Anda di halaman 1dari 6

Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana

Jurnal analisis Candi Sukuh  1

ANALISIS CANDI MASA HINDU DAN BUDHA DI


INDONESIA DARI SEGI ARSITEKTUR,
STUDI KASUS: CANDI SUKUH

Prabhadyota Fauzan Zhafran


2105521006_Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana

Negara Indonesia terkenal akan sejarahnya dalam peradaban masa kejayaan Hindu-Budha
yang terserbar di seluruh Indonesia. Salah satu yang menjadi sebuah harta bagi negri ini
yaitu peninggalan masa Hindu-Budha tersebut. Peninggalan arsitektur berwujudkan candi
– candi yang telah terbangun dari zaman dahulu dan masih ada sampai sekarang adalah
suatu sejarah yang patut dijaga keberadaan bangunan tersebut.
Kata kunci : Hindu-Budha, Candi

1. PENDAHULUAN
Bangunan peninggalan masa Hindu Budha yang merupakan sejarah nyata arsitektur yaitu
terwujud sebagai sebuah bangunan candi. Candi – candi peninggalan Hindu-Budha tersebar di
seluruh Indosnesia Menurut istilah Bahasa Indonesia candi merupakan bangunan keagamaan tempat
ibadah peninggalan purbakala yang berasal dari peradaban Hindu-Buddha. Berdasarkan ilmu
arsitektur, candi menunjukkan adanya tradisi arsitektur yang kuat di Nusantara dan merupakan
sumber pengetahuan yang dapat dijadikan landasan bagi pemahaman kreativitas desain yang
menggambarkan tradisi arsitektur tersebut. Candi di Nusantara dikenal mempunyai gaya bangunan
yang secara umum dapat dibagi menjadi gaya Jawa Tengah dan Jawa Timur. Meskipun kedua gaya
tersebut menunjukan perbedaan karakteristik yang signifikan, namun penggolongan bentuk candi
menurut propinsi dirasa kurang tepat, karena pembagian propinsi yang dikenal adalah produk
administrasi pemerintahan masa kini yang belum tentu relevan dengan masa lampau, apalagi apabila
harus disertaban bangunan candi yang ditemukan di luar pulau Jawa. Penggolongan candi gaya Jawa
Tengah dan Jawa Timur sebenamya hanya untuk mempermudah mengenali secara general
karaktersitiknya. Pembagian berdasarkan kombinasi waktu/era, kerajaan (Sriwijaya, Mataram,
Majapahit, dsb), dan tipo-morfologis desain arsitektural secara utuh dianggap akan lebih relevan.
Salah satu candi peninggalan Hindu-Budha adalah Candi Sukuh. Candi Sukuh ini terletak di
Tambak, Berjo, Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah. Bangunan ini merupakan kompleks candi
hindu abad ke – 15. Johnson, warga Surakarta, pertama kali melaporkan lokasi Candi Sukuh pada
tahun 1815 pada masa penjajahan Inggris di Jawa. Saat ini Thomas Stanford menugaskan Raffles
Johnson untuk mengumpulkan informasi untuk bukunya The History of Java. Setelah berakhirnya
kekuasaan Inggris pada tahun 1842, arkeolog Belanda Van der Vlis melakukan penelitian. Renovasi
pertama dimulai pada tahun 1928.

2. PEMBAHASAN.

2.1. Sejarah Candi Sukuh


Candi Sukuh merupakan candi prasejarah yang
berada di wilayah Karanganyar dan sudah dikenal masyarakat
umum sejak lama. Johnson yang warga Surakarta, pertama
kali menemukan Candi Sukuh pada 1815. Awalnya, Johnson
hanya meneliti untuk mengumpulkan informasi untuk menulis
buku The History Of Java yang disutradarai oleh Thomas
Stamford Raffles. Van Der Vlies, seorang arkeolog Belanda,
melakukan survei pemugaran pertama, dimulai pada tahun
1928. Fakta tersebut menunjukkan bahwa Candi Sukuh sudah

Arsitektur Indonesia
 2

ada sejak lama dan masih dalam kondisi baik. Ada yang mengatakan bahwa candi ini didirikan pada
masa Kerajaan Majapahit pada abad ke-15 Masehi. dan terus diperintah oleh ratu Suhita saat itu.
Julukannya adalah The Last Temple. Mendapat julukan demikian karena candi ini merupakan candi
bercorak Hindu terakhir peninggalan kerajaan Majapahit. Bentuknya berbeda dengan candi lainnya,
candi ini berbentuk trapesium. Candi Sukuh merupakan candi pertapa yang erat kaitannya dengan
sosok Bhima sebagai penghubung antara manusia dengan Dewa Siwa dalam ajaran agama Hindu.
Candi Sukuh diperkirakan dibangun pada masa Kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Ratu
Suhita (1429-1446). Pura ini terletak di dataran tinggi dengan ketinggian 910 mdpl, lebih tepatnya
di lereng barat Gunung Lawu. Berdasarkan berbagai penelitian tersebut, para ahli berpendapat bahwa
pura dibangun untuk ruwat, yaitu ritual untuk menghindari kesialan atau menghindari hal-hal buruk.

2.2. Fungsi Candi Sukuh


Menurut para ahli, Candi Sukuh dibangun untuk tujuan penyucian, yaitu untuk mengusir atau
melepaskan kekuatan jahat yang mempengaruhi kehidupan seseorang karena sifat-sifat tertentu.
Dugaan ini didasarkan pada relief cerita ritual seperti Sudamala dan Garudheya, serta arca kura-kura
dan garuda yang ditemukan di Candi Sukuhi. Di sini Anda akan disuguhi keindahan arca, arca,
prasasti dan relief di sekitar dan di dalam candi. Melihat relief Candi Sukuh yang memuat kisah
Çuddhamala dan Garudeya, terlihat bahwa pembangunan Candi Sukuh berkaitan dengan Upacara
Pembebasan. Fungsi candi yang membebaskan ditegaskan oleh isi beberapa tulisan. Lihat juga
patung-patung seperti Patung Kura-kura dan Patung Garuda. Fakta ini semakin diperkuat, dan lebih
jauh terlihat bahwa Upacara Pembebasan sangat erat kaitannya dengan kepercayaan terhadap roh
leluhur. Padahal kita tahu bahwa unsur pemujaan arwah leluhur juga terlihat pada komposisi
bangunannya. Kompleks candi Sukuh ditata dalam bentuk berundak-undak yang mirip dengan
bentuk terasering pada zaman prasejarah. Fungsi utama rumah teras pende adalah pemujaan arwah
leluhur, sehingga kepercayaan ini nampaknya terus berlanjut dan berkembang terus menerus di
Indonesia dari zaman prasejarah sampai zaman pengaruh Hindu bahkan sesudahnya. Karakter
Garuda, Kura-kura dan Bima memainkan peran penting dalam lakon ini. Oleh karena itu, garuda,
kura-kura dan bhima tidak hanya ditenangkan tetapi juga direpresentasikan dalam bentuk arca.
Garuda sebagai pembebas atau yang dapat membersihkan Winata yaitu ibunya dari pengabdiannya
kepada Kadru. Sedangkan tokoh Bhima yang terkenal dalam cerita tersebut adalah Çuddhamala.
Bhima sebagai pahlawan pemberani bisa membunuh raksasa.

Arsitektur Indonesia
 3

2.3. Gaya Arsitektur Candi Sukuh


Gaya arsitektur Candi Sukuh ini memiliki latar belakang yang bisa dilihat lebih jauh. Karena
candi ini dibangun pada zaman Majapahit, maka candi ini berlatar belakang agama Hindu. Candi
Sukuh didirikan pada abad ke-15 Masehi. pada masa pemerintahan Ratu Suhita. Selain itu, candi ini
memiliki aliran gaya arsitektur yang cukup kuat. Candi Sukuh milik aliran Tantrayana, di mana
sekolah itu dibentuk dan didokumentasikan dalam tulisan di India, Tibet dan Cina. Banjir arus yang
berasal dari India memanifestasikan dirinya dalam filsafat, seni, agama, dan budaya. Tantrayana
sendiri seringkali dikaitkan dengan pengalaman seksual, sehingga beberapa relief dan arca yang
terdapat di Candi Sukuh terkesan vulgar. Padahal, aliran tantrayana ini menjelaskan bagaimana
menghargai proses awal kehidupan di bumi yang diciptakan oleh perempuan. Oleh karena itu,
kepercayaan ini seolah mengutamakan ritual-ritual yang selalu berkaitan dengan hasrat seksual
antara laki-laki dan perempuan.

2.4. Aspek Arsitektur Candi Sukuh


Candi Sukuh berbentuk seperti punden berundak, lebih
mirip dengan piramida bangsa Maya (Meksiko) yang
difungsikan sebagai tempat pemujaan. Kompleks Candi Sukuh
menghadap ke barat dan pelatarannya terdiri dari tiga teras
berundak. Relief candi juga melambangkan tiga dunia yaitu
dunia bawah dilambangkan dengan relief Bima Suc, dunia
tengah dilambangkan dengan relief Ramayana, Garudeya dan
Sudhamala sedangkan dunia atas dilambangkan dengan relief
Swargarohanaparwa. Dari ketiga penggambaran relief tersebut
menunjukkan tahapan yang harus dilalui manusia untuk mencapai Nirwana. Candi Sukuh juga
memiliki tata letak yang tidak biasa ditemukan di candi lain. Pengaruh Tantrayana pada Candi Sukuh
terlihat jelas melalui relief yang menggambarkan organ reproduksi manusia. Secara struktural, candi
Sukuh ini berbeda dengan candi sebelumnya yang berbentuk menara. Candi ini berbentuk baji
berundak karena sesuai dengan sosok bangunan budaya megalitik pra-Hindu di Jawa. Hal ini
menunjukkan bahwa gaya arsitektur Candi Sukuh merupakan percampuran budaya asing dan lokal,
namun tetap menciptakan keharmonisan. Dibandingkan dengan candi Hindu lainnya di Jawa
Tengah, dapat dikatakan bahwa arsitektur Candi Sukuh berbeda.

2.5 Relief dan Ornamen Candi Sukuh


Arsitektur, relief atau arca Candi Sukuh
juga berbeda. Arca-arca di Candi Sukuh
memiliki unsur lingga (phallus) atau alat
kelamin laki-laki dan yoni (vulva) atau alat
kelamin perempuan. Yoni sendiri merupakan
simbol organ kewanitaan, berseberangan namun
saling melengkapi dengan lingga. Penyatuan
lingga dan yoni adalah simbol penciptaan energi
kreatif, yang merupakan dasar dari semua
ciptaan. Penampakan lingga yoni banyak
dijumpai pada candi-candi kuno di Jawa
Tengah. Candi Sukuh merupakan candi dengan
unsur yoni lingga terbanyak, salah satunya relief (phallus) dan (vulva) hampir menyentuh tanah. Hal
yang menarik adalah adanya arca lingga di Candi Sukuh dengan empat buah bola di ujungnya.
Phallus dan vulva adalah salinan sebenarnya dari lingga dan yoni. Lingga dan Yoni adalah
perlambang dewa Çiwa dan adiknya Dewi Uma. Bersama dengan dewa Brahma dan Visnu, ketiga
dewa ini disebut "Trimurti". Trimurti sebenarnya hanyalah sebuah substansi. Pemeluk agama Hindu
di Indonesia biasanya memilih sekte Çaiva, oleh karena itu dewa Çiwa dianggap sebagai dewa
tertinggi, dan ia sendiri termasuk dewa Brahma dan Visnu. Pertemuan lingga dan yoni merupakan
simbol penciptaan. Oleh karena itu, relief lingga dan yoni serta patung lingga dengan empat bola di

Arsitektur Indonesia
 2

kepala ditemukan di lantai Gerbang Candi Sukuh. Dengan keberadaan relief dan ornamen ini jelaslah
bahwa kompleks candi Sukuh berlatar belakang agama Hindu. Terdapat lima panel yang
menggambarkan detail relief dan ornamen pada candi ini:

a. Panel Pertama, Relief ini menggambarkan Sadewa sedang berjongkok, diikuti


punakawan atau inspektur. Di seberang Sadewa adalah tokoh perempuan, yaitu
Dewi Durga, yang juga ditemani oleh seorang punakawan.
b. Panel Kedua, dipahat gambar Dewi Durga yang telah berubah menjadi seorang
raksasi (raksasa wanita) yang berwajah mengerikan. Dua orang raksasa mengerikan;
Kalantaka dan Kalañjaya menyertai Batari Durga yang sedang murka dan
mengancam akan membunuh Sadewa.
c. Panel Ketiga, Bagian ini menggambarkan bagaimana Sadewa dan pelayannya Semar
bertemu dengan seorang pertapa buta bernama Tambrapetra dan putrinya Ni Padapa
di pertapaan Prangala. Sadewa menyembuhkan kebutaannya.
d. Panel Keempat, digambarkan di taman yang indah menunjukkan Sadewa bersama
dengan Tambrapetra dan putrinya Ni Padapa dan seorang pelayan di pertapaan
Prangala. Tambrapetra berterima kasih dan menikahkan Sadewa putrinya.

Arsitektur Indonesia
 5

e. Panel kelima, menampilkan adegan perebutan kekuasaan antara Bima dengan dua
raksasa Kalantaka dan Kalañjaya. Relief hanya menunjukkan satu dari dua raksasa.
Bima dengan kesaktiannya yang luar biasa mengangkat raksasa itu untuk
membunuhnya dengan cakar Pañcanaka.

2.6 Bahan Bangunan Candi Sukuh


Pada umumnya, candi terbuat dari batu hitam yang disebut batu candi, yang sebenarnya
adalah batu andesit. Karena Candi Sukuh merupakan salah satu candi yang berada di daerah jawa
dan dibangun semasa Hindu-Budha Bentuk bangunan Candi Sukuh sekilas seperti piramida yang
terpotong. Bahan bakunya adalah batu andesit merah. Bagian atas candi terbuat dari tiang dan atap
berbahan organik, seperti kayu, bambu, atau ijuk. Bagian itu sudah tidak bersisa karena hancur
dimakan usia. Bagian atas yang bersisa adalah lantai dari ”pendapa” itu.

2.7 Struktur Candi Sukuh


Struktur Bangunan Candi Sukuh memiliki struktur yang berbeda dari candi Hindu lainnyha,
kesan kesederhanaan yang mencolok karena Bentuk bangunan Candi Sukuh cenderung mirip dengan
peninggalan budaya Maya di Meksiko atau peninggalan budaya Inca di Peru. Sehingga struktur ini
juga merujuk ke bentuk-bentuk piramida di Mesir. Struktur yang telah dibuat untuk mendukung
candi ini berdiri hingga sekarang adalah hasil dari Struktur bangunan yang memiliki punden
berundak.

2.8 Konstruksi Candi Sukuh


Konstruksi pendukung dari Candi Sukuh yang terdapat pada sambungan antar bagiannya
menggunakan teknik pemasangan kuno yang sangat mirip dengan bangunan suku maya. Bangunan
yang mirip sekali konstruksinya dengan bangunan suku maya yang telah menerapkan teknik
sambungan batuan ini semenjak zaman kuno. aliran tantrayana ini menjelaskan bagaimana
menghargai proses awal kehidupan di bumi yang diciptakan oleh perempuan. Oleh karena itu,

Arsitektur Indonesia
 2

kepercayaan ini seolah mengutamakan ritual-ritual yang selalu berkaitan dengan hasrat seksual
antara laki-laki dan perempuan.

3. SIMPULAN
Candi Sukuh berlatar belakang Hindu dan diperkirakan dibangun pada akhir abad ke-15 Masehi. Berbeda
dengan candi-candi Hindu di Jawa Tengah, arsitektur Candi Sukuh menyimpang dari resep-resep pemandu
suci umat Hindu untuk konstruksi bangunan, Wastu Widya. Candi Sukuh berbentuk seperti punden
berundak, lebih mirip dengan piramida bangsa Maya (Meksiko) yang difungsikan sebagai tempat
pemujaan. Dengan arsitektur, relief atau arca Candi Sukuh juga berbeda. Arca-arca di Candi Sukuh
memiliki unsur lingga (phallus) atau alat kelamin laki-laki dan yoni (vulva) atau alat kelamin
perempuan. Yoni sendiri merupakan simbol organ kewanitaan, berseberangan namun saling
melengkapi dengan lingga.

DAFTAR PUSTAKA
1) Heri Purwanto, Candi Sukuh Sebagai Tempat Kegiatan Kaum RSI, Berkala Arkeologi, Vol. 37 No. 1, Mei
2017.
2) Indri A. Wirakusumah, Langgam Arsitektur Candi Sukuh, Jurnal Arsitektur dan Perencanaan Kota, Vol. 14
No.1, Maret 2017.
3) Muji Soewasta, Menyingkap Latensi Eksotik Candi Sukuh Melalui Media Fotografi, Jurnal ISI, Vol.11 No.2,
Juli 2014.
4) Muhammad Andika Putra, Candi Sukuh, Pertapaan Bhima di Hamparan Arca Erotis, 17 Jan 2021
5) Candi Sukuh yang Naturalis ( https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/candi-sukuh-yang-naturalis/ )
March 6, 2017

Pustaka Gambar Sketsa ( Prabhadyota Fauzan Zhafran )

Arsitektur Indonesia

Anda mungkin juga menyukai