Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terletak di jalur perdagangan dunia membuat Indonesia banyak disinggahi oleh para
pedagang asing. Mayoritas pedagang yang datang ke Indonesia berasal dari Cina, India,
dan Arab. Tidak hanya sekadar berdagang, para pedagang tersebut juga menetap dalam
waktu cukup lama. Dari hubungan itulah secara tidak langsung, pengaruh agama Hindu
dan Budha mulai masuk ke tanah air.
Agama Hindu-Budha memberikan banyak pengaruh diberbagai sisi, salah satunya pada
sisi budaya. Lahir berbagai karya arsitektur, sastra, seni ukir, dan seni wayang yang
kental dengan nuansa Hindu-Budha. Maka tidak mengherankan, bila terdapat banyak
sekali bangunan candi yang tersebar di Indonesia.
Dengan keadaan yang semacam ini tentu akan menimbulkan pola dan ragam kehidupan
yang berbeda-beda, antara lain: berbeda bahasa daerah, berbeda adat istiadat dan
kebudayaan, berbeda suku, dan terutama berbeda agama. Salah satu ciri khusus dari
penduduk Indonesia yaitu, gotong-royong, ramah tamah, dan suka bermusyawarah dalam
berbagai masalah.
Kehidupan beragama dikalangan bangsa Indonesia dalam bentuknya yang sederhana,
telah tumbuh dan berakar semenjak dahulu dan agama pada dasarnya memberikan
pengaruh dalam kehidupan masyarakat serta individu sehingga menimbulkan
kepercayaan, mental atau perilaku tertentu.
Peninggalan peradaban kebudayaan manusia di Indonesia sangat banyak tetapi yang
dapat dijadikan sebagai data arkeologis sangat terbatas, salah satunya adalah relief yang
terdapat pada bangunan candi. Relief pada candi sebagai salah satu peninggalan masa
lampau dapat dijadikan data arkeologis yang dapat mengungkap tujuan arkeologi. Pada
candi Hindu-Buddha di Indonesia, terdapat berbagai ragam hias, dan candi merupakan
bangunan suci dari peradaban Hindu-Buddha yang berfungsi sebagai tempat ibadah.
Sejarah candi di Indonesia baru dapat dimulai sejak masuknya pengaruh India di
Indonesia. Namun pembangunan candi-candi di Indonesia tidaklah begitu saja mencontoh

1
gaya dan model candi yang ada di India, melainkan merancang model tersendiri untuk
Indonesia.
B. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini mempunyai berbagai rumusan masalah yaitu sebagai berikut:

1) Bagaimana awal mula tersebarnya peradaban kebudayaan Hindhu-Buddha di


Indonesia?
2) Nama candi-candi bercorak Hindhu-Buddha yang berada di Indonesia
3) Bagaimanakah Perbedaan Arsitektur dari candi yang bercorak Hindhu dan Buddha?
4) Apa sajakah jenis-jenis dan fungsi candi?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui dan memahami secara lebih tentang awal mula masuk dan
berkembangnya peradaban kebudayaan Hindhu-Buddha di Indonesia.
2) Untuk mengetahui candi-candi peninggalan peradaban Hindhu-Bunddha yang berada
di Indonesia.
3) Untuk mengetahui secara lebih tentang perbedaan Arsitektur dari candi yang bercorak
Hindu dan Buddha.
4) Untuk mengetahui dan memahami secara lebih tentang jenis-jenis dan fungsi dari
candi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah awal Perkembangan Hindu-Buddha di Indonesia.


Agama Hindu dan Buddha pada awalnya berkembang di India. Setelah itu, barulah
menyebar ke negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Masuknya Hindu dan Buddha
di nusantara dimulai pada awal masehi, melalui jalur perdagangan. Hal ini dipengaruhi
oleh posisi Indonesia yang sangat srategis dalam bidang pelayaran dan perdagangan.
Melalui hubungan perdagangan, muncul pengaruh bagi kedua belah pihak dan terjadilah
akulturasi kebudayaan. Candi Hindu maupun Buddha pada dasarnya merupakan
perwujudan akulturasi budaya lokal dengan budaya India. Masuknya agama Hindu dan
Buddha di Indonesia kemudian memunculkan pembaruan besar. Misalnya berakhirnya
zaman prasejarah Indonesia dan perubahan dari kepercayaan kuno (animisme dan
dinamisme) menjadi kehidupan beragama yang memuja Tuhan dengan kitab suci.
Kebudayaan Hindu dengan mudah diterima rakyat nusantara karena adanya persamaan
kebudayaan Hindu dengan kebudayaan nusantara. Mengenai siapa yang membawa atau
menyebarkan agama Hindu - Budha ke Indonesia, tidak dapat diketahui secara pasti,
walaupun demikian para ahli memberikan pendapat tentang proses masuknya agama
Hindu - Budha atau kebudayaan India ke Indonesia.
TEORI MASUKNYA HINDU BUDHA DI INDONESIA
a. Teori Brahmana

Dengan melihat unsur-unsur budaya India yang berpengaruh ke Indonesia, J.C. van Leur
mengutarakan bahwa kaum brahmana sangat berperan dalam penyebaran agama dan
kebudayaan Hindu ke Indonesia. Mereka datang atas undangan para penguasa Indonesia.
Kaum brahmana diundang ke Indonesia untuk melakukan upacara khusus menjadikan
seseorang menjadi pemeluk Hindu yang disebut vratyasoma.

b. Teori Ksatria

Teori ini dikemukakan oleh F.D.K. Bosch. Ia menyatakan bahwa adanya raja-raja dari
India yang datang menaklukan daerah-daerah tertentu di Indonesia telah mengakibatkan
penghinduan penduduk setempat. Terhadap teori ksatria, van Leur mengajukan

3
keberatan. Menurutnya, jika memang raja-raja India pernah menaklukan daerah di
Indonesia, maka hal itu akan dicatat dalam sumber-sumber sejarah baik di India maupun
di Indonesia. Raja-raja India biasanya membangun sebuah tugu kemenangan yang
disebut jayastamba.

c. Teori Waisya

Menurut N.J. Krom, golongan pedagang dari kasta waisya merupakan golongan terbesar
yang dtang ke Indonesia. Mereka menetap di Indonesia dan kemudian memegang peran
penting dalam proses penyebaran kebudayaan India.

d. Teori Sudra

Teori ini menyatakan bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh kasta sudra.
Mereka datang ke Indonesia dengan tujuan mengubah kehidupan karena di India mereka
hanya hidup sebagai pekerja kasar dan budak.

e. Teori campuran

Teori ini beranggapan bahwa baik kaum brahmana, ksatria, para pedagang, maupun
golongan sudra bersama-sama menyebarkan agama Hindu ke Indonesia sesuai dengan
peran masing-masing.

B. Pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia.


1. Bahasa

Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa
Sansekerta yang dapat Anda temukan sampai sekarang dimana bahasa Sansekerta
memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia.

Penggunaan bahasa Sansekerta pada awalnya banyak ditemukan pada prasasti (batu
bertulis) peninggalan kerajaan Hindu - Budha pada abad 5 - 7 M, contohnya prasasti
Yupa dari Kutai, prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara.

Tetapi untuk perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta di gantikan oleh bahasa


Melayu Kuno seperti yang ditemukan pada prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya 7 - 13
M. Untuk aksara, dapat dibuktikan adanya penggunaan huruf Pallawa, kemudian

4
berkembang menjadi huruf Jawa Kuno (kawi) dan huruf (aksara) Bali dan Bugis. Hal ini
dapat dibuktikan melalui Prasasti Dinoyo (Malang) yang menggunakan huruf Jawa Kuno.

2. Religi/Kepercayaan

Sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Budha masuk


ke Indonesia adalah kepercayaan yang berdasarkan pada Animisme dan Dinamisme.
Dengan masuknya agama Hindu - Budha ke Indonesia, masyarakat Indonesia mulai
menganut/mempercayai agama-agama tersebut. Agama Hindu dan Budha yang
berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan animisme
dan dinamisme, atau dengan kata lain mengalami Sinkritisme. Tentu Anda bertanya apa
yang dimaksud dengan Sinkritisme? Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi,
yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu. Untuk itu agama
Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu - Budha
yang dianut oleh masyarakat India. Perbedaaan-perbedaan tersebut dapat Anda lihat
dalam upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau Budha yang ada di Indonesia.
Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, upacara tersebut
tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India.

3. Organisasi Sosial Kemasyarakatan

Wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat di lihat dalam
organisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia setelah
masuknya pengaruh India.

Dengan adanya pengaruh kebudayaan India tersebut, maka sistem pemerintahan yang
berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang raja secara
turun temurun.

Raja di Indonesia ada yang dipuja sebagai dewa atau dianggap keturunan dewa yang
keramat, sehingga rakyat sangat memuja Raja tersebut, hal ini dapat dibuktikan dengan
adanya raja-raja yang memerintah di Singosari seperti Kertanegara diwujudkan sebagai
Bairawa dan R Wijaya Raja Majapahit diwujudkan sebagai Harhari (dewa Syiwa dan
Wisnu jadi satu).

5
Pemerintahan Raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di
India dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah
diterapkan terutama apabila raja tidak mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang
terjadi di kerajaan Majapahit, pada waktu pengangkatan Wikramawardana.Wujud
akulturasi di samping terlihat dalam sistem pemerintahan juga terlihat dalam sistem
kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem kasta.
Sistem kasta menurut kepercayaan Hindu terdiri dari kasta Brahmana (golongan
Pendeta), kasta Ksatria (golongan Prajurit, Bangsawan), kasta Waisya (golongan
pedagang) dan kasta Sudra (golongan rakyat jelata).

Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia tetapi tidak
sama persis dengan kasta-kasta yang ada di India karena kasta India benar-benar
diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia tidak demikian,
karena di Indonesia kasta hanya diterapkan untuk upacara keagamaan.

4. Sistem Pengetahuan

Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu
berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan
satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan tahun masehi
adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654, maka tahun masehinya 654 +
78 = 732 M

Di samping adanya pengetahuan tentang kalender Saka, juga ditemukan perhitungan


tahun Saka dengan menggunakan Candrasangkala. Apakah Anda sebelumnya pernah
mendengar istilah Candrasangkala? Candrasangkala adalah susunan kalimat atau gambar
yang dapat dibaca sebagai angka. Candrasangkala banyak ditemukan dalam prasasti yang
ditemukan di pulau Jawa, dan menggunakan kalimat bahasa Jawa salah satu contohnya
yaitu kalimat Sirna ilang kertaning bhumi apabila diartikan sirna = 0, ilang = 0, kertaning
= 4 dan bhumi = 1, maka kalimat tersebut diartikan dan belakang sama dengan tahun
1400 saka atau sama dengan 1478 M yang merupakan tahun runtuhnya Majapahit.

6
5. Peralatan Hidup dan Teknologi

Salah satu wujud akulturasi dari peralatan hidup dan teknologi terlihat dalam seni
bangunan Candi. Seni bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya
India tetapi keberadaan candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada
di India, karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi perbuatannya
melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab
pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan
bangunan.
Untuk itu dilihat dari bentuk dasar maupun fungsi candi tersebut terdapat perbedaan.
Bentuk dasar bangunan candi di Indonesia adalah punden berundak-undak, yang
merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Megalithikum yang berfungsi sebagai
tempat pemujaan. Sedangkan fungsi bangunan candi itu sendiri di Indonesia sesuai
dengan asal kata candi tersebut. Perkataan candi berasal dari kata Candika yang
merupakan salah satu nama dewi Durga atau dewi maut, sehingga candi merupakan
bangunan untuk memuliakan orang yang telah wafat khususnya raja-raja dan orang-orang
terkemuka.
Di samping itu, dalam bahasa kawi candi berasal dari kata Cinandi artinya yang
dikuburkan. Untuk itu yang dikuburkan didalam candi bukanlah mayat atau abu jenazah
melainkan berbagai macam benda yang menyangkut lambang jasmaniah raja yang
disimpan dalam Pripih.

Dengan demikian fungsi candi Hindu di Indonesia adalah untuk pemujaan terhadap roh
nenek moyang atau dihubungkan dengan raja yang sudah meninggal. Hal ini terlihat dari
adanya lambang jasmaniah raja sedangkan fungsi candi di India adalah untuk tempat
pemujaan terhadap dewa, contohnya seperti candi-candi yang terdapat di kota Benares
merupakan tempat pemujaan terhadap dewa Syiwa.

Candi Singasari adalah salah satu peninggalan kerajaan Singosari yang merupakan
tempat dimuliakannya raja Wisnuwardhana yang memerintah tahun 1248 - 1268.
Dilihat dari candi tersebut, bentuk dasarnya adalah punden berundak- undak dan pada
bagian bawah terdapat kaki candi yang di dalamnya terdapat sumuran candi, di mana di
dalam sumuran candi tersebut tempat menyimpan pripih (lambang jasmaniah raja

7
Wisnuwardhana).
Untuk candi yang bercorak Budha fungsinya sama dengan di India yaitu untuk memuja
Dyani Bodhisattwa yang dianggap sebagai perwujudan dewa.
Candi Borobudur adalah candi Budha yang terbesar sehingga merupakan salah satu dari 7
keajaiban dunia dan merupakan salah satu peninggalan kerajaan Mataram dilihat dari 3
tingkatan, pada tingkatan yang paling atas terdapat patung Dyani Budha.Patung-patung
Dyani Budha inilah yang menjadi tempat pemujaan umat Budha. Di samping itu juga
pada bagian atas, juga terdapat atap candi yang berbentuk stupa.

Untuk candi Budha di India hanya berbentuk stupa, sedangkan di Indonesia stupa
merupakan ciri khas atap candi-candi yang bersifat agama Budha. Dengan demikian seni
bangunan candi di Indonesia memiliki kekhasan tersendiri karena Indonesia hanya
mengambil intinya saja dari unsur budaya India sebagai dasar ciptaannya dan hasilnya
tetap sesuatu yang bercorak Indonesia.

6. Kesenian

Wujud akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra dan seni
pertunjukan. Dalam seni rupa contoh wujud akulturasinya dapat dilihat dari relief dinding
candi (gambar timbul), gambar timbul pada candi tersebut banyak menggambarkan suatu
kisah/cerita yang berhubungan dengan ajaran agama Hindu ataupun Budha.

Relief dari candi Borobudur yang menggambarkan Budha sedang digoda oleh Mara yang
menari-nari diiringi gendang. Relief ini mengisahkan riwayat hidup Sang Budha seperti
yang terdapat dalam kitab Lalitawistara. Demikian pula halnya dengan candi-candi
Hindu. Relief-reliefnya yang juga mengambil kisah yang terdapat dalam kepercayaan
Hindu seperti kisah Ramayana yang digambarkan melalui relief candi Prambanan
ataupun candi Panataran.

Dari relief-relief tersebut apabila diamati lebih lanjut, ternyata Indonesia juga mengambil
kisah asli cerita tersebut, tetapi suasana kehidupan yang digambarkan oleh relief tersebut
adalah suasana kehidupan asli keadaan alam ataupun masyarakat Indonesia. Dengan
demikian terbukti bahwa Indonesia tidak menerima begitu saja budaya India, tetapi selalu
berusaha menyesuaikan dengan keadaan dan suasana di Indonesia.

8
Untuk wujud akulturasi dalam seni sastra dapat dibuktikan dengan adanya suatu ceritera/
kisah yang berkembang di Indonesia yang bersumber dari kitab Ramayana yang ditulis
oleh Walmiki dan kitab Mahabarata yang ditulis oleh Wiyasa. Kedua kitab tersebut
merupakan kitab kepercayaan umat Hindu. Tetapi setelah berkembang di Indonesia tidak
sama proses seperti aslinya dari India karena sudah disadur kembali oleh pujangga-
pujangga Indonesia, ke dalam bahasa Jawa kuno. Dan, tokoh-tokoh cerita dalam kisah
tersebut ditambah dengan hadirnya tokoh punokawan seperti Semar, Bagong, Petruk dan
Gareng. Bahkan dalam kisah Bharatayuda yang disadur dari kitab Mahabarata tidak
menceritakan perang antar Pendawa dan Kurawa, melainkan menceritakan kemenangan
Jayabaya dari Kediri melawan Jenggala.

Di samping itu juga, kisah Ramayana maupun Mahabarata diambil sebagai suatu ceritera
dalam seni pertunjukan di Indonesia yaitu salah satunya pertunjukan Wayang. Seni
pertunjukan wayang merupakan salah satu kebudayaan asli Indonesia sejak zaman
prasejarah dan pertunjukan wayang tersebut sangat digemari terutama oleh masyarakat
Jawa. Wujud akulturasi dalam pertunjukan wayang tersebut terlihat dari pengambilan
lakon ceritera dari kisah Ramayana maupun Mahabarata yang berasal dari budaya India,
tetapi tidak sama persis dengan aslinya karena sudah mengalami perubahan. Perubahan
tersebut antara lain terletak dari karakter atau perilaku tokoh-tokoh ceritera misalnya
dalam kisah Mahabarata keberadaan tokoh Durna, dalam cerita aslinya Dorna adalah
seorang maha guru bagi Pendawa dan Kurawa dan berperilaku baik, tetapi dalam lakon di
Indonesia Dorna adalah tokoh yang berperangai buruk suka menghasut.
Demikian penjelasan tentang wujud akulturasi dalam bidang kesenian. Dan yang perlu
dipahami dari seluruh uraian tentang wujud akulturasi tersebut bahwa unsur budaya India
tidak pernah menjadi unsur budaya yang dominan dalam kerangka budaya Indonesia,
karena dalam proses akulturasi tersebut, Indonesia selalu bertindak selektif.

7. Arsitektur

Arsitektur atau seni bangunan ala masa Hindu-Buddha juga bertahan hingga kini. Meski
tampilannya tidak lagi serupa benar dengan bangunan Hindu-Buddha (candi), tetapi
pengaruh Hindu-Buddha membuat arsitektur bangunan yang ada di Indonesia menjadi
khas.

9
Salah satu ciri bangunan Hindu-Buddha adalah “berundak.” Sejumlah undakan umumnya
terdapat di struktur bangunan candi yang ada di Indonesia. Undakan tersebut paling jelas
terlihat di Candi Borobudur, bangunan peninggalan Dinasti Syailendra yang beragama
Buddha.
Hal yang khas dari arsitektur candi adalah adanya 3 bagian utama yaitu ‘kepala’, ‘badan’
dan ‘kaki.’ Ketiga bagian ini melambangkan ‘triloka’ atau tiga dunia, yaitu: bhurloka
(dunia manusia), bhuvarloka (dunia orang-orang yang tersucikan), dan svarloka (dunia
para dewa).

Pengaruh sistem 3 tahap hidup religius manusia ini bertahan cukup lama. Bahkan ia
banyak diadaptasi oleh bangunan-bangunan yang dibangun pada masa yang lebih
kekinian. Bangunan-bangunan yang memiliki ciri seperti ini beranjak dari bangunan
spiritual semisal masjid maupun profan (biasa) semisal Gedung Sate di Bandung.

8. Kesusteraan

Salah satu peninggalan Hindu di bidang sastra yang terkenal adalah Ramayana,
Mahabarata, dan kisah perang Baratayudha. Sastra Hindu ini cukup berpengaruh terhadap
budaya asli Indonesia semisal wayang. Wayang yang tadinya digunakan sebagai media
pemberi nasihat tetua adat terhadap keluarga yang ditinggalkan kini memiliki trend
tersendiri. Ia digunakan sebagai basis pengajaran agama dan budaya.
Tokoh-tokoh wayang yang kini terkenal adalah Pandawa Lima (Yudhistira, Bima, Arjuna,
Nakula-Sadewa), Kurawa (Duryudana dan keluarganya), Ramayana (Hanoman, Rama,
Sinta), ataupun kisah Bagavadgita (wejangan Sri Kresna atas Arjuna sebelum perang).
Tokoh-tokoh wayang di atas memainkan peran sentral dalam kesenian wayang Indonesia.
Sementara, budaya asli Indonesia coba mengimbanginya dengan hadirkan tokoh-tokoh
punakawan semisal Semar, Petruk, Gareng, atapun Bagong. Selaku pengimbang,
punakawan kerap mampu menaklukan para tokoh yang berasal dari kesustareraan Hindu.
Ini merupakan upaya dari orang Indonesia untuk terus berada dalam posisi dominan
terhadap budaya "luar".

Kini, wayang diakui sebagai budaya asli Indonesia dengan segala variannya.

10
C. Jenis-Jenis Candi dan Fungsinya:
Berdasarkan bentuk arsitektur yang masih bertahan hingga kini, bangunan suci Hindu-
Buddha di Jawa Timur yang berkembang pada abad ke-13 dan 16 dibagi menjadi 5 gaya,
yaitu gaya singhasari, gaya candi brahu, gaya candi jago, gaya candi batur dan punden
berundak.
Jenis candi dapat dibagi menjadi 2 yaitu jenis candi berdasarkan agama dan jenis candi
berdasarkan hirarki dan ukuran.
Sedangkan fungsi candi sebagai berikut:
1. Candi Pemujaan
Candi Hindu yang paling umum, dibangun untuk memuja dewa, dewi, atau bodhisatwa
tertentu
2. Candi Stupa
Didirikan sebagai lambang Budha atau menyimpan relik buddhis, atau sarana ziarah
agama Buddha
3. Candi Pedharmaan
Sama dengan kategori candi pribadi, yakni candi yang dibangun untuk memuliakan
arwah raja atau tokoh penting yang telah meninggal.
4. Candi Pertapaan
Didirikan di lereng-lereng gunung tempat bertapa
5. Candi Wihara
Didirikan untuk tempat para biksu atau pendeta tinggal dan bersemadi, candi seperti ini
memiliki fungsi sebagai permukiman atau asrama.
6. Candi Gerbang
Didirikan sebagai gapura atau pintu masuk, contoh: gerbang di kompleks Ratu Boko,
Bajang Ratu, Wringin Lawang, dan candi Plumbangan.
7. Candi Petirtaan
Didirikan didekat sumber air atau di tengah kolam dan fungsinya sebagai tempat ritual
dan pemandian, contoh: Petirtaan Belahan, Jalatunda, dan candi Tikus.

11
D. Candi-candi peninggalan Hindu-Buddha
Candi Bercorak Buddha:
1. Candi Borobudur

Candi Borobudur merupakan sebuh candi Buddha yang cukup terkenal dan terletak di
Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Candi ini adalah monumen Buddha terbesar di
dunia yang menjadi situs warisan budaya dunia versi UNESCO. Candi Borobudur
dibangun pada masa pemerintahan Dinti Syailendra, tepatnya pada abad ke-8 dan ke-
9 masehi.
2. Candi Mendut

Candi Mendut adalah sebuah candi Buddha yang berlokasi di Kabupaten Magelang,
Jawa Tengah. Candi ini merupakan rangkaian dari kompleks candi Buddha yang bisa
dijumpai di Magelang.
Candi Mendut dibangun pada abad ke-9, tepatnya pada masa Kerajaan Mataram
Kuno. Seorang ahli arkeolog asal Belanda, J.G. De Casparis, menduga jika Candi

12
Mendut dibangun oleh raja pertama dari Wangsa Syailendra pada 824, dibuktikan
dengan Prasasti Karangtengah.
3. Candi Pawon

Lokasi Candi Pawon yang juga bercorak Buddha berada di antara Candi Borobudur
dan candi Mendut. Dalam penelusurannya, arkeolog asal Belanda, J.G. De Casparis
juga menemukan bahwa Candi Pawon juga disebut dalam Prasasti Karangtengah.
Diketahui fungsi Candi Pawon adalah sebagai tempat penyimpanan senjata.
4. Candi Ratu Boko

Bangunan Candi Ratu Boko terletak di atas sebuah bukit di perbatasan Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Bangunan ini bukan hanya difungsikan tempat
ibadah, namun sebuah kompleks pemukiman atau keraton. Menurut prasasti yang
ditemukan, pada awalnya Situs Ratu Boko merupakan sebuah vihara untuk pendeta
Buddha yang bernama Abhayagiri. Kemudian bangunan ini difungsikan sebagai
keraton oleh penguasa beragama Hindu bernama Rakai Walaing Pu Kumbayoni.

13
5. Candi Banyunibo

Candi Banyunibo berlokasi di Desa bokoharjo, Prambanan, Kabupaten Sleman dan


tak jauh dari Situs Ratu Boko. Candi Banyunibo merupakan kompleks candi dengan
satu candi induk dan candi perwara yang mengelilinginya. Pada dinding luar tubuh
Candi Banyunibo terdapat arca Boddhisatwa sebagai salah satu ciri candi Buddha.
6. Candi Kalasan

Candi Kalasan yang berlokasi di Kabupaten Sleman juga merupakan salah satu candi
Buddha yang banyak dikenal. Disebut dalam Prasasti Kalasan, bahwa candi ini
dibangun pada tahun 778 masehi untuk Dewi Tara yang dikenal dalam agama Buddha
Mahayana. Di dalam kompleks Candi Kalasan, bangunan candi utama dikelilingi 52
stupa kecil yang bentuknya kini sudah tidak utuh lagi.

14
7. Candi Plaosan

Candi Plaosan terletak di Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten,


Jawa Tengah. Candi Plaosan yang merupakan candi Buddha ini oleh para ahli
diperkirakan dibangun pada masa pemerintahan Rakai Pikatan dari Kerajaan
Mataram Hindu, yaitu pada awal abad ke-9 masehi. Candi ini merupakan sebuah
kompleks bangunan kuno yang terbagi menjadi dua, yaitu kompleks Candi Plaosan
Lor dan Candi Plaosan Kidul.
8. Candi Jago

Candi Jago terletak di Dusun Jago, Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten
Malang. Menurut kitab Negarakertagama dan Pararaton, nama candi ini yang
sebenarnya adalah Jajaghu yaitu istilah untuk menyebut sebuah tempat suci.
Pembangunan candi ditujukan untuk menghormati Raja Wisnuwardhana yang
menganut agama Syiwa Buddha, yaitu suatu aliran keagamaan yang merupakan
15
perpaduan antara ajaran Hindu dan Buddha. Pembangunan Candi Jago berlangsung
sejak tahun 1268 masehi sampai dengan tahun 1280 masehi.
9. Candi Muaro Jambi

Candi Muaro Jambi terletak di tepian sungai Batanghari, teptnya di Kecamatan Maro
Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Berdasarkan hasil penelitian, Candi
Muaro Jambi merupakan tempat peribadatan dan tempat pendidikan agama Buddha.
Pembangunannya dilaksanakan pada abad ke-7 hingga abad ke-12 masehi, sehingga
diduga merupakan bagian dari peninggalan Kerajaan Sriwijaya.
10. Candi Muara Takus

16
Candi Muara Takus terletak di desa Muara Takus, Kecamatan Tiga Belas Koto
Kampar, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau. Candi Muara Takus merupakan candi
Buddha, terlihat dari adanya stupa, yang merupakan lambang Buddha Gautama.
Candi Muara Takus merupakan sebuah kompleks yang terdiri atas beberapa
bangunan.

Candi Bercorak Hindu :


1. Candi Prambanan

Candi Prambanan terletak di Desa Prambanan Kecamatan Bokoharjo yang sebagian


termasuk dalam wilayah Kabupaten Sleman dan sedangkan sebagian lagi masuk
dalam wilayah Kabupaten Klaten. Candi Prambanan merupakan candi Hindu yang
terbesar di Indonesia yang telh ditetapkan oleh UNESCO sebagai situs warisan
budaya dunia pada tahun 1991. Selain dkenal sebagai persembahan untuk dewa
Trimurti, candi ini juga identik dengan kisah Rara Jonggrang dan Bandung

17
Bandawasa.  Kuat dugaan bahwa Candi Prambanan dibangun sekitar pertengahan
abad ke-9 oleh raja dari Wangsa Sanjaya.
2. Kompleks Candi Dieng

Candi Dieng merupakan kumpulan candi yang terletak di kaki pegunungan Dieng,
Wonosobo, Jawa tengah. Kompleks di kawasan Candi Dieng dinamakan berdasarkan
nama tokoh dalam cerita wayang yang diadopsi dari Kitab Mahabharata yaitu
Kelompok Candi Arjuna, Kelompok Candi Gatotkaca, Kelompok Candi Dwarawati
dan satu candi yang berdiri sendiri adalah Candi Bima. Kumpulan candi Hindu
beraliran Syiwa yang diperkirakan dibangun antara akhir abad ke-8 sampai awal
abad ke-9 atas perintah raja-raja dari Wangsa Sanjaya.
3. Candi Gedung Song

Candi Gedong Sanga terletak di puncak G. Ungaran, tepatnya di Desa Candi,


Kecamatan Sumowono, Semarang, Jawa Tengah. Menilik gaya arsitektur dan

18
letaknya, candi Hindu Syiwa ini diduga berfungsi sebagai tempat pemujaan. Meskipun
belum diketahui kapan tepatnya candi ini dibangun, namun lokasinya yang berada di
daerah perbukitan mendasari dugaan bahwa candi ini dibangun pada masa awal
perkembangan agama Hindu di Jawa, yaitu pada masa pemerintahan raja-raja Wangsa
Sanjaya. Pada masa itu dataran tinggi atau perbukitan dianggap sebagai perwujudan
dari 'kahyangan', tempat bersemayam para dewa.
4. Candi Jago

Candi Jago terletak di Dusun Jago, Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten
Malang, Jawa Timur. Menurut kitab Negarakertagama dan Pararaton, nama candi ini
yang sebenarnya adalah Jajaghu yang berarti “keagungan” dengan percampuran unsur
agama Hindu dan Buddha. Diketahui bahwa Raja Wisnuwardhana yang memerintah
Singasari menganut agama Syiwa Buddha. Ajaran Buddha tercermin dalam relief
cerita Tantri Kamandaka dan cerita Kunjarakarna yang terpahat pada teras paling
bawah. Sementara pada dinding teras kedua terpahat lanjutan cerita Kunjarakarna dan
petikan kisah Mahabarata yang memuat ajaran agama Hindu, yaitu Parthayajna dan
Arjuna Wiwaha. Teras ketiga dipenuhi dengan relief lanjutan cerita Arjunawiwaha.
Dinding tubuh candi juga dipenuhi dengan pahatan relief cerita Hindu, yaitu
peperangan Krisna dengan Kalayawana.

19
5. Candi Sukuh

Candi Sukuh terletak di lereng barat Gunung Lawu, di Dusun Sukuh, Desa Berjo,
Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Berdasar pada relief-
relief yang memuat cerita-cerita Sudamala dan Garudheya, dan pada arca kura-kura
dan garuda, maka diperkirakan fungsi Candi Sukuh dibangun untuk pengruwatan.
Candi sukuh diperkirakan dibangun pada akhir abad ke-15 masehi.
6. Candi Panataran

Candi Panataran terletak di lereng barat daya Gunung Kelud, di Desa Panataran,
Kecamatan Ngleggok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Dalam kitab Negarakertagama,
Candi Penataran disebut dengan nama Candi Palah. yang dibangun pada awal abad ke-
12 masehi. Menganut kepercayaan Syiwa, candi ini dibangun sebagai tempat
pemujaan terhadap Gunung Kelud dengan maksud untuk menghindari petaka.
7. Candi Ijo

20
Candi Ijo terletak di Dukuh Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi berlatar belakang agama
Hindu ini diperkirakan dibangun antara abad ke-10 sampai dengan ke-11. Kompleks
Candi Ijo terdiri dari beberapa kelompok candi induk, candi pengapit dan candi
perwara. Candi Ijo merupakan salah satu destinasi wisata favorit di Yogyakarta karena
memiliki pemandangan yang indah.
8. Candi Singasari

Candi Singasari terletak di Desa Candi Renggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten


Malang, Jawa Timur. Para ahli purbakala memperkirakan candi ini dibangun sekitar
tahun 1300 masehi. Candi yang juga dikenal dengan nama Candi Cungkup atau Candi
Menara dibangun sebagai persembahan untuk menghormati Raja Kertanegara dari
Singasari.
9. Candi Sawentar

Candi Sawentar terletak di Dukuh Kanigoro, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar,


Jawa Timur. Diduga candi ini digunakan untuk memuja Wisnu, karena terdapat yoni

21
dengan pahatan garuda yang merupakan kendaraan Dewa Wisnu. Candi Sawentad
diperkirakan dibangun pada awal sampai pertengahan abad 13 masehi.
10. Candi Kidal

Candi Kidal terletak di Desa Rejokidal, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa
Timur. Candi Kidal dibangun pada 1248 masehi atau setelah upacara pemakaman
'Cradha' untuk Raja Anusapati dari Kerajaan Singasari. Pembangunan candi ini
ditujukan untuk mendarmakan Raja Anusapati, agar sang raja dapat mendapat
kemuliaan sebagai Syiwa Mahadewa.
11. Candi Cetha

Candi Cetha terletak di Dukuh Cetha, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten
Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Candi Cetha adalah salah satu candi yang
dibangun pada zaman Kerajaan Majapahit, yaitu pada masa pemerintahan Raja
Brawijaya V. Dari tulisan yang ditemukan di lokasi candi, diketahui bahwa candi ini
22
dibangun sekitar tahun 1451-1470 masehi, yaitu pada masa akhir pemerintahan
Kerajaan Majapahit.
12. Candi Sambisari

Candi Sambisari terletak di Dusun Sambisari, Desa Purwomartani, Kecamatan


Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Sambisari adalah
candi Hindu beraliran Syiwa yang diperkirakan dibangun pada awal abad ke-9 oleh
Rakai Garung, seorang Raja Mataram Hindu dari Wangsa Syailendra. Candi ini
terdiri atas satu candi utama dan tiga candi perwara.
13. Candi Kadisoka

Candi Kadisoka berada di Dusun Kadisoka, Desa Purwomartani, Kecamatan


Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada tengah lantai bilik
Candi Kadisoka terdapat sumuran (perigi) yang di dalamnya ditemukan peripih
berupa lempengan emas segi empat bergambar bunga teratai dan batu-batu mulia
sehingga diperkirakan bahwa candi ini berlatar agama Hindu. Dilihat dari profil
bangunannya, candi ini diperkirakan dibangun sekitar abad 7 – 10 masehi.
14. Candi Gebang

23
Candi Gebang terletak di daerah Condongcatur, di sebelah selatan desa Gebang,
Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Setelah
ditemukan pada bulan November 1936, penggalian, rekonstruksi dan pemugaran,
yang dilangsungkan tahun 1937 sampai tahun 1939 di bawah pimpinan Van
Romondt. Melihat keberadaan lingga, yoni dan arca Ganesha maka dipastikan bahwa
Candi Gebang merupakan candi Hindu yang dibangun pada masa antara tahun 730-
800 masehi.
15. Candi Kedulan.

Candi Kedulan yang terletak di Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten


Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Bangunan induk Candi Kedulan ditemukan
pada tanggal 24 November 1993 secara tidak sengaja oleh penambang pasir yang

24
sedang menambang pasir di lahan milik desa Tirtomartani. Pada masa penggalian
ditemukan dua buah prasasti yang ditulis dengan huruf Pallawa dan berbahasa
Sansekerta.

BAB III

25
PENUTUP

A. Kesimpulan
Agama Hindu-Budha memberikan banyak pengaruh diberbagai sisi, salah satunya pada
sisi budaya. Lahir berbagai karya arsitektur, sastra, seni ukir, dan seni wayang yang
kental dengan nuansa Hindu-Budha. Maka tidak mengherankan, bila terdapat banyak
sekali bangunan candi yang tersebar di Indonesia
Pada candi Hindu-Buddha di Indonesia, terdapat berbagai ragam hias, dan candi
merupakan bangunan suci dari peradaban Hindu-Buddha yang berfungsi sebagai tempat
ibadah. Sejarah candi di Indonesia baru dapat dimulai sejak masuknya pengaruh India di
Indonesia. Namun pembangunan candi-candi di Indonesia tidaklah begitu saja mencontoh
gaya dan model candi yang ada di India, melainkan merancang model tersendiri untuk
Indonesia.

26

Anda mungkin juga menyukai