Anda di halaman 1dari 32

“CIRI IKLIM TROPIS DI YOGYAKARTA & SURABAYA”

Dosen Pengampu :
M. Syarif Hidayat, Dr. M.Arch

Mata Kuliah :
Arsitektur Tropis

Disusun Oleh :
Alvie Aditya Ramdani (41220010027)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MERCU BUANA
OKTOBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Ciri Iklim
Tropis Di Yogyakarta dan Surabaya” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Arsitektur
oleh bapak M. Syarif Hidayat, Dr, M.Arch. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang arsitektur tropis pada negara kita yaitu Indonesia.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak M. Syarif Hidayatullah, Dr,


M.Arch, selaku dosen mata kuliah Arsitektur Tropis yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 1 Oktober 2021

Alvie Aditya Ramdani

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
GAMBAR......................................................................................................................4
BAB I.............................................................................................................................5
PENDAHULUAN.........................................................................................................5
1.1 Latar Belakang..................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................7
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................7
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................7
BAB II............................................................................................................................8
PEMBAHASAN MASALAH......................................................................................8
2.1 Keadan Umum Geografi dan Iklim...................................................................8
2.1.1 Surabaya..................................................................................................8
2.1.2 Topografi Wilayah Kota Surabaya........................................................10
2.1.3 Yogyakarta............................................................................................10
2.1.4 Topografi di Yogyakarta.......................................................................11
2.2 Penjabaran Iklim yang Berada di Surabaya dan Yogyakarta..........................13
2.2.1 Surabaya................................................................................................13
2.2.2 Yogyakarta............................................................................................21
BAB III........................................................................................................................31
PENUTUP...................................................................................................................31
3.1 Kesimpulan......................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................32

3
GAMBAR

Gambar 1 . Peta Surabaya..................................................................................................9


Gambar 2 . Iklim di Surabaya..........................................................................................14
Gambar 3 . Rata-Rata Suhu di Surabaya.........................................................................15
Gambar 4 . Suhu Rata-Rata Per Jam di Surabaya...........................................................15
Gambar 5 . Kategori Tutupan Awan di Kota Surabaya...................................................16
Gambar 6 . Peluang Presiptasi Harian di Surabaya.........................................................17
Gambar 7 . Rata-Rata Hujan di Surabaya........................................................................17
Gambar 8 . Jam Siang dan Malam di Surabaya...............................................................18
Gambar 9 . Matahari Terbit dan Terbenam di Surabaya.................................................18
Gambar 10 . Bulan Terbit, Tenggelam dan Fase di Surabaya.........................................19
Gambar 11 . Kelembaban di Surabaya............................................................................20
Gambar 12 . Kecepatan Rata-Rata Angin di Surabaya....................................................21
Gambar 13 . Arah Angin di Surabaya.............................................................................21
Gambar 14 . Suhu Air Rata-Rata di Surabaya.................................................................22
Gambar 15 . Iklim di Yogyakarta....................................................................................22
Gambar 16 . Rata-Rata Suhu di Yogyakarta...................................................................23
Gambar 17 . Suhu Rata-Rata Per Jam di Yogyakarta......................................................24
Gambar 18 . Kategori Tutupan Awan di Yogyakarta......................................................25
Gambar 19 . Peluang Presipitasi Harian di Yogyakarta..................................................26
Gambar 20 . Rata-Rata Curah Hujan Bulanan di Yogyakarta.........................................26
Gambar 21 . Jam Siang dan Malam di Yogyakarta.........................................................27
Gambar 22 . Matahari Terbit & Terbenam di Yogyakarta..............................................27
Gambar 23 . Fase Bulan Terbit dan Tenggelam di Yogyakarta......................................28
Gambar 24 . Tingkat Kenyamanan Kelembaban di Yogyakarta. ...................................29
Gambar 25 . Kecepatan Rata-Rata Angin di Yogyakarta................................................30
Gambar 26 . Arah Angin di Yogyakarta..........................................................................30
Gambar 27 . Rata-Rata Suhu Air di Yogyakarta.............................................................31

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat modern memandang kota sebagai tempat berkumpulnya berbagai


kelompok manusia atau komunitas yang saling berinteraksi untuk suatu kepentingan
atau tujuan tertentu. Ukuran atau 'dimensi' kota mempengaruhi intensitas interaksi
antar individu, kelompok maupun komunitas manusia tersebut. Interaksi manusia
semakin intens dimana dimensi ‘waktu’ menjadi pendek terjadi pada kota-kota besar.
Manusia cenderung memperpanjang dimensi waktu yang pendek dengan cara
menempatkan fungsi-fungsi kegiatan tersebut sedekat mungkin, atau dengan kata lain
saling ‘merapatkan’ bangunan yang digunakan sebagai wadah kegiatan fungsi
tersebut.
Perapatan bangunan ini akan memperpendek jarak tempuh antara fungsi
kegiatan yang berbeda. Untuk kota dengan dimensi yang relatif kecil, rentang waktu
tertentu, misalnya satu jam atau satu hari dapat digunakan oleh warga kota untuk
menyelenggarakan berbagai aktifitas yang berbeda, sehingga satuan waktu menjadi
terasa lebih panjang. Hal ini dapat diamati apabila kita berada di suatu kota dengan
dimensi yang relatif kecil tersebut. Jarak tempuh antara satu dengan tempat kegiatan
yang lain relatif menjadi pendek, disamping kemungkinan terjadi kemacetan lalu
lintas juga lebih kecil. Bagi mereka yang tinggal di kota seperti Semarang,
Yogyakarta, Padang, Mataram, dan sebagainya, keluhan mengenai sempitnya waktu
untuk melaksanakan berbagai pekerjaan tidak akan muncul. Hal ini berbeda bagi
mereka yang tinggal di kota besar seperti Jakarta dan Surabaya misalnya. Pekerjaan
yang dapat diselesaikan dalam satuan waktu yang sama cenderung menjadi lebih
sedikit bagi mereka yang bekerja di kota besar dibanding dengan mereka yang
bermukim di kota yang lebih kecil
Secara klasik iklim tropis dibagi dua: tropis basah dan tropis kering. De Wall
membagi iklim tropis menjadi 10 klasifikasi berdasarkan suhu harian rata-rata dan
perbedaan antara suhu siang. dan malam. Dalam pengelompokan ini, hanya kota atau
wilayah yang memiliki suhu udara harian rata-rata 28oC atau lebih dimasukan dalam
katagori iklim tropis. Jakarta disebutkan sebagai masuk dalam kategori pertama,

5
dengan suhu rata-rata 28oC serta deviasi sekitar 7o , sementara kota-kota sejuk seperti
Bandung, Malang, Bukit Tinggi, Prapat, dan lainnya tidak masuk dalam klasifikasi
tropis yang dirumuskan oleh de Wall karena memiliki suhu rata-rata harian yang lebih
rendah. Ciri yang menonjol pada iklim tropis adalah tingginya suhu rata-rata harian
dibanding pada iklim lain.
Kota Surabaya memiliki cuaca yang panas dengan suhu rata-rata dapat
mencapai 35oC.hal tersebut dapat berpengaruh pada kurangnya kenyamanan termal
dalam bangunan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendukungterciptanya
kenyamanan termal pada bangunan yang berada pada daerah tropis adalah dengan
meningkatkan kecepatan angin dalam ruang melalui desain bukaan. Bangunan Rumah
Susun Aparna Surabaya telah menerapkan sistem penghawaan alami dengan double
loaded corridordan cross ventilation. Akan tetapi, kondisi udara pada ruang hunian
belum memenuhi kenyamanan termal dengan suhu rata-rata 31oC dan kecepatan angin
rata-rata 0,2 m/s. Sementara itu, Kota Yogyakarta, karakteristik Daerah Istimewa
Yogyakarta dapat dilihat dari berbagai sisi, antara lain sejarah, geografi, ekonomi,
social-budaya, tata ruang, dan pemerintahan. Berdasarkan sejarah DIY merupakan
daerah yang istimewa dikarenakan daerah ini sudah memiliki kekuasaan yang sah
bahkan sebelum Indonesia merdeka.1Hal ini juga menyebabkan DIY memiliki hak-
hak otonomi daerah yang berbeda dengan daerah lain, seperti yang sudah diatur dalam
pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945.2 Sedangkan dilihat dari geografisnya,
Yogyakarta terletak di bagian Tengah-Selatan Pulau Jawa pada 7º3’-8º12’LS dan
110º00-110º50’.

6
1.2 Rumusan Masalah

1. Keadaan umum geografi dan iklim pada kota Surabaya dan Yogyakarta ?
2. Rata-rata suhu udara, kelembapan, curah hujan, dan matahari pada kedua kota
tersebut ?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberi informasi iklim kota
di Indonesia yaitu Surabaya dan Yogyakarta.

1.4 Manfaat Penulisan

Penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pembaca mengenai


Arsitektur tropis yang mempelajari iklim dunia. Selain itu, pembaca diharapkan dapat
lebih memahami tentang Arsitektur Tropis.

7
BAB II

PEMBAHASAN MASALAH

2.1 Keadan Umum Geografi dan Iklim

2.1.1 Surabaya

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2015), Kota Surabaya merupakan Ibukota


Provinsi Jawa Timur yang secara geografis terletak di tepi pantai utara Pulau Jawa
dengan letak astronomis berada pada 7˚9”-7˚21” LS dan 112˚36”- 112˚54” BT.
Wilayahnya merupakan dataran rendah yang berada pada ketinggian antara 3-6 meter
di atas permukaan air laut, kecuali di bagian selatan terdapat dua bukit landai di
daerah Lidah & Gayungan dengan ketinggian 25-50 meter di atas permukaan air laut.

Gambar 1. Peta Surabaya

Secara administratif batas wilayah Kota Surabaya berbatasan dengan:


a. Sebelah Utara : Selat Madura
b. Sebelah Timur : Selat Madura
c. Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo
d. Sebelah Barat : Kabupaten Gresik

8
Luas wilayah seluruhnya kurang lebih 326,81 km2 yang terbagi dalam 31
kecamatan dan 154 desa/kelurahan dengan pengelompokan 5 wilayah pembantu 6
walikota yaitu Surabaya Utara, Surabaya Timur, Surabaya Selatan, Surabaya Barat,
dan Surabaya Pusat.
Table 1. Luas Wilayah Kota Surabaya per Kecamatan.

Luas Wilayah
No Kecamatan Jumlah Kelurahan
(Km2)
Surabaya Pusat
1 Tegalsari 4.29 5
2 Genteng 4.05 5
3 Bubutan 3.86 5
4 Simokerto 2.59 4
Surabaya Utara
5 Pabean Cantikan 6.8 5
6 Semampir 8.76 5
7 Krembangan 8.34 5
8 Kenjeran 7.77 4
9 Bulak 6.72 4
Surabaya Timur
10 Tambaksari 8.99 8
11 Gubeng 7.99 6
12 Rungkut 21.08 6
13 Tenggilis Menjoyo 5.52 4
14 Gunung Anyar 9.71 4
15 Sukolilo 23.68 7
16 Mulyorejo 14.21 6
Surabaya Selatan
17 Sawahan 6.93 6
18 Monokromo 8.47 6
19 Karanpilang 9.23 4
20 Dukuh Pakis 9.94 4
21 Wiyung 12.46 4
22 Wonocolo 6.77 5
23 Gayungan 6.07 4
24 Jambangan 4.19 4
Surabaya Barat
25 Tandes 11.07 6
26 Sukomanunggal 9.23 6
27 Asemrowo 15.44 3
28 Benowo 23.73 4
29 Pakal 22.07 6
30 Lakarsantri 18.99 4
31 Sambikerep 23.68 4

9
Total 326,81 154

2.1.2 Topografi Wilayah Kota Surabaya

Secara umum kondisi topografi Kota Surabaya memiliki ketinggian tanah


antara 0 – 20 meter di atas permukaan laut, sedangkan pada daerah pantai
ketinggiannya berkisar antara 1–3 meter diatas permukaan laut. Sebagian besar Kota
Surabaya memiliki ketinggian tanah antara 0 – 10 meter (80,72 % atau sekitar
26.345,19 Ha) yang menyebar di bagian timur, utara, selatan dan pusat kota. Pada
wilayah kota lainnya memiliki ketinggian berkisar antara 10-20 meter (12,53%) dan
di atas 20 meter dari permukaan laut (6,76%) yang umumnya terdapat pada bagian
barat dan selatan Kota Surabaya yaitu di Kecamatan Sawahan, Karangpilang,
Benowo, Lakarsantri, dan Tandes.

2.1.3 Yogyakarta

Karakteristik Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat dari berbagai sisi,


antara lain sejarah, geografi, ekonomi, social-budaya, tata ruang, dan pemerintahan.
Berdasarkan sejarah DIY merupakan daerah yang istimewa dikarenakan daerah ini
sudah memiliki kekuasaan yang sah bahkan sebelum Indonesia merdeka. Hal ini juga
menyebabkan DIY memiliki hak-hak otonomi daerah yang berbeda dengan daerah
lain, seperti yang sudah diatur dalam pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945.2
Sedangkan dilihat dari geografisnya, Yogyakarta terletak di bagian Tengah-Selatan
Pulau Jawa pada 7º3’-8º12’LS dan 110º00-110º50’ BT. Berdasarkan bentang alam,
wilayah DIY dikelompokkan menjadi empat satuan fisiografi, yaitu satuan fisiografi
Gunung Merapi, Pegunungan Selatan atau Pegunungan Seribu, Pegunungan Kulon
Progo, dan Dataran Rendah. Kondisi inilah yang membawa pengaruh terhadap
persebaran penduduk, ketersediaan prasarana dan sarana wilayah, dan kegiatan social
ekonomi penduduk. Sedangkan apabila ditinjau dari segi ekonomi, beberapa sektor
yang mendominasi di wilayah Yogyakarta antara lain sektor investasi, perdagangan,
pertanian, kehutanan, perkebunan, perikanan, energy sumber daya mineral, serta
sektor pariwisata. Sementara itu, dari segi tata ruang berdasarkan dari bentang alam
Yogyakarta yang beragam dan aspek filosofi kebudayaan yang dimilikinya
mempengaruhi pengembangan tata ruang dan pembangunan infrastruktur di

10
Yogyakarta. Model yang digunakan dalam tata ruang DIY adalah corridor
development atau “pemusatan intensitass kegiatan manusia pada suatu koridor
tertentu” yang berfokus pada Kota Yogyakarta dan jalan disekitanya. Dalam konteks
ini, aspek pengendalian dan pengarahan pembangunan dilakukan lebih menonjol
dalam koridor prioritas, terhadap kegiatan investasi swasta, dibandingkan dengan
investasi pembangunan oleh pemerintah yang dengan sendirinya harus terkendali.
Terakhir ditinjau dari pemerintahan, Yogyakarta dahulunya berupa suatu Negara
Kasultanan dan Negara Kadipaten.
Namun, sejak diatur oleh UU Nomor 22 Tahun 1948 Yogyakarta menjadi
suatu Daerah Istimewa yang dipimpin oleh Gubernur (Sultan) dan juga wakil
Gurbernur selayaknya propinsi lainnya yang hanya saja memiliki keistimewaan-
keistimewaan tersendiri.

2.1.4 Topografi di Yogyakarta

Sebagian besar wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta atau sebesar 65,65%


wilayah terletak pada ketinggian antara 100-499 m dari permukaan laut, 28,84%
wilayah dengan ketinggian kurang dari 100 meter, 5,04% wilayah dengan ketinggian
antara 500-999 m, dan 0,47% wilayah dengan ketinggian di atas 1000 m. Berdasarkan
satuan fisiografis.

Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri atas:

1) Satuan Pegunungan Selatan, seluas 1.656,25 km, ketinggian 150-700


m, terletak di Kabupaten Gunungkidul (Pegunungan Seribu), yang
merupakan wilayah perbukitan batu gamping (limestone) yang kritis,
tandus, dan selalu kekurangan air. Pada bagian tengah berupa dataran
Wonosari basin.Wilayah ini merupakan bentang alam solusional
dengan bahan batuan induk batu gamping, yang mempunyai
karakteristik lapisan tanah dangkal dan vegetasi penutup yang relatif
jarang.

11
2) Satuan Gunung Berapi Merapi, seluas 582,81 km, ketinggian 80-2.911
m, terbentang mulai dari kerucut gunung api hingga dataran fluvial
Gunung Merapi, meliputi daerah Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta,
dan sebagian Kabupaten Bantul, serta termasuk bentang alam vulkanik.
Daerah kerucut dan lereng Gunung Merapi merupakan hutan lindung
dan sebagai kawasan resapan air;
3) Dataran rendah antara Pegunungan Selatan dan Pegunungan Kulon
Progo seluas 215,62 km, ketinggian 080 m, merupakan bentang alam
fluvial yang didominasi oleh dataran Alluvial. Membentang di bagian
selatan DIY mulai Kabupaten Kulon Progo sampai Kabupaten Bantul
yang berbatasan dengan Pegunungan Seribu. Daerah ini merupakan
wilayah yang subur. Bentang alam lain yang belum digunakan adalah
bentang alam marine dan aeolin yang merupakan satuan wilayah pantai
yang terbentang dari Kabupaten Kulon Progo sampai Bantul. Khusus
Pantai Parangtritis, terkenal dengan laboratorium alamnya berupa
gumuk pasir. Pegunungan Kulon Progo dan Dataran Rendah Selatan
seluas 706,25 km, ketinggian 0572 m, terletak di Kabupaten Kulon
Progo. Bagian utara merupakan lahan struktural denudasional dengan
topografi berbukit yang mempunyai kendala lereng yang curam dan
potensi air tanah yang kecil.

2.2 Penjabaran Iklim yang Berada di Surabaya dan Yogyakarta

2.2.1 Surabaya

Kota Surabaya, musim hujan biasanya mendung, musim kering biasanya


sebagian berawan, dan umumnya panas dan menyengat sepanjang tahun. Sepanjang
tahun, suhu biasanya bervariasi dari 24°C hingga 34°C dan jarang di bawah 22°C atau
di atas 35°C.

12
Gambar 2. Iklim di Surabaya.

a) Suhu Rata-Rata di Surabaya


Musim panas berlangsung selama 1,7 bulan, dari 25 September sampai 17
November, dengan suhu tertinggi harian rata-rata di atas 33°C. The hottest month of
the year in Kota Surabaya is Oktober, dengan rata-rata tertinggi mencapai 34°C dan
rata-rata terendah mencapai 25°C.

13
Gambar 3. Rata-Rata Suhu di Surabaya.

Gambar 4. Suhu Rata-Rata Per Jam di Surabaya.

b) Awan
Di Kota Surabaya, persentase rata-rata langit yang tertutup awan mengalami
variasi musiman signifikan sepanjang tahun. Masa cuaca lebih cerah setiap tahun di
Kota Surabaya dimulai sekitar 5 Mei dan berlangsung selama 5,2 bulan, berakhir
sekitar 13 Oktober. Bulan tercerah dalam setahun di Kota Surabaya adalah Agustus,

14
dengan rata-rata langit cerah, sebagian besar cerah, atau sebagian berawan 46%.
Masa lebih berawan tahun ini dimulai sekitar 13 Oktober dan berlangsung selama 6,8
bulan, berakhir sekitar 5 Mei.

Gambar 5. Kategori Tutupan Awan di Kota Surabaya.

c) Presiptasi
Hari basah adalah hari dengan setidaknya 1 milimeter curah hujan cair atau
setara dengan cairan. Berkat hari-hari basah di Kota Surabaya sangat bervariasi
sepanjang tahun.Musim hujan berlangsung 5,5 bulan, dari 14 November sampai 30
April, dengan lebih dari 37% kemungkinan hari menjadi hari hujan. Bulan dengan
hari terbasah di Kota Surabaya adalah Februari, dengan rata-rata 19,0 hari dengan
curah hujan minimal 1 milimeter. Musim kemarau berlangsung 6,5 bulan, dari 30
April sampai 14 November. Bulan dengan hari basah paling sedikit di Kota Surabaya
adalah bulan Agustus dengan rata-rata 1,3 hari dengan curah hujan minimal 1
milimeter.
Di antara hari-hari basah, kami membedakan antara hari-hari yang mengalami hujan
saja, salju saja, atau campuran dari keduanya. Bulan dengan hari hujan paling banyak
sendiri di Kota Surabaya adalah Februari, dengan rata-rata 19,0 hari. Berdasarkan
kategorisasi ini, curah hujan paling umum sepanjang tahun adalah hujan, dengan
probabilitas tertinggi 70% pada tanggal 1 Februari.

15
Gambar 6. Peluang Presiptasi Harian di Surabaya.

d) Curah Hujan
Untuk menunjukkan variasi dalam bulan-bulan dan bukan hanya total bulanan,
kami menunjukkan curah hujan yang terakumulasi selama periode 31-hari bergeser
yang berpusat di sekitar setiap hari dalam setahun. Kota Surabaya mengalami variasi
musiman ekstrim dalam curah hujan bulanan.Curah hujan sepanjang tahun di Kota
Surabaya. Bulan dengan curah hujan terbanyak di Kota Surabaya adalah Januari,
dengan curah hujan rata-rata 277 milimeter. Bulan dengan curah hujan paling sedikit
di Kota Surabaya adalah bulan Agustus, dengan curah hujan rata-rata 8 milimeter.

Gambar 7. Rata-Rata Hujan di Surabaya

16
e) Matahari
Durasi hari di Kota Surabaya tidak banyak berbeda sepanjang tahun, tetap
dalam 32 menit dari 12 jam sepanjang hari. Pada tahun 2021, hari terpendek adalah 21
Juni, dengan 11 jam, 42 menit siang hari; hari terpanjang adalah 21 Desember,
dengan 12 jam, 33 menit siang hari.

Gambar 8. Jam Siang dan Malam di Surabaya.

Matahari terbit paling awal berada pada 05.00 hari 14 November,


dan matahari terbit terakhir 43 menit lebih lambat pada pukul 05.42 pada 16
Juli. Matahari terbenam paling awal adalah pada pukul 17.18 tanggal 25 Mei,
dan matahari terbenam paling telat adalah 37 menit lebih lambat pada
pukul 17.55 tanggal 30 Januari.

Gambar 9. Matahari Terbit dan Terbenam di Surabaya.

f) Bulan

17
Gambar di bawah ini menyajikan representasi ringkas dari data bulan utama
untuk 2021. Sumbu horizontal adalah hari, sumbu vertikal adalah jam dalam sehari,
dan area berwarna menunjukkan kapan bulan berada di atas cakrawala. Batang
berwarna abu-abu vertikal (Bulan baru) dan batang berwarna biru (Bulan penuh)
menunjukkan fase utama Bulan.

Gambar 10. Bulan Terbit, Tenggelam dan Fase di Surabaya.

g) Kelembaban
Berdasarkan tingkat kenyamanan kelembapan pada titik embun, karena ini
menentukan apakah keringat akan menguap dari kulit, sehingga mendinginkan tubuh.
Titik embun yang lebih rendah terasa lebih kering dan titik embun yang lebih tinggi
terasa lebih lembab. Tidak seperti suhu, yang biasanya sangat bervariasi antara malam
dan siang, titik embun cenderung berubah lebih lambat, jadi meskipun suhu bisa turun
pada malam hari, hari yang lembab biasanya diikuti dengan malam yang lembab.
Tingkat kelembaban yang dirasakan di Kota Surabaya, yang diukur dengan persentase
waktu di mana tingkat kenyamanan kelembaban lembab dan panas, menyesakkan,
atau menyengsarakan, tidak bervariasi secara signifikan sepanjang tahun, tetap dalam
rentang 4% dari 96%.

18
Gambar 11. Kelembaban di Surabaya.

h) Angin
Bagian ini membahas vektor angin rata-rata per jam dengan luas (kecepatan
dan arah) pada 10 meter di atas permukaan tanah. Angin yang dialami di lokasi
tertentu sangat bergantung pada topografi lokal dan faktor lainnya, dan kecepatan dan
kecepatan angin seketika sangat bervariasi daripada rata-rata per jam.
Rata-rata kecepatan angin per jam di Kota Surabaya mengalami variasi musiman
signifikansepanjang tahun.
Masa yang lebih berangin dalam setahun selama 4,6 bulan, dari 27 Mei sampai 15
Oktober, dengan kecepatan angin rata-rata lebih dari 11,2 kilometer per jam. Bulan
paling berangin sepanjang tahun di Kota Surabaya adalah Agustus, dengan kecepatan
angin rata-rata per jam 14,0 kilometer per jam.
Masa angin lebih tenang dalam setahun berlangsung selama 7,4 bulan, dari 15
Oktober sampai 27 Mei. Bulan paling tenang dalam setahun di Kota Surabaya adalah
November, dengan kecepatan angin rata-rata per jam 8,7 kilometer per jam.

19
Gambar 12. Kecepatan Rata-Rata Angin di Surabaya.

Arah angin per jam rata-rata yang dominan di Kota Surabaya bervariasi sepanjang
tahun. Angin paling sering bertiup dari timur selama 8,0 bulan, dari 25
Maret hingga 24 November, dengan persentase tertinggi 75% pada tanggal 14 Mei.
Angin paling sering bertiup dari barat selama 4,0 bulan, dari 24 November hingga 25
Maret, dengan persentase tertinggi 67% pada tanggal 1 Januar.

Gambar 13. Arah Angin di Surabaya.

i) Suhu Air
Kota Surabaya terletak di dekat perairan yang besar (mis., lautan, laut, atau
danau besar). Bagian ini melaporkan suhu permukaan rata-rata area luas dari udara
tersebut. Suhu air rata-rata mengalami variasi musiman signifikan sepanjang tahun.
Waktu dalam setahun dengan air hangat berlangsung selama 1,9 bulan, dari 30
Oktober sampai 27 Desember, dengan suhu rata-rata di atas 29°C. Bulan dalam

20
setahuun di Kota Surabaya dengan air terpanas adalah November, dengan suhu rata-
rata 30°C. Waktu dalam setahun dengan udara lebih dingin berlangsung selama 2,1
bulan, dari 11 Juli sampai 15 September, dengan suhu rata-rata di bawah 28°C. Bulan
dalam setahun di Kota Surabaya dengan air terdingin adalah Agustus, dengan suhu
rata-rata 28°C.

Gambar 14. Suhu Air Rata-Rata di Surabaya.

2.2.2 Yogyakarta

Yogyakarta, musim panas biasanya pendek dan panas; musim dingin biasanya
pendek dan hangat; dan umumnya menyengat, hujan, dan mendung sepanjang tahun.
Sepanjang tahun, suhu biasanya bervariasi dari 23°C hingga 31°C dan jarang di
bawah 21°C atau di atas 33°C.

Gambar 15. Iklim di Yogyakarta.

21
a) Rata-Rata Suhu di Yogyakarta
Musim panas berlangsung selama 1,5 bulan, dari 17 April sampai 1 Juni,
dengan suhu tertinggi harian rata-rata di atas 31°C. Bulan terpanas sepanjang tahun di
DI Yogyakarta adalah Mei, dengan suhu tertinggi rata-rata 31°C dan terendah 24°C.
Musim dingin berlangsung selama 2,6 bulan, dari 5 Desember sampai 22 Februari,
dengan suhu tertinggi harian rata-rata di bawah 30°C. Bulan terdingin sepanjang
tahun di DI Yogyakarta adalah Agustus, dengan suhu terendah rata-rata 23°C dan
tertinggi 30°C.

Gambar 16. Rata-Rata Suhu di Yogyakarta.

Gambar di bawah ini menunjukkan karakterisasi ringkas dari seluruh tahun suhu rata-
rata per jam. Sumbu horizontal adalah hari dalam setahun, sumbu vertikal adalah jam
dalam sehari, dan warna adalah suhu rata-rata untuk jam dan hari itu.

22
Gambar 17. Suhu Rata-Rata Per Jam di Yogyakarta.

b) Awan
Di DI Yogyakarta, proporsi rata-rata langit yang tertutup awan mengalami
variasi musiman signifikan sepanjang tahun. Masa cuaca lebih cerah setiap tahun DI
Yogyakarta dimulai sekitar 10 Mei dan berlangsung selama 5 bulan, berakhir sekitar 9
Oktober. Bulan paling cerah dalam setahun di DI Yogyakarta adalah Agustus, dengan
rata-rata langit cerah, sebagian besar cerah, atau sebagian berawan 43% sepanjang
waktu. Masa lebih berawan tahun ini dimulai sekitar 9 Oktober dan berlangsung
selama 7,0 bulan, berakhir sekitar 10 Mei. Bulan paling berawan dalam setahun di DI
Yogyakarta adalah Januari, dengan rata-rata langit mendung atau sebagian besar
berawan 88% sepanjang waktu.

23
Gambar 18. Kategori Tutupan Awan di Yogyakarta.

c) Presipitasi
Hari basah adalah hari dengan setidaknya 1 milimeter curah hujan cair atau setara
dengan cairan. Berkat hari-hari basah di DI Yogyakarta sangat bervariasi sepanjang
tahun.Musim hujan berlangsung 6,1 bulan, dari 23 Oktober sampai 27 April, dengan
lebih dari 40% kemungkinan hari menjadi hari hujan. Bulan dengan hari terbasah di
DI Yogyakarta adalah Januari, dengan rata-rata 21,1 hari dengan curah hujan minimal
1 milimeter.
Musim kemarau berlangsung 5,9 bulan, dari 27 April sampai 23 Oktober. Bulan
dengan hari basah paling sedikit di DI Yogyakarta adalah bulan Agustus dengan rata-
rata 3,8 hari dengan curah hujan minimal 1 milimeter. Di antara hari-hari basah, kami
membedakan antara hari-hari yang mengalami hujan saja, salju saja, atau campuran
dari keduanya. Bulan dengan hari hujan paling banyak sendiri di DI Yogyakarta
adalah Januari, dengan rata-rata 21,1 hari. Berdasarkan kategorisasi ini, curah hujan
paling umum sepanjang tahun adalah hujan, dengan probabilitas tertinggi 70% pada
tanggal 1 Februari.

24
Gambar 19. Peluang Presipitasi Harian di Yogyakarta.

d) Curah Hujan
Untuk menunjukkan variasi dalam bulan-bulan dan bukan hanya total bulanan,
kami menunjukkan curah hujan yang terakumulasi selama periode 31-hari bergeser
yang berpusat di sekitar setiap hari dalam setahun. DI Yogyakarta mengalami variasi
musiman ekstrim dalam curah hujan bulanan.Curah hujan sepanjang tahun di DI
Yogyakarta. Bulan dengan curah hujan terbanyak di DI Yogyakarta adalah Januari,
dengan curah hujan rata-rata 296 milimeter. Bulan dengan curah hujan paling sedikit
di DI Yogyakarta adalah bulan Agustus, dengan curah hujan rata-rata 33 milimeter.

Gambar 20. Rata-Rata Curah Hujan Bulanan di Yogyakarta.

25
e) Matahari
Durasi hari di DI Yogyakarta tidak banyak berbeda sepanjang tahun, tetap
dalam 34 menit dari 12 jam sepanjang hari. Pada tahun 2021, hari terpendek adalah 21
Juni, dengan 11 jam, 40 menit siang hari; hari terpanjang adalah 21 Desember,
dengan 12 jam, 35 menit siang hari.

Gambar 21. Jam Siang dan Malam di Yogyakarta.

Matahari terbit paling awal berada pada 05.09 hari 16 November, dan matahari terbit


terakhir 44 menit lebih lambat pada pukul 05.53 pada 16 Juli. Matahari terbenam
paling awal adalah pada pukul 17.27 tanggal 25 Mei, dan matahari terbenam paling
telat adalah 38 menit lebih lambat pada pukul 18.05 tanggal 29 Januari.

Gambar 22. Matahari Terbit & Terbenam di Yogyakarta.

26
f) Bulan
Gambar di bawah ini menyajikan representasi ringkas dari data bulan utama
untuk 2021. Sumbu horizontal adalah hari, sumbu vertikal adalah jam dalam sehari,
dan area berwarna menunjukkan kapan bulan berada di atas cakrawala. Batang
berwarna abu-abu vertikal (Bulan baru) dan batang berwarna biru (Bulan penuh)
menunjukkan fase utama Bulan.

Gambar 23. Fase Bulan Terbit dan Tenggelam di Yogyakarta.

g) Kelembaban
Kami mendasarkan tingkat kenyamanan kelembapan pada titik embun, karena
ini menentukan apakah keringat akan menguap dari kulit, sehingga mendinginkan
tubuh. Titik embun yang lebih rendah terasa lebih kering dan titik embun yang lebih
tinggi terasa lebih lembab. Tidak seperti suhu, yang biasanya sangat bervariasi antara
malam dan siang, titik embun cenderung berubah lebih lambat, jadi meskipun suhu
bisa turun pada malam hari, hari yang lembab biasanya diikuti dengan malam yang
lembab. Tingkat kelembaban yang dirasakan di DI Yogyakarta, yang diukur dengan
persentase waktu di mana tingkat kenyamanan kelembaban lembab dan
panas, menyesakkan, atau menyengsarakan, tidak bervariasi secara signifikan
sepanjang tahun, tetap dalam rentang 3% dari 97%.

27
Gambar 24. Tingkat Kenyamanan Kelembaban di Yogyakarta.

h) Angin
Bagian ini membahas vektor angin rata-rata per jam dengan luas (kecepatan
dan arah) pada 10 meter di atas permukaan tanah. Angin yang dialami di lokasi
tertentu sangat bergantung pada topografi lokal dan faktor lainnya, dan kecepatan dan
kecepatan angin seketika sangat bervariasi daripada rata-rata per jam.Rata-rata
kecepatan angin per jam di DI Yogyakarta mengalami variasi musiman signifikan
sepanjang tahun.
Masa yang lebih berangin dalam setahun berlangsung selama 5,0 bulan, dari 2
Juni sampai 3 November, dengan kecepatan angin rata-rata lebih dari 11,9 kilometer
per jam. Bulan paling berangin sepanjang tahun di DI Yogyakarta adalah Agustus,
dengan kecepatan angin rata-rata per jam 15,0 kilometer per jam. Masa angin lebih
tenang dalam setahun berlangsung selama 7,0 bulan, dari 3 November sampai 2 Juni.
Bulan paling tenang dalam setahun di DI Yogyakarta adalah Maret, dengan kecepatan
angin rata-rata per jam 9,0 kilometer per jam.

28
Gambar 25. Kecepatan Rata-Rata Angin di Yogyakarta.

Arah angin per jam rata-rata yang dominan di DI Yogyakarta bervariasi sepanjang
tahun.
Angin paling sering bertiup dari selatan selama 2,6 minggu, dari 14
Maret hingga 1 April dan selama 4,5 bulan, dari 11 Agustus hingga 27 Desember,
dengan persentase tertinggi 75% pada tanggal 7 Oktober. Angin paling sering bertiup
dari timur selama 4,3 bulan, dari 1 April hingga 11 Agustus, dengan persentase
tertinggi 71% pada tanggal 18 Mei. Angin paling sering bertiup dari barat selama 2,6
bulan, dari 27 Desember hingga 14 Maret, dengan persentase tertinggi 49% pada
tanggal 1 Januari.

Gambar 26. Arah Angin di Yogyakarta.

29
i) Suhu Air
DI Yogyakarta terletak di dekat perairan yang besar (mis., lautan, laut, atau
danau besar). Bagian ini melaporkan suhu permukaan rata-rata area luas dari udara
tersebut. Suhu air rata-rata mengalami variasi musiman signifikan sepanjang tahun.
Waktu dalam setahun dengan air hangat berlangsung selama 5,9 bulan, dari 3
Desember sampai 30 Mei, dengan suhu rata-rata di atas 28°C. Bulan dalam setahun di
DI Yogyakarta dengan air terpanas adalah Maret, dengan suhu rata-rata 29°C. Waktu
dalam setahun dengan udara lebih dingin berlangsung selama 2,5 bulan, dari 26 Juli
sampai 9 Oktober, dengan suhu rata-rata di bawah 26°C. Bulan dalam setahun di DI
Yogyakarta dengan air terdingin adalah September, dengan suhu rata-rata 25°C.

Gambar 27. Rata-Rata Suhu Air di Yogyakarta.

30
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Iklim tropis adalah suatu daerah yang terletak di antara garis isoterm pada


bumi bagian utara dan bagian selatan. Iklim tropis ini terdapat pada posisi 23,5 derajat
lintang utara, dan 23,5 derajat lintang selatan. Iklim tropis ini juga terletak pada garis
khatulistiwa.
Wilayah tropis dibedakan menjadi dua sesuai dengan keadaan alam. Yang
pertama adalah daerah tropis kering meliputi, stepa, sabana kering, dan juga gurun
pasir. Lalu yang kedua iklim lembab meliputi, hutan hujan tropis, sabana, serta
daerah-daerah yang memiliki musim basah.
Berikut ini ciri-ciri iklim tropis :
1. Suhu tinggi selama musim panas dapat mencapai 32 derajat Celcius.
2. Sedangkan suhu pada musim penghujan dapat turun hingga 21 derajat Celcius.
3. Kisaran suhu tahunan sedang, sekitar 11 derajat Celcius.
4. Suhu tertinggi terjadi sebelum awal musim hujan.
5. Daerah yang berada di dekat garis khatulistiwa memiliki curah hujan sedang dan
lebih tinggi.
6. Memiliki tiga musim, yaitu musim hujan, musim dingin dan kemarau (pancaroba),
dan musim panas.
7. Curah hujan adalah penanda terjadinya pergantian musim pada iklim tropis.
8. Memiliki banyak sabana pada iklim tropis kering.
9. Pada wilayah iklim tropis kering, udara dapat berbalik cepat karena radiasi Bumi
juga berlangsung dengan cepat.
10. Pergantian suhu dari satu musim ke musim lainnya normal dan tidak ekstrim.
11. Iklim tropis dapat mempengaruhi iklim global jika terjadi perubahan yang drastis.
12. Penguapan air laut cukup tinggi karena adanya awan di atas lautan
13. Memiliki amplitudo tahunan yang kecil sektar 1-5 derajat Celcius.
14. Pada siang hari, udara di wilayah iklim tropis dapat mencapai 45 derajat Celcius
dan mencapai 10 derajat Celcius pada malam hari.
15. Curah hujan cenderung lebih tinggi dibandingkan wilayah iklim dunia lainnya.

31
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, Anggraeni. Analisis Dampak Perubahan Iklim Berdasarkan Kenaikan


Muka Air Laut terhadap Wilayah Kota Surabaya. Surabaya, 2016.

https://id.weatherspark.com/y/121494/Cuaca-Rata-rata-pada-bulan-in-DI-
Yogyakarta-Indonesia-Sepanjang-Tahun

https://id.weatherspark.com/y/124626/Cuaca-Rata-rata-pada-bulan-in-Kota-
Surabaya-Indonesia-Sepanjang-Tahun

32

Anda mungkin juga menyukai