Anda di halaman 1dari 12

SEJARAH INDONESIA KUNO

Pengaruh Hindu-Buddha di Nusantara

Dosen Pemangku : Wahyudin M.Pd


Disusun oleh : Husain Abdurrahman
Gusagil Rizqulloh
Muhammad Faisal
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang “Pengaruh Hindu-Buddha
di Nusantara’.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan
rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya
ilmiah ini.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca..

Jakarta, 23 Maret 2023


Tim Penyusun
Dalam makalah ini dimaknai sebagai catatan mengenai rangkaian sejarah yang terjadi di
Nusantara, tentang pengaruh Hindu-Buddha di kawasan Nusantara.
Latar Belakang
Proses masuknya pengaruh budaya India pada umumnya disebut penghinduan oleh para
penelitinya. Istilah tersebut harus digunakan dengan hati-hati karena bukan hanya pengaruh
Hindu yang terdapat, melainkan juga pengaruh agama Buddha. Dalam kenyataan di
Indonesia keduanya kemudian tumbuh dalam bentuk koalitis, yaitu Siwa-Buddha.
Proses masuknya pengaruh budaya India menurut hipotesis van Leur. Masih belum jelas apa
yang mendorong terjadinya proses tersebut. Van Leur berpendapat bahwa dorongan itu
adalah akibat kontak dengan India melalui perdagangan. Bukan hanya melalui orang-orang
India yang datang, melainkan mungkin juga karena orang-orang Indonesia melihat sendiri
keadaan di Terdorong oleh keinginan untuk dapat berhadapan dengan orang-orang India
dengan taraf yang sama dan terdorong pula untuk meningkatkan keadaan negerinya, mereka
mengundang brahmana.
Hubungan dagang antara orang Indonesia dan India telah mengakibatkan masuknya
pengaruh budaya India dalam budaya Indonesia. Bagaimana sesungguhnya proses yang
terjadi belum dapat diungkapkan sepenuhnya oleh penlitian-penelitian yang telah dilakukan
sejak abad yang lalu. Pada pokoknya pendapat para peneliti dapat dibagi dua. Pendapat
pertama bertolak dari anggapan bahwa bangsa Indonesia berlaku pasif dalam proses tersebut.
Pendapat kedua yang tumbuh lebih akhir memberikan peran aktif kepada bangsa Indonesia.
Masuknya pengaruh Hindu-Budha ke Nusantara meliputi berbagai bidang, anatara lain;
bidang agama, bidang politik, bidang sosial, bidang pendidikan, bidang ekonomi, dan bidang
kebudayaan.
Dalam bidang agama pada masa Hindu-Budha, kepercayaan masyarakat Indonesia mulai
beralih dari Animisme-Dinamisme menjadi pemeluk agama Hindu-Budha. Selain itu,
masyarakat Hindu-Budha juga melakukan ritual keagamaan yang masih berlangsung sampai
saat ini, seperti; nyepi, ngaben, tawur agung, dan lain lain.
Pengaruh dalam bidang politik dapat dilihat dengan adanya sistem kerajaan pada Nusantara.
Pengaruh dalam bidang sosial sangat menonjol yaitu perbedaan masyarakat menjadi empat
golongan (catur varna) yaitu brahmana, ksatriya, waisya, dan sudra.
Dalam bidang kebudayaan, masuknya pengaruh Hindu-Budha banyak memberikan
perkembangan terhadap kebudayaan di Indonesia. Hal ini dapat dari bertambah kaya-nya
kebudayaan di Indonesia, seperti dalam hal seni bangunan/arsitektur, seni patung, seni ukir,
dan seni sastra/tulisan.
Benda-benda peninggalan pengaruh Hindu-Budha yang memberi petunjuk pengaruh di
bidang politik yaitu ditemukannya prasasti-prasasti seperti, prasasti yupa, pasir kolengkak,
tugu, kota kapur, kedukan bukit, tuk mas, dinaya, canggal dan lain-lain. Prasasti-prasasti
tersebut menunjukkan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha seperti Tarumanegara,
Sriwijaya, Mataram kuno, dan Majapahit. Prasasti dengan ditulis menggunakan bahasa
Sansekerta, Malayu kuno, dengan menggunakan huruf pallawa. Hal ini menunjukkan
pengaruh India di bidang seni sastra/aksara. Pengaruh Hindu-Budha dalam bidang
bangunan/arsitektur dapat dilihat dari bangunan kuno yang berupa candi, baik yang bercorak
Hindu maupun Budha. Candi adalah bangunan kuno yang dibuat dari batu dan ada pula yang
dibuat dari batu bata, yang berfungsi sebagai tempat pemujaan, tempat penyimpanan abu
jenazah raja-raja atau para pendeta Hindu-Budha pada zaman dahulu, semasa Nusantara
masih dibawah pengaruh Hindu-Budha, kira-kira abad ke 4M sampai abad 15M.

A. Pengaruh Hindu-Budha dalam Bidang Agama


Perkembangan Agama Hindu
Sejak ribuan tahun sebelum Masehi, di India telah berkembang kebudayaan besar di
Lembah Sungai Indus. Dua pusat kebudayaan di daerah tersebut adalah ditemukannya dua
kota kuno yakni di Mohenjodaro dan Harappa. Pengembang dua pusat kebudayaan tersebut
adalah bangsa Dravida. Pada sekitar tahun 1500 SM, datanglah bangsa Arya dari Asia
Tengah ke Lembah Sungai Indus.
Bangsa Arya datang ke India dengan membawa pengaruh tulisan, bahasa, teknologi, dan
juga kepercayaan. Kepercayaan bangsa Arya yang dibawa adalah Veda (Weda) yang setelah
sampai di India melahirkan agama Hindu. Lahirnya agama Hindu ini merupakan bentuk
percampuran kepercayaan antara bangsa Arya dengan bangsa Dravida.
Agama Hindu bersifat politeisme, yaitu percaya kepada beberapa dewa. Tiga dewa utama
yang dipuja oleh masyarakat Hindu adalah Dewa Brahmana (dewa pencipta), Dewa Wisnu
(dewa pelindung), dan Dewa Syiwa (dewa pembinasa). Ketiga dewa itu dikenal dengan
sebutan Trimurti. Kitab suci agama Hindu adalah Weda. Kitab Weda ini terdiri atas empat
bagian, yaitu;
1. Reg-Weda, berisi puji-pujian terhadap dewa;
2. Sama-Weda, berisi nyanyian-nyanyian suci;
3. Yajur-Weda, berisi mantra-mantra;
4. Atharwa-Weda, berisi doa-doa untuk pengobatan.
Disamping kitab Weda, ada juga kitab Brahmana dan Upanisad

Perkembangan Agama Budha


Agama Budha muncul sekitar tahun 500 SM. Pada masa tersebut di India berkembang
kerajaan-kerajaan Hindu yang sangat besar, salah satunya dinasti Maurya. Dinasti ini
mempunyai raja yang sangat terkenal yakni Raja Ashoka Kemunculan agama Budhha tidak
dapat dilepaskan dari tokoh Sidharta Gautama. Sidharta adalah putra raja Suddhodana dari
Kerajaan Kapilawastu. Ajaran Budhha memang diajarkan oleh Sidhrata Gautama, sehingga
beliau lebih dikenal dengan Budhha Gautama.
Kitab Suci agama Buddha adalah Tripitaka, yang artinya tiga keranjang. Kitab ini terdiri atas;
1. Vinayapitaka yang berisi aturan-aturan hidup
2. Suttapitaka yang berisi pokok-pokok atau dasar memberi pelajaran
3. Abdidharmapitaka yang berisi falsafah agama.
Setiap penganut budha diyuntut menjalankan Tridarma(tiga kebaktian):
- Saya berlindung terhadap Budha 
- Saya belndung terhadapDharma 
- Saya berlindung terhadap Sanggha
Terdapat empat tempat utama yang dianggap suci oleh umat Buddha. Tempat-tempat suci
tersebut memiliki hubungan dengan Sidharta. Keempat tempat tersebut adalah Taman
Lumbini, Bodh Gaya, Benares, dan Kusinegara. Taman Lumbini terletak di daerah
Kapilawastu, yaitu tempat kelahiran Sidharta. Bodh Gaya adalah tempat Shidarta menerima
penerangan agung. Benares, adalah tempat Sidharta pertama kali menyampaikan ajarannya.
Kusinegara, adalah tempat wafatnya Sidharta.
Hari Raya Umat Buddha adalah hari raya Waisyak. Hari raya ini dimeriahkan untuk
memperingati Peristiwa kelahiran, menerima penerangan agung, dan kematian Sidharta yang
terjadi pada tanggal yang bersamaan, yaitu waktu bulan purnama di bulan Mei.
Persebaran Pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia
Masuknya agama Hindu Budha ke Indonesia secara pasti belum diketahui. Tetapi pada
tahun 400 M dipastikan agama Hindu Budha telah berkembang di Indonesia. Hal ini
dibuktikan dengan penemuan prasasti pada Yupa di Kalimantan Timur. Prasasti tersebut
menunjukkan bahwa telah berkembang kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Dengan adanya
kerajaan pada tahun 400 M, berarti agama Hindu Budha masuk ke Indonesia sebelum tahun
tersebut.
Siapa yang membawa kedua agama tersebut ke Indonesia? Terdapat beberapa pendapat atau
teori tentang pembawa agama Hindu Budha ke Indonesia. Teori-teori itu adalah sebagai
berikut .
a. Teori Brahmana, menyatakan bahwa penyebaran pengaruh Hindu ke Indonesia dibawa
kaum Brahmana.
b. Teori ksatria, menyatakan bahwa penyebar pengaruh Hindu ke Indonesia adalah orang-
orang India yang berkasta ksatria. Di Indonesia mereka kemudian mendirikan kerajaan-
kerajaan serta menyebarkan agama Hindu.
c. Teori Waisya, menyatakan bahwa penyebar agama Hindu ke Indonesia adalah orang-
orang india yang berkasta Waisya. Para penyebaran pengaruh Hindu itu terdiri atas para
pedagang dari India.
d. Teori Arus Balik, menyatakan bahwa para penyebar pengaruh Hindu ke Indonesia adalah
orang-orang Indonesia sendiri. Mereka mula-mula diundang atau datang sendiri ke India
untuk belajar Hindu. Setelah mengusai ilmu tentang agama Hindu, mereka kemudian kembali
ke Indonesia dan menyebarkan pengaruh Hindu di Indonesia.
Keempat teori tentang penyebaran agama Hindu ke indonesia tersebut masing-masing
memiliki kebenaran dan kelemahannya. Kaum Ksatria dan Waisya, tidak memiliki
kemampuan menguasai Kitab Suci Weda. Sementara kaum Brahmana tidak dibebani untuk
menyebarkan agama Hindu walaupun mereka dapat membaca kitab suci Weda. Kaum
Brahmanapun memiliki pantangan menyeberangi laut. Yang paling mungkin adalah, orang-
orang Indonesia datang belajar ke India untuk mempelajari agama Hindu, kemudian
merekalah yang menyebarkan agama tersebut ke Indonesia. Penyebaran ini menjadi lebih
efektif, karena orang-orang Indonesia jauh lebih memahami mengenai kondisi sosial, adat
dan budaya negerinya sendiri.

B. Pengaruh Hindu-Budha dalam Bidang Politik


Sistem pemerintahan sebelum budaya Hindu-Budha masuk, masyarakat memilih kepala suku
atau ketua adat yang bergelar datu/datuk atau ratu/raka. Pemilihan dilakukan dengan dasar
orang yang paling berpengaruh di suatu wilayah atau desa. Setelah budaya Hindu-
Budha masuk, sistem tersebut dihapus dan digantikan menjadi kerajaan.
Dengan masuknya sistem Hindu-Budha muncul konsep Dewa Raja. Pemimpin tertinggi
dalam sebuah kelompok adalah Raja, yang diyakini sebagai utusan Dewa.
Sistem pemerintahan pada masa kerajaan Hindu-Budha pada umumnya terbagi dalam
berbagai bidang, yaitu bidang pertahanan/angkatan perang, perdagangan, keuangan, urusan
luar negeri, pajak dan hukum. Jabatan-jabatan ini dapat dirangkap hanya oleh beberapa orang
tergantung keinginan raja dan luasnya kerajaan. Raja adalah pemimpin tertinggi.
Sebagai contoh politik pada kerajaan Hindu;
Kerajaan Kutai
Dalam kehidupan politik dijelaskan bahwa raja terbesar Kutai adalah Mulawarman sebagai
raja yang mulai dan berhasil membawa masa kejayaan. Sri Mulavarman Nala Dewa atau
biasa dikenal sebagai Mulawarman adalah raja Kutai Martapura, kerajaan Hindu pertama dan
tertua di Indonesia yang memerintah pada abad ke-4 Masehi di wilayah yang saat ini
bernama Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Dalam prasasti Yupa, disebutkan bahwa Mulawarman merupakan putra
dari Aswawarman dan merupakan cucu dari raja Kundungga yang merupakan pendiri
Kerajaan Kutai Martapura.
Kerajaan Tarumanegara
Pada masa pemerintahan Purnawarman, wilayah kekuasaan Purnawarman meliputi hampir
seluruh Jawa Barat dengan pusat kekuasaannya di daerah Bogor. Tarumanegara mecapai
puncak kejayaan dan telah menjalin hubungan diplomatik dengan China.
Dengan adanya hubungan diplomatik tersebut, berarti juga terjalinnya hubungan perdagangan
dan pelayaran antara Tarumanegara dengan China.
Kerajaan Singasari
Kekuasaan Singasari dapat dicapai oleh Sri Maharaja Kertanagara atau disebut Kertanegara
karena tindakan politiknya yaitu;
1. Membangun Singasari menjadi pusat pemerintahan dan berusaha menyingkirkan lawan-
lawan politiknya seperti Kebo Arem dijadikannya Adhyaksa di Tumapel, Arya Wiraraja
dijadikan Bupati Madura.
2. Memberantas pemberontakan Mahisa Rangkah
3. Menyatukan agama Syiwa dan Budha menjadi agama Tantrayana (Syiwa Budha) dan
dipimpin oleh Dharma Dyaksa.
4. Melakukan politik perkawinan yaitu mengawinkan salah satu putrinya dengan Raden
Wijaya dan Putrinya yang lain dengan Ardharaja putra Jayakatwang dari Kediri, dalam
rangka memperkuat kedudukannya sebagai Raja Singasari dan mengawinkan saudaranya
dengan Raja Campa yaitu Raja Singhawarman IV dalam rangka mencari persekutuan/aliansi
dengan Kerajaan Campa.
5. Mengirimkan ekspedisi ke Luar Pulau Jawa antara lain, ekspedisi ke Malayu/Pamalayu
tahun 1275 untuk menjalin persahabatan dengan kerajaan Malayu dan ekspansi ke Bali pada
tahun 1284, karena Bali tidak mau tunduk pada Singasari.

Contoh politik pada kerajaan Budha;


Kerajaan Sriwijaya
Sriwijaya mampu mengembangkan kerajaannya melalui keberhasilan politik
ekspansi/perluasan wilayah ke daerah-daerah yang sangat penting artinya untuk perdagangan.
Dengan demikian maka Sriwijaya bukan lagi sebagai negara senusa atupun sepulau, tetapi
sudah merupakan negara antar nusa karena penguasaannya atas beberapa pulau.
Kerajaan Kalingga
Kepemimpinan Ratu Sima sangat keras, namun adil dan bijaksana. Setiap pelanggar
diberikan sanksi tegas, tidak peduli apakah pelanggar tersebut warga istana atau bukan.
Rakyat selalu tunduk dan taat pada Ratu Sima, begitu juga dengan pejabat kerajaan. Oleh
karena itu ketertiban dan ketentraman di Kalingga berjalan dengan baik.
Kerajaan Mataram Kuno
Untuk mempertahankan wilayah kekuasaannya, Mataram Kuno menjalin kerjasama dengan
kerajaan tetangga, misalnya Sriwijaya, Siam dan India. Selain itu, Mataram Kuno juga
menggunakan sistem perkawinan politik. Contohnya; pada masa pemerintahan Samaratungga
yang berusaha menyatukan kembali Wangsa Syailendra dan Wangsa Sanjaya dengan cara
anaknya yang bernama Pramodyawardhani (Syailendra) dinikahkan dengan Rakai Pikatan
(Wangsa Sanjaya). Dengan adanya perkawinan politik ini, maka jalinan kerukunan antara
Hindu (Wangsa Sanjaya) dengan Budha (Wangsa Syailendra) semakin kuat.

C. Pengaruh Hindu-Budha dalam Bidang Sosial


Masuknya kebudayaan Hindu menjadikan masyarakat Indonesia mengenal aturan kasta,
yaitu: Kasta Brahmana (kaum pendeta dan para sarjana), Kasta Ksatria (para prajurit, pejabat
dan bangsawan), Kasta Waisya (pedagang petani, pemilik tanah dan prajurit). Kasta Sudra
(rakyat jelata dan pekerja kasar).
Kaum Brahmana bertugas menjalankan upacara-upacara keagamaan. Kasta Ksatria
merupakan kasta yang bertugas menjalankan pemerintahan. Golongan raja, bangsawan dan
prajurit masuk dalam kelompok kasta Kstaria ini. Kasta Waisya merupakan kasta dari rakyat
biasa, yaitu para petani dan pedagang. Adapun kasta Sudra adalah kasta dari golongan hamba
sahaya atau para budak. Sementara itu, golongan Paria merupakan golongan yang tidak
diterima dalam kasta masyarakat Hindu.
Namun, unsur budaya Indonesia lama masih tampak dominan dalam semua lapisan
masyarakat. Sistem kasta yang berlaku di Indonesia berbeda dengan kasta yang ada di India,
baik ciri-ciri maupun wujudnya.
Dalam pemerintahan, pengaruh kebudayaan Hindu Budha bisa dilihat dari sistem kerajaan
dengan gambaran sebagai berikut :

 Hubungan antara penguasa dan rakyatnya berdasar pada hubungan antara yang
memerintah dan yang diperintah.
 Pergantian kekuasaan dilakukan secara turun temurun berdasarkan keturunan.
 Gelar penguasa disebut dengan raja, bahkan maharaja
 Dalam sistem pemerintahan, identitas asli Indonesia terlihat dari pemerintahan yang
tidak semuanya dipegang sang raja secara mutlak.
 Kerajaan-kerajaan di Indonesia terdiri atas wilayah-wilayah yang lebih kecil dan
masing-masing wilayah diperintah oleh rakai yang memiliki otonomi cukup luas. Para
pemerintah daerah ini pada umumnya masih memiliki hubungan kerabat dengan raja.
Hubungan kerabat yang dimaksud tidak terbatas pada hubungan darah, namun juga
hubungan kerabat yang terjalin dari perkawinan.
D. Pengaruh Hindu-Budha dalam Bidang Pendidikan
Penggunaan bahasa sansekerta dan huruf pallawa dalam prasasti peninggalan dari zaman itu
merupakan bukti adanya pengaruh budaya Hindu Budha dalam bidang pendidikan. Bahasa
sansekerta merupakan bahasa yang digunakan pada kalangan bangsawan kerajaan dan
brahmana.
Setelah itu muncul dan berkembanglah bahasa-bahasa lain seperti bahasa jawa kuno, bahasa
bali kuno, bahasa kawi yang merupakan turunan dari bahasa Sansekerta.
Dari situ bisa ditarik kesimpulan bahwa pada saat itu, sebagian masyarakat Indonesia sudah
mengenal baca tulis.
Pada saat itu, sistem pendidikan berasrama juga sudah mulai digunakan untuk mengajarkan
dan memperdalam ajaran agama Hindu Budha. Sistem pendidikan ini kemudian diadaptasi
dan banyak digunakan oleh kerajaan-kerajaan di Indonesia di masa mendatang.
Pengaruh ajaran Hindu Budha juga ditunjukan dengan berkembangnya ajaran budi pekerti
yang berlandaskan Hindu Budha. Pendidikan budi pekerti yang menanamkan nilai kasih
sayang, welas asih, kedamaian, dan sikap saling menghargai sesama manusia mulai dikenal
dan diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat pada saat itu.

E. Pengaruh Hindu-Budha dalam Bidang Ekonomi


Sejak terbentuknya jalur perdagangan laut yang menghubungkan India dan Cina, kegiatan
perdangan di Kepulauan Indonesia berkembang pesat. Daerah pantai timur Sumatera
menjalin jalur perdagangan yang ramai dikunjungi pedagang. Kapal-kapal dagang dari India
dan Cina banyak yang singgah untuk menambah persediaan makanan dan minuman, menjual,
dan membeli barang dagangan, atau menanti waktu yang baik untuk berlayar, kemudian
muncul pusat-pusat perdagangan yang berkembang menjadi pusat kerajaan. Agama Hindu-
Budha adalah agama yang dibawa oleh para pedagang dari India yang sudah maju dalam
bidang pelayaran dan perdagangan saat itu.
Dengan demikian, agama Hindu-Budha membawa pengaruh dalam bidang ekonomi yaitu
dengan adanya jalur perdagangan yang ramai, hingga muncul pusat perdagangan yang
berkembang menjadi pusat kerajaan.

F. Pengaruh Hindu-Budha dalam Bidang Kebudayaan


Dalam bidang kebudayaan, masuknya pengaruh Hindu-Budha banyak memberikan
perkembangan terhadap kebudayaan di Indonesia. Hal ini dapat dari bertambah kaya-nya
kebudayaan di Indonesia, seperti dalam hal seni bangunan/arsitektur, seni patung, seni ukir,
dan seni sastra/tulisan.
Benda-benda peninggalan pengaruh Hindu-Budha yang memberi petunjuk pengaruh di
bidang politik yaitu ditemukannya prasasti-prasasti seperti, prasasti yupa, pasir kolengkak,
tugu, kota kapur, kedukan bukit, tuk mas, dinaya, canggal dan lain-lain. Prasasti-prasasti
tersebut menunjukkan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha seperti Tarumanegara,
Sriwijaya, Mataram kuno, dan Majapahit. Prasasti dengan ditulis menggunakan bahasa
Sansekerta, Malayu kuno, dengan menggunakan huruf pallawa. Hal ini menunjukkan
pengaruh India di bidang seni sastra/aksara. Pengaruh Hindu-Budha dalam bidang
bangunan/arsitektur dapat dilihat dari bangunan kuno yang berupa candi, baik yang bercorak
Hindu maupun Budha. Candi adalah bangunan kuno yang dibuat dari batu dan ada pula yang
dibuat dari batu bata, yang berfungsi sebagai tempat pemujaan, tempat penyimpanan abu
jenazah raja-raja atau para pendeta Hindu-Budha pada zaman dahulu, semasa Nusantara
masih dibawah pengaruh Hindu-Budha, kira-kira abad ke 4M sampai abad 15M.
Pada masa Hindu-Buddha kebudayaan berkembang sangat cepat. Contoh, Kitab:

1) Arjunawiwaha karya Mpu Kanwa dari Kerajaan Kediri pada masa pemerintahan Raja
Jayabaya
2) Bharatayudha karya Mpu Sedah dilanjutkan Mpu Panuluh dari Kerajaan Kediri pada masa
pemerintahan Raja Jayabaya
3) Smaradhana karya Mpu Darmaja dari Kerajaan Kediri pada masa
pemerintahan RajaKameswari
4) Lubdaka karya Mpu Tanukung dari Kerajaan Kediri
5) Negarakertagama karya Mpu Prapanca dari Kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan
Hayam Wuruk 
6) Sutasoma karya Mpu Tanular dari Majapahit pada masa pemerintahan Hayam Wuruk 
7) Sang Hyang Kamahayanikan Mantraya karya Mpu Sindok pada masa Dinasti Isyana
kerajaan Mataram Kuno
8) Ramayana karyaWalmiki pada masa Dinasti Isyana kerajaan Mataram Kuno
9) Gatotkacasraya karya Mpu Panuluh dari Kerajaan Kediri pada masa Raja Jayabaya
10) Kresnayanakarya Mpu Triguna dari Kerajaan Kediri pada masa Raja Jayawarsa
11) Kutaramanwa karya Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit 
Arca:
1) Awalokiteswara
2) Buddha dan Boddhisattwa
3) Kartanegara Kerajaan Singhasari
4) Joko Dholok Kerajaan Singhasari
5) Kertarajasa Jayawarddhana Kerajaan Majapahit

 
Prasasasti;
1) Yupadari Kerajaan Kutai
2) TugudariKerajaan Tarumanegara
3) CiaruteundariKerajaan Tarumanegara
4) Muara CiantendariKerajaan Tarumanegara
5) Jambu(Pasir Koleangkak) dari Kerajaan Tarumanegara
6) Cidanghiang(Lebak) dari Kerajaan Tarumanegara
7) Pasir Awi dari Kerajaan Sriwijaya
8) Kedudukan Bukitdari Kerajaan Sriwijaya
9) Talang Tuo dari Kerajaan Sriwijaya
10) Telaga BatudariKerajaan Sriwijaya
11) Kota Kapurdari Kerajaan Sriwijaya
12) Karang Berahi dari Kerajaan Sriwijaya
13) Canggaldari Mataram Kuno
14) KalasandariMataram Kuno
15) KluradariMataram Kuno
16) Kedu(Balitung) dari Mataram Kuno
Bangunan Candi:
1) Candi Sewu(Buddha)
2) Candi Prambanan(Hindu)
3) Candi Borobudur(Buddha)
4) Candi Gedong Songo(Hindu)
5) Candi Ngawen(Buddha) 
6) Candi Kalasan(Hindu)
7) Candi Pawon(Buddha)
8) Candi Dieng(Hindu)
9) Candi Mendhut(Buddha)
DAFTAR PUSTAKA
https://repository.ump.ac.id/689/2/BAB%20I_FERRY%20SETIAWAN_SEJARAH
%2713.pdf
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132319840/pendidikan/sejarah-indonesia-hindu-budha.pdf
https://prezi.com/auojlvshrxks/sistem-politik-kerajaan-hindu-budha/
https://an-nur.ac.id/kehidupan-masyarakat-indonesia-pada-masa-hindu-dan-buddha/
#:~:text=Bidang%20Sosial%20Budaya,rakyat%20jelata%20dan%20pekerja%20kasar).
https://www.academia.edu/38738770/
KEHIDUPAN_SOSIAL_POLITIK_DAN_EKONOMI_PADA_MASA_HINDU_BUDDHA
_DAN_ISLAM

RUJUKAN KHUSUS
Buku Sejarah Nasional Jilid II

Anda mungkin juga menyukai