Anda di halaman 1dari 17

Catatan IPS

 Awal Mula Kerajaan Hindu Budha Di Indonesia


Kerajaan Hindu Budha di Indonesia bermula dari perdagangan dan penyebaran agama.
Agama Hindu dan Budha merupakan agama yang pertama kali masuk ke Indonesia
dimana sebelumnya masyarakat Indonesia masih mengenal animisme.
Ajaran agama Hindu sendiri pertama kali dibawa oleh musafir dari India bernama Maha
Rezi Agastya pada awal penanggalan masehi. Sedangkan ajaran Budha dibawa oleh I-
Tsing mulai pada abad ke-7 dan berkembang pesat di Sumatera yang terkenal dengan
kerajaan Budha Sriwijaya

Masuknya Kerajaan Hindu Di Indonesia Berdasarkan Teori-Teori. Selain penjelasan


sejarah kerajaan Hindu Budha di atas. Sejarah kerajaan ini juga dapat dijelaskan melalui
versi beberapa teori. Beberapa teori tersebut diantaranya:

1. Teori Brahmana

Teori ini mengatakan bahwa ajaran agama yang disebarkan di Indonesia berasal dari
kasta Brahmana. Dimana pada saat itu para Brahmana merupakan tamu yang diundang
oleh raja-raja penganut agama tradisional Indonesia. Seiring berjalannya waktu para
Brahmana ikut menyebarkan ajaran agama Hindu di Indonesia. Teori ini berdasarkan
pernyataan ilmuwan yaitu Van Leur.

2. Teori Waisya

Dalam teori ini pun mengatakan bahwa ajaran Hindu di Indonesia disebarluaskan oleh
kasta Waisya, terutama para pedagang. Para pedagang memiliki hubungan dan
kerjasama yang kuat dengan raja-raja di Indonesia. Di sela-sela kegiatan berdagang itu
kemudian para Waisya menyebarkan agama Hindu pada masyarakat Indonesia. Ilmuwan
yang sependapat dengan teori ini yaitu N.J. Krom.

3. Teori Ksatria

Sama seperti teori Brahmana dan Waisya, teori ini juga mengatakan bahwa ajaran Hindu
di Indonesia adalah berasal dari kasta Ksatria. Dimana golongan ksatria ini berasal dari
prajurit perang dan bangsawan.

Menurut teori ini, masalah politik di India menyebabkan pertumpahan darah dan
menyebabkan prajurit dan bangsawan yang kalah mencari tempat pelarian. Salah
satunya yaitu di Indonesia. Asumsi ini berdasarkan seorang iluwan yang bernama C.C.
Berg dan Mookerji.

5. Teori Arus Balik

Teori ini berasal dari asumsi serang ilmuwan bernama F.D.K. Bosch. Menurut teori ini
penyebaran agama Hindu di Indonesia adalah berasal dari orang Indonesia itu sendiri.
Ajaran agama Hindu dibawa oleh orang Indonesia yang berkunjung ke India kemudian
mendirikan suatu organisasi (Sanggha). Setelah kembali, lalu mereka mulai
menyebarkan ajaran agama Hindhu Budha.

Hampir sebagian besar budaya dan adat di Indonesia mengandung unsur peninggalan
kerajaan Hindu Budha. Meskipun kejayaanya sudah berlalu berabad-abad yang lalu,
namun faktanya ketenarannya masih dirasakan hingga saat ini.
Antara lain:
1. Seni Bangunan
Perkembangan peninggalan kerajaan Hindu Budha yang satu ini memang sangat 0 asing
bagi kita. Salah satu contoh yang paling mudah disebutkan yaitu peninggalan candi.
Berbagai candi yang ada di Indonesia berada pada naungan cagar budaya yang mana
banyak dijadikan sebagai tempat wisata.

Dalam seni bangunan seperti gapura dan candi memiliki karakteristik yang masih
terdapat unsur budaya kerajaan Hindu Budha. Dari relief bangunannya jelas terlihat
ukiran dan tumpukan-tumpukan batu yang merupakan salah satu unsur ajaran agama
Hindu Budha.

2. Seni Ukir
Jika kita berjalan-jalan ke Bali pasti merasakan nuansa berbeda dengan daerah lain.
Tentu saja, sejauh mata memandang pasti kita akan disuguhkan dengan bangungan
pura dengan ukiran yang beraneka ragam. Ukiran memang seperti sudah menjadi
simbol dan ciri khas sendiri bagi masyarakat Hindu.
Selain pada bangunan pura yang memang notabenenya sebagai tempat ibadah, ukiran
juga diaplikasikan pada berbagai furniture seperti meja, kursi dan lainnya. Ini
merupakan suatu bentuk peninggalan kerajaan Hindu yang masih ada hingga saat ini.

3. Aksara Dan Sastra


Tak dapat dipungkiri banyak Bahasa Indonesia yang sering kita gunakan sehari-hari
berasal dari Bahasa Sansekerta. Bahasa ini merupakan Bahasa yang dibawa oleh ajaran
Hindu Budha. Bahasa Sansekerta merupakan salah satu bentuk perkembangan
peninggalan Hindu Budha yang tetap bertahan sampai sekarang.Begitu pula dengan
sastranya. Dari sejarah yang terukir menimbulkan karya-karya sebagai saksi bisu keberadaan
mereka di Indonesia. Berbagai seni sastra berupa cerita Rahwana, Mahabrata dikisahkan dalam
bentuk wayang asli warisan Indonesia. Bahkan keberadaan kisah-kisah tersebut kini dibuat film
dan tetap mendapat perhatian khusus masyarakat Indonesia.

4. Sistem Kepercayaan

Sebelum ajaran Hindu Budha masuk ke Nusantara, tradisi kepercayaan yang dianut nenek
moyang yaitu animisme. Seiring berjalannya waktu tradisi animisme tersebut mengalami
pergeseran dan mulai digantikan oleh ajaran agama. Seiring penyebarluasan baik dengan
berdagang maupun dengan penguasaan wilayah, perkembangan ajaran agama Hindu Budha pun
kian meningkat.

Hingga saat ini agama Hindu Budha masih tetap ada di Indonesia. Meskipun Indonesia terkenal
dengan agama yang beragam, tapi kemungkinan terjadi pertentangan antar agama sangat
minim. Terlebih bagi umat Hindu sendiri yang memiliki semboyan “Bhineka Tunggal Ika Tan
Hana Dharma Mangrwa”, yang berarti saling menghormati antar pemeluk agama sangat mutlak
diperlukan.

Keberadaan unsur budaya pada jaman kerajaan Hindu Budha di Indonesia memang masih
membekas hingga sekarang. Meskipun tidak dapat langsung dirasakan, namun tanpa disadari
peninggalan tersebut sangat dekat dengan kita. Seperti halnya perhitungan kalender Indonesia
yang berporos pada perhitungan kalender Saka yaitu 365 hari. Dan merupakan perhitungan
kalender orang-orang Hindu jaman dahulu.

Eksistensi kebudayaan Hindu Budha di Indonesia saat ini sebenarnya merupakan perpaduan
kebudayaan modern dan budaya asli Indonesia. Perpaduan tersebut menimbulkan akulturasi
yang unik bagi Nusantara. Akulturasi semacam inilah yang sebaiknya terus dilestarikan dengan
saling menghormati dan menghargai diantara pemeluk agama di Indonesia.
 Kerajaan Kutai
Kutai bisa dikatakan merupakan Kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Hal ini terbukti dengan
ditemukan tujuh buah Prasasti Yupa (batu tulis) yang ditulis dengan Huruf Pallawa dan
berbahasa Sanskerta.

Yupa tersebut diperkirakan merupakan peninggalan dari abad ke 4 Masehi atau kurang lebih
tahun 400 M. Tidak banyak informasi yang menjelaskan tentang nama kerajaan tersebut nama
Kutai diambil dari tempat penemuan Yupa itu sendiri, yakni daerah Kutai.

Prasasti Yupa tersebut mengatakan bahwa pendiri pertama Kutai adalah Kudungga, yang
dikisahkan merupakan nama asli pribumi. Ia kemudian mewariskan Kutai Martadipura kepada
anaknya, Aswawarman yang namanya sudah terpengaruh corak Hindu. Nama belakang
“Warman” sendiri terus berlanjut hingga ke anak cucuknya.

berdasarkan catatan sejarah yang tertulis dalam Prasasti Yupa, diyakini bahwa kerajaan ini
mengalami puncak kejayaannya saat pemerintahan dipimpin oleh Mulawarman. Mulawarman
berhasil meneruskan titah sang ayah, Aswawarman.

Dikisahkan juga kalau Mulawarman pernah mempersembahkan 20.000 ekor sapi kepada para
Brahmana. Tidak hanya itu, ia bahkan membuat wilayah kekuasaan Kutai Martadipura meliputi
hamper seluruh Kalimantan Timur.

Berikut ini diberikan penjelasan secara lebih terperinci mengenai masa kejayaan Kerajaan Kutai
dilihat dari berbagai bidang :

1. Bidang Agama

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa nama belakang ‘Warman’ pada para raja sudah
bisa membuktikan kalau Kutai pada saat itu memang sudah dicampuri oleh Agama Hindu.

Di dalam salah satu Batu Yupa juga disebutkan bahwa terdapat tempat bernama Waprakeswara
(tempat pemujaan Dewa Siwa), yang artinya masyarakat pada zaman itu pemeluk Agama Hindu
Siwa di mana Dewa Siwa sendiri terkenal sebagai salah satu Trimurtis dan dikenal sebagai Dewa
Kehancuran.

2. Bidang Sosial Budaya


Masuknya pengaruh Hindu di Kutai menyebabkan terjadinya akulturasi kebudayaan baik dari
kebiasaan, tradisi, hingga bahasa. Misalnya pribumi Kutai yang dulunya hanya patuh kepada
kepala suku berubah menjadi tunduk kepada raja.

Peninggalan-peninggalan sejarah dari Kerajaan Kutai:

1. Prasasti Yupa

Kita sudah sering kali membahas tentang keberadaan tujuh Prasasti Yupa yang menjadi bukti
paling kuat tentang awal berdirinya kerajaan ini. Kebanyakan isinya membahas hal singkat
tentang kerajaan dan juga kejayaan di masa Maharaja Mulawarman.

2. Kalung Ciwa

Kalung ini ditemukan pada masa pemerintahan Sultan Aji Muhammad Sulaiman tepatnya di
sekitar Danau Lipan, Muara Kaman. Hingga sekarang, Kalung Ciwa masih dimanfaatkan sebagai
aksesosris dan perhiasan kerajaan

3. Ketopong Sultan
Ketopong adalah mahkota emas yang diperuntukkan bagi Sultan Kerajaan Kutai di masa lalu.
Benda ini ditemukan di daerah Muara Kaman, Kutai Kartanagara. Mahkota yang memiliki bobot
1,98 kg ini tersimpan di Musium Nasional Jakarta

4. Kura-Kura Emas
Benda ini ditemukan di daerah Long Lalang, sekitar Sungai Mahakam. Kura-kura Emas ini
digunakan sebagai persembahan dari seorang pangeran dari kerajaan China kepada Putri dari
Kutai.

5. Kalung Uncal
Kalung yang dihiasi liontin ini berelief cerita Ramayana. Peninggalan Kerajaan Kutai yang berupa
kalung ini diperkirakan berasal dari India (Unchele). Benda ini sangat langka karena hanya
terdapat dua buah saja di seluruh dunia yaitu di India dan Museum Mulawarman.

ISI POKOK DARI PRASASTI YUPA


1. Kudungga adalah penguasa Kutai pertama kali. Kudungga memiliki putrq bernama
Aswawarman.
2. Aswawarman diangkat menjadi menjadi Raja Kutai melalui upacara ABHISEKA atau
VRATYASTOMA yaitu upacara dalam budaya Hindhu untuk menganhkat sesorang menjadi kasta
Ksatria. Aswawarman memiliki putra bernama Mulawarman
3. Mulawarman menggantikan Aswawarman sebagai raja Kutai. Mulawarmqn dikatakan sebagai
raja Kutai yang termasyur. hal ini dibuktikan dengan memberikan hadiah 20.000 ekor sapi
kepada para brahmana di WASPRAKESWARA atau tempat yang disucikankan bagi dewa Shiwa.
 Kerajaan Tarumanegara
Salah satu kerajaan tertua di Pulau Jawa, setelah kerajaan Kutai di Kalimantan adalah Kerajaan
Tarumanegara. Kerajaan ini berdiri pada abad ke 4 hingga abad ke 7. Menurut sumber, Kerajaan
Tarumanegera adalah kerajaan Hindu terbesar di Pulau Jawa.

Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai kerajaan tarumanegara, mulai dari letak, sejarah,
raja-raja dan juga peninggalan-peninggalan kerajaan tarumanegara.

Kerajaan Tarumanegara didirikan leh Rajadirajaguru Jayasinghawarman pada tahun 358 M. Raja
Jayasinghawarman memimpin pelarian keluarga kerajaan yang berhasil meloloskan diri dari
musuh. Di mana kala itu, kerajaan Salakanagara mengalami serangan secara terus menerus.
Pada masa pengasingannya, Jayasinghawarman mendirikan kerajaan baru, yang diberi nama
Kerajaan Tarumanegara.

Kerajaan ini didirikan di tepi sungai Citarum, Kabupaten Lebak, Banten. Nama Tarumanegara
sendiri diambil dari nama tanaman yang tumbuh subur di tepi sungai Citarum bernama tarum.
Tanaman itu dulunya digunakan untuk pewarna benang tenun dan pengawet pakaian. Bukan
hanya itu saja, tanaman ini juga merupakan komoditi ekspor terbesar dan sumber pendapatan
terbesar di Kerajaan Tarumanegara.

Letak Kerajaan Tarumanegara


Menurut para ahli arkeolog, letak Kerajaan Tarumanegara berada di Jawa Barat di tepi Sungai
Cisadane, yang saat ini merupakan wilayah Banten. Kerajaan Tarumanegara berpusat di
Sundapura, yang saat ini dikenal sebagai Bekasi.

Wilayah kekuasan Kerajaan Tarumanegara hampir meliputi seluruh wilayah Jawa Barat dan
Banten. Bahkan, Kerajaan Tarumanegara juga memiliki pengaruh besar pada kerajaan yang ada
di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Silsilah Kerajaan Tarumanegara

Ada beberapa raja – raja Kerajaan Tarumanegara yang pernah memerintah. Berikut ini beberapa
daftar raja Kerajaan Tarumanegara yang terkenal

1. Jayasinghawarman

Raja pertama Kerajaan Tarumanegara adalah Jayasinghawarman yang memerintah dari tahun
358 – 382 M sekaligus pendiri Kerajaan Tarumanegara. Jayasinghawarman merupakan seorang
maha resi yang berasal dari India, tepatnya adalah Salankayana.

Salakayana mengungsi ke Nusantara karena kerajaannya diserang oleh Kerajaan Magada yang
dipimpin oleh Raja Samudragupta. Saat beliau wafat dimakamkan di tepi sungai Gomati di
Bekasi.

Pada masa kekuasaan Jayasinghawarma, pusat Kerajaan Tarumanegara dipindahkan dari


Rajapura ke Tarumanegera. Rajapura berarti Salankayana atau Kota Perak.

2. Dharmayawarma

Raja selanjutnya adalah Dharmayawarma yang merupakan anak dari Jayasinghawarman. Beliau
naik tahta menggantikan ayahnya pada tahun 382 M – 395 M. Tidak banyak sejarah yang
mencatatkan dari raja kedua Kerajaan Tarumanegara ini. Hanya saja, namanya masuk dalam
Naskah Wangsakerta, yakni naskah yang memuat para raja – raja Kerajaan Tarumanegara.

3. Purnawarman
Purnawarman menjadi raja terkenal di Kerajaan Tarumanegara. Namanya tertulis pada Prasasti
di abad ke lima. Selain itu, namanya juga tercatat dalam Naskah Wangsakerta. Beliau
memerintah dari tahun 395 M hingga 434 M. Pada masa pemerintahannya, ibukota Kerajaan
Tarumanegara dipindahkan menuju Sundapura. Hal inilah yang menjadi asal muasal nama
Sunda.

Pada masa kekuasaan Purnawarman, Kerajaan Tarumanegara juga mengalami kemajuan yang
sangat pesat. Bahkan, Kerajaan Tarumanegara berhasil menguasai setidaknya 48 kerajaan kecil
di bawahnya.

Kekuasaaan Kerajaan Tarumanegara membentang dari Salakanegara atau Rajapura, yang saat ini
diperkirakan adalah Telu Lada, Pandeglang hingga Purbalingga, Jawa Tengah.

Pada jaman dulu batas negara dari Kerajaan Tarumanegara adalah Kali Brebes. Setelah masa
pemerintahan Raja Purnawarna, Kerajaan Tarumanegara diteruskan oleh anaknya, yakni
Wisnuwarma. Kemudian digantikan oleh Indrawarman. Selanjutnya adalah Maharaja
Candrawarman.

4. Suryawarman
Raja Suryawarman merupakan raja ke tujuh Kerajaan Tarumanegara. Suryawarman berkuasa
selama 26 tahun. Dibandingkan dengan ayahnya Maharaja Candrawarman, kebijakan dari
Suryawarman berbeda. Bila Maharaja Candrawarman kekuasan penuh berada pada raja.
Namun, Suryawarman lebih memfokusHal ini yang membuat didirikannya kerajaan di Kendan,
daerah sekitar Bandung dan Limbangan Garut oleh menantunya, Manikmaya. Bahkan, daerah
tersebut mengalami perkembangan pesat dikarenakan adanya Kerajaan Galuh yang didirikan
oleh cicit Manikmaya pada tahun 612 M.

5. Linggawarman
Linggawarman merupakan raja terakhir dari Kerajaan Tarumanegara. Linggawarman
memerintah dari tahun 666 M hingga 669 M. Pada masa itu, Raja Linggawarman tidak memiliki
putra sebagai penerus tahta Kerajaan Tarumanegara. Beliau hanya memiliki dua orang puteri,
yang bernama Minarsih putri sulungnya dan Sobakancana.

Putri Minarsih menikah dengan Tarusbawa yang menjadi raja pengganti Linggawarman.
Sedangkan, Socakancana menikah dengan Daputa Hyang Sri yang menjadi pendiri kerajaan
Sriwijaya.

Masa Keruntuhan Kerajaan Tarumegara


Masa keruntuhan Kerajaan Tarumanegara tidak diketahui secara terperinci. Bahkan, dalam
prasasti hanya tertuliskan nama Raja Purnawarman. Hal yang memungkinkan akan keruntuhan
Kerajaan Tarumanegara adalah saat Raja Linggawarman turun tahta, kepemerintahan dipegang
oleh menantunya Tarusbawa.

Sayangnya Tarusbawa naik tahta saat Kerajaan Tarumanegara turun pamor. Seangkan,
Tarusbawa ingin menaikan lagi nama besar Kerajaan Tarumanegara. Namun langkah yang
diambil malah menyebabkan Kerajaan Tarumanegara hilang.

Pada tahun 670 M, Tarusbawa merubah nama Kerajaan Tarumanegara menjadi Kerajaan Sunda.
Hal ini yang mneyebabkan cicit Manikmaya, Wretikandayun yang merupakan raja Kerajaan
Galuh memisahkan diri dari Kerajaan Tarumanegara.

Bahkan, pemisahan ini didukung oleh Kerajaan Kalingga. Sebab, pada masa itu pula, putera
mahkota, Sannah menikah dengan Puteri Maharani Sima dari Kerajaan Kalingga. Hal ini
menyebabkan Kerajaan Tarumanegara terbagi menjadi dua. Di mana Sungai Citarum sebagai
batas kerajaannya.

Peninggalan Kerajaan Tarumanegara


Kerajaan Tarumanegara memiliki beberapa peninggalan. Ada 7 prasasti dan Wbeberapa catatan
dari luar negeri yang menceritakan Kerajaan Tarumanegara.
1. Prasasti Ciateureun

Prasasti ini ditemukan di sungai Ciateureun, yakni salah satu muara sungai Cisadane Bogor.
Prasasti ini juga dikenal dengan nama Prasasti Ciampea. Pada prasasti ini terdapat gambar laba –
laba dan telapak kaki Raja Purnawarma. Selain itu, ditemukan juga huruf palawa dan sansekerta.

2. Prasasti Jambu

Prasasti Jambu atau dikenal dengan nama Prasasti Pasir Koleangkak. Pasalnya, prasasti ini
ditemukan di bukit Koleangkak, perkebunan jambu. Letaknya yakni 30 km sebelah barat dari
kota Bogor. Prasasti ini berisi kebesaran Raja Purnawarman dan gambar telapak kakinya.

3. Prasasti Kebon Kopi

Prasasti ini ditemukan di Bogor, tepatnya Kampung Cibungbulan, Kampung Muara Hilir. Prasasti
ini cukup istimewa, sebab terdapat sepasang telapak kaki gajah. Tapak kaki ini digambarkan
sebagai tapak kaki Raja Purnawarman. Dalam agama hindu, gajah digambarkan sebagai hewan
sakral dan dekat dengan Dewa Wisnu. Konon diibaratkan sebagai Maharaj Purnawarman.

4. Prasasti Muara Cianten

Prasasti ini ditemukan di Bogor. Dalam prasasti ini terdapat tulisan aksara ikal yang belum bisa
diterjemahkan. Selain itu, ditemukan juga lukisan telapak kaki.

5. Prasasti Pasir Alwi

Ditemukan didaerah sekitar perbukitan Pasir Alwi, Bojong Honje, Sukamakmur, Bogor.

6. Prasasti Cindanghayang

Dalam masyarakat sekitar, prasasti ini dikenal sebagai prasasti Lebak. Prasasti ini ditemukan di
Kampung Lebak. Tepatnya tepi sungai Cindanghian, Kecamatan Manjul, Kabupaten Pandeglang
Banten. Prasasti Lebak ditemukan pada tahun 1947. Dalam prasasti ini berisi puisi dengan huruf
pallawa dan bahasa Sansekerta.
 Kerajaan Majapahit
Sejarah Singkat Kerajaan Majapahit
Bermula dari adanya serangan Jayakatwang yang menyerang Kerajaan Singosari. Raden Wijaya
yang bertugas menghadang pasukan di sebelah utara ternyata mendapati serangan lebih besar
dilancarkan dari arah selatan.

Raden Wijaya pun kembali ke istana. Melihat istana yang porak poranda dan terbunuhnya
Kertanegara, akhirnya Raden Wijaya melarikan diri. Raden Wijaya melarikan diri bersama
tentaranya yang setia dengan dibantu penduduk desa Kugagu.
Setelah dirasa aman, Raden Wijaya menuju Madura meminta perlindungan Aryawiraraja. Oleh
Aryawiraraja, Raden Wijaya dihadiahi hutan tarik agar diurus sebagai daerah kekuasaannya.

Hutan tarik sebagai hadiah tersebut dijadikan sebagai sebuah desa yang diberi nama Majapahit.
Nama Majapahit sendiri diambil dari kata “buah maja yang berasa pahit”. Hal ini karena
didaerah tersebut banyak sekali ditemukan buah maja dengan mudahnya.

Pada saat itu pula, pasukan tentara Mongol datang ke Jawa dengan dipimpin oleh Shih-Pi, Ike-
Mise, dan Kau Hsing yang bermaksud mencari Kertanegara untuk dihabisinya.

Adanya situasi ini dimanfaatkan oleh Raden Wijaya dengan memberitahukan bahwa
Kertanegara sedang berada di istana. Namun, para tentara Mongol tidak mengetahui jika
Kertanegara telah tewas, dan Kertanegara yang dimaksudkan Raden Wijaya adalah
Jayakatwang.
Setelah Kertanegara palsu (Jayakatwang) terbunuh, para tentara Mongol berpesta. Keadaan ini
pun dimanfaatkan kembali oleh Raden Wijaya dengan menyerang pasukan Mongol hingga
terusir dari Jawa dan kembali ke negerinya. Sehingga pada tahun 1293 Raden Wijaya naik tahta
dan dinobatkan menjadi raja dengan gelar Sri Kertajasa Jayawardhana.

Kehidupan Di Kerajaan Majapahit

a. Kehidupan Politik Kerajaan Majapahit


Kehidupan politik di Kerajaan Majapahit penuh lika-liku pemberontakan yang terjadi.
Pemberontakan terjadi bermula Raden Wijaya menjadi raja. Banyak pemberontakan yang
dilakukan oleh Ronggolawe, Sora, dan Nambi. Pemberontakan yang sering terjadi itu tak lain
adalah untuk menjatuhkan Raden Wijaya
Meskipun begitu, Raden Wijaya tetap mampu mengatasinya karena kecerdikan yang dimilikinya.
Masa pemerintahan Raden Wijaya berakhir tahun 1309, hal ini karena Raden Wijaya meninggal
dunia. Pewaris kerajaan selanjutnya adalah Jayanegara yang tak lain adalah putra Raden Wijaya.
Kala itu, dia baru berusia 15 tahun.

Di masa pemerintahan Jayanegara juga banyak sekali terjadi pemberontakan ditambah dengan
kemampuan Jayanegara yang minim terhadap kerajaan. Hingga akhirnya Jayanegara dijuluki
“Kala Jamet” yang artinya lemah dan jahat. Selain itu, pemberontakan Ra Kuti adalah
pemberontakan paling berbahaya yang hampir menjatuhkannya.
Di sisi lain, Gajah Mada pun menyelamatkannya dan dibawa ke tabib desa Badaran. Namun,
ternyata tabib tersebut memiliki dendam yang akhirnya Jayanegara dibunuhnya. Gajah Mada
pun membalaskan dengan membunuh tabib tersebut.

Kerajaan pun diteruskan oleh sang adik, Gayatri yang bergelar Tri Buana Tunggadewi. Pada
masanya juga terjadi banyak pemberontakan, namun lagi-lagi berhasil ditumpas oleh Gajah
Mada. Gajah Mada pun dilantik menjadi mahapatih kerajaan.
Setelah itu, dia mengucapkan sumpah yang dikenal dengan sumpah palapa. Tak lama setelah
itu, Sang Ratu meninggal dunia. Pemerintahannya hanya berlangsung 1328-1350 M saja. Setelah
itu digantikan oleh Hayam Wuruk hingga mencapai puncak keemasannya.

b. Kehidupan Ekonomi
Letak Kerajaan Majapahit yang strategis, berada di dataran rendah, dan banyaknya pelabuhan-
pelabuhan menjadikan perekonomian berkembang pesat. Mayoritas penduduknya adalah
pedagang, ada juga pengrajin emas, perak, dan lain-lain.

Komoditas ekspor kerajaan berupa lada, garam, kain, dan burung kakak tua. Kerajaan Majapahit
juga membuat mata uang dengan campuran perak, timah putih, timah hitam dan tembaga.
Selain itu, berbagai infrastruktur juga turut dibangun.

c. Kehidupan Kebudayaan
Kehidupan kebudayaan kerajaan sangatlah maju pada masa itu. Hal ini karena berbagai
perayaan keagamaan maupun perayaan adat lainnya dirayakan setiap tahunnya yang disambut
meriah pe
[4/2, 10:56] Pak Agung Sparta: lanjutqn materi kerajaan majapahit
Raja-Raja Kerajaan Majapahit:

1. Raden Wijaya (1293-1309 M)


2. Jayanegara (1309-1328 M)
3. Tribuana Tunggadewi (1328-1350 M)
4. Hayam Wuruk (1350-1389 M)
5. Kusumawardani Wikramawardhana (1389-1399 M)
6. Suhita (1399-1429 M)
7. Bhre Tumapel atau Kertawijaya (1447-1451 M)
8. Rajasawardhana (1451-1453 M)
9. Purwawisesa (1456-1466 M)
10. Kertabumi (1466-1478 M)

Masa Kejayaan Dan Keruntuhan Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit mencapai puncak keemasannya pada masa pemerintahan Hayam Wuruk
yang merupakan cicit dari Raden Wijaya. Di usianya yang belia, Hayam Wuruk diangkat menjadi
raja Kerajaan Majapahit.

Meskipun usianya masih sangat muda, Hayam Wuruk merupakan sosok pekerja keras dan gigih.
Bersama Gajah Mada, Hayam Wuruk berhasil menaklukkan hampir seluruh wilayah nusantara
dan menjadikan Majapahit sebagai kerajaan terbesar saat itu. Bahkan sampai memperluas
wilayah kekuasaannya hingga ke Thailand, Singapura, dan Malaysia.

Namun sejak sepeninggal Gajah Mada dan Hayam Wuruk, Kerajaan Majapahit mengalami
kemunduran drastis. Ditambah dengan pengaruh Islam yang sudah meluas sehingga banyak
sekali serangan-serangan kerajaan baru Islam menyebabkan Kerajaan Majapahit pun runtuh.

Peninggalan Kerajaan Majapahit:


Beberapa peninggalan Kerajaan Majapahit ini antara lain :

1. Candi Tikus
Seperti namanya, candi ini ketika ditemukan terdapat banyak sarang tikus liar didalamnya. Candi
ini terletak di situs arkeolog Triwulan. Yakni dapat kita temukan di Dukuh Mente, Desa Bejijong,
Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.

2. Candi Brahu
Sama seperti Candi Tikus, Candi Brahu ini juga dapat kita temukan di situs arkeolog Trowulan.
Candi ini pada masa Kerajaan Majapahit difungsikan untuk pembakaran mayat para raja.
Bangunan ini dibuat oleh Mpu Sendok pada masa itu.

3. Gapura Bajang Ratu


Bangunan gapura yang unik dan bernuansa Majapahit ini dapat kita temukan di Desa Temon,
Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Gapura ini dibangun sekitar abad ke 14 Masehi.

Gapura ini pada dasarnya seperti yang disebutkan dalam Kitab Negarakertagama. Bahwa
bangunan ini difungsikan sebagai pintu masuk untuk memasuki tempat suci saat memperingati
wafatnya raja Jayanegara pada saat itu.

4. Gapura Wringin Lawang


Gapura apik yang satu ini tentunya memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda dengan gapura
lainnya. Lokasi dari Gapura Wringin Lawang berada di Desa Jatipasar, Kecamatan Trowulan,
Mojokerto, Jawa Timur.

Bangunan yang terbuat dari bata merah ini memiliki tinggi 15,5 meter. Dari segi gaya arsitektur,
maka candi ini nampak mirip dengan Candi Bentar. Gapura ini pada waktu itu sebagai gerbang
untuk memasuki kediaman Mahapatih Gajah Mada.

5. Candi Jabung
Candi unik yang satu ini merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit yang menarik. Pasalnya,
candi ini hanya terbuat dari tumpukan bata merah. Namun, tidak perlu diragukan lagi akan
kekuatannya yang dapat bertahan lama.

Candi ini pernah disinggahi Hayam Wuruk pada tahun 1359 yang mana saat itu Hayam Wuruk
berlawat mengelilingi Jawa Timur. Candi ini dapat kita temukan di Desa Jabung, Paiton,
Probolinggo, Jawa Timur.
 Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan yang berada di pulau Sumatera serta memiliki pengaruh
besar terhadap Nusantara. Nama kerajaan ini berasal dari Bahasa Sansekerta, sri artinya
bercahaya dan wijaya yang memiliki arti kemenangan. Sehingga arti nama kerajaan ini berarti
kemenangan yang bercahaya.

Daerah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya yang meliputi Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya,
bahkan hingga Pulau Jawa ini membuat nama Kerajaan Sriwijaya dikenal di seluruh Nusantara.
Tidak hanya dari Nusantara saja, akan tetapi juga kerajaan ini dikenal hingga ke mancanegara

Hal ini dibuktikan dengan adanya berbagai sumber yang menyebutkan adanya kerajaan di
Sumatera ini. Ada kabar yang mengatakan bahwa para pedagang dari Arab dan Cina pernah
berdagang di Sriwijaya. Sedangkan menurut berita dari India, kerajaan di India pernah bekerja
sama dengan kerajaan Sriwijaya.

Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya


Sebuah kerajaan yang besar tentunya memiliki sejarah jaya dan runtuhnya yang tentu akan
selalu diingat oleh masyarakat Indonesia. Sejarah masa kejayaan kerajaan Sriwijaya dimulai
sekitar abad ke 9 hingga abad ke 10 di mana saat itu kerajaan ini berhasil menguasai jalur
perdagangan maritim Asia Tenggara.

Tidak hanya perdagangan maritim saja, akan tetapi juga berbagai kerajaan di Asia Tenggara
berhasil dikuasai oleh Sriwijaya. Kerajaan di Thailand, Kamboja, Filipina, Vietnam, hingga
Sumatera dan Jawa berhasil dikuasai Sriwijaya.

Masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya menjadi pengendali rute perdagangan lokal yang mana waktu
itu seluruh kapal yang lewat akan dikenakan bea cukai. Mereka juga berhasil mengumpulkan
kekayaan mereka dari gudang perdagangan serta melalui jasa pelabuhan.

Sayangnya, masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya harus berakhir sekitar tahun 1007 dan 1023
Masehi. Bermula ketika Raja Rajendra Chola, seorang penguasa Kerajaan Cholamandala berhasil
menyerang Sriwijaya dan berhasil merebut bandar-bandar kota Sriwijaya.

Terjadinya penyerangan ini karena kedua kerajaan ini saling bersaing pada bidang pelayaran
serta perdagangan. Kerajaan Cholamandala bukan berniat untuk menjajah, akan tetapi ingin
meruntuhkan armada kerajaan. Sehingga membuat kondisi ekonomi pada saat itu melemah
serta berkurangnya pedagang.

Tidak hanya itu, kekuatan militer kerajaan juga melemah dan membuat prajurit Sriwijaya
melepaskan diri dari kerajaan. Hingga, masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya berakhir sekitar abad
ke-13.

Peninggalan Kerajaan Sriwijaya


Sebagai kerajaan yang pernah jaya di Nusantara, tentunya peninggalan kerajaan Sriwijaya
tersebar di seluruh daerah kekuasaan mereka. Salah satu jenis peninggalan kerajaan Sriwijaya
yang masih ada hingga saat ini adalah berupa prasasti. Berikut ini merupakan prasasti
peninggalan kerajaan Sriwijaya.
1. Prasasti Kota Kapur
Prasasti Kota Kapur merupakan prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya yang berada di bagian
Barat Pulau Bangka. Bahasa yang ditulis pada prasasti ini menggunakan bahasa Melayu Kuno
serta menggunakan aksara Pallawa. Prasasti ini ditemukan sekitar tahun 1892 bulan Desember.

Orang yang berhasil menemukan prasasti ini adalah J.K. van der Meulen. Prasasti ini berisi
tentang kutukan bagi siapa saja yang membantah perintah serta kekuasaan kerajaan akan
terkena kutukan

2. Prasasti Kedukan Bukit


Seseorang bernama Batenburg menemukan sebuah batu tulis yang berada di Kampung Kedukan
Bukit, Kelurahan 35 Ilir pada 29 November 1920 Masehi. Ukuran dari prasasti ini adalah sekitar
45 x 80 centimeter serta ditulis menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuno.
Prasasti ini berisi tentang seorang utusan kerajaan yang bernama Dapunta Hyang yang
melakukan perjalanan suci atau sidhayarta dengan menggunakan perahu. Dengan diiringi 2000
pasukan, perjalanannya membuahkan hasil. Saat ini, prasasti Kedukan Bukit disimpan di
Museum Nasional Indonesia.

3. Prasasti Telaga Batu


Prasasti ini ditemukan di sekitar kolam Telaga Biru, Kelurahan 3 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II,
Palembang. Isi dari prasasti ini adalah mengenai kutukan bagi mereka yang berbuat jahat di
Sriwijaya. Keberadaan prasasti ini sama
[4/2, 10:59] Pak Agung Sparta: lqnjutqn materi Kerajaan Sriwijaya
3. Prasasti Telaga Batu
Prasasti ini ditemukan di sekitar kolam Telaga Biru, Kelurahan 3 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II,
Palembang. Isi dari prasasti ini adalah mengenai kutukan bagi mereka yang berbuat jahat di
Sriwijaya. Keberadaan prasasti ini sama seperti prasasti Kedukan Bukit, yaitu disimpan di
Museum Nasional Indonesia.

4. Prasasti Talang Tuwo


Residen Palembang, yaitu Louis Constant Westenenk menemukan prasasti pada 17 November
1920. Prasasti ini ditemukan di kaki Bukit Seguntang di sekitar tepian utara Sungai Musi. Isi dari
prasasti ini berisi doa-doa dedikasi dan mendidik.
 Kerajaan Singasari
Kerajaan Singasari merupakan Kerajaan yang berada di Jawa Timur tahun 1222 dan didirikan
oleh Ken Arok. Diperkirakan lokasi Kerajaan ini berada di daerah Singasari, Malang. Nama
Kerajaan yang sebenarnya adalah Kerajaan Tumapel dan beribukota di Kutaraja

Awalnya Kerajaan Tumapel merupakan sebuah daerah bawahan Kerajaan Kadiri dan waktu itu
Tunggul Ametung menjabat sebagai akuwu atau setara camat. Beliau dibunuh dengan cara
ditipu oleh pengawalnya sendiri yang bernama Ken Arok yang kemudian menjabat sebagai
akuwu baru.

Kerajaan ini pernah berjaya pada masa kepemimpinan Kertanagara yang sekaligus menjadi raja
terbesar dalam sejarah Kerajaan. Beliau mengirim pasukan Ekspedisi Pamalayu untuk membuat
Sumatera sebagai benteng pertahanan. Kemudian pada tahun 1284, beliau juga mengadakan
ekspedisi untuk menaklukkan Bali.

Runtuhnya Kerajaan ini adalah akibat dari sibuknya mengirim angkatan perang ke luar Jawa
serta pemberontakan Jayakatwang dan berhasil membunuh Raja Kertanegara. Jayakatwang
kemudian membangun ibukota di Kadiri atau yang sekarang disebut Kediri

Raja Kerajaan Singasari


1. Ken Arok
2. Anusapati
3. Tohjaya
4. Ranggawuni
5. Kertanegara
6.
Kejayaan Kerajaan ini tentu meninggalkan sejarah serta peninggalan yang tentunya
menunjukkan bahwa Kerajaan Singasari pernah ada. Dengan adanya peninggalan Kerajaan
Singasari, tentu menjadikan Kerajaan ini menjadi Kerajaan yang pernah berjaya di Nusantara.
Berikut adalah peninggalan Kerajaan Singasari :
1. Candi Jago
Candi Jago merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Singasari yang mana memiliki arsitekstur
yang memiliki susunan layaknya teras punden berundak. Bentuk dari candi ini cukup unik,
pasalnya bagian atas dari candi ini hanya tersisa sebagian saja.

Karena menurut sejarah, Candi Jago pernah tersambar petir. Jika Anda berkunjung ke Candi ini,
Anda akan menemukan relief Kunjarakarna serta relief Pancatantra. Batu yang digunakan pada
keseluruhan bangunan candi menggunakan batu andesit. Konon, candi ini juga digunakan Raja
Kertanegara untuk beribadah.

2. Candi Singasari
Letak candi ini berada di Kecamatan Singasari, Kabupaten Malang, tepatnya di lembah antara
Pegunungan Tengger dan Gunung Arjuna. Disebutkan dalam Kitab Negarakertagama dan
Prasasti Gajah Mada tahun 1351 Masehi, bahwa candi ini merupakan kediaman terakhir dari
Raja Kertanegara. Yang tidak lain tidak bukan ialah raja Singasari terakhir.

Disebutkan bahwa Raja Kertanegara berpulang pada tahun 1292 karena diserang oleh
Jayakatwang yang memimpin tentara Gelang-gelang. Diduga kuat bahwa pembangunan Candi
Singasari ini tidak pernah selesai dibangun.

3. Arca Dwarapala
Arca Dwarapala merupakan peninggalan Kerajaan Singasari yang memiliki bentuk seperti
monster dengan ukuran yang sangat besar. Menurut juru kunci tempat ini, arca Dwarapala
merupakan sebuah tanda bahwa Anda masuk ke wilayah Kotaraja.
Akan tetapi hingga saat ini, letak Kotaraja Singasari tidak ditemukan secara pasti. Sehingga Arca
Dwarapala dikategorikan sebagai peninggalan Kerajaan Singasari.

4. Candi Sumberawan
Candi ini merupakan satu-satunya stupa yang ditemukan di Jawa Timur dan berlokasi sekitar 6
kilometer dari Candi Singasari. Selain sebagai peninggalan Kerajaan, tentu candi ini juga
digunakan oleh umat Buddha pada saat itu.

Jika dilihat, pemandangan dari candi ini terlihat indah karena lokasi candi ini berada di dekat
telaga dengan air yang sangat bening. Sehingga nama candi ini diberi nama Candi Sumberawan.

5. Candi Jawi
Berada di pertengahan jalan raya antara Pandaan – Prigen serta Pringebukan, candi ini sering
dikira tempat ibadah umat Buddha. Tetapi sebenarnya, tempat ini merupakan tempat untuk
menyimpan abu dari Raja Kertanegara.

Selain di Candi Jawi, abu dari Raja Kertanegara juga disimpan di Candi Singasari. Sehingga Candi
Jago, Candi Jawi, serta Candi Singasari memiliki hubungan yang erat.

6. Candi Kidal
Salah satu warisan dari Kerajaan Singasari adalah Candi Kidal dan dibangun sebagai sebuah
penghormatan raja kedua Singasari, yaitu Anusapati. Beliau memerintah Singasari selama
kurang lebih 20 tahun, yaitu sekitar tahun 1227 hingga tahun 1248.

Kematian Anusapati dibunuh oleh Panji Tohjaya sebagai bentuk perebutan kekuasaan Kerajaan
serta diyakini sebagai kutukan Mpu Gandring.

7. Prasasti Singasari
Peninggalan Kerajaan Singasari ini ditemukan di Singasari, Kabupaten Malang. Prasasti ini dibuat
tahun 1351 Masehi serta ditulis menggunakan aksara jawa. Penulisan prasasti ini ditujukan
untuk mengenang pembangunan candi pemakaman yang dilakukan oleh Mahapatih Gajah
Mada.

Bagian pertama prasasti ini berisi tanggal prasasti yang sangat detail, termasuk dengan
penggambaran letak benda-benda angkasa. Lalu pada bagian kedua menggambarkan maksud
serta arti dari prasasti ini, yaitu sebagai kabar pembangunan sebuah caitya atau candi
pemakaman.

8. Prasasti Manjusri
Prasasti Manjusri merupakan sebuah manuskrip yang dibuat pada bagian belakang Arca
Manjusri pada tahun 1343. Awalnya prasasti ini ditempatkan di Candi Jago, akan tetapi sekarang
prasasti ini disimpan di Museum Nasional, Jakarta.

9. Prasasti Wurare
Isi dari prasasti ini merupakan sebuah peringatan penobatan arca Mahaksobhya di tempat
bernama Wurare, sehingga prasasti ini dinamai Prasasti Wurare. Ditulis menggunakan bahasa
Sansekerta serta bertanggal 21 November 1289 atau sekitar tahun 1211 Saka.

Prasasti ini juga dibuat sebagai penghormatan serta pelambang bagi Raja Kertanegara yang
dianggap sudah mencapai derajat Jina. Tulisan dari prasasti ini ditulis melingkar pada bagian
bawah prasasti.

10. Prasasti Mula Malurung


Prasasti ini merupakan sebuah piagam penganugerahan sekaligus pengesahan Desa Mula serta
Desa Malurung untuk seorang tokoh bernama Pranaraja. Bentuk dari prasasti ini berupa
lempengan-lempengan tembaga yang diterbitkan Raja Kertanegara tahun 1255 atas perintah
ayahnya.

Lempengan ini ditemukan di dua waktu yang berbeda, yaitu tahun 1975 di sekitar kota Kediri,
Jawa Timur. Kemudian ditemukan lagi pada bulan Mei tahun 2001 di lapak penjual barang loak
yang mana tidak jauh dari lokasi sebelumnya. Semua lempengan ini sudah disimpan di Museum
Nasional, Jakarta.

Raja Kerajaan Singasari


Berikut adalah raja Kerajaan Singasari dari pertama hingga akhir :
1. Ken Arok
Ken Arok memerintah Kerajaan Singasari pada tahun 1222 Masehi yang mana pada masa itu ia
menjadi akuwu Tumapel. Ia berhasil menjadi raja Kerajaan Singasari karena ia berhasil
memenangkan peperangan dan kemudian mendirikan Kerajaan Singasari.

2. Anusapati
Anusapati merupakan raja Kerajaan Singasari yang selanjutnya. Ia memimpin sekitar tahun 1227
hingga 1248 Masehi. Tidak banyak yang dapat diketahui dari Anusapati, tetapi ia menjadi
sasaran pembunuhan dan Anusapati dibunuh oleh Tohjaya yang ingin membalas kematian
ayahnya, Ken Arok.

3. Tohjaya
Tohjaya kemudian menjadi raja Kerajaan Singasari setelah berhasil membunuh Anusapati tahun
1248 Masehi. Kepemimpinan Tohjaya hanya berlangsung beberapa bulan karena terjadi
pemberontakan yang dilancarkan Ranggawuni dan Mahesa Cempaka. Atas penyerangan
tersebut, Tohjaya terluka parah lalu meninggal dunia.

Setelah membunuh Tohjaya, tahta Kerajaan jatuh kepada Ranggawuni.

4. Ranggawuni pada tahun 1248 hinga 1268 Masehi dan didampingi Mahesa Cempaka. Kerajaan
waktu itu sangat aman dan tenteram semasa pimpinan Ranggawuni.

5. Kertanegara
Raja Kertanegara menjadi raja Kerajaan Singasari terakhir sekaligus raja yang membuat Singasari
berjaya. Ia diangkat menjadi raja ketika usianya masih muda. Cita-cita raja kertanegara adalah
melaksanakan ekspedisi pamalayu serta menguasai daerah Bali dan Jawa Barat. Selain itu, cita-
cita Raja Kertanegara juga menguasai Pahang serta Tanjung Pura.

Sayangnya, cita-cita Raja Kertanegara harus kandas ketika ia berhasil ditumbangkan oleh
Jayakatwang. Politik luar negeri yang berhasil dilakukan Raja Kertanegara yaitu mempersatukan
Nusantara. Tidak lain tidak bukan, politik luar negeri merupakan cita-cita Raja Kertananegara.

Anda mungkin juga menyukai