Indonesia
Perbesar
Perbesar
Perbesar
Perbesar
Umat Hindu mengikuti upacara Melasti di Pura Agung Jagat Karana. Foto: ANTARA
FOTO/Didik Suhartono
Menurut F.D.K. Bosch, masyarakat Indonesia tidak hanya menerima
pengetahuan agama dari orang asing yang datang. Kebudayaan Hindu
yang masuk ke Indonesia itu berdasarkan atas inisiatif dari bangsa
Indonesia sendiri.
Sebab banyak orang dari Nusantara yang sengaja datang ke India
untuk berziarah dan belajar agama Hindu-Buddha. Di pengembaraan,
mereka mendirikan sebuah organisasi yang sering disebut sanggha.
Setelah kembali di Indonesia, akhirnya mereka menyebarkan kembali
ajaran yang telah didapatkan di India. Prof. Dr. Sutjipto Wiljo Suparto
mengemukakan bahwa raja-raja yang tercantum dalam prasasti
bukanlah orang India, melainkan orang Indonesia sendiri.
Sejarah Nusantara pada Era Kerajaan Hindu Buddha berkembang karena hubungan dagang
wilayah Nusantara dengan negara-negara dari luar, seperti India, Tiongkok, dan wilayah Timur
Tengah. Agama Hindu masuk ke Indonesia pada periode tarikh Masehi. Agama ini dibawa oleh para
musafir dari India yang bernama Maha Resi Agastya. Maha Resi agastya ini di Jawa terkenal
dengan nama Batara Guru atau Dwipayana.[1] Ajaran Hindu yang berkembang di beberapa tempat di
Nusantara disebut dengan aliran Waiṣṇawa, yaitu suatu ajaran yang memuja Dewa Wiṣṇu sebagai
dewa utama. Ajaran ini dianut oleh kelompok-kelompok masyarakat di Situs Kota Kapur, Bangka,
Situs Cibuaya, Situs Karawang dan Situs Muarakaman, Kutai (pada sekitar abad ke- 5-7 M). Bukti
adanya Agama Hindu tampak pada prasasti Tuk Mas yang ditemukan di Desa Lebak, Kecamatan
Grabag, Magelang, Jawa Tengah, di lereng Gunung Merbabu yang diperkirakan berasal dari
pertengahan abad ke-7 M.
Dalam ajaran Buddha, diketahui dianut oleh kelompok masyarakat Nusantara tepatnya di
Situs Batujaya, Situs Bukit Siguntang di Sumatera Selatan, dan Situs Batu Pait di Kalimantan Barat
pada sekitar abad ke-6-7 M.[2] Proses penyebaran agama Buddha dilakukan oleh para Dharmaduta
yang bertugas untuk menyebarkan Dharma atau ajaran Buddha ke seluruh dunia. Penyebaran
agama Buddha di Indonesia dilakukan oleh bangsa Indonesia sendiri yang belajar di India dan
menjadi Bhiksu kemudian menyebarkan ajarannya di Nusantara. Untuk di daerah pulau Jawa,
agama Buddha datang pada Abad ke-5 yang disebarkan oleh pangeran Khasmir
(bernama Gunadharma). Pada abad ke-9, penyebaran Agama Buddha dilakukan oleh pendeta-
pendeta dari wilayah India yaitu Gaudidwipa (benggala) dan Gujaradesa (Gujarat). Bukti tertua
adanya pengaruh Buddha India di Indonesia adalah dengan ditemukannya Arca Buddha dari
perunggu di Sempaga, Sulawesi Selatan. Antara abad ke 4 hingga abad ke 16 di berbagai wilayah
nusantara berdiri berbagai kerajaan yang bercorak agama Hindu dan Buddha. [3]
Sejak masuknya agama Hindu dan Buddha, masyarakat prasejarah Nusantara yang sebelumnya
memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme beralih memeluk agama Hindu dan Buddha
Kronologi
101 - Penempatan Lembah Bujang/Candi Lembah Bujang yang menggunakan aksara Sanskrit
Pallava membuktikan hubungan Nusantara dengan India di Sungai Batu. [12]
300 - Kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara telah melakukan hubungan dagang dengan India.
Hubungan dagang ini mulai intensif pada abad ke-2 M. Memperdagangkan barang-barang
dalam pasaran internasional misalnya: logam mulia, perhiasan, kerajinan, wangi-wangian, obat-
obatan. Dari sebelah timur Indonesia diperdagangkan kayu cendana, kapur barus, cengkih.
Hubungan dagang ini memberi pengaruh yang besar dalam masyarakat Indonesia, terutama
dengan masuknya ajaran Hindu dan Budha, pengaruh lainnya terlihat pada sistem
pemerintahan.
300 - Telah dilakukannya hubungan pelayaran niaga yang melintasi Tiongkok. Dibuktikan
dengan perjalanan dua pendeta Budha yaitu Fa Shien dan Gunavarman. Hubungan dagang ini
telah lazim dilakukan, barang-barang yang diperdagangkan kemenyan, kayu cendana, hasil
kerajinan.
400 - Hindu dan Budha telah berkembang di Indonesia dilihat dari sejarah kerajaan-kerajaan
dan peninggalan-peninggalan pada masa itu antara lain prasasti, candi, patung dewa, seni ukir,
barang-barang logam. Keberadaan kerajaan Tarumanagara diberitakan oleh orang Cina.
603 : Kerajaan Malayu berdiri di hilir Batang Hari. Kerajaan ini merupakan konfederasi dari para
pedagang-pedagang yang berasal dari pedalaman Minangkabau. Tahun 683, Malayu runtuh
oleh serangan Sriwijaya.
671 : Seorang pendeta Budha dari Tiongkok, bernama I-Tsing berangkat dari Kanton ke India.
Ia singgah di Sriwijaya untuk belajar tata bahasa Sanskerta, kemudian ia singgah di Malayu
selama dua bulan, dan baru melanjutkan perjalanannya ke India.
685 - I-Tsing kembali ke Sriwijaya, disini ia tinggal selama empat tahun untuk
menterjemahkan kitab suci Budha dari bahasa Sanskerta ke dalam bahasa Tionghoa.
692 - Salah satu kerajaan Budha di Indonesia yaitu Sriwijaya tumbuh dan berkembang menjadi
pusat perdagangan yang dikunjungi oleh pedagang Arab, Parsi, dan Tiongkok. Yang
diperdagangkan antara lain tekstil, kapur barus, mutiara, rempah-rempah, emas, perak. Wilayah
kekuasaannya meliputi Sumatra, Semenanjung Malaya, Kamboja, dan Jawa. Sriwijaya juga
menguasai jalur perdagangan Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut China Selatan. Dengan
penguasaan ini, Sriwijaya mengontrol lalu lintas perdagangan antara Tiongkok dan India,
sekaligus menciptakan kekayaan bagi kerajaan.
760: Kerajaan Kanjuruhan, kerajaan pertama di Jawa Timur berdiri di dekat daerah Kota
Malang sekarang. Sumber sejarahnya didapatkan dari prasasti Dinoyo yang ditemukan
di Malang. Raja pertamanya bernama Dewashimha yang kemudian digantikan oleh puteranya,
setelah meninggal bernama Limwa, atau yang lebih dikenal dengan nama Gajayana. [13]
922 : Dari sebuah laporan tertulis diketahui seorang musafir Tiongkok telah datang kekerajaan
Kahuripan di Jawa Timur dan maharaja Jawa telah menghadiahkan pedang pendek berhulu
gading berukur pada kaisar Tiongkok.
932 - Restorasi kekuasaan Kerajaan Sunda. Hal ini muncul melalui Prasasti Kebon Kopi II yang
bertanggal 854 Saka atau 932 Masehi. [14]
1292 - Musafir Venesia, Marco Polo singgah di bagian utara Sumatra dalam perjalanan
pulangnya dari Tiongkok ke Persia melalui laut. Marco Polo berpendapat
bahwa Perlak merupakan sebuah kota Islam.
1292 : Raden Wijaya, atas izin Jayakatwang, membuka hutan tarik menjadi permukiman yang
disebut Majapahit. Nama ini berasal dari pohon Maja yang berbuah pahit di tempat ini. [15]
1293 - Raden Wijaya memanfaatkan tentara Mongol untuk menggulingkan Jayakatwang di
Kediri. Memukul mundur tentara Mongol, lalu ia naik takhta sebagai raja Majapahit pertama
pada 12 November.[15]
1293 - 1478: Kota Majapahit menjadi pusat kemaharajaan yang pengaruhnya membentang dari
Sumatra ke Papua, kecuali Sunda dan Madura. Kawasan urban yang padat dihuni oleh populasi
yang kosmopolitan dan menjalankan berbagai macam pekerjaan. Kitab Negarakertagama
menggambarkan keluhuran budaya Majapahit dengan cita rasa yang halus dalam seni, sastra,
dan ritual keagamaan.[15]
1345-1346 : Musafir Maroko, Ibn Battuta melewati Samudra dalam perjalanannya ke dan dari
Tiongkok. Diketahui juga bahwa Samudra merupakan pelabuhan yang sangat penting, tempat
kapal-kapal dagang dari India dan Tiongkok. Ibn Battuta mendapati bahwa penguasa Samudra
adalah seorang pengikut Mahzab Syafi'i salah satu ajaran dalam Islam.
1350-1389 - Puncak kejayaan Majapahit dibawah pimpinan raja Hayam Wuruk dan
patihnya Gajah Mada. Majapahit menguasai seluruh kepulauan di asia tenggara bahkan jazirah
Malaya sesuai dengan "Sumpah Palapa" yang menyatakan bahwa Gajah Mada
menginginkan Nusantara bersatu.
1478 Majapahit runtuh akibat serangan Demak. Kota ini berangsur-angsur ditinggalkan
penduduknya, tertimbun tanah, dan menjadi hutan jati. [15]
1570 - Pajajaran, ibu kota Kerajaan Hindu terakhir di pulau Jawa dihancurkan oleh Kesultanan
Banten.