Anda di halaman 1dari 8

RANGKUMAN KONSEP DASAR IPS

Nama : Fariha Nidaul Hasanati

NIM : 1107623092

Materi : Pengaruh Kebudayaan Luar Terhadap Kebudayaan Indonesia

 Kebudayaan adalah sesuatu yang mempengaruhi tingkat pengetahuan dan bersifat abstrak dalam
kehidupan sehari-hari karena menyangkut system gagasan dan konsep yang terkandung dalam
pikiran manusia. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda yang diciptakan oleh
manusia sebagai makhluk budaya, berupa tindakan dan benda nyata, seperti pola perilaku,
bahasa, fasilitas hidup, organisasi sosial, agama, seni, dan lain-lain yang tujuannya untuk
membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan yang bermasyarakat.
 Indonesia telah mengalami pengaruh kebudayaan luar selama berabad-abad, baik melalui proses
perdagangan, invasi, kolonisasi, maupun globalisasi modern. Pengaruh kebudayaan luar telah
membentuk dan memperkaya identitas budaya Indonesia.
 Ada beberapa teori mengenai masuknya Hindu-Budha ke Indonesia, yaitu:
1. Teori Brahmana
Para brahmana datang atas undangan para penguasa Indonesia, sehingga budaya yang mereka
perkenalkan adalah budaya golongan brahmana. Sayangnya dari teori brahmana Van Leur itu
masih belum jelas pada yang mendorong terjadinya proses tersebut. Ia berpendapat bahwa
dorongan itu adalah akibat kontak dengan India melalui perdagangan. Bukan hanya melalui
orang-orang India yang datang, tetapi mungkin juga karena orang-orang Indonesia melihat
sendiri kondisi di India.
2. Teori Ksatria
Para prajurit India diduga mendirikan koloni-koloni di kepulauan Indonesia dan Asia Tenggara
pada umumnya. Namun, teori ksatria yang dikemukakan oleh R.C. Majundar tidak didukung
oleh data yang memadai. Selama ini belum ada bukti arkeologis yang menunjukkan adanya
ekspansi prajurit India ke Indonesia.
3. Teori Waisya
Teori yang pada awalnya diajukan oleh Krom ini memberikan peranan utama kepada golongan
pedagang (Waisya). Krom tidak sependapat bahwa golongan ksatria merupakan golongan
terbesar di antara orangorang India yang datang ke Indonesia. Hal ini karena orang-orang itu
datang untuk berdagang maka golongan terbesar tentulah golongan pedagang. Mereka menetap
di Indonesia dan kemudian memegang peranan dalam penyebaran pengaruh budaya India
melalui hubungan mereka dengan penguasa penguasa Indonesia. Krom mengisyaratkan
kemungkinan adanya perkawinan antara pedangang-pedagang tersebut dengan wanita Indonesia.
Perkawinan merupakan salah satu saluran penyebaran pengaruh kebudayaan yang penting.
4. Teori Sudra
Menurut teori ini, di India banyak terjadi perang. Dengan demikian, banyak pula tawanan perang.
Indonesia dijadikan sebagai tempat pembuangan bagi tawanan-tawanan perang. Para tawanan
perang itulah yang menyebarkan kebudayaan Hindu di Indonesia.
5. Teori Arus Balik
Teori Arus Balik ini dikemukakan oleh F.D.K. Bosch adalah sebagai suatu bentuk penentangan
dari Teori Kolonialisasi yang kemudian dianggap kurang tepat. Menurut Bosch, masyarakat
Indonesia ini berperan aktif dalam penyebaran agama tersebut. Menurut Teori Arus Balik sendiri
masuknya penyebaran agama Hindu-Budha ke Indonesia disebabkan oleh suatu ketertarikan
masyarakat Indonesia kepada suatu ajaran yang dibawa oleh para intelektual dari India yang
bersemangat dalam mengajarkan agama Hindu-Budha dengan sebelumnya menumpang kapal-
kapal dagang

 Kebudayaan Hindu - Budha yang masuk ke Indonesia tidak diterima seperti apa adanya, tetapi
diolah, ditelaah dan disesuaikan dengan budaya yang dimiliki penduduk Indonesia, sehingga
budaya tersebut berpadu dengan kebudayaan asli Indonesia menjadi bentuk akulturasi
kebudayaan Indonesia Hindu - Budha. Wujud akulturasi tersebut ada enam, yaitu:
1. Bahasa
Wujud akulturasi budaya dalam bidang kebahasaan terlihat pada penggunaan bahasa Sansekerta
yang memperkaya perbendaharaan kata bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Sansekerta
pertama kali ditemukan pada banyak prasasti (Batu Bertulis) yang ditinggalkan pada kerajaan
Hindu dan Budha antara abad ke-5 dan ke-7 Masehi. Misalnya saja Prasasti Yupa dari Kutai dan
prasasti peninggalan kerajaan Tarumanegara. Perkembangan selanjutnya adalah penggantian
bahasa Sansekerta dengan bahasa Melayu Kuno pada tahun, seperti terlihat pada prasasti
Kerajaan Sriwijaya yang masih ada antara tahun 7 hingga 13 Masehi. Sedangkan untuk aksara
dapat dibuktikan dengan penggunaan aksara Palawa, namun kemudian aksara Palawa juga
berkembang menjadi aksara Jawa Kuno (kawi) dan aksara Bali dan Bugis (aksara). Hal ini
dibuktikan dengan adanya prasasti Dinoyo (Malang) yang menggunakan aksara Jawa Kuno.
2. Kepercayaan
Sebelum Hindu-Budha masuk ke Indonesia, sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia
adalah kepercayaan animism dan dinamisme. Masuknya Hindu-Budha ke Indonesia juga tidak
lepas dari proses akulturasi sehingga agama Hindu-Budha yang berkembang di Indonesia tidak
sama dengan agama Hindu-Budha yang dianut di India, salah satu contohnya adalah nyepi. Umat
Hindu di Indonesia merayakan nyepi namun umat Hindu di India tidak merayakan nyepi.
3. Organisasi Sosial Kemasyarakatan
Wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat dilihat dalam organisasi
politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia setelah masuknya pengaruh
Hindu-Budha. Dengan adanya pengaruh kebudayaan Hindu-Budha tersebut, maka sistem
pemerintahan yang berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh
seorang raja secara turun temurun. Selain sistem pemerintahan, dalam sistem kemasyarakatan
juga dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan
sistem kasta. Sistem kasta menurut kepercayaan Hindu terdiri dari kasta Brahmana (golongan
Pendeta), kasta Ksatria (golongan Prajurit, Bangsawan), kasta Waisya (golongan pedagang) dan
kasta Sudra (golongan rakyat jelata).
4. Sistem Pengetahuan
Salah satu bentuk akulturasi dalam bidang ilmu pengetahuan adalah penghitungan waktu tahun
berdasarkan penanggalan tahunan Saka yang merupakan tahun dalam agama Hindu. Menurut
perhitungan, tahun Saka memiliki 365 hari, dan selisih antara tahun Saka dengan penanggalan
Barat adalah 78 tahun.Misalnya tahun Saka adalah 654, , maka tahun penanggalan Barat adalah
654 + 78 = 732 Masehi.
5. Peralatan Kehidupan dan Teknologi
Salah satu bentuk akulturasi di bidang ini adalah seni bangunan candi. Namun candi yang ada di
India berbeda dengan candi yang ada di Indonesia karena Indonesia hanya mempelajari teknis
tindakannya hanya melalui landasan teoritis yang terdapat dalam buku Shilpa Sastra. Jika dilihat
dari bentuk dasar dan fungsi candi, terdapat perbedaan bentuk dasar arsitektur candi Indonesia:
merupakan punden teras, merupakan monumen budaya megalitik, dan berfungsi sebagai tempat
peribadatan. Di sisi lain, fungsi bangunan candi Indonesia sendiri sesuai dengan asal kata candi.
Kata candi berasal dari kata Chandika yang merupakan salah satu dari nama Dewi Durga atau
Dewi Kematian.Oleh karena itu, candi ini merupakan bangunan untuk menghormati orang yang
telah meninggal, khususnya raja dan orang terkenal. Begitu juga dengan candi Budha, candi
Budha yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di India. Untuk candi Budha di India
hanya berbentuk stupa, sedangkan di Indonesia stupa merupakan ciri khas atap candi-candi yang
bersifat agama Budha. Dengan demikian seni bangunan candi di Indonesia memiliki kekhasan
tersendiri karena Indonesia hanya mengambil intinya saja dari unsur budaya India sebagai dasar
ciptaannya dan hasilnya tetap sesuatu yang bercorak Indonesia.
6. Kesenian
Wujud akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra dan seni pertunjukan.
Dalam seni rupa contoh wujud akulturasinya dapat dilihat dari relief dinding candi (gambar
timbul), gambar timbul pada candi tersebut banyak menggambarkan suatu kisah/cerita yang
berhubungan dengan ajaran agama Hindu ataupun Budha.

 Teori tentang proses penyebaran islam di Indonesia, yaitu:


1. Teori Gujarat
Teori india atau teori Gujarat adalah teori yang menyebutkan bahwa agama islam masuk ke
Indonesia melalui para pedagang dari india muslim (Gujarat) yang berdagang di nusantara pada
abad ke-13. Para saudagar dari Gujarat yang datang dari Malaka kemudian menjalin relasi
dengan orang-orang di wilayah barat di Indonesia kemudian setelah itu terbentuklah sebuah
kerajaan Islam yang bernama kerajaan Samudra Pasai.
2. Teori Mekah
Teori ini didukung oleh J.C. van Leur hingga Buya Hamka. Pada bukunya yang berjudul sejarah
umat islam yang terbit pada tahun 1997, Buya Hamka menjelaskan bukti-bukti masuknya agama
Islam di Indonesia. bukti yang dimaksud Buya Hamka ini adalah berupa sumber dari naskah
kuno Cina yang menyebutkan bahwa sekelompok Bangsa Arab yang bermukim di pesisir barat
Pulau Sumatera pada tahun 625 Masehi. Selain itu, di kawasan tersebut yang pada saat itu
merupakan kekuasaan Kerajaan Sriwijaya juga ditemukan batu nisan yang bertuliskan nama
Syekh Rukunuddin yang wafat pada tahun 672 Masehi.
3. Teori Persian
Djajadiningrat berpendapat jika teori Persia ini selaras dengan asal mula masuknya Islam ke
Indonesia. hal ini dikarenakan menurut Djajadiningrat kebudayaan Islam di nusantara memiliki
banyak kesamaan dengan kebudayaan Islam di Persia. Salah satu contoh kebudayaan Islam di
nusantara yang mirip dengan kebudayaan Islam di Persia adalah kaligrafi-kaligrafi yang ada di
makam batu nisan di nusantara. Ada pula beberapa ritual keagamaan seperti tabot di daerah
Bengkulu dan Tabuik di daerah Sumatera Barat yang hampir sama persis dengan ritual
keagamaan di Persia yang diadakan setiap tanggal 10 bulan Muharam.
4. Teori Cina
Teori cina merupakan teori yang menyebutkan bahwa asal mula sejarah masuknya agama islam
ke Indonesia berasal dari Cina, agama Islam sendiri berkembang di Cina pada masa Dinasti Tang
(618-905 Masehi). Masuknya Islam ke nusantara juga diyakini bersamaan dengan banyaknya
migrasi orang-orang Cina muslim ke Asia Tenggara terutama wilayah nusantara yang
kebanyakan memasuki wilayah Sumatera bagian selatan pada tahun 879 Masehi atau abad ke-9
Masehi. Bukti lain dari teori cina ini adalah banyaknya pendakwah yang berasal dari keturunan
Cina yang mempunyai pengaruh besar pada masa kerajaan Demak Karena kehadiran Islam di
Indonesia yang pada saat itu melalui budaya lokal sudah dianut oleh masyarakat Indonesia
mampu masuk secara halus tanpa kekerasan, hal ini berkat ajaran Islam yang sangat menghargai
pluralitas suatu masyarakat.
 Berikut ini adalah wujud akulturasi kebudayaan Islam Indonesia:
1. Seni Bangunan
Bukti adanya pengaruh Islam pada seni bangunan ada pada masjid. Atapnya bertingkat dan ada
puncaknya atau mustaka, pondasinya kuat dan agak tinggi.
2. Seni Ukir dan Kaligrafi
Seni ukir yang menjadi hasil akulturasi budaya lokal dengan Islam bisa ditemukan pada berbagai
bentuk, misalnya ukiran di hiasan masjid, bangunan makam di bagian jirat Nissan, dan
sebagainya.
3. Seni Pertunjukan
Di antara seni pertunjukan adalah semua pertunjukan yang menggunakan musik bernuansa Islam
seperti rebana, hadroh, nasyid, gambus, dan qasidah.
4. Seni Sastra
Bukti pengaruh Islam pada seni sastra sangat banyak muncul di Sumatera, seperti karya sastra
yang berbentuk hikayat, syair, tambo, dan silsilah. Di Jawa Timur muncul Karya sastra seperti
suluh, babad, tembang dsb.

 Masuknya budaya Barat ke Indonesia melalui teknologi, kebudayaan, masyarakat (dari adat
istiadat), pesatnya perkembangan era globalisasi saat ini semakin menekan proses akulturasi
budaya, khususnya pengaruh budaya Barat, dan dengan adanya tren yang sedang naik daun
nampaknya budaya Barat dominan dan akan selalu menjadi pusat tren sosial. Adat istiadat dan
gaya hidup Barat seolah menjadi cerminan modern dari kehadiran budaya Barat, seolah-olah
budaya Barat mendominasi masyarakat dan selalu menjadi pusat tren sosial.
Keadaan ini terus menggerus budaya dan kearifan lokal yang mewakili warisan nusantara. Di
sini nilai-nilai tradisional perlahan mulai ditinggalkan karena kalah bersaing dengan budaya
modern dalam bentuk interaksi sosial. Saat ini pengaruh interaksi dengan budaya Barat
membentuk kehidupan masyarakat Indonesia.
Indonesia adalah negara multi-etnis, dianggap multi-agama dan rumah bagi banyak budaya yang
berbeda. Para remaja tidak ingin ingin dikatakan kuno, kampungan kalau tidak mengikuti cara
berpakaian ala barat karena dinilai modern, tren dan mengikuti perkembangan zaman. Selain
cara berpakaian dan mode, tetapi hanya menjadi masyarakat yang konsumtif tidak produktif di
kalangan remaja menjadi masalah bagi kebudayaan di Indonesia. Umumnya kalangan remaja
Indonesia berperilaku ikut-ikutan tanpa selektif sesuai dengan nilai-nilai agama yang di anut dan
adat kebiasaan yang mereka miliki dan itu biasanya berasal dari media sosial yang mereka lihat.
Para remaja juga merasa bahwa kebudayaan di negerinya sendiri terkesan jauh dari moderenisasi.
Sehingga para remaja merasa gengsi kalau tidak mengikuti perkembangan zaman meskipun
bertentangan dengan nilai-nilai ajaran agama dan budayanya. Sehingga pada akhirnya para
remaja lebih menyukai kebudayaan barat, dibandingkan dengan kebudayaan kita sendiri.

 Kedatangan budaya luar ke Indonesia membawa dampak yang kompleks, baik positif maupun
negatif. Dari segi positif, adopsi elemen-elemen budaya luar dapat memperkaya keanekaragaman
budaya Indonesia. Pertukaran gagasan, seni, dan tradisi dari luar negeri dapat menyumbang pada
perkembangan seni dan budaya lokal. Pengaruh musik, film, dan fashion dari berbagai negara
juga menciptakan keragaman dalam selera dan gaya hidup masyarakat. Di sisi lain, dampak
negatifnya mencakup potensi hilangnya identitas budaya lokal. Adopsi budaya luar dalam jumlah
yang besar dapat mengancam kelangsungan budaya tradisional dan mengakibatkan
homogenisasi dalam masyarakat. Selain itu, budaya luar juga dapat membawa norma-norma
mungkin kontroversial.

 Dampak Positif Kebudayaan Luar Terhadap Kebudayaan Indonesia:


1. Perubahan tata nilai dan sikap
2. Pola pikir masyarakat yang berubah, dan menuju masyarakat yang modern
3. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan juga teknologi, sehingga masyarakat bisa mengetahui
informasi yang ada di Indonesia dan di dunia
4. Tingkat kehidupan yang lebih baik
5. Sikap yang lebih baik seperti, disiplin, sigap dan lain sebagainya
6. Bermunculan produk-produk luar negeri yang diproduksi di Indonesia, membuat terciptanya
lapangan pekerjaan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia
7. Dapat memperkaya keberagaman budaya Indonesia bila dimanfaatkan dengan baik

 Dampak Negatif Kebudayaan Luar Terhadap Kebudayaan Indonesia:


1. Pola hidup konsumtif
2. Sikap individualistis
3. Gaya hidup kebarat-baratan
4. Kesenjangan sosial
5. Menggunakan busana yang idak sesuai dengan norma yang berlaku di Indonesia
6. Materialistis
7. Budaya hidup bermewah-mewahan
8. Tersingkirnya produk dalam negeri, karena masyarakat cenderung memilih ke barang impor
yang anggapannya memiliki merk dan kualitas tinggi.
9. Dengan masuknya budaya asing tersebut, maka akan menyebabkan lemahnya nilai-nilai
budaya bangsa, dan masyarakat lama-kelamaan akan meninggalkan budaya Indonesia yang
dianggapnya sudah kuno.
10. Terjadinya perubahan budaya, misalnya pada masa lalu masyarakat akan mengunjungi
rumahnya apabila ada hal yang ingin disampaikan, akan tetapi karena sudah ada handphone dan
tekhnologi canggih maka dapat melalui pesan singkat atau telephone. Ini akan membuat
hubungan antara keduanya tidak sedekat apabila langsung bertemu (bersilaturahmi).
11. Minat terhadap budaya Indonesia semakin berkurang karena beralih ke budaya barat, sebagai
contoh anak muda akan lebih minat dengan tarian modern (dance) daripada tari-tarian tradisional
(misal : tari jaipong).
12. Anak-anak Indonesia lebih sudak bermain game online daripada mainan-mainan tradisional
seperti main kelereng, gangsingan, dan lain sebagainya.

 Upaya Mengatasi Dampak Negatif Kebudayaan Luar:


1. Peran pemerintah
Pemerintah dapat memberikan berbagai macam strategi pembelajaran di setiap sekolah seperti
memberikan seminar mengenai dampak buruk dari pergaulan bebas, memberikan motivasi agar
lebih giat untuk menggapai cita-cita sehingga bisa membanggakan bangsa Indonesia dan tidak
fokus terhadap globalisasi yang semakin marak. Mengadakan kegiatan keagamaan dan
memberikan kajian-kajian agama karena kurang cukup jika hanya ada pelajaran agama yang
mungkin hanya ada sekali seminggu. Dan pemerintah bisa memberikan sanksi yang lebih berat
terhadap perilaku menyimpang akibat pengaruh budaya asing.
2. Peran tokoh keagamaan dan kebudayaan
Dengan adanya para tokoh keagamaan seperti para ulama, kita bisa melibatkan beliau berada
dalam suatu program seperti ceramah atau rohis untuk mengarahkan para generasi muda untuk
mempertahankan kebudaayan lokal yang berhubungan dengan norma agama. Begitu pula dengan
para tokoh kebudayaan yang bisa membuat sanggar sehingga bisa masyarakat bisa
mengembangkan potensi, seperti sanggar tari lokal. Dengan sanggar yang memiliki khas sendiri
sehingga dapat menarik minat dan menimbulkan cara berfikir bahwa budaya lokal sangat
mengesankan.
3. Peran orang tua dan keluarga
Peran orang tua ataupun keluarga sangat penting terhadap mentalitas seorang anak, karena orang
tua bisa secara langsung ikut terlibat dalam membangun kualitas perilaku dan akhlak anak. Orang
tua sangat bertanggung jawab terhadap masa depan anak-anaknya sehingga orang tua harus
memberikan contoh positif sehingga anak-anaknya bisa mencontoh hal baik tersebut ke masa
depannya nanti. Apalagi dengan keadaan masyarakat yang semakin tak terarah, orang tua dan
keluarga harus memberikan benteng agar anak-anak tahu apa yang terbaik untuknya sehingga
tidak merusak masa depannya nanti. Dari didikan orang tua lah akan terlihat bagaimana anak
akan berperilaku, memberikan sikap, berkeyakinan terhadap lingkungan sekitarnya.
4. Peran dari diri sendiri
Jika diri sendiri mau untuk membangun mentalitas pribadi dengan prinsip yang kuat untuk
mencintai budaya dalam negeri dan ingin menjaganya ataupun dengan menanamkan pada diri
sendiri bahwa sudah menjadi tanggung jawab para generasi muda untuk membanggakan bangsa
Indonesia.

 Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak negatif dari kebudayaan luar, cara yang
dapat dilakukan adalah:
1. Mempelajari kebudayaan Indonesia
2. Memperbanyak ilmu pengetahuan
3. Mempelajarilebih dalam agama yang dianut
4. Selektif terhadap kebudayaan asing yang masuk ke indonesia

Anda mungkin juga menyukai