Anda di halaman 1dari 20

1

MODUL PERKULIAHAN

U002100010
PAK DAN ETIK UMB

KORUPSI PERSPEKTIF
UNDANG-UNDANG

Abstrak Sub-CPMK (lihat di RPS)

Penyebab korupsi bisa bermacam-macam, 1. Mahasiswa dapat menjelaskan nilai-nilai anti


tergantung konteksnya. Biasanya media korupsi
sering mempublikasikan kasus korupsi 2. Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip-prinsip
yang berkaitan dengan kekuasaan dalam anti korupsi
pemerintahan. Pada faktanya, korupsi 3. Mahasiswa dapat menjelaskan berbagai upaya
sebenarnya telah terjadi dari hal paling pembrantasan korupsi
sederhana sampai hal-hal yang lebih 4. Mahasiswa dapat menjelaskan upaya
kompleks. bKorupsi sekarang ini banyak penanggulangan kejahatan korupsi dengan
dikaitkan dengan politik, ekonomi, hukum pidana
kebijakan pemerintahan dalam masalah 5. Mahasiswa dapat menjelaskan berbagai strategi
sosial maupun internasional, serta upaya pembrantasan korupsi
pembangunan nasional.

Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh

Dr. Dadan Anugrah, M.Si.


Semua Fakultas Semua Program Studi
11
KORUPSI
PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG

A. Pendahuluan

"Titik bahaya dari korupsi tak cuma dilihat persentase


kebocoran uang, tapi juga dari menipisnya kepercayaan
kepada bersihnya aparatur negara
secara keseluruhan." (Goenawan Mohamad)

"Korupsi adalah gejala.


Penyakitnya adalah minimnya integritas." (Anies Baswedan)

"Membiarkan terjadinya korupsi besar-besaran


dengan menyibukkan diri dengan ritus-ritus hanya
akan berarti membiarkan berlangsungnya proses
pemiskinan bangsa yang makin melaju." (Abdurrahman Wahid)

Dalam pengertian luas, semua perilaku yang merugikan dapat dikatakan sebagai
perilaku korupsi. Sebagaimana telah diungkap pada bagian terdahulu, bahwa korupsi
berpangkal dari perilaku busuk, tak bermoral dan melanggar hukum. Namun demikian,
korupsi secara sempit dikaitkan dengan undang-undang. Dan karena itu undang-undang
mengatakan bahwa korupsi adalah perbuatan yang merugikan negara dalam berbagai
bentuknya.

Jika dilihat dari konteks luas dan sempit, maka perilaku koruposi adalah perilaku
“purba” manusia yang sudah berlangsung sejak dulu, sejak manusia ada dan
bermasayarakat yang di mana di dalmnya ada tindakan yang merugikan pihak lain.
Memang sejatinya, manusia diciptakan oleh Tuhan dengan dengan potensi untuk berbuat
baik dan potensi untuk berbuat buruk.

Lalu pertanyaannya: Apakah korupsi dapat diberantas? Sekurang-kurangnya


korupsi dapat diminimalisir dengan menciptakan sistem hukum yang kuat, aparat yang
bersih, serta budaya yang tinggi. Para penegak hukum haris dihuni oleh mereka yang
memiliki integritas, memiliki budaya malu serta tentu saja dalam perspektif agama
memiliki iman yang kuat. Kita mungkin masih ingat seorang hakim yang beritegritas tinggi
seperti Artijo Alkostar yang tidak segan-segan untuk menghukum para koruptor dengan
hukumann yang tinggi. Ikhtiar Artijo Alkostar dalam pemberantasan korupsi banyak
mendapat apresiasi, terutama dari mereka dan lembaga penggiat anti koruposi.

2021 PAK dan Etik UMB Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
2 Dr. Dadan Anugrah, M.Si. http://pbael.mercubuana.ac.id/
B. Nilai-Nilai Anti Korupsi

Dalam berbagai literatur sekurang-kurangnya terdapat beberapa nilai-nilai anti


korupsi, yaitu:

1. Kejujuran

Kejujuran berasal dari kata jujur yang dapat di definisikan sebagai sebuah
tindakan maupun ucapan yang lurus, tidak berbohong dan tidak curang. Dalam berbagai
buku juga disebutkan bahwa jujur memiliki makna satunya kata dan perbuatan. Jujur ilah
merupakan salah satu nilai yang paling utama dalam anti korupsi, karena tanpa kejujuran
seseorang tidak akan mendapat kepercayaan dalam berbagai hal, termasuk dalam
kehidupan sosial. Bagi seorang mahasiswa kejujuran sangat penting dan dapat
diwujudkan dalam bentuk tidak melakukan kecurangan akademik, misalnya tidak
mencontek, tidak melakukan plagiarisme dan tidak memalsukan nilai. Lebih luas, contoh
kejujuran secara umum dimasyarakat ialah dengan selalu berkata jujur, jujur dalam
menunaikan tugas dan kewajiban, misalnya sebagai seorang aparat penegak hukum
ataupun sebagai masyarakat umum dengan membaya pajak.

2. Kepedulian

Arti kata peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan. Rasa


kepedulian dapat dilakukan terhadap lingkungan sekitar dan berbagai hal yang
berkembang didalamnya.Nilai kepedulian sebagai mahasiswa dapat diwujudkan dengan
berusaha memantau jalannya proses pembelajaran, memantau sistem pengelolaan
sumber daya dikampus serta memantau kondisi infrastruktur di kampus. Selain itu, secara
umum sebagai masyarakat dapat diwujudkan dengan peduli terhadap sesama seperti
dengan turut membantu jika terjadi bencana alam, serta turut membantu meningkatkan
lingkungan sekitar tempat tinggal maupun di lingkungan tempat bekerja baik dari sisi
lingkungan alam maupun sosial terhadap individu dan kelompok lain.

3. Kemandirian

Di dalam beberapa buku pembelajaran, dikatakan bahwa mandiri berarti dapat


berdiri diatas kaki sendiri, artinya tidak banyak bergantung kepada orang lain dalam
berbagai hal. Kemandirian dianggap sebagai suatu hal yang penting harus dimiliki oleh
seorang pemimpin, karena tampa kemandirian seseorang tidak akan mampu memimpin
orang lain.

2021 PAK dan Etik UMB Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
3 Dr. Dadan Anugrah, M.Si. http://pbael.mercubuana.ac.id/
4. Kedisiplinan

Definisi dari kata disiplin ialah ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan.
Sebaliknya untuk mengatur kehidupan manusia memerlukan hidup yang disiplin. Manfaat
dari disiplin ialah seseorang dapat mencpai tujuan dengan waktu yang lebih efisien.
Kedisiplinan memiliki dampak yang sama dngan nilai-nilai antikorupsi lainnya yaitu dapat
menumbuhkan kepercayaan dari orang lain dalam berbagai hal. Kedisiplinan dapat
diwujudkan antara lain dalam bentuk kemampuan mengatur waktu dengan baik,
kepatuhan kepada seluruh peraturan dan ketentuan yang berlaku, mengerjakan segala
sesuatu dengan tepat waktu, dan fokus pada pekerjaan.

5. Tanggung Jawab

Kata tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya


(kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan dan diperkarakan). Seseorang yang
memiliki tanggung jawab akan memiliki kecenderungan menyelesaikan tugas dengan
lebih baik. Seseorang yang dapat menunaikan tanggung jawabnya sekecil apa-pun itu
dengan baik akan mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Penerapan nilai tanggung
jawab antara lain dapat diwujudkan dalam bentuk belajar dengan sungguh-sungguh, lulus
tepat waktu dengan nilai baik, mengerjakan tugas akademik dengan baik, menjaga
amanah dan kepercayaan yang diberikan.

6. Kerja Keras
Kerja keras didasari dengan adanya kemauan. Di dalam kemauan terkandung
ketekadan, ketekunan, daya tahan, daya kerja, pendirian keberanian, ketabahan,
keteguhan dan pantang mundur. Bekerja keras merupakan hal yang penting guna
tercapainya hasil yang sesuai dengan target. Akan tetapi bekerja keras akan menjadi
tidak berguna jika tanpa adanya pengetahuan.

7. Kesederhanaan
Gaya hidup merupakan suatu hal yang sangat penting bagi interaksi dengan
masyarakat disekitar. Dengan gaya hidup yang sederhana manusia dibiasakan untuk
tidak hidup boros, tidak sesuai dengan kemampuannya. Dengan gaya hidup yang
sederhana, seseorang juga dibina untuk memprioritaskan kebutuhan diatas keinginannya.

8. Keberanian
Keberanian dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan dan membela
kebenaran, berani mengakui kesalahan, berani bertanggung jawab, dan sebagainya.

2021 PAK dan Etik UMB Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
4 Dr. Dadan Anugrah, M.Si. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Keberanian sangat diperlukan untuk mencapai kesuksesan dan keberanian akan semakin
matang jika diiringi dengan keyakinan, serta keyakinan akan semakin kuat jika
pengetahuannya juga kuat.

9. Keadilan
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat sebelah dan tidak
memihak. Keadilan dari sudut pandang bangsa Indonesia disebut juga keadilan sosial,
secara jelas dicantumkan dalam pancasila sila ke-2 dan ke-5, serta UUD 1945. Keadilan
adalah penilaian dengan memberikan kepada siapapun sesuai dengan apa yang menjadi
haknya, yakni dengan bertindak proposional dan tidak melanggar hukum. Keadilan
berkaitan erat dengan hak, dalam konsepsi bangsa Indonesia hak tidak dapat dipisahkan
dengan kewajiban. Dalam konteks pembangunan bangsa Indonesia keadilan tidak
bersifat sektoral tetapi meliputi ideologi. Untuk menciptakan masyarakat yang adil dan
makmur. Adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan.

C. Prinsip-Prinsip Antikorupsi
Memahami nilai-nilai antikorupsi sangat penting untuk mencegak beberapa faktor
terjadinya korupsi secara internal. Beberapa faktor penyebab korupsi melalui prinsip-
perinsip antikorupsi, yaitu akuntabilitas, kewajaran, kebijakan, kontrol dalam mencegak
terjadinya perilaku korupsi secara eksternal.

Adapaun beberapa prnsip anti korupsi yaitu :

1. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja. Semua


lembaga mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai aturan main baik dalam bentuk
konvensi (de facto) maupun konstitusi (de jure), baik pada level budaya (individu dengan
individu) maupun pada level lembaga. Akuntabilitas publik secara tradisional dipahami
sebagai alat yang digunakan untuk mengawasi dan mengarahkan perilaku administrasi
dengan cara memberikan kewajiban untuk dapat memberikan jawaban (answerability)
kepada sejumlah otoritas eksternal (Dubnik:2005). Selain itu akuntabilitas publik dalam
arti yang lebih fundamental merujuk kepada kemampuan seseorang terkait dengan
kinerja yang diharapkan (Pierre:2007). Seseorang yang diberikan jawaban ini haruslah
seseorang yang memiliki legitimasi untuk melakukan pengawasan dan mengharapkan
kinerja (Prasojo:2005). Akuntabilitas publik memiliki pola-pola tertentu dalam
mekanismenya, antara lain adalah akuntabilitas program, akuntablitas proses, akuntailitas

2021 PAK dan Etik UMB Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
5 Dr. Dadan Anugrah, M.Si. http://pbael.mercubuana.ac.id/
keuangan, akuntabilitas outcome, akuntabilitas hukum, dan akuntabilitas politik
(Puslitbang, 2001). Dalam pelaksanaannya, akuntabilitas harus dapat diukur dan
dipertanggungjawabkan melalui mekanisme pelaporan dan pertanggungjawaban atas
semua kegiatan yang dilakukan. Evaluasi atas kinerja administrasi, proses pelaksanaan,
dampak dan manfaat yang diperoleh masyarakat baik secara langsung maupun manfaat
jangka panjang dari sebuah kegiatan.

2. Transparansi

Prinsip transparansi penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari


transparansi dan mengharuskan semua proseskebijakan dilakukan secara terbuka,
sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh publik. Transparansi menjadi
pintu masuk sekaligus kontrol bagi seluruh proses dinamika struktural kelembagaan.
Dlam bentuk yang paling sederhana, transparansi mengacu pada keterbukaan dan
kejujuran untuk saling menjunjung tinggi kepercayaan (trust) karena kepercayaan,
keterbukaan, dan kejujuran ini merupakan modal awal yang sangat berharga bagi semua
orang untuk melanjutkan hidupnya di masa mendatang. Dalam prosesnya transparansi
dibagi menjadi lima, yaitu proses penganggaran, penyusunan kegiatan, pembahasan,
pengawasan dan evaluasi.

Proses penganggaran bersifat bottom up, mulai dari perencanaan, implementasi,


laporan pertanggungjawaban dan penilaian (evaluasi) terhadap kinerja anggaran.
Di dalam proses penyusunan kegiatan atau proyek pembangunan terkait dengan proses
pembahasan tentang sumber-sumber pendanaan (anggaran pendapatan) dan alokasi
anggaran (anggaran belanja).

Proses pembahasan membahas tentang pembutan rancangan peraturan yang


berkaitan dengan strategi penggalangan (pemungutan dana), mekanisme pengelolaan
proyek mulai dari pelaksanaan tender, pengerjaan teknis, pelaporan finansial dan
pertanggungjawaban secara teknis.

Proses pengawasan dalam pelksnaaan program dan proyek pembangunan


berkaitan dengan kepentingan publik dan lebih khusus lagi adalah proyek-proyek yang
diusulkan oleh masyarakat sendiri.

Proses evaluasi ini berlaku terhadap penyelenggaraan proyek dijalankan secara


terbuka dan bukan hanya pertanggungjawaban secara administratif, tapi juga secara
teknis dan fisik dari setiap output kerja-kerja pembangunan.

2021 PAK dan Etik UMB Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
6 Dr. Dadan Anugrah, M.Si. http://pbael.mercubuana.ac.id/
3. Kewajaran

Prinsip fairness atau kewajaran ini ditunjukkan untuk mencegah terjadinya


manipulasi (ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam bentuk mark up maupun
ketidakwajaran dalam bentuk lainnya. Sifat-sifat prinsip ketidakwajaran ini terdiri dari lima
hal penting komperehensif dan disiplin, fleksibilitas, terprediksi, kejujuran dan informatif.
Komperehensif dan disiplin berarti mempertimbangkan keseluruhan aspek,
berkesinambungan, taat asas, prinsip pembebanan, pengeluaran dan tidak melampaui
batas (off budget). Fleksibilitas artinya adalah adanya kebijakan tertentu untuk mencapai
efisiensi dan efektifitas. Terprediksi berarti adanya ketetapan dlam perencanaan atas
dasar asas value for money untuk menghindari defisit dalam tahun anggaran berjalan.
Anggaran yang terprediksi merupakan cerminan dari adanya prinsip fairness di dalam
proses perencanaan pembangunan. Kejujuran mengandung arti tidak adanya bias
perkiraan penerimaan maupun pengeluaran yang disengaja yang berasal dari
pertimbangan teknis maupun politis. Kejujuran merupakan bagian pokok dari prinsip
fairness. Penerapan sifat informatif agar dapat tercapainya sistem informasi pelaporan
yang teratur dan informatif. Sistem informatif ini dijadikan sebagai dasar penilaian kinerja,
kejujuran dan proses pengambilan keputusan selain itu sifat ini merupakan ciri khas dari
kejujuran.

4. Kebijakan

Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak terjadi
penyimpangan yang dapat merugikan negara dan masyarakat. Kebijakan anti korupsi ini
tidak selalu identik dengan undang-undang anti korupsi, namun bisa berupa undang-
undang kebebasan mengakses informasi, undang-undang desentralisasi, undang-undang
anti-monopoli, maupun lainnya yang dapat memudahkan masyarakat mengetahui
sekaligus mengontrol terhadap kinerja dan penggunaan anggaran negara oleh para
pejabat negara. Aspek-aspek kebijakan terdiri dari isi kebijakan, pembuat kebijakan,
pelaksana kebijakan, kultur kebijakan. Kebijakan anti korupsi akan efektif apabila
didalamnya terkandung unsur-unsur yang terkait dengan persoalan korupsi dan kualitas
dari isi kebijakan tergantung pada kualitas dan integritas pembuatnya. Kebijakan yang
telah dibuat dapat berfungsi apabila didukung oleh aktor-aktor penegak kebijakan yaitu
kepolisian, kejaksaan, pengadilan, pengacara, dan lembaga pemasyarakatan. Eksistensi
sebuah kebijakan tersebut terkait dengan nilai-nilai, pemahaman, sikap, persepsi dan
kesadaran masyarakat terhadap hukum atau undang-undang anti korupsi. Lebih jauh lagi

2021 PAK dan Etik UMB Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
7 Dr. Dadan Anugrah, M.Si. http://pbael.mercubuana.ac.id/
kultur kebijakan ini akan menentukan tingkat partisipasi masyarakat dalam
pemberantasan korupsi.

5. Kontrol Kebijakan

Kontrol kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat betul-betul efektif
dan mengeliminasi semua bentuk korupsi. Bentuk kontrol kebijakan berupa partisipasi,
evolusi dan reformasi. Kontrol kebijakan partisipasi yaitu melakukan kontrol terhadap
kebijakan dengan ikut serta dalam penyusunan dan pelaksanaannya. Kontrol kebijakan
evolusi yaitu dengan menawarkan alternatif kebijakan baru yang dianggap lebih layak.
Kontrol kebijakan reformasi yaitu mengontrol dengan mengganti kebijakan yang dianggap
tidak sesuai.

Korupsi yang terjadi di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan dan berdampak


buruk luar biasa pada hampir seluruh sendi kehidupan. Korupsi telah menghancurkan
sistem perekonomian, sistem demokrasi, sistem politik, sistem hukum, sistem
pemerintahan, dan tatanan sosial kemasyarakatan di negeri ini. Dilain pihak upaya
pemberantasan korupsi yang telah dilakukan selama ini belum menunjukkan hasil yang
optimal. Korupsi dalam berbagai tingkatan tetap saja banyak terjadi seolah-olah telah
menjadi bagian dari kehidupan kita yang bahkan sudah dianggap sebagai hal yang biasa.
Jika kondisi ini tetap kita biarkan berlangsung maka cepat atau lambat korupsi akan
menghancurkan negeri ini. Ini dapat menjadi indikator bahwa nilai-nilai dan prinsip anti
korupsi seperti yang telah diterangkan diatas penerapannya masih sangat jauh dari
harapan. Banyak nilai-nilai yang terabaikan dan tidak dengan sungguh-sungguh dijalani
sehingga penyimpangannya menjadi hal yang biasa.

Tidak dapat dipungkiri untuk menanamkan nilai dan prinsip-prinsip anti korupsi perlu
diajarkan sejak dini kepada seluruh masyarakat secara umum. Saat ini sebagain besar
baru terpusat pada golongan tertentu di tempat tertentu. Untuk langkah yang lebih serius,
seharusnya penanaman nilai dan prinsip anti korupsi ini harus di terapkan bukan hanya di
bangku kuliah saja sebagai contohnya, tetapi juga dilakukan secara merata di berbagai
kalangan masyarakat agar hasil yang didapatkan juga bisa maksimal secara merata.
Yang ironisnya lagi dalam berbagai sistem pemerintahan termasuk di berbagai lembaga
negara praktik korupsi seakan dibiarkan dengan sistem yang menuntun, bahkan
memaksa yang berkepentingan untuk melakukan korupsi. Misalnya sistem pemilihan
kepala daerah seperti buapti, wali kota, gubernur dan pilpores yang berbiaya tinggi akan
memaksa para calon untuk berbuat curang, menyuap, menyogok dan lain-lain.

2021 PAK dan Etik UMB Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
8 Dr. Dadan Anugrah, M.Si. http://pbael.mercubuana.ac.id/
D. Konsep Pembrantasan Korupsi

Mengapa korupsi timbul dan berkembang dengan masifnya di suatu negara.


Korupsi di suatu negara sebagai penyakit “kanker ganas” yang kronis yang mengerogoti
perekonomian suatu negara. Penyakit ini menempel dalam semua aspek kehidupan
masyarakat sehingga sulit untuk dibrantas. Ada begitu banyak strategi, cara dan upaya
pembrantasan korupsi yang dapat dilakukan suatu Negara dalam konteks sosio-politis,
sosio-ekonomis, sosio-kultural serta konteks lainnya.

Kasus korupsi belum bisa menghasilkan efek jera dari segi hukumannya,
terkadang ada suatu anggapan bahwa korupsi ini semacam karakter seseorang yang
sarakah sehingga perlu penghukuman sesuai dan setimpal. Konsep 3B ( bui, buang dan
bunuh) yang pernah diungkapkan oleh Sultan Hamangkubuwono II sebagai akibat
masuknya pengaruh kolonialisme, namun konsep tersebut masih belum dapat
dilaksanakan. Ide-ide seperti memiskinkan, mempermalukan koruptor beserta
keluarganya juga belum sepenuhnya membawa efek jera.

Agar pembrantasan korupsi berjalan dengan efektif, maka perlu beberapa strategi
harus dilakukan,

1) Strategi Represif, yaitu upaya penindakan hukum untuk menyeret koruptor ke


pengadilan, melalui pengaduan masyarakat sebagai sumber informasi yang
sangat penting untuk diteruskan oleh KPK. Langkah yang dilakukan yaitu KPK
melakukan proses verifikasi dan penelaahan, penyelidikan, penyidikan,
penuntutan dan eksekusi agar takut melakukan korupsi.

2) Strategi Perbaikan Sistem, yaitu transparasi penyelenggara negara dengan cara


KPK menerima laporan harga kekeyaan penyenggara Negara dan gratifikasi serta
memodernisasi pelayanan public dengan tujuan adalah agar tidak bisa melakukan
korupsi.

3) Strategi Edukasi dan Kampanye, yaitu strategi pembelajaran pendidikan


antikurupsi dengan tujuan membangkitkan kesadaran masyarakat mengenai
dampak koruksi yang akhirnya tidak mau melakukan korupsi.

Strategi pembrantasan korupsi juga dapoat dilakukan berdasarkan durasi waktu,


yaitu: dilakukan oleh KPK adalah sebagai berikut:

a. Strategi jangka pendek, yaitu strategi yang diharapkan mampu segera


memberikan manfaat dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi.

2021 PAK dan Etik UMB Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
9 Dr. Dadan Anugrah, M.Si. http://pbael.mercubuana.ac.id/
b. Strategi jangka menengah, yaitu strategi yang secara sistematis mampu
mencegah terjadinya tindak pidana korupsi (TKP) melalui perbaikan sistem
adaministrasi dan manajemen penyelenggara Negara.

c. Strategi jangka panjang, yaitu strategi yang dapat merubah budaya antikorupsi
dan persepsi masyarakat terhadap korupsi menjadi budaya produktif dan inovatif
terhadap korupsi ((David Wijaya. 2014: 21-22).

E. Kejahatan Korupsi Perspektif Hukum Pidana

Unsur-unsur tindak pidana korupsi meliputi; melawan hukum, memperkaya diri


sendiri atau orang lain atau korporasi, dan merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara. Apabila dikaji karakteristiknya, kejahatan korupsi mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut: kejahatan tersebut sulit dilihat, karena biasanya tertutup oleh kegiatan
pekerjaan yang normal dan rutin; kejahatan tersebut sangat kompleks karena selalu
berkaitan dengan kebohongan, penipuan dan pencurian; terjadi penyebaran tanggung
jawab yang semakin meluas akibat kompleksitas organisasi; penyebaran korban yang
luas; hambatan dalam pendeteksian dan penuntutan akibat kurang profesionalnya
aparat; peraturan yang tidak jelas sehingga merugikan dalam penegakan hukum;
pandangan yang mendua terhadap pelaku.

Menurut J. Soewartojo, terdapat beberapa bentuk tindak pidana korupsi, yaitu:

a. Pungutan liar jenis tindak pidana, yaitu korupsi uang negara, menghindari pajak
dan bea cukai, pemerasan dan penyuapan.

b. Pungutan liar jenis pidana yang sulit dibuktikan, yaitu komisi dalam kredit bank,
komisi dalam tender proyek, imbalan jasa dalam pemberian izin, kenaikan pangkat,
pungutan terhadap uang perjalanan, pungli pada pos-pos pencegatan di jalan,
pelabuhan, dan sebagainya.

c. Pungutan liar jenis pungutan tidak sah yang dilakukan oleh Pemda, yaitu pungutan
yang dilakukan tanpa ketetapan berdasarkan peraturan daerah, tetapi hanya
dengan surat-surat keputusan saja.

d. Penyuapan, yaitu seorang penguasa menawarkan uang atau jasa lain kepada
seseorang atau keluarganya untuk suatu jasa bagi pemberi uang.

2021 PAK dan Etik UMB Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
10 Dr. Dadan Anugrah, M.Si. http://pbael.mercubuana.ac.id/
e. Pemerasan, yaitu orang yang memegang kekuasaan menuntut pembayaran uang
atau jasa lain sebagai ganti atau timbal balik fasilitas yang diberikan.

f. Pencurian, yaitu orang yang berkuasa menyalagunakan kekuasaannya dan


mencuri harta rakyat langsung atau tidak langsung.

g. Nepotisme, yaitu orang yang berkuasa memberikan kekuasaan dan fasilitas pada
keluarga dan kerabatnya, yang seharusnya orang lain juga dapat atau berhak bila
dilakukan secara adil.

Selanjutnya, menurut Konvensi PBB Anti Korupsi tahun 2003, ada 4 (empat) tipe
tindak pidana korupsi, sebagai berikut:

a. Tindak pidana korupsi penyuapan pejabat publik nasional

b. Tindak pidana korupsi penyuapan di sektor swasta

c. Tindak pidana korupsi terhadap perbuatan memperkaya secara tidak sah

d. Tindak pidana korupsi terhadap memperdagangkan pengaruh

Dapat disimpulkan pokok-pokok rumusan tindak pidana korupsi tersebut, sebagai


berikut :

1. Tindak pidana korupsi di Indonesia telah terjadi secara sistemik (systemic crime)
semakin meluas (widespread), dan telah merasuki seluruh lini kehidupan secara
mendalam (dee-rooted). Praktek tersebut seolah-olah sudah menjadi “budaya” dalam
arti situasi kondusif dan sikap permisif masyarakat terhadap praktek korupsi
menyebabkan korupsi berkembang luas di masyarakat, sehingga sulit untuk di
berantas. Di samping itu dengan bertambah besarnya volume pembangunan,
bertambah pula kemungkinan kebocoran, dan ditambah dengan gaji pegawai kecil,
tidak memadai serta memungkinkan untuk hidup layak, di negara-negara
berkembang seperti Indonesia;

2. Untuk mencegah terjadinya korupsi besar-besaran, pejabat yang menduduki jabatan


yang rawan korupsi, harus didaftar kekayaannya sebelum menjabat jabatannya
sehingga mudah diperiksa pertambahan kekayaannya dibanding dengan
pendapatannya yang resmi serta pemberian sanksi tegas bagi yang tidak
melaksanakan;

2021 PAK dan Etik UMB Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
11 Dr. Dadan Anugrah, M.Si. http://pbael.mercubuana.ac.id/
3. Strategi pemberantasan korupsi adalah harus dicari dulu penyebabnya, kemudian
penyebab itu dihilangkan dengan cara prevensi disusul dengan pendidikan
(kesadaran hukum) masyarakat serta dengan gerakan represif atau strategi
pemberantasan korupsi bentuk piramida yang pada puncuknya prevensi
(pencegahan) sedang kepada kedua sisinya masing-masing pendidikan masyarakat
(punishment). Di samping itu, penindakan korupsi harus dimulai dari atas ke bawah,
bukan dari bawah ke atas. Artinya harus dimulai dari korupsi yang triliunan dan
ratusan milyar;

4. Pemberantasan tindak pidana korupsi harus dilakukan secara sistemik dan konsisten
melalui pendekatan integral antara upaya represif dan upaya preventif. Upaya
represif atau sering disebut upaya penal, dilakukan dengan menerapkan hukum
pidana (criminal law application) guna menimbulkan efek jera (deterrent effect) bagi
pelaku dan menimbulkan daya cegah (prevency effect)bagi masyarakat agar
menghindari segala bentuk korupsi. Upaya preventif, dilakukan melalui srana di luar
hukum pidana (non-penal). Sarana penanggulangan korupsi di luar hukum pidana
dapat dilakukan melalui: pencegahan tanpa pidana (prevention without
punishment) dan mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan
pemidanaan lewat media masa (influencing views of society on crime and
punishment/mass media);

5. Dengan dikeluarkannya konvensi internasional mengenai pemberantasan korupsi


semestinya UU PTPK direvisi lagi dan disesuaikan serta diselaraskan dengan materi
konvensi, agar kerja sama internasional dalam memberantas korupsi dapat berjalan
dengan lebih lancar. Untuk itu dalam upaya pemberantasan korupsi penegak hukum
termasuk Polisi, Jaksa, KPK, dan Hakim harus menguasai sepenuhnya UU PTPK.
Usaha pemberantasan korupsi harus sejajar dan bersamaan antara sistem prevensi
dan penindakan. Dalam penindakan ini para penegak hukum, harus berlaku secara
jujur dan adil, serta mengikuti hati nuraninya;

6. Ada 4 (empat) kelompok koruptor di Indonesia:

a. Koruptor yang tidak sama sekali menikmati hasilnya,

b. Koruptor yang menikmati hasil korupsinya,

c. Koruptor kecil-kecilan,

d. Koruptor yang merupakan wanprestasi dalam bidang hukum perdata.

2021 PAK dan Etik UMB Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
12 Dr. Dadan Anugrah, M.Si. http://pbael.mercubuana.ac.id/
7. Jalan untuk memberantas korupsi di negara-negara berkembang adalah

a. menaikkan gaji pegawai rendah (dan menengah),

b. menaikkan moral pegawai negeri,

c. Legalisasi pugutan liar menjadi pendapatan resmi atau legal;

Sedangkan keberhasilan penuntutan oleh Jaksa terhadap tindak pidana korupsi, tidak
boleh menjadi alasan untuk kenaikan pangkat, tetapi untuk kepentingan umum dan
keadilan.

8. Pembalikan beban pembuktian terbatas bidang perdata dapat diterapkan di


Indonesia. Artinya pegawai negeri atau pejabat yang tidak dapat membuktikan asal
usul kekayaannya yang tidak seimbang dengan pendapatannya yang resmi dapat
digugat langsung secara perdata oleh penuntut umum berdasarkan perbuatan
melanggar hukum (onrechtmatigedaad);

9. Upaya pemberantasan korupsi melalui upaya represif dalam pelaksanaannya melalui


berbagai kendala terutama dalam mencari bukti-bukti adanya penyimpangan.
Kendala lainnya ialah, pertama: adanya polemik mengenai kata “dapat” dalam pasal
2 ayat (1) dan Pasal 3 UU No.31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi.
Sebagian kalangan berpendapat kata ,dapat, dipandang sebagai potensi sehingga
cukup dengan dipenuhinya unsur-unsur perbuatan, sedangkan kalangan lainya
berpendapat kata “dapat” itu harus dibuktikan secara konkrit ada kerugian negara
secara riil, dilihat dari beberapa prespektif hukum, yaitu: hukum administrasi negara,
hukum perdata dan hukum pidana.

a. Kerugian negara dari prespektif hukum administrasi negara ialah kekurangan


uang, surat berharga dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai
akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai (Pasal 1 angka
22 UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Pasal 15 UU
No.15 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan),

b. Kerugian negara dari prespektif hukum perdata ialah berkurangnya kekayaan


negara/ kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau pihak lain berupa uang,
surat berharga atau saham, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat
dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan
negara/perusahaan daerah yang disebabkan oleh perbuatan yang
melanggar norma atau yang ditetapkan berdasarkan ketentuan yang berlaku

2021 PAK dan Etik UMB Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
13 Dr. Dadan Anugrah, M.Si. http://pbael.mercubuana.ac.id/
dam UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan UU Nomor 19
Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

c. Kerugian negara berdasarkan perspektif hukum pidana ialah suatu


perbuatan yang menyimpang terhadap penggunaan dan pengelolaan
keuangan negara sehingga dikualifikasikan sebagai perbuatan merugikan
keuangan negara sebagai tindak pidana korupsi, dengan pemenuhan
unsur: pertama, perbuatan tersebut merupakan perbuatan melawan hukum,
baik dalam pengertian formil maupun meteriil atau penyalahgunaan
wewenang, kesempatan atau sarana yang ada padanya; dan kedua, para
pihak ada yang diperkaya dan diuntungkan, baik sipelaku sendiri, orang lain
maupun korporasi (Pasal 2 dan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun
2001 tentang Tindak Pidana Korupsi)

10. Modus operandi korupsi yasng bersifat individual sudah mulai tertinggal, dimensi
baru kejahatan korupsi adalah penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power) oleh
pejabat publik, dikenal dengan korupsi sistemik atau korupsi kelembagaan, yaitu
selalu berkaitan dengan masalah kebijakan. Di satu sisi kebijakan yang ada,
dimanfaatkan untuk melakukan korupsi. Di sisi lain ada keterbatasan pemahaman
dari sebagian aparat penegak hukum terhadap makna “penyalahgunaan wewenang”
dalam ranah Hukum Administrasi Negara yang dipersamakan dengan unsur
“melawan hukum” dalam ranah hukum pidana;

11. Eksistensi independensi dalam proses penegakan hukum merupakan suatu wacana
yang imperatif sifatnya. Akan menjadi sulit bagi Kepolisian dan Kejaksaaan
memaksimalkan pemberantasan korupsi selama independensi dalam konteks limitatif
masih dalam status sub ordinasi kekuasaan eksekutif tertinggi, sehingga terkesan
adanya suatu kekuasaaan otoriter yang permessif. Dari kajian sosiologis yuridis,
gangguan optimal independensi penegak hukum justru dari lingkaran internal
kekuasaan, sehingga selama masih ada hubungan sub ordinasi penegak hukum dan
kekuasaan tertinggi eksekutif, kegamangan kehendak penegak hukum memberantas
korupsi akan selalu minimal hasilnya

2021 PAK dan Etik UMB Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
14 Dr. Dadan Anugrah, M.Si. http://pbael.mercubuana.ac.id/
F. Strategi Upaya Pembrantasan Korupsi

Meskipun memiliki karakter dan modus korupsi yang tidak sama dengan
Indonesia. Tetapi strategi yang tepat tentu saja dapat disesuaikan. Apalagi secara
rumpun Indonesia, Singapura dan Malaysia mempunyai banyak kesamaan.

Di Singapura, 90 persen korupsi terjadi di sektor swasta. Sedangkan Malaysia 50


persen korupsi juga terjadi di sektor swasta. Di Indonesia, mayoritas korupsi terjadi di
sektor pemerintahan.

Indonesia perlu mengubah pendekatan pencegahan korupsi dan penindakan.


Bukan hanya dalam kasus besar, perkara kecil pun bisa mulai dicegah apabila terjadi
potensi korupsi. Sistem pelaporan juga perlu dibangun sehingga, jika terjadi upaya
penyuapan maka segera dapat dideteksi (early warning).

Inilah salah satu rahasia mengapa Singapura dan Malaysia selalu memiliki indeks
korupsi yang cukup tinggi. Artinya tindak kejahatan korupsi rendah. Karena mereka tidak
membiarkan sedikit apapun suap-menyuap atau mengambil uang yang bukan hak
meskipun hanya beberapa dolar atau ringgit. Tetap diproses secara hukum.

Secara umum, strategi pemberantasan koruposi dapat dilakukan dengan


beberapa hal, yaitu:

1. Kurikulum berbasis anti korupsi

Langkah ini sangat bagus dalam rangka membangun cara pandang dan mind set
peserta didik terhadap tindak pidana korupsi. Selain memberikan penguatan materi ajaran
dalam seperangkat kurikulum juga mendorong untuk membangkitkan kesadaran generasi
muda Indonesia dalam membentengi diri dari godaan korupsi.

Muatan kurikulum anti korupsi sepatutnya tidak hanya menekankan pada


pendekatan konstitusional dan hukum saja, tapi perlu dikombinasikan dengan sudut
pandang keilmuan. Misalnya bagaimana membedah secara keilmuan penyebab, akibat
dan kausalitas tindak kejahatan korupsi dengan variabel lain.

Yang menjadi sasaran dari strategi ini adalah anak-anak Indonesia, siswa, dan
mahasiswa. Tidak tertutup kemungkinan juga bagi masyarakat umum dan orang tua.
Literasi anti korupsi sangat tepat sebagai cara paling efektif dalam mengembangkan
pemikiran menuju pencegahan korupsi.

2021 PAK dan Etik UMB Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
15 Dr. Dadan Anugrah, M.Si. http://pbael.mercubuana.ac.id/
2. Sosialisasi bahaya korupsi

Jika program BNN gencar melakukan sosialiasi anti narkoba dan bahaya narkoba
bagi masyarakat dengan membuat berbagai pertemuan-pertemuan. Maka KPK dan pihak
berkepentingan juga harus lebih agresif mensosialisasikan bahaya korupsi dan gerakan
anti korupsi.

Pemerintah perlu membuat kebijakan ini secara khusus sebagai rekomendasi dan
bentuk dukungan penuh bagi KPK. Hingga kegiatan sosialisasi bahaya korupsi dapat
dilakukan pada tingkat desa/kelurahan bagi seluruh komponen masyarakat dan aparatur
desa itu sendiri.

3. Festival anti korupsi

Strategi ini bertujuan untuk menggalakan sikap anti korupsi dikalangan


masyarakat. Festival melawan korupsi bisa dikemas dengan berbagai acara yang
menarik. Misalnya expo anti korupsi. Even ini bisa menjadi ajang kreatif terutama bagi
generasi millennial saat ini.

Bentuk kegiatan festival anti korupsi dapat dikemas dalam bentuk sayembara,
seperti sayembara menulis dengan tema anti korupsi ataupun model lainnya. Tujuan
utama dari kegiatan ini yaitu memasyarakatkan masyarakat anti korupsi.

Ketiga strategi tersebut diatas harus saling mendukung dan bersinergi satu sama
lain. Sehingga membentuk satu pilar pendidikan dan pengajaran anti korupsi yang
dilakukan secara soft sebagai langkah penyadaran bagi masyarakat umum.

Lalu kategori yang kedua dalam strategi dalam upaya melawan bahaya korupsi
adalah langkah pencegahan. Elemen ini berkesinambungan dengan strategi pendidikan
anti korupsi dalam langkah penyadaran.

Jika pada step sebelumnya berorientasi pada pengembangan pemikiran, cara


pandang, dan mind set. Maka pada tahap ini, masyarakat atau sasaran sudah
menampakkan perilaku anti korupsi sejak dini.

Jadi kita sudah dapat melihat secara nyata efek dari kesadaran menjauhi korupsi,
baik dalam kebijakan, perencanaan anggaran pembangunan, dan sudah berani menolak
ajakan untuk melakukan korupsi.

2021 PAK dan Etik UMB Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
16 Dr. Dadan Anugrah, M.Si. http://pbael.mercubuana.ac.id/
4. Peraturan pro anti korupsi

Langkah pencegahan strategis anti korupsi mulai dilakukan dalam sebuah


peraturan baku dan kuat. Semisal Undang-undang yang lebih tinggi tingkatannya. Lalu
turun sampai ke peraturan pada hirarki paling rendah yakni peraturan kepala desa.

Pendekatan hukum dalam pencegahan memang tidak memberi jaminan bahwa


seseorang tidak akan melakukan korupsi. Namun dalam sebuah negara hukum, sudah
semestinya memiliki rule of law terhadap sebuah kebijakan. Apalagi yang menyangkut
dengan ketertiban umum dan hak-hak sipil.

Pada aspek ini penekanan yang paling penting adalah hukum harus berlaku
secara adil dan transparan mengiringi setiap kebijakan pemerintah dan swasta. Aturan
harus berjalan sebagaimana mestinya dan tidak boleh diskriminasi.

5. Proses rekrutmen

Seperti telah disebut diatas bahwa potret korupsi Indonesia lebih dominan terjadi
didalam lingkaran pemerintahan. Maknanya bahwa pegawai pemerintah (ASN/PNS), dan
pejabat tinggi negara dan lembaga tinggi negara yang berpotensi melakukan korupsi agar
melewati proses rekrutmen yang nihil korupsi.

Tidak seperti zaman-zaman sebelumnya yang sangat mudah meloloskan seorang


calon PNS dengan menyogok dan menyuap. Asal kasih uang habis perkara. Sedangkan
masalah kualitas menjadi nomor kesekian. Sehingga orang-orang yang menjadi pelayan
publik dan diamanahkan mengelola uang negara cenderung korup. Sebab itu direkrut
dengan sistem korup.

Begitulah pula dalam pemilihan presiden, wakil presiden, gubernur, bupati/walikota, dan
anggota legislatif. Jika sistim politiknya berkarakter korup, maka akan tepilih pejabat tinggi
negara yang juga korup. Dan inilah yang terjadi saat ini.

6. Laporan harta kekayaan pejabat

Kebijakan ini memang sudah berjalan dan sangat bagus dalam rangka monitoring
aset pejabat negara untuk pencegahan praktik korupsi. Namun sistim tersebut saat ini
memiliki sejumlah kelemahan terutama dalam pelaksanaannya.

Kesulitan taksasi dan menilai harga aset yang sifatnya mengikuti harga pasar.
Termasuk ketepatan waktu pelaporan yang juga belum berjalan sesuai ketetapan KPK.
Sehingga sering kita lihat masih banyak pejabat negara yang belum melaporkan harta

2021 PAK dan Etik UMB Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
17 Dr. Dadan Anugrah, M.Si. http://pbael.mercubuana.ac.id/
kekayaan secara sungguh-sungguh. Sementara KPK juga tidak menverifikasi serta
validasi data laporan keuangan yang diberikan oleh pelapor secara rill.

Maka metode ini harus diubah. KPK atau otoritas wajib melakukan cross chek dan
verifikasi secara faktual atas aset yang dilaporkan bahkan termasuk KPK jangan mudah
percaya terhadap data yang diberikan sebelum diuji publik.

Dengan begitu akan ada pengawasan publik atas perkembangan kekayaan dan
penambahan aset sejak masa menjabat sampai berakhir masa jabatan. Proses seperti ini
akan menciptakan transparansi publik. Jadi dengan demikian pelaporan harta kekayaan
pejabat negara bukan hanya sekedar bersifat administratif belaka.

7. Mengoptimalkan sistem elektronik

Dengan memanfaatkan sumber daya unggul dibidang teknologi dan informasi


serta disokong oleh internet 5G. KPK dapat mendorong pemerintah agar menggunakan
sistim elektronik dalam setiap transaksi layanan yang rawan terjadi korupsi. Misalnya
lelang proyek, pengadaan barang dan jasa, prosedur pengurusan perizinan, dan lain
sebagainya.

Mewajibkan pemerintah daerah mengkoneksikan secara terpusat dengan


pemerintah nasional seluruh data pamasukan dan penggunaan anggaran daerah melalui
sebuah sistim terpadu yang bersifat online. Sehingga pemerintah pusat dapat memantau
serta mengawasi anggaran untuk mencegah penyimpangan keuangan.

Dalam sistem penganggaran harus ada sistem e-planning dan e-budgeting. Hal itu
untuk mencegah mark up yang biasa terjadi pada saat perencanaan anggaran dilakukan.
Pencegahan korupsi dengan pembenahan sistem secara menyeluruh bukan parsial perlu
dilakukan dan diikuti dengan semangat anti korupsi.

8. Penguatan pengawasan internal

Ring kedua dalam pencegahan korupsi dapat dilakukan oleh auditor internal
ataupun pengawas mereka sendiri. Strategi ini berlaku bukan hanya institusi pemerintah
namun juga perusahaan-perusahaan swasta dan BUMN.

Pengawasan internal pada level paling rendah sekalipun perlu diterapkan sejak
awal proses perencanaan sampai laporan akhir kegiatan usai dikerjakan. Mereka harus
memastikan bahwa tidak terjadi penyimpangan keuangan atau potensi kerugian negara
dan memperkaya orang/pihak lain.

2021 PAK dan Etik UMB Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
18 Dr. Dadan Anugrah, M.Si. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Namun menurut Menteri Pendayagunaan Aparatur dan Reformasi Birokrasi
(Menpan RB), Purn. Komjen (Pol) Syafruddin, selama ini pengawas internal tidak berani
melaporkan perbuatan korupsi yang ia lihat di daerah. Alasannya, sederhana, karena
mereka takut dicopot. Atas dasar tersebut, maka pemerintah bersama KPK perlu
memberikan penguatan dan backup bagi pengawas internal, agar mampu dan berani
bertindak guna memproses jika ada pelanggaran anggaran yang menjurus pada
kejahatan korupsi.

9. Hukuman penjara, ganti rugi dan penyitaan serta pemecatan

Bagi yang terdakwa yang sudah terbukti melakukan tindak kejatahan korupsi pada
pengadilan khusus Tipikor. Mereka harus diberikan hukuman setinggi-tingginya. Dengan
UU Tipikor yang mengatur, menetapkan sanksi berat berupa hukuman penjara diatas 20
tahun. Hukuman yang lama dan panjang dimaksudkan untuk memberikan efek jera
kepada pelaku dan keluarganya. Sehingga akan menjadi contoh bagi yang lain. Jika telah
muncul rasa takut untuk korupsi, maka putusan hukuman penjara itu sudah efektif.

Lembaga yudikatif juga menyiapkan hakim dan proses pengadilan yang terbuka,
jujur, dan menjunjung tinggi hukum sebagai panglima tertinggi di negara ini. Sehingga hak
untuk mendapatkan perlakuan yang sama didepan hukum ada berjalan dengan baik.
Termasuk menyiapkan hakim-hakim yang bersih dan berintegritas.

Selain hukuman penjara diatas 20 tahun bagi pelaku korupsi tingkat menengah
(ratusan juta), pengadilan juga mengharuskan terdakwa untuk mengembalikan uang hasil
korupsi tersebut kepada negara atau pihak yang dirugikan. Ditambah dengan penyitaan
aset hasil korupsi dan bisa juga milik pribadi untuk mengembalikan kerugian pihak lain.

Selanjutnya jika mereka pejabat negara atau ASN/PNS, maka dilakukan hukuman
pemecatan secara tidak hormat. Pengadilan harus tegas dan pimpinan atau atasan
mereka wajib merekomendasikan kepada hakim yang memutuskan untuk dicopot dari
jabatan sekaligus pemutusan hubungan kerja.

10. Hukuman mati

Beberapa negara yang berkomitmen memberantas korupsi di negaranya. Mereka


tidak segan-segan atau takut menerapkan hukuman mati bagi siapapun. Tidak perlu
khawatir dengan tuduhan bahwa hukuman mati melanggar hak azasi manusia (HAM)
sepanjang ada keputusan pengadilan dan proses hukum yang fair. Jika terbukti
melakukan korupsi dalam jumlah tertentu, maka layak diberikan hukuman mati.

2021 PAK dan Etik UMB Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
19 Dr. Dadan Anugrah, M.Si. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Negara pun tidak perlu memelihara orang yang justru melakukan kejahatan terhadap
negaranya sendiri. Jika ada hukuman mati bagi pengedar, bandar, produsen narkoba.
Maka hukuman mati juga patut ada dalam kasus kejatahan korupsi karena dua-duanya
sama-sama berbahaya.

Hukuman paling rendah dalam kategori hukuman mati adalah penjara seumur hidup
dan baru dikeluarkan setelah ia mati. Artinya bukan karena ditembak (eksekusi mati) atau
dipancung. Namun ia mati karena proses alamiah yang terjadi pada dirinya selama ia
dipenjara.

Daftar Pustaka
David Wijaya. 2014. Pendidikan Antikorupsi: untuk Sekolah dan Perguruan Tinggi.
Jakarta. Indeks.
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. 2018. Pendidikan Antikorupsi untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta.
Klitgaard, dkk. 2002. Penuntun Pembrantasan Korupsi Dalam Pemerintah Daerah.
Jakarta. Yayasan Obor Indonesia.
Kurniawan, L (Pngent.) 2002. Menyingkap Korupsi di Daerah. Malang. Intrans.
Kurniawan. 2010. Akuntabiltas Publik: Sejarah, Pengertian, Dimensi dan Jenisnya.
Jakarta.
Nadapdap, Binoto. 2014. Korupsi belum Ada Matinya. Jakarta. Permata Aksara.
Nurdjana, Igm. 2010. Sistem Hukum Pidana dan Bahaya Laten Korupsi: Perspektif
Tegaknya Keadilan melawan Mafia Hukum. Pustaka Pelajar . Jokyakarta.
Piping Effrianto, Yuliansyah dan Suryo Cahyo Putro. 2014. Kiat-kiat terhindar dari Korupsi
pada Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Jakarta. Change Publication.
Pope, Jaremy. 2003. Strategy membrantas Korupsi. Jakarta Yayasan Obor
https://acch.kpk.go.id
https://.kemenkeu.go.id/sadarapbn

2021 PAK dan Etik UMB Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
20 Dr. Dadan Anugrah, M.Si. http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai