SULISTARI
02204122
Puji syukur kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunianya kepada
kita semua sehingga kita masih diberikan kesempatan untuk terus menimba ilmu.
Shalawat dan salam kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita
dari alam kebodohan kepada alam yang berilmu pengetahuan.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen yang telah membimbing saya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas dengan tepat pada waktu.
Tugas ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Kebudayaan Melayu
Nusantara, semoga tugas ini dapat menjadi bahan baacaan yang menambah ilmu bagi
para pembaca dan bermanfaat bagi khalayak umum. Saya sebagai penulis piper
mohon maaf karena piper ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga saya
mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari para pembaca demi
penyusunan piper ini, agar lebih baik lagi kedepannya.
BAB I
A. LATAR BELAKANG
CONTOHNYA
1. munculnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha juga memiliki pengaruh besar
pada bidang lainnya seperti kebudayaan, seni bangunan, dan sistem
pemerintahan yang hingga saat ini masih ada.
2. candi di India itu hanya untuk pemujaan saja, di Indonesia difungsikan juga
sebagai tempat persemayaman abu jenazah raja-raja.
3. ogoh-ogoh di Bali yang dibuat sebagai simbol kekuatan negatif.
4. Ngaben pada agama Hindu yang merupakan ritual pengembalian roh leluhur
dengan proses pembakaran jenazah.
5. cerita pertunjukan wayang yang menceritakan tentang kisah Ramayana dan
Mahabarata yang keduanya berasal dari India.
6. percampuran kepercayaan orang Indonesia yang waktu itu masih percaya
pada pemujaan roh nenek moyang (animisme) dengan agama Hindu-Buddha
itu sendiri.
Bidang Sosial
Masuknya Islam ke Indonesia maka sistem kasta yang ada di masyarakat
menjadi pudar dan hilang tidak diterapkan lagi. Dengan demikian, pengaruh Islam
terhadap masyarakat Indonesia di bidang sosial yaitu sistem kasta yang ada di
masyarakat menjadi pudar dan hilang tidak diterapkan lagi.
Contohnya:
1. Golongan raja dan keluarga. Mereka ini adalah golongan penguasa. Umumnya,
para penguasa Islam ini menggunakan gelar sultan. Gelar sultan sendiri dipakai
untuk pertama kali di Indonesia oleh Sultan Malik As-Saleh.
2. Golongan elit, yaitu kelompok lapisan atas. Mereka ini terdiri atas golongan
tentara, ulama dan para saudagar. Dalam golongan ini, kaum ulama merupakan
kelompok yang menempati peran yang sangat penting. Di antara mereka terdapat
orang-orang yang dianggap wali yang menjadi penasehat para sultan.
3. Golongan orang kebanyakan. Mereka ini merupakan lapisan masyarakat yang
terbesar. Golongan ini dalam masyarakat Jawa disebut wong cilik. Mereka terdiri
atas para pedagang, petani, tukang, nelayan serta pejabat rendahan.
4. Golongan budak. Mereka ini umumnya berkerja di lingkungan istana maupun
bangsawan. Umumnya mereka berkerja di lingkungan ini karena mereka tidak
mampu mebayar hutang dan tawanan perang. Dalam system birokrasi pemerintahan
Islam, seorang pemimpin Negara juga merangkap sebagai pemimpin agama.
Bidang Agama
Banyak yang memeluk agama islam, pengaruh budaya, Adat Istiadat dan
seni. Kebiasaan yang banyak berkembang dari budaya islam dapat berupa ucapan
salam, acara tahlilan, syukuran, yasinan, dan lain-lain. Dalam hal kesenian,banyak
yang di jumpai seni musik seperti kasidah, rebana, marawis, berzanji, dan shalawat.
Bidang Kebudayaan
Salah satu pengaruh kebudayaan Islam di bidang kebudayaan yaitu nampak pada
akulturasi antara adat istiadat dengan budaya Islam. Tradisi dan kebudayaan yang
berkembang antara lokal dengan budaya Islam di antaranya berupa upacara
selamatan kelahiran, perkawinan, kematian dan lain-lain
Contohnya:
1. Seni Bangunan
Mesjid merupakan tempat ibdah bagi orang-orang yang beragama islam.
Makam adalah lokasi dikebumikannya jasad seseorang pasca meninggal
dunia.
2. Aksara dan Seni Sastra
Hikayat adalah karya sastra yang berisi cerita sejarah ataupun dongeng, yang
ditulis dalam bentuk karangan atau prosa.
3. Kesenian
Saudati merupakan tarian dari Aceh yang dibawakan oleh delapan orang
dengan melantunkan syair yang isinya sholawat Nabi.
Pengaruh Positif
Pengaruh Negatif
Alangkah baiknya sebagai generasi muda melayu ikut andil dalam meneruskan nilai
kemelayuan, mencintai budaya sendiri serta ikut menerapkan nilai positif dalam
berbagai aspek kehidupan. Sebab, jika bukan kita yang menjaga, mempertahankan
akan membuat hilang diterpa derasnya modernisasi. Seperti yang dikatakan
Gubernur Kepri Nurdin Basirun yang baru-baru ini berpesan kepada generasi muda
Kepri agar tidak melupakan budaya dan sejarah negeri ini. Dan sayang sekali jika
nilai kearifan itu hilang membuat generasi seterusnya tidak akan mengenal budaya
sendiri.
Contohnya:
1. Sebanyak 726 dari 746 bahasa daerah di indonesia terancam punah karena
generasi muda enggan mengunakan bahasa tersebut. Bahkan kini hanya tersisa
13 bahasa daerah yang memiliki penutur di atas satu juta orang. Itupun sebagian
generasi tua.
2. Anak muda di kota ini berbondong-bondong mengunakan bahasa yang tren agar
mencari jati diri sebagai generasi milenial atau ‘kids jaman now’ sehingga dalam
melestarikan bahasa daerah tersebut hilang tergerusnya zaman.
3. Kurangnya kontrol sosial dengan lingkungan masyarakat terhadap lingkungan
sekitar. Yang konon masyarakat melayu itu menjunjung nilai keramah-tamahan,
peduli sekitar. Sekarang telah berubah menjadi individu yang apatis (tidak peduli
akan lingkungan sekitar). Sangat disayangkan degradasi moral mulai terjadi.
4. Prilaku orang melayu akibatnya banyak sudah unsur westernisasi yang masuk ke
dalam masyarakat yang menghantam generasi muda. Indikasi yang banyak
muncul salah satunya ialah fenomena pergaulan bebas.