segiempat dimodifikasi melalui teknik
mengubah bentuk yaitu perputaran, peregangan, perputaran dan pergeseran.
Untuk Alteratif sistem tata massa adalah sebagai berikut:
commit to user
IV-26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
Adaptasi interaksi terhadap potensi tinggi.
Sistem terlepas
Baik untuk memanfaatkan kondisi alam secara maksimal
commit to user
IV-26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
Sistem massa tunggal >>Massa bangunan tunggal memberi tatanan ruang yang
mampu mengurangi interaksi sosial, aktivitas penggunanya lebih
bersifat kedalam sehingga aktivitas sosial kurang hidup.
>>Memiliki karakter yang cenderung kaku dengan orientasi di
dalam bangunan yang memusat dengan view keluar ke segala
arah.
Sumber: DK. Ching
Dari ketiga alternatif diatas, dipilih sistem hibrida antara gabungan massa
dengan massa tunggal. Masing-masing zona kegiatan kan memiliki massanya
sendiri, tapi digabung sehingga menjadi satu-kesatuan bangunan tunggal,
dengan pertimbangan utama mampu mewadahi dan memfasilitasi interaksi
sosial, yang memang sangat dibuutuhkan oleh suatu galeri seni yang juga dapat
berfungsi sebagai ruang publik alternatif. Selain itu, sistem massa seperti ini
mampu memberi privasi yang tinggi terhadap ruang-ruang dalam masing-
masing kelompok kegiatan.
Untuk alternatif pola organisasi massa adalah sebagai berikut:
IV-27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
hubungan bersama
walaupun berbeda dalam
ukuran, bentuk dan fungsi.
Suatu urutan linear dari Bentuk ini dapat
ruang-ruang yang terulang, menimbulkan individualitas
fleksibel dan dapat bereaksi yang tinggi karena tidak
pada macam-macam kondisi. terbentuk ruang-ruang
Pola linear Mampu beradaptasi dengan bersama untuk
perubahan topografi. bersosialisasi, masing-
masing bagian memiliki
teritori sendiri.
Bentuk radial ini mempunyai Merupakan bentuk yang
jalan yang berkembang dari menggabungkan bentuk
Pola radial atau menuju sebuah titik memusat dan linear.
pusat gabungan dari unsur
linear dan terpusat.
Suatu pusat ruang dimana Semua aktivitas dominan
sejumlah ruang memusat dan hal ini baik
dikelompokkan. Bentuk untuk membentuk ruang
Pola memusat secara relatif kompak dan bersama.
secara geometris dapat
digunakan untuk
menentukan titik pusat.
Ruang-ruang yang Memberikan kebebasan
dikelompokkan oleh letaknya ruang antar bagianny dan
secara berhubungan. dapat menciptakan ruang-
Pola cluster ruang terbuka dimana akan
terjadi komunikasi
didalamnya.
Sumber: DK. Ching
Dari alternatif pola organisasi massa di atas, dipilih massa radial. Pola organisasi
ini sesuai dengan sistem tata massa gabungan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Galeri Seni Urban Yogyakarta yang direncanakan memiliki banyak
sub kegiatan dimana setiap sub kegiatan tersebut harus dapat saling terhubung
dan membentuk jalinan interaksi satu dengan yang lainnya. Dengan pola radial,
walau terkesan berdiri sendiri,antar sub kegiatan tetap disatukan oleh suatu
pusat kegiatan utama.
Konsep budaya Jawa diwujudkan pada zonifikasi massa sesuai dengan zonifikasi
dalam rumah tradisional Jawa pada umumya. Pada bangunan Jawa terdapat
suatu pola tingkatan hirarki ruang dimana semakin ke dalam memiliki tingkatan
yang lebih privat. Prinsip tersebut diterapkan pada Galeri Seni Urban yang
direncanakan sebagai berikut:
Pintu masuk: pintu masuk ke suatu daerah pada bangunan Jawa
menggunakan bentuk-bentuk seperti gapura atau pintu gerbang.
commit to user
IV-28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
Pada Galeri Seni Urban yang direncanakan, pintu masuk pada main entrance
pedestrian merupakan sculpture berbentuk gunungan/kayon dalam
pewayangan sebagai salah satu eye catcher.
Halaman depan (publik): Pada Galeri Seni Urban yang direncanakan memiliki
suatu open space atau taman pada bagian depan, setelah pintu masuk. Open
space tersebut dikatakan berfungsi sebagai ‘alun-alun’ bagi Galeri Seni Urban
yang direncanakan.
Pendopo (semi publik): Fungsi pendhopo sebagai tempat menerima tamu
sesuai dengan fungsi lobby dan front office, sehingga lobby dapat dianggap
sebagai pendhopo.
Dalem (semi privat): Dalem merupakan pusat dari rumah Jawa dimana
kehidupan yang mencerminkan tradisi atau budaya Jawa tampak di dalamnya,
mulai dari kegiatan yang sederhana hingga kegiatan yang bersifat perayaan.
Bagian ini dapat diisi dengan fungsi-fungsi inti dari Galeri Seni urban, seperti
ruang pameran tetap dan kontemporer, ruang serbaguna, ruang pertunjukan
dan ruang audiovisual
Senthong (privat): Dalam bangunan Jawa terdapat tiga buah senthong
yang memiliki fungsi yang berlainan. Senthong kiwa sering digunakan
sebagai tempat untuk menyimpan baranag-barang berharga atau keramat.
Senthong tengen digunakan sebagai tempat beristirahat. Sedangkan senthong
tengah memiliki tingkat yang lebih sakral, digunakan sebagai tempat
untuk melakukan pemujaan atau berdoa kepada Tuhan. Pada Galeri Seni
Urban yang direncanakan, hal tersebut diterjemahkan sebagai zona
pengelolaan, karena zona tersebut merupakan zona dengan tingkat privasi
yang relative lebih tinggi
commit to user
IV-29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
Terbuka
Mengundang
Sebagai wujud pelestarian pencitraan bentuk kontemporer:
Kontras
Double Coding
Metaforik dan humoris
Analisa:
Ekspresi bangunan adalah ekspresi dari suatu pencitraan bentuk bangunan
kontemporer dimana dilakuka dengan menerapan unsur campuran eklektis
antara tradisional/modern, popular/tinggi, barat/timur, sederhana/kompleks
khas arsitektur kontemporer.
Berbagai gaya yang disinkronisasikan adalah gaya –gaya dan langgam arsitektur
yag penah eksis di Indonesia dan Yogyakarta padakhussnya dengan segala
ciri khas dan keunikannya. Langgam dan gaya-gaya tersebut adalah:
Tabel 4.11. Ciri Khas Langgam/Gaya Arsitektur yang Pena Eksis di Indonesia
Gaya/Langgam
Contoh Gambar Ciri Khas
Arsitektur
Arsitektur Kolonial Penggunaan kolom yang besar
Jendela-jendela dengan bukaa
besar
Bentuk denah yang simetris
Penggunaan ornament klasik
pada list tembok
Terkesan elegant dengan warna
yang bersih
commit to user
IV-30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
Setiap masing-masing kelompok kegiata akan mewakili salah satu gaya/langgam arsitektur
yang pernah eksis di Indonesia diimana zona keiatan pendidikan dan pengelolaan akan
mengekspresikan arsitektur kolonial yang kaku tapi elegant, zona pameran akan mengekspresikan
arsitektur modern yang dinamis dan zona pertunjukan akan mengekspresikan arsitektur
tradionalJawa yang megah tapi tetap rendah hati.
Setiap langgam ini kan diselangkan dan digabungkan menjadi satu kesatuansehingga akan
meimbulkan pemaknaan baru, dimana pemaknaan baru ini yang menajdi ciri khas utama suatu
bentuk kontemporer yaitu kekinian. Berikut beberapa bangunan yang menyilangkan dua unsure
dalam desainnya.
commit to user
IV-31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
Sign lighting
Untuk memberikan kemudahan dalam membaca
tanda-tanda yang disediakan di suatu kawasan.
commit to user
IV-32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
Pond lighting
Path lighting
Digunakan untuk menciptakan pola simetris
pencahayaaan untuk pengarahan. Lampu ini
diletakkan di sepanjang jalan setapakatau
perbedaan ketinggian pada lansekap.
Fleksibilitas bentuk tinggi dan sesuai dengan tuntutan kegunaan dan kondisi
bangunan
Beberapa alternatif sistem sub struktur yang memenuhi kriteria tersebut
adalah:
Sumuran
Tiang pancang
Footplate
Rakit
2. Sistem super struktur
Sistem super struktur adalah struktur tengah yang merupakan bagian tengah
menyalurkan beban-beban ke pondasi. Kriteria-kriteria terkait struktur tengah
yang digunakan dalam perancangan antara lain:
Mampu mendukung ekspresi bangunan
Kemudahan pelaksanaan
Mampu menahan beban yang diakibatkan oleh gaya angin dan gempa
sehingga menghasilkan bangunan yang kaku, stabil dan kuat
Beberapa alternatif sistem super struktur yang memenuhi kriteria tersebut
adalah:
Struktur rangka
Struktur dinding pemikul
Gabungan sistem rangka dan dinding pemikul
Keseluruhan alternatif tersebut nantinya diterapkan pada komponen-
komponen struktur yang terdiri atas struktur dinding, dan struktur atap,
dimana dalam pemakaiannya berdasarkan pertimbangan:
Hubungan bentang kolom
Efisisensi bahan
3. Sistem upper struktur
Sistem upper struktur adalah struktur atas yang merupakan struktur penutup
atap pada bangunan. Kriteria-kriteria terkait struktur atas yang digunakan
dalam perancangan antara lain:
Karakternya sesuai dengan fungsi dan bentuk bangunan
Kesesuaian dengan filosofi wadah
Sesuai dengan iklim tropis
Mudah dalam pelaksananaan dan perawatan
Beberapa alternatif sistem upper struktur yang memenuhi kriteria tersebut
adalah:
commit to user
IV-34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
Konstruksi beton
Konstruksi atap(dak, rangka baja, dome, shell structure)
Konstruksi kayu
B.13.Analisa Pencahayaan
Dasar pertimbangan :
Bagi obyek pamer 2 dimensi :
Cahaya memungkinkan untuk dapat menampilkan detail obyek pamer,
sehingga pengunjung dapat dengan lebih mudah melakukan pengamatan.
Cahaya memungkinkan untuk dapat memberikan penekanan secara merata
dan bebas dari bayangan pengamat.
Bagi obyek pamer 3 dimensi :
Cahaya memugkinkan untuk dapat menampilkan detail.
Cahaya memungkinkan untuk dapat memberikan penekanan secara merata
dan bebas dari bayangan pengamat.
Cahaya memungkinkan untuk dapat menyatakan tekstur, bentuk, serta
baying-bayang (modelling), yang dapat dicapai dengan beberapa
penerangan setempat.
Sistem pencahayaan dalam bangunan dibagi menjadi dua, yaitu:
commit to user
IV-35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
bangunan
Sumber : Materi Kuliah Fisika Bangunan II ( Ir.B. Heru S, MAPP.SC )
Penerangan u um
m
c mmit to er
o us
IV-36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Cahaya langsung
Pe nerangan setempat
− Kurang kontras
− Kurang terdramatisir
Empat sumber cahaya di atas dan
di bawah obyek pamer
c mmit to u s r
o e IV-37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
g
B.14. Analisa Sistem Utili as Bangun
Pantulan
an
yang men ganggu : harus dihindarkan
IV-38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
commit to user
IV-38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
Dalam sistem ini air kotor dari lingkungan dibedakan dalam 2 jenis yang
antara lain:
a. Air kotor dari WC dan Kamar mandi, bersifat padat yang berasal dari
WC dan toilet dibuang langsung ke septic tank dan menuju sumur
peresapan.
b. Air kotor dari daerah service (dapur/pantry), bersifat cair yang berasal dari
kamar mandi dan daerah service dibuang langsung menuju riol kota.
Khusus untuk yang berasal dari dapur / pantry terlebih dahulu ditampung
pada bak perangkap lemak. Skema distribusinya sebagai berikut:
Skema distribusinya sebagai berikut:
commit to user
IV-39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
Penghawaan pada ruang pamer disesuaikan karena suhu udara tropis
commit to user
IV-39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
commit to user
IV-40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
IV-41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
d. Penyelamatan penghuni
commit to user
IV-41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
PLN Gardu
distribusi Meteran Transformator Distribusi
Keterangan:
Transformer berisi : saklar utama, trafo, dan sekring.
Main Switch board berisi : saklar/pemutus sirkuit, dan meteran.
D.P adalah panel distribusi utama
L.A.P: Lighting and Appliance Panel, panel untuk pemakaian lighting dan
aplikasi lainnya
commit to user
IV-42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
IV-43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB IV
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
commit to user
IV-44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB V
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
Keterangan site
1. Luas site perencanaan 12.000 m2
2. Batas-batas site perencanaan:
Utara : Pertokoan
Timur : Pemukiman penduduk
dengan ketinggian 2 lantai
Selatan : Gedung Kedaung
Yogyakarta.
Barat : Jl. Pangeran Mangkubumi
3. Site memiliki kontur relatif datar, dengan
kondisi sekitarnya berupa bangunan
dengan ketinggian satu hingga dua
lantai. Building Coverage disekitar
kawasan adalah sekitar 50% - 75%
dengan ketingian maksimal bangunan
32 m
B. Konsep Peruangan
1. Pelaku Kegiatan
Pengunjung
Kurator
Seniman
Pegelola
commit to user
V-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB V
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
2. Macam Kegiatan
a. Kelompok Kegiatan Utama/Pengembangan
Kegiatan Pameran
Kegiatan Pertunjukan dan Pemutaran Film
Kegiatan Penciptaan Karya Seni
Kegiatan Diskusi Umum/Terbuka
Kegiatan Studio Workshop
b. Kegiatan Pendukung
Kegiatan Komersil (Coffe Shop dan Art Shop)
c. Kegiatan Penunjang
Kegiatan Perpustakaan
Kegiatan Konservasi
d. Kegiatan Pengelola
3. Konsep Layout Peruangan
a. Konsep Layout Peruangan Kelompok kegiatan Utama/Pengembangan
Layout ruang bersambung dari entrance utama di depan menuju hall penerima
kemudian langsung ke ruang pamer untuk menciptakan kesan ruang yang
terbuka. Ruang pamer dihubungkan dengan selasar menuju Hall tunggu bagi
ruang serbaguna dan audiovisual. Hal ini bertujuan untuk membentuk sekuens
ruang yang tidak terputus.
commit to user
V-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB V
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
commit to user
V-3
Gambar 5.2 Konep ME/SE
dan Sirkulasi
Sumber: Analisa Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB V
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
Jalur Sirkulasi pedestrian direncanakan dibagi dua jalur untuk masuk dan keluar
dengan lebar masing-masing jalur. Material yang digunaka adalah paving block yang
menyatu dengan trotoar.
D. Konsep Klimatologi
Yang paling membutuhkan penghawaan dan pencahayaan alami adalah kelompok
kgiatan pengelola dan dan pendidikan. Dikarenakan arah angin yang bertiup kencang
commit to user
V-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB V
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
berasal dari arah barat dan timur, maka bukaan massa pendidikan dan pengelolaa
diletakan di arah barat dan timur agar tercipta sirkulasi udara silang. Begitu pula
dengan sina matahari meletakan bukaan di barat dan timur untuk memaksimalkan
masuknya sinar matahari. Bukaan di rencaakan selebar mungkin dengan kajendela-
jendela besar.
Agar tidak terkesan panas, maka di sekeliling site diletakkan vegetasi. Befungsi
E. Konsep Kebisingan
Respon dari noise disekitar site adalh dengan zonafikasi kegiatan menurut
F. Konsep Orientasi
Dikarenakan view yang paling potensial adalah view ke arah daerah Tugu dan daerah
Malioboro serta view menuju site arah Stasiun Tugu dan daerah Tugu sepanjang Jl.
commit to user
V-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB V
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
Gambar 5.11 Zoning Berdasarkan Noise
Sumber: Analisa Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB V
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
H. K nsep GubahanMassa
Gubahan massa di dasari olehhubun an antar ruang dan tata ruang pada masing-
m sing kelompok kegiata . Masing-masing kelompok kegiata seakan-ak n memiliki
m ssa sendiri-sendiri. Massatersbut adalah sebagai berikut:
commit to user
V-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB V
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
Penataan massa dan sirkulasi pada tapak menggunakan konsep radial dan
dengan menciptakan persilangan pada arus sirkulasi/jalan setapak (cross-
path) dengan berlandaskan pada ide yang sama dengan ide pada gubahan
massa. Yang menjadi pusat kegiatan adalah ruang pameran di tengah tapak.
Pameran ini ini yang menghubungkan setiap massa bangunan dan kegiatan
outdoor pada amphitheater dan art garden. Konsep radial untuk
menggambarkan sifat seni urban yang terbuka dan berkembang dengan
bebas, sementara konsep persilangan jalan setapak (cross-path) untuk
menggambarkan interaksi-interaksi yang terjadi secara bebas antara seni dan
masyarakat. Jalan setapak/path pada tapak serta plasa-plasa terbuka
dihadirkan sebagai area-area publik dan pusat- pusat pertemuan untuk memberi
peluang bagi interaksi yang luas, serta untuk memberi peluang bagi seluruh area
tapak menjadi ruang pamer dan ruang untuk berkarya.
V-7
Ciri khas yang paling menonjol dari b ntuk kontemporer adalah double coding, yaitu
m muat kode dan gaya yang berbeda dalam sat bangunan. Merupakan campuran
eklektis antara tradisional/modern, popular/tinggi, barat/timur, sederhana/kompleks.
Konsep penggabungan selera langgam arsitektur menjadi pembeda antara bentuk
kontemporer engan ben uk-bentuk ebelumnya. masing m sing massa kelompok
kegiatan akan menggunakan langgam arsitektur berbeda yang pernah hadir di
in onesia, yaitu kolonial, modern.
Persilangan (cross) antar lambang dihadirkan dengan menyil ngkan bentuk kolonial
danbentuk modern. bentu modern di elangkan lagi dengan unsur tradisional melalui
penggunaan rnamentasi huruf Jawa. Persilangan ini me guatkan citra bentuk
kontemporer yang fleksibel dan humoris.
commit to user
V-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB V
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
Supper Struktur
Dikarenakan Gubahan massa yang berbentuk persegi panjang,maka struktur yang
efektif dipakai adalah struktur rangka dengan kolom dan balok beton. Untuk
bangunan pameran menggunakan struktur rangka modul 6 m, untuk bangunan
pertunjukan menggunkan modul 8 m,sedangkan untuk bangunan pendidikan dan
pengelola menggunakan modul 4 m. Bentang bangunan yang panjang dan bentuk
bangunan yang terpatah-patah, maka dilakuka pemisahan-pemisahan modul secara
struktur, karena ingin menghasilkan satu massa tunggal bangunan, maka hubungan
antar modul menggunakan kantilever, dimana pembebanan pada hubungan
tersebut di bagi dua oleh masing-masing modul.
commit to user
V-9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB V
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
Upper Struktur
Untuk bangunan pameran yang mengekspresikan
langgam modern, struktur atap yang dipakai adalah dak
beton dengan penutup atap beton ringan. Sedangkan
untuk bangunan pendidikan dan pengelolaan yag
mengekspresikan langgam kolonial dan beratap
limasan, struktur atap yang dipakai adalah struktur
rangka kuda-kuda baja dengan bentang menyesuailan
dengan modul struktur yang dipakai. Begitu juga dengan
bangunan pertunjuka yang memerlukan bentang
bangunan leba, maka struktur atap yang digunakan
untuk membentuk bentuk atap joglo adalah struktur
atap kuda-kuda rangka baja
L. Konsep Pencahayaan
Pencahayaan pada ruang pamer galeri menggunakan
luminary track yang fleksibel. Mudah mengkalibrasi
intensitas cahaya dan sudut penerangannya. Dalam
menerangi lukisan digunakan spotlight dengan lampu
halogen untuk menghindari fotodegadasi benda seni.
commit to user
V-10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB V
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
Untuk objek tiga dimensi lampu spotlight diletakan di sekeliling objek untuk
meberikan efek dramatis.
Yang perlu diperhatikan lagi adalah ambient. Ambient atau permainan cahaya pada
ruangan dimaksudkan untuk meberikan suatu suasana ruang. Permainan
kombinasi cahaya menggunaka lampu LED yang diarahkan pada fasade
banguan yag berupa kaca akan menghasilkan permainan warna yang menarik.
Denga adanya ambient ini suatu karya seni tidak terasa berdiri sendiri,
tetapi juga
commit to user
V-11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB V
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
commit to user
V-12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB V
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
rbaguna dan ruang audiovisual akan menggunakan system AC Semi Central, sedangkan untuk ruang pengelola dan ruang studio workshop akan menggun
V-13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB V
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
kebakaran jenis busa adalah yang paling efektif untuk memadamkan api dari
bahan bakar cair yang berada dalam wadah dimana bahan ini cukup
panas untuk dapat terbakar sendiri bila bersinggungan dengan oksigen.
Selimut busanya akan tetap berada pada tempatnya cukup lama untuk
mendinginkan bahan yang terbakar sehingga temperaturnya tidak cukup
untuk dapat terbakar sendiri. Busa kurang efektif pada tumpahan yang
menyebar. Jenis ini bisa jadi tidak efektif cairan yang terbakar seperti
alcohol.
commit to user
V-14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB V
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
V-15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban
BAB V
Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
commit to user
V-15