Disusun Oleh :
Fakultas Teknik
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui candi borobudur sebagai warisan budaya dunia,
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang
menggapnya diwariskan secara genetis.
Hasil penelitian mengungkapkan candi Borobudur mulai dari sejarah dan keberadaan
candi sebagai warisan budaya, karena Candi Borobudur merupakan Candi Buddha, yang
didirikan pada abad IX oleh seorang raja Syailendra, yaitu raja Samaratungga beserta
putrinya bernama Pramodha Warhadni.
ABSTRACT
????
PENDAHULUAN
Candi Borobudur terletak di desa Budur dekat sungai Elo dan Progo, kecamatan Salaman,
Magelang Jawa Tengah empat puluh dua km arah utara Kota Yogyakarta, candi megah salah
satu tujuh keajaiban dunia ini bernama Borobudur, dibangun pada abad ke IX.
Arti Borobudur sampai sekarang belum diketahui secara jelas. Namun, nama
Borobudur terdiri dari dua kata baro berasal berasal dari vihara dan budur, yaitu beduhur
bermakna tanah tinggi, bukit. Berarti vihara Buddha yang terletak diatas bukit Budur.
Pendapat J.G casparis agak lain bahwa nama Borobudur berasal dari bunyi prasasti
Kahulungan “bhumisambhara budhara”(842M) berarti himpunan kebajikan yang bertingkat-
tingkat (10 tingkatan Bodhisattva menurut paham Mahayana), pendapat lain mengartikannya
bangunan suci dengan banyak arca Buddha.
UNESCO menetapkan candi ini masuk salah satu tujuh keajiban dunia selain
piramida di Mesir, Taj Mahal di Agra India, Tembok Besar di Cina, Candi Angkor Wat di
Kamboja, Maya Temple di Meksiko, Taman Gantung di Babelonia. Meski ada versi tujuh
keajaiban lain termasuk Menara Pisa dan Colosseum di Italia, Eiffel di Prancis, Ka’bah di
Makkah, tetapi Candi Borobudur selalu tercantum di dalamnya.
Keajaiban candi (asal kata Candhika berarti tempat suci) Borobudur yang didirikan
oleh Dinasti Syailendra tahun delapan ratus dapat diketahui dari struktur bangunan teknis
setelah renovasi kedua 1973- 1983 seperti : tinggi candi sampai puncak 53,29 m, panjang sisi
119 m, luas bangunan 14,161 m2 , jumlah stupa dan panel 1.464, jumlah volume kaki
tambahan 12,750 m3, volume batu bangunan 42,250 m3 , total batu keseluruhan 55.000 m3
atau dua juta blok batu andesit, jumlah stupa 72 buah, Arca Buddha 504 buah ( 432 arca di
teras dan 72 arca di dalam stupa).
KAJIAN LITERATUR
Kajian merupakan jembatan bagi peneliti untuk mendapatkan landasan toritik sebagai
pedoman sumber hipotesis, jembatan ini sebenarnya berwujud pengetahuan tentang riset yang
dilakukan oleh peneliti lain dalam area penelitian. Penelitian ini tidak hanya berupa
pemahaman terhadap riset tersebut, tetapi juga saling kait yang terbentuk antar riset-riset tadi
seperti diketahui.
Kurang lebih satu setengah abad lamanya Candi Borobudur menjadi pusat tempat
berziarah bagi penganut agama Buddha di Jawa. Akan tetapi dengan runtuhnya Kerajaan
Mataram Hindu, kira-kira dalam perempat abad ke- 10 Masehi, yang dibarengi dengan
berpindahnya kekuasaan potik dan kebudayaan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, maka sejak
itulah bangunan-bangunan suci di Jawa Tengah, termasuk Candi Borobudur diserahkan pada
nasibnya sendiri, terbengkalai tak terurus di alam terbuka dan akhirnya dilupakan orang.
Selanjutnya, salah satu keputusan Sidang Umum UNESCO ke-15 di Paris dalam
tahun 1968, UNESCO sangat menaruh minat dan perhatian terhadap masalh yang dihadapi
oelh Indonesia untuk pembangunan Borobudur. Sebagai tindak lanjut, UNESCO berjanji
untuk memberikan bantuan kepada Indonesia guna menyelamatkan Candi Borobudur , yang
juga merupakan satu keajaiban dunia.
Adapun rencana pemugaran itu meliputi tiga macam pekerjaan pokok, yaitu :
pembongkaran dan pemasangan batu-batu candi (tekno-arkeologis), pembetonan fondasi
(teknik sipil), pembersihan serta pengawetan batubatunya (cemito-arkeologis). Bagian candi
yang dipugar adalah empat tongkat dari bawah berbentuk bujur sangkar (Rupadhatu).
Sedangkan kaki candi (Kamdhatu) dan bagian atas candi, berupa teras-teras bundar dan
stupa-stupa (Arupadhatu) tidak akan dipugar karena keadaan masih cukup baik.
Pemugaran pertama tahun 1907-1911 dilakukan oleh Theodorus Van Erp, sementara
kedua 1974-1983 dengan total biaya US$ 25 Juta Usdollars (Miksic, J, 1991), didanai 30%-
40% bantuan 28 negara dan lembaga swasta melalui UNESCO, selebihnya oleh rakyat
Indonesia.
METODE PENELITIAN
BUDAYA
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang
rumit termasuk sistem agama, politik, adat istiadat, bahsa, perkakas, pakaian, bangunan, dan
karya seni.
Sebagaimana juga budaya, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung mengganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika
seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. “Budaya
adalah suatu pola hidup menyeluruh, budaya bersifat kompleks, abstrak dan luas”.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheran untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinnya meramalkan perilaku orang lain.
Candi Borobudur
Candi adalah istilah dalam bahasa Indonesia yang merujuk pada sebuah bangunan tempat
ibadah dari peninggalan masa lampau yang berasal dari peradaban Hindu-Buddha yang
digunakan sebagai tempat pemujaan dewa-dewa.menurut sumber lai candi adalah berasal dari
kata candika yang berarti nama salah satu perwujudan Dewi Durga sebagai dewi kematian
(Koentjaraningrat ,2002 :5)
Pada umumnya candi selalu dihubungkan dengan monumen tempat pedharma untuk
memuliakan Raja Anumerta (yang sudah mati). Akan tetapi istilah, “candi” tidak hanya
digunakan oleh masyarakat untuk menyebut tempat ibadah saja, banyak situs-situs purbakala
non-religius dari masa Hindu-Buddha baik sebagai istana, pemandian dan sebgainya, juga
disebut dengan istiah candi.
Susunan Bangunan
Kamadhatu adalah sama dengan “alam bawah”, tempat manusia biasa. Di Borobudur
adalah dibagian kaki. Rupadhatu sama dengan “ alam antara”, tempat manusia setelah
meninggalkan segala keduniawian. Arupadhatu sama dengan “alam atas”, tempat para dewa.
Relief Borobudur
Seluruh monumen memuat sebelas seri relief dengan tidak kurang dari 1.460 buah adegan
dan diantaranya dikenal dari naskah-naskah tertentu, sedangakn sebagian lainnya ada masih
belum jelas. Memang, tidak begitu mudah untuk mngenal kembali cerita atau adegan-adegan
pada relief-relief di Borobudur.*
Pada umumnya, dapat dikatakan bahwa susunan arca Buddha di Borobudur sesuai
dengan sistem emnam Dhyani Buddha. Pada relung-relung di tingkat II-V, ditempati lima
dhyani Buddha dan Dhyani Buddha.*
Menurut Soekmono (2000: 29-30) mengatakan bahwa jenis relief Candi Borobudur
ada dua macam diantaranya yaitu sebagai berikurt:
a. “Relief cerita, yang menggambarkan cerita dari suatu teks dan naskah.
b. Relief hiasan, yang hanya merupakan hiasan pada bidang”.
KUNTO BIMO
Kunto Bimo terletak pada tingkat Arupadhatu lantai pertama sebelah kanan dari
tangga pintu timur. Konon menurut cerita, dahulu ada seorang raja yang ingin ketemu dengan
ksatria. Kemuadian sang raja menyentuh Kunto Bimo, selanjutnya raja tersebut dapat
menemukan ksatria yang dimaksud beberapa waktu kemudian. Dari cerita tersebut kemudian
masyarakat memercayai patung tersebut (Kunto Bimo) bertuah, dapat mengabulkan
keinginan setiap peziarah apabila dapat menyentuh Kunto Bimo. Namun semuanya
dikembalikan ke keyakinan kita.
PENUTUP
a. Candi Borobudur merupakan salah satu benda warisan bangsa Indonesia yang
dibangun oleh para penganut agama Buddha Mahayana pada amasa pemerintahan
Syailendra. Candi Borobudur ini didirikan oleh Raja Samaratungga dan sekarang
Candi Borobudur ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO.
b. Keberadaan Candi Borobudur memiliki peran penting bagi bangsa Indonesia,
karena Candi Borobudur adalah warisan budaya yang mengandung nilai estertika
yang tinggi serta bersejarah yang patut kita jaga dan lestarikan.
a. Kita selaku warga negara Indonesia harus bisa menjaga dan melestarikan warisan
budaya bangsa, sehingga keberadaan Candi Borobudur bisa terus kita rasakan
manfaatnya.
b. Sebaiknya kita mencintai warisan budaya sendiri sehingga dapat mempertahankan
keberadaan dari hasil-hasil budaya nenek moyang kita
REFERENSI