Anda di halaman 1dari 13

KEBUDAYAAN HINDU BUDHA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
  Kebudayaan India masuk ke Indonesia pada saat Indonesia masih mengalami
masa pra-sejarah. Masuknya kebudayaan India ini sekaligus menandai berakhirnya
masa pra-sejarah dan mulai membawa  bangsa Indonesia ke jaman sejarah, karena
sejak saat itu bangsa kita mulai mengenal tulisan. Pengaruh hindu-budha ini dapat
terlihat dari berbagai macam peninggalan-peninggalan yang tersebar hampir disetiap
pulau-pulau di Indonesia yang kini menjadi kebanggaan tersendiri  bagi bangsa ini
yang berasal dari berbagai kerajaan Hindu-Budha yang merupakan cikal bakal
terbentuknya bangsa ini. Dengan hadirnya kebudayaan India di Indonesia banyak
sekali aspek yang dipengaruhinya antara lain seni, agama, tradisi, bangunan dan lain-
lain.
Sebuah Kebudayaan Hindu di Indonesia banyak di temukan di daerah pulau Bali,
sedangkan kebudayaan Budha banyak ditemukan di daerah pulau jawa khususnya
daerah jawa tengah.
Berdasarkan uraian di atas, penulis bisa menguraikan sebuah penulisan yang
berbentuk makalah yang berjudul “Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia”.
A. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah yang berjudul “Kebudayaan Hindu
budha di Indonesia” adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana pengaruh tradisi hindu-buddha bagi masyarakat Indonesia?
2. Seberapa banyak peninggalan-peninggalan budaya hindu budha di Indonesia?
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari makalah yang berjudul “Kebudayaan Hindu Budha di
Indonesia” adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengaruh tradisi hindu-buddha bagi masyarakat
Indonesia.
2. Untuk memaparkan peninggalan-peninggalan budaya hindu budha di
Indonesia.
C. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari makalah yang berjudul “Kebudayaan Hindu Budha di
Indonesia” adalah sebagai berikut.
1. Memberikan gambaran mengenai pengaruh tradisi hindu-buddha bagi
masyarakat Indonesia.
2. Memberikan pemahaman tentang peninggalan-peninggalan budaya hindu
budha di Indonesia.
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri atas 3 bab. Bab 1 yaitu pendahuluan yang berisi latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika
penulisan. Bab 2 yaitu pembahasan yang berisi tentang pengaruh tradisi hindu-
buddha bagi masyarakat Indonesia, serta memaparkan peninggalan-peninggalan
budaya hindu budha di Indonesia. Bab 3 yaitu penutupan yang berisi simpulan
dan saran.

https://www.academia.edu/8267790/Pengaruh_Kebudayaan_India_Hindu-
Budha_di_Indonesia (erik pradana)
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengaruh Tradisi Hindu-Buddha bagi Masyarakat Indonesia


Masuknya Hindu-Buddha terdapat bebagai perubahan-perubahan baik itu
kebudayaan, bangunan, sistem pemerintahan dan dll. Ada banyak pengaruh-
pengaruh yang ditimbulkan dari munculnya Hindu-Buddha. Masuknya agama
dan Kebudayaan Hindu-Buddha sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat di
Indonesia baik dalam kehidupan politik, sosial, budaya, maupun keagamaan.
Unsur-unsur kebudayaan Hindu-Buddha dari India tersebut tidak ditiru secara
menyeluruh oleh bangsa Indonesia. Kebudayaan dari India tersebut sudah
dipadukan dengan unsur kebudayaan asli Indonesia melalui proses akulturasi
sehingga tebentuklah unsur kebudayaan baru yang lebih sempurna. Akulturasi
terwujud dalam berbagai hal, antara lain dalam seni bangunan, seni rupa, aksara,
sistem pemerintahan, sistem kalender, filsafat, dan sistem kepercayaan. Semua
unsur kebudayaan tersebut dapat dilihat penjelasannya seperti dibawah ini.
1. Teknik Arsitektur atau Seni Bangunan
Pada masa Hindu-Buddha, teknik arsitektur di Indonesia mengalami
kemajuan. Pengaruh agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di bidang arsitektur
di Indonesia tampak jelas terlihat dengan muncul bangunan-bangunan candi di
beberapa daerah di Indonesia.
Di Indonesia, candi memiliki arti bentuk bangunan beragam. Misalnya, candi
yang berfungsi sebagai tempat peribadatan dan makam, candi pemandian suvi
(pathirtan), candi padas, candi berbentuk gapura, dan candi asrama pendeta
(vihara). Candi berfungsi untuk memuliakan orang yang sudah mati, khususnya
para raja dan orang terkemuka. Candi sebagai makam hanya terdapat pada ajaran
agama Hindu. Pembuatan candi Budha ditujukan sebagai tempat pemujaan dewa.
Di dalamnya tidak terdapat pripid dan arca perwujudan raja. Abu jenazah raja
ditanam di sekitar candi dalam bangunan yang disebut stupa.
2. Seni Ukir dan Pahat
Selain pengaruh dalam seni pembangunan candi, budaya India juga
berpengaruh pada bidang seni ukir dan pahat di Indonesia. Hal tersebut terlihat
pada relief atau seni ukir yang ada dipahatkan pada bagian dinding candi. Tema-
tema seni pahat yang dihasilkan pada masa Hindu-Buddha sesuaidengan agama
yang berkembang pada masa itu, yakni Hindu, Buddha, atau campuran antara
Hindu dan Buddha tau antara Hindu-Buddha dan kepercayaan Indonesia asli.
Pada umumnya, bangunan candi banyak dihiasi dengan patung atau arca.
Patung tersebut biasanya terbentuk arca dewa sebagai lambang orang yang sudah
meninggal. Misalnya, Patung Lara Jonggrang di Candi Prambanan, Patung
Airlangga sebagai Wisnu dewa yang naik garuda dan Patung Ken Dedes di Jawa
Timur. Adapun patung dewa yang dihasilkan, antara lain Patung Dewa Syiwa,
Patung Dewa Brahma, Patung Dewa Wisnu, Patung Durga, Patung Ganesha,
Patung Kuwera, dan Patung Haririti. Dalam agama Buddha juga dikenal patung
Dhyani Buddha dan Patung Bodhisatwa.
Selain relief dan patung, seni ukir yang berkembang pada bangunan candi
adalah motif sulur-suluran, daun-daunan, dan bunga teratai. Jenis ukiran bunga
teratai digambarkan dengan wujud yang berbeda-beda dan warnanya dibagi
menjadi tiga jenis yaitu teratai merah (padma), teratai biru (utpala), dan teratai
putih (kumuda). Pada beberapa candi di Jawa Tengah terdapat hiasan berupa
pohon kehidupan, yaitu kalpataru atau parijata. Relief hiasan pada dinding candi
banyak yang dibuat sesuai dengan suasana Gunung Mahameru yang dipercayai
sebagai tempat kediaman para dewa. Hiasan yang terdapat pada ambang pintu
atau relung candi adalah kepala kala yang disebut banaspati (raja hutan).
3. Konsep Raja dan Sistem Pemerintahan
Sebelum agama dan kebudayaan Hindu-Buddha masuk, Indonesia belum
mengenal konsep raja dan kerjaan. Di Indonesia baru mengenal konsep kesukuan
yang dipimpin oleh seorang kepala suku atau primus interpares. Setelah agama
dan kebudayaan Hindu-Buddha masuk, struktur masyarakat Indonesia
berkembang lebih teratur dan terorganisasi. Kelompok masyarakat yang
sebelumnya berupa kesukuan berubah menjadi kerajaan. Sebutan kepala
pemerintahannya pun berubah dari kepala suku menjadi raja.
Perubahan lain yang tampak dengan masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke
Indonesia dalam sistem pemerintahan adalah berubahnya konsep pemilihan
seorang pemimpin. Sebelum datang pengaruh Hindu-Buddha, seorang pemimpin
dipilih karena mempunyai kemampuan tertentu yang tidak dimiliki orang lain dan
bukan karena faktor keturunan. Setelah pengaruh Hindu-Buddha masuk ke
Indonesia, seorang pemimpin berkuasa atas dasar keturunan yang bersifat turun-
temurun. Pada masa Hindu, muncul konsep bahwa raja adalah titisan dewa di
dunia dan raja memerintah atas nama dewa dibumi. Raja diyakini sebagai titisan
dewa Wisnu sehingga kekuasaannya tidak dapat diganggu gugat dan bersifat
mutlak. Konsep raja sebagiai penjelmaan atau keturunan dewa, misalnya terlihat
pada masa pemerintahan Raja Purnawarman di Tarumanegara.
4. Aksara dan Kesusastraan
Berdasarkan bukti-bukti tertulis, pengaruh agama dan kebudayaan Hindu-
Buddha dalam bidang aksara adalah dikenalnya huruf Pallawa dan bahasa
Sanskerta di Indonesia. Huruf Pallawa dikembangkan di beberapa daerah menjadi
huruf Batak, huruf Kawi, huruf Jawa, dan huruf Bali. Setelah mengenal budaya
tulis, bangsa Indonesia mulai memasuki zaman sejarah. Sebelum kedatangan
India, bangsa Indonesia belum mengenal budaya tulis. Setelah kebudayaan tulis
berkembang, seni sastrapun mulai berkembang pesat di Indonesia karena bahasa
Sansekerta dipakai dan dikembangkan sebagai media penulisan kesusastraan
Indonesia kuno. Seni sastra yang berkembang di Indonesia berbentuk prosa dan
tembang. Adapun tembang Jawa Kuno umumnya disebut kakawin. Irama
kakawin didsarkan pada irama dari India.
Berdarsarkan isinya, kesustaraan tersebut terdiri atas kitab keagamaan, kitab
hukum, kitab wiracarita (kepahlawanan) serta kitab cerita yang bertutur mengenai
masalah keagamaan atau kesusilaan serta uraian sejarah. Contoh ktiab wiracarita
yang terkenal di Indonesia yaitu kisah Ramayana dan Mahabarata
5. Sistem Kepercayaan
Masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia berpengaruh besar terhadap
sistem kepercayaan masyarakt Indonesia pda saat itu. Agama Hindu
memperkenalkan konsep tentang dewa-dewa pada masyarakat Indonesia.
Demikian juga dengnan agama Buddha yang masuk ke Indonesia segera
berkembang pesat dan menyebar ke berbagai wilayah Indonesia. Agama Buddha
memperkenalkan ajaran Buddha Gautama. Agama Buddha cepat sekali tumbuh,
berkembang, dan meluas ke dalam lapisa masyarakat. Hal itu karena dalam
ajrannya tidak mengenal kasta.聽

6. Stratifiksi Sosial
Stratifikasi sosial masyarakat sangat jelas terlihat pada masyarakat yang
dipengaruhi oleh agama dan kebudayaan Hindu, yaitu dikenalnya sistem kasta.
Kasta lahir dan berkembang dalam masyarakat Hindu di India. Saat agama dan
kebudayaan Hindu masuk dan berkembang di Indonesia, sistem kasta juga
berlaku di Indonesia meskipun tidak secara mutlak berlaku seperti keadaan di
India. Masyarakat Hindu di Indonesia menyesuaikan sistem kasta dengan
keadaan masyarakat. Pada masyarakat yang dipengaruhi oleh agama dan
kebudayaan Buddha, stratifikasi sosial masyarakat terbagi atas dua kelompok.
Kedua kelompok masyarakat tersebut adalah kelompok masyarakat biksu dan
biksuni serta kelompok masyarakat umum.

7. Sistem Kalender
Pada masa praaksara, masyarakat Indonesia telah memanfaatkan sistem
penanggalan kalender Mongso dan kalender wuku. Kalender Mongso adalah
sistem penanggalan yang dipergunakan untuk menentukan musim (mongso).
Berdasarkan kalender Mongso, satu tahun dibagi dalam 12 musim atau mongso.
Kalender Wuku disusun untuk merencanakan kegiatan pertanian, upacara adat,
dan kehidupan masyarakat. Berdasarkan kalender Wuku, satu tahun dibagi
menjadi 30 Wuku. Setelah masuknya pengaruh Hindu-Buddha, sistem kalender
Jawa digantikan dengan sistem kalender Saka yang membagi masa satu tahun
menjadi 365 hari. Perbedaan tahun saka dengan tahun Masehi adalah selisih 78
tahun dimana tahun Masehi lebih dulu dari pada tahun Saka.

Sekian artikel tentangPengaruh Tradisi Hindu-Buddha bagi Masyarakat


Indonesia semoga bermanfaat 聽
http://www.artikelsiana.com/2014/11/pengaruh-tradisi-hindu-buddha-
masyarakat-indonesia.html

Akulturasi Kebudayaan Hindu dan Buddha di Vihara Buddha Dharma Sunset


Road, Kuta, Bali (Latar Belakang Sejarah, Bentuk Akulturasi dan Potensinya
Sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA)
Admin E-Jurnal Jp Sejarah & Umum dd 2014
ABSTRAK: Penelitian ini dilakukan di Desa Legian, Kecamatan Kuta, Badung yang
bertujuan untuk mengetahui: (1) Latar belakang berdirinya Vihara Buddha Dharma
Sunset Road, Kuta, Bali dengan arsitektur Hindu dan Buddha, (2) Bentuk akulturasi
yang nampak di Vihara Buddha Dharma Sunset Road, Kuta, Bali, (3) Potensi-potensi
dari bentuk akulturasi pada bangunan di Vihara Buddha Dharma yang dapat
dikembangkan sebagai sumber belajar sejarah. Penelitian ini merupakan jenis
penelitian kualitatif. Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian kualitatif ialah (1)
Penentuan Lokasi Penelitian, (3) Penentuan Informan, (4) Pengumpulan Data, (5)
Validitas Data yang terdiri dari triangulasi data dan triangulasi metode, (6) Analisis
Data. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Vihara Buddha Dharma didirikan oleh para
Bhikkhu sebanyak tujuh orang dan umat Buddha yang tinggal di Desa Adat Legian.
Ada tiga faktor yang melatarbelakangi pembangunan Vihara Buddha Dharma, yakni
faktor historis (Sejarah), faktor kultural (keterbukaan) dan faktor politik. (2) Bentuk-
bentuk akulturasi yang nampak di Vihara Buddha Dharma dapat dilihat dari bentuk
bangunan yang berakulturasi, akulturasi bahan bangunan, akulturasi ornamen pada
bangunan dan makna simboliknya. (3) Potensi Vihara Buddha Dharma sebagai
sumber belajar sejarah yaitu sejarah Vihara Buddha Dharma memiliki peran penting
dalam perkembangan Agama Buddha di Badung, di mana keberadaan Vihara Buddha
Dharma sebagai Vihara orang Cina dapat dijadikan bukti sejarah bahwa daerah
Badung yang mayoritas penduduknya beragama Hindu ternyata dapat di sentuh pula
oleh Agama Buddha. dan arsitektur bangunan Vihara Buddha Dharma yang
berakulturasi memiliki potensi yang sangat besar sebagai sumber belajar sejarah
mengenai fakta-fakta tentang proses interaksi masyarakat di berbagai daerah dengan
tradisi Hindu-Buddha di bidang arsitektur.

Kata Kunci: Vihara Buddha Dharma, Bentuk Akulturasi, Potensi Vihara Buddha
Dharma Sebagai Sumber Belajar Sejarah

Penulis: Ni Wayan Wiwik Astuti, Dra. Tuty Maryati,M.Pd, Dra. Luh Putu
Sendratari,M.Hum

Kode Jurnal: jpsejarah&umumdd140123


http://www.e-jurnal.com/2015/04/akulturasi-kebudayaan-hindu-dan-buddha.html

B. Peninggalan hindu budha di Indonesia

Peninggalan Sejarah Hindu dan


Budha, Kitab, Prasasti, Yupa, Arca
dan Candi
Peninggalan Sejarah Hindu dan Budha, Kitab, Prasasti, Yupa, Arca dan
Candi - Zaman sejarah dimulai saat manusia mulai mengenal tulisan,
sedangkan masa sebelum mengenal tulisan disebut masa prasejarah. Untuk
mempelajari sejarah, kita perlu mengetahui peninggalan sejarah yang ada. 

Bangsa Indonesia mempunyai banyak peninggalan sejarah. Peninggalan-


peninggalan tersebut dikelompokkan menjadi tiga, yaitu sumber lisan,
tertulis, dan benda bangunan. Berikut Peninggalan Sejarah Hindu dan
Budha :

1. Buku-Buku dan Kitab

Pada zaman kerajaan Hindu-Buddha berkembang di Indonesia, kebudayaan


dan kesusastraan juga mengalami kemajuan, terutama pada saat Kerajaan
Majapahit. Karya-karya sastra peninggalan sejarah tersebut berupa cerita
tertulis yang dikarang oleh para pujangga. Beberapa karya sastra di antaranya
berupa kitab-kitab berikut ini.

a. Kitab Cilpa Sastra, merupakan peninggalan Kerajaan Syailendra yang berisi


dasar-dasar pokok membuat candi.

b. Kitab Arjuna Wiwaha, ditulis oleh Mpu Kanwa pada tahun 1030. Kitab ini
merupakan peninggalan dari Kerajaan Kediri yang berisi tentang perjuangan
Airlangga dalam mempertahankan Kerajaan Kediri.

c. Kitab Smaradahana dikarang oleh Mpu Darmaja, pada masa pemerintahan


Raja Kameswara I, Kediri.

d. Kitab Bharatayuda dikarang oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh, pada masa
pemerintahan Raja Jayabaya, Kediri.

e. Kitab Krisnayana ditulis oleh Mpu Triyana.

f. Kitab Hariwangsa ditulis oleh Mpu Panuluh.


g. Kitab Negara Kertagama, ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365. Kitab
ini merupakan sumber sejarah Kerajaan Singasari dan Majapahit. Di dalam
kitab ini muncul istilah Pancasila. 
h. Kitab Sutasoma, ditulis oleh Mpu Tantular. Kitab ini berisi tentang hukum
dan dijadikan dasar hukum di Kerajaan Majapahit. Dalam kitab ini
menekankan prinsip keadilan dan tidak membedakan rakyat biasa dengan
bangsawan. Jadi siapapun yang melanggar aturan atau undang-undang harus
mendapat hukuman yang sesuai.

2. Prasasti

Prasasti disebut juga batu bertulis. Prasasti merupakan peninggalan sejarah


yang tertulis di atas batu, logam, dan sebagainya. Prasasti biasanya berisi
mengenai kehidupan atau peristiwa penting di daerah setempat. Contoh
prasasti sebagai berikut.

a. Prasasti Kerajaan Tarumanegara antara lain Ciaruteun, Kebun Kopi, Tugu,


Lebak, Jambu, Muara Cianten, dan Pasir Awi yang semuanya ditulis dalam
huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta.

b. Prasasti di Sumatra Selatan antara lain Kedukan Bukit, Talang Tuo, Kota
Kapur, Karang Berahi, dan Telaga Batu. Prasasti ini menggunakan bahasa
Melayu dan huruf Pallawa, yang dipahat dan ditulis sekitar abad ke-7 pada
masa Kerajaan Sriwijaya. Prasasti yang ditemukan tersebut antara lain berisi
tentang peraturan kerajaan dan sanksi apabila melakukan pelanggaran, serta
puji-pujian untuk kebesaran dan kemakmuran raja. Selain kelima prasasti
tadi, juga ditemukan Prasasti Nalanda yang berisi tentang keturunan Dinasti
Syailendra, silsilah Raja Balaputradewa, dan persahabatan dengan Kerajaan
India. 

c. Prasasti Muara Kaman, di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur.


Prasasti ini ditulis sekitar tahun 400 Masehi, berisi tentang sejarah Kerajaan
Kutai.

d. Prasasti Canggal tahun 732 M, di dekat Magelang. Berisi tentang Kerajaan


Mataram Hindu dengan Raja Sanjaya.

e. Prasasti di Kediri sekitar Sungai Brantas, Jawa Timur, antara lain Prasasti
Padlegan, Palah, dan Panumbungan. Prasasti ini merupakan peninggalan
Kerajaan Kediri.
f. Prasasti Dinoyo tahun 760 M, dekat Malang. Prasasti ini berisi tentang
sebuah kerajaan yang berpusat di Kanyuruhan.

g. Prasasti Kalasan tahun 778 M, dekat Jogjakarta, memuat tentang Kerajaan


Mataram Hindu yang dipimpin Raja Rakai Panangkaran.

h. Prasasti Kedu tahun 907 M, berisi tentang Kerajaan Mataram Hindu yang
dipimpin Raja Balitung.

i. Prasati Adityawarman, ditemukan di daerah Batusangkar. Prasasti ini


memakai bahasa Melayu Kuno bercampur dengan bahasa Sanskerta.

j. Prasasti Mulawarman, ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta.


Prasasti ini merupakan peninggalan Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur.

3. Yupa

Yupa adalah prasasti yang dituliskan pada tiang batu. Awalnya, yupa
digunakan untuk mengikat kurban, baik hewan maupun manusia yang akan
dipersembahkan kepada dewa.

Yupa ditemukan di Kalimantan Timur, pada abad ke-5 yang berisi tentang
kisah seorang raja bernama Mulawarman yang baik budiman dan mempunyai
kakek bernama Kudungga. Saat pemerintahan Mulawarman, rakyat hidup
makmur dan sejahtera. Mulawarman juga memiliki hubungan yang baik
dengan kaum Brahmana.

4. Patung dan Arca

Patung adalah tiruan bentuk orang atau hewan yang dibuat dengan bahan
batu, kayu, dan lainlain. Adapun arca adalah patung yang dibuat dari batu.

a. Patung Gajah Mada


Patung ini dibuat untuk mengenang jasa-jasa Patih Gajahmada dalam
mempersatukan Nusantara di bawah Majapahit. Pada saat diangkat menjadi
Mangkubumi atau Perdana Menteri Majapahit, Gajah Mada mengucapkan
sumpah yang bernama “Sumpah Palapa”.

b. Patung Prajna Paramita


Patung Prajna Paramita merupakan patung perwujudan Ken Dedes istri Ken
Arok, yang digambarkan sebagai Dewi Kebijaksanaan. Patung yang terletak di
Candi Singasari, merupakan peninggalan Kerajaan Singasari dengan pahatan
yang sangat bagus.

c. Patung Buddha
Ditemukan di Bukit Siguntang, Palembang pada abad ke-2. Patung Buddha
merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya sebagai bukti bahwa agama
Buddha berkembang dengan baik. Selain itu terdapat juga patung Buddha di
Candi Mendut.

5. Candi
Candi berasal dari kata candika (Dewa Maut). Fungsi pembangunan candi
untuk memuliakan raja yang telah meninggal dunia. Saat raja meninggal,
semua azimatnya disimpan di dalam peti, kemudian peti tersebut diletakkan
di dasar tempat candi tersebut dibangun. Sebagai pelengkap dibuatlah arca
yang merupakan perwujudan raja sebagai dewa dan di depannya diletakkan
sesaji.

Candi bagi umat Hindu digunakan sebagai makam, sedangkan candi dalam
ajaran Buddha berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap dewa. Setiap
bangunan candi mempunyai tiga bagian utama sebagai berikut.

a. Kaki candi, berbentuk bujur sangkar melambangkan “alam bawah” yaitu


dunia tempat hidup manusia.
b. Badan candi, melambangkan “alam antara” tempat manusia yang sudah
meninggalkan semua urusan duniawinya.
c. Atap candi, melambangkan “alam atas”, berbentuk lingkaran dengan tiga
teras berundak-undak.

Peninggalan candi Hindu-Buddha di Indonesia antara lain sebagai berikut.

a. Candi Borobudur

Dibangun pada abad ke-9 M atau 824 M (746 Saka), oleh Raja Smaratungga
dari Dinasti Syailendra. Borobudur terletak di Muntilan yang dikelilingi Bukit
Menoreh, Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sindoro, dan Gunung
Sumbing. Borobudur berasal dari kata boro yang berasal dari bahasa
Sanskerta yang berarti candi, biara, atau asrama dan budur yang berarti atas.
Jadi, borobudur berarti candi, istana, atau biara di atas bukit.

Candi Borobudur memiliki sepuluh tingkat dengan stupa induk setinggi 7 m


dengan garis tengah 9,9 m. Bangunan Candi Borobudur terbengkalai seiring
dengan runtuhnya Kerajaan Mataram Hindu dan gempa bumi. Letusan
gunung berapi juga turut meruntuhkan sebagian bangunan candi. Pada tahun
1814, H.C. Cornelius bersama penduduk membersihkan lokasi candi. Dan
baru pada tahun 1835 bentuk candi terlihat seluruhnya.

Pemugaran Candi Borobudur pertama kali dilakukan tahun 1907-1911 berkat


bantuan Th. Van Erp, dan berhasil menyelamatkan Candi Borobudur.
Pemugaran kedua dilakukan pemerintah Indonesia dengan bantuan
UNESCO. Pemugaran Candi Borobudur selesai pada tahun 1982. Candi
Borobudur mempunyai 505 arca Buddha dan pada bagian dinding candi
terdapat pahatan atau disebut relief. Relief-relief itu menggambarkan
berbagai cerita, antara lain sebagai berikut.

1) Karmawibhangga berisi berlakunya hukum karma (sebab akibat), di mana


setiap perbuatan baik dan buruk akan membawa akibat bagi pelakunya.
2) Lalita vistara yang menceritakan tentang kehidupan sang Buddha dari lahir
sampai mendapat bodhi (wahyu) tentang hidup sejati.
3) Awadana dan Jataka yang menggambarkan kehidupan sang Buddha di
masa lalu (Awadana) dan kepahlawanan orang-orang suci (Jataka).
b. Candi Prambanan

Candi Prambanan disebut juga Candi Roro Jonggrang. Candi Prambanan


dibangun pada masa pemerintahan Raja Balitung pada abad ke-9 sebagai
simbol Kerajaan Mataram Hindu. Pembangunan Candi Prambanan selesai
pada masa pemerintahan Raja Daksa. Candi Prambanan terletak di
Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, perbatasan Provinsi Jawa Tengah
dan DI Jogjakarta. Candi Prambanan menjadi tempat wisata budaya yang
menarik karena di sekitar candi dibangun Taman Wisata dan panggung
pentas Sendratari Ramayana. 

Candi Prambanan mempunyai tiga pelataran persegi, yaitu bawah, tengah,


dan atas. Pada masing-masing pelataran berderet candi-candi kecil. Dalam
kompleks Candi Prambanan juga terdapat tujuh buah candi besar, yaitu
sebagai berikut.

1) Candi Brahma

Terletak di sebelah selatan Candi Syiwa dan berukuran lebih kecil. Di dalam
Candi Brahma terdapat patung Brahma yang mempunyai empat kepala. Dewa
Brahma merupakan dewa pencipta alam semesta. Pada dinding Candi
Brahma terdapat relief yang berisi kelanjutan cerita Ramayana di candi induk.

2) Candi Syiwa

Disebut juga Candi Roro Jonggrang dan menjadi candi utama. Candi ini
dinamakan Candi Syiwa karena di dalamnya menyimpan patung Syiwa.
Masyarakat Jawa memberikan penghormatan yang tinggi kepada Dewa Syiwa
karena selain sebagai dewa perusak, Dewa Syiwa juga dapat menciptakan
benda kembali. Pada dinding Candi Syiwa terdapat relief yang
menggambarkan tentang cerita Ramayana.

3) Candi Wisnu

Candi Wisnu mempunyai bentuk dan ukuran hampir sama dengan Candi
Brahma. Candi Wisnu terletak di sebelah utara Candi Syiwa. Di dalam Candi
Wisnu terdapat ruangan berisi patung Wisnu, yang digambarkan sebagai
dewa dengan empat tangan yang memegang alat-alat seperti cakra, tiram, dan
pemukul. Dewa Wisnu merupakan dewa pemelihara alam semesta. Pada
Candi Wisnu juga terdapat relief yang menggambarkan cerita Kresnayana.

4) Candi Apit

Diberi nama Candi Apit karena letaknya terapit oleh dua candi yang berderet
dan berhadapan. Candi Apit digunakan sebagai tempat semadi bagi pemeluk
agama Hindu.

5) Candi Nandi

Candi Nandi terletak di deretan sebelah timur. Di dalamnya terdapat patung


berbentuk seekor sapi jantan besar yang sedang berbaring. Sapi atau nandi
tersebut merupakan kendaraan Dewa Syiwa. Di dalam Candi Nandi juga
terdapat patung Dewa Surya (matahari) dan Dewa Candra (bulan).

6) Candi Angsa

Candi Angsa berhadapan dengan Candi Brahma. Candi ini berfungsi sebagai
kandang binatang yang menjadi kendaraan Dewa Brahma, binatang tersebut
adalah angsa.

7) Candi Garuda

Garuda merupakan kendaraan Dewa Wisnu. Candi Garuda terletak di sebelah


utara Candi Nandi. Di bagian bawah lantai Candi Garuda terdapat sumur
yang berisi tulang manusia bercampur tanah.

c. Candi Portibi

Terdapat di daerah Padan Balok, Gunung Tua, di Provinsi Sumatra Utara.


Candi Portibi merupakan peninggalan Kerajaan Panai tahun 1039. Candi ini
dibangun oleh para brahmana Indonesia yang berlayar bersama para
pedagang-pedagang untuk menyebarkan agama Hindu di Sumatra Utara.

d. Candi Muara Takus

Dibangun pada masa pemerintahan Raja Balaputradewa, sekitar abad ke 9-10


M. Candi Muara Takus dibangun sebagai tempat pemujaan penganut agama
Buddha. Pada masa pemerintahan Raja Balaputradewa diceritakan bahwa
Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya.

Demikianlah Materi Peninggalan Sejarah Hindu dan Buddha, Kitab, Prasasti,


Yupa, Arca dan Candi, semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai