Anda di halaman 1dari 18

Pengaruh Kebudayaan Luar

Terhadap Kebudayaan Indonesia

Pengaruh
Masuk dan
kebudayaan Hindu
berkembangnya
dan Budha di
kebudayaan Hindu
Indonesia
dan Budha di
Indonesia Bentuk-bentuk
kebudayaan Hindu dan
Budha di Indonesia

Masuk dan Pengaruh


berkembangnya kebudayaan islam
kebudayaan islam di Indonesia
di Indonesia Bentuk-bentuk
peninggalan
kebudayaan islam di
Indonesia
Faktor-faktor Fakto-faktor yang
pendorong mendukung dan
masuknya bangsa menolak
barat ke Pengaruh penerimaan
Indonesia kebudayaan barat budaya barat ke
terhadap Indonesia
kebudayaan
indonesia
A. Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia

Masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Budha membawa perubahan kehidupan masyarakat


Indonesia, antara lain :

 Semula belum mengenal tulisan (masa praaksara) menjadi mengenal tulisan dan
memasuki zaman sejarah (masa aksara).

 Semula hanya mengenal dan menganut kepercayaan animisme dan dinamisme


kemudian mengenal dan menganut agama dan kebudayaan Hindu-Budha.

 Semula hanya mengenal sistem kesukuan dengan kepala suku sebagai pemimpinnya
menjadi pengenal dan menganut sistem pemerintahan kerajaan dengan raja sebagai
pimpinan pemerintahan yang bercorak Hindu-Budha.

Teori masuk dan berkembangnya kebudayaan Hindu-Budha sebagai berikut.

 Teori waisya, berpendapat bahwa masuknya agama dan kebudayaan Hindu dibawa
oleh golongan pedagang (waisya). Mereka mengikuti angin musim (setengah tahun
berganti arah) sehingga enam bulan menetap di Indonesia dan menyebarkan agama dan
kebudayaan Hindu. Salah satu tokoh pendukung hipotesis waisya adalah N.J.Krom.

 Teori Ksatria, pembawa agama dan kebudayaan Hindu ialah golongan ksatria yang
kalah perang di India, kemudian lari ke Indonesia. Salah seorang pendukung hipotesis
ksatria adalah C.C.Berg.

 Teori Brahmana, pembawa agama dan kebudayaan hindu ke Indonesia ialah golongan
Brahmana yang diundang oleh raja raja Indonesia untuk menobatkan dengan upacara
Hindu (abhiseka=penobatan). Pendukung hipotesis ini adalah J.C.van Leur.

 Teori nasional, bahwa bangsa Indonesia yang berdagang ke India pulang dengan
membawa agama dan kebudayaan Hindu atau sebaliknya orang-orang Indonesia (raja)
mengundang Brahmana kemudian Brahmana menyebarkan agama dan kebudayaan
Hindu di Indonesia. Pendapat ini disebut teori arus balik. Pendukung teori ini adalah
F.D.K.Bosch.

B.Pengaruh Kebudayaan Hindu dan Budha di Indonesia.

Masuknya pengaruh unsur kebudayaan Hindu-Buddha dari India telah mengubah dan menambah
khasanah budaya Indonesia dalam beberapa aspek kehidupan.
1. Agama

Ketika memasuki zaman sejarah, masyarakat di Indonesia telah menganut kepercayaan animisme
dan dinamisme. Masyarakat mulai menerima sistem kepercayaan baru, yaitu agama Hindu-
Buddha sejak berinteraksi dengan orang-orang India. Budaya baru tersebut membawa perubahan
pada kehidupan keagamaan, misalnya dalam hal tata krama, upacara-upacara pemujaan, dan
bentuk tempat peribadatan.

2. Pemerintahan

Sistem pemerintahan kerajaan dikenalkan oleh orang-orang India. Dalam sistem ini kelompok-
kelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah yang luas. Kepala suku yang
terbaik dan terkuat berhak atas tampuk kekuasaan kerajaan. Oleh karena itu, lahir kerajaan-
kerajaan, seperti Kutai, Tarumanegara, dan Sriwijaya.

3. Arsitektur

Salah satu tradisi megalitikum adalah bangunan punden berundak-undak. Tradisi tersebut
berpadu dengan budaya India yang mengilhami pembuatan bangunan candi. Jika kita
memperhatikan Candi Borobudur, akan terlihat bahwa bangunannya berbentuk limas yang
berundak-undak. Hal ini menjadi bukti adanya paduan budaya India-Indonesia.

4. Bahasa

Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia meninggalkan beberapa prasasti yang sebagian


besar berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Dalam perkembangan selanjutnya bahkan
hingga saat ini, bahasa Indonesia memperkaya diri dengan bahasa Sanskerta itu. Kalimat atau
kata-kata bahasa Indonesia yang merupakan hasil serapan dari bahasa Sanskerta, yaitu Pancasila,
Dasa Dharma, Kartika Eka Paksi, Parasamya Purnakarya Nugraha, dan sebagainya.

5. Sastra

Berkembangnya pengaruh India di Indonesia membawa kemajuan besar dalam bidang sastra.
Karya sastra terkenal yang mereka bawa adalah kitab Ramayana dan Mahabharata. Adanya
kitab-kitab itu memacu para pujangga Indonesia untuk menghasilkan karya sendiri. Karya-karya
sastra yang muncul di Indonesia adalah:Arjunawiwaha, karya Mpu Kanwa,Sutasoma, karya Mpu
Tantular, dan Negarakertagama, karya Mpu Prapanca.

Agama Hindu

Agama Hindu berkembang di India pada ± tahun 1500 SM. Sumber ajaran Hindu terdapat dalam
kitab sucinya yaitu Weda.Selain 4 kasta tersebut terdapat pula golongan pharia atau candala,
yaitu orang di luar kasta yang telah melanggar aturan-aturan kasta.Orang-orang Hindu memilih
tempat yang dianggap suci misalnya, Benares sebagai tempat bersemayamnya Dewa Siwa serta
Sungai Gangga yang airnya dapat mensucikan dosa umat Hindu, sehingga bisa mencapai puncak
nirwana.

Agama Buddha
Agama Buddha diajarkan oleh Sidharta Gautama di India pada tahun ± 531 SM. Ayahnya
seorang raja bernama Sudhodana dan ibunya Dewi Maya. Buddha artinya orang yang telah sadar
dan ingin melepaskan diri dari samsara.

Kitab suci agama Buddha yaitu Tripittaka artinya “Tiga Keranjang” yang ditulis dengan bahasa
Poli. Adapun yang dimaksud dengan Tiga Keranjang adalah:

1. Winayapittaka : Berisi peraturan-peraturan dan hukum yang harus dijalankan oleh umat
Buddha.
2. Sutrantapittaka : Berisi wejangan-wejangan atau ajaran dari sang Buddha.
3. Abhidarmapittaka : Berisi penjelasan tentang soal-soal keagamaan.

C. Bentu-Bentuk Peninggalan Kebudayaan Hindu dan Budha di Indonesia

1. Bidang agama, yaitu berkembangnya agama Hindu-Buddha di Indonesia .Sebelum masuk


pengaruh India, kepercayaan yang berkembang di Indonesia masih bersifat animisme dan
dinamisme. Masyarakat pada saat itu melakukan pemujaan terhadap arwah nenek moyang dan
kekuatan-kekuatan benda-benda pusaka tertentu serta kepercayaan pada kekuatan-kekuatan
alam. Dengan masuknya pengaruh Hindu-Buddha, kepercayaan asli bangsa Indonesia ini
kemudian berakulturasi dengan agama Hindu-Buddha. Hal ini terbukti dari beberapa upacara
keagamaan Hindu-Buddha yang berkembang di Indonesia walaupun dalam beberapa hal tidak
seketat atau mirip dengan tata cara keagamaan yang berkembang di India. Kondisi ini
menunjukkan bahwa dalam tatacara pelaksanaan upacara keagamaan mengalami proses
sinkretisme antara kebudayaan agama Hindu-Buddha dengan kebudayaan asli bangsa Indonesia.

2. Bidang politik dan pemerintahan, pengaruhnya terlihat jelas dengan lahirnya kerajaan-
kerajaan bercorak Hindu-Buddha di Indonesia. Sebelum masuknya pengaruh agama Hindu-
Buddha di Indonesia tampaknya belum mengenal corak pemerintahan dengan sistem kerajaan.
Sistem pemerintahan yang berlangsung masih berupa pemerintahan kesukuan yang mencakup
daerah-daerah yang terbatas. Pimpinan dipegang oleh seorang kepala suku bukanlah seorang
raja. Dengan masuknya pengaruh India, membawa pengaruh terhadap terbentuknya kerajaan-
kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha di Indonesia. Kerajaan bercorak Hindu antara lain Kutai,
Tarumanagara, Kediri, Majapahit dan Bali, sedangkan kerajaan yang bercorak Buddha adalah
Kerajaan Sriwijaya. Hal yang menarik di Indonesia adalah adanya kerajaan yang bercorak
Hindu-Buddha yaitu Kerajaan Mataram lama.

3. Bidang pendidikan membawa pengaruh bagi munculnya lembaga-lembaga pendidikan.


Meskipun lembaga pendidikan tersebut masih sangat sederhana dan mempelajari satu bidang
saja, yaitu keagamaan. Akan tetapi lembaga pendidikan yang berkembang pada masa Hindu-
Buddha ini menjadi cikal bakal bagi lahirnya lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia. 17
bukti yang menunjukkan telah berkembangnya pendidikan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-
Buddha di Indonesia, antara lain adalah:
a. Dalam catatan perjalanan I-Tsing, seorang pendeta yang berasal dari Cina, menyebutkan
bahwa sebelum dia sampai ke India, dia terlebih dahulu singgah di Sriwijaya. Di Sriwijaya I-
Tsing melihat begitu pesatnya pendidikan agama Buddha, sehingga dia memutuskan untuk
menetap selama beberapa bulan di Sriwijaya dan menerjemahkan salah satu kitab agama Buddha
bersama pendeta Buddha yang ternama di Sriwijaya, yaitu Satyakirti. Bahkan I-Tsing
menganjurkan kepada siapa saja yang akan pergi ke India untuk mempelajari agama Buddha
untuk singgah dan mempelajari terlebih dahulu agama Buddha di Sriwijaya. Berita I-Tsing ini
menunjukkan bahwa pendidikan agama Buddha di Sriwijaya sudah begitu maju dan tampaknya
menjadi yang terbesar di daerah Asia Tenggara pada saat itu.

b. Prasasti Nalanda yang dibuat pada sekitar pertengahan abad ke-9, dan ditemukan di India.
Pada prasasti ini disebutkan bahwa raja Balaputradewa dari Suwarnabhumi (Sriwijaya) meminta
pada raja Dewapaladewa agar memberikan sebidang tanah untuk pembangunan asrama yang
digunakan sebagai tempat bagi para pelajar agama Buddha yang berasal dari Sriwijaya.
Berdasarkan prasasti tersebut, kita bisa melihat begitu besarnya perhatian raja Sriwijaya terhadap
pendidikan dan pengajaran agama Buddha di kerajaannya. Hal ini terlihat dengan dikirimkannya
beberapa pelajar dari Sriwijaya untuk belajar agama Buddha langsung ke daerah kelahirannya
yaitu India. Tidak mustahil bahwa sekembalinya para pelajar ini ke Sriwijaya maka mereka akan
menyebarluaskan hasil pendidikannya tersebut kepada masyarakat Sriwijaya dengan jalan
membentuk asrama-asrama sebagai pusat pengajaran dan pendidikan agama Buddha.

c. Catatan perjalanan I-Tsing menyebutkan bahwa pendeta Hui-Ning dari Cina pernah berangkat
ke Ho-Ling (salah satu kerajaan Buddha di Jawa). Tujuannya adalah untuk bekerja sama dengan
pendeta Ho-Ling yaitu Jnanabhadra untuk menerjemahkan bagian terakhir kitab Nirwanasutra.
Dari berita ini menunjukkan bahwa di Jawa pun telah dikenal pendidikan agama Buddha yang
kemudian menjadi rujukan bagi pendeta yang berasal dari daerah lain untuk bersamasama
mempelajari agama dengan pendeta yang berasal dari Indonesia.

d. Pada prasasti Turun Hyang, yaitu prasasti yang dikeluarkan oleh Raja Airlangga menyebutkan
tentang pembuatan Sriwijaya Asrama oleh Raja Airlangga. Sriwijaya Asrama merupakan suatu
tempat yang dibangun sebagai pusat pendidikan dan pengajaran keagamaan. 18. Hal ini
menunjukkan besarnya perhatian Raja Airlangga terhadap pendidikan keagamaan bagi rakyatnya
dengan memberikan fasilitas berupa pembuatan bangunan yang akan digunakan sebagai sarana
pendidikan dan pengajaran.

e. Istilah surau yang digunakan oleh orang Islam untuk menunjuk lembaga pendidikan Islam
tradisional di Minangkabau sebenarnya berasal dari pengaruh Hindu-Buddha. Surau merupakan
tempat yang dibangun sebagai tempat beribadah orang Hindu-Buddha pada masa Raja
Adityawarman. Pada masa itu, surau digunakan sebagai tempat berkumpul para pemuda untuk
belajar ilmu agama. Pada masa Islam kebiasaan ini terus dilajutkan dengan mengganti fokus
kajian dari Hindu-Buddha pada ajaran Islam.

4. Bidang sastra dan bahasa. Dari segi bahasa, orang-orang Indonesia mengenal bahasa
Sanskerta dan huruf Pallawa. Pada masa kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia, seni sastra sangat
berkembang terutama pada aman kejayaan kerajaan Kediri. Karya sastra itu antara lain,
a. Arjunawiwaha, karya Mpu Kanwa yang disusun pada masa pemerintahan Airlangga.
b. Bharatayudha, karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh disusun pada aman kerajaan Kediri.
c. Gatotkacasraya, karya Mpu Panuluh disusun pada aman kerajaan Kediri.
d. Arjuna Wijaya dan Sutasoma, karya Mpu Tantular yang disusun pada aman kerajaan
Majapahit.
e. Negarakertagama, karya Mpu Prapanca disusun pada aman kerajaan Majapahit.
f. Wretta Sancaya dan Lubdhaka, karya Mpu Tanakung yang disusun pada aman kerajaan
Majapahit.
5. Bidang seni tari. Berdasarkan relief-relief yang terdapat pada candicandi, terutama candi
Borobudur dan Prambanan memperlihatkan adanya bentuk tari-tarian yang berkembang sampai
sekarang. Bentuk-bentuk tarian yang digambarkan dalam relief memperlihatkan jenis tarian
seperti tarian perang, tuwung, bungkuk, ganding, matapukan (tari topeng). Tari-tarian tersebut
tampaknya diiringi dengan gamelan yang terlihat dari relief yang memperlihatkan jenis alat
gamelan yang terbatas seperti gendang, kecer, gambang, saron, kenong, beberapa macam bentuk
kecapi, seruling dan gong.

6. Seni relief pada candi yang kemudian menghasilkan seni pahat. Hiasan pada candi atau sering
disebut relief yang terdapat pada candi-candi di Indonesia didasarkan pada cerita-cerita epik
yang berkembang dalam kesusastraan yang bercorak Hindu ataupun Buddha. Pemilihan epik
sebagai hiasan relief candi dikenal pertama kali pada candi Prambanan yang dibangun pada
permulaan abad ke-10. Epik yang tertera dalam relief candi Prambanan mengambil penggalan
kisah yang terdapat dalam cerita Ramayana. Hiasan relief candi Penataran pada masa Kediri
mengambil epik kisah Mahabharata. Sementara itu, kisah Mahabharata juga menjadi epik yang
dipilih sebagai relief pada dua candi peninggalan kerajaan Majapahit, yaitu candi Tigawangi dan
candi Sukuh.

7. Seni Arca dan Patung, sebagai akibat akulturasi budaya pemujaan arwah leluhur dengan
agama
Hindu-Buddha maka beberapa keluarga raja diperdewa dalam bentuk arca yang ditempatkan di
candi makam. Arcaarca dewa tersebut dipercaya merupakan lambang keluarga raja yang
dicandikan dan tidak mustahil termasuk di dalamnya kepribadian dan watak dari keluarga raja
tersebut. Oleh karena itu, arca dewa tersebut sering diidentikkan dengan arca keluarga raja. Seni
arca yang berkembang di Indonesia memperlihatkan unsur kepribadian dan budaya lokal,
sehingga bukan merupakan bentuk peniruan dari India. Beberapa contoh raja yang diarcakan
adalah Raja Rajasa yang diperdewa sebagai Siwa di candi makam Kagenengan, Raja Anusapati
sebagai Siwa di candi makam Kidal, Raja Wisnuwardhana sebagai Buddha di candi makam
Tumpang. Raja Kertanegara sebagai Wairocana Locana di candi makam Segala dan Raja
Kertarajasa Jayawardhana sebagai Harihara di candi makam Simping.
Patung-patung dewa dalam agama Hindu yang merupakan peninggalan sejarah di Indonesia,
antara lain:
a. Arca batu Brahma.
b. Arca perunggu Siwa Mahadewa.
c. Arca batu Wisnu.
d. Arca-arca di Prambanan, di antaranya arca Lorojongrang.
e. Arca perwujudan Tribhuwanatunggadewi di Jawa Timur.
f. Arca Ganesa, yaitu dewa yang berkepala gajah sebagai dewa ilmu pengetahuan.

8. Seni pertunjukan, terutama seni wayang sampai sekarang merupakan salah satu bentuk seni
yang masih populer di kalangan masyarakat Indonesia. Seni wayang beragam bentuknya seperti
wayang kulit, wayang golek, dan wayang orang. Seni pertunjukan wayang tampaknya telah
dikenal oleh bangsa Indonesia sejak aman prasejarah.

9. Bidang seni bangunan merupakan salah satu peninggalan budaya Hindu-Buddha di Indonesia
yang sangat menonjol antara lain berupa candi dan stupa. Selain itu, terdapat pula beberapa
bangunan lain yang berkaitan erat dengan kehidupan keagamaan, seperti: ulan dan satra
merupakan semacam pesanggrahan atau tempat bermalam para pe iarah; sima adalah daerah
perdikan yang berkewajiban memelihara bangunan suci di suatu daerah; patapan adalah tempat
melakukan tapa; sambasambaran yang berarti tempat persembahan; meru merupakan bangunan
berbentuk tumpang yang melambangkan gunung Mahameru sebagai tempat tinggal dewadewa
agama Hindu.

D. Masuk dan Berkembangnya Kebudayaan Islam di Indonesia

Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Islamdi Indonesia.


Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Ahmad Mansur
Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu teori
Gujarat, teori Makkah dan teori Persia.Ketiga teoriKedatangan Islam di Indonesia, tidak dapat
diketahui dengan pasti. Diperkirakan kedatangan yang pertama adalah di Aeh. Hal ini dibuktikan
dengan ditemukannya makam-makam. Menurut Ma Huan yang datang ke Majapahit tahun 1413,
bahwa ada 3 golongan penduduk Majapahit yaitu orang-orang Islam yang datang dari Barat,
orang-orang Cina yang kebanyakan memeluk Islam dan selebihnya rakyat yang menyembah
berhala.
Banyak pendapat para ahli yang mengemukakan tentang teori-teori masuknya Islam di
Indonesia, diantaranya adalah :

1. M.C. Ricklefs dari Australian National University menyebutkan 2 proses masuknya Islam ke
nusantara yaitu :

a. Penduduk pribumi mengalami kontak dengan agama Islam dan kemudian menganutnya.

b. Orang-orang asing (Arab, India, Cina) yang telah memeluk agama Islam tinggal secara tetap
di suatu wilayah Indonesia, kawin dengan penduduk asli, dan mengikuti gaya hidup lokal
sedemikian rupa sehingga mereka sudah menjadi orang Jawa, Melayu, atau suku lainnya.

2. Teori lain seputar masuknya Islam dari Timur Tengah ke nusantara diajukan Supartono
Widyosiswoyo. Menurutnya, penetrasi tersebut dapat digolongkan menjadi 3 golongan yaitu :
a. Jalur Utara adalah proses masuknya Islam dari Persia dan Mesopotamia. Dari sana, Islam
beranjak ke timur lewat jalur darat Afganistan, Pakistan, Gujarat, lalu menempuh jalur laut
menuju Indonesia. Lewat Jalur Utara ini, Islam tampil dalam bentuk barunya yaitu aliran
Tasawuf. Dalam aliran ini, Islam dikombinasikan dengan penguatan pengalaman personal dalam
pendekatan diri terhadap Tuhan. Aliran inilah yang secara cepat masuk dan melakukan penetrasi
penganut baru Islam di nusantara. Aceh merupakah salah satu basis persebaran Islam pada Jalur
Utara ini.
b. Jalur Tengah adalah proses masuknya Islam dari bagian barat lembah Sungai Yordan dan
bagian timur semenanjung Arabia (Hadramaut). Dari sini Islam menyebar dalam bentuknya yang
relatif asli, di antaranya adalah aliran Wahabi. Pengaruh terutama cukup mengena di wilayah
Sumatera Barat. Ini dapat terjadi oleh sebab dari Hadramaut perjalanan laut dapat langsung
sampai ke pantai barat pulau Sumatera.
c. Jalur Selatan pangkalnya adalah di wilayah Mesir. Saat itu Kairo merupakan pusat penyiaran
agama Islam yang modern dan Indonesia memperoleh pengaruh tertama dalam organisasi
keagamaan yang disebut Muhammadiyah. Kegiatan lewat jalur ini terutama pendidikan, dakwah,
dan penentangan bid’ah.

3. Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Ahmad Mansur
Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu teori
Gujarat, teori Makkah dan teori Persia. Ketiga teori tersebut di atas memberikan jawaban tentang
permasalahan waktu masuknya Islam ke Indonesia, asal negara dan tentang pelaku penyebar atau
pembawa agama Islam ke Nusantara.

a. Teori Gujarat

Teori ini berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan pembawanya
berasal dari Gujarat (Cambay), India. Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari
Venesia (Italia) yang pernah singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa
di Perlak sudah banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India
yang menyebarkan ajaran Islam.

b. Teori Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu teori
Gujarat. Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan
pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa
abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh
sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah
bangsa Arab sendiri.

c. Teori Persia

Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya berasal dari
Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam
Indonesia seperti peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein
cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Selain itu,
ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.

Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan jalan
damai pada abad ke-7 dan mengalami perkembangannya pada abad ke-13. Sebagai pemegang
peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India). Proses
masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia pada dasarnya dilakukan dengan melalui
beberapa jalur/saluran yaitu melalui perdagangan seperti yang dilakukan oleh pedagang Arab,
Persia dan Gujarat. Pedagang tersebut berinteraksi/bergaul dengan masyarakat Indonesia. Pada
kesempatan itu dipergunakan untuk menyebarkan ajaran Islam. Selanjutnya diantara pedagang
tersebut ada yang terus menetap, atau mendirikan perkampungan, seperti pedagang Gujarat
mendirikan perkampungan Pekojan. Dengan adanya perkampungan pedagang, maka interaksi
semakin sering bahkan ada yang sampai menikah dengan wanita Indonesia, sehingga proses
penyebaran Islam semakin cepat berkembang.

Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubaliqh yang
menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok pesantren. Islam
juga disebarkan melalui kesenian, misalnya melalui pertunjukkan seni gamelan ataupun wayang
kulit. Dengan demikian Islam semakin cepat berkembang dan mudah diterima oleh rakyat
Indonesia.

Proses penyebaran Islam di Indonesia atau proses Islamisasi tidak terlepas dari peranan para
pedagang, mubaliqh/ulama, raja, bangsawan atau para adipati. Di pulau Jawa, peranan mubaliqh
dan ulama tergabung dalam kelompok para wali yang dikenal dengan sebutan Walisongo atau
wali sembilan yang terdiri dari:

1. Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama Syeikh Maghribi menyebarkan Islam di Jawa
Timur.

2. Sunan Ampel dengan nama asli Raden Rahmat menyebarkan Islam di daerah Ampel
Surabaya.

3. Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel memiliki nama asli Maulana Makdum Ibrahim,
menyebarkan Islam di Bonang (Tuban).
4. Sunan Drajat juga putra dari Sunan Ampel nama aslinya adalah Syarifuddin, menyebarkan
Islam di daerah Gresik/Sedayu.

5. Sunan Giri nama aslinya Raden Paku menyebarkan Islam di daerah Bukit Giri (Gresik)

6. Sunan Kudus nama aslinya Syeikh Ja’far Shodik menyebarkan ajaran Islam di daerah Kudus.

7. Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Mas Syahid atau R. Setya menyebarkan ajaran Islam di
daerah Demak.

8. Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Umar Syaid menyebarkan
islamnya di daerah Gunung Muria.

9. Sunan Gunung Jati nama aslinya Syarif Hidayatullah, menyebarkan Islam di Jawa Barat
(Cirebon)

E.Pengaruh Kebudayaan Islam Terhadap Kebudayaan Indonesia

Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan yang
dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha. Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali
mengalami proses akulturasi (proses bercampurnya dua (lebih) kebudayaan karena percampuran
bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan
Islam Indonesia.

Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha hilang. Bentuk budaya
sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya bersifat kebendaan/material tetapi juga
menyangkut perilaku masyarakat Indonesia.

Sejak agama dan kebudayaan Islam memasuki Indonesia, terjadilah proses Islamisasi terhadap
masyarakat di nusantara. Bersamaan dengan proses Islamisasi itu, mulailah terjadi perubahan
sosial budaya ke arah pembentukan budaya baru yang bernafaskan Islam. Seperti diketahui
bahwa, sebelum kedatangan agama dan kebudayaan Islam, budaya Indonesia masih bercorak
Hindu dan Budha, namun seiring dengan masuknya budaya Islam ke Indonesia, proses integrasi
budaya Hindu - Budha dengan kebudayaan Islam pun menjadi tidak dapat dihindarkan.
Peninggalan Sejarah Islam di Indonesia Perlu diketahui bahwa, dalam proses integrasi budaya
tersebut, tidak terjadi ketegangan yang berarti meskipun ada 3 unsur agama dan kebudayaan
yang saling berbeda di dalamnya. Hal ini disebabkan karena tokoh-tokoh Islam pada masa itu
tidak bersikap memusuhi, dan justru bersifat saling merangkul.
1. Masjid Salah satu peninggalan sejarah Islam di Indonesia yang paling banyak ditemukan
hingga kini adalah masjid. Seperti diketahui bahwa masjid merupakan tempat ibadah bagi umat
Islam, sehingga wajar jika seni arsitektur Islam satu inilah yang paling mudah kita lihat
keberadaannya saat ini. Adapun terkait dengan kentalnya budaya Hindu dan Budha di masa awal
penyebaran Islam di Indonesia, seni arsitektur masjid juga dipengaruhi oleh akulturasi budaya
lokal yang ada saat itu. Berbeda dengan masjid-masjid di Jazirah Arab, arsitektur masjid di
Indonesia memiliki beberapa keunikan. Keunikan tersebut terletak pada susunan atapnya yang
berundak dan berbentuk limas, adanya bangunan serambi (pendopo), adanya mihrab atau tempat
imam memimpin sholat, serta wujud masjid yang umumnya berbentuk bujur sangkar. Pada tabel
berikut, terdapat beberapa contoh masjid peninggalan sejarah Islam di Indonesia pada masa
silam. No Nama Lokasi Peninggalan 1. Masjid Agung Demak Demak, Jateng Abad 14 M 2.
Masjid Ternate Ternate, Ambon Abad 14 M 3. Masjid Sunan Ampel Surabaya, Jawa Timur
Abad 15 M 4. Masjid Raya Baiturahman Banda Aceh Banda Aceh, DI Aceh Abad 15 M 5.
Masjid Kudus Kudus, Jateng Abad 15 M 6. Masjid Banten Banten, Banten Abad 15 M 7. Masjid
Cirebon Cirebon, Jawa Barat Abad 15 M 8. Masjid Katangga Katangga, Sulawesi Utara Abad 16
M 2. Kaligrafi Selain masjid, peninggalan sejarah Islam di Indonesia yang masih dapat kita
jumpai hingga kini adalah seni kaligrafi. Bagi Anda yang belum tahu, kaligrafi adalah suatu seni
menulis huruf Arab dengan gaya dan susunan yang indah. Tulisan Arabnya sendiri umumnya
diambil dari potongan surat atau ayat-ayat dalam Al Quran. Peninggalan Sejarah Islam di
Indonesia beserta Gambarnya Seni kaligrafi yang menjadi peninggalan sejarah Islam di
Indonesia pada masa silam dapat kita temukan sebagai hiasan ukir atau tulis misalnya pada
dinding masjid, gapura, atau pada batu nisan. Contoh beberapa seni kaligrafi pada batu nisan
misalnya terdapat pada makam beberapa orang berikut ini. No Makam dari Lokasi Peninggalan
1. Fatima binti Maimun Gresik, Jawa Timur Abad 13 M 2. Ratu Nahrasiyah Samudra Pasai Abad
14 M 3. Maulana Malik Ibrahim Gresik, Jawa Timur Abad 15 M 4. Sunan Giri Gresik, Jawa
Timur Abad 15 M 5. Sunan Gunung Jati Cirebon, Jawa Barat Abad 15 M 6. Sunan Kudus dan
Sunan Muria Kudus, Jawa Tengah Abad 15 M 7. Sunan Kalijaga Demak, Jawa Tengah Abad 15
M 8. Makam raja-raja Banten Imogiri Abad 16 M 3. Keraton atau Istana Keraton atau istana
yang merupakan tempat tinggal bagi raja dan keluarganya sebetulnya telah ada sejak jaman
pengaruh kebudayaan Hindu dan Budha. Hanya saja, setelah Islam masuk, arsitektur keraton
menjadi lebih banyak dipengaruhi oleh gaya arsitektur Timur Tengah. Beberapa keraton
peninggalan sejarah Islam di Indonesia tersebut yang hingga kini masih terawat misalnya Istana
Kesultanan Ternate, Istana Kesultanan Tidore, Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton
Kesultanan Aceh, Istana Sorusuan, Istana Raja Gowa Keraton Kasultanan, dan Keraton
Pakualaman. 4. Kitab dan Kesusastraan Peninggalan sejarah Islam di Indonesia bukan hanya
dapat ditemukan dalam bentuk seni dan gaya arsitektur. Kesusatraan juga berkembang cukup
pesat setelah masuknya pengaruh agama Islam di Indonesia. Kesusastraan tersebut tertuang
dalam bentuk suluk, hikayat, babad, dan syair. Beberapa peninggalan kesusastraan Islam di
Indonesia antara lain syair Perahu karya Hamzah Fansuri, syair Si Burung Pingai, syair Abdul
Muluk, syair gurindam dua belas karya Ali Haji, hikayat nabi-nabi, hikayat sultan-sultan Aceh,
dan hikayat penjelasan penciptaan langit dan bumi. 5. Pesantren Sejak masuknya Islam di
Indonesia, pesantren telah menjadi lembaga pendidikan agama yang telah melahirkan banyak
mubaligh. Pesantren dianggap sebagai salah satu peninggalan sejarah Islam di Indonesia karena
dianggap turut berperan serta dalam kemajuan syiar Islam Nusantara. Pesantren di Indonesia
pertama kali dibangun pada masa kekuasaan Prabu Kertawijaya dari Majapahit. Pesantren yang
didirikan di daerah Jawa oleh Sunan Ampel ini kemudian melahirkan banyak orang-orang
terpelajar. Para santri diajari tentang banyak hal seperti bahasa Arab, pendalaman Al Quran,
kitab Kuning, tauhid, fiqih, akhlak, dan tasawuf. Beberapa pesantren besar yang ada di Indonesia
antara lain Pesantren Lasem di Rembang, Pesantren Tebuireng di Jombang, Pesantren
Asembagus di Situbondo, Pesantren Lirboyo di Kediri, Al-Kautsar Medan, dan Pesantren As-
Shiddiqiyyah di Jakarta. Peninggalan Sejarah Islam di Indonesia beserta Gambarnya 6. Tradisi
Beberapa tradisi yang hingga kini masih digunakan sebagian masyarakat Islam seperti ziarah,
sedekah, atau upacara adat Jawa sekaten juga merupakan bukti peninggalan sejarah Islam di
Indonesia yang tak bisa dilupakan begitu saja. Tradisi-tradisi tersebut lahir karena pengaruh
Islam yang berakulturasi dengan kebudayaan lokal masyarakat saat itu. Nah, itulah beberapa
peninggalan sejarah Islam di Indonesia yang masih dapat kita temukan hingga saat ini. Adanya
peninggalan-peninggalan sejarah tersebut membuktikan bahwa hadirnya Islam di nusantara
bukan hanya mempengaruhi kepercayaan dan agama masyarakat, melainkan juga seluruh aspek
kehidupan.

F.Bentuk-bentuk Peninggalan Kebudayaan Islam di Indonesia

1. Seni Bangunan

Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid, makam,
istana. Masjid adalah tempat ibadahnya orang Islam. Di Indonesia, istilah masjid biasanya
menunjuk pada tempat untuk menyelenggarakan shalat jumat.

Masjid di Indonesia pada zaman madya biasanya mempunyai cirri khas tersendiri, diantaranya :

1. Atapnya berbentuk “atap tumpang” yaitu atap bersusun. Jumlah atap tumpang itu selalu
ganjil, 3 atau 5 seperti di Jawa dan Bali pada masa Hindu.
2. Tidak adanya menara. Pada masa itu masjid yang mempunyai menara hanya masjid
Banten dan masjid Kudus.
3. Biasanya masjid dibuat dekat istana, berada di sebelah utara atau selatan. Biasanya
didirikan di tepi barat alun-alun. Letak masjid ini melambangkan bersatunya rakyat dan
raja sesama makhluk Allah. Selain di alun-alun, masjid juga dibangun di tempat-tempat
keramat, yaitu makam wali, raja atau ahli agama.

Bentuk perkembangannya sesuai dengan perkembangan zaman. Sekarang kebanyakan masjid


atasnya berbentuk kubah dan ada menara, ini merupakan pengaruh dari Timur tengah dan India.

Makam Sendang Duwur (Tuban)

Ciri-ciri dari wujud akulturasi pada bangunan makam terlihat dari:

a. makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang keramat.

b. makamnya terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau Kijing, nisannya juga
terbuat dari batu.

c. di atas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan cungkup atau kubba.

d. dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antara makam dengan makam
atau kelompok-kelompok makam. Bentuk gapura tersebut ada yang berbentuk kori agung
(beratap dan berpintu) dan ada yang berbentuk candi bentar (tidak beratap dan tidak berpintu).

e. Di dekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan biasanya makam
tersebut adalah makam para wali atau raja. Contohnya masjid makam Sendang Duwur seperti
yang tampak pada gambar 1.2. tersebut.
2. Seni Rupa

Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan. Seni ukir relief yang menghias
Masjid, makam Islam berupa suluran tumbuh-tumbuhan namun terjadi pula Sinkretisme (hasil
perpaduan dua aliran seni logam), agar didapat keserasian, misalnya ragam hias pada gambar
1.3. ditengah ragam hias suluran terdapat bentuk kera yang distilir.

3. Aksara dan Seni Sastra

Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara atau tulisan,
yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab Melayu atau
biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menuliskan
bahasa Melayu tetapi tidak menggunakan tanda-tanda a, i, u seperti lazimnya tulisan Arab. Di
samping itu juga, huruf Arab berkembang menjadi seni kaligrafi yang banyak digunakan sebagai
motif hiasan ataupun ukiran.Sedangkan dalam seni sastra yang berkembang pada awal periode
Islam adalah seni sastra yang berasal dari perpaduan sastra pengaruh Hindu – Budha dan sastra
Islam yang banyak mendapat pengaruh Persia.

Bentuk seni sastra yang berkembang adalah:

a. Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat
ditulis dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran
(karangan bebas atau prosa). Contoh hikayat yang terkenal yaitu Hikayat 1001 Malam, Hikayat
Amir Hamzah, Hikayat Pandawa Lima (Hindu), Hikayat Sri Rama (Hindu).

b. Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton sering dianggap sebagai peristiwa sejarah
contohnya Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon.

c. Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawwuf contohnya Suluk Sukarsa, Suluk
Wijil, Suluk Malang Sumirang dan sebagainya.

d. Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan Suluk karena berbentuk kitab yang
berisi ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan hari baik/buruk.

Bentuk seni sastra tersebut di atas, banyak berkembang di Melayu dan Pulau Jawa.

Kedatangan Islam ke Indonesia membawa pengaruh cukup besar bagi kebudayaan Indonesia.
Tetapi bukan berarti menghapus semua yang ada sebelumnya. Misalnya, kesenian wayang yang
telah ada sebelum kedatangan Islam. Bahkan wayang ini digunakan para wali untuk
menyebarkan agama Islam.

4. Sistem Pemerintahan

Dalam pemerintahan, sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang
bercorak Hindu ataupun Budha. Tetapi setelah Islam masuk, maka kerajaan-kerajaan yang
bercorak Hindu/Budha mengalami keruntuhannya dan digantikan peranannya oleh kerajaan-
kerajaan yang bercorak Islam seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka dan sebagainya.

Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan seperti

halnya para wali dan apabila rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan dicandi/dicandikan tetapi
dimakamkan secara Islam.

5. Sistem Kalender

Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah mengenal Kalender
Saka (kalender Hindu) yang dimulai tahun 78M. Dalam kalender Saka ini ditemukan nama-nama
pasaran hari seperti legi, pahing, pon, wage dan kliwon. Setelah berkembangnya Islam Sultan
Agung dari Mataram menciptakan kalender Jawa, dengan menggunakan perhitungan peredaran
bulan (komariah) seperti tahun Hijriah (Islam).

G.Faktor-faktor pendorong Masuknya Bangsa Barat ke Indonesia


1. Perang Salib
Pada abad ke-7 kota Jerusalem jatuh ke tangan banga Arab. Peziarah dari Eropa masih
diperkenankan berkunjung sehingga tidak menimbulkan konflik. Namun setelah bangsa Turki
menguasai Jerusalem (1070) para peziarah Kristen dilarang mengunjungi kota suci tersebut,
sehingga berkobar Perang Salib yang terjadi tujuh kali sepanjang tahun 1070-1291 (sekitar 200
tahun). Dinamai Perang Salib oleh orang Kristen, dan dinamai Perang Suci oleh orang
Islam.Perang ini melibatkan sangat banyak orang, terdiri dari orang-orang Turki Seljuk dan Arab
melawan bangsa Eropa. Pada akhirnya kota Jerusalem berhasil dikuasai oleh orang Islam.
Namun bangsa Eropa tak tinggal diam, mereka ingin balas dendam. Raja Richard The Lion Heart
(Inggris) menghimbau para Raja di Eropa untuk merebut kekuasaan kota Jarusalem. Mereka
berusaha namun gagal.
Adapun faktor penyebab perang salib yaitu (saya simpulkan) :

 Para peziarah Kristen dilarang mengunjungi Jerusalem.


 Keinginan merebut Spanyol yang telah dikuasai Dinasti Umayyah selama 7 abad.
 Usaha untuk mempersatukan kembali Gereja Roma dengan Gereja Romawi Timur,
seperti di Konstantinopel, Jerusalem dan Aleksandria yang dipelopori oleh Paus Urbanus.

Dampak perang salib antara lain :

 Terputusnya jalur perdagangan antara Eropa dan Asia Barat (Timur Tengah), sehingga
pedagang-pedagang dari Eropa mulai mencari jalan lain untuk mendapat rempah-rempah.
 Karena kekalahan dalam Perang Salib, bangsa Eropa menyadari bahwa mereka telah
tertinggal dari orang-orang Islam dan bangsa Timur. Kelemahan tersebut menjadi
gebrakan dahsyat untuk mengejar ketertinggalan. Mereka belajar dari karya besar orang-
orang Islam dan berusaha mengembangkan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi)
secara besar-besaran.
 Kekalahan Perang Salib tentu meninggalkan luka yang dalam. Sebagian orang-orang
Kristen pada akhirnya ingin membalaskan dendam kepada umat Islam, tentunya dengan
motivasi yang tinggi untuk mengungguli umat Islam.

2. Jatuhnya kota Konstantinopel

Setelah adanya perang salib yang dimenangkan oleh umat Islam, terjadi perubahan tatanan
politik. Perubahan itu memunculkan kekuasaan baru di Kekhalifahan Timur, yaitu kekuasaan
Turki Usmani. Kekuasaan baru tersebut menjadi kekuatan besar yang sulit dikalahkan, hal ini
terbukti dengan dikuasainya Mesir, Syria, Palestina, Mesopotamia, Asia Kecil, bahkan Kerajaan
Romawi Timur.

Jatuhnya kota Konstantinopel, ibukota Romawi Timur ke tangan kesultanan Turki (dipimpin
oleh Sultan Muhammad II) pada tahun 1453 menyebabkan hubungan dagang bangsa Eropa ke
dunia Timur menjadi terbatas. Laut Tengah yang digunakan bangsa Eropa untuk melakukan
transaksi perdagangan dengan Asia Barat, seluruhnya berada di bawah pengawasan Turki
Usmani. Mereka mempersulit kedatangan bangsa Eropa ke daerah kekuasaannya, kemudian
terjadilah kemerosotan dagang.
3. Pencarian rempah-rempah

Harga rempah-rempah yang sangat mahal kala itu bahkan bisa disejajarkan dengan harga emas,
maka muncul istilah “semahal emas” atau “semahal Lada”. Bayangkan saja harga cabai atau pala
kala itu sebanding dengan harga emas, bukankah hal itu sangat fantastis ?

Padahal harga yang sebenarnya di tempat asalnya sangat murah. Oleh karena itu, orang-orang
Eropa ingin mengambil dari tempat asalnya secara langsung. Dengan harapan lain, bangsanya
menjadi penguasa rempah-rempah di Eropa.

Karena berbagai desakan tersebut, bangsa barat berlomba-lomba melakukan ekspedisi dan
berusaha mencari jalan sendiri ke pusat rempah-rempah di Asia.

4. Penjelajahan Samudera

Pada akhir abad ke-15, akhirnya bangsa Eropa berusaha melakukan penjelajahan samudera. Ada
beberapa faktor yang mendorong terjadinya penjelajahan samudera, antara lain yaitu :

 Adanya keinginan untuk mencari rempah-rempah.


 Ingin memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya.
 Adanya jiwa petualang, sehingga menggugah semangat untuk berpetualang mengarungi
samudera.
 Semangat balas dendam untuk reconquista atau menaklukan orang-orang yang beragama
Islam.
 Jatuhnya kota Konstantinopel, pusatnya jalur perdagangan bangsa Eropa yang kemudian
dikuasai Turki Usmani.
 Tertarik dengan Kisah perjalanan Marcopolo (1254-1324) seorang pedagang dari
Venesia, Italia ke Cina yang dituangkan ke dalam buku Book of Various Experience
(Imago Mundi) yang mengisahkan tentang keajaiban dunia.
 Keinginan yang tinggi untuk mengetahui lebih jauh rahasia bumi, keadaan geografi dan
bangsa-bangsa yang tinggal di belahan bumi lain. Terlebih kala itu telah ditemukannya
teori Heliosentris oleh Copernius bahwa pusat peredaran tata surya adalah matahari.
Planet-planet berputar mengelilingi matahari dan bumi berputar pada porosnya. Bentuk
bumi tidak rata tetapi bulat.
 Ambisi pencapaian 3G (gold, glory and gospel).

Mungkin sobat bertanya tanya, apa itu 3G ?

Ketika banga Eropa melakukan ekspedisi mengarungi luasnya samudera, mereka telah memiliki
suatu pedoman/prinsip yang tujuannya adalah mewujudkan semangat 3G, yaitu :

 Gold = Keinginan mencari kekayaan. Sebagai lammbang kekayaan, emas sudah


disejajarkan dengan rempah-rempah, karena menguasai daerah penghasil rempah-rempah
akan mendatangkan kekayaan melimpah.
 Gospel = Menyebarkan agama nasrani. Sebagai utusan resmi kerajaan para penjelajah
wajib mmengemban agama raja untuk disebarkan di daerah kekuasaannya, sehingga rabi
dengan Al-Kitab (gospel) selalu menyertai setiap kegiatan ekspedisi.
 Glory = Memperoleh kejayaan. Kejayaan sebagai suatu bangsa ditunjukkan dengan
kemampuannya menaklukkan wilayah lain dan luasnya daerah jajahan.

5. Kemajuan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi)

Karena semangat bangsa Eropa untuk mengejar ketertinggalan, bangsa Eropa mulai mencoba
untuk melakukan penyesuaian yang lebih baik terhadap orang-orang Islam dan orang Timur
untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kemajuan teknologi yang semakin berkembang pesat tersebut telah dibuktikan dengan beberapa
hal yaitu :

 Dikembangkannya teknik pembuatan kapal untuk mengarungi samudera.


 Ditemukannya mesiu untuk persenjataan.
 Ditemukannya kompas sebagai petunjuk arah.
Pada akhirnya bangsa Eropa mulai melangkah, menuju dunia Timur dan sampailah bangsa Eropa
ke Nusantara (Indonesia).

H. Faktor-faktor yang Mendukung dan Menolak Penerimaan Budaya Barat ke Indonesia

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw
Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan
oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu
adalah Cultural-Determinism.

Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai
makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-
pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.

Berbagai faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu unsur kebudayaan baru
diantaranya :
1. Terbatasnya masyarakat memiliki hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan dengan
orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut.
2. Jika pandangan hidup dan nilai yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan oleh nilai-
nilai agama.
3. Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan baru.
Misalnya sistem otoriter akan sukar menerima unsur kebudayaan baru.
4. Suatu unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang
menjadi landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut.
5. Apabila unsur yang baru itu memiliki skala kegiatan yang terbatas.

Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan
ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi,
perjalanan, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas negara menjadi bias. Kata
“globalisasi” diambil dari kata global, yang maknanya universal. Globalisasi sebagai suatu
proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan
negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau
kesatuan dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara
adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari
sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuknya yang paling
mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan
negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi
cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap
bidang-bidang lain seperti budaya dan agama.

Unsur globalisasi yang sulit diterima masyarakat:


1. Teknologi yang rumit dan mahal.
2. Unsur budaya luar yang bersifat ideologi dan religi.
3. Unsur budaya yang sukar disesuaikan dengan kondisi masyarakat.

Unsur globalisasi yang mudah diterima masyarakat:


1. Unsur yang mudah disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat.
2. Teknologi tepat guna, teknologi yang langsung dapat diterima oleh masyarakat.
3. Pendidikan formal di sekolah.

FAKTOR YANG MEMBUAT BUDAYA ASING MUDAH DITERIMA :

1. Faktor kurangnya pengawasan orang tua


2. Fakto pertemanan / pergaulan
3. Faktor lingkungan
4. Fakor teknologi

Dari faktor-faktor di atas ini sangat berpengaruh untuk perkembangan anak bangsa / penerus-
penerus pahlawan bangsa. Faktor-faktr ini harus benar-benar di perhatikan dan jangan sekalipun
di anggap remeh.

I. Pengaruh Budaya Asing Terhadap Kebudayaan Indonesia


Definisi Budaya

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur
yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan
dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.

Dampak Masuknya Budaya Asing ke Indonesia


1) Dampak Positif
Modernisasi yang terjadi di Indonesia yaitu pembangunan yang terus berkembang di
Indonesia dapat merubah perekonomian indonesia dan mencapai tatanan kehidupan
bermasyarakat yang adil, maju, dan makmur. Hal tersebut dihaarapkan akan mewujudkan
kehidupan masyarakat yang sejahtera baik batin, jasmani dan rohani.
2) Dampak Negatif

a) Kesenjangan Sosial Ekonomi


b) Kerusakan Lingkungan Hidup
c) Masalah Kriminalitas
d) Kenakalan Remaja

Anda mungkin juga menyukai