Anda di halaman 1dari 11

Peta Konsep

Konsep, Prinsip,dan
Hukum Ekonomi,
Ideologi dan Prinsip
Karakteristik sistem Dasar Koperasi di
perekonomian di Indonesia.
Indonesia

Masalah Pengertian Perubahan dan


ekonomi,dan faktor prinsip,hukum, dan Perkembangan ekonomi
produksi pelaku ekonomi di Indonesia

A. Karakteristik Sistem Perekonomian Indonesia

Landasan hukum mendasar tentang perekonomian Indonesia dapat dilihat dari UUD 1945 Pasal
33 sebagai berikut.

1. Ayat 1 : Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan.
2. Ayat 2 : Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.
3. Ayat 3 : Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalanmya dikuasai oleh Negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
4. Ayat 4 : Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan
ekonomi nasional.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.

Berdasarakan bunyi ayat dalam pasal 33 tersebut dapat diketahui karakteristik perekonomian
Indonesia di antaraya sebagai berikut.

 Kekeluargaan menjadi azas mendasar dalam demokrasi ekonomi Indonesia.


 Peran Negara sangat penting dalam mengelola sumber daya ekonomi yang penting bagi
masyarakat.
 Kemakmuran masyarakat menjadi prioritas utama dalam pengelolaan sumber daya
ekonomi yang terdapat di tanah air Indonesia, bukan kemakmuran seseorang atau
kelompok orang.

2. Nilai-Nilai Dasar Perekonomian Indonesia Menurut UUD 1945 Pasal 33

Berdasarkan UUD 1945 pasal 33 dapat diketahui beberapa nilai dasar yang menjadi identitas
perekonomian Indonesia, di antaranya sebagai berikut.

a. Kekeluargaan
Kekeluargaan menjadi nilai dasar pertamayang wajib diwujudkan oleh setiap pelaku ekonomi
Indonesia. Hal tersebut dipesankan secara langsung oleh ayat 1 pasal 33 UUD 1945.
b. Kerja Sama
Kerja sama lebih penting dibanding persaingan dalam melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia,
sehingga persaingan yang menjadi ciri khas ekonomi kapitalis/liberalis sangat bertentangan
dengan semangat pasal 33, terlebih persaingan yang tidak sehat yang menggiring kepada
monopoli pemanfaatan sumber daya ekonomi dan monopoli kemakmuran oleh sekelompok
orang.
c. Gotong Royong
Gotong royong menjadi identitas penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk
dalam melakukan kegiatan ekonomi sehingga maanfaat dari bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung didalamnya dapat dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali.
d. Keadilan
Keadilan menjadi hal penting dalam setiap kegiatan ekonomi di Indonesia, sehingga setiap
pelaku ekonomi dapat memperoleh bagian sesuai dengan prestasi kerjanya atau sesuai dengan
kontribusinya dalam kegiatan ekonomi.
e. Kemandirian
Kemandirian menjadi nilai dasar yang mencerminkan ketidaktergantungan bangsa Indonesia
kepada pelaku ekonomi asing.

B. Masalah Pokok Ekonomi

Pokok masalah ekonomi ada tiga, yaitu: produksi, konsumsi dan distribusi.

– Produksi, menyangkut masalah usaha atau kegiatan mencipta Pokok masalah ekonomi :
atau menambah kegunaan suatu benda. – produksi
– Konsumsi, menyangkut kegiatan menghabiskan atau – konsumsi
mengurangi kegunaan suatu benda. – distribusi.
– Distribusi, menyangkut kegiatan menyalurkan barang dari
produsen kepada konsumen.

– Sistem Ekonomi Tradisional


Sistem ekonomi ini merupakan sistem ekonomi yang dijalankan secara bersama untuk
kepentingan bersama (demokratis), sesuai dengan tata cara yang biasa ditempuh oleh nenek
moyang sebelumnya.
– Sistem Ekonomi Terpusat
Pada sistem ekonomi ini, pemerintah bertindak sangat aktif, segala kebutuhan hidup termasuk
keamanan dan pertahanan direncanakan oleh pemerintah secara terpusat. Pelaksanaan
dilakukan oleh daerah-daerah di bawah satu komando dari pusat.
– Sistem Ekonomi Pasar
Pada sistem ekonomi pasar, kehidupan ekonomi diharapkan dapat berjalan bebas sesuai
dengan mekanisme pasar.

Faktor produksi fisik ialah semua kekayaan yang terdapat di alam semesta dan barang mentah
lainnya yang dapat digunakan dalam proses produksi. Faktor yang termasuk di dalamnya adalah
tanah, air, dan bahan mentahTenaga kerja merupakan faktor produksi insani yang secara
langsung maupun tidak langsung menjalankan kegiatan produksi. Faktor produksi tenaga kerja
juga dikategorikan sebagai faktor produksi asli. Dalam faktor produksi tenaga kerja, terkandung
unsur fisik, pikiran, serta kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja. Oleh karena itu, tenaga
kerja dapat dikelompokan berdasarkan kualitas (kemampuan dan keahlian) dan berdasarkan sifat
kerjanya.

C. Pengertian Prinsip, Hukum, dan Pelaku Ekonomi

Prinsip ekonomi merupakan sebuah usaha untuk mendapatkan hasil tertentu dengan pengorbanan
yang seminim mungkin. Selain itu prisip ekonomi juga dapat diartikan sebagai suatu tindakan
dalam rangka mendapatkan kebutuhan tertentu dengan biaya yang seminim mungkin. Prinsip
ekonomi ditujukan agar pelaku ekonomi dapat mencapai keektifan serta keefesienan yang tinggi
dalam memenuhi kebutuhan ekonomi. Misalnya, jika saat kita akan membeli sebuah barang,
pasti kita akan membandingkan harga barang dan kualitas yang di tawarkan toko tersebut dengan
toko yang lain. Selain itu kita akan mencari barang yang harganya murah karena ada diskon atau
adapotongan harga.

Ciri – Ciri Prinsip Ekonomi

Setelah kita memahami dan mencermati pengetian prisip ekonomi, kini saatnya kit mengetahui
tentang ciri-cirir prinsip ekonomi. Adapun ciri-ciri dari prinsip ekonomi sendiri adalah sebagai
berikut:

1. Selalu hemat
2. Selalu mengutamakan kebutuhan yang terpenting terlebih dahulu.
3. Merinci kebutuhan hidup dari yang terpenting sampai dengan kebutuhan yang tidak
terlalu penting.
4. Bertindak dengan rasional dan ekonomis, yakni menentukan kebutuhan menggunakan
perencanaan yang sudah matang.
5. Bertindak dengan prinsip “pengeluaran biaya diikuti dengan hasil yang di dapatkan.”
Jenis Jenis Prinsip Ekonomi

Setelah kita mengetahui tentang ciri-ciri dari prinsip ekonomi maka kiata akan membahas
tentang jenis-jenis prinsip ekonomi. Adapun jenis-jenis dari prinsip ekonomi dapat di
kelompokkan menjadi 3 jenis yakni:

1. Prinsip produsen

Prinsip produsen merupakan prinsip ekonomi yang digunakan untuk menentukan bahan baku,
alat produksi maupun biaya produksi dari bahan baku menjadi bahan jadi. Prinsip ini ditekankan
kepada bahan baku serendah mungkin dan dapat menghasilkan produk atau barang yang
berkualitas baik.

2. Prinsip penjual atau pedagang

Prinsip penjual merupakan prinsip ekonomi yang digunakan untuk melakukan berbagai macam
usaha agar dapat memenuhi selera dari kosumen. Prinsip ini ditekankan pada promosi atau iklan,
reward hadiah, dan lain sebagainya dengan tujuan agar memperoleh banyak pelanggan sehingga
keuntungan akan semakin besar.

3. Prinsip pembeli

Prinsip pembeli merupakan prinsip ekonomi yang digunakan untuk mendapatkan produk
maupun jasa yang bermutu dan memiliki kualitas yang baik namun dengan biaya yang seminim
mungkin.

Dari ketiga jenis prisip ekonomi tersebut akan tibul beberapa hal yang akan dilakukan pelaku
ekonomi. Adapun hal-hal yang ditimbulkan dari prinsip ekonomi tersebut antara lain :

a. Bertindak ekonomis

Yakni pelaku ekonomi akan bertindak untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan cara
yang rasional. Maksudnya rasional yaitu setiap tindakan yang dilakukan akan dipikirkan secara
matang terlebih dahulu dan selalu berpegang pada prinsip ekonomi. Seseorang pelaku ekonomi
dapat dikatakan bertindak secara ekonomis jika ia dapat menyeimbangkan antara hasil yang
diperolah dan biaya yang dikeluarkan. Yakni kebutuhannya dapat terpenuhi sebaik mungkin dan
pengorbanan atau biaya yang dikeluarkannya sekecil mungkin.

b. Berpikir ekonomis

Yakni pelaku ekonomi berfikir untuk mencari cara agar apa yang didapat dari alam dapat
memiliki nilai guna yang lebih baik lagi. Hal ini dilakukan karena untuk mengimbangi keperluan
atau kebutuhan yang akan semakin lama semakin meningkat. Pelaku ekonomi tidak hanya
berpikir tentang cara memakai sumber yang telah ada (dari alam) untuk di habiskan begitu saja.
Namun juga berfikir agar suberdaya tersebut dapat lebih bermanfaat. Seseorang pelaku ekonomi
dapat di katakan berfikir ekonomis jika orang tersebut dapat melakukan melakukan tindakan
produksi.

Pelaku ekonomi adalah individu-individu atau lembaga-lembaga yang terlibat dalam proses
kegiatan ekonomi baik produksi, distribusi, maupun konsumsi. Yang berperan dalam pelaku
ekonomi adalah rumah tangga, masyarakat, perusahaan/sektor usaha dan pemerintah. Pemerintah
selain sebagai pelaku ekonomi juga berperan aktif sebagai pengawas, kontroler dan koordinator
dalam kegiatan ekonomi agar tercipta iklim yang kondusif.

PELAKU EKONOMI

Pelaku kegiatan ekonomi di Indonesia dapat dikelompokkan dalam 3 sektor usaha formal yaitu
BUMN, BUMS dan Koperasi.

1) BUMN ( Badan Usaha Milik Negara)

BUMN adalah badan usaha yang didirikan dan dimiliki pemerintah.

2). BUMS ( Badan Usaha Milik Swasta )

BUMS adalah badan usaha yang didirikan dan dimiliki swasta secara individu atau kelompok.

3). Koperasi

Pengertian koperasi

Menurut UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang seorang atau badan hukum berdasar atas asas kekeluargaan.

Selain ketiga usaha formal diatas (BUMN, BUMS dan Koperasi) terdapat usaha-usaha informal
yaitu bidang usaha bermodal kecil, alat produksi terbatas dan tanpa bentuk badan hukum.

Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan
kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia
yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Permasalahan itu
kemudian menyebabkan timbulnya kelangkaan (Ingg: scarcity). Hukum ekonomi adalah suatu
hubungan sebab akibat atau pertalian peristiwa ekonomi yang saling berhubungan satu dengan
yang lain dalam kehidupan ekonomi sehari-hari dalam masyarakat.

Hukum ekonomi terbagi menjadi 2, yaitu:


a.) Hukum ekonomi pembangunan, yaitu seluruh peraturan dan pemikiran hukum mengenai
cara-cara peningkatan dan pengembangan kehidupan ekonomi (misal hukum perusahaan dan
hukum penanaman modal)
b.) Hukum ekonomi sosial, yaitu seluruh peraturan dan pemikiran hukum mengenai cara-cara
pembagian hasil pembangunan ekonomi secara adil dan merata, sesuai dengan hak asasi manusia
(misal, hukum perburuhan dan hukum perumahan).
Contoh hukum ekonomi :
1. Jika harga sembako atau sembilan bahan pokok naik maka harga-harga barang lain biasanya
akan ikut merambat naik.
2. Apabila pada suatu lokasi berdiri sebuah pusat pertokoan hipermarket yang besar dengan
harga yang sangat murah maka dapat dipastikan peritel atau toko-toko kecil yang berada di
sekitarnya akan kehilangan omset atau mati gulung tikar.
3. Jika nilai kurs dollar amerika naik tajam maka banyak perusahaan yang modalnya berasal dari
pinjaman luar negeri akan bangkrut.
4. Turunnya harga elpiji / lpg akan menaikkan jumlah penjualan kompor gas baik buatan dalam
negeri maupun luar negeri.
5. Semakin tinggi bunga bank untuk tabungan maka jumlah uang yang beredar akan menurun
dan terjadi penurunan jumlah permintaan barang dan jasa secara umum. Demikianlah penjelasan
tentang hukum ekonomi secara keseluruhan semoga kita semua mengerti dan dapat
megimplementasikan ke dalam kehidupan nyata

2.Tujuan Hukum dan Sumbr-sumber hukum


Hukum itu bertujuan menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakatdan hukum itu harus
pula bersendikan pada keadilan, yaitu asas-asas keadilan dari masyarakat itu.

sumber hukum ialah segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai kekuatan
yang bersifat memaksa yakni aturan-aturan yang apabila dilanggar menimbulkan sanksi yang
tegas dan nyata.

Hukum ditinjau dari segi material dan formal


• Sumber-sumber hukum material

Dalam sumber hukum material dapat ditinjau lagi dari berbagai sudut, misalnya dari sudut
ekonomi, sejarah sosiolagi, filsafat, dsb
Contoh :
1. Seorang ahli ekonomi mengatakan, bahwa kebutuhan-kebutuhan ekonomi dalam masyarakat
itulah yang menyebabkan timbulnya hukum.
2. Seorang ahli kemasyarakatan (sosiolog) akan mengatakan bahwa yang menjadi sumber hukum
ialah peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam masyarakat.
• Sumber hukum formal
1. Undang – Undang (Statute)
Ialah suatu peraturan Negara yang mempunyai kekuasaan hukum yang mengikat diadakan dan
dipelihara oleh penguasa Negara.
2. Kebiasaan (Costum)
Ialah suatu perbuatan manusia uang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal sama . Apabila
suatu kebiasaan tersebut diterima oleh masyarakat, dan kebiasaan itu selalu berulang-ulang
dilakukan sedemikian rupa, sehingga tindakan yang berlawanan dengan kebiasaan itu dirasakan
sebagai pelanggaran perasaan hukum, maka dengan demikian timbul suatu kebiasaan hukum,
yang oleh pergaulan hidup dipandang sebagai hukum.

3. Keputusan Hakim (Jurisprudentie)


Dari ketentuan pasal 22 A.B. ini jelaslah, bahwa seorang hakim mempunyai hak untuk membuat
peraturan sendiri untuk menyelesaikan suatu perkara. Dengan demikian, apabila Undang –
undang ataupun kebiasaan tidak member peraturan yang dapat dipakainya untuk menyelesaikan
perkara itu, maka hakim haruslah membuat peraturan sendiri.

D. Perubahan dan Perkembangan Ekonomi di Indonesia

Sebelum merdeka, Indonesia mengalami masa penjajahan yang terbagi dalam beberapa periode.
Ada empat negara yang pernah menduduki Indonesia, yaitu Portugis, Belanda, Inggris, dan
Jepang. Portugis tidak meninggalkan jejak yang mendalam di Indonesia karena diusir oleh
Belanda, tapi Belanda yang kemudian berkuasa selama sekitar 350 tahun, sudah menerapkan
berbagai sistem yang masih tersisa hingga kini. Untuk menganalisa sejarah perekonomian
Indonesia pada masa penjajahan, berikut adalah penjelasannya :

Masa Pendudukan Belanda

Pada masa penjajahan,Indonesia menerapkan system perekonomian monopolis. Dimana


setiap kegiatan perekonomian dijalankan sesuai dengan penguasa perdagangan Indonesia saat
itu. VOC adalah lembaga yang menguasai perdagangan Indonesia pada saat itu, disini VOC
menerapkan peraturan dan strategi agar mereka tetap menguasai perekonomian Indonesia.
Peraturan-peraturan yang diterapkan VOC seperti kewajiban menyerahkan hasil bumi pada VOC
dan pajak hasil bumi yang dirancang untuk mendukung monopoli tersebut.

Masa Pendudukan Inggris (1811-1816)

Inggris berusaha merubah pola pajak hasil bumi yang telah hampir dua abad diterapkan
oleh Belanda, dengan menerapkan Landrent (pajak tanah). Sistem ini sudah berhasil di India, dan
Thomas Stamford Raffles mengira sistem ini akan berhasil juga di Hindia Belanda. Selain itu,
dengan menggunakan pajak tanah, maka penduduk pribumi akan memiliki uang untuk membeli
barang produk Inggris atau yang diimpor dari India. Inilah imperialisme modern yang
menjadikan tanah jajahan tidak sekedar untuk dieksplorasi kekayaan alamnya, tapi juga menjadi
daerah pemasaran produk dari negara penjajah. Akan tetapi, perubahan yang cukup mendasar
dalam perekonomian ini sulit dilakukan, dan bahkan mengalami kegagalan di akhir kekuasaan
Inggris yang Cuma seumur jagung di Hindia Belanda. Sebab-sebabnya antara lain :

1. Masyarakat Hindia Belanda pada umumnya buta huruf dan kurang mengenal uang
2. Pegawai pengukur tanah dari inggris sendiri jumlahnya terlalu sedikit.
3. Kebijakan ini kurang didukung raja-raja dan para bangsawan, karena inggris tak mampu
mengakui suksesi jabatan secara turun temurun.

Masa (Sistem Tanam Paksa)

Cultuurstelstel (sistem tanam paksa) mulai diberlakukan pada tahun 1836 atas inisiatif
Van Den Bosch. Yang bertujuan untuk memproduksi berbagai komoditi yang permintaannya
ada di pasaran dunia. Sejak saat itu, diperintahkan pembudidayaan produk-produk selain kopi
dan rempah-rempah, yaitu gula, nila, tembakau, teh, kina, karet dan kelapa sawit. Sistem ini
jelas menekan penduduk pribumi, akan tetapi sangant menguntungkan bagi Belanda, apalagi
dipadukan dengan sistem konsinyasi (monopoli ekspor). Setelah penerapan kedua sistem ini,
seluruh kerugian akibat perang dengan Napoleon di Belanda langsung tergantikan berkali lipat.
Sistem ini merupakan pengganti sistem landrent (pajak tanah) dalam rangka memperkenalkan
penggunaan uang pada masyarakat pribumi. Masyarakat diwajibkan menanam tanaman
komoditas ekspor dan menjual hasilnya ke gudang-gudang pemerintah untuk kemudian dibayar
dengan harga yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Bagi masyarakat pribumi, sudah tentu
cultuur stelstel sangat memeras keringat dan darah mereka, apalagi aturan kerja rodipun masih
diberlakukan. Namun segi positifnya adalah, mereka mulai mengenal tata cara menanam
tanaman komoditas ekspor yang pada umumnya bukan tanaman asli Indonesia, dan masuknya
ekonomi uang di pedesaan yang memicu meningkatnya taraf hidup mereka. Bagi pemerintah
Belanda, ini berarti bahwa masyarakat sudah bisa menyerap barang-barang impor yang mereka
datangkan ke Hindia Belanda. Dan ini juga merubah cara hidup masyarakat pedesaan menjadi
lebih komersial, tercermin dari meningkatnya jumlah penduduk yang melakukan kegiatan
ekonomi non agraris.

Dengan menerapkan cultuur stelstel, pemerintah Belanda membuktikan teori sewa tanah
dari mazhab klasik, yaitu bahwa sewa tanah timbul dari keterbatasan kesuburan tanah. Namun
disini, pemerintah Belanda hanya menerima sewanya saja, tanpa perlu mengeluarkan biaya untuk
menggarap tanah yang kian lama kian besar. Biaya yang kian besar itu meningkatkan
penderitaan rakyat, sesuai teori nilai lebih (Karl Marx), bahwa nilai leih ini meningkatkan
kesejahteraan Belanda sebagai kapitalis.

Sistem Ekonomi Pintu Terbuka (Liberal)

Dengan adanya dorongan dari kaum humanis belanda yang menginginkan perubahan
nasib warga pribumi ke arah yang lebih baik, mendorong pemerintah Hindia Belanda untuk
mengubah kebijakan ekonominya. Maka dibuatlah peraturan-peraturan agraria yang baru, yang
antara lain mengatur tentang penyewaan tanah pada pihak swasta untuk jangka 75 tahun, dan
aturan tentang tanah yang boleh disewakan dan yang tidak boleh. Hal ini nampaknya juga masih
tak lepas dari teori-teori mazhab klasik, antara lain terlihat pada :

1. Keberadaan pemerintah Hindia Belanda sebagai tuan tanah, pihak swasta yang
mengelola perkebunan swasta sebagai golongan kapitalis, dan masyarakat pribumi
sebagai buruh penggarap tanah.
2. Prinsip keuntungan absolut : Bila di suatu tempat harga barang berada diatas ongkos
tenaga kerja yang dibutuhkan, maka pengusaha memperoleh laba yang besar dan
mendorong mengalirnya faktor produksi ke tempat tersebut.
3. Laissez faire laissez passer, perekonomian diserahkan pada pihak swasta, walau jelas,
pemerintah Belanda masih memegang peran yang besar sebagai penjajah yang
sesungguhnya.
Pada akhirnya, sistem ini bukannya meningkatkan kesejahteraan masyarakat pribumi,
tapi malah menambah penderitaan, terutama bagi para kuli kontrak yang pada umumnya
tidak diperlakukan layak.

Masa Pendudukan Jepang(1942-1945)


Pemerintah militer Jepang menerapkan suatu kebijakan pengerahan sumber daya
ekonomi mendukung gerak maju pasukan Jepang dalam perang Pasifik. Sebagai akibatnya,
terjadi perombakan besar-besaran dalam struktur ekonomi masyarakat. Kesejahteraan rakyat
merosot tajam dan terjadi bencana kekurangan pangan, karena produksi bahan makanan untuk
memasok pasukan militer dan produksi minyak jarak untuk pelumas pesawat tempur menempati
prioritas utama. Impor dan ekspor macet, sehingga terjadi kelangkaan tekstil yang sebelumnya
didapat dengan jalan impor. Segala hal diatur oleh pusat guna mencapai kesejahteraan bersama
yang diharapkan akan tercapai seusai memenangkan perang Pasifik.

Perekonomian Indonesia Masa Orde Lama (1945 – 1966)

Pada awal kemerdekaan, pembangunan ekonomi Indonesia mengarah perubahan struktur


ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional, yang bertujuan untuk memajukan industri kecil
untuk memproduksi barang pengganti impor yang pada akhirnya diharapkan mengurangi tingkat
ketergantungan luar negeri. Sistem moneter tentang perbankan khususnya bank sentral masih
berjalan seperti wajarnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya hak ekslusif untuk mencetak uang
dan memegang tanggung jawab perbankan untuk memelihara stabilitas nasional. Bank Indonesia
mampu menjaga tingkat kebebasan dari pengambilan keputusan politik.

Masa orde lama dimulai dari tanggal 17 Agustus 1945 saat Indonesia merdeka. Pada saat itu,
keadaan ekonomi Indonesia mengalami kegiatan produksi terhenti pada tingkat inflasi yang
tinggi. Indonesia pernah mengalami sistem politik yang demokratis yakni pada periode 1949
sampai 1956. Pada tahun tersebut, terjadi konflik politik yang berkepanjangan dimana rata-rata
umur kabinet hanya dua tahun sehingga pemerintah yang berkuasa tidak fokus memikirkan
masalah-masalah sosial dan ekonomi yangterjadi pada saat itu. Selama periode 1950an struktur
ekonomi Indonesia masih peninggalan jaman kolonial, struktur ini disebut dual society dimana
struktur dualisme menerapkandiskriminasi dalam setiap kebijakannya baik yang langsung
maupun tidak langsung. Keadaan ekonomi Indonesia menjadi bertambah buruk dibandingkan
pada masa penjajahan Belanda. Sejak tahun 1955, pembangunan ekonomi mulai meramba ke
proyek-proyek besar. Hal ini dikuatkan dengan keluarnya kebijakan Rencana Pembangunan
Semesta Delapan Tahun (1961). Kebijakan ini berisi rencana pendirian proyek-proyek besar dan
beberapa proyek kecil untuk mendukung proyek besar tersebut. Rencana ini mencakup sektor-
sektor penting dan menggunakan perhitungan modern. Namun sayangnya Rencana
Pembangunan Semesta Delapan Tahun ini tidak berjalan atau dapat dikatakan gagal karena
beberapa sebab seperti adanya kekurangan devisa untuk menyuplai modal serta kurangnya
tenaga ahli. Perekonomian Indonesia pada masa ini mengalami penurunan atau memburuk.
Terjadinya pengeluaran besar-besaran yang bukan ditujukan untuk pembangunan dan
pertumnbuhan ekonomi melainkan berupa pengeluaran militer untuk biaya konfrontasi Irian
Barat, Impor beras, proyek mercusuar, dan dana bebas (dana revolusi) untuk membalas jasa
teman-teman dekat dari rezim yang berkuasa. Selain itu Indonesia mulai dikucilkan dalam
pergaulan internasional dan mulai dekat dengan negara-negara komunis. Untuk lebih jelas nya
berikut ini adalah penjelasan terperinci nya.

Masa Setelah Kemerdekaan (1945-1950)


Pada masa awal kemerdekaan, keadaan ekonomi Indonesia sangat buruk, yang antara lain
disebabkan oleh :

– Inflasi yang sangat tinggi, hal ini disebabkan karena beredarnya lebih dari satu mata uang
secara tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu pemerintah RI menyatakan tiga
mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De Javashe Bank, mata uang pemerintah
Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang. Pada tanggal 6 Maret 1946, Panglima
AFNEI (Allied Forces for Netherlands East Indies/pasukan sekutu) mengumumkan berlakunya
uang NICA di daerah-daerah yang dikuasai sekutu. Pada bulan Oktober 1946, pemerintah RI
juga mengeluarkan uang kertas baru, yaitu ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai pengganti
uang Jepang. Berdasarkan teori moneter, banyaknya jumlah uang yang beredar mempengaruhi
kenaikan tingkat harga.

Masa Demokrasi Liberal (1950 – 1957)

Permasalah ekonomi yang dihadai oleh bangsa Indonesia masih sama seperti sebelumnya.

Masa Demokrasi Terpemimpin (1959-1967)

Sebagai akibat dari dekrit presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan sistem demokrasi
terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem etatisme (segala-galanya diatur
oleh pemerintah). Dengan sistem ini, diharapkan akan membawa pada kemakmuran bersama dan
persamaan dalam sosial, politik,dan ekonomi. Akan tetapi, kebijakan-kebijakan ekonomi yang
diambil pemerintah di masa ini belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia, antara
lain :

– Devaluasi yang diumumkan pada 25 Agustus 1959 menurunkan nilai uang sebagai berikut :
Uang kertas pecahan Rp 500 menjadi Rp 50, uang kertas pecahan Rp 1000 menjadi Rp 100, dan
semua simpanan di bank yang melebihi 25.000 dibekukan.

– Pembentukan Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia
dengan cara terpimpin. Dalam pelaksanaannya justru mengakibatkan stagnasi bagi perekonomian
Indonesia. Bahkan pada 1961-1962 harga barang-baranga naik 400%.

– Devaluasi yang dilakukan pada 13 Desember 1965 menjadikan uang senilai Rp 1000
menjadi Rp 1. Sehingga uang rupiah baru mestinya dihargai 1000 kali lipat uang rupiah lama,
tapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat lebih tinggi. Maka tindakan
pemerintah untuk menekan angka inflasi ini malah meningkatkan angka inflasi.

Orde Baru(1966-1997)

Pada awal orde baru, stabilisasi ekonomi dan stabilisasi politik menjadi prioritas utama.
Program pemerintah berorientasi pada usaha pengendalian inflasi, penyelamatan keuangan
negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Pengendalian inflasi mutlak dibutuhkan,
karena pada awal 1966 tingkat inflasi kurang lebih 650 % per tahun.
Berikut penjelasan singkat tentang beberapa REPELITA:
REPELITA I (1967-1974)

Mulai berlaku sejak tanggal 1april 1969. Tujuan yang ingin dicapai adalah pertumbuhan
ekonomi 5% per tahun dengan sasaran yang diutamakan adalah cukup pangan, cukup sandang,
perbaikan prasarana terutama untuk menunjang pertanian. Tentunya akan diikuti oleh adanya
perluasan lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

REPALITA II (1974-1979)

Target pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 7,5% per tahun. Prioritas utamanya adalah sektor
pertanian yang merupakan dasar untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri dan
merupakan dasar tumbuhnya industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku.

REPALITA III (1979-1984)

Prioritas tetaap pada pembangunan ekonomi yang dititikberatkan pada sector pertanian menuju
swasembada pangan, serta peningkatan industri yang mengolah bahan baku menjadi bahan jadi.

REPALITA IV (1984-1989)

Adalah peningkatan dari REPELITA III. Peningkatan usaha-usaha untuk memperbaiki


kesejahteraan rakyat, mendorong pembagian pendapatan yang lebih adil dan merata, memperluas
kesempatan kerja. Priorotasnya untuk melanjutkan usaha memantapkan swasembada pangan dan
meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri sendiri.

Jika ditarik kesimpulan maka pembangunan ekonomi menurut REPELITA adalah mengacu pada
sektor pertanian menuju swasembada pangan yang diikuti pertumbuhan industri bertahap.

MASA REFORMASI

Pemerintahan reformasi diawali pada tahun 1998. Peristiwa ini dipelopori oleh ribuan mahasiswa
yang berdemo menuntut presiden Soeharto untuk turun dari jabatannya dikarenakan
pemerintahan Bapak Soerhato dianggap telah banyak merugikan Negara dan banyak yang
melakukan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Tahun 1998 merupakan tahun terberat bagi
pembangunan ekonomi di Indonesia sebagai akibat krisis moneter di Asia yang dampaknya
sangat terasa di Indonesia. Nilai rupiah yang semula 1 US$ senilai Rp. 2.000,- menjadi sekitar
Rp. 10.000,- bahkan mencapai Rp. 12.000,- (5 kali lipat penurunan nilai rupiah terhadap dolar).
Artinya, nilai Rp. 1.000.000,- sebelum tahun 1998 senilai dengan 500 US$ namun setelah tahun
1998 menjadi hanya 100 US$. Hutang Negara Indonesia yang jatuh tempo saat itu dan harus
dibayar dalam bentuk dolar, membengkak menjadi lima kali lipatnya karena uang yang dimiliki
berbentuk rupiah dan harus dibayar dalam bentuk dolar Amerika.

Anda mungkin juga menyukai