Sejarah
Arsitektur
Arsitektur India
10
Fakultas Teknik Teknik Arsitektur MK12001 Rahil Muhammad Hasbi
Abstract Kompetensi
Arsitektur India dengan arsitektur Mahasiswa memahami dan mampu
Hindu dan Budha member pengaruh
besar pada perkembangan arsitektur sejarah perkembangan arsitektur di
di Asia secara keseluruhan Asia
Arsitektur India
Arsitektur Kuno di India
Mempelajari arsitektur India dapat dimulai dari tahun 2700 SM, disekitar lembah Hindustan
(sekarang Pakistan dan Afganistan). Di daerah ini terdapat 2 kota besar yang dinamakan
Mohenjo Daro dan Harappa. Penggalian Situs kota ini menunjukkan kedua kota ini
merupakan kota yang memiliki perencanaan yang baik. Pola kota yang berbentuk grid dan
memiliki garis axis dimana hunian tumbuh disekitarnya. Hal ini menyebabkan tata kota yang
teratur dan rapi.
Dari segi fasilitas, kota ini memiliki benteng kota, sebuah Citadel diatas bukit, pemandian
umum, gudang gandum atau ruang shelter/ruang serbaguna (belum dipastikan fungsi
sebenarnya, hunian-hunian kecil disepanjang jalan serta sistem drainase yang sudah
terintergrasi
Gambar 1. Situs Kota Mohenjo Daro dimana masih terlihat bentuka yang tertata (gambar kiri) dan sebuah Citadel yang berada di
bukit kota tersebut (gambar kanan). Sumber gambar http://en.wikipedia.org/wiki/Mohenjo-daro
Masyarakat di Kota ini diperkirakan merupakan masyarakat yang egaliter, hal ini terlihat
pada tidak ditemukannya bangunan istana dan bangunan lainnya yang menunjukkan
kekuasaan (Moffet,Fazio,Wodehouse,2003)
Kota ini merupakan sebuah bukti sejarah yang menggambarkan bahwa sesungguhnya
perencanaan kota dan arsitektur sesungguh telah ada sejak zaman pra sejarah. Bahkan
arsitektur dapat menyampaikan informasi tentang bagaimana kehidupan pada masa itu
melalui peninggalan-peninggalan/ reruntuhan bangunan.
Pada dasarnya, ketiga agama ini mengajarkan hal yang sama walaupun terdapat perbedaan
pada pelaksanaan –yang nantinya juga mempengaruhi bentuk dan arsitektur bangunan,-.
Agama Hindu memiliki konsep mikro kosmos dan makro kosmos serta linggam (male) dan
Yoni (female) yang di aplikasikan dalam setiap sisi kehidupan dari penganutnya. Agama
budha dan jainism memiliki ajaran yang sama yaitu sama-sama mengajarkan bahwa
manusia haruslah selalu berbuat baik terhadap sekitarnya. Keduanya percaya akan adanya
reinkarnasi yaitu hidup kembali sebagai jiwa yang lain setelah kematian, sehingga manusia
haruslah berbuat baik dalam hidupnya agar saat reinkarnasi kembali tidak hidup sebagai
makhluk yang hina atau lemah.
Arsitektur Hindu
Pada dasarnya konsep mikro kosmos dan konsep makro kosmos diartikan dalam banyak
hal; salah satunya adalah hubungan antara individual sebagai mikro kosmos dan
lingkungannya sebagai makro kosmos, atau seperti yang pernah dikatakan oleh Romo
Mangunwijaya (1988), konsep dari arsitektur India adalah manifestasi dari konsep hidup
masyarakat India yang tentu saja dipengaruhi oleh kepercayan mereka. Masyarakat India
percaya bahwa yang Mutlak itu hanya yang Esa (Brahman), selain itu atau semua yang ada
didunia ini adalah semu/maya. Sehingga mereka memiliki prinsip hidup untuk lepas dari
kemayaan dan menuju kepada penyatuan diri dengan yang Esa.
Prinsip kepercayaan ini diterapkan sebagai konsep dan paradigma dalam membangun
arsitektur religius agama Hindu yaitu candi. Aplikasinya dapat terlihat pada bentukan, tata
letak dan ornamen.
Sebagai contoh, masyarakat Hindu mempercayai bahwa Gunung Meru di India memiliki
makna penting dalam kehidupan beragama sehingga dalam membangun arsitektur relijius
konsep dari bentukan gunung meru dipakai sebagai konsep utama. Gunung Meru dalam
kepercayaan agama Hindu dipercaya sebagai tempat persemayaman dewa-dewa Hindu.
Sehingga bentukan dari candi dibentuk seperti gunung dengan cerukan-cerukan tempat
persemayaman dewa-dewa.
Konsep perjalanan manusia dari dunia semu untuk mencapai penyatuan diri dengan Yang
Esa juga diterapkan pada bentukan bangunan, dimana bangunan dibagi menjadi 3 bagian
yaitu konsep kepala, tubuh dan kaki, hal ini berhubungan dengan konsep ‘triloka’ atau tiga
dunia, yaitu: bhurloka (dunia manusia), bhuvarloka (dunia orang-orang yang tersucikan), dan
svarloka (dunia para dewa). Seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini :
Ornamen-ornamen dan relif yang terdapat pada candi-candi Hindu biasanya merupakan
cerita-cerita dari mitologi dewa dewi Hindu-Budha dan ada beberapa yang menceritakan
kehidupan sehari-hari manusia.
Agama Budha merupakan agama yang datang setelah adanya agama Hindu, tetapi jika dari
segi arsitektur relijius agama Budha merupakan pelopor. Hal ini disebutkan didalam buku
History of World Architecture “...”.
Arsitktur relijius Budha diawali dengan arsitektur “gundukan” (....dalam sejarah arsitektur).
Ketika Sang Budha wafat, jasadnya dikremasi dan abunya disebarkan didelapan tempat.
Abu tersebut ditanam dengan membentuk gundukan. Gundukan ini dijadikan oleh penganut
agama Budha sebagai tempat untuk mengingat sang Budha dan melakukan ibadahnya
dengan mengelilingi gundukan ini. Seiring dengan perkembangan zaman yang diikuti
Stupa tertua yang pernah ditemukan adalah stupa Stanchi yang merupakan salah satu kuil
pertama bagi penganut Budha di India yang dibangun oleh Raja Asoka pada abad 3 SM.
Gambar 4. Stuppa Sanchi yang dibangun pada abad 3 SM oleh Raja Asoka. Sumber gambar
http://en.wikipedia.org/wiki/Sanchi
Seperti yang telah disebutkan diatas stupa ini merupakan penyempurnaan dari bentuk
gundukan yang dipergunakan sebagai tempat ibadah bagi penganut agama Budha
(peziarah). Proses mengelilingi gundukan diimplementasikan dengan pengadaan jalur untuk
mengelilingi stupa, sehingga bentuk stupa terlihat seperti dipagari Stuppa ini merupakan
bentukan yang padat dan tidak ada ruangan didalamnya.
Pada bagian atas terdapat ruang yang berbentuk bujur sangkar dimana ditengahnya
terdapat tiang yang memiliki tiga lapisan bentuk lingkaran yang dipipihkan. Hal ini
merupakan manifestasi dari pohon dimana Sang Budha dahulunya bermeditasi.
Gambar 5.(Kiri) Jalur bagi peziarah untuk beribadah mengelilingi Stupa Sanchi. Terdapat 2 jalur yang dibawah dan yang
diatas. Jalur yang diatas dipergunakan untuk para pendeta Budha. (kanan) Ruang segiempat diatas puncak stuppa .
sumber gambarhttp://en.wikipedia.org/wiki/File:Interiors_of_Stupa_1.JPGa
Stupa ini juga dihiasi oleh beragam ukiran yang menceritakan kisah kehidupan Budha
sendiri maupun tentang kisah kehidupan sehari-hari. Ukiran ini dulunya diukir dengan
material kayu, tetapi sekarang telah digantikan oleh material batu.
Tidak hanya arsitektur gundukan, agama Budha juga mempergunakan bentukan alam
sebagai kuilnya. Sebagai contoh adalah penggunaan gua sebagai kuil salah satunya adalah
gua Lomas Rishi yang terletak di Bukit Barabar.
Gambar 7. Gua Lomas Rishi yang terletak di bukit Barabar. sumber gambar (kiri) http://www.buddhanet.net/e-
learning/pilgrim/pg_01.htm (kanan) http://ccrtindia.gov.in/induscivilization.php
Biasanya kuil ini merupakan gua batu yang dipahat. Contoh gua lainnya yang dijadikan kuil
adalah gua Karli yang terletak di Caithya
Pengaruh ini didapat dari penyebaran agama Hindu dan Budha oleh para pedagang ini.
Masyarakat mulai membangun tempat-tempat ibadah yang mirip dengan yang ada di India.
Dahulunya, pada awal proses berinteraksi dengan para pedagang dari India dengan
masyarakat nusantara, tempat ibadah yang dibangun belum lengkap dan utuh, hanya
merupakan arca-arca dan patung. Arca dan patung tersebut hanya dilindungi oleh atap dari
ijuk. Pada perkembangan selanjutnya baru kemudian berkembang candi-candi yang
dibangun secara utuh.
Candi-candi yang dibangun pada awal-awalnya sangat mirip dengan candi-candi yang ada
di India. Tetapi pada perkembangannya arsitektur ini berkembang dan memiliki karakternya
tersendiri yang tidak lagi mirip dengan arsitektur di India karena sudah di asimilasikan
dengan elemen-elemen dan budaya yang ada di nusantara. Kemiripan hanya dapat
ditemukan pada ornamen, arca dan patung-patung saja. Bahkan pada perkembangan lebih
lanjut, arsitektur candi ini dikreasikan dengan ciri khas nusantara.
Arsitektur India terkenal dengan ciri berundaknya. Konsep berundak ini terutama terlihat
pada candi Borobudur.-bangunan peninggalan Dinasti Syailendra yang beragama Buddha-
,dan beberapa candi lainnya peninggalan agama Hindu dan Budha. Konsep ini kemudian di
adaptasikan pada bangunan-bangunan biasa, terutama pada atapnya.
Seperti Cina, masyarakat India sangat berpegang teguh pada prinsip keagamaan mereka
terutama Hindu dan Budha. Hal tersebut juga menjadi bagian dalam berarsitektur yang
dilakukan oleh masyarakat India.
Gambar 10.(kiri) Candi Prambanan dan (kanan) Candi Borobudur sebagai peninggalan arsitektur India di
Indonesia
Sumber gambar (kiri) http://wisoto.com (kanan) https://id.wikipedia.org
Menurut YB. Mangunwijaya (1988), konsep dari arsitektur India adalah manifestasi dari
konsep hidup masyarakat India yang tentu saja dipengaruhi oleh kepercayan mereka.
Masyarakat India percaya bahwa yang Mutlak itu hanya yang Esa (Brahman), selain itu atau
semua yang ada didunia ini adalah semu/maya. Sehingga mereka memiliki prinsip hidup
untuk lepas dari kemayaan dan menuju kepada penyatuan diri dengan yang Esa.
Contoh dari prinsip ini bisa kita lihat pada Candi Borobudur, yang berundak-undak dan
membentuk seperti gunung yang semakin menyempit pada bagian atasnya. Jika dilihat dari
denah Candi Borobudur maka akan terlihat tiga bagian, yaitu bagian dasar yang terdiri dari
bagian dasar yang disebut Kamadatu dimana tahapan ini digambarkan sebagai tahapan
manusia yang masih kama ( hasrat, ingin, nafsu belaka), kemudian bagian tengah yang
disebut Rupadatu, bagian yang memiliki banyak gambar-gambar relif dan stupa-stupa, yang
menggambarkan manusia di dunia fana, yang sudah sadar tetapi masih berada didunia
yang semu serta bagian atas yang dinamakan A-rupadatu , ketiadaaan segala dunia yang
berupa dimana bagian ini menggambarkan manusia yang sudah menuju kesadaran sejati
tidak lagi menghiraukan hiruk pikuk dunia (YB.Mangunwijaya,1988).
2. Rupadhatu: bagian tubuh Candi Borobudur. Relief pada bagian ini menggambarkan
manusia dalam perjalanan meninggalkan keduniawian menuju kesempurnaan
(nirwana).
Gambar 12 Denah candi borubudur yang menunjukkan tingkatan-tingkatan menuju penyatuan diri dengan yang
Esa. Sumber gambar http://luk.staff.ugm.ac.id/Borobudur/denahtampang.html
Candi ini menunjukkan semakin tinggi puncaknya semakin hampa dan hening (stupa
sentral). Hal inilah yang ingin dicapai dalam prinsip hidup masyarakat India.
Kehampaan/keheningan berada di puncak candi Borobudur merupakan suatu bentuk
keberhasilan dimana hiruk pikuk dunia telah ditinggalkan.
Konsep ketiga datu ini juga di adaptasikan pada rumah tinggal yang terdiri dari, kaki
(dasar/lantai), kemudian badan (dinding dan tiang) dan yang terakhir kepala (atap) yang
memiliki puncak menuju langit/keheninhan (seperti bentuk gunung yang meruncing).
Seperti yang telah dikatakan diatas, walaupun pada awalnya arsitektur India memberi
pengaruh besar pada arsitektur di Indonesia terutama arsitektur candi, pada
perkembangannya masyarakat Indonesia telah mampu menciptakan bentuk-bentuk baru
yang jika dilihat secara mendetail berbeda dengan arsitektur di India. Seperti yang dikatakan
oleh Dr. Agus Munandar. “Jadi ketika anasir budaya India, dalam hal ini agama Hindu-
Buddha sudah mulai memasyarakat, mulai pula masyarakat Jawa Kuna mengkreasikannya
kembali. Unsur-unsur luar itu tidak diterima begitu saja untuk ditiru. Oleh karena itu dalam
Gambar 13. Candi Jawi, Penggabungan antara agama Hindu dan Budha
Sumber gambar id.wikipedia.org
Selain perkembangan arsitektur yang menggabungkan Hindu dan Budha, bangunan yang
memiliki pengaruh arsitektur Hindu dan Islam juga ditemukan di Indonesia yaitu pada
bangunan masjid kudus dan masjid di Demak
Pengaruh arsitektur Hindu terlihat pada menara mesjid dimana bentuknya terlihat seperti
candi yang memiliki tiga bagian yaitu kepala, badan dan kaki. Selain itu penggunaan
ornament dan relif-relif cirri khas arsitektur hindu juga dipergunakan di mesjid ini
Pengaruh arsitektur India tidak hanya ditemukan pada bangunan-bangunan saja, tetapi juga
pada gapura-gapura yang dipergunakan sebagai penanda pintu masuk, yang banyak
digunakan pada pintu masuk sebuah kampung, atau wilayah, atau suatu komplek bangunan
dan lain-lain. Sebagai contoh dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Proses adaptasi ini berkembang menjadi proses asimilasi dan kemudian transformasi. Pada
masa pengaruh Hindu dan Budha berkembang inilah arsitektur tradisional Indonesia ikut
berkembang. Agama Hindu dan Budha memberikan warna baru bagi arsitektur tradisional
Indonesia terutama pada hunian dan bangunan-bangunan umum. Kreatifitas para “arsitek”
jaman dahulu telah mampu menggabungkan pengaruh dari luar menjadi suatu cirri dari
nusantara sendiri. Proses perkembangan ini terjadi hingga colonial mulai masuk ke
Nusantara.