Anda di halaman 1dari 10

5 Teori Masuknya Hindu Buddha ke

Indonesia

Perbesar

Candi Prambanan, peninggalan Hindu Buddha di Indonesia. Dok. PT TWC


Indonesia mempunyai aneka ragam agama yang diakui secara resmi.
Beberapa di antaranya adalah Hindu dan Buddha. Lalu, apa saja teori
masuknya Hindu Buddha ke Indonesia?
Agama Hindu Buddha telah lama ada di Indonesia. Agama yang
berkembang di India ini juga berhasil membangun peradaban yang
maju di Nusantara.
Contohnya terlihat dari candi-candi megah seperti Borobudur dan
Prambanan, serta kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha yang termahsyur
di seantero Asia Tenggara.
Tidak ada kejelasan pasti kapan agama Hindu dan Buddha masuk ke
Nusantara. Namun para ahli sejarah mengajukan beberapa teori yang
menjelaskan bagaimana bangsa India memperkenalkan
kebudayaannya ke bangsa Indonesia.

Teori Masuknya Agama Hindu Buddha ke Indonesia

Perbesar

Ilustrasi teori masuknya Hindu Buddha ke Indonesia. Foto: Pixabay.com


Pada dasarnya untuk mengetahui proses masuknya pengaruh agama
Hindu dan agama Buddha ke Indonsia membutuhkan analisis yang
mendalam.
Hal itu karena belum ada kesepakatan yang bulat di antara para ahli
mengenai siapa yang membawa agama dan kebudayaan Hindu
Buddha ke Indonsia.
Menurut Modul Pembelajaran SMA Sejarah Indonesia karangan
Mariana, bangsa yang menyebarkan agama Hindu dan
Buddha di Indonesia adalah India. Ini ditandai dengan adanya
bukti hubungan dagang yang bersumber dari kitab Jataka dan kitab
Ramayana.
Kemudian salah satu kitab sastra India yang dapat dipercaya, yakni
Kitab Mahaniddesa. Isinya menjelaskan bahwa masyarakat India telah
mengenal beberapa tempat di Indonesia pada abad ke-3 Masehi.
Sementara itu, kitab Geograpihike yang ditulis pada abad ke-2 juga
menyebutkan bahwa ada hubungan dagang antara India dan
Indonesia.
Berdasarkan dua keterangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh para
pedagang India. Adapun hubungan dagang tersebut terjadi secara
intensif mulai abad ke 2-3 Masehi.
Namun secara garis besar, para peneliti membagi proses masuknya
agama dan budaya Hindu Buddha menjadi dua bagian. Pendapat
pertama bertolak dari anggapan bahwa bangsa Indonesia berlaku
pasif dalam proses masuknya agama Hindu Buddha.
Pihak yang pendukung konsep pertama ini selalu menganggap bahwa
telah terjadi kolonisasi oleh orang-orang India. Teori pada konsep
pertama meliputi Teori Brahmana, Teori Ksatria, Waisya, dan Sudra.
Sedangkan konsep kedua yang muncul lebih akhir memberikan
peranan aktif ke bangsa Indonesia. Teori yang mendasari konsep
kedua ini adalah Teori Arus Balik.
Agar memahami maksud dari proses dan lima teori masuknya Hindu-
Buddha ke Indonesia, simak tiap penjelasan teori tersebut di bawah
ini. Berikut uraian lengkap teori masuknya Hindu Buddha ke
Indonesia.
1. Teori Brahmana
Menurut buku Sejarah 2 SMA Kelas XI karya Sardiman, berdasarkan
teori ini para Brahmana seperti ahli ulama, ahli hukum, ahli kitab
suci, dan sarjana sastra serta filsafat berperan membawa kebudayaan
India ke Indonesia.
Menurut Van Leur, para penguasa mengundang para Brahmana dari
India untuk dapat bertemu dengan orang-orang India yang memiliki
taraf yang sama dan untuk meningkatkan kondisi negerinya. Dalam
proses interaksi tersebut, para brahmana memperkenalkan
kebudayaan yang berasal dari golongan mereka (brahmana).
Ini didasarkan pada peninggalan kerajaan bercorak Hindu-Buddha,
terutama prasasti-prasasti yang menggunakan bahasa Sanskerta dan
huruf Palawa. Di India, bahasa Sanskerta hanya digunakan dalam
kitab suci dan upacara keagamaan. Hanya golongan Brahmana yang
menguasai penggunaan bahasa tersebut.
2. Teori Ksatria
Teori ini dikemukakan oleh C.C. Berg dan Mookerji. Para pendukung
teori ksatria beranggapan bahwa agama Hindu dibawa ke Indonesia
oleh para ksatria, yakni golongan bangsawan dan prajurit perang.
Menyadur dari buku Sejarah Indonesia Paket C Tingkatan V Modul
Tema 3 karya Nur Khosiah, saat itu persoalan politik terus
berlangsung di India sehingga mengakibatkan beberapa pihak yang
kalah dalam peperangan terdesak.
Para ksatria yang kalah akhirnya mencari tempat lain sebagai
pelarian, salah satunya ke wilayah nusantara.
Di Indonesia mereka kemudian mendirikan koloni dan kerajaan-
kerajaan barunya yang bercorak Hindu dan Buddha. Merekalah yang
kemudian menjadi nenek moyang dinasti-dinasti Hindu-Buddha di
Indonesia.
Teori Sudra
Menurut teori ini, kaum Sudra merupakan golongan yang dipandang
rendah dalam masyarakat India. Teori ini dikemukakan oleh Van
Faber.
Teori Sudra beranggapan bahwa agama dan kebudayaan Hindu
dibawa oleh golongan Sudra atau budak yang datang ke Indonesia
untuk memperbaiki taraf hidupnya.
Mereka menetap dan terjadilah asimilasi dan akulturasi dengan
penduduk sekitar. Lambat laun masyarakat Indoneisa yang pada
awalnya memeluk Animisme dan Dinamisme berganti jadi memeluk
agama Hindu atau Buddha.
Teori Waisya

Perbesar

Ilustrasi sejarah masuknya HIndu Buddha ke nusantara melalui perdagangan. Foto:


Mariamichelle via Pixabay
Teori Waisya dicetuskan oleh N.J. Krom. Menurutnya kebudayaan
India masuk ke Indonesia dibawa oleh kasta Waisya, terutama para
pedagang.
Kaum Waisya yang berdagang ke Nusantara berlayar mengikuti angin.
Jika angin tidak memungkinkan untuk kembali, mereka akan
menetap sementara waktu.
Para pedagang juga menjalin hubungan baik dengan para penguasa
pribumi agar perdagangan berjalan lancar. Dalam proses itulah terjadi
komunikasi dan secara perlahan para pedagang turut menyebarkan
budaya dan agama Hindu ke tengah-tengah masyarakat.
Mengutip buku Sejarah Indonesia Paket C Tingkatan V, di wilayah
Indonesia barat, sampai sekarang masih ada suatu perkampungan,
yaitu “Kampung Keling” yang merupakan tempat para pedagang-
pedagang dari India menetap di Indonesia.
Teori Arus Balik

Perbesar

Umat Hindu mengikuti upacara Melasti di Pura Agung Jagat Karana. Foto: ANTARA
FOTO/Didik Suhartono
Menurut F.D.K. Bosch, masyarakat Indonesia tidak hanya menerima
pengetahuan agama dari orang asing yang datang. Kebudayaan Hindu
yang masuk ke Indonesia itu berdasarkan atas inisiatif dari bangsa
Indonesia sendiri.
Sebab banyak orang dari Nusantara yang sengaja datang ke India
untuk berziarah dan belajar agama Hindu-Buddha. Di pengembaraan,
mereka mendirikan sebuah organisasi yang sering disebut sanggha.
Setelah kembali di Indonesia, akhirnya mereka menyebarkan kembali
ajaran yang telah didapatkan di India. Prof. Dr. Sutjipto Wiljo Suparto
mengemukakan bahwa raja-raja yang tercantum dalam prasasti
bukanlah orang India, melainkan orang Indonesia sendiri.
Sejarah Nusantara pada Era Kerajaan Hindu Buddha berkembang karena hubungan dagang
wilayah Nusantara dengan negara-negara dari luar, seperti India, Tiongkok, dan wilayah Timur
Tengah. Agama Hindu masuk ke Indonesia pada periode tarikh Masehi. Agama ini dibawa oleh para
musafir dari India yang bernama Maha Resi Agastya. Maha Resi agastya ini di Jawa terkenal
dengan nama Batara Guru atau Dwipayana.[1] Ajaran Hindu yang berkembang di beberapa tempat di
Nusantara disebut dengan aliran Waiṣṇawa, yaitu suatu ajaran yang memuja Dewa Wiṣṇu sebagai
dewa utama. Ajaran ini dianut oleh kelompok-kelompok masyarakat di Situs Kota Kapur, Bangka,
Situs Cibuaya, Situs Karawang dan Situs Muarakaman, Kutai (pada sekitar abad ke- 5-7 M). Bukti
adanya Agama Hindu tampak pada prasasti Tuk Mas yang ditemukan di Desa Lebak, Kecamatan
Grabag, Magelang, Jawa Tengah, di lereng Gunung Merbabu yang diperkirakan berasal dari
pertengahan abad ke-7 M.
Dalam ajaran Buddha, diketahui dianut oleh kelompok masyarakat Nusantara tepatnya di
Situs Batujaya, Situs Bukit Siguntang di Sumatera Selatan, dan Situs Batu Pait di Kalimantan Barat
pada sekitar abad ke-6-7 M.[2] Proses penyebaran agama Buddha dilakukan oleh para Dharmaduta
yang bertugas untuk menyebarkan Dharma atau ajaran Buddha ke seluruh dunia. Penyebaran
agama Buddha di Indonesia dilakukan oleh bangsa Indonesia sendiri yang belajar di India dan
menjadi Bhiksu kemudian menyebarkan ajarannya di Nusantara. Untuk di daerah pulau Jawa,
agama Buddha datang pada Abad ke-5 yang disebarkan oleh pangeran Khasmir
(bernama Gunadharma). Pada abad ke-9, penyebaran Agama Buddha dilakukan oleh pendeta-
pendeta dari wilayah India yaitu Gaudidwipa (benggala) dan Gujaradesa (Gujarat). Bukti tertua
adanya pengaruh Buddha India di Indonesia adalah dengan ditemukannya Arca Buddha dari
perunggu di Sempaga, Sulawesi Selatan. Antara abad ke 4 hingga abad ke 16 di berbagai wilayah
nusantara berdiri berbagai kerajaan yang bercorak agama Hindu dan Buddha. [3]
Sejak masuknya agama Hindu dan Buddha, masyarakat prasejarah Nusantara yang sebelumnya
memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme beralih memeluk agama Hindu dan Buddha

Eksistensi kerajaan Hindu-Buddha


Agama Buddha pertama kali masuk ke Nusantara sekitar pada abad ke-2 Masehi. Hal tersebut
dibuktikan dengan penemuan patung Buddha dari perunggu di daerah Jember dan Sulawesi
Selatan. Pengenalan agama Buddha di Nusantara berasal dari laporan seorang
pengelana Cina bernama Fa Hsien pada awal abad ke 5 Masehi. [4] Pada abad ke-4 di Jawa Barat
terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha, yaitu kerajaan Tarumanagara.[5] Kemudian
dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16. Selain Kerajaan Tarumanagara dan
Kerajaan Sunda, masih banyak pula kerajaan lain bercorak Hindu-Buddha, seperti
Kerajaan Mataram Kuno.[6]
Selanjutnya, muncul dua kerajaan besar, yakni Kedatuan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit. Pada
masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra.
[7]
 Pada sekitar tahun 670 M, Penjelajah Tiongkok yang bernama I-Tsing mengunjungi ibu kota
daerah Palembang. Pada puncak kejayaannya, kekuasaan Sriwijaya mencapai daerah Jawa
Tengah dan Kamboja. Pada abad ke-14 terdapat satu kerajaan Hindu di Jawa Timur yang bernama
Kerajaan Majapahit. Antara tahun 1331-1364, Patih Majapahit yang bernama Gajah Mada berhasil
memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir
seluruh Semenanjung Melayu.

Warisan kebudayaan Hindu-Buddha[sunting | sunting sumber]


Sebelum masuknya kebudayaan Hindu-Buddha, masyarakat prasejarah Nusantara telah memiliki
kebudayaan yang cukup maju. Selanjutnya, warisan dari Kerajaan Hindu dan Buddha yang pernah
ada di Nusantara membentuk berbagai inspirasi hasil karya budaya di Nusantara. Salah satu
contohnya ialah karya sastra India yang dibawa ke Indonesia,
yakni wiracarita Ramayana, Mahabarata, dan karya sastra lainnya. Adanya kedua kitab itu juga
memacu beberapa pujangga Nusantara untuk menghasilkan karyanya sendiri, seperti Empu
Dharmaja dari kerajaan Kediri yang menyusun Kitab Smaradhahana, Empu Sedah dan Empu
Panuluh dari kerajaan Kediri yang menelurkan karya Kitab Bharatayuda, Empu Tanakung yang
membuat Kirab Lubdaka, Empu Kanwa yang memiliki karya Kitab Arjunawiwaha, Empu Triguna
dengan Kitab Kresnayana-nya, Empu Panuluh yang menulis Kitab Gatotkacasraya, Empu Tantular
yang membuat Kitab Kitab Sotasoma, dan Empu Prapanca yang masyhur dengan magnum
opusnya yang berjudul Kitab Negarakertagama.[8]Dengan demikian, cerita dari karya sastra yang
muncul pada masa Hindu Buddha ini menjadi sumber inspirasi bagi pewayangan Indonesia.
Selain karya sastra, sistem politik dan pemerintahan pun diperkenalkan oleh orang-orang India dan
membuat masyarakat yang pada awalnya hidup dalam kelompok-kelompok kecil menjadi bersatu
dan membentuk sebuah kekuasaan yang lebih besar dengan pemimpin tunggal berupa
seorang raja. Karena pengaruh hal ini, beberapa kerajaan Hindu-Buddha seperti Kedatuan
Sriwijaya, Kerajaan Majapahit, Tarumanegara, dan Kutai akhirnya dapat muncul di Nusantara. [9]
Tidak hanya karya sastra dan sistem politik saja yang berkembang pada masa Hindu Buddha di
Nusantara, banyak pula hasil karya manusia masa lalu yang menandakan sejarah berkembangnya
Hindu-Buddha di Nusantara. Beberapa di antaranya ialah adanya alat-alat dan benda sarana ritual
yang salah satunya berbentuk arca yang memiliki beberapa bentuk yang dapat dikenali dari
beberapa tanda khusus (laksana), posisi atau sikap tertentu, dan wahana atau binatang yang
dianggap menjadi kendaraan seorang dewa.[10]

Runtuhnya era kerajaan Hindu-Buddha


Masuknya ajaran Islam pada sekitar abad ke-12 Masehi melahirkan kerajaan-kerajaan bercorak
Islam yang ekspansionis, seperti Samudera Pasai, Aceh, Jambu Lipo, dan Kepaksian Paksi Pak
di Sumatra serta Kerajaan Demak di Jawa.[11] Munculnya kerajaan-kerajaan tersebut, secara
perlahan-lahan mengakhiri kejayaan Sriwijaya dan Majapahit, sekaligus menandai akhir dari era
Hindu-Buddha ini.

Kronologi
 101 - Penempatan Lembah Bujang/Candi Lembah Bujang yang menggunakan aksara Sanskrit
Pallava membuktikan hubungan Nusantara dengan India di Sungai Batu. [12]
 300 - Kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara telah melakukan hubungan dagang dengan India.
Hubungan dagang ini mulai intensif pada abad ke-2 M. Memperdagangkan barang-barang
dalam pasaran internasional misalnya: logam mulia, perhiasan, kerajinan, wangi-wangian, obat-
obatan. Dari sebelah timur Indonesia diperdagangkan kayu cendana, kapur barus, cengkih.
Hubungan dagang ini memberi pengaruh yang besar dalam masyarakat Indonesia, terutama
dengan masuknya ajaran Hindu dan Budha, pengaruh lainnya terlihat pada sistem
pemerintahan.
 300 - Telah dilakukannya hubungan pelayaran niaga yang melintasi Tiongkok. Dibuktikan
dengan perjalanan dua pendeta Budha yaitu Fa Shien dan Gunavarman. Hubungan dagang ini
telah lazim dilakukan, barang-barang yang diperdagangkan kemenyan, kayu cendana, hasil
kerajinan.
 400 - Hindu dan Budha telah berkembang di Indonesia dilihat dari sejarah kerajaan-kerajaan
dan peninggalan-peninggalan pada masa itu antara lain prasasti, candi, patung dewa, seni ukir,
barang-barang logam. Keberadaan kerajaan Tarumanagara diberitakan oleh orang Cina.
 603 : Kerajaan Malayu berdiri di hilir Batang Hari. Kerajaan ini merupakan konfederasi dari para
pedagang-pedagang yang berasal dari pedalaman Minangkabau. Tahun 683, Malayu runtuh
oleh serangan Sriwijaya.
 671 : Seorang pendeta Budha dari Tiongkok, bernama I-Tsing berangkat dari Kanton ke India.
Ia singgah di Sriwijaya untuk belajar tata bahasa Sanskerta, kemudian ia singgah di Malayu
selama dua bulan, dan baru melanjutkan perjalanannya ke India.
 685 - I-Tsing kembali ke Sriwijaya, disini ia tinggal selama empat tahun untuk
menterjemahkan kitab suci Budha dari bahasa Sanskerta ke dalam bahasa Tionghoa.
 692 - Salah satu kerajaan Budha di Indonesia yaitu Sriwijaya tumbuh dan berkembang menjadi
pusat perdagangan yang dikunjungi oleh pedagang Arab, Parsi, dan Tiongkok. Yang
diperdagangkan antara lain tekstil, kapur barus, mutiara, rempah-rempah, emas, perak. Wilayah
kekuasaannya meliputi Sumatra, Semenanjung Malaya, Kamboja, dan Jawa. Sriwijaya juga
menguasai jalur perdagangan Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut China Selatan. Dengan
penguasaan ini, Sriwijaya mengontrol lalu lintas perdagangan antara Tiongkok dan India,
sekaligus menciptakan kekayaan bagi kerajaan.
 760: Kerajaan Kanjuruhan, kerajaan pertama di Jawa Timur berdiri di dekat daerah Kota
Malang sekarang. Sumber sejarahnya didapatkan dari prasasti Dinoyo yang ditemukan
di Malang. Raja pertamanya bernama Dewashimha yang kemudian digantikan oleh puteranya,
setelah meninggal bernama Limwa, atau yang lebih dikenal dengan nama Gajayana. [13]
 922 : Dari sebuah laporan tertulis diketahui seorang musafir Tiongkok telah datang kekerajaan
Kahuripan di Jawa Timur dan maharaja Jawa telah menghadiahkan pedang pendek berhulu
gading berukur pada kaisar Tiongkok.
 932 - Restorasi kekuasaan Kerajaan Sunda. Hal ini muncul melalui Prasasti Kebon Kopi II yang
bertanggal 854 Saka atau 932 Masehi. [14]
 1292 - Musafir Venesia, Marco Polo singgah di bagian utara Sumatra dalam perjalanan
pulangnya dari Tiongkok ke Persia melalui laut. Marco Polo berpendapat
bahwa Perlak merupakan sebuah kota Islam.
 1292 : Raden Wijaya, atas izin Jayakatwang, membuka hutan tarik menjadi permukiman yang
disebut Majapahit. Nama ini berasal dari pohon Maja yang berbuah pahit di tempat ini. [15]
 1293 - Raden Wijaya memanfaatkan tentara Mongol untuk menggulingkan Jayakatwang di
Kediri. Memukul mundur tentara Mongol, lalu ia naik takhta sebagai raja Majapahit pertama
pada 12 November.[15]
 1293 - 1478: Kota Majapahit menjadi pusat kemaharajaan yang pengaruhnya membentang dari
Sumatra ke Papua, kecuali Sunda dan Madura. Kawasan urban yang padat dihuni oleh populasi
yang kosmopolitan dan menjalankan berbagai macam pekerjaan. Kitab Negarakertagama
menggambarkan keluhuran budaya Majapahit dengan cita rasa yang halus dalam seni, sastra,
dan ritual keagamaan.[15]
 1345-1346 : Musafir Maroko, Ibn Battuta melewati Samudra dalam perjalanannya ke dan dari
Tiongkok. Diketahui juga bahwa Samudra merupakan pelabuhan yang sangat penting, tempat
kapal-kapal dagang dari India dan Tiongkok. Ibn Battuta mendapati bahwa penguasa Samudra
adalah seorang pengikut Mahzab Syafi'i salah satu ajaran dalam Islam.
 1350-1389 - Puncak kejayaan Majapahit dibawah pimpinan raja Hayam Wuruk dan
patihnya Gajah Mada. Majapahit menguasai seluruh kepulauan di asia tenggara bahkan jazirah
Malaya sesuai dengan "Sumpah Palapa" yang menyatakan bahwa Gajah Mada
menginginkan Nusantara bersatu.
 1478 Majapahit runtuh akibat serangan Demak. Kota ini berangsur-angsur ditinggalkan
penduduknya, tertimbun tanah, dan menjadi hutan jati. [15]
 1570 - Pajajaran, ibu kota Kerajaan Hindu terakhir di pulau Jawa dihancurkan oleh Kesultanan
Banten.

Kerajaan Hindu-Buddha[sunting | sunting sumber]


Kerajaan Hindu-Buddha di Kalimantan[sunting | sunting sumber]
 Kerajaan Kutai merupakan kerajaan tertua bercorak Hindu di Indonesia. [16] Kerajaan ini terletak
di Kalimanan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam.
 Kerajaan Sribangun (Buddha)
 Kerajaan Wijayapura
 Kerajaan Bakulapura
 Kerajaan Brunei Buddha
 Kerajaan Kuripan
 Kerajaan Negara Dipa
 Kerajaan Negara Daha
Kerajaan Hindu-Buddha di Jawa[sunting | sunting sumber]
 Kerajaan Tarumanegara (358-669)
 Kerajaan Sunda Galuh (669-1482)
 Kerajaan Kalingga
 Kerajaan Kanjuruhan
 Kerajaan Mataram Hindu (732-1016)
 Kerajaan Kahuripan
 Kerajaan Janggala
 Kerajaan Kadiri (1042 - 1222)
 Kerajaan Singasari (1222-1292)
 Kerajaan Majapahit (1292-1527)
Kerajaan Hindu-Buddha di Sumatra[sunting | sunting sumber]
 Kerajaan Malayu Dharmasraya (1183-1347)
 Kedatuan Sriwijaya (600-1300)

Anda mungkin juga menyukai