Anda di halaman 1dari 79

RINGKASAN SEJARAH MATERI KELAS XI SEMESTER 1

BAB 1 MASA KERAJAAN-KERAJAAN HINDU-BUDHA

A.     PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA SERTA KEBUDAYAAN HINDU-BUDHA DI


INDONESIA

1.      Masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Budha membawa perubahan kehidupan


masyarakat Indonesia, antara lain :
  Semula belum mengenal tulisan (masa praaksara) menjadi mengenal tulisan dan memasuki
zaman sejarah (masa aksara).
  Semula hanya mengenal dan menganut kepercayaan animisme dan dinamisme kemudian
mengenal dan menganut agama dan kebudayaan Hindu-Budha.
  Semula hanya mengenal sistem kesukuan dengan kepala suku sebagai pemimpinnya menjadi
pengenal dan menganut sistem pemerintahan kerajaan dengan raja sebagai pimpinan
pemerintahan yang bercorak Hindu-Budha.

2.      Teori masuk dan berkembangnya kebudayaan Hindu-Budha sebagai berikut.


  Teori waisya, berpendapat bahwa masuknya agama dan kebudayaan Hindu dibawa oleh
golongan pedagang (waisya). Mereka mengikuti angin musim (setengah tahun berganti
arah) sehingga enam bulan menetap di Indonesia dan menyebarkan agama dan kebudayaan
Hindu. Salah satu tokoh pendukung hipotesis waisya adalah N.J.Krom.
  Teori Ksatria, pembawa agama dan kebudayaan Hindu ialah golongan ksatria yang kalah
perang di India, kemudian lari ke Indonesia. Salah seorang pendukung hipotesis ksatria
adalah C.C.Berg.
  Teori Brahmana, pembawa agama dan kebudayaan hindu ke Indonesia ialah golongan
Brahmana yang diundang oleh raja raja Indonesia untuk menobatkan dengan upacara Hindu
(abhiseka=penobatan). Pendukung hipotesis ini adalah J.C.van Leur.
  Teori nasional, bahwa bangsa Indonesia yang berdagang ke India pulang dengan membawa
agama dan kebudayaan Hindu atau sebaliknya orang-orang Indonesia (raja) mengundang
Brahmana kemudian Brahmana menyebarkan agama dan kebudayaan Hindu di Indonesia.
Pendapat ini disebut teori arus balik. Pendukung teori ini adalah F.D.K.Bosch.

B.      PERKEMBANGAN TRADISI HINDU-BUDHA

AKULTURASI
Masuknya budaya Hindu-Budha di Indonesia menyebabkan munculnya Akulturasi.
Akulturasi merupakan perpaduan 2 budaya dimana kedua unsur kebudayaan bertemu dapat
hidup berdampingan dan saling mengisi serta tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari
kedua kebudayaan tersebut. Kebudayaan Hindu-Budha yang masuk di Indonesia tidak
diterima begitu saja melainkan melalui proses pengolahan dan penyesuaian dengan kondisi
kehidupan masyarakat Indonesia tanpa menghilangkan unsur-unsur asli. Hal ini disebabkan
karena:
1. Masyarakat Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi sehingga
masuknya kebudayaan asing ke Indonesia menambah perbendaharaan kebudayaan
Indonesia.
2. Kecakapan istimewa yang dimiliki bangsa Indonesia atau local genius merupakan
kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolah
unsur-unsur tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Pengaruh kebudayaan Hindu hanya bersifat melengkapi kebudayaan yang telah ada di
Indonesia. Perpaduan budaya Hindu-Budha melahirkan akulturasi yang masih terpelihara
sampai sekarang. Akulturasi tersebut merupakan hasil dari proses pengolahan kebudayaan
asing sesuai dengan kebudayaan Indonesia.

Seni Bangunan
Seni bangunan tampak pada bangunan candi sebagai wujud percampuran antara seni asli
bangsa Indonesia dengan seni Hindu-Budha. Candi merupakan bentuk perwujudan
akulturasi budaya bangsa Indonesia dengan India. Candi merupakan hasil bangunan zaman
megalitikum yaitu bangunan punden berundak-undak yang mendapat pengaruh Hindu
Budha. Contohnya candi Borobudur. Pada candi disertai pula berbagai macam benda yang
ikut dikubur yang disebut bekal kubur sehingga candi juga berfungsi sebagai makam bukan
semata-mata sebagai rumah dewa. Sedangkan candi Budha, hanya jadi tempat pemujaan
dewa tidak terdapat peti pripih dan abu jenazah ditanam di sekitar candi dalam bangunan
stupa.

Seni Sastra dan Aksara


Periode awal di Jawa Tengah pengaruh sastra Hindu cukup kuat.
Periode tengah bangsa Indonesia mulai melakukan penyaduran atas karya India.
Contohnya: Kitab Bharatayudha merupakan gubahan Mahabarata oleh Mpu Sedah dan
Panuluh. Isi ceritanya tentang peperangan selama 18 hari antara Pandawa melawan
Kurawa. Para ahli berpendapat bahwa isi sebenarnya merupakan perebutan kekuasaan
dalam keluarga raja-raja Kediri.
Prasasti-prasasti yang ada ditulis dalam bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa. Bahasa
Sansekerta banyak digunakan pada kitab-kitab kuno/Sastra India. Mengalami akulturasi
dengan bahasa Jawa melahirkan bahasa Jawa Kuno dengan aksara Pallawa yang dimodifikasi
sesuai dengan pengertian dan selera Jawa sehingga menjadi aksara Jawa Kuno dan Bali
Kuno. Perkembangannya menjadi aksara Jawa sekarang serta aksara Bali. Di kerajaan
Sriwijaya huruf Pallawa berkembang menjadi huruf Nagari.

Sistem Kalender
Diadopsi dari sistem kalender/penanggalan India. Hal ini terlihat dengan adanya
Penggunaan tahun Saka di Indonesia. Tercipta kalender dengan sebutan tahun Saka yang
dimulai tahun 78 M (merupakan tahun Matahari, tahun Samsiah) pada waktu raja Kanishka I
dinobatkan jumlah hari dalam 1 tahun ada 365 hari.

C.      KERAJAAN KUTAI


Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti sejarah
tertua. Berdiri sekitar abad ke-4. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur,
tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama Kutai diberikan oleh para ahli mengambil dari
nama tempat ditemukannya prasasti yang menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut. Tidak
ada prasasti yang secara jelas menyebutkan nama kerajaan ini dan memang sangat sedikit
informasi yang dapat diperoleh.

Yupa

Prasasti Kerajaan Kutai


Informasi yang ada diperoleh dari Yupa / prasasti dalam upacara pengorbanan yang berasal
dari abad ke-4. Ada tujuh buah yupa yang menjadi sumber utama bagi para ahli dalam
menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai. Yupa adalah tugu batu yang berfungsi sebagai
tugu peringatan yang dibuat oleh para brahman atas kedermawanan raja Mulawarman.
Dalam agama hindu sapi tidak disembelih seperti kurban yang dilakukan umat islam. Dari
salah satu yupa tersebut diketahui bahwa raja yang memerintah kerajaan Kutai saat itu
adalah Mulawarman. Namanya dicatat dalam yupa karena kedermawanannya
menyedekahkan 20.000 ekor sapi kepada kaum brahmana. Dapat diketahui bahwa menurut
Buku Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Kuno yang ditulis oleh Marwati Djoened
Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto yang diterbitkan oleh Balai Pustaka halaman 36,
transliterasi prasasti diatas adalah sebagai berikut:

Nama-Nama Raja Kutai

Peta Kecamatan Muara Kaman


1.      Maharaja Kudungga, gelar anumerta Dewawarman (pendiri)
2.      Maharaja Aswawarman (anak Kundungga)
3.      Maharaja Mulawarman (anak Aswawarman)
4.      Maharaja Marawijaya Warman
5.      Maharaja Gajayana Warman
6.      Maharaja Tungga Warman
7.      Maharaja Jayanaga Warman
8.      Maharaja Nalasinga Warman
9.      Maharaja Nala Parana Tungga
10.  Maharaja Gadingga Warman Dewa
11.  Maharaja Indra Warman Dewa
12.  Maharaja Sangga Warman Dewa
13.  Maharaja Candrawarman
14.  Maharaja Sri Langka Dewa
15.  Maharaja Guna Parana Dewa
16.  Maharaja Wijaya Warman
17.  Maharaja Sri Aji Dewa
18.  Maharaja Mulia Putera
19.  Maharaja Nala Pandita
20.  Maharaja Indra Paruta Dewa
21.  Maharaja Dharma Setia

D.     KERAJAAN TARUMANEGARA

Tarumanagara atau Kerajaan Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di
wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M. Taruma merupakan salah
satu kerajaan tertua di Nusantara yang meninggalkan catatan sejarah. Dalam catatan
sejarah dan peninggalan artefak di sekitar lokasi kerajaan, terlihat bahwa pada saat itu
Kerajaan Taruma adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu.
Bukti keberadaan Kerajaan Taruma diketahui dengan tujuh buah prasasti batu yang
ditemukan. Lima di Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak Banten. Dari prasasti-prasasti ini
diketahui bahwa kerajaan dipimpin oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M
dan beliau memerintah sampai tahun 382 M. Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman ada
di sekitar sungai Gomati (wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara ialah kelanjutan dari
Kerajaan Salakanagara.

Prasasti yang ditemukan

1. Prasasti Kebon Kopi, dibuat sekitar 400 M (H Kern 1917), ditemukan di perkebunan
kopi milik Jonathan Rig, Ciampea, Bogor
2. Prasasti Tugu, ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan
Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, sekarang disimpan di museum di Jakarta. Prasasti
tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan
penggalian Sungai Gomati sepanjang 6112 tombak atau 12km oleh Purnawarman
pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.Penggalian sungai tersebut merupakan
gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada
masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim
kemarau.
3. Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul, ditemukan di aliran Sungai Cidanghiang
yang mengalir di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten,
berisi pujian kepada Raja Purnawarman.
4. Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor
5. Prasasti Muara Cianten, Ciampea, Bogor
6. Prasasti Jambu, Nanggung, Bogor
7. Prasasti Pasir Awi, Citeureup, Bogor

E.      KERAJAAN MATARM KUNO


Awal berdirinya kerajaan
Kerajaan Medang (atau sering juga disebut Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Mataram
Hindu) adalah nama sebuah kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah pada abad ke-8, kemudian
berpindah ke Jawa Timur pada abad ke-10. Para raja kerajaan ini banyak meninggalkan bukti
sejarah berupa prasasti-prasasti yang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta
membangun banyak candi baik yang bercorak Hindu maupun Buddha. Kerajaan Medang
akhirnya runtuh pada awal abad ke-11. Kerajaan Medang (atau sering juga disebut Kerajaan
Mataram Kuno atau Kerajaan Mataram Hindu) adalah nama sebuah kerajaan yang berdiri di
Jawa Tengah pada abad ke-8, kemudian berpindah ke Jawa Timur pada abad ke-10. Para
raja kerajaan ini banyak meninggalkan bukti sejarah berupa prasasti-prasasti yang tersebar
di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta membangun banyak candi baik yang bercorak Hindu
maupun Buddha. Kerajaan Medang akhirnya runtuh pada awal abad ke-11. Prasasti
Mantyasih tahun 907 atas nama Dyah Balitung menyebutkan dengan jelas bahwa raja
pertama Kerajaan Medang (Rahyang ta rumuhun ri Medang ri Poh Pitu) adalah Rakai
Mataram Sang Ratu Sanjaya.
Sanjaya sendiri mengeluarkan prasasti Canggal tahun 732, namun tidak menyebut dengan
jelas apa nama kerajaannya. Ia hanya memberitakan adanya raja lain yang memerintah
pulau Jawa sebelum dirinya, bernama Sanna. Sepeninggal Sanna, negara menjadi kacau.
Sanjaya kemudian tampil menjadi raja, atas dukungan ibunya, yaitu Sannaha, saudara
perempuan Sanna.

F.       KERAJAAN SRIWIJAYA


Sriwijaya adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatera dan
banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari
Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, dan pesisir Kalimantan.
Dalam bahasa Sanskerta, sri berarti "bercahaya" atau "gemilang", dan wijaya berarti
"kemenangan" atau "kejayaan"maka nama Sriwijaya bermakna "kemenangan yang gilang-
gemilang". Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang
pendeta Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal
selama 6 bulan. Selanjutnya prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berada pada
abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682. Kemunduran pengaruh
Sriwijaya terhadap daerah bawahannya mulai menyusut dikarenakan beberapa peperangan
di antaranya serangan dari raja Dharmawangsa Teguh dari Jawa pada tahun 990, dan tahun
1025 serangan Rajendra Chola I dari Koromandel, selanjutnya tahun 1183 kekuasaan
Sriwijaya di bawah kendali kerajaan Dharmasraya. Setelah jatuh, kerajaan ini terlupakan dan
keberadaannya baru diketahui kembali lewat publikasi tahun 1918 dari sejarawan Perancis
G.     KERAJAAN KEDIRI
Kerajaan Kediri atau Kerajaan Panjalu, adalah sebuah kerajaan yang terdapat di Jawa Timur
antara tahun 1042-1222. Kerajaan ini berpusat di kota Daha, yang terletak di sekitar Kota
Kediri sekarang.
Masa-masa awal Kerajaan Panjalu atau Kadiri tidak banyak diketahui. Prasasti Turun Hyang
II (1044) yang diterbitkan Kerajaan Janggala hanya memberitakan adanya perang saudara
antara kedua kerajaan sepeninggal Airlangga.
Sejarah Kerajaan Panjalu mulai diketahui dengan adanya prasasti Sirah Keting tahun 1104
atas nama Sri Jayawarsa. Raja-raja sebelum Sri Jayawarsa hanya Sri Samarawijaya yang
sudah diketahui, sedangkan urutan raja-raja sesudah Sri Jayawarsa sudah dapat diketahui
dengan jelas berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan.
Kerajaan Panjalu di bawah pemerintahan Sri Jayabhaya berhasil menaklukkan Kerajaan
Janggala dengan semboyannya yang terkenal dalam prasasti Ngantang (1135), yaitu Panjalu
Jayati, atau Panjalu Menang.
Pada masa pemerintahan Sri Jayabhaya inilah, Kerajaan Panjalu mengalami masa
kejayaannya. Wilayah kerajaan ini meliputi seluruh Jawa dan beberapa pulau di Nusantara,
bahkan sampai mengalahkan pengaruh Kerajaan Sriwijaya di Sumatra.
Hal ini diperkuat kronik Cina berjudul Ling wai tai ta karya Chou Ku-fei tahun 1178, bahwa
pada masa itu negeri paling kaya selain Cina secara berurutan adalah Arab, Jawa, dan
Sumatra. Saat itu yang berkuasa di Arab adalah Bani Abbasiyah, di Jawa ada Kerajaan
Panjalu, sedangkan Sumatra dikuasai Kerajaan Sriwijaya.
H.     KERAJAAN SINGASARI
Kerajaan Singhasari atau sering pula ditulis Singasari atau Singosari, adalah sebuah kerajaan
di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi kerajaan ini sekarang
diperkirakan berada di daerah Singosari, Malang.
Wangsa Rajasa yang didirikan oleh Ken Arok. Keluarga kerajaan ini menjadi penguasa
Singhasari, dan berlanjut pada kerajaan Majapahit. Terdapat perbedaan antara Pararaton
dan Nagarakretagama dalam menyebutkan urutan raja-raja Singhasari.

Versi Pararaton adalah: Versi Nagarakretagama adalah:

1. Ken Arok alias Rajasa Sang 1. Rangga Rajasa Sang Girinathaputra


Amurwabhumi (1222 - 1247) (1222 - 1227)
2. Anusapati (1247 - 1249) 2. Anusapati (1227 - 1248)
3. Tohjaya (1249 - 1250) 3. Wisnuwardhana (1248 - 1254)
4. Ranggawuni alias Wisnuwardhana 4. Kertanagara (1254 - 1292)
(1250 - 1272)
5. Kertanagara (1272 - 1292)

Kisah suksesi raja-raja Tumapel versi Pararaton diwarnai pertumpahan darah yang dilatari
balas dendam. Ken Arok mati dibunuh Anusapati (anak tirinya). Anusapati mati dibunuh
Tohjaya (anak Ken Arok dari selir). Tohjaya mati akibat pemberontakan Ranggawuni (anak
Anusapati). Hanya Ranggawuni yang digantikan Kertanagara (putranya) secara damai.
Sementara itu versi Nagarakretagama tidak menyebutkan adanya pembunuhan antara raja
pengganti terhadap raja sebelumnya. Hal ini dapat dimaklumi karena Nagarakretagama
adalah kitab pujian untuk Hayam Wuruk raja Majapahit. Peristiwa berdarah yang menimpa
leluhur Hayam Wuruk tersebut dianggap sebagai aib.

I.        KERAJAAN MAJAPAHIT


Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia, yang pernah
berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya
menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di Nusantara pada masa
kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389.
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan
dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Kekuasaannya
terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia timur,
meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.
Sebelum berdirinya Majapahit, Singhasari telah menjadi kerajaan paling kuat di Jawa. Hal ini
menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan
yang bernama Meng Chi ke Singhasari yang menuntut upeti. Kertanagara, penguasa
kerajaan Singhasari yang terakhir menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan
utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya. Kubilai Khan marah
dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293.
Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah menggulingkan dan membunuh Kertanegara.
Atas saran Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya,
menantu Kertanegara, yang datang menyerahkan diri. Kemudian, Wiraraja mengirim utusan
ke Daha, yang membawa surat berisi pernyataan, Raden Wijaya menyerah dan ingin
mengabdi kepada Jayakatwang. Jawaban dari surat diatas disambut dengan senang hati.
Raden Wijaya kemudian diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun desa
baru. Desa itu dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa "pahit"
dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongol tiba, Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol
untuk bertempur melawan Jayakatwang. Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden
Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang
kembali pasukannya secara kalang-kabut karena mereka berada di negeri asing. Saat itu juga
merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap angin muson agar dapat pulang,
atau mereka terpaksa harus menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing.

BAB 2 INDONESIA PADA MASA PERKEMBANGAN ISLAM

A.    PROSES AWAL PENYEBARAN ISLAM DI INDONESIA


Beberapa Pendapat Tentang Awal Masuknya Islam di Indonesia.
Islam Masuk ke Indonesia Pada Abad ke 7:
1.      Seminar masuknya islam di Indonesia (di Aceh), sebagian dasar adalah catatan perjalanan Al
mas’udi, yang menyatakan bahwa pada tahun 675 M, terdapat utusan dari raja Arab Muslim
yang berkunjung ke Kalingga. Pada tahun 648 diterangkan telah ada koloni Arab Muslim di
pantai timur Sumatera.
2.      Dari Harry W. Hazard dalam Atlas of Islamic History (1954), diterangkan bahwa kaum
Muslimin masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M yang dilakukan oleh para pedagang muslim
yang selalu singgah di sumatera dalam perjalannya ke China.
3.      Dari Gerini dalam Futher India and Indo-Malay Archipelago, di dalamnya menjelaskan
bahwa kaum Muslimin sudah ada di kawasan India, Indonesia, dan Malaya antara tahun
606-699 M.
4.      Prof. Sayed Naguib Al Attas dalam Preliminary Statemate on General Theory of Islamization
of Malay-Indonesian Archipelago (1969), di dalamnya mengungkapkan bahwa kaum
muslimin sudah ada di kepulauan Malaya-Indonesia pada 672 M.
5.      Prof. Sayed Qodratullah Fatimy dalam Islam comes to Malaysia mengungkapkan bahwa
pada tahun 674 M. kaum Muslimin Arab telah masuk ke Malaya.
6.      Prof. S. muhammmad Huseyn Nainar, dalam makalah ceramahnay berjudul Islam di India
dan hubungannya dengan Indonesia, menyatakan bahwa beberapa sumber tertulis
menerangkan kaum Muslimin India pada tahun 687 sudah ada hubungan dengan kaum
muslimin Indonesia.
7.      W.P. Groeneveld dalam Historical Notes on Indonesia and Malaya Compiled From Chinese
sources, menjelaskan bahwa pada Hikayat Dinasti T’ang memberitahukan adanya Aarb
muslim berkunjung ke Holing (Kalingga, tahun 674). (Ta Shih = Arab Muslim).
8.      T.W. Arnold dalam buku The Preching of Islam a History of The Propagation of The Moslem
Faith, menjelaskan bahwa Islam datang dari Arab ke Indonesia pada tahun 1 Hijriyah (Abad
7 M).

Islam Masuk Ke Indonesia pada Abad ke-11:


Satu-satunya sumber ini adalah diketemukannya makam panjang di daerah Leran Manyar,
Gresik, yaitu makam Fatimah Binti Maimoon dan rombongannya. Pada makam itu terdapat
prasati huruf Arab Riq’ah yang berangka tahun (dimasehikan 1082)

Islam Masuk Ke Indonesia Pada Abad Ke-13:


Catatan perjalanan marcopolo, menyatakan bahwa ia menjumpai adanya kerajaan Islam
Ferlec (mungkin Peureulack) di aceh, pada tahun 1292 M.
K.F.H. van Langen, berdasarkan berita China telah menyebut adanya kerajaan Pase
(mungkin Pasai) di aceh pada 1298 M.
J.P. Moquette dalam De Grafsteen te Pase en Grisse Vergeleken Met Dergelijk Monumenten
uit hindoesten, menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13.
Beberapa sarjana barat seperti R.A Kern; C. Snouck Hurgronje; dan Schrieke, lebih
cenderung menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13, berdasarkan
saudah adanya beberapa kerajaaan islam di kawasan Indonesia.

Pembawa Islam ke Indonesia


Sebelum pengaruh islam masuk ke Indonesia, di kawasan ini sudah terdapat kontak-kontak
dagang, baik dari Arab, Persia, India dan China. Islam secara akomodatif, akulturasi, dan
sinkretis merasuk dan punya pengaruh di arab, Persia, India dan China. Melalui perdagangan
itulah Islam masuk ke kawasan Indonesia. Dengan demikian bangsa Arab, Persia, India dan
china punya nadil melancarkan perkembangan islam di kawasan Indonesia.
Gujarat (India)
Pedagang islam dari Gujarat, menyebarkan Islam dengan bukti-bukti antar lain:

1. ukiran batu nisan gaya Gujarat.


2. Adat istiadat dan budaya India islam.

Persia
Para pedagang Persia menyebarkan Islam dengan beberapa bukti antar lain:

1. Gelar “Syah” bagi raja-raja di Indonesia.


2. Pengaruh aliran “Wihdatul Wujud” (Syeh Siti Jenar).
3. Pengaruh madzab Syi’ah (Tabut Hasan dan Husen).

Arab
Para pedagang Arab banyak menetap di pantai-pantai kepulauan Indonesia, dengan bukti
antara lain:

1. Menurut al Mas’udi pada tahun 916 telah berjumpa Komunitas Arab dari Oman,
Hidramaut, Basrah, dan Bahrein untuk menyebarkan islam di lingkungannya, sekitar
Sumatra, Jawa, dan Malaka.
2. munculnya nama “kampong Arab” dan tradisi Arab di lingkungan masyarakat, yang
banyak mengenalkan islam.

China
Para pedagang dan angkatan laut China (Ma Huan, Laksamana Cheng Ho/Dampo awan ,
mengenalkan islam di pantai dan pedalaman Jawa dan sumatera, dengan bukti antar lain :
1. Gedung Batu di semarang (masjid gaya China).
2. Beberapa makam China muslim.
3. Beberapa wali yang dimungkinkan keturunan China.

Dari beberapa bangsa yang membawa Islam ke Indonesia pada umumnya menggunakan
pendekatan cultural, sehingga terjadi dialog budaya dan pergaulan social yang penuh
toleransi (Umar kayam:1989)

B.    KERAJAAN SAMUDRA PASAI


Kesultanan Pasai, juga dikenal dengan Samudera Darussalam, atau Samudera Pasai, adalah
kerajaan Islam yang terletak di pesisir pantai utara Sumatera, kurang lebih di sekitar Kota
Lhokseumawe dan Aceh Utara, Provinsi Aceh, Indonesia.
Belum begitu banyak bukti arkeologis tentang kerajaan ini untuk dapat digunakan sebagai
bahan kajian sejarah. Namun beberapa sejarahwan memulai menelusuri keberadaan
kerajaan ini bersumberkan dari Hikayat Raja-raja Pasai, dan ini dikaitkan dengan beberapa
makam raja serta penemuan koin berbahan emas dan perak dengan tertera nama rajanya.
Kerajaan ini didirikan oleh Marah Silu, yang bergelar Sultan Malik as-Saleh, sekitar tahun
1267. Keberadaan kerajaan ini juga tercantum dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq
(Pengembaraan ke Timur) karya Abu Abdullah ibn Batuthah (1304–1368), musafir Maroko
yang singgah ke negeri ini pada tahun 1345. Kesultanan Pasai akhirnya runtuh setelah
serangan Portugal pada tahun 1521.

C.    KERAJAAN ACEH


Kesultanan Aceh Darussalam merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di
provinsi Aceh, Indonesia. Kesultanan Aceh terletak di utara pulau Sumatera dengan ibu kota
Kutaraja (Banda Aceh) dengan sultan pertamanya adalah Sultan Ali Mughayat Syah yang
dinobatkan pada pada Ahad, 1 Jumadil awal 913 H atau pada tanggal 8 September 1507.
Dalam sejarahnya yang panjang itu (1496 - 1903), Aceh telah mengukir masa lampaunya
dengan begitu megah dan menakjubkan, terutama karena kemampuannya dalam
mengembangkan pola dan sistem pendidikan militer, komitmennya dalam menentang
imperialisme bangsa Eropa, sistem pemerintahan yang teratur dan sistematik, mewujudkan
pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahuan, hingga kemampuannya dalam menjalin
hubungan diplomatik dengan negara lain.

D.    KERAJAAN DEMAK


Kesultanan Demak atau Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama dan terbesar di
pantai utara Jawa ("Pasisir"). Menurut tradisi Jawa, Demak sebelumnya merupakan
kadipaten dari kerajaan Majapahit, kemudian muncul sebagai kekuatan baru mewarisi
legitimasi dari kebesaran Majapahit.
Kerajaan ini tercatat menjadi pelopor penyebaran agama Islam di pulau Jawa dan Indonesia
pada umumnya. Walau tidak berumur panjang dan segera mengalami kemunduran karena
terjadi perebutan kekuasaan di antara kerabat kerajaan. Pada tahun 1568, kekuasaan
Demak beralih ke Kerajaan Pajang yang didirikan oleh Jaka Tingkir. Salah satu peninggalan
bersejarah Kerajaan Demak ialah Mesjid Agung Demak, yang menurut tradisi didirikan oleh
Walisongo.
Lokasi keraton Demak, yang pada masa itu berada di tepi laut, berada di kampung Bintara
(dibaca "Bintoro" dalam bahasa Jawa), saat ini telah menjadi kota Demak di Jawa Tengah.
Sebutan kerajaan pada periode ketika beribukota di sana dikenal sebagai Demak Bintara.
Pada masa raja ke-4 ibukota dipindahkan ke Prawata (dibaca "Prawoto") dan untuk periode
ini kerajaan disebut Demak Prawata

E.    KERAJAAN BANTEN


Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di Provinsi
Banten, Indonesia. Berawal sekitar tahun 1526, ketika Kerajaan Demak memperluas
pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa, dengan menaklukan beberapa kawasan
pelabuhan kemudian menjadikannya sebagai pangkalan militer serta kawasan perdagangan.
Maulana Hasanuddin, putera Sunan Gunung Jati berperan dalam penaklukan tersebut.
Setelah penaklukan tersebut, Maulana Hasanuddin mendirikan benteng pertahanan yang
dinamakan Surosowan, yang kemudian hari menjadi pusat pemerintahan setelah Banten
menjadi kesultanan yang berdiri sendiri.
Selama hampir 3 abad Kesultanan Banten mampu bertahan bahkan mencapai kejayaan yang
luar biasa, yang diwaktu bersamaan penjajah dari Eropa telah berdatangan dan
menanamkan pengaruhnya. Perang saudara, dan persaingan dengan kekuatan global
memperebutkan sumber daya maupun perdagangan, serta ketergantungan akan
persenjataan telah melemahkan hegemoni Kesultanan Banten atas wilayahnya. Kekuatan
politik Kesultanan Banten akhir runtuh pada tahun 1813 setelah sebelumnya Istana
Surosowan sebagai simbol kekuasaan di Kota Intan dihancurkan, dan pada masa-masa akhir
pemerintanannya, para Sultan Banten tidak lebih dari raja bawahan dari pemerintahan
kolonial di Hindia Belanda.

F.    KERAJAAN MATARAM


Kerajaan mataram didirikan oleh Sutowijoyo yang bergelar Penembahan Senopati (1586-
1601). Ibukotanya Kota Gede. Penggantinya Raden Mas Jolang. Ia gugur di daerah Krapyak,
sehingga disebut penembahan seda krapyak. Raja terbesarnya ialah Raden Mas Rangsang
yang bergelar sultan agung hanyokrokusumo (1613-1645).
Sultan agung bercita-cita mempersatukan seluruh Jawa dan mengusir kompeni (VOC) dari
Batavia. Setelah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Cirebon berhasil dikuasai, ia berencana
menyerang Batavia. Serangan dilancarkan pada agustus 1628 dan September 1629, tetapi
gagal. Kegagalan ini karena :
A.      Kurangnya perbekalan makanan,
B.      Kalah persenjataan,
C.      Jarak Mataram – Jakarta sangat jauh,
D.     Tentara Mataram terjangkit wabah penyakit.
Sepeninggal Sultan Agung, Matarm mengalami kemunduran dan terpecah. Berdasarkan
perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 Matarm dipecah menjadi dua, yakni :
A.   Mataram Barat, yakni kesultanan Yogyakarta, diberikan kepada Mangkubumi dengan gelar
Hamengku Buwono I
B.   Mataram Timur, yakni Kesunanan Surakarta diberikan kepada Paku Buwono III
Selanjutnya berdasarkan Perjanjian Salatiga tanggal 17 Maret 1757, Surakarta dibagi
menjadi dua, yakni :
1.    Surakarta Utara diberikan kepada Raden Mas Said dengan gelar Mangkunegara I,
kerajaanya dinamakan Mangkunegaran.
2.    Surakarta Selatan diberikan kepada Paku Buwono III kerajaanya dinamakan Kasunanan
Surakarta
G.    KERAJAAN MAKASSAR
Pada abad ke-17 di Sulawesi Selatan telah muncul beberapa kerajaan kecil, seperti Goa,
Tallo, Sopeng, dan Bone. Kerajaan besar ialah Goa dan Tallo. Keduanya lebih dikenal sebagai
kerajaan Makassar. Puncak kejayaanya pada masa pemerintahan Sultan Hasanudin (1654-
1670)
Pertempuran besar meletus pada 1666 di masa Sultan Hasanuddin. VOC di bawah pimpinan
Speelman berkoalisi dengan Kapten Jonker dari Ambon dan Aru Palaka, Raja Bone.
Hasanuddin kalah dan terpaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada 18 November
1667. Isinya sangat merugikan rakyat Makassar, yakni :
a.      Wilayah Makassar terbatas pada Goa, wilayah Bone dikembalikan kepada Aru Palaka
b.      Kapal Makassar dilarang berlayar tanpa seizin VOC
c.       Makassar tertutup untuk semua bangsa kecuali VOC dengan hak monopolinya
d.      Semua benteng harus dihancurkan, kecuali benteng ujung pandang yang kemudian
namanya diganti menjadi benteng Rotterdam.
e.      Makassar harus mengganti kerugian perang sebesar 250 ribu ringgit.
Makassar berkembang sebagai pelabuhan internasional. Banyak pedagang asing seperti
Portugis, Inggris, dan Denmark berdagang di Makassar. Karena itu, disusunlah hokum niaga
dan perniagaan yang disebut Ade Allopioping Bicarance Pabbalu’e dan sebuah naskah lontar
karya Amanna Gappa.

H.    KERAJAAN TERNATE DAN TIDORE


Kerajaan ternate dan tidore terdapat di Maluku. Keduanya sering bersaing dan persaingan
makin tampak setelah datangnya bangsa Barat.
Bangsa Barat yang pertama kali datang ke Maluku ialah Portugis (1512) yang kemudian
bersekutu dengan kerajaan ternate. Kemudian bangsa Spanyol dating pada 1521 dan
bersekutu dengan kerajaan tidore. Saat itu tidak sampai terjadi perang. Untuk menyelesaikan
persaingan Portugis dan Spanyol, pada tahun 1529 diadakan perjanjian saragosa. Isinya
Spanyol harus meninggalkan Maluku dan memusatkan kekuasaanya di Filipina dan bangsa
Portugis tetap tinggal Maluku.
Portugis menderikan benteng Sao Paulo untuk melindungi Ternate dari serangan Tidore.
Portugis kemudian memonopoli perdagangan dan terlalu ikut campur urusan dalam negri
Ternate. Salah seorang sultan Ternate yang menentang ialah Sultan Hairun (1550-1570).
Walau diadakan perundingan dengan hasil damai pada 27 Februari 1570, esok harinya ketika
Sultan Hairun datang ke benteng Sao Pulo, ia justru dibunuh.

BAB 3 PERKEMBANGAN PENGARUH BARAT DAN MASA PENDUDUKAN JEPANG DI


INDONESIA

A.       BERKEMBANGNYA KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA

1.       VOC
VOC merupakan kongsi dagang Belanda yang mempunyai wilayah di Hindia Timur. Pengurusnya
terdiri dari 6 orang yang disebut “Bewindhebbers der VOC”, ditambah 17 orang pengurus harian
yang disebut Heeren XVII. VOC juga memiliki hak khusus yang diberikan parlemen Belanda:
-Membuat perjanjian dengan raja2 setempat
-Menyatakan perang dan perdamaian
-Membuat senjata & benteng
-Mencetak uang
-Mengangkat & memberhentikan pegawai
-Mengadili perkara
Pada tahun 1609, Pieter Both ditugaskan sebagai Gubernur Jendral VOC di Ambon. Misi utamanya
adalah untuk memimpin VOC menghadapi persaingan dengan pedagang Eropa. Ketika Jan
Pietersoon Coen diangkat sebagai gubernur jenderal, pusat kekuasaan dipindahkan ke Jayakarta.
Selain melakukan monopoli, VOC juga menjalankan system pemerintahan tidak langsung (indirect
rule). Tidak berlangsung lama, VOC akhirnya dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799. dengan
factor-faktor berikut:
-Banyak pegawai VOC korupsi karena gajinya rendah
-VOC tidak mampu bersaing dengan inggris (EIC) dan Perancis (FIC)
-Walaupun rugi, pemegang saham tetap diberi dividen
-Perang Belanda melawan Inggris
-Jatuhnya kongsi dagang VOC di India & adanya kebebasan pelayaran Inggris ke Indonesia

2. Penjajahan Prancis-Belanda
Di Eropa sedang dalam suasana Perang Koalisi satu (1792-1797). Belandapun kalah sehingga
membuat rajanya, Willem V, meminta perlindungan dari Inggris. Napoleon Bonaparte, pemimpin
Prancis kemudian menempatkan Louis Napoleon untuk memimpin Belanda. Louis kemudian
mengangkat Herman Willem Daendels sebagai Gubernur Jendral Hindia Belanda sejak 1808. Tugas
utamanya adalah untuk mempertahankan Jawa dari serangan Inggris. Pada masa pemerintahannya,
Daendels banyak mengeluarkan kebijakan kebijakan yang condong kepada kediktatoran. Contohnya,
pembangunan jalan Raya Pos (Groete Postweg) antara Anyer-Panarukan. Pembangunan jalan raya
itu melibatkan banyak tenaga dengan system rodi.
Kekuasaan sewenang-wenang yang diterapkan Daendels membuatnya ditarik kembali agar citra
Hindia Belanda tidak bertambah buruk. Tetapi penarikan Daendels membua dampak buruk.
Belandapun berhasil dikuasai Inggris. Dengan demikian berakhirlah penjajahan Prancis-Belanda
dengan ditandai oleh Kapitulasi Tuntang.

3. Penjajahan Iggris
Tahun 1811-1816, Indonesia berada di bawah kekuasaan Inggris. Thomas Stamford Raffles diangkat
sebagai wakil gubernur di Jawa dan bawahannya. Tujuan utama pemerintahan Raffles adalah
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satu tindakannya yang popular adalah mencetuskan
system sewa tanah (landrent). Hal tersebut tidak membebani rakyat, namun kondisi di Eropa
membuat Thomas Stamford Raffles harus mengakhiri masa jabatannya di Indonesia. Perang koalisi
berakhir dengan kekalahan Prancis. Negara-negara yang menjadi lawan Prancis mengambil
keputusan bahwa sebagai benteng untuk menghadapi Prancis, Belanda harus kuat. Maka dari itu,
dalam Traktat London tahun 1824, ditetapkan bahwa Indonesia dikembalikan kepada Belanda.

4. Belanda
Untuk menangani berbagai persoalan di Indonesia yang baru saja dikembalikan ke Inggris,
pemerintah belanda mengirimkan sebuah komisi. Komisi tersebut terdiri dari Cornelis Th.Elout
sebagai ketua, dan A.A. Buyskes dan van der Capellen sebagai anggota. Setelah komisi dibubarkan,
van der Capellen diangkat sebagai gubernur jenderal. Dia melaksanakan pola konservatif, dalam arti
menerapkan kebijakan monopoli seperti VOC:
a. Masa Tanam Paksa
Ketika van den Bosch menjabat sebagai gubernur jenderal, pada tahun 1830 dia menciptakan
peraturan baru yang bernama ‘tanam paksa’ / cultuur stelsel. Tujuannya untuk mendapatkan untung
guna menutup deficit keuangan negri Belanda. Kemudian, latar belakang dilakukannya Tanam paksa
adalah:
-          Defisit anggaran belanja negri belanda akibat Perang kemerdekaan Belgia dan perang
diponegoro
-          Keadaan di Jawa yang tidak menguntungkan saat itu
-          Perdagangan dan perusahaan belanda mengalami kemunduran
Pokok-pokok ketentuan Tanam paksa:
-          Penduduk wajib menanami 1/5 tanahnya dengan tanaman yang ditentukan
pemerintah
-          Tanah tersebut dibebaskan dari pajak
-          Tanah tersebut dikerjakan selama 1/5 tahun
-          Risiko penanaman ada pada pemerintah
-          Hasil tanaman yang diwajibkan harus diangkat sendiri ke pabrik dan mendapat ganti
rugi
-          Kelebihan hasil panen akan diganti oleh pemerintah
          Waktu yang digunakan untuk menanam tanaman wajib tidak melebihi waktu menanam
padi
Tanam Paksa:
-          Tanah yang ditanami lebih dari 1/5 lahan
-          Tanah yang ditanami tanaman wajib masih terkena pajak
-          Banyak  petugas yang curang, berusaha mendapatkan hasil sebanyak-banyaknya
-          Tanah yang ditanami tanaman wajib cenderung memilih tanah yang subur
Akibat penyimpangan:
1.       Bagi Bangsa Indonesia
-          Menimbulkan kesengsaraan
-          Pemerintahan Belanda memberikan sanksi kepada petani yang meninggalkan tanahnya
sehingga makin sengsara
1.       Bagi Belanda
-          Memperoleh keuntungan yang sangat besar
-          Timbul penentangan tanam paksa yang dicetuskan oleh golongan liberal dan golongan etis
b.   Politik Liberal Kolonial
Golongan liberal berhasil menguasai parlemen sehingga mereka mempunyai peluang untuk
menciptakan undang-undang dasar guna membatasi kekuasaan raja. Pada tahun 1870 keluar
undang-undang de Waal:
1.  Undang-undang Gula yang menyebutkan bahwa penanaman tebu harus dilakukan oleh
pengusaha swasta, tidak dengan system tanam paksa
2. Undang-undang Agraria, isinya menerangkan bahwa gubernur jenderal dan rakyat dilarang
menjual tanah kepada orang asing, tetapi dapat menyewakannya selama 75 tahun
Ini merupakan awal yang baik walaupun dalam kenyataannya semuanya untuk kepentingan
Pemerintahan Hindia Belanda.

B.        PERUBAHAN POLITIK , EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA AKIBAT PERLUASAN


KOLONIALISME DAN IMPERIALISME DI INDONESIA
Masuknya kekuasaan bangsa Asing di Indonesia telah menyebabkan perubahan tatanan
politik, sosial, ekonomi dan budaya bagi bangsa Indonesia sebagai berikut:
a. Politik
Baik Daendels maupun Raffles telah meletakkan dasar pemerintahan modern. Para Bupati
dijadikan pegawai negeri dan diberi gaji, padahal menurut adat, kedudukan bupati adalah
turun temurun dan mendapat upeti dari rakyat. Bupati telah menjadi alat kekuasaan
pemerintah kolonial.Belanda dan Inggris juga melakukan intervensi terhadap persoalan
kerajaan, misalnya soal pergantian tahta kerajaan sehingga imperialis mendominasi politik
di Indonesia. Akibatnya peranan elite kerajaan berkurang dalam bidang politik, bahkan
kekuasaan pribumi mulai runtuh.

b. Sosial Ekonomi
Eksploitasi ekonomi yang dilakukan bangsa Barat membawa berbagai dampak bagi bangsa
Indonesia. Munculnya monopoli dagang VOC menyebabkan mundurnya perdagangan
nusantara di panggung perdagangan internasional. Peranan syahbandar digantikan oleh
para pejabat Belanda.Kebijakan tanam paksa sampai sistem ekonomi liberal menjadikan
Indonesia sebagai penghasil bahan mentah. Eksportirnya dilakukan oleh bangsa Belanda,
pedagang perantara dipegang oleh orang timur asing terutama bangsa Cina dan bangsa
Indoensia hanya menjadi pengecer, sehingga tidak memiliki jiwa wiraswasta jenis tanaman
baru serta cara memeliharanya.

c. Budaya
- Tindakan pemerintah Belanda untuk menghapus kedudukan menurut adat penguasa
pribumi dan menjadikan mereka pegawai pemerintah, merutuhkan kewibawaan tradisional
penguasa pribumi.
- Upacara dan tatacara yang berlaku di istana kerajaan juga disederhanakan dengan
demikian ikatan tradisi dalam kehidupan pribumi menjadi lemah.
- Dengan merosotnya peranan politik maka para elit politik baik raja maupun bangsawan
mengalihkan perhatiannya ke bidang senibudaya. Contoh Paku Buwono V memerintahkan
penulisan serat Centhini, R.Ng Ronggo Warsito manyusun Kitab Pustakaraya Purwa,
Mangkunegara IV menyusun kitab Wedatama dan lain-lain.

C.        PERLAWANAN DI BERBAGAI DAERAH DALAM MENENTANG DOMINASI ASING


Perlawanan Rakyat Maluku
Upaya rakyat Ternate yang dipimpin Sultan Hairun maupun Sultan Baabulah(1575), sejak
kedatangan bangsa Portugis pada 1512 tidak berhasil, penyebabnya adalah tidak ada kerja
sama antara kerajaan Ternate, Tidore, dan Nuku. Kekuatan Portugis hanya dapat diusir oleh
kekuatan bangsa Belanda yang lebih kuat.
Pelawanan Rakyat Mataram
Sultan Agung yang memiliki cita – cita mempersatukan pulau Jawa, berusaha mengalahkan
VOC di Batavia. Penyerangan yang dilakukan pada 1628 & 1629 mengalami kegagalan,
karena selain persiapan pasukannya yang belum matang, juga tidak mampu membuat blok
perlawanan bersama kerajaan lainnya.
Perlawanan Rakyat Makasar
Konflik antara Sultan Hasanuddin dari Makasar dan Arupalaka dari Bone, memberi jalan bagi
Belanda untuk menguasai kerajaan – kerajaan Sulawesi tersebut. Untuk memperkuat
kedudukannya di Sulawesi, Sultan Hasanuddin menduduki Sumbawa, sehingga jalur
perdagangan Nusantara bagian timur dapat dikuasai. Hal ini dianggap oleh Belanda sebagai
penghalang dalam perdagangan. Pertempuran antara Sultan Hasnuddin dengan Belanda
yang dipimpin Cornelis Speelman selalu dapat dihalau pasukan Sultan Hasanuddin. Lalu
Belanda meminta bantuan Arupalaka yang menyebabkan Makasar jatuh ke tangan Belanda,
dan Sultan Hasanuddin harus menandatangani perjanjian Bongaya pada 1667, yang berisi :
a. Sultan Hasanuddin harus memberikan kebebasan kepada VOC berdagang di Makasar dan
Maluku.
b. VOC memegang monopoli perdagangan di Indonesia bagian timur, dengan pusat
Makasar.
c. Wilayah kerajaan Bone yang diserang dan diduduki Sultan Hasanuddin dikembalikan
kepada Arupalaka, dan dia diangkat menjadi Raja Bone.
Perlawanan Rakyat Banten
Setelah Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat putranya yang bergelar Sultan Haji sebagai
Sultan Banten, Belanda ikut campur dalam urusan Banten dengan mendekati Sultan Haji.
Sultan Agung yang sangat anti VOC, segera menarik kembali tahta putranya. Putranya yang
tidak terima, segera meminta bantuan VOC di Batavia untuk membantu mengembalikan
tahtanya, akhirnya dengan bantuan VOC, dia memperoleh tahtanya kembali dengan
imbalan menyerahkan sebagian wilayah Banten kepada VOC.
Perang Paderi (1821 – 1837)
Dilatar belakangi konflik antara kaum agama dan tokoh – tokoh adat Sumatera Barat. Kaum
agama (Pembaru/Paderi) berusaha untuk mengajarkan Islam kepada warga sambil
menghapus adat istiadat yang bertentangan dengan Islam, yang bertujuan untuk
memurnikan Islam di wilayah Sumatra Barat serta menentang aspek – aspek budaya yang
bertentangan dengan aqidah Islam.
Tujuan ini tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena kaum adat yang tidak ingin
kehilangan kedudukannya, serta adat istiadatnya menentang ajaran kaum Paderi,
perbedaan pandangan ini menyebabkan perang saudara serta mengundang kekuatan
Inggris dan Belanda.
Kaum adat yang terdesak saat perang kemudian meminta bantuan kepada Inggris yang sejak
1795 telah menguasai Padang, dan beberapa daerah di pesisir barat setelah direbut dari
Belanda. Golongan agama pada saat itu telah menguasai daerah pedalaman Sumatra Barat
dan menjalankan pemerintahan berdasarkan agama.
Pada tahun 1819, Belanda menerima Padang dan daerah sekitarnya dari Inggris. Golongan
adat meminta bantuan kepada Belanda dalam menghadapi golongan Paderi. Pada Februari
1821, kedua belah pihak menandatangani perjanjian. Sesuai perjanjian tersebut Belanda
mulai mengerahkan pasukannya untuk menyerang kaum Paderi.
Perang Diponegoro (1825 – 1830)
Penyebab perang ini adalah rasa tidak puas masyarakat terhadap kebijakan – kebijakan yang
dijalankan pemerintah Belanda di kesultanan Yogyakarta. Belanda seenaknya mencampuri
urusan intern kesultanan. Akibatnya, di Keraton Mataram terbentuk 2 kelompok, pro dan
anti Belanda.
Pada pemerintahan Sultan HB V, Pangeran Diponegoro diangkat menjadi anggota Dewan
Perwalian. Namun dia jarang diajak bicara karena sikapnya yang kritis terhadap kehidupan
keraton yang dianggapnya terpengaruh budaya barat dan intervensi Belanda. Oleh karena
itu, dia pergi dari keraton dan menetap di Tegalrejo.
Di mata Belanda, Diponegoro adalah orang yang berbahaya. Suatu ketika, Belanda akan
membuat jalan Yogyakarta – Magelang. Jalan tersebut menembus makam leluhur
Diponegoro di Tegalrejo. Dia marah dan mengganti patok penanda jalan dengan tombak.
Belanda menjawab dengan mengirim pasukan ke Tegalrejo pada 25 Juni 1825.
Diponegoro dan pasukannya membangun pertahanan di Selarong. Dia mendapat berbagai
dukungan dari daerah – daerah. Tokoh – tokoh yang bergabung antara lain : Pangeran
Mangkubumi, Sentot Alibasha Prawirodirjo, dan Kyai Maja. Oleh karena itu Belanda
mendatangkan pasukan dari Sumatra Barat dan Sulawesi Utara yang dipimpin Jendral
Marcus de Kock.
Perang Aceh
Aceh dihormati oleh Inggris dan Belanda melalui Traktat London pada 1824, karena Terusan
Suez diuka, yang menyebabkan kedudukan Aceh menjadi Strategis di Selat Malaka dan
menjadi incaran bangsa barat. Untuk mengantisipasi hal itu, Belanda dan Inggris
menandatangani Traktat Sumatra pada 1871.
Melihat gelagat ini, Aceh mencari bantuan ke luar negeri. Belanda yang merasa takut
disaingi menuntut Aceh untuk mengakui kedaulatannya di Nusantara. Namun Aceh
menolaknya, sehingga Belanda mengirim pasukannya ke Kutaraja yang dipimpin oleh Mayor
Jendral J.H.R Kohler. Penyerangan tersebut gagal dan Jendral J.H.R Kohler tewas di depan
Masjid Raya Aceh.
Serangan ke – 2 dilakukan pada Desember 1873 dan berhasil merebut Istana kerajaan Aceh
di bawah pimpinan Letnan Jendral Van Swieten. Walaupun telah dikuasai secara militer,
Aceh secara keseluruhan belum dapat ditaklukkan. Oleh karena itu, Belanda mengirim
Snouck Hurgronye untuk menyelidiki masyarakat Aceh.
Perang Bali
Pulau Bali dikuasai oleh kerajaan Klungkung yang mengadakan perjanjian dengan Belanda
pada 1841 yang menyatakan bahwa kerajaan Klungkung di bawah pemerintahan Raja Dewa
Agung Putera adalah suatu negara yang bebas dari kekuasaan Belanda.
Pada 1844, perhu dagang Belanda terdampar di Prancak, wilayah kerajaan Buleleng dan
terkena hukum Tawan Karang yang memihak penguasa kerajaan untuk menguasai kapal dan
isinya. Pada 1848, Belanda menyerang kerajaan Buleleng, namun gagal.
Serangan ke – 2 pada 1849, di bawah pimpinan Jendral Mayor A.V Michies dan Van
Swieeten berhasil merbut benteng kerajaan Buleleng di Jagaraga. Pertempuran ini diberi
nama Puputan Jagaraga.
Setelah Buleleng ditaklukkan, banyak terjadi perang puputan antara kerajaan – kerajaan Bali
dengan Belanda untuk mempertahankan harga diri dan kehormatan. Diantaranya Puputan
Badung (1906), Puputan Kusamba (1908), dan Puputan Klungkung (1908).
Perang Banjarmasin
Sultan Adam menyatakan secara resmi hubungan kerajaan Banjarmasin – Belanda pada
1826 sampai beliau meninggal pada tahun 1857. sepeninggal Sultan Adam, terjadi
perebutan kekuasaan oleh 3 kelompok :
▪ Kelompok Pangeran Tamjid Illah, cucu Sultan Adam.
▪ Kelompok Pangeran Anom, Putra Sultan Adam.
▪ Kelompok Pangeran Hidayatullah, cucu Sultan Adam.
Di tengah kekacauan tersebut, terjadi perang Banjarmasin pada 1859 yang dipimpin
Pangeran Antasari, seorang putra Sultan Muhammad yang anti Belanda. Dalam melawan
Belanda, Pangeran Antasari dibantu oleh Pangeran Hidayatullah.
Pada 1862, Pangeran Hidayatullah ditangkap dan dibuang ke Cianjur. Dalam pertempuran
dengan Belanda pada tahun tersebut, Pangeran Antasari tewas.

D.       PERANG DUNIA II DI KAWASAN ASIA PASIFIK


Perang Pasifik, yang dikenal di Jepang dengan nama Perang Asia Timur Raya dan di Tiongkok
sebagai Perang Perlawanan Terhadap Agresi Jepang) (kang-Ri zhanzheng), terjadi di
Samudra Pasifik, pulau-pulaunya, dan di Asia. Konflik ini terjadi antara tahun 1937 dan 1945,
namun peristiwa-peristiwa yang lebih penting terjadi setelah 7 Desember 1941, ketika
Jepang menyerang Amerika Serikat serta wilayah-wilayah yang dikuasai Britania Raya dan
banyak negara lainnya.
Perang ini dimulai lebih awal dari Perang Dunia II yaitu pada tanggal 8 Juli 1937 oleh sebuah
insiden yang disebut Insiden Jembatan Marco Polo Peristiwa tersebut menyulut peperangan
antara Tiongkok dengan Jepang.Konflik antara Jepang dan Tiongkok dan beberapa dari
peristiwa dan serangannya yang penting juga merupakan bagian dari perang tersebut.
Perang ini terjadi antara Jepang dan pihak Sekutu (yang termasuk Tiongkok, Amerika
Serikat, Britania Raya, Filipina, Australia, Belanda dan Selandia Baru). Uni Soviet berhasil
memukul mundur Jepang pada 1939, dan tetap netral hingga 1945, saat ia memainkan
pernanan penting di pihak Sekutu pada masa-masa akhir perang.
E. PERGERAKAN NASIONAL PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG
Perlawanan secara Legal
Gerakan Tiga A
• Gerakan ini disebut Tiga A karena semboyannya yang terdiri atas tiga macam :
• Nippon pelindung Asia
• Nippon cahaya Asia
• Nipppon pemimpin Asia
• Gerakan ini diketuai Oleh Mr. Syamsuddin, tokoh Parindra Jawa Barat. Gerakan ini tidak
banyak menarik rakyat. Oleh karena itu pemerintah Jepang membubarkan gerakan ini pada
tahun 1943 sebagai gantinya dibentuk Putera.

Pusat Tenaga Rakyat (Putera)


• Organisasi ini dibentuk pada 1 Maret 1943 dibawah pimpinan empat serangkai, yaitu Ir.
Soekarno, Dr. Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan KH. Mas Mansyur.
• Mereka dinggap mewakili aliran-aliran yang terdapat dalam masyarakat Indonesia. Karena
organisasi ini terlalu bersifat nasional, maka pada tahun 1944 dibubarkan oleh pemerintah
Jepang dan kemudian membentuk Jawa Hokokai.

Perhimpunan Kebangkitan Jawa (Jawa Hokokai)


• Pimpinan dari organisasi ini di bawah komando militer Jepang. Organisasi ini tersusun dari
tingkat pusat sampai ke tingkat daerah. Jawa Hokokai dibentuk karena perang sudah
semakin meningkat. Rakyat dituntut agar memberikan pengabdin yang maksimal dan
bersedia mengorbankan diri serta mempertebal rasa persaudaraan.

Pembela Tanah Air (Peta)


• Pembela Tanah Air (Peta) dibentuk pada tahun 1943, yang merupakan kesatuan militer
bersenjata yang dibentuk atas inisatif Gatot Mangkupraja. Di sini pemuda-pemuda
Indonesia dilatih kemiliteran Jepang untuk keperluannya. Ternyata Peta inilah nantinya
merupakan tenaga inti untuk membela Republik Indonesia. Jepang memanfaatkan pendirian
PETA untuk mengerahkan tenaga dalam rangka menghancurkan Sekutu, yang dianggap
merupakan kemenangan terakhir.

Masyumi (Majelis Syuro Muslimin)


• Meskipun Jepang mengekang aktivitas semua kaum nasionalis, namun golongan nasionalis
Islam mendapat perlakuan lain. golongan ini memperoleh kelonggaran, karena dinilai paling
anti Barat. Jepang menduga bahwa golongan ini akan mudah dirangkul. Sampai bulan
November 1943, Jepang masih memperkenankan berdirinya Majelis Islam A’la Indonesia
(MIAI) yang dibentuk pada zaman Hindia Belanda. Para pemuka agama diundang ke jakarta
oleh Gunseikan Mayor Jendela Okazaki, untuk mengadakan penukaran pikiran. Hasilnya
adalah MIAI diakui sebagai organisasi resmi Umat Islam, dengan syarat harus mengubah
asas dan tujuannya.

Chou Singi-In
• Memsuki awal tahun 1943 Jepang mulai melemah. Mereka mengalami kekalahan
beruntun di berbagi front pertempuran. Pada tanggal 8 Januari 1943, Perdana Menteri Tojo
mengumumkan secara resmi bahwa Filipina dan Birma akan memperoleh kemerdekaannya
pada tahun itu juga, sedangkan mengenai Indonesia tidak disinggung sama sekali.
Pernyataan itu dapat menyinggung perasaan kaum nasionalis dan rakyat Indonesia
umumnya. Oleh karena itu, Perdana Menteri Tojo menganggap perlu mengirim Menteri
Urusan Asia Timur Raya, Aoki, ke Jakarta awal bulan Mei 1943. Aoki adalah Menteri Jepang
pertama kali yang ada di Indonesia.
Sehubungan dengan pertemuan tokoh-tokoh empat serangkai dengan Menteri Aoki itulah,
maka pada tanggal 7 Juli 1943, Tojo datang ke Jakarta.

F. DAMPAK PENDUDUKAN JEPANG DALAM BERBAGAI ASPEK KEHIDUPAN

a.      Bidang Politik


Sejak masuknya Jepang di Indonesia, organisasi yang berkembang pada saat itu dihapuskan
dan diganti dengan organisasi buatan Jepang. Tetapi, pemerintah Jepang masih membiarkan
kesempatan pada golongan nasionalis islam karena dinilainya sangat anti-barat, sehingga
organisasi MIAI masih diperbolehkan tetap berdiri, tetapi karena perkembangannya
dianggap membahayakan Jepang, akhirnya MIAI dibubarkan dan diganti dengan Masyumi.

b. Bidang Pendidikan
Pendidikan zaman Jepang mengalami perubahan secara drastis. Dimana sistem pengajaran
dan kurikulum disesuaikan dengan kepentingan perang. Siswa wajib mengikuti latihan dasar
kemiliteran. Jepang juga menanamkan semangat Jepang dan siswa wajib menghapal lagu
kebangsaan Jepang. Para guru diharuskan mengikuti kursus bahasa Jepang. Juga
diwajibkannya menggunakan bahasa Jepang dan Indonesia sebagai bahasa pengantar
disekolah untuk menggantikan bahasa Belanda. Melalui pendidikan, Jepang bermaksud
mencetak kader-kader yang akan mempelopori dan merealisasikan konsepsi ”Kemakmuran
Bersama Asia Timur Raya”.

c. Bidang Ekonomi

Pada pendudukan Jepang, kegiatan ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang Jepang.
Jepang berusaha menguasai sumber bahan mentah untuk industri Jepang. Sebagian hasil
panen harus diserahkan kepada pemerintah. Rakyat diperbolehkan memiliki 40% hasil
panen mereka, 30%disetor kekoperasi dengan harga yang ditetapkan pemerintah dan sisa
30% disediakan untuk bibit dan harus disimpan dilumbung desa. Kadang-kadang semua itu
dirampas oleh Jepang sehingga rakyat hanya makan keladi yang gatal, ubi jalar atau bekicot
serta makanan lain yang tidak layak. Selain itu, Jepang juga mengharuskan kaum pria yang
muda dan sehat serta produktif untuk menjadi serdadu pekerja (Romusha). Akibatnya tidak
sedikit nyawa yang terenggut saat itu.

d. Bidang Budaya

Jepang sebagai negara fasis selalu berusaha untuk dapat menanamkan kebudayaannya.
Salah satu cara Jepang adalah kebiasaan menghormat kearah matahari terbit. Hal ini berarti
bahwa cara menghormat tersebut merupakan salah satu tradisi Jepang untuk menghormati
kaisarnya yang dianggap keturunan Dewa Matahari.

f. Militer

Demi untuk memenuhi kepentingan perang Asia Timur Raya yang memerlukan banyak
tentara. Pemerintah Jepang berusaha mengerahkan porensi rakyat Indonesia dengan
membentuk pendidikan semi-militer dan militer, seperti : Seinendan, Keobodan, Heiho dan
PETA. Meskipun pengerahan tersebut dilaksanakan untu kepentingan Jepang, namun
bangsa Indonesia mendapat keuntungan besar dari proses pendidikan militer ini. Hal ini
terasa gunanya, kelak pada saat bangsa Indonesia menghadapi sekutu dan Belanda yang
akan menjajah kembali Indonesia tahun 1945 – 1949.

g. Bahasa Indonesia

Jepang berusaha menghapus pengaruh barat di Indonesia. Antara lain dengan pelarangan
penggunaan Bahasa Belanda disekolah-sekolah dan pertemuan resmi. Bahasa yang dboleh
digunakan adalah bahasa Indonesia disamping bahasa Jepang. Demikian pula buku-buku
pelajaran maupun yang berbentuk sastra, menggunakan bahasa Indonesia.

G. AKTIVITAS PERJUANGAN DALAM MEMPERSIAPKAN KEMERDEKAAN


1.                   Sidang pertama (29 mei – 1 Juni 1945)
Dalam sidang pertama ini, pembicaraan dipusatkan pada usaha merumuskan dasar filsafat
bagi negara Indonesia merdeka dengan membahas berbagai usul dari peserta sidang.
Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno menyampaikan buah pikirannya tentang dasar
negara Indonesia merdeka :
1.      Kebangsaan Indonesia
2.      Internasionalisme
3.      Mufakat atau Demokrasi
4.      Kesejahteraan Sosial
5.      Ketuhanan Yang Maha Esa
Kelima asas yang diusulkan Ir. Soekarno sesuai dengan petunjuk seorang ahli bahasa diberi
nama Pancasila. Oleh karena itu setiap tanggal 1 Juni dikenal sebagi hari lahirnya Pancasila.
Kemudian tanggal 22 Juni 1945, BPUPKI membentuk panitia perumus yang tugasnya untuk
membahas dan merumuskan hasil sidang pertama. Panitia perumus tersebut dikenal
dengan nama panitia kecil atau panitia 9, karena beranggotakan 9 orang :
1.      Ir. Soekarno (Ketua)
2.      Drs. M. Hatta (Wakil)
3.      K.H. Wachid Hasyim (Anggota)
4.      Kahar Muzakir (Anggota)
5.      Mr. A.A. Maramis (Anggota)
6.      Abikusno Tjokrosurojo (Anggota)
7.      H. Agus Salim (Anggota)
8.      Mr. Achmad Subarjo (Anggota)
9.      Mr. Moh. Yamin (Anggota).
Sebagai tindak lanjut dari sidang pertama maka direkomendasikan Piagam Jakarta (Jakarta
Charter) tanggal 22 Juni 1945 yang berisi rumusan dasar negara dan rancangan Pembukaan
UUD.
Adapun rumusan dasar negara berdasarkan piagam Jakarta adalah :
1.      Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat-syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya
2.      Kemanusian yang adil dan beradab
3.      Persatuan Indonesia
4.      Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
5.      Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2.      Sidang Kedua ( 10 Juli – 16 Juli 1945 )


Pada sidang yang kedua BPUPKI berhasil membentuk tiga panitia :
1.      Panitia perancang UUD yang diketuai Ir. Soekarno
2.      Panitia Pembela Tanah Air yang diketuai Abi Kusno
3.      Panitia keuangan dan perekonomian yang diketuai Moh. Hatta
Panitia perancang dalam sidangnya tanggal 11 Juli 1945 menerima konsep naskah
pembukaan UUD yang diambil dari piagam Jakarta. Panitia perancang kemudian
membentuk panitia kecil perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai Mr. Supomo. Ia
bertugas menyempurnakan dan menyusun kembali rancangan UUD yang telah disepakati.
Tanggal 13 Juli 1945, pembentuk Tim Panitia Kecil yang diketuai Ir. Soekarno mengadakan
sidang untuk membahas laporan hasil kerja Panitia Kecil Perancang UUD yang diketuai Mr.
Supomo. Dalam rapat Pleno tanggal 14 Juli 1945, BPUPKI menerima laporan Panitia
Perancang UUD yang dibacakan Ir. Soekarno :
1.      Pernyataan Indonesia merdeka
2.      Pembukaan UUD
3.      Batang Tubuh UUD
Setelah melalui sidang yang alot, hasil kerja Panitia Perancang UUD akhirnya diterima
BPUPKI. Hal itu merupakan momentum penting dalam menentukan masa depan bangsa dan
negara Indonesia. Rumusan yang telah disempurnakan dan diterima secara bulat oleh
sidang tersebut kemudian dikenal dengan Undang-Undang Dasar 1945.

BAB 4 PERKEMBANGAN PAHAM-PAHAM BARU DAN MUNCULNYA PERGERAKAN


NASIONAL INDONESIA

E.        PAHAM-PAHAM BARU DARI BARAT


1.      Nasionalisme
a.       Pengertian
-          Menurut Otto Bouer, nasionalisme muncul karena adanya persamaan sikap dan
tingkah laku dalam memperjuangkan nasib yang sama, sedangkan
-          Hans Kohn berpendapat bahwa nasionalisme adalah suatu paham yang
menempatkan kesetiaan tertinggi individu kepada Negara dan bangsa. Semen
-           Ernest Renant menyatakan, nasionalisme ada ketika muncul keinginan untuk bersatu

2.      Demokrasi
Demokrasi berasal dari kata demos yang artinya rakyat, dan kratos yang berarti . Jadi,
demokrasi berarti pemerintahan “dari rakyat untuk rakyat”. Prinsip-prinsip yang mendasari
ide demokrasi adalah konstitusionalisme, kedaulatan rakyat, aparat yang
bertanggungjawab, jaminan kewajiban sipil, pemerintah berdasarkan undang-undang, dan
asas mayoritas Demokrasi sudah ada pada jaman Yunani kuno, yang dikenal dengan
demokrasi langsung, dimana rakyat seluruhnya bias langsung atau memutuskan suatu
perkara. Hal ini dimungkinkan karena saat itu di Yunani masih berbentuk negara-kota (polis)
yang penduduknya sekitar 30 orang per polis. Pada Revolusi Amerika tahun 1776 dalam
Declaration of Independence, menyatakan bahwa tidak ada kekuasaan yang adil tanpa
persetujuan rakyat

3.       Liberalisme
Liberal berasal dari kata “liberty”, yang berarti kebebasan. Kebebasan dalam arti
kemerdekaan pribadi, hak untuk mendapatkan perlindungan, dan kebebasan dalam
menentukan sikap. Liberalisme adalah suatu aliran pemikiran yang mengharapkan kemajuan
dalam berbagai bidang atas dasar kebebasan individu yang dapat mengembangkan bakat
dan kemampuannya sebebas mungkin, Beberapa tokoh yang bisa dianggap sebagai
penganut dan yang mengembangkan paham liberalisme, yaitu:
a.       John Locke. Menurut pendapatnya, negara terbentuk dari perjanjiann sosial antara
individu dengan yang hidup bebas dengan penguasa.
b.      Montesquieu. Dalam bukunya spirit the law, terdapat pemisahan kekuasaan dalam
pemerintahan yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Tujuannya agar terdapat pengawasan
antar lembaga agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang

4. Sosialisme
Sosialisme ialah paham yang menghendaki suatu masyarakat dibentuk secara kolektif (oleh
kita, untuk kita). Titik berat dari paham ini ada pada masyarakat, bukan individu. Dan dalam
hal ini sosialisme merupakan lawan dari liberalisme. Pada awalnya sosialisme muncul
sebagai reaksi atas liberalisme abad ke-19. Pendukung liberalisme adalah kelas menengah
(middle class), yang oleh Karl Marx disebut kaum “borjuis”. Kelas menengah ini adalah
memiliki industri, perdagangan dan memiliki pengaruh dalam masyarakat dan pemerintah.
Ketertindasan kaum buruh oleh para pemilik modal (kapital) menimbulkan reaksi golongan
kelas menengah, yang sampai sekarang dikenal dengan istilah gerakan sosialisme.
Tujuannya menghilangkan pertentangan antar kelas, kelas buruh dan pemodal. Oleh Marx,
sosialisme dikembangkan menjadi komunisme.

B.        PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN NASIONALISME DI ASIA DAN AFRIKA


Ciri-ciri umum sistem birokrasi Barat yang diperkenalkan di Negara-negara Asia
Tenggara
Kuasa barat menubuhkan kerajaan pusat
Barat melantik Gabenor Jeneral sebagai ketua pentadbir
Mereka melaksanakan pentadbiran melalui biro(jabatan)
Pegawai barat dilantik sebagai ketua biro
Kuasa barat memperkenalkan undang-undang barat.

Ciri-ciri birokrasi yang diperkenalkan oleh Sepanyol di Filipina.


Sepanyol memperkenalkan sistem pentadbiran berpusat
Gabenor Jeneral menjadi pemerintah tertinggi di peringkat pusat
Datuk Bandar menjadi pentadbir wilayah
Gabenor kecil menjadi pentadbir Bandar
Encomiendero menjadi pemerintah Encomienda

Maksud Sistem Encomienda


Sistem pentadbiran Sepanyol diperingkat tempatan
pemerintahnya diketuai encomiendero

Tugas-tugas Encomiendero yang diperkenalkan Sepanyol di Filipina.


menjaga keamanan
mengutip cukai
mengkristiankan penduduk barangay

Sebab sistem Encomienda dibenci oleh penduduk Filipina.


mengenakan cukai yang tinggi
mengenakan kerahan tenaga terhadap penduduk

Perubahan sistem pentadbiran yang diperkenalkan oleh Belanda di Indonesia.


pentadbiran dibahagikan kepada pentadbiran pusat dan tempatan
pentadbiran pusat diketuai oleh Gabenor Jeneral
pentadbiran tempatan diketuai dikendalikan oleh pembesar tempatan
pentadbiran tempatan menjalankan tugas dengan pengawasan pegawai Belanda
Belanda menubuhkan jabatan kerajaan seperti Jabatan Pelajaran dan Pertanian
Belanda menubuhkan dewan tempatan
dewan tempatan berfungsi sebagai penasihat pentadbiran Belanda
dewan tempatan tiada kuasa perundangan
Belanda menubuhkan Volksraad
Volksraad merupakan majlis rakyat

Bentuk sistem pemerintahan di Burma sebelum kedatangan British


Burma mengamalkan sistem pemerintahan beraja di bawah dinasti Konbaung
pemerintahan dan pentadbiran diketuai oleh raja
raja dibantu oleh Hluttaw(majlis diraja) dan Wun(pegawai tinggi kerajaan)
Myothugyi menjadi ketua Bandar
Ahmudan menjadi pegawai diraja
Athi merupakan pembesar-pembesar tradisional
raja menjadi penaung kepada sami Buddha.

C.        LAHIRNYA PRGERAKAN NASIONAL INDONESIA


1. Budi Utomo.
Pada tahun 1906 di Yogyakarta dr. Wahidin Sudirohusodo mempunyai
gagasan untuk mendirikan studiefonds atau dana pelajar. Tujuannya adalah
mengumpulkan dana untuk membiayaai pemuda-pemuda bumi putra yang pandai,
tetapi miskin agar dapat memneruskan ke sekolah yang lebih tinggi. Untuk
mewujudkan gagasan nya tersebut, beliau mengadakan perjalanan keliling jawa.
Ketika sampai di Jakarta, dr. Wahidin Sudirohusodo bertemu dengan
mahasiswa-mahasiswa STOVIA. STOVIA adalah sekolah untuk mendidik dokterdokter
pribumi. Mahasiswa-mahasiswa tersebut antara lain Sutomo, Cipto
Mangunkusumo, Gunawan Mangunkusumo, Suraji, dan Gumbrek. Dr. Wahidin
Sudirohusodo memberikan dorongan kepada mereka agar membentuk suatu
organisasi. Dorongan tersebut mendapat sambutan baik dari para mahasiswa
STOVIA.
Pada tanggal 20 Mei 1908 bertempat di Gedung STOVIA. Para mahasiswa
STOVIA mendirikan organisasi yang diberi nama Budi Utomo. Budi Utomo artinya
budi yang utama. Tanggal berdirinya Budi Utomo yaitu 20 Mei dijadikan sebagai
Hari Kebangkitan Nasional.

2. Serikat Dagang Islam.


Revolusi Nasional Cina yang dipelopori oleh dr. Sun Yat Sen pada tanggal
10 Oktober 1911 telah berpengaruh terhadap orang-orang Cina perantauan di
Indonesia. Mereka segera mendirikan ikatan-ikatan yang bercorak nasionalis Cina.
Kedudukan mereka dibidang ekonomi sangat kuat. Mereka menguasai penjualan
bahan-bahan batik. Para pedagang batik pribumi merasa terdesak atau dirugikan.
Untuk menghadapi para pedagang Cina itu, pada tahun 1911 para pedagang
batik Solo dibawah pimpinan H. Samanhudi mendirikan Serikat Dagang Islam
(SDI). Tujuan berdirinya Sarikat Dagang Islam adalah :
a. Memajukan perdagangan.
b. Melawan monopoli pedagang tionghoa, dan
c. Memajukan agama Islam.
Serikat Dagang Islam mengalami perkembangan pesat karena bersifat nasionalis,
religius, dan ekonomis.

3. Indische Partij.
Indische Partij didirikan di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912 .
Pendirinya adalah dr. E.F.E Douwes Dekker, dr. Cipto Mangunkusumo, dan Ki Hajar
Dewantara.
IP bertujuan mempersatukan bangsa Indonesia untuk mencapai
kemerdekaan. Tokoh-tokoh IP menyebarluaskan tujuannya melalui surat kabar.
Dalam waktu singkat IP mempunyai banyak anggota. Cabang-cabangnya tersebar diseluruh
Indonesia. Pemerintah Hindia Belanda menganggap organisasi ini
membahayakan kedudukannya. Pada bulan Maret 1913 Pemerintah Hindia Belanda
melarang kegitan IP. Pada bulan Agustus tahun yang sama para pemimpin IP dijatuhi
hukuman pengasingan.

4. Partai Nasional Indonesia.


Pada tanggal 4 Juli 1927 para pengurus Algemeene Studie Club
(Kelompok Belajar Umum) di Bandung mendirikan perkumpulan baru
yang dinamakan Perserikatan Nasional Indonesia. Mereka adalah Ir. Soekarno,
Mr. Sartono, dr. Samsi, Mr. Iskaq Cokrohadisuryo, Mr. Budiarto, Mr. Ali
Sastroamijoyo, Mr. Sunario, dan Ir. Anwari. Perkumpulan ini kemudian berganti
nama menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI), dll.

BAB 5 TERBENTUKNYA NEGARA KEBANGSAAN INDONESIA

A.       KRONOLOGI PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA


6 Agustus 1945
Sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima di Jepang, oleh Amerika Serikat.

7 Agustus 1945
BPUPKI berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).

9 Agustus 1945
Bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki dan akhirnya menyebabkan Jepang menyerah
kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk
memproklamasikan kemerdekaannya.
Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua
BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu
Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan
dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.

10 Agustus 1945
Sementara itu, di Indonesia, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa
Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap
memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan
sebagai hadiah Jepang. Syahrir memberitahu penyair Chairil Anwar tentang dijatuhkannya
bom atom di Nagasaki dan bahwa Jepang telah menerima ultimatum dari Sekutu untuk
menyerah. Syahrir mengetahui hal itu melalui siaran radio luar negeri, yang ketika itu
terlarang. Berita ini kemudian tersebar di lingkungan para pemuda terutama para
pendukung Syahrir.
12 Agustus 1945
Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta
dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada
Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari,
tergantung cara kerja PPKI.[1] Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 24 Agustus.

14 Agustus 1945
Saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Syahrir mendesak agar
Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di
Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah
kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti
dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat.
Sementara itu Syahrir menyiapkan pengikutnya yang bakal berdemonstrasi dan bahkan
mungkin harus siap menghadapi bala tentara Jepang dalam hal mereka akan menggunakan
kekerasan. Syahrir telah menyusun teks proklamasi dan telah dikirimkan ke seluruh Jawa
untuk dicetak dan dibagi-bagikan.
Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi
kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat
berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta
bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah
badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah'
dari Jepang.

15 Agustus 1945
Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di
Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke
tangan Belanda. Sutan Sjahrir, salah satu tokoh pemuda mendengar kabar ini melalui radio
BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda
mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun
golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan
darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan
muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh
Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan
pemberian Jepang.
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh
konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Maeda, di
Jalan Imam Bonjol. Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas
keberhasilan mereka di Dalat.

16 Agustus 1945
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di
ruang makan di kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Para penyusun teks
proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks
proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik,
Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu
adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi
Indonesia itu diketik oleh Sayuti melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman
Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar
Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan
proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera
Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan
oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.
Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan
pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah
Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut.
Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih (Sang
Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera
berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sampai saat ini, bendera pusaka
tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.
Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor yang
dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat
mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan
Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil
keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar
negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 45. Dengan demikian
terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI)
dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian.
Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari otto iskandardinata dan persetujuan
dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden
dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.
Isi teks proklamasi :

Isi teks proklamasi kemerdekaan yang singkat ini adalah:


Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta

Di sini ditulis tahun 05 karena ini sesuai dengan tahun Jepang yang kala itu adalah tahun
2605.
Teks diatas merupakan hasil ketikan dari Sayuti Melik (atau Sajoeti Melik), salah seorang
tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan proklamasi.
Sementara naskah yang sebenarnya hasil gubahan Muh. Hatta, A. Soebardjo, dan dibantu
oleh Ir. Soekarno sebagai pencatat. Adapun bunyi teks naskah otentik itu sebagai berikut:
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Jakarta, hari 17, bulan 8, tahun 45
Wakil2 bangsa Indonesia.

B.        PERBEDAAN PANDANGAN ANTARKELOMPOK DI SEKITAR PROKLAMASI


Berita tentang kekalahan Jepang, diketahui oleh sebagian golongan muda melalui radio
siaran luar negeri. Pada malam harinya Sutan syahrir menyampaikan berita itu kepada Moh.
Hatta. Syahrir juga menanyakan mengenai kemerdekaan Indonesia sehubungan dengan
peristiwa tersebut. Moh. Hatta berjanji akan menanyakan hal itu kepada Gunseikanbu.
Setelah yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu, Moh. Hatta mengambil
keputusan untuk segera mengundang anggota PPKI.
Selanjutnya golongan muda mengadakan rapat di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi
di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta. Rapat dilaksanakan pada tanggal 15 agustus 1945, pukul
20.30 waktu Jawa. Rapat yang dipimpin oleh Chairul Saleh itu menghasilkan keputusan  “
kemerdekaan  Indonesia adalah hak dan soal rakyat Indonesia sendiri, tak dapat
digantungkan pada orang dan negara lain. Segala ikatan dan hubungan dengan janji
kemerdekaan dari Jepang harus diputuskan dan sebaliknya diharapkan diadakan
perundingan dengan golongan muda agar mereka diikutsertakan dalam pernyataan
proklamasi.”
Keputusan rapat itu disampaikan oleh Wikana dan Darwis pada pukul 22.30 waktu Jawa
kepada Ir. Sukarno di rumahnya, Jl. Pegangsaan Timur 56, Jakarta.  Kedua utusan tersebut
segera menyampaikan keputusan golongan muda agar Ir. Sukarno segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa menunggu hadiah dari Jepang. Tuntutan
Wikana yang disertai ancaman bahwa akan terjadi pertumpahan darah jika Ir. Sukarno tidak
menyatakan proklamasi keesokan harinya telah menimbulkan ketegangan. Ir. Sukarno
marah dan berkata “Ini leher saya, seretlah saya ke pojok itu dan sudahilah nyawa saya
malam ini juga, jangan menunggu sampai besok. Saya tidak bisa melepaskan tanggungjawab
saya sebagai ketua PPKI.  Karena itu saya tanyakan kepada wakil-wakil PPKI besok”. 
Ketegangan itu juga disaksikan oleh golongan tua lainnya seperti : Drs. Moh. Hatta, dr.
Buntaran, dr. Samsi, Mr. Ahmad Subardjo dan Iwa Kusumasumantri.

C.        PENYEBARLUASAN BERITA PROKLAMASI DAN SAMBUTAN RAKYAT INDONESIA TERHADAP


PROKLAMASI KEMERDEKAAN
Ketika Soekarno-Hatta memproklamasikan Kemerdekaan Republik Indonesia, pemimpin
Domei Indonesia Adam Malik dari tempat persembunyiannya di Bungur Besar menelepon
Asa Bafagih dan mendiktekan bunyi teks proklamasi.
Adam Malik minta agar berita tersebut diteruskan kepada Pangulu Lubis untuk segera
disiarkan tanpa izin Hodohan (sensor Jepang) sebagaimana biasanya. Perintah Adam Malik
itu dilaksanakan Pangulu Lubis dengan menyelipkan berita proklamasi diantara berita-berita
yang telah disetujui Hodohan yang kemudian disiarkan melalui kawat (morce cast) oleh
teknisi Indonesia, Markonis Wua, dengan diawasi Markonis Soegiarin.
Berita tersebut segera menyebar, dapat ditangkap di San Fransisco (AS) maupun di
Australia.Pemerintah pendudukan Jepang gempar setelah mengetahui tersiarnya berita
kemerdekaan RI.
Semua pagawai Jepang di Domei dimintai pertanggungjawaban. Domei segera membuat
berita bantahan proklamasi dengan menyebutnya "salah". Mereka yang ditugaskan
membuat bantahan adalah Sjamsuddin Sutan Makmur dan Rinto Alwi dibantu seorang
Jepang bernama Tanabe. Dua orang Indonesia itu karena ditentang teman-temannya tidak
bersedia membuat berita bantahan sehingga hanya Tanabe sendiri yang membuatnya dan
Markonis Wau menyiarkan melalui kawat.
Berita proklamasi kemerdekaan itu kemudian diteruskan ke Radio Republik Indonesia (RRI)
yang ketika itu juga dikuasai Jepang dengan nama Hoso Kyoku. Jumat petang 17 Agustus
1945 seorang dari Domei masuk ke RRI dengan cara meloncat dari tembok belakang -
karena di depan dijaga ketat oleh serdadu Jepang Kempetai. Ia memberikan secarik kertas
dari Adam Malik kepada penyiar Jusuf Ronodipuro.
Jusuf Ronodipuro menyiarkan teks proklamasi itu pada pukul 19:00 WIB dari studio siaran
luar negeri yang tidak dijaga Kempetai. Sama seperti di Antara, berita tersebut
diselundupkan tanpa sepengetahuan Jepang disiarkan sehingga berita kemerdekaan
tersebut semakin meluas jangkauannya, terbukti kemudian berita itu menjadi bahan
percakapan dari mulut ke mulut.
Kantor Domei Cabang Surabaya merupakan kantor cabang pertama yang melepaskan diri
dari ikatan Domei Pusat Jakarta.Di Semarang, berita proklamasi dari Domei Jakarta
diteruskan kepada penguasa tertinggi Indonesia di sana, Mr. Wongsonegoro yang saat itu
menjabat Fuku Shuchookan (Wakil Residen Semarang). Berita itu dibacakan Wongsonegoro
dalam sidang pleno dan mendapat tanggapan meriah lalu disebarluaskan kepada
masyarakat sampai ada berita bantahan dari Domei.
Menyerahnya Jepang kepada Sekutu membuat orang-orang Jepang di Domei Semarang
kehilangan gairah kerja. Sebaliknya orang-orang Indonesia sangat bergairah bahkan
mengambil alih dan menguasai kantor berita Domei..
Jepang melarang penyebarannya karena berita tersebut dikirim dari Jakarta tanpa melalui
izin Sendenbucho atau Kepala Barisan Propaganda Jepang. Meski Jepang lebih ketat
melakukan pengawasan terhadap penyebaran berita tersebut, berita proklamasi tetap
dapat sampai ke meja redaksi surat kabar dan radio Jepang Bandung Hoso Kyoku atau Radio
Nirom pada zaman Belanda, Harian Tjahaja dan Soeara Merdeka. Kejadian serupa juga
terjadi di Yogyakarta maupun di daerah-daerah lainnya. Semua merupakan perjuangan
Antara dalam menyiarkan teks proklamasi.

D.       PROSES TERBENTUKNYA NEGARA DAN PEMERINTAHAN REPUBLIK INDONESIA


Pada tanggal 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
menyelenggarakan siding untuk pertama kali yang dipimpin oleh Ir. Soekarno. Dalam sidang
PPKI itu dibahas berbagai persoalan untuk melengkapi keberadaan negara Republik
Indonesia yang baru diproklamasikan. Bahkan materi yang dibahas dalam sidang PPKI itu
merupakan kelanjutan dari sidang BPUPKI tanggal 10 – 16 Juli 1945. Dalam sidang PPKI itu
berhasil diambil suatu keputusan yang sangat penting bagi pemerintahan negara Republik
Indonesia yang baru berdiri. Keputusan yang berhasil dicapai dalam sidang PPKI adalah
sebagai berikut.
a.     Mengesahkan rancangan undang-undang dasar negara yang dibahas dalam sidang
BPUPKI menjadi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Selanjutnya Undang-
Undang Dasar itu lebih dikenal dengan istilah Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945).
b.     Memilih dan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden sebagai pelaksana
pemerintahan yang sah dari Negara Republik Indonesia yang baru berdiri. Selanjutnya PPKI
memilih dan mengangkat Ir. Soekarno sebagai Presiden serta Drs. Moh. Hatta sebagai Wakil
Presiden.
c.      Membentuk Komite Nasional Indonesia sebagai lembaga yang membantu Presiden
dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebelum terbentuknya Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
melalui pemilihan umum (pemilu).

Sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945 berjalan dengan lancar dan berhasil membentuk serta
mengesahkan UUD 1945, memilih dan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden serta
membentuk Komite Nasional Indonesia (KNI). Dengan demikian, sejak tanggal 18 Agustus
1945, yaitu sehari setelah Indonesia merdeka, negara Republik Indonesia telah memiliki
system pemerintahan yang sah dan diakui oleh seluruh rakyat Indonesia.

MATERI KELAS XII SEMESTER 1

BAB 1
PROKLAMASI KEMERDEKAAN DAN
PEMBENTUKAN PEMERINTAHAN INDONESIA

A. PEMBENTUKAN BPUPKI
Pada tahun 1944 Saipan jatuh ke tangan Sekutu. Demikian halnya dengan pasukan Jepang di Papua
Nugini, Kepulauan Solomon dan Kepulauan Marshall, dipukul mundur oleh pasukan Sekutu. Dengan
demikian seluruh garis pertahanan Jepang di Pasifik sudah hancur dan bayang-bayang kekalahan
Jepang mulai nampak. Selanjutnya Jepang mengalami serangan udara di kota Ambon, Makasar,
Menado dan Surabaya. Bahkan pasukan Sekutu telah mendarat di daerah-daerah minyak seperti
Tarakan dan Balikpapan.
Dalam situasi kritis tersebut, pada tanggal 1 maret 1945 Letnan Jendral Kumakici Harada, pimpinan
pemerintah pendudukan Jepang di Jawa, mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-
usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Junbi Cosakai). Pembentukan badan ini
bertujuan untuk menyelidiki hal-hal penting menyangkut pembentukan negara Indonesia merdeka.
Pengangkatan pengurus ini diumumkan pada tanggal 29 April 1945. dr. K.R.T. Radjiman
Wediodiningrat diangkat sebagai ketua (Kaico). Sedangkan yang duduk sebagai Ketua Muda (Fuku
Kaico) pertama dijabat oleh seorang Jepang, Shucokan Cirebon yang bernama Icibangase. R.P.
Suroso diangkat sebagai Kepala Sekretariat dengan dibantu oleh Toyohito Masuda dan Mr. A.G.
Pringgodigdo.
B. SIDANG-SIDANG BPUPKI
Pada tanggal 28 Mei 1945 dilangsungkan upacara peresmian Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan bertempat di gedung Cuo Sangi In, Jalan Pejambon (sekarang Gedung
Departemen Luar Negeri), Jakarta. Upacara peresmian itu dihadiri pula oleh dua pejabat Jepang,
yaitu : Jenderal Itagaki (Panglima Tentara Ketujuh yang bermarkas di Singapura dan Letnan Jenderal
Nagano (Panglima Tentara Keenambelas yang baru). Pada kesempatan itu dikibarkan bendera
Jepang, Hinomaru oleh Mr. A.G. Pringgodigdo yang disusul dengan pengibaran bendera Sang Merah
Putih oleh Toyohiko Masuda. Peristiwa itu membangkitkan semangat para anggota dalam usaha
mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

Sidang BPUPKI
Persidangan BPUPKI untuk merumuskan Undang-undang Dasar diawali dengan pembahasan
mengenai persoalan “dasar” bagi Negara Indonesia Merdeka. Untuk itulah pada kata
pembukaannya, ketua BPUPKI, dr. Radjiman Wediodiningrat meminta pandangan para anggota
mengenai dasar Negara Indonesia merdeka tersebut. Tokoh yang pertama kali mendapatkan
kesempatan untuk mengutarakan rumusan Dasar Negara Indonesia Merdeka adalah Mr. Muh.
Yamin. Pada hari pertama persidangan pertama tanggal 29 Mei 1945, Muh. Yamin mengemukakan
lima “Azas Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia” sebagai berikut :
1. Peri Kebangsaan;
2. Peri Kemanusiaan;
3. Peri Ke-Tuhanan;
4. Peri Kerakyatan;
5. Kesejahteraan Rakyat.
Dua hari kemudian pada tanggal 31 Mei 1945 Prof. Dr. Mr. Supomo mengajukan Dasar Negara
Indonesia Merdeka adalah sebagai berikut :
1. persatuan
2. kekeluargaan
3. keseimbangan
4. musyawarah
5. keadilan sosial
Keesokan harinya pada tanggal 1 Juni 1945 berlangsunglah rapat terakhir dalam persidangan
pertama itu. Pada kesempatan itulah Ir. Sukarno mengemukakan pidatonya yang kemudian dikenal
sebagai “Lahirnya Pancasila”. Keistimewaan pidato Ir. Sukarno adalah selain berisi pandangan
mengenai Dasar Negara Indonesia Merdeka, juga berisi usulan mengenai nama bagi dasar negara,
yaitu : Pancasila, Trisila, atau Ekasila. “Selanjutnya sidang memilih nama Pancasila sebagai nama
dasar negara. Lima dasar negara yang diusulkan oleh Ir. Sukarno adalah sebagai berikut :
1. Kebangsaan Indonesia;
2. Internasionalisme atau peri-kemanusiaan;
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial;
5. Ke-Tuhanan Yang Maha Esa.
Persidangan pertama BPUPKI berakhir pada tanggal 1 Juni 1945. Sidang tersebut belum
menghasilkan keputusan akhir mengenai Dasar Negara Indonesia Merdeka. Selanjutnya diadakan
masa “reses” selama satu bulan lebih.
Pada tanggal 22 Juni 1945 BPUPKI membentuk Panitia Kecil yang beranggotakan 9 orang. Oleh
karena itu panitia ini juga disebut sebagai Panitia Sembilan. Anggota-anggota Panitia Sembilan ini
adalah sebagai berikut :
1. Ir. Sukarno
2. Drs. Moh. Hatta
3. Muh. Yamin
4. Mr. Ahmad Subardjo
5. Mr. A.A. Maramis
6. Abdulkadir Muzakkir
7. K.H. Wachid Hasyim
8. K.H. Agus Salim
9. Abikusno Tjokrosujoso.
Musyawarah dari Panitia Sembilan ini kemudian menghasilkan suatu rumusan yang menggambarkan
maksud dan tujuan pembentukan Negara Indonesia Merdeka. Oleh Muh.Yamin rumusan itu diberi
nama Jakarta Charter atau Piagam Jakarta. Rumusan draft dasar negara Indonesia Merdeka itu
adalah :
1. Ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan Syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya;
2. (menurut) dasar kemanusiaan yang adil dan beradab;
3. Persatuan Indonesia;
4. (dan) kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan;
5. (serta dengan mewujudkan suatu) keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada tanggal 10 Juli 1945 dibahas Rencana Undang-undang Dasar, termasuk soal pembukaan atau
preambule-nya oleh sebuah Panitia Perancang Undang-undang Dasar yang diketuai oleh Ir. Sukarno
dan beranggotakan 21 orang. Pada tanggal 11 Juli 1945, Panitia Perancang Undang-undang Dasar
dengan suara bulat menyetujui isi preambule (pembukaan) yang diambil dari Piagam Jakarta.
Selanjutnya panitia tersebut membentuk Panitia Kecil Perancang Undang-undang Dasar yang
diketuai Prof. Dr. Mr. Supomo dengan anggotanya Mr. Wongsonegoro, Mr. Ahmad Subardjo, Mr.
A.A. Maramis, Mr. R.P. Singgih, H. Agus Salim dan Sukiman. Hasil perumusan panitia kecil ini
kemudian disempurnakan bahasanya oleh Panitia Penghalus Bahasa yang terdiri dari Husein
Djajadiningrat, Agus Salim dan Supomo.
Persidangan kedua BPUPKI dilaksanakan pada tanggal 14 Juli 1945 dalam rangka menerima laporan
Panitia Perancang Undang-undang Dasar. Ir. Sukarno selaku ketua panitia melaporkan tiga hasil,
yaitu :
1. Pernyataan Indonesia Merdeka;
2. Pembukaan Undang-undang Dasar;
3. Undang-undang Dasar (batang tubuh);
C. AKTIVITAS GOLONGAN MUDA
Angkatan Moeda Indonesia dan Gerakan Angkatan Baroe Indonesia
Sebelum BPUPKI dibentuk di Bandung pada tanggal 16 Mei 1945 telah diadakan Kongres Pemuda
Seluruh Jawa yang diprakarsai Angkatan Moeda Indonesia. Organisasi itu sebenarnya dibentuk atas
inisitaif Jepang pada pertengahan 1944, akan tetapi kemudian berkembang menjadi suatu
pergerakan pemuda yang anti-Jepang. Kongres pemuda itu dihadiri oleh lebih 100 utusan pemuda,
pelajar dan mahasiswa seluruh Jawa diantaranya Djamal Ali, Chairul Saleh, Anwar Tjokroaminoto,
Harsono Tjokroaminoto serta sejumlah mahasiswa Ika Daigaku Jakarta. Kongres menghimbau para
pemuda di Jawa hendaknya bersatu dan mempersiapkan diri untuk melaksanakan proklamasi
kemerdekaan yang bukan hadiah Jepang. Setelah tiga hari berlangsung kongres akhirnya
memutuskan dua buah resolusi, yaitu:
1. semua golongan Indonesia, terutama golongan pemuda dipersatukan dan dibulatkan dibawah
satu pimpinan nasional.
2. dipercepatnya pelaksanaan pernyataan kemerdekaan Indonesia. Walaupun demikian kongres pun
akhirnya menyatakan dukungan sepenuhnya dan kerjasama erat dengan Jepang dalam usaha
mencapai kemerdekaan.
Pernyataan tersebut tidak memuaskan beberapa tokoh pemuda yang hadir, seperti utusan dari
Jakarta yang dipimpin oleh Sukarni, Harsono Tjokroaminoto dan Chairul Saleh. Mereka bertekad
untuk menyiapkan suatu gerakan pemuda yang lebih radikal. Untuk itulah pada tanggal 3 Juni 1945
diadakan suatu pertemuan rahasia di Jakarta untuk membentuk suatu panitia khusus yang diketuai
oleh B.M. Diah, dengan anggotanya Sukarni, Sudiro, Sjarif Thajeb, Harsono Tjokroaminoto, Wikana,
Chairul Saleh, P. Gultom, Supeno dan Asmara Hadi.
Pertemuan semacam itu diadakan lagi pada tanggal 15 Juni 1945, yang menghasilkan pembentukan
Gerakan Angkatan Baroe Indonesia. Dalam prakteknya kegiatan organisasi itu banyak dikendalikan
oleh para pemuda dari Asrama Menteng 31. Tujuan dari gerakan itu, seperti yang tercantum di
dalam surat kabar Asia Raja pada pertengahan bulan Juni 1945, menunjukkan sifat gerakan yang
lebih radikal sebagai berikut :
1. mencapai persatuan kompak di antara seluruh golongan masyarakat Indonesia;
2. menanamkan semangat revolusioner massa atas dasar kesadaran mereka sebagai rakyat yang
berdaulat;
3. membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia;
4. mempersatukan Indonesia bahu-membahu dengan Jepang, tetapi jika perlu gerakan itu
bermaksud untuk mencapai kemerdekaan dengan kekuatannya sendiri.
Gerakan Rakyat Baroe
Gerakan Rakyat Baroe dibentuk berdasarkan hasil sidang ke-8 Cuo Sangi In yang mengusulkan
berdirinya suatu gerakan untuk mengobar-ngobarkan semangat cinta kepada tanah air dan
semangat perang. Pembentukan badan ini diperkenankan oleh Saiko Shikikan yang baru, Letnan
Jenderal Y. Nagano pada tanggal 2 juli 1945. Susunan pengurus pusat organisasi ini terdiri dari 80
orang. Anggotanya terdiri atas penduduk asli Indonesia dan bangsa Jepang, golongan Cina, golongan
Arab dan golongan peranakan Eropa. Tokoh-tokoh pemuda radikal seperti Chairul Saleh, Sukarni,
B.M. Diah, Asmara Hadi, Harsono Tjokroaminoto, Wikana, Sudiro, Supeno, Adam Malik, S.K. Trimurti,
Sutomo dan Pandu Kartawiguna diikutsertakan dalam organisasi tersebut.
Tujuan pemerintah Jepang mengangkat wakil-wakil golongan muda di dalam organisasi itu adalah
agar pemerintah Jepang dapat mengawasi kegiatan-kegiatan mereka. Sumobuco Mayor Jenderal
Nishimura menegaskan bahwa setiap pemuda yang tergabung di dalamnya harus tunduk
sepenuhnya kepada Gunseikanbu (pemerintah militer Jepang) dan mereka harus bekerja dibawah
pengawasan pejabat-pejabat pemerintah. Dengan demikian berarti kebebasan bergerak para
pemuda dibatasi, sehingga timbullah rasa tidak puas. Oleh karena itulah, tatkala Gerakan Rakyat
Baroe ini diresmikan pada tanggal 28 Juli 1945, tidak seorang pun pemuda radikal yang bersedia
memduduki kursi yang telah disediakan. Sehingga nampak semakin tajam perselisihan paham antara
golongan tua dan golongan muda tentang cara melaksanakan pembentukan negara Indonesia
Merdeka.
D. PEMBENTUKAN PPKI
Pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan. Sebagai gantinya pemerintah pendudukan Jepang
membentuk PPKI (Dokuritsu Junbi Inkai). Sebanyak 21 anggota PPKI yang terpilih tidak hanya
terbatas pada wakil-wakil dari Jawa yang berada di bawah pemerintahan Tentara Keenambelas,
tetapi juga dari berbagai pulau, yaitu : 12 wakil dari Jawa, 3 wakil dari Sumatera, 2 wakil dari
Sulawesi, seorang dari Kalimantan, seorang dari Sunda Kecil (Nusatenggara), seorang dari Maluku
dan seorang lagi dari golongan penduduk Cina. Ir. Sukarno ditunjuk sebagai ketua PPKI dan Drs.
Moh. Hatta ditunjuk sebagai wakil ketuanya. Sedangkan Mr. Ahmad Subardjo ditunjuk sebagai
penasehatnya.
Kepada para anggota PPKI, Gunseikan Mayor Jenderal Yamamoto menegaskan bahwa para anggota
PPKI tidak hanya dipilih oleh pejabat di lingkungan Tentara Keenambelas, akan tetapi oleh Jenderal
Besar Terauci sendiri yang menjadi penguasa perang tertinggi di seluruh Asia Tenggara.
Dalam rangka pengangkatan itulah, Jenderal Besar Terauci memanggil tiga tokoh Pergerakan
Nasional, yaitu Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta dan dr. Radjiman Wediodiningrat. Pada tanggal 9
Agustus 1945 mereka berangkat menuju markas besar Terauci di Dalat, Vietnam Selatan. Dalam
pertemuan di Dalat pada tanggal 12 Agustus 1945 Jenderal Besar Terauci menyampaikan kepada
ketiga tokoh itu bahwa Pemerintah Kemaharajaan telah memutuskan untuk memberikan
kemerdekaan kepada Indonesia. Pelaksanaannya dapat dilakukan segera setelah persiapannya
selesai oleh PPKI. Wilayah Indonesia akan meliputi seluruh bekas wilayah Hindia Belanda.
Ketika ketiga tokoh itu berangkat kembali menuju Jakarta pada tanggal 14 Agustus 1945, Jepang
telah dibom atom oleh Sekutu di kota Hirosima dan Nagasaki. Bahkan Uni Soviet mengingkari
janjinya dan menyatakan perang terhadap Jepang seraya melakukan penyerbuan ke Manchuria.
Dengan demikian dapat diramalkan bahwa kekalahan Jepang akan segera terjadi. Keesokan harinya,
pada tanggal 15 Agustus 1945 Sukarno-Hatta tiba kembali di tanah air. Dengan bangganya Ir.
Sukarno berkata : “Sewaktu-waktu kita dapat merdeka; soalnya hanya tergantung kepada saya dan
kemauan rakyat memperbarui tekadnya meneruskan perang suci Dai Tao ini. Kalau dahulu saya
berkata ‘Sebelum jagung berbuah, Indonesia akan merdeka : sekarang saya dapat memastikan
Indonesia akan merdeka, sebelum jagung berbuah.” Perkataan itu menunjukkan bahwa Ir. Sukarno
pada saat itu belum mengetahui bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu.
E. PERBEDAAN PENDAPAT ANTARA GOLONGAN TUA DAN GOLONGAN MUDA
Berita tentang kekalahan Jepang, diketahui oleh sebagian golongan muda melalui radio siaran luar
negeri. Pada malam harinya Sutan syahrir menyampaikan berita itu kepada Moh. Hatta. Syahrir juga
menanyakan mengenai kemerdekaan Indonesia sehubungan dengan peristiwa tersebut. Moh. Hatta
berjanji akan menanyakan hal itu kepada Gunseikanbu. Setelah yakin bahwa Jepang telah menyerah
kepada Sekutu, Moh. Hatta mengambil keputusan untuk segera mengundang anggota PPKI.
Selanjutnya golongan muda mengadakan rapat di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi di Jalan
Pegangsaan Timur, Jakarta. Rapat dilaksanakan pada tanggal 15 agustus 1945, pukul 20.30 waktu
Jawa. Rapat yang dipimpin oleh Chairul Saleh itu menghasilkan keputusan “ kemerdekaan Indonesia
adalah hak dan soal rakyat Indonesia sendiri, tak dapat digantungkan pada orang dan negara lain.
Segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang harus diputuskan dan sebaliknya
diharapkan diadakan perundingan dengan golongan muda agar mereka diikutsertakan dalam
pernyataan proklamasi.”
Keputusan rapat itu disampaikan oleh Wikana dan Darwis pada pukul 22.30 waktu Jawa kepada Ir.
Sukarno di rumahnya, Jl. Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Kedua utusan tersebut segera
menyampaikan keputusan golongan muda agar Ir. Sukarno segera memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia tanpa menunggu hadiah dari Jepang. Tuntutan Wikana yang disertai ancaman bahwa akan
terjadi pertumpahan darah jika Ir. Sukarno tidak menyatakan proklamasi keesokan harinya telah
menimbulkan ketegangan. Ir. Sukarno marah dan berkata “Ini leher saya, seretlah saya ke pojok itu
dan sudahilah nyawa saya malam ini juga, jangan menunggu sampai besok. Saya tidak bisa
melepaskan tanggungjawab saya sebagai ketua PPKI. Karena itu saya tanyakan kepada wakil-wakil
PPKI besok”. Ketegangan itu juga disaksikan oleh golongan tua lainnya seperti : Drs. Moh. Hatta, dr.
Buntaran, dr. Samsi, Mr. Ahmad Subardjo dan Iwa Kusumasumantri.
Dalam diskusi antara Darwis dan Wikana, Moh. Hatta berkata, “Dan kami pun tak dapat ditarik-tarik
atau didesak supaya mesti juga mengumumkan proklamasi itu. Kecuali jiak Saudara-saudara
memang sudah siap dan sanggup memproklamasikan. Cobalah! Saya pun ingin melihat kesanggupan
Saudara-saudara !” Utusan itu pun menjawab “Kalau begitu pendirian Saudara-saudara berdua,
baiklah ! Dan kami pemuda-pemuda tidak dapat menanggung sesuatu, jika besok siang proklamasi
belum juga diumumkan. Kami pemuda-pemuda akan bertindak dan menunjukkan kesanggupan yang
saudara kehendaki itu!”
F. PERISTIWA RENGASDENGKLOK
Sekitar pukul 12.00 kedua utusan meninggalkan halaman rumah Ir. Sukarno dengan diliputi perasaan
kesal memikirkan sikap dan perkataan sukarno-Hatta. Sesampainya mereka di tempat rapat, mereka
melaporkan semuanya. Menanggapi hal itu kembali golongan muda mengadakan rapat dini hari
tanggal 16 Agustus 1945 di asrama Baperpi, Jalan Cikini 71, Jakarta. Selain dihadiri oleh para pemuda
yang mengikuti rapat sebelumnya, rapat ini juga dihadiri juga oleh Sukarni, Jusuf Kunto, dr.
Muwardi dari Barisan Pelopor dan Shudanco Singgih dari Daidan PETA Jakarta Syu. Rapat ini
membuat keputusan “menyingkirkan Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta ke luar kota dengan tujuan
untuk menjauhkan mereka dari segala pengaruh Jepang”. Untuk menghindari kecurigaan dari pihak
Jepang, Shudanco Singgih mendapatkan kepercayaan untuk melaksanakan rencana tersebut.
Rencana ini berjalan lancar karena mendapatkan dukungan perlengkapan Tentara PETA dari
Cudanco Latief Hendraningrat yang pada saat itu sedang menggantikan Daidanco Kasman
Singodimedjo yang sedang bertugas ke Bandung. Maka pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.30
waktu Jawa sekelompok pemuda membawa Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta ke luar kota menuju
Rengasdengklok, sebuah kota kawedanan di pantai utara Kabupaten Karawang. Alasan yang mereka
kemukakan ialah bahwa keadaan di kota sangat genting, sehingga keamanan Sukarno-Hatta di dalam
kota sangat dikhawatirkan. Tempat yang dituju merupakan kedudukan sebuah cudan (kompi)
tentara PETA Rengasdengklok dengan komandannya Cudanco Subeno.
Sehari penuh Sukarno dan Hatta berada di Rengasdengklok. Kewibawaan yang besar dari kedua
tokoh ini membuat para pemuda segan untuk melakukan penekanan lebih jauh. Namun dalam suatu
pembicaraan berdua dengan Ir. Sukarno, Shudanco Singgih beranggapan Sukarno bersedia untuk
menyatakan proklamasi segera setelah kembali ke Jakarta. Oleh karena itulah Singgih pada tengah
hari itu kembali ke Jakarta untuk menyampaikan rencana proklamasi kepada kawan-kawannya.
Sementara itu di Jakarta para anggota PPKI yang diundang rapat pada tanggal 16 agustus memenuhi
undangannya dan berkumpul di gedung Pejambon 2. Akan tetapi rapat itu tidak dapat dihadiri oleh
pengundangnya Sukarno-Hatta yang sedang berada di Rengasdengklok. Oleh karena itu mereka
merasa heran. Satu-satu jalan untuk mengetahui mereka adalah melalui Wikana salah satu utusan
yang bersitegang dengan Sukarno-Hatta malam harinya. Oleh karena itulah Mr. Ahmad Subardjo
mendekati Wikana. Selanjutnya antara kedua tokoh golongan tua dan tokoh golongan muda itu
tercapai kesepakatan bahwa Proklamasi Kemerdekaan harus dilaksanakan di Jakarta. Karena adanya
kesepakatan itu, maka Jusuf Kunto dari golongan muda bersedia mengantarkan Mr. Ahmad Subardjo
bersama sekretarisnya, Sudiro (Mbah) ke Rengasdengklok. Rombongan ini tiba pada pukul 18.00
waktu Jawa. Selanjutnya Ahmad Subardjo memberikan jaminan dengan taruhan nyawa bahwa
Proklamasi Kemerdekaan akan diumumkan pada keesokan harinya tanggal 17 Agustus 1945
selambat-lambatnya pukul 12.00. Dengan adanya jaminan itu, maka komandan kompi PETA
Rengasdengklok, Cudanco Subeno bersedia melepaskan Ir. Sukarno dan Drs. Moh Hatta kembali ke
Jakarta.
G. PERUMUSAN TEKS PROKLAMASI
Rombongan tiba kembali di Jakarta pada pukul 23.30 waktu Jawa. Setelah Sukarno dan Hatta singgah
di rumah masing-masing rombongan kemudian menuju ke rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam
Bonjol No. 1, Jakarta (sekarang Perpustakaan Nasional). Hal itu juga disebabkan Laksamana Tadashi
Maeda telah menyampaikan kepada Ahmad Subardjo (sebagai salah satu pekerja di kantor
Laksamana Maeda) bahwa ia menjamin keselamatan mereka selama berada di rumahnya.
Sebelum mereka memulai merumuskan naskah proklamasi, terlebih dahulu Sukarno dan Hatta
menemui Somubuco (Kepala Pemerintahan Umum) Mayor Jenderal Nishimura, untuk menjajagi
sikapnya mengenai Proklamasi Kemerdekaan. Mereka ditemani oleh Laksamana Maeda, Shigetada
Nishijima dan Tomegoro Yoshizumi serta Miyoshi sebagai penterjemah. Pertemuan itu tidak
mencapai kata sepakat. Nishimura menegaskan bahwa garis kebijakan Panglima Tentara
Keenambelas di Jawa adalah “dengan menyerahnya Jepang kepada sekutu berlaku ketentuan bahwa
tentara Jepang tidak diperbolehkan lagi merubah status quo (status politik Indonesia). Sejak tengah
hari sebelumnya tentara Jepang semata-mata sudah merupakan alat Sekutu dan diharuskan tunduk
kepada sekutu”. Berdasarkan garis kebijakan itu Nishimura melarang Sukarno-Hatta untuk
mengadakan rapat PPKI dalam rangka proklamasi kemerdekaan.
Sampailah Sukarno-Hatta pada kesimpulan bahwa tidak ada gunanya lagi membicarakan
kemerdekaan Indonesia dengan pihak Jepang. Akhirnya mereka hanya mengharapkan pihak Jepang
tidak menghalang-halangi pelaksanaan proklamasi yang akan dilaksanakan oleh rakyat Indonesia
sendiri. Maka mereka kembali ke rumah Laksamana Maeda. Sebagai tuan rumah Maeda
mengundurkan diri ke lantai dua. Sedangkan di ruang makan, naskah proklamasi dirumuskan oleh
tiga tokoh golongan tua, yaitu : Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta dan Mr. Ahmad Subardjo. Peristiwa ini
disaksikan oleh Miyoshi sebagai orang kepercayaan Nishimura, bersama dengan tiga orang tokoh
pemuda lainnya, yaitu : Sukarni, Mbah Diro dan B.M. Diah. Sementara itu tokoh-tokoh lainnya, baik
dari golongan muda maupun golongan tua menunggu di serambi muka.
Ir. Sukarno yang menuliskan konsep naskah proklamasi, sedangkan Drs. Moh. Hatta dan Mr Ahmad
Subardjo menyumbangkan pikiran secara lisan. Kalimat pertama dari naskah proklamasi merupakan
saran dari Mr. Ahmad Subardjo yang diambil dari rumusan BPUPKI. Sedangkan kalimat terakhir
merupakan sumbangan pikiran dari Drs. Moh. Hatta. Hal itu disebabkan menurut beliau perlu
adanya tambahan pernyataan pengalihan kekuasaan (transfer of sovereignty). Sehingga naskah
proklamasi yang dihasilkan adalah sebagai berikut :
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-2 jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselengarakan dengan tjara seksama dan dalam
tempoh jang sesingkat-singkatnja
Djakarta, 17 – 8 –‘05
Wakil-2 bangsa Indonesia,
Pada pukul 04.30 waktu Jawa konsep naskah proklamasi selesai disusun. Selanjutnya mereka menuju
ke serambi muka menemui para hadirin yang menunggu. Ir. Sukarno memulai membuka pertemuan
dengan membacakan naskah proklamasi yang masih merupakan konsep tersebut. Ir. Sukarno
meminta kepada semua hadirin untuk menandatangani naskah proklamasi selaku wakil-wakil bangsa
Indonesia. Pendapat itu diperkuat oleh Moh. Hatta dengan mengambil contoh naskah “Declaration
of Independence” dari Amerika Serikat. Usulan tersebut ditentang oleh tokoh-tokoh pemuda.
Karena mereka beranggapan bahwa sebagian tokoh-tokoh tua yang hadir adalah “budak-budak”
Jepang. Selanjutnya Sukarni, salah satu tokoh golongan muda, mengusulkan agar yang
menandatangani naskah proklamasi cukup Sukarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Setelah usulan Sukarni itu disetujui, maka Ir. Sukarno meminta kepada Sajuti Melik untuk mengetik
naskah tulisan tangan Sukarno tersebut, dengan disertai perubahan-perubahan yang telah
disepakati. Ada tiga perubahan yang terdapat pada naskah ketikan Sajuti Melik, yaitu : kata
“tempoh” diganti “tempo”, sedangkan kata “wakil-wakil bangsa Indonesia” diganti dengan “Atas
nama bangsa Indonesia”. Perubahan juga dilakukan dalam cara menuliskan tanggal, yaitu “Djakarta,
17-8-05” menjadi “Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen ‘05”. Sehingga naskah proklamasi ketikan Sajuti
Melik itu, adalah sebagai berikut :
PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselengarakan dengan tjara seksama dan
dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen ‘05
Atas nama bangsa Indonesia,
Soekarno/Hatta
(tandatangan Sukarno)
(tandatangan Hatta)
Selanjutnya timbul persoalan dimanakah proklamasi akan diselenggarakan. Sukarni mengusulkan
bahwa Lapangan Ikada (sekarang bagian tenggara lapangan Monumen Nasional) telah dipersiapkan
bagi berkumpulnya masyarakat Jakarta untuk mendengar pembacaan naskah Proklamasi. Namun Ir.
Sukarno menganggap lapangan Ikada adalah salah satu lapangan umum yang dapat menimbulkan
bentrokan antara rakyat dengan pihak militer Jepang. Oleh karena itu Bung Karno mengusulkan agar
upacara proklamasi dilaksanakan di rumahnya, di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 dan disetujui oleh
para hadirin.
H. PELAKSANAAN PROKLAMASI KEMERDEKAAN 17 AGUSTUS 1945
Pada pukul 05.00 waktu Jawa tanggal 17 Agustus 1945, para pemimpin Indonesia dari golongan tua
dan golongan muda keluar dari rumah Laksamana Maeda. Mereka pulang ke rumah masing-masing
setelah berhasil merumuskan naskah proklamasi. Mereka telah sepakat untuk memproklamasikan
kemerdekaan pada pukul 10.30 waktu Jawa atau pukul 10.00 WIB sekarang. Sebelum pulang Bung
Hatta berpesan kepada para pemuda yang bekerja di kantor berita dan pers, utamanya B.M. Diah
untuk memperbanyak teks proklamasi dan menyiarkannya ke seluruh dunia.
Pagi hari itu, rumah Ir. Sukarno dipadati oleh sejumlah massa pemuda yang berbaris dengan tertib.
Untuk menjaga keamanan upacara pembacaan proklamasi, dr. Muwardi (Kepala Keamanan Ir.
Sukarno) meminta kepada Cudanco Latief Hendraningrat untuk menugaskan anak buahnya berjaga-
jaga di sekitar rumah Ir. Sukarno. Sedangkan Wakil Walikota Suwirjo memerintahkan kepada Mr.
Wilopo untuk mempersiapkan pengeras suara. Untuk itu Mr. Wilopo dan Nyonopranowo pergi ke
rumah Gunawan pemilik toko radio Satria di Jl. Salemba Tengah 24, untuk meminjam mikrofon dan
pengeras suara. Sudiro yang pada waktu itu juga merangkap sebagai sekretaris Ir. Sukarno
memerintahkan kepada S. Suhud (Komandan Pengawal Rumah Ir. Sukarno) untuk menyiapkan tiang
bendera. Suhud kemudian mencari sebatang bambu di belakang rumah. Bendera yang akan
dikibarkan sudah dipersiapkan oleh Nyonya Fatmawati.
Menjelang pukul 10.30 para pemimpin bangsa Indonesia telah berdatangan ke Jalan Pegangsaan
Timur. Diantara mereka nampak Mr. A.A. Maramis, Ki Hajar Dewantara, Sam Ratulangi, K.H. Mas
Mansur, Mr. Sartono, M. Tabrani, A.G. Pringgodigdo dan sebagainya. Adapun susunan acara yang
telah dipersiapkan adalah sebagai berikut:
Pertama, Pembacaan Proklamasi;
Kedua, Pengibaran Bendera Merah Putih;
Ketiga, Sambutan Walikota Suwirjo dan Muwardi.
Lima menit sebelum acara dimulai, Bung Hatta datang dengan berpakaian putih-putih. Setelah
semuanya siap, Latief Hendraningrat memberikan aba-aba kepada seluruh barisan pemuda dan
mereka pun kemudian berdiri tegak dengan sikap sempurna. Selanjutnya Latif mempersilahkan
kepada Ir. Sukarno dan Moh. Hatta. Dengan suara yang mantap Bung Karno mengucapkan pidato
pendahuluan singkat yang dilanjutkan dengan pembacaan teks proklamasi.
Acara dilanjutkan dengan pengibaran bendera Merah Putih. S. Suhud mengambil bendera dari atas
baki yang telah disediakan dan mengikatkannya pada tali dengan bantuan Cudanco Latif
Hendraningrat. Bendera dinaikkan perlahan-lahan. Tanpa dikomando para hadirin spontan
menyanyikan Indonesia Raya. Acara selanjutnya adalah sambutan dari Walikota Suwirjo dan dr.
Muwardi.
Berita proklamasi yang sudah meluas di seluruh Jakarta disebarkan ke seluruh Indonesia. Pagi hari
itu juga, teks proklamsi telah sampai di tangan Kepala Bagian Radio dari Kantor Berita Domei,
Waidan B. Palenewen. Segera ia memerintahkan F. Wuz untuk menyiarkan tiga kali berturut-turut.
Baru dua kali F. Wuz menyiarkan berita itu, masuklah orang Jepang ke ruangan radio. Dengan
marah-marah orang Jepang itu memerintahkan agar penyiaran berita itu dihentikan. Tetapi Waidan
memerintahkan kepada F. Wuz untuk terus menyiarkannya. Bahkan berita itu kemudian diulang
setiap setengah jam sampai pukul 16.00 saat siaran radio itu berhenti. Akibatnya, pucuk pimpinan
tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita itu. Dan pada hari Senin tanggal 20
Agustus 1945 pemancar itu disegel dan pegawainya dilarang masuk.
Walaupun demikian para tokoh pemuda tidak kehilangan akal. Mereka membuat pemancar baru
dengan bantuan beberapa orang tehnisi radio, seperti : Sukarman, Sutamto, Susilahardja dan
Suhandar. Sedangkan alat-alat pemancar mereka ambil bagian-demi bagian dari kantor betita
Domei, kemudian dibawa ke Jalan Menteng 31. Maka terciptalah pemancar baru di Jalan Menteng
31. Dari sinilah seterusnya berita proklamasi disiarkan.
Selain lewat radio, berita proklamasi juga disiarkan lewat pers dan surat selebaran. Hampir seluruh
harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 memuat berita proklamasi dan
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia.
MAKNA PROKLAMASI BAGI BANGSA INDONESIA
Pada tanggal 17 Agustus 1945 jam 10.00 hari Jum’at dibacakan teks proklamasi kemerdekaan
Indonesia yang sebelumnya dilakukan pengibaran bendera Merah Putih dan sambutan Walikota
Soewiryo dan dr Muwardi. Peristiwa besar itu hanya berlangsung selama kurang lebih satu jam
dengan penuh khidmat, sekalipun sangat sederhana namun membawa perubahan yang luar biasa
dalam kehidupan bangsa Indonesia yaitu Indonesia bebas dari belenggu penjajah.
PEMBENTUKAN BADAN KELENGKAPAN NEGARA
Pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI melakukan rapat yang membahas :
1. Penetapan dan pengesahan Pembukaan UUD 1945
2. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
3. Pembentukan Badan Komite Nasional sebagai pembantu presiden
Pada tanggal 19 Agustus 1945 PPKI mengadakan rapat lanjutan yang menghasilkan :
1. Penetapan 12 menteri yang membantu tugas presiden
2. Membagi wilayah Indonesia menjadi 8 Propinsi
Pada tanggal 22 Agustus 1945 PPKI mengadakan rapat lanjutan yang menghasilkan :
1. Untuk menghadapi kekuatan Jepang dan Sekutu pemerintah Indonesia membentuk Badan
Kemanan Rakyat ( BKR ) pada tanggal 22 Agustus 1945 yang berada di bawah wewenang KNIP. Oleh
karena datangnya pasukan Sekutu dan NICA yang silih berganti sehingga pemerintah memutuskan
dibentuknya Tentara Keamanan Rakyat ( TKR ) pada tanggal 5 Oktober 1945.Pada tanggal 1 Januari
1946 diubah menjadi Tentara Keselamatan Rakyat ( TKR ) lalu tanggal 26 Januari berubah menjadi
Tentara Republik Indonesia ( TRI ). Untuk menyempurnakan TRI maka pemerintah membentuk
Tentara Nasional Indonesia ( TNI ) tanggal 7 Juni 1947.

BAB 2
PERKEMBANGAN EKONOMI POLITIK
PADA MASA AWAL KEMERDEKAAN
KEADAAN EKONOMI-KEUANGAN PADA AWAL KEMERDEKAAN
A. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB MEMBURUKNYA KEADAAN EKONOMI DAN KEUANGAN DI INDONESIA
PADA AWAL KEMERDEKAAN
Pada akhir pendudukan Jepang dan pada awal berdirinya Republik Indonesia keadaan ekonomi
Indonesia sangat kacau. Hal ini disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
1. Inflasi yang sangat tinggi (Hiper-Inflasi).
Penyebab terjadinya inflasi ini adalah beredarnya mata uang pendudukan Jepang secara tak
terkendali. Pada saat itu diperkirakan mata uang Jepang yang beredar di masyarakat sebesar 4
milyar. Dari jumlah tersebut, yang beredar di Jawa saja, diperkirakan sebesar 1,6 milyar. Jumlah itu
kemudian bertambah ketika pasukan Sekutu berhasil menduduki beberapa kota besar di Indonesia
dan meguasai bank-bank. Dari bank-bank itu Sekutu mengedarkan uang cadangan sebesar 2,3 milyar
untuk keperluan operasi mereka. Kelompok masyarakat yang paling menderita akibat inflasi ini
adalah petani. Hal itu disebabkan pada zaman pendudukan Jepang petani adalah produsen yang
paling banyak menyimpan mata-uang Jepang.
Pemerintah Republik Indonesia yang baru berdiri, tidak dapat menghentikan peredaran mata uang
Jepang tersebut, sebab negara RI belum memiliki mata-uang baru sebagai penggantinya. Maka dari
itu, untuk sementara waktu pemerintah RI menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI,
yaitu :
a. mata-uang De Javasche Bank;
b. mata-uang pemerintah Hindia Belanda;
c. mata-uang pendudukan Jepang.
Pada saat kesulitan ekonomi menghimpit bangsa Indonesia, tanggal 6 Maret 1946, Panglima AFNEI
yang baru, Letnan Jenderal Sir Montagu Stopford mengumumkan berlakunya uang NICA di daerah-
daerah yang diduduki Sekutu. Uang NICA ini dimaksudkan sebagai pengganti uang Jepang yang
nilainya sudah sangat turun. Pemerintah melalui Perdana Menteri Syahrir memproses tindakan
tersebut. Karena hal itu berarti pihak Sekutu telah melanggar persetujuan yang telah disepakati,
yakni selama belum ada penyelesaian politik mengenai status Indonesia, tidak akan ada mata uang
baru.
Oleh karena itulah pada bulan Oktober 1946 Pemerintah RI, juga melakukan hal yang sama yaitu
mengeluarkan uang kertas baru yaitu Oeang Republik Indonesia (ORI) sebagai pengganti uang
Jepang. Untuk melaksanakan koordinasi dalam pengurusan bidang ekonomi dan keuangan,
pemerintah membentuk Bank Negara Indonesia pada tanggal 1 November 1946. Bank Negara ini
semula adalah Yayasan Pusat Bank yang didirikan pada bulan Juli 1946 dan dipimpin oleh Margono
Djojohadikusumo. Bank negara ini bertugas mengatur nilai tukar ORI dengan valuta asing.
2. Adanya blokade ekonomi, oleh Belanda (NICA). Blokade laut ini dimulai pada bulan November
1945 ini, menutup pintu keluar-masuk perdagangan RI. Adapun alasan pemerintah Belanda
melakukan blokade ini adalah :
1. Untuk mencegah dimasukkannya senjata dan peralatan militer ke Indonesia;
2. Mencegah dikeluarkannya hasil-hasil perkebunan milik Belanda dan milik asing lainnya;
3. Melindungi bangsa Indonesia dari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh orang bukan Indonesia.
Akibat dari blokade ini barang-barang dagangan milik pemerintah RI tidak dapat diekspor, sehingga
banyak barang-barang ekspor yang dibumihanguskan. Selain itu Indonesia menjadi kekurangan
barang-barang impor yang sangat dibutuhkan.
3. Kas negara kosong, pajak dan bea masuk sangat berkurang, sehingga pendapatan pemeritah
semakin tidak sebanding dengan pengeluarannya. Penghasilan pemerintah hanya bergantung
kepada produksi pertanian. Karena dukungan petani inilah pemerintah RI masih bertahan, sekali pun
keadaan ekonomi sangat buruk.
B. USAHA MENEMBUS BLOKADE EKONOMI
Usaha-usaha untuk menembus blokade ekonomi yang dilakukan oleh pihak Belanda dilaksanakan
oleh pemerintah dengan berbagai cara, diantaranya sebagai berikut :
1. Diplomasi Beras ke India
Usaha ini lebih bersifat politis daripada ekonomis. Ketika terdengar berita bahwa rakyat India sedang
ditimpa bahaya kelaparan, pemerintah RI segera menyatakan kesediaannya untuk membantu
pemerintah India dengan mengirimkan 500.000 ton beras, dengan harga sangat rendah. Pemerintah
bersedia melakukan hal ini karena diperkirakan pada musim panen tahun 1946 akan diperoleh
surplus sebesar 200.000 sampai 400.000 ton.
Sebagai imbalannya pemerintah India menjanjikan akan mengirimkan bahan pakaian yang sangat
dibutuhkan oleh rakyat Indonesia. Keuntungan politik yang diperoleh oleh pemerintah RI adalah
dalam forum internasional India adalah negara Asia yang paling aktif membantu perjuangan
kemerdekaan RI.
2. Mengadakan Hubungan Dagang Langsung ke Luar Negeri
Usaha untuk membuka hubungan langsung ke luar negeri, dilakukan oleh pihak pemerintah maupun
pihak swasta. Diantara usaha-usaha tersebut adalah sebagai berikut :
a. Mengadakan kontak hubungan dengan perusahaan swasta Amerika (Isbrantsen Inc.). Usaha ini
dirintis oleh BTC (Banking and Trading Corporation), suatu badan perdagangan semi-pemerintah
yang dipimpin oleh Dr. Sumitro Djojohadikusumo dan Dr. Ong Eng Die. Dalam transaksi pertama
pihak Amerika Serikat bersedia membeli barang-barang ekspor dari Indonesia seperti gula, karet,
teh, dan sebagainya. Kapal Isbrantsen Inc. yang masuk ke pelabuhan Cirebon adalah kapal Martin
Behrmann yang mengangkut barang-barang pesanan RI dan akan memuat barang-barang ekspor
dari RI. Akan tetapi kapal itu dicegat oleh kapal Angkatan Laut Belanda dan diseret ke pelabuhan
Tanjung Priuk dan seluruh muatannya disita.
b. Menembus blokade ekonomi Belanda di Sumatera dengan tujuan Singapura dan Malaysia. Oleh
karena jarak perairan yang relatif dekat, maka usaha ini dilakukan dengan perahu layar dan kapal
motor cepat. Usaha ini secara sistimatis dilakukan sejak tahun 1946 sampai dengan akhir masa
Perang Kemerdekaan. Pelaksanaan penembusan blokade ini dilakukan oleh Angkatan Laut RI dengan
dibantu oleh pemerintah daerah penghasil barang-barang ekspor.
Sejak awal tahun 1947 pemerintah RI membentuk perwakilan resmi di Singapura yang diberi nama
Indonesia Office (Indoff). Secara resmi Indoff ini merupakan badan yang memperjuangkan
kepentingan politik di luar negeri, namun secara rahasia juga berusaha menembus blokade dan
usaha perdagangan barter.
Kementerian Pertahanan juga membentuk perwakilannya di luar negeri yang disebut Kementerian
Pertahanan Usaha Luar Negeri (KPLULN) yang dipimpin oleh Ali Jayengprawiro. Tugas pokok badan
ini adalah membeli senjata dan perlengkapan Angkatan Perang. Sebagai pelaksana upaya menembus
blokade ini yang terkenal adalah John Lie, O.P. Koesno, Ibrahim Saleh dan Chris Tampenawas.
Selama tahun 1946 pelabuhan di Sumatera hanya Belawan yang berhasil diduduki Belanda. Karena
perairan di Sumatera sangatlah luas, maka pihak Belanda tidak mampu melakukan pengawasan
secara ketat. Hasil-hasil dari Sumatera terutama karet yang berhasil diselundupkan ke luar negeri,
utamanya ke Singapura, mencapai jumlah puluhan ribu ton. Selama tahun 1946 saja barang-barang
yang diterima oleh Singapura dari Sumatera seharga Straits $ 20.000.000,-. Sedangkan yang berasal
dari Jawa hanya Straits $ 1.000.000,-. Sebaliknya barang-barang yang dikirim ke Sumatera dari
Singapura seharga Straits $ 3.000.000,- dan dari Singapura ke Jawa seharga Straits $ 2.000.000,-.
C. USAHA-USAHA MENGATASI KESULITAN EKONOMI
Pada awal kemerdekaan masih belum sempat melakukan perbaikan ekonomi secara baik. Baru mulai
Pebruari 1946, pemerintah mulai memprakarsai usaha untuk memecahkan masalah-masalah
ekonomi yang mendesak. Upaya-upaya itu diantaranya sebagai berikut :
1. Pinjaman Nasional
Program Pinjaman Nasional ini dilaksanakan oleh Menteri Keuangan. lr. Surachman dengan
persetujuan BP-KNIP. Pinjaman Nasional akan dibayar kembali selama jangka waktu 40 tahun. Besar
pinjaman yang dilakukan pada bulan Juli 1946 sebesar Rp. 1.000.000.000,00. Pada tahun pertama
berhasil dikumpulkan uang sejumlah Rp. 500.000.000,00. Sukses yang dicapai ini menunjukkan
besarnya dukungan dan kepercayaan rakyat kepada Pemerintah RI.
2. Konferensi Ekonomi, Februari 1946
Konferensi ini dihadiri oleh para cendekiawan, para gubernur dan para pejabat lainnya yang
bertanggungjawab langsung mengenai masalah ekonomi di Jawa. Konferensi ini dipimpin oleh
Menteri Kemakmuran, Ir. Darmawan Mangunkusumo. Tujuan konferensi ini adalah untuk
memperoleh kesepakatan yang bulat dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang
mendesak, seperti :
a. masalah produksi dan distribusi makanan
Dalam masalah produksi dan distribusi bahan makanan disepakati bahwa sistem autarki lokal
sebagai kelanjutan dari sistem ekonomi perang Jepang, secara berangsur-angsur akan dihapuskan
dan diganti dengan sistem desentralisasi.
b. masalah sandang
Mengenai masalah sandang disepakati bahwa Badan Pengawasan Makanan Rakyat diganti dengan
Badan Persediaan dan Pembagian Makanan (PPBM) yang dipimpin oleh dr. Sudarsono dan dibawah
pengawasan Kementerian Kemakmuran. PPBM dapat dianggap sebagai awal dari terbentuknya
Badan Urusan Logistik (Bulog).
c. status dan administrasi perkebunan-perkebunan
Mengenai masalah penilaian kembali status dan administrasi perkebunan yang merupakan
perusahaan vital bagi RI, konferensi ini menyumbangkan beberapa pokok pikiran. Pada masa Kabinet
Sjahrir, persoalan status dan administrasi perkebunan ini dapat diselesaikan. Semua perkebunan
dikuasai oleh negara dengan sistem sentralisasi di bawah pengawasan Kementerian Kemakmuran.
Konferensi Ekonomi kedua diadakan di Solo pada tanggal 6 Mei 1946. Konferensi kedua ini
membahas masalah perekonomian yang lebih luas, seperti program ekonomi pemerintah, masalah
keuangan negara, pengendalian harga, distribusi dan alokasi tenaga manusia. Dalam konferensi ini
Wakil Presiden Drs. Moh. Hatta memberikan saran-saran yang berkaitan dengan masalah rehabilitasi
pabrik gula. Hal ini disebabkan gula merupakan bahan ekspor yang penting, oleh karena itu
pengusahaannya harus dikuasai oleh negara. Hasil ekspor ini diharapkan dapat dibelikan atau ditukar
dengan barang-barang lainnya yang dibutuhkan RI.
Saran yang disampaikan oleh Wakil Presiden ini dapat direalisasikan pada tanggal 21 Mei 1946
dengan dibentuknya Badan Penyelenggara Perusahaan Gula Negara (BPPGN) berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 3/1946. Peraturan tersebut disempurnakan melalui Peraturan Pemerintah No. 4
tahun 1946, tanggal 6 Juni 1946 mengenai pembentukan Perusahaan Perkebunan Negara (PPN).
3. Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) pada tanggal 19 Januari 1947
Pembentukan Badan ini atas inisiatif Menteri Kemakmuran, dr. A.K. Gani. Badan ini merupakan
badan tetap yang bertugas membuat rencana pembangunan ekonomi untuk jangka waktu 2 sampai
3 tahun. Sesudah Badan Perancang ini bersidang, A.K. Gani mengumumkan Rencana Pembangunan
Sepuluh Tahun. Untuk mendanai Rencana Pembangunan ini terbuka baik bagi pemodal dalam negeri
maupun bagi pemodal asing. Untuk menampung dana pembangunan tersebut pemerintah akan
membentuk Bank Pembangunan.
Pada bulan April 1947, Badan Perancang ini diperluas menjadi Panitia Pemikir Siasat Ekonomi yang
dipimpin langsung oleh Wakil Presiden Moh. Hatta, sedangkan A.K. Gani sebagai wakilnya. Panitia ini
bertugas mempelajari, mengumpulkan data dan memberikan saran kepada pemerintah dalam
merencanakan pembangunan ekonomi dan dalam rangka melakukan perundingan dengan pihak
Belanda.
Semua hasil pemikiran ini belum berhasil dilaksanakan dengan baik, karena situasi politik dan militer
yang tidak memungkinkan. Agresi Militer Belanda mengakibatkan sebagian besar daerah RI yang
memiliki potensi ekonomi baik, jatuh ke tangan Belanda. Wilayah RI tinggal beberapa keresidenan di
Jawa dan Sumatera yang sebagian besar tergolong sebagai daerah minus dan berpenduduk padat.
Pecahnya Pemberontakan PKI Madiun dan Agresi Militer Belanda II mengakibatkan kesulitan
ekonomi semakin memuncak.
4. Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (RERA) pada tahun 1948.
Program yang diprakarsai oleh Wakil Presiden Drs. Moh. Hatta ini, dimaksudkan untuk mengurangi
beban negara dalam bidang ekonomi, disamping meningkatkan efesiensi. Rasionalisasi ini meliputi
penyempurnaan administrasi negara, Angkatan Perang dan aparat ekonomi. Sejumlah satuan
Angkatan Perang dikurangi secara dratis. Selanjutnya tenaga-tenaga bekas Angkatan Perang ini
disalurkan ke bidang-bidang produktif dan diurus oleh Kementerian Pembangunan dan Pemuda.
5. Rencana Kasimo (Kasimo Plan)
Program ini disusun oleh Menteri Urusan Bahan Makanan I.J. Kasimo. Pada dasarnya program ini
berupa Rencana Produksi Tiga Tahun, 1948-1950 mengenai usaha swasembada pangan dengan
beberapa petunjuk pelaksanaan yang praktis. Untuk mningkatkan produksi bahan pangan dalam
program ini, Kasimo menyarankan agar :
a. menanami tanah-tanah kosong di Sumatera timur seluas 281.277 ha.;
b. di Jawa dilakkan intensifikasi dengan menanam bibit unggul;
c. pencegahan penyembelihan hewan-hewan yang berperan penting bagi produksi pangan;
d. disetiap desa dibentuk kebun-kebun bibit;
e. tranmigrasi.
6. Persatuan Tenaga Ekonomi (PTE)
Organisasi yang dipimpin B.R. Motik ini, bertujuan untuk menggiatkan kembali partisipasi pengusaha
swasta. Dengan dibentuknya PTE juga diharapkan dapat dan melenyapkan individualisasi di kalangan
organisasi pedagang sehingga dapat memperkokoh ketahanan ekonomi bangsa Indonesia.
Pemerintah menganjurkan agar pemerintah daerah usaha-usaha yang dilakukan oleh PTE. Akan
tetapi nampaknya PTE tidak dapat berjalan dengan baik. PTE hanya mampu mendirikan Bank PTE di
Yogyakarta dengan modal awal Rp. 5.000.000. Kegiatan PTE semakin mundur akibat dari Agresi
Militer Belanda.
Selain PTE perdagangan swasta lainnya yang juga membantu usaha ekonomi pemerintah adalah
Banking and Trading Corporation (Perseroan Bank dan Perdagangan).

BAB 3
PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN
DAN ANCAMAN DISINTEGRASI

A. PERJUANGAN KONFRONTASI
Setelah Indonesia merdeka tidak berarti Indonesia bebas dari segala bentuk penguasaan asing tapi
masih berhadapan dengan Belanda yang ingin mencoba kembali menananmkan kekuasaannya.
Belanda menggunakan berbagai macam cara untuk bisa kembali berkuasa seperti, membonceng
pada pasukan sekutu dan pembentukan Negara-negara boneka. Pembentukan Negara boneka
bertujuan untuk mengepung kedudukan pemerintah Indonesia atau mempersempit wilayah
kekuasaan RI. Setiap ada perjanjian selalu diingkari oleh Belanda. Belanda hanya mengakui wilayah
RI meliputi Jawa dan Sumatera yang di dalamnya berdiri
Negara-negara boneka bikinan Belanda.
Pada tanggal 1 Nopember 1945 pemerintah mengeluarkan maklumat Politik dengan tujuan agar
kedaulatan RI diakui dan agar di Indonesia terbentuk dan berkembang partai Politik.Namun
kemauan itu diselewengkan dengan terjadinya pergeseran bentuk pemerintah dari bentuk Kabinet
Presidensial ke Kabinet parlementer.Sutan Syahrir terpilih sebagai Perdana Menterinya. Pemerintah
Sutan Syahrir berkeinginan mempertahankan kemerdekaan Indonesia melalui jalur diplomasi bukan
dengan kekuatan senjata. Hal inilah yang menimbulkan pro kontra terhadap strategi menghadapi
Belanda. Konflik ini dimanfaatkan oleh Belanda untuk melancarkan Agresi militernya.
Pada tanggal 15 September 1945 sekutu masuk ke Indonesia dan membonceng NICA ( Belanda )
yang bertujuan untuk menjajah kembali Bangsa Indonesia sehingga terjadi
1. pertempuran Ambarawa,
2. Bandung Lautan Api,
3. Pertempuran di Sulaswesi Selatan,
4. Peristiwa Merah Putih di Minahasa,
5. Pertempuran Medan Area,
6. 5 Hari di semarang,
7. Puputan Margarana, dsb.

B. PERJUANGAN DIPLOMASI

PERJANJIAN LINGGARJATI
Untuk menghentikan tembak menembak antara RI-Belanda maka mulai 10 Nopember 1946
diadakan perundingan Linggajati (ditanda tangani 25 Maret 1947) yang isinya :
1. Belanda mengakui secara defakto wilayah RI atas Jawa, Sumatera dan MadurA
2. RI-Belanda akan membentuk NIS dengan nama RIS
3. RI-Belanda akan membentuk Uni Indonesia-Belanda dan Ratu Belanda sebagai ketuanya.
4. Belanda harus meninggalkan wilayah RI selambat-lambatnya 1 Januari 1949.
Ternyata Belanda menghianati isi perjanjian tersebut dan melakukan Agresi Militer I tanggal 21 Juni
1947 sehingga mendapat reaksi PBB. Penghentian tembak menembak dilakukan tanggal 1 Agustus
1947 dan DK PBB membentuk KTN yang anggota-anggotanya :
1. Australia ( Wakil Indonesia ) : Richard Kirby
2. Belgia ( Wakil Belanda ) : Paul Van Zeeland
3. USA ( Penengah ) : Dr. Frank Graham
PERJANJIAN RENVILLE
Anggota KTN tersebut membantu pihak RI-Belanda untuk mengadakan perundingan di atas geladak
Kapal Amerika USS RENVILLE ( 8 Desember 1947 ) dan ditandatangani tanggal 17 Januari 1948 yang
isinya :
1. Belanda mengakui wilayah RI yang sedang diduduki ( Yogyakarta )
2. TNI harus hijrah ke daerah RI
3. RI merupakan bagian dari RIS
4. Dalam jangka waktu ± 6 bulan sampai 1 tahun akan diadakan pemilu untuk membentuk dewan
konstitusi RIS.
Namun tidak semua masyarakat Indonesia menyetujui isi perjanjian tersebut, seperti SM
Kartosuwiryo yang mendirikan DI / TII, Pemberontakan PKI Madiun ( Muso ) 1948. Belanda bertekad
untuk menghapus RI dan menghancurkan kekuatan TNI. Untuk iti Belanda melakukan Agresi militer II
tanggal 19 desember 1948. Belanda menyerbu Yogyakarta dan menawan presiden dan wapres serta
pemimpin politik lainnya. Sebelum itu presiden sempat mengirimkan kawat pada Syafrudin
Prawiranegara untuk membentuk PDRI di Sumatera. Apabila tidak sanggup maka diserahkan pada
Sudarsono, AA Maramis dan LN Palar untuk membentuk pemerintah pelarian RI di India.
PERJANJIAN ROEM-ROYEN
Pada tanggal 28 Januari 1948 DK PBB memutuskan penghentian operasi militer Belanda dan para
pemimpin RI yang ditawan harus dikembalikan. Pada tanggal 14 April 1949 diadakan perjanjian
ROOM ROYEN di bawah pengawasan UNCI ( perubahan dari KTN ) dan pada tanggal 7 Mei 1949
terjadi kesepakatan :
Pernyataan Delegasi Indonesia
1. Menghentikan perang gerilya
2. Bekerjasama mengembalikan keamanan
Pernyataan Delegasi Belanda
1. Menyetuji pengembalian pemerintahan RI ke Yogyakarta
2. Menghentikan operasi militer serta membebaskan para pemimpin RI dan selekasnya mengadakan
KMB
KONFERENSI MEJA BUNDAR
KMB dilaksanakan di DENHAAG ( Negeri Belanda ) pada tanggal 22 Agustus 1949 sd 29 Oktober 1949
dengan hasil keputusan :
1. Belanda menyerahkan kedaulatan RI kepada RIS
2. Antara RIS dan Belanda akan diadakan hubungan Uni Indonesia- Belanda yang dikepalai oleh ratu
Belanda
3. Tentara Belanda akan ditarik mundur dan tentara KNIL akan dibubarkan
4. Masalah Irian Barat akan dibicarakan setahun setelah penyerahan kedaulatan.
Pada tanggal 27 Desember 1949 dilakukan penyerahan kedaulatan oleh Belanda kepada RIS yang
wilayahnya bekas kekuasaan Belanda tanpa Irian Barat.
Penyerahan kedaulatan dilakukan di tiga tempat antara lain :
1. Amsterdam dilakukan oleh Ratu Belanda kepada PM RIS
2. Yogyakarta dilakukan oleh Pemerintah RI pada pemerintah RIS
3. Jakarta dilakukan oleh Wakil Tinggi Mahkota Belanda kepada RIS
Pembentukan Negara RIS ( 16 negara bagian ) berdasarkan isi KMB ternyata tidak disetujui oleh
masyarakat Indonesia dan dengan tegas mereka menuntut dibubarkannya RIS dan kembali pada
Negara Kesatuan RI mengingat Bahasa, bendera maupun hari Nasional sama dengan RI. Berdasarkan
hasrat dan desakan Rakyat Indonesia maka pada tanggal 17 Agustus 1950 RIS dibubarkan dan
dibentuk NKRI dan saat itu juga Konstitusi RIS diganti dengan UUD Sementara RI dan bangsa
Indonesia segera memasuki era baru yaitu Demokrasi Liberal.
ANCAMAN DISINTEGRASI BANGSA
A. PKI MADIUN 1948
Munculnya PKI merupakan perpecahan pada tubuh SI ( Sarikat Islam ) yang mendapat pengaruh
ISDV ( Internasionalisme Sosialisme Democratise Vereeniging ) yang didirikan oleh HJFM. Snevliet
Dkk pada bulan Mei 1914 di Semarang yang pada bulan Desember diubah menjadi PKI. Pada tanggal
13 Nopember 1926 melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Belanda. Pada tanggal 18
September 1948 MUSO memimpin pemberontakan terhadap RI di Madiun. Tujuannya ingin
mengubah dasar negara Pancasila menjadi dasar negara komunis. Pemberontakan ini
menyebarhampir di seluruh daerah Jawa Timur namun berhasil di gagalkan dengan ditembak
matinya MUSO sedangkan Semaun dan Dharsono lari ke Rusia.
B. DI/TII
JAWA BARAT
Dipimpin oleh Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo karena tidak setuj terhadap isi perjanjian Renville.
Sewaktu TNI hijrah ke daerah RI ( Yogyakarta ) ia dan anak buahnya menolak dan tidak mau
mengakui Republik Indonesia dan ingin menyingkirkan Pancasila sebagai dasar negara. Untuk itu ia
memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia dengan nama Darul Islam
JAWA TENGAH
Dipimpin oleh Amir Fatah dan Kyai Sumolangu. Selama Agresi Militer Belanda ke II Amir Fatah diberi
tugas menggabungkan laskar-laskar untuk masuk dalam TNI. Namun setelah banyak anggotanya ia
beserta anak buahnya melarikan diri dan menyatakan bagian dari DI/TII.
SULAWESI SELATAN
Dipimpin oleh Abdul Kahar Muzakar. Dia berambisi untuk menduduki jabatan sebagai pimpinan
APRIS ( Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat ) dan menuntut aga45r Komando Gerilya
Sulawesi Selatan ( KGSS ) dimasukkan ke dalam APRIS dengan nama Brigade Hasanuddin. Tuntutan
tersebut ditolak oleh pemerintah sebab hanya mereka yang memenuhi syarat saja yang akan
menjadi tentara maka terjadilah pemberontakan tersebut.
ACEH
Dipimpin oleh Daud Beureueh Gubernur Militer Aceh, karena status Aceh sebagai daerah Istimewa
diturunkan menjadi sebuah karesidenan di bawah propinsi Sumatera Utara. Ia lalu menyusun
kekuatan dan menyatakan dirinya bagian dari DI/TII. Pemberontakan ini dapat dihentikan dengan
jalan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh ( MKRA ).
KALIMANTAN SELATAN
Dipimpin oleh Ibnu Hajar, ia menyatakan dirinya bagian dari DI/TII dengan memperjuangkan
kelompok rakyat yang tertindas. Ia dan anak buahnya menyerang pos-pos kesatuan tentara serta
melakukan tindakan pengacauan yang pada akhirnya Ibnu Hajar sendiri ditembak mati.
APRA ( Angkatan Perang Ratu Adil )
Pemberontakan ini dipimpin oleh Kapten Raymond Westerling bekas tentara KNIL. Tujuannya agar
pemerintah RIS dan negara Pasundan mengakui APRA sebagai tentara negara Pasundan dan agar
negara Pasundfan tidak dibubarkan/dilebur ke dalam NKRI.
ANDI AZIS
Beliau merupakan komandan kompi APRIS yang menolak kedatangan TNI ke Sulawesi Selatan karena
suasananya tidak aman dan terjadi demonstrasi pro dan kontra terhadap negara federasi. Ia dan
pasukannya menyerang lapangan terbang, kantor telkom, dan pos-pos militer TNI. Pemerintah
mengeluarkan ultimatum agar dalam tempo 4 x 24 jam ia harus mempertanggung jawabkan
perbuatannya.
RMS ( Republik Maluku Selatan )
Pemberontakan ini dipimpin oleh Dr. Christian Robert Stevenson Soumokil bekas jaksa agung NIT
( Negara Indonesia Timur ). Ia menyatakan berdirinya Republik Maluku Selatan dan
memproklamasikannya pada 25 April 1950. Pemberontakan ini dapat ditumpas setelah dibayar
mahal dengan kematian Letkol Slamet Riyadi, Letkol S. Sudiarto dan Mayor Abdullah.
PRRI/PERMESTA
Setelah Pemilu I dilaksanakan, situasi semakin memburuk dan terjadi pertentangan . Beberapa
daerah merasa seolah-olah diberlakukan secara tidak adil ( merasa dianaktirikan ) sehingga muncul
gerakan separatis di Sumatera yaitu PRRI
( Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia ) dipimpin oleh Kolonel Ahmad Husen dan
PERMESTA ( Piagam Perjuangan Rakyat Semesta ) di Sulawesi Utara dipimpin oleh D.J. Somba dan
Kolonel Ventje Sumual.
G 30 S/PKI 1965
Pada tanggal 30 September 1965 jam03.00 dinihari PKI melakukan pemberontakan yang dipimpin
oleh DN Aidit dan berhasil membunuh 7 perwira tinggi. Mereka punya tekad ingin menggantikan
Pancasila sebagai dasar negara dengan Komunis-Marxis. Setelah jelas terungkap bahwa PKI punya
keinginan lain maka diadakan operasi penumpasan :
1. Menginsyafkan kesatuan-keasatuan yang dimanfaatkan oleh PKI
2. Merebut studio RRI dan kantor besar Telkom dipimpin Kolonel Sarwo Edhy Wibowo dari RPKAD
3. Gerakan pembersihan terhadap tokoh-tokoh yang terlibat langsung maupun yang mendalanginya.
Akhirnya PKI dinyatakan sebagai partai terlarang dan tidak boleh lagi tersebar di seluruh wilayah
Indonesia berdasarkan SK Presiden yang ditanda tangani pengemban Supersemar Ltjen Soeharto
yang menetapkan pembubaran PKI dan ormas-ormasnya tanggal 12 Maret 1966.
BAB 4
PERKEMBANGAN POLITIK DAN EKONOMI INDONESIA
DALAM UPAYA MENGISI KEMERDEKAAN
DEMOKRASI LIBERAL (1950-1959)
Setelah adanya pengakuan kedaulatan oleh pemerintah Belanda melalui Konferensi Meja Bundar
tahun (KMB) 1949, Indonesia memasuki suatu periode baru, yang lebih dikenal dengan Masa
Demokrasi Liberal. pada masa ini, iklim politik dan kondisi perekonomian di Indonesia tidak berjalan
stabil. Seringnya pergantian kabinet akibat kebebasan berdemokrasi berpengaruh pada banyak
sektor hingga menyebabkan ancaman disintegrasi bangsa dan semakin merosotnya kondisi
perekonomian Indonesia menjadi bagian yang tak terpisahkan selama periode ini.
1. KABINET MASA DEMOKRASI LIBERAL
• KABINET NATSIR (6 September 1950 – 21 Maret 1951)
Merupakan kabinet koalisi yang dipimpin oleh partai Masyumi.
* Dipimpin Oleh : Muhammad Natsir
* Program:
1. Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman.
2. Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan pemerintahan.
3. Menyempurnakan organisasi Angkatan Perang.
4. Mengembangkan dan memperkuat ekonomi rakyat.
5. Memperjuangkan penyelesaian masalah Irian Barat.
*Hasil:
Berlangsung perundingan antara Indonesia-Belanda untuk pertama kalinya mengenai masalah Irian
Barat.
*Kendala/Masalah yang dihadapi:
-Upaya memperjuangkan masalah Irian Barat dengan Belanda mengalami jalan buntu (kegagalan).
-Timbul masalah keamanan dalam negeri yaitu terjadi pemberontakan hampir di seluruh wilayah
Indonesia, seperti Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis, Gerakan APRA, Gerakan RMS.
*Berakhirnya kekuasaan kabinet:
Adanya mosi tidak percaya dari PNI menyangkut pencabutan Peraturan Pemerintah mengenai DPRD
dan DPRDS. PNI menganggap peraturan pemerintah No. 39 th 1950 mengenai DPRD terlalu
menguntungkan Masyumi. Mosi tersebut disetujui parlemen sehingga Natsir harus mengembalikan
mandatnya kepada Presiden.
• KABINET SUKIMAN (27 April 1951 – 3 April 1952)
Merupakan kabinet koalisi antara Masyumi dan PNI.
*Dipimpin Oleh: Sukiman Wiryosanjoyo
*Program:
1. Menjamin keamanan dan ketentraman
1. Mengusahakan kemakmuran rakyat dan memperbaharui hukum agraria agar sesuai dengan
kepentingan petani.
2. Mempercepat persiapan pemilihan umum.
3. Menjalankan politik luar negeri secara bebas aktif serta memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah
RI secepatnya.
*Hasil:
Tidak terlalu berarti sebab programnya melanjtkan program Natsir hanya saja terjadi perubahan
skala prioritas dalam pelaksanaan programnya, seperti awalnya program Menggiatkan usaha
keamanan dan ketentraman selanjutnya diprioritaskan untuk menjamin keamanan dan ketentraman
*Kendala/ Masalah yang dihadapi:
Adanya Pertukaran Nota Keuangan antara Mentri Luar Negeri Indonesia Soebardjo dengan Duta
Besar Amerika Serikat Merle Cochran. Mengenai pemberian bantuan ekonomi dan militer dari
pemerintah Amerika kepada Indonesia berdasarkan ikatan Mutual Security Act (MSA). Dimana
dalam MSA terdapat pembatasan kebebasan politik luar negeri RI karena RI diwajibkan
memperhatiakan kepentingan Amerika.
Tindakan Sukiman tersebut dipandang telah melanggar politik luar negara Indonesia yang bebas aktif
karena lebih condong ke blok barat bahkan dinilai telah memasukkan Indonesia ke dalam blok barat.
Adanya krisis moral yang ditandai dengan munculnya korupsi yang terjadi pada setiap lembaga
pemerintahan dan kegemaran akan barang-barang mewah.
Masalah Irian barat belum juga teratasi.
Hubungan Sukiman dengan militer kurang baik tampak dengan kurang tegasnya tindakan
pemerintah menghadapi pemberontakan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan.
*Berakhirnya kekuasaan kabinet:
Muncul pertentangan dari Masyumi dan PNI atas tindakan Sukiman sehingga mereka menarik
dukungannya pada kabinet tersebut. DPR akhirnya menggugat Sukiman dan terpaksa Sukiman harus
mengembalikan mandatnya kepada presiden.
• KABINET WILOPO (3 April 1952 – 3 Juni 1953)
Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar yang ahli dalam
biangnya.
*Dipimpin Oleh : Mr. Wilopo
*Program:
1. Program dalam negeri: Menyelenggarakan pemilihan umum (konstituante, DPR, dan DPRD),
meningkatkan kemakmuran rakyat, meningkatkan pendidikan rakyat, dan pemulihan keamanan.
2. Program luar negeri: Penyelesaian masalah hubungan Indonesia-Belanda, Pengembalian Irian
Barat ke pangkuan Indonesia, serta menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif.
*Kendala/Masalah yang dihadapi:
Adanya kondisi krisis ekonomi yang disebabkan karena jatuhnya harga barang-barang eksport
Indonesia sementara kebutuhan impor terus meningkat.
Terjadi defisit kas negara karena penerimaan negara yang berkurang banyak terlebih setelah terjadi
penurunana hasil panen sehingga membutuhkan biaya besar untuk mengimport beras.
Munculnya gerakan sparatisme dan sikap provinsialisme yang mengancam keutuhan bangsa. Semua
itu disebabkan karena rasa ketidakpuasan akibat alokasi dana dari pusat ke daerah yang tidak
seimbang.
Terjadi peristiwa 17 Oktober 1952. Merupakan upaya pemerintah untuk menempatkan TNI sebagai
alat sipil sehingga muncul sikap tidak senang dikalangan partai politik sebab dipandang akan
membahayakan kedudukannya. Peristiwa ini diperkuat dengan munculnya masalah intern dalam TNI
sendiri yang berhubungan dengan kebijakan KSAD A.H Nasution yang ditentang oleh Kolonel
Bambang Supeno sehingga ia mengirim petisi mengenai penggantian KSAD kepada menteri
pertahanan yang dikirim ke seksi pertahanan parlemen sehingga menimbulkan perdebatan dalam
parlemen. Konflik semakin diperparah dengan adanya surat yang menjelekkan kebijakan Kolonel
Gatot Subroto dalam memulihkan keamanana di Sulawesi Selatan.
Keadaan ini menyebabkan muncul demonstrasi di berbagai daerah menuntut dibubarkannya
parlemen. Sementara itu TNI-AD yang dipimpin Nasution menghadap presiden dan menyarankan
agar parlemen dibubarkan. Tetapi saran tersebut ditolak.
Muncullah mosi tidak percaya dan menuntut diadakan reformasi dan reorganisasi angkatan perang
dan mengecam kebijakan KSAD.
Inti peristiwa ini adalah gerakan sejumlah perwira angkatan darat guna menekan Sukarno agar
membubarkan kabinet.
Munculnya peristiwa Tanjung Morawa mengenai persoalan tanah perkebunan di Sumatera Timur
(Deli). Sesuai dengan perjanjian KMB pemerintah mengizinkan pengusaha asing untuk kembali ke
Indonesia dan memiliki tanah-tanah perkebunan. Tanah perkebunan di Deli yang telah ditinggalkan
pemiliknya selama masa Jepang telah digarap oleh para petani di Sumatera Utara dan dianggap
miliknya. Sehingga pada tanggal 16 Maret 1953 muncullah aksi kekerasan untuk mengusir para
petani liar Indonesia yang dianggap telah mengerjakan tanah tanpa izin tersebut. Para petani tidak
mau pergi sebab telah dihasut oleh PKI. Akibatnya terjadi bentrokan senjata dan beberapa petani
terbunuh.
Intinya peristiwa Tanjung Morawa merupakan peristiwa bentrokan antara aparat kepolisian dengan
para petani liar mengenai persoalan tanah perkebunan di Sumatera Timur (Deli).
*Berakhirnya kekuasaan kabinet:
Akibat peristiwa Tanjung Morawa muncullah mosi tidak percaya dari Serikat Tani Indonesia terhadap
kabinet Wilopo. Sehingga Wilopo harus mengembalikan mandatnya pada presiden.
• KABINET ALI SASTROAMIJOYO I (31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955)
Kabinet ini merupakan koalisi antara PNI dan NU.
*Dipimpin Oleh : Mr. Ali Sastroamijoyo
*Program:
1. Meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta segera menyelenggarakan Pemilu.
2. Pembebasan Irian Barat secepatnya.
3. Pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan kembali persetujuan KMB.
4. Penyelesaian Pertikaian politik
*Hasil:
Persiapan Pemilihan Umum untuk memilih anggota parlemen yang akan diselenggarakan pada 29
September 1955.
Menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika tahun 1955.
*Kendala/Masalah yang dihadapi:
a. Menghadapi masalah keamanan di daerah yang belum juga dapat terselesaikan, seperti DI/TII di
Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh.
b. Terjadi peristiwa 27 Juni 1955 suatu peristiwa yang menunjukkan adanya kemelut dalam tubuh
TNI-AD. Masalah TNI –AD yang merupakan kelanjutan dari Peristiwa 17 Oktober 1952. Bambang
Sugeng sebagai Kepala Staf AD mengajukan permohonan berhenti dan disetujui oleh kabinet.
Sebagai gantinya mentri pertahanan menunjuk Kolonel Bambang Utoyo tetapi panglima AD menolak
pemimpin baru tersebut karena proses pengangkatannya dianggap tidak menghiraukan norma-
norma yang berlaku di lingkungan TNI-AD. Bahkan ketika terjadi upacara pelantikan pada 27 Juni
1955 tidak seorangpun panglima tinggi yang hadir meskipun mereka berada di Jakarta. Wakil KSAD-
pun menolak melakukan serah terima dengan KSAD baru.
c. Keadaan ekonomi yang semakin memburuk, maraknya korupsi, dan inflasi yang menunjukkan
gejala membahayakan.
d. Memudarnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.
e. Munculnya konflik antara PNI dan NU yang menyebabkkan, NU memutuskan untuk menarik
kembali menteri-mentrinya pada tanggal 20 Juli 1955 yang diikuti oleh partai lainnya.
* Berakhirnya kekuasaan kabinet :
Nu menarik dukungan dan menterinya dari kabinet sehingga keretakan dalam kabinetnya inilah yang
memaksa Ali harus mengembalikan mandatnya pada presiden.
e. KABINET BURHANUDDIN HARAHAP (12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956)
* Dipimpin Oleh : Burhanuddin Harahap
* Program :
1. Mengembalikan kewibawaan pemerintah, yaitu mengembalikan kepercayaan Angkatan Darat dan
masyarakat kepada pemerintah.
2. Melaksanakan pemilihan umum menurut rencana yang sudah ditetapkan dan mempercepat
terbentuknya parlemen baru
3. Masalah desentralisasi, inflasi, pemberantasan korupsi
4. Perjuangan pengembalian Irian Barat
5. Politik Kerjasama Asia-Afrika berdasarkan politik luar negeri bebas aktif.
* Hasil :
ü Penyelenggaraan pemilu pertama yang demokratis pada 29 September 1955 (memilih anggota
DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih konstituante). Terdapat 70 partai politik yang mendaftar
tetapi hanya 27 partai yang lolos seleksi. Menghasilkan 4 partai politik besar yang memperoleh suara
terbanyak, yaitu PNI, NU, Masyumi, dan PKI.
ü Perjuangan Diplomasi Menyelesaikan masalah Irian Barat dengan pembubaran Uni Indonesia-
Belanda.
ü Pemberantasan korupsi dengan menangkap para pejabat tinggi yang dilakukan oleh polisi militer.
ü Terbinanya hubungan antara Angkatan Darat dengan Kabinet Burhanuddin.
ü Menyelesaikan masalah peristiwa 27 Juni 1955 dengan mengangkat Kolonel AH Nasution sebagai
Staf Angkatan Darat pada 28 Oktober 1955.
* Kendala/ Masalah yang dihadapi :
Banyaknya mutasi dalam lingkungan pemerintahan dianggap menimbulkan ketidaktenangan.
* Berakhirnya kekuasaan kabinet :
Dengan berakhirnya pemilu maka tugas kabinet Burhanuddin dianggap selesai. Pemilu tidak
menghasilkan dukungan yang cukup terhadap kabinet sehingga kabinetpun jatuh. Akan dibentuk
kabinet baru yang harus bertanggungjawab pada parlemen yang baru pula.
f. KABINET ALI SASTROAMIJOYO II (20 Maret 1956 – 4 Maret 1957)
Kabinet ini merupakan hasil koalisi 3 partai yaitu PNI, Masyumi, dan NU.
* Dipimpin Oleh : Ali Sastroamijoyo
* Program :
Program kabinet ini disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun yang memuat program jangka
panjang, sebagai berikut.
1. Perjuangan pengembalian Irian Barat
2. Pembentukan daerah-daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya anggota-anggota DPRD.
3. Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai.
4. Menyehatkan perimbangan keuangan negara.
5. Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional berdasarkan kepentingan
rakyat.
Selain itu program pokoknya adalah,
• Pembatalan KMB,
• Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan lima tahun, menjalankan politik luar negeri
bebas aktif,
• Melaksanakan keputusan KAA.
* Hasil :
Mendapat dukungan penuh dari presiden dan dianggap sebagai titik tolak dari periode planning and
investment, hasilnya adalah Pembatalan seluruh perjanjian KMB.
* Kendala/ Masalah yang dihadapi :
ü Berkobarnya semangat anti Cina di masyarakat.
ü Muncul pergolakan/kekacauan di daerah yang semakin menguat dan mengarah pada gerakan
sparatisme dengan pembentukan dewan militer seperti Dewan Banteng di Sumatera Tengah, Dewan
Gajah di Sumatera Utara, Dewan Garuda di Sumatra Selatan, Dewan Lambung Mangkurat di
Kalimantan Selatan, dan Dewan Manguni di Sulawesi Utara.
ü Memuncaknya krisis di berbagai daerah karena pemerintah pusat dianggap mengabaikan
pembangunan di daerahnya.
ü Pembatalan KMB oleh presiden menimbulkan masalah baru khususnya mengenai nasib modal
pengusaha Belanda di Indonesia. Banyak pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya pada
orang Cina karena memang merekalah yang kuat ekonominya. Muncullah peraturan yang dapat
melindungi pengusaha nasional.
ü Timbulnya perpecahan antara Masyumi dan PNI. Masyumi menghendaki agar Ali Sastroamijoyo
menyerahkan mandatnya sesuai tuntutan daerah, sedangkan PNI berpendapat bahwa
mengembalikan mandat berarti meninggalkan asas demokrasi dan parlementer.
* Berakhirnya kekuasaan kabinet :
Mundurnya sejumlah menteri dari Masyumi membuat kabinet hasil Pemilu I ini jatuh dan
menyerahkan mandatnya pada presiden.

g. KABINET DJUANDA ( 9 April 1957- 5 Juli 1959)


Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar yang ahli dalam
bidangnya. Dibentuk karena Kegagalan konstituante dalam menyusun Undang-undang Dasar
pengganti UUDS 1950. Serta terjadinya perebutan kekuasaan antara partai politik.
* Dipimpin Oleh : Ir. Juanda
* Program :
Programnya disebut Panca Karya sehingga sering juga disebut sebagai Kabinet Karya, programnya
yaitu :
• Membentuk Dewan Nasional
• Normalisasi keadaan Republik Indonesia
• Melancarkan pelaksanaan Pembatalan KMB
• Perjuangan pengembalian Irian Jaya
• Mempergiat/mempercepat proses Pembangunan
Semua itu dilakukan untuk menghadapi pergolakan yang terjadi di daerah, perjuangan
pengembalian Irian Barat, menghadapi masalah ekonomi serta keuangan yang sangat buruk.
* Hasil :
ü Mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui Deklarasi Djuanda, yang mengatur
mengenai laut pedalaman dan laut teritorial. Melalui deklarasi ini menunjukkan telah terciptanya
Kesatuan Wilayah Indonesia dimana lautan dan daratan merupakan satu kesatuan yang utuh dan
bulat.
ü Terbentuknya Dewan Nasional sebagai badan yang bertujuan menampung dan menyalurkan
pertumbuhan kekuatan yang ada dalam masyarakat dengan presiden sebagai ketuanya. Sebagai titik
tolak untuk menegakkan sistem demokrasi terpimpin.
ü Mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan pergolakan di berbagai daerah.
Musyawarah ini membahas masalah pembangunan nasional dan daerah, pembangunan angkatan
perang, dan pembagian wilayah RI.
ü Diadakan Musyawarah Nasional Pembangunan untuk mengatasi masalah krisis dalam negeri tetapi
tidak berhasil dengan baik.
* Kendala/ Masalah yang dihadapi :
- Kegagalan Menghadapi pergolakan di daerah sebab pergolakan di daerah semakin meningkat. Hal
ini menyebabkan hubungan pusat dan daerah menjadi terhambat. Munculnya pemberontakan
seperti PRRI/Permesta.
- Keadaan ekonomi dan keuangan yang semakin buruk sehingga program pemerintah sulit
dilaksanakan. Krisis demokrasi liberal mencapai puncaknya.
- Terjadi peristiwa Cikini, yaitu peristiwa percobaan pembunuhan terhadap Presiden Sukarno di
depan Perguruan Cikini saat sedang menghadir pesta sekolah tempat putra-purinya bersekolah pada
tanggal 30 November 1957. Peristiwa ini menyebabkan keadaan negara semakin memburuk karena
mengancam kesatuan negara.
* Berakhirnya kekuasaan kabinet :
Berakhir saat presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan mulailah babak baru
sejarah RI yaitu Demokrasi Terpimpin.
B. KEADAAN EKONOMI INDONESIA MASA LIBERAL
Meskipun Indonesia telah merdeka tetapi Kondisi Ekonomi Indonesia masih sangat buruk. Upaya
untuk mengubah stuktur ekonomi kolonial ke ekonomi nasional yang sesuai dengan jiwa bangsa
Indonesia berjalan tersendat-sendat.
Faktor yang menyebabkan keadaan ekonomi tersendat adalah sebagai berikut.
1. Setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda pada tanggal 27 Desember 1949, bangsa Indonesia
menanggung beban ekonomi dan keuangan seperti yang telah ditetapkan dalam KMB. Beban
tersebut berupa hutang luar negeri sebesar 1,5 Triliun rupiah dan utang dalam negeri sejumlah 2,8
Triliun rupiah.
2. Defisit yang harus ditanggung oleh Pemerintah pada waktu itu sebesar 5,1 Miliar.
3. Indonesia hanya mengandalkan satu jenis ekspor terutama hasil bumi yaitu pertanian dan
perkebunan sehingga apabila permintaan ekspor dari sektor itu berkurang akan memukul
perekonomian Indonesia.
4. Politik keuangan Pemerintah Indonesia tidak di buat di Indonesia melainkan dirancang oleh
Belanda.
5. Pemerintah Belanda tidak mewarisi nilai-nilai yang cukup untuk mengubah sistem ekonomi
kolonial menjadi sistem ekonomi nasional.
6. Belum memiliki pengalaman untuk menata ekonomi secara baik, belum memiliki tenaga ahli dan
dana yang diperlukan secara memadai.
7. Situasi keamanan dalam negeri yang tidak menguntungkan berhubung banyaknya pemberontakan
dan gerakan sparatisisme di berbagai daerah di wilayah Indonesia.
8. Tidak stabilnya situasi politik dalam negeri mengakibatkan pengeluaran pemerintah untuk
operasi-operasi keamanan semakin meningkat.
9. Kabinet terlalu sering berganti menyebabakan program-program kabinet yang telah direncanakan
tidak dapat dilaksanakan, sementara program baru mulai dirancang.
10. Angka pertumbuhan jumlah penduduk yang besar.
Masalah jangka pendek yang harus dihadapi pemerintah adalah :
1. Mengurangi jumlah uang yang beredar
2. Mengatasi Kenaikan biaya hidup.
Sementara masalah jangka panjang yang harus dihadapi adalah :
1. Pertambahan penduduk dan tingkat kesejahteraan penduduk yang rendah.
C. KEBIJAKAN PEMERINTAH UNTUK MENGATASI MASALAH EKONOMI MASA LIBERAL
Kehidupan ekonomi Indonesia hingga tahun 1959 belum berhasil dengan baik dan tantangan yang
menghadangnya cukup berat. Upaya pemerintah untuk memperbaiki kondisi ekonomi adalah
sebagai berikut.
1. Gunting Syafruddin
Kebijakan ini adalah Pemotongan nilai uang (sanering). Caranya memotong semua uang yang
bernilai Rp. 2,50 ke atas hingga nilainya tinggal setengahnya.
Kebijakan ini dilakukan oleh Menteri Keuangan Syafruddin Prawiranegara pada masa pemerintahan
RIS. Tindakan ini dilakukan pada tanggal 20 Maret 1950 berdasarkan SK Menteri Nomor 1 PU tanggal
19 Maret 1950
Tujuannya untuk menanggulangi defisit anggaran sebesar Rp. 5,1 Miliar.
Dampaknya rakyat kecil tidak dirugikan karena yang memiliki uang Rp. 2,50 ke atas hanya orang-
orang kelas menengah dan kelas atas. Dengan kebijakan ini dapat mengurangi jumlah uang yang
beredar dan pemerintah mendapat kepercayaan dari pemerintah Belanda dengan mendapat
pinjaman sebesar Rp. 200 juta.

2. Sistem Ekonomi Gerakan Benteng


Sistem ekonomi Gerakan Benteng merupakan usaha pemerintah Republik Indonesia untuk
mengubah struktur ekonomi yang berat sebelah yang dilakukan pada masa Kabinet Natsir yang
direncanakan oleh Sumitro Joyohadikusumo (menteri perdagangan). Program ini bertujuan untuk
mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional (pembangunan ekonomi
Indonesia). Programnya :
* Menumbuhkan kelas pengusaha dikalangan bangsa Indonesia.
* Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu diberi kesempatan untuk berpartisipasi
dalam pembangunan ekonomi nasional.
* Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu dibimbing dan diberikan bantuan kredit.
* Para pengusaha pribumi diharapkan secara bertahap akan berkembang menjadi maju.
Gagasan Sumitro ini dituangkan dalam program Kabinet Natsir dan Program Gerakan Benteng
dimulai pada April 1950. Hasilnya selama 3 tahun (1950-1953) lebih kurang 700 perusahaan bangsa
Indonesia menerima bantuan kredit dari program ini. Tetapi tujuan program ini tidak dapat tercapai
dengan baik meskipun beban keuangan pemerintah semakin besar. Kegagalan program ini
disebabkan karena :
* Para pengusaha pribumi tidak dapat bersaing dengan pengusaha non pribumi dalam kerangka
sistem ekonomi liberal.
* Para pengusaha pribumi memiliki mentalitas yang cenderung konsumtif.
* Para pengusaha pribumi sangat tergantung pada pemerintah.
* Para pengusaha kurang mandiri untuk mengembangkan usahanya.
* Para pengusaha ingin cepat mendapatkan keuntungan besar dan menikmati cara hidup mewah.
* Para pengusaha menyalahgunakan kebijakan dengan mencari keuntungan secara cepat dari kredit
yang mereka peroleh.
Dampaknya program ini menjadi salah satu sumber defisit keuangan. Beban defisit anggaran Belanja
pada 1952 sebanyak 3 Miliar rupiah ditambah sisa defisit anggaran tahun sebelumnya sebesar 1,7
miliar rupiah. Sehingga menteri keuangan Jusuf Wibisono memberikan bantuan kredit khususnya
pada pengusaha dan pedagang nasional dari golongan ekonomi lemah sehingga masih terdapat para
pengusaha pribumi sebagai produsen yang dapat menghemat devisa dengan mengurangi volume
impor.
3. Nasionalisasi De Javasche Bank
Seiring meningkatnya rasa nasionalisme maka pada akhir tahun 1951 pemerintah Indonesia
melakukan nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia. Awalnya terdapat peraturan
bahwa mengenai pemberian kredi tharus dikonsultasikan pada pemerintah Belanda. Hal ini
menghambat pemerintah dalam menjalankan kebijakan ekonomi dan moneter.
Tujuannya adalah untuk menaikkan pendapatan dan menurunkan biaya ekspor, serta melakukan
penghematan secara drastis.
Perubahan mengenai nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia sebagai bank sentral
dan bank sirkulasi diumumkan pada tanggal 15 Desember 1951 berdasarkan Undang-undang No. 24
tahun 1951.
4. Sistem Ekonomi Ali-Baba
Sistem ekonomi Ali-Baba diprakarsai oleh Iskaq Tjokrohadisurjo (mentri perekonomian kabinet Ali I).
Tujuan dari program ini adalah
• Untuk memajukan pengusaha pribumi.
• Agar para pengusaha pribumi Bekerjasama memajukan ekonomi nasional.
• Pertumbuhan dan perkembangan pengusaha swasta nasional pribumi dalam rangka merombak
ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional.
• Memajukan ekonomi Indonesia perlu adanya kerjasama antara pengusaha pribumi dan non
pribumi.
Ali digambarkan sebagai pengusaha pribumi sedangkan Baba digambarkan sebagai pengusaha non
pribumi khususnya Cina.
Pelaksanaan kebijakan Ali-Baba,
* Pengusaha pribumi diwajibkan untuk memberikan latihan-latihan dan tanggung jawab kepada
tenaga-tenaga bangsa Indonesia agar dapat menduduki jabatan-jabatan staf.
* Pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional
* Pemerintah memberikan perlindungan agar mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan
asing yang ada.
Program ini tidak dapat berjalan dengan baik sebab:
* Pengusaha pribumi kurang pengalaman sehingga hanya dijadikan alat untuk mendapatkan
bantuan kredit dari pemerintah. Sedangkan pengusaha non pribumi lebih berpengalaman dalam
memperoleh bantuan kredit.
* Indonesia menerapkan sistem Liberal sehingga lebih mengutamakan persaingan bebas.
* Pengusaha pribumi belum sanggup bersaing dalam pasar bebas.
5. Persaingan Finansial Ekonomi (Finek)
Pada masa Kabinet Burhanudin Harahap dikirim delegasi ke Jenewa untuk merundingkan masalah
finansial-ekonomi antara pihak Indonesia dengan pihak Belanda. Misi ini dipimpin oleh Anak Agung
Gede Agung. Pada tanggal 7 Januari 1956 dicapai kesepakatan rencana persetujuan Finek, yang
berisi :
* Persetujuan Finek hasil KMB dibubarkan.
* Hubungan Finek Indonesia-Belanda didasarkan atas hubungan bilateral.
* Hubungan Finek didasarkan pada Undang-undang Nasional, tidak boleh diikat oleh perjanjian lain
antara kedua belah pihak.
Hasilnya pemerintah Belanda tidak mau menandatangani, sehingga Indonesia mengambil langkah
secara sepihak. Tanggal 13 Februari1956, Kabinet Burhanuddin Harahap melakukan pembubaran Uni
Indonesia-Belanda secara sepihak.
Tujuannya untuk melepaskan diri dari keterikatan ekonomi dengan Belanda. Sehingga, tanggal 3 Mei
1956, akhirnya Presiden Sukarno menandatangani undang-undang pembatalan KMB.
Dampaknya :
Banyak pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya, sedangkan pengusaha pribumi belum
mampu mengambil alih perusahaan Belanda tersebut.
6. Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT)
Masa kerja kabinet pada masa liberal yang sangat singkat dan program yang silih berganti
menimbulkan ketidakstabilan politik dan ekonomi yang menyebabkan terjadinya kemerosotan
ekonomi, inflasi, dan lambatnya pelaksanaan pembangunan.
Program yang dilaksanakan umumnya merupakan program jangka pendek, tetapi pada masa kabinet
Ali Sastroamijoyo II, pemerintahan membentuk Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yang
disebut Biro Perancang Negara. Tugas biro ini merancang pembangunan jangka panjang. Ir. Juanda
diangkat sebagai menteri perancang nasional. Biro ini berhasil menyusun Rencana Pembangunan
Lima Tahun (RPLT) yang rencananya akan dilaksanakan antara tahun 1956-1961 dan disetujui DPR
pada tanggal 11 November 1958. Tahun 1957 sasaran dan prioritas RPLT diubah melalui
Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap). Pembiayaan RPLT diperkirakan 12,5 miliar rupiah.
RPLT tidak dapat berjalan dengan baik disebabkan karena :
* Adanya depresi ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa Barat pada akhir tahun 1957 dan awal
tahun 1958 mengakibatkan ekspor dan pendapatan negara merosot.
* Perjuangan pembebasan Irian Barat dengan melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan
Belanda di Indonesia menimbulkan gejolak ekonomi.
* Adanya ketegangan antara pusat dan daerah sehingga banyak daerah yang melaksanakan
kebijakan ekonominya masing-masing.
7. Musyawarah Nasional Pembangunan
Masa kabinet Juanda terjadi ketegangan hubungan antara pusat dan daerah. Masalah tersebut
untuk sementara waktu dapat teratasi dengan Musayawaraah Nasional Pembangunan (Munap).
Tujuan diadakan Munap adalah untuk mengubah rencana pembangunan agar dapat dihasilkan
rencana pembangunan yang menyeluruh untuk jangka panjang. Tetapi tetap saja rencana
pembangunan tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan baik karena :
* Adanya kesulitan dalam menentukan skala prioritas.
* Terjadi ketegangan politik yang tak dapat diredakan.
* Timbul pemberontakan PRRI/Permesta.
* Membutuhkan biaya besar untuk menumpas pemberontakan PRRI/ Permesta sehingga
meningkatkan defisit Indonesia.
* Memuncaknya ketegangan politik Indonesia- Belanda menyangkut masalah Irian Barat mencapai
konfrontasi bersenjata.

BAB 5
PERKEMBANGAN PEMERINTAHAN ORDE BARU
MASA ORDE BARU
Secara resmi presiden Soekarno mengakhiri kekuasaan dan menyerahkan kepada Letjen Soeharto
pada tanggal 20 Februari 1967 yang dikukuhkan dalam Sidang Istimewa MPRS dengan ketetapan
MPRS No. XXXIII/MPRS/1967. sehingga secara resmi Indonesia memasuki masa pemerintahan Orde
Baru.

Soekarno-Soeharo
Hakikat Orde Baru
Tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang diletakkan pada pelaksanaan
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Landasan Orde Baru :
1. Landasan Ideal : Pancasila
2. Landasan Konstitusional : UUD 1945
3. Landasan Operasional : TAP MPRS/MPR
Beberapa ketetapan MPRS pada masa Orde Baru :
• TAP MPRS No. IV/MPRS/1966 dan TAP MPRS No. IX/MPRS/1966 tentang pengukuhan tindakan
pengemban Supersemar yang membubarkan PKI beserta organisasi massanya.
• TAP MPRS No. XXV/MPRS/1966 tentang pelarangan faham dan ajaran Komunisme/Marxieme-
Leninisme di Indonesia
• TAP MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang pelurusan kembali tertib konstitusional berdasarkan
Pancasila dan tertib hukum
Pembangunan nasional selalu berpatokan pada Trilogi Pembangunan yaitu :
v Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju pada terciptanya keadilan sosial bagi
seluruh rakyat
v Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
v Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis
Yang diterapkan dalam Delapan Jalur Pemerataan yaitu :
1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, terutama sandang, pangan dan perumahan
2. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan
3. Pemerataan pembagian pendapatan
4. Pemerataan kesempatan kerja
5. Pemerataan kesempatan berusaha
6. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususunya bagi generasi muda dan
kaum wanita
7. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air
8. Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan
Bahasan Lengkap Mulai Diplomasi Beras,
Perjanjian Linggarjati, Perjanjian Renville,
sampai Konferensi Meja Bundar

Setelah penantian panjang untuk merebut kemerdekaan, akhirnya Indonesia


berhasil mengumandangkan proklamasi kemerdekaan pada pukul 10.00 tanggal
17 Agustus 1945. Bung Karno dan Bung Hatta adalah dua tokoh proklamator
yang mewakiliki Indonesia kala itu.

Meski telah berhasil memproklamasikan kemerdekaan, bukan berarti perjuangan


telah berakhir. Nyatanya, Indonesia masih punya tugas berat untuk
mempertahankan kemerdekaannya. Jepang memang telah kalah perang
sehingga memungkinkan Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan di
masa vacuum of power (kekosongan kekuasaan).

Akan tetapi, penyerahan kekuasaan Jepang kepada Sekutu yang ada di


Indonesia memberikan cerita lain. Komando Asia Tenggara (South East Asia
Command atau SEAC) di bawah pimpinan Laksamana Lord Louis Mounbatten
tidak datang hanya untuk melucuti Jepang yang telah kalah perang.
Lebih dari itu, mereka pun diboncengi oleh NICA, tentara Belanda yang ingin
kembali menguasai Indonesia. Belanda yang pernah menjajah Indonesia selama
3,5 abad masih merasa bahwa Indonesia seharusnya kembali di bawah
kekuasaannya, dan tidak seharusnya meraih kemerdekaan.

Mereka pun mulai melancarkan berbagai penyerangan dan upaya-upaya lain


untuk sedapat mungkin menguasai Indonesia. Namun, tentu saja rakyat
Indonesia yang merasa telah merdeka enggan menyerahkan kedaulatan dan
kemerdekaannya.

Dengan sekuat tenaga, perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia


dilakukan oleh seluruh rakyat Indonesia. Adapun bentuk-bentuk perjuangan
dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia tersebut, terdiri dari
perjuangan fisik dan diplomasi atau perjanjian.

Perjuangan fisik dilakukan dalam bentuk perlawanan bersenjata dan


perlawanan. Sementara perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia
dalam bentuk diplomasi dilakukan melalui perundingan-perundingan atau
perjanjian dalam berbagai forum internasional.

Bentuk-bentuk perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan melalui


diplomasi tersebut berupa:

1. Diplomasi Beras Tahun 1946

Diplomasi beras tahun 1946 adalah diplomasi yang dilakukan Indonesia dalam
rangka memperoleh simpati internasional. Diplomasi ini terjadi antara Indonesia
dan India. Kedua negara ini merasa memiliki persamaan dalam hal nasib dan
sejarah.

Yakni, Indonesia dan India sama-sama pernah dijajah dan menentang


penjajahan. Oleh karenaya, kedua pun berusaha untuk membantu. Ketika rakyat
India mengalami kekurangan bahan makanan, maka pemerintah Indonesia
menawarkan bantuan padi sejumlah 500.000 ton.
Hal inilah yang membuatnya disebut sebagai diplomasi beras. Perjanjian
bantuan beras Indonesia kepada India ditandatangani pada tanggal 18 Mei
1946. Selain memberikan bantuan, Indonesia juga menerima bantuan obat-
obatan dari Indonesia. Jadi, perjanjian ini pun dapat dikatakan sebagai barter.

Dampak yang ditimbulkan dari diplomasi beras ini adalah Indonesia semakin
mendapat simpati dunia internasional dalam perjuangan mempertahankan
kemerdekaannya dan mengusir Belanda.

2. Perundingan Linggarjati

Perundingan Linggarjati dilakukan pada tanggal 10 November 1946. Dinamakan


perjanjian Linggarjati karena perjanjian ini memang berlangsung di daerah
Linggarjati, dekat Cirebon. Di dalam perjanjian linggarjati, Indonesia diwakili
oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir sedangkan Belanda diwakili oleh Prof.
Scermerhorn.

Pernjanjian Linggarjati dipimpin oleh Lord Killearn, yang merupakan seorang


diplomat Inggris. Hasil perundingan linggarjati ini cukup berarti bagi Indonesia.
ini karena isi perjanjian Linggarjati dapat memberikan peluang baru bagi
Indonesia untuk mendapatkan kedaulatan negerinya sendiri.

Meski pun, memang Belanda pun juga mendapatkan keuntungan dari hasil
perundingan Linggarjati ini. Agar lebih jelas, berikut ini adalah beberapa
keputusan atau isi Perjanjian Linggarjati :

a)             Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia meliputi Jawa, Madura,
dan Sumatra.
b)            Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama membentuk Negara
Indonesia Serikat, dengan nama Republik Indonesia Serikat, yang salah satu
negara bagiannya adalah Republik Indonesia.

c)             Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia
Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya.

Meski isi perjanjian telah diuraikan secara jelas, namun dalam perkembangan
selanjutnya, Belanda melanggar ketentuan perundingan tersebut. Pelanggaran
Belanda atas perjanjian linggarjati ini dilakukan dengan menjalankan agresi
militer Belanda I tanggal 21 Juli 1947.

4. Perundingan Renville

Karena perjanjian Linggarjati dapat dikatakan telah gagal, maka Indonesia


kembali berusaha mengupayakan perundingan selanjutnya untuk kembali
mempertahankan kemerdekaan, yakni melalui perjanjian Renville.

Disebut sebagai perjanjian Renville karena Perundingan ini dilaksanakan di atas


Geladak Kapal Renville milik Amerika Serikat pada tanggal 17 Januari 1948.
Dalam perundingan Renville tersebut, pemerintah Indonesia diwakili Perdana
Menteri Amir Syarifuddin.

Dari pihak Belanda diwakili oleh Abdul Kadir Widjojoatmodjo. Hasil perjanjian
Renville ini memberikan peluang kedaulatan bagi Indonesia, meski posisinya
semakin terdesak oleh Belanda. Berikut ini adalah isi perjanjian Renville tersebut
:

a)             wilayah Indonesia diakui berdasarkan garis demarkasi (garis van Mook),
b)            Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia sampai Republik
Indonesia Serikat terbentuk,

c)             Kedudukan RIS dan Belanda sejajar dalam Uni Indonesia-Belanda,

d)            RI merupakan bagian dari RIS, dan

e)             Pasukan RI yang berada di daerah kantong harus ditarik ke daerah RI.

Meski isi perjanjian Renville ini sudah cukup jelas, namun sayang nasib dan
kelanjutan Perundingan Renville relatif sama dengan Perundingan Linggarjati.
Pada akhirnya, Belanda pun kembali melanggar perjanjian renville ini.

Hal ini dilakukannya dengan melakukan agresi militer II terhadpa Indonesia


pada tanggal 19 Desember 1948.

5. Konferensi Asia di New Delhi

Perundingan-perundingan yang dilakukan oleh Indonesia semakin gencar saja.


Indonesia bahkan melangsungkan Konferensi Asia di New Delhi yang di
selenggarakan pada tanggal 20 - 25 Januari 1949.

Di dalam konferensi Asia ini, hadir 19 negara termasuk utusan dari Mesir, Italia,
dan New Zealand. Beberapa wakil dari Indonesia antara lain Mr. Utoyo Ramelan,
Sumitro Djoyohadikusumo, H. Rosyidi, dan lain-lain.

Hasil konferensi Asia ini meliputi:

a.       Pengembalian Pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakarta,

b.      Pembentukan pemerintahan AD Interim sebelum tanggal 15 Maret 1949,

c.       Penarikan tentara Belanda dari seluruh wilayah Indonesia,

d.      Penyerahan kedaulatan kepada Pemerintah Indonesia Serikat paling lambat


tanggal 1 Januari 1950.
Untuk menanggapi rekomendasi dari Konferensi New Delhi ini, Dewan Keamanan
PBB turut mengeluarkan sebuah resolusi pada tanggal 28 Januari 1949. Resolusi
dewan Keamanan PBB ini isinya

a.       Penghentian operasi militer dan gerilya,

b.      Pembebasan tahanan politik Indonesia oleh Belanda,

c.       Pemerintah RI kembali ke Yogyakarta, dan akan diadakan perundingan


secepatnya.

Dampak dari berlangsungnya Konferensi Asia di New Delhi ini sangat jelas dan
positif bagi Indonesia. Dari konferensi ini, Indonesia semakin mendapat
dukungan internasional dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaannya
dari ancaman Belanda.

7. Perundingan Roem - Royen

Agresi Militer Belanda II yang merupakan bentuk pelanggaran dari isi perjanjian
Renville ini menimbulkan reaksi yang cukup keras dari Amerika Serikat dan
Inggris, dan bahkan PBB. Reaksi ini pun tak lepas dari kepiawaian pada diplomat
Indonesia dalam memperjuangkan dan menjelaskan realita terjadinya agresi ini
pada PBB.

Salah satu diplomat handal Indonesia tersebut adalah L.N. Palar. Ia berhasil
menguraikan dengan sangat baik dan jelas sehingga PBB dan negara lain
mengerti kondisi Indonesia yang dirugikan oleh Belanda.

Sebagai reaksi dari Agresi Militer Belanda, PBB  kemudian memperluas


kewenangan KTN (Komisi Tiga Negara). KTN lalu diubah menjadi UNCI. UNCI
adalah kependekan dari United Nations Commission for Indonesia.
UNCI dipimpin oleh Merle Cochran (Amerika Serikat), serta dibantu oleh
Critchley (Australia) dan Harremans (Belgia). UNCI bekerja sebagai penengah
dan mencari jalan damai antara Belanda dan Indonesia.

Hasil kerja UNCI di antaranya adalah dengan mengadakan Perjanjian Roem-


Royen antara Indonesia Belanda. Perjanjian Roem Royen berhasil
diselenggarakan pada tanggal 14 April 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta.

Dalam perundingan Roem Royen ini, PBB diwakili oleh Merle Cochran (Amerika
Serikat), delegasi Republik Indonesia dipimpin oleh Mr. Moh. Roem, sedangkan
delegasi Belanda dipimpin oleh van Royen. Dari nama perwakilan Roem dan
Royen inilah, perundingan ini kemudian disebut sebagai perundingan Roem-
Royen.

Dalam perundingan Roem-Royen, masing-masing pihak yang berunding dapat


mengajukan statement. Delegasi Indonesia menyatakan kesediaan pemerintah
Republik Indonesia untuk:

a.       menghentikan perang gerilya,

b.      bekerja sama dalam mengembalikan perdamaian dan menjaga ketertiban dan
keamanan,

c.       ikut serta dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag untuk mempercepat
pengakuan kedaulatan kepada Negara Indonesia Serikat dengan tanpa syarat.

Sementara pernyataan dari delegasi Belanda, yaitu:

a.       menyetujui kembalinya pemerintah RI ke Yogyakarta,

b.      menjamin penghentian gerakan militer dan pembebasan semua tahanan


politik,

c.       tidak akan mendirikan atau mengakui negara-negara yang ada di daerah yang
dikuasai oleh RI sebelum 19 Desember 1948

d.      menyetujui adanya Republik Indonesia sebagai bagian dari RIS, dan
berusaha agar KMB segera diadakan sesudah RI kembali ke Yogyakarta.
Dari usulan kedua pihak tersebut, akhirnya diperoleh kesepakatan yang
ditandatangani sebagai isi perjanjian Roem Royen pada tanggal 7 Mei 1949. Isi
perjanjian Roem Royen tersebut adalah :

a.       Pemerintah RI dan Belanda sepakat untuk menghentikan tembak-menembak


dan bekerja sama untuk menciptakan keamanan.

b.      Pemerintah Belanda akan segera mengembalikan pemerintah Indonesia ke


Yogyakarta, dan

c.       kedua belah pihak sepakat untuk menyelenggarakan Konferensi Meja Bundar
(KMB) di Den Haag, Belanda.

8. Konferensi Meja Bundar (KMB)

Konferensi Meja Bundar (KMB) merupakan tindak lanjut dari Perundingan


Roem-Royen yang telah berlangsung sebelumnya. Sebelum pelaksanaan KMB,
RI juga mengadakan pertemuan dengan BFO (Badan Permusyawaratan Federal).

Pertemuan dengan BFO ini dikenal dengan dengan sebutan Konferensi Inter-
Indonesia (KII) Tujuan KII adalah untuk menyamakan langkah dan sikap
sesama bangsa Indonesia dalam menghadapi Konferensi Meja Bundar
selanjutnya.

Konferensi Inter-Indonesia diadakan pada tanggal 19 - 22 Juli 1949 di


Yogyakarta dan pada tanggal 31 Juli sampai 2 Agustus 1949 di Jakarta.
Perundingannya difokuskan pada pembentukan Republik Indonesia Serikat
(RIS).

Keputusan yang cukup penting hasil dari konferensi ini adalah akan dilakukan
pengakuan kedaulatan tanpa ikatan politik dan ekonomi. Pada bidang
pertahanan diputuskan pula beberapa hal berikut :

a.       Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) adalah Angkatan Perang
Nasional,

b.      TNI menjadi inti APRIS, dan negara bagian tidak memiliki angkatan perang
sendiri.
Berikutnya, Indonesia dan Belanda melakukan KMB sebagai langkah nyata
dalam diplomasi untuk mencari penyelesaian sengketa antar kedua negara.
Kegiatan KMB dilaksanakan di Den Haag, Belanda tanggal 23 Agustus sampai 2
November 1949.

KMB dihadiri oleh delegasi dari Indonesia, BFO, Belanda, dan perwakilan UNCI.
Berikut adalah para delegasi yang hadir dalam KMB:

a.       Indonesia terdiri dari Drs. Moh. Hatta, Mr. Moh. Roem, Prof.Dr. Mr. Soepomo.

b.      BFO dipimpin Sultan Hamid II dari Pontianak.

c.       Belanda diwakili Mr. van Maarseveen.

d.      UNCI diwakili oleh Chritchley.

Perundingan yang dilakukan dalam KMB memang cukup alot dan panjang.
Namun, pada akhirnya KMB dapat memberikan hasil berupa beberapa keputusan
berikut :

a.       Belanda mengakui RIS sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.

b.      Pengakuan kedaulatan dilakukan selambat-lambatnya tanggal 30 Desember


1949.

c.       Masalah Irian Barat akan diadakan perundingan lagi dalam waktu 1 tahun
setelah pengakuan kedaulatan RIS.

d.      Antara RIS dan Kerajaan Belanda akan diadakan hubungan Uni Indonesia
Belanda yang dikepalai Raja Belanda.

e.       Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik dari Indonesia dengan catatan
beberapa orvet akan diserahkan kepada RIS.

f.       Tentara Kerajaan Belanda selekas mungkin ditarik mundur, sedang Tentara
Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) akan dibubarkan dengan catatan bahwa par
anggotanya yang diperlukan akan dimasukkan dalam kesatuan TNI.

Sebagai tindak lanjut dari KMB ini, pada tanggal 27 Desember 1949
dilaksanakan penandatanganan pengakuan kedaulatan Indonesia secara
bersamaan di Belanda dan di Indonesia.
Di negeri Belanda, Ratu Juliana, Perdana Menteri Dr. Willem Dress, Menteri
Seberang Lautan Mr. A.M.J. A. Sassen, dan Drs. Moh. Hatta, bersama
menandatangani naskah pengakuan kedaulatan.

Sedangkan di Jakarta Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Wakil Tinggi Mahkota
Belanda A.H.J. Lovink menandatangani naskah pengakuan kedaulatan.

Adapun beberapa dampak dan pengaruh KMB bagi rakyat Indonesia, yakni
sebagai berikut :

a.       Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia.

b.      Konflik dengan Belanda dapat diakhiri dan pembangunan segera dapat dimulai.

c.       Irian Barat belum bisa diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat.

d.      Bentuk negara serikat tidak sesuai dengan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan
17 Agustus 1945

Sejarah Penjajahan Jepang di Indonesia


Nasional

Author admin - October 23, 2014

Awal terjadinya penjajahan oleh Jepang di Indonesia dimulai pada saat Jepang melakukan
penaklukan Asia Tenggara di tahun 1941 dan faksi dari Sumatra menerima bantuan pihak
Jepang untuk menjalankan rencana revolusi mereka terhadap pemerintahan Belanda. Satu
tahun setelahnya, pihak Jepang akhirnya berhasil menghabisi seluruh pasukan Belanda yang
ada di Indonesia. Apa yang dilakukan oleh prajurit Jepang kepada rakyat berbeda-beda
tergantung tempat tinggal dan status sosial mereka. Bagi mereka yang tinggal di daerah yang
dianggap strategis dalam perang, siksaan, perbudakan, hukuman mati, dan kejahatan perang
lainnya merupakan hal biasa. Yang paling sering menjadi target penganiayaan ini rata-rata
adalah orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda.
Latar Belakang yang Mendasari Penjajahan Jepang di Indonesia
Pada tahun 1941, pasukan Jepang melihat bahwa Amerika, Inggris, dan Belanda harus
diperangi bersamaan, apalagi karena Amerika melakukan embargo minyak yang amat mereka
butuhkan. Pada tahun itu, Admiral Isoroku Yamamoto mengembangkan strategi perang untuk
melakukan dua operasi besar-besaran. Operasi pertama adalah operasi yang dikenal sebagai
salah satu penyerangan yang terbesar dalam sejarah Perang Dunia II, penyerangan terhadap
basis Armada Pasifik Amerika Pearl Harbor yang terletak di kepulauan Hawaii. Operasi
kedua merupakan penyerangan atas Filipina dan Malaya atau Singapura yang kemudian
berlanjut ke Jawa.

Minggu pagi tanggal 7 Desember 1941 Jepang melancarkan seranggan rahasia ke Pearl
Harbor, ratusan pesawat pembom dan pesawat tempur Jepang diberangkatkan dalam dua
gelombang. Penyerangan ini berhasil mencederai daya tempur dan menewaskan ribuan
serdadu Amerika. Namun, tiga kapal induk Amerika Serikat selamat karena tidak sedang
berada di Pearl Harbor saat serangan berlangsung. Esoknya, pada tanggal 8 Desember 1941,
dewan kongres Amerika Serikat mengeluarkan pernyataan perang terhadap Jepang yang
menjadi langkah awal mereka untuk ikut terlibat pada Perang Dunia Kedua.

Penyerangan tadi bagi pasukan Jepang hanyalah permulaan, karena pada bulan Januari
sampai dengan bulan Februari di tahun 1942, Jepang berhasil menduduki Filipina, Tarakan,
Balikpapan, Pontianak, Samarinda dan penaklukan terhadap Palembang dilakukan paling
akhir. Untuk melawan pasukan Jepang, sebuah komando gabungan yang diberi nama
ABDACOM atau American British Dutch Australian Command dibentuk oleh pasukan
Sekutu di Bandung dengan Jenderal Sir Archibald Wavell sebagai pemimpinnya. Pada
tanggal 5 Maret 1942, Batavia berhasil ditaklukan oleh Jepang dan Belanda secara resmi
menyerah pada tanggal 8 Maret 1942. Kejadian ini menandai awal sejarah penjajahan Jepang
di Indonesia.

Meskipun tujuan awal mereka memang untuk menduduki Indonesia, pihak Jepang membuat
propaganda untuk merebut hati rakyat pribumi. Slogan yang dikenal dengan semboyan 3A
tersebut berbunyi “Jepang pemimpin Asia, Jepang cahaya Asia, Jepang pelindung Asia.”
Karena zaman Jepang merupakan pemerintahan militer, tentara Jepang merubah Indonesia
menjadi tiga wilayah pengaturan, yaitu:

1. Tentara XVI bertugas untuk memerintah wilayah Jawa dan Madura dengan Jakarta sebagai
pusatnya.
2. Tentara XXV ditugaskan untuk memerintah Sumatra dengan Bukittinggi sebagai pusatnya.
3. Armada Selatan II dengan wilayah yang terdiri dari Kalimantan sampai Sulawesi termasuk
Nusa Tenggara, Maluku, Papua dengan Makassar sebagai pusatnya.

Romusha dan Penyiksaan Warga


Mengingat situasi mereka yang sedang dalam perang, Jepang mulai berpikir untuk
membangun sarana-sarana seperti misalnya kubu pertahanan, jalan, lapangan udara, hingga
benteng. Namun, tidak mungkin mereka memerintahkan tentara mereka. Karena hal ini,
penjajahan Jepang di Indonesia mungkin adalah sejarah terkejam yang dialami bangsa
Indonesia. Puluhan ribu rakyat dijadikan romusha dan dikirim ke kamp-kamp kerja paksa.
Puluhan ribu warga Jawa dikirim untuk menerabas hutan dalam pembangunan jalur kereta api
di Sumatera, yang melintang dari Muaro Sijunjung hingga Pekanbaru.

Para romusha diperlakukan layaknya bukan manusia. Dari pagi buta hingga senja, mereka
harus melakukan kerja kasar tanpa makan maupun perawatan yang menyebabkan kondisi
fisik mereka sangat lemah. Kondisi fisik yang lemah ini membuat mereka menjadi semakin
rentan akan berbagai jenis penyakit, bahkan hingga meninggal dunia di tempat. Seakan belum
cukup, pasukan Jepang juga memberi siksaan seperti cambukan, pukulan, dan menembak
para romusha yang berani melawan perintah mereka.

Organisasi Semi Militer


Pihak militer Jepang mengeluarkan kebijakan untuk membentuk organisasi-organisasi semi
militer yang berisi rakyat Indonesia. Organisasi-organisasi yang tercatat dalam sejarah
penjajahan Jepang di Indonesia adalah:

1. Seinendan : adalah organisasi pemuda yang berusia antara 15-25 tahun yang kemudian
diubah menjadi 14-22 tahun.
2. Keibodan : adalah barisan pembantu polisi Jepang dengan tugas kepolisian seperti
penjagaan lalu lintas. Anggotanya adalah pemuda dengan usia 20-35 tahun yang kemudian
berubah menjadi 26-35 tahun.
3. Heiho : merupakan pembantu prajurit Jepang yang anggotanya berumur antara 18-25
tahun. Untuk menjadi Heiho, seseorang harus berbadan sehat, berkelakuan baik, dan paling
tidak telah lulus Sekolah Rakyat (Sekolah Dasar)
4. Pembela Tanah Air (PETA) : diprakarsai oleh Gatot Mangkupraja dan disahkan melalui
Osamu Seirei No.44 pada 3 Oktober 1943. Banyak anggota PETA yang kecewa pada
pemerintah pendudukan Jepang, mendorong pemberontakan PETA di Blitar pada tanggal 14
Februari 1945.
5. Fujinkai : Organisasi wanita yang anggotanya berusia minimal 15 tahun.

Masa-Masa Akhir Penjajahan Jepang


Pada tanggal 6 Agustus 1945, pasukan perang Amerika Serikat menjatuhkan 2 bom atom di
Hiroshima dan Nagasaki. Hal ini membuat Jepang kemudian menyerah kepada sekutu.
Momen ini kemudian dimanfaatkan oleh rakyat Indonesia untuk memproklamasikan
kemerdekaannya. Perjuangan terakhir rakyat untuk merdeka ini akhirnya menjadi bagian
penutup sejarah penjajahan Jepang di Indonesia.
Perumusan Pancasila (Banyak Keluarnya). 

Perumusan pancasila oleh Soekarno, M. Yamin dan Soepomo. kalo kami menghapal yg mudah
adalah: M. Yamin (peri2 dan Kesejahteraan Rakyat), Soepomo (Sosialisasi Negara), Ir. Soekarno
(Kesejahteraan sosial). 

Lebih baik dihapalkan semua dari masing-masing tokoh. Organisasi (Banyak keluar)

Organisasi yang ada sekitar kemerdekaan ada banyak, seperti PPKI, BPUPKI, 3 Serangkai, Taman
Siswa, Muhammadiyah. pokoknya organisasi tahun 1900++ sampai Indonesia Merdeka. 

Kami sarankan untuk menghapal nama ketua, kapan dibentuknya, hasil sidang (terutama sidangnya
PPKI), anggota (terutama panitia 9).

Perjanjian

Biasanya perjanjian mengenai konflik dengan Belanda. mulai dari linggarjati, renville, roem royen,
KMB. Kalo ini kadang soal yg keluar menanyakan isi perjanjian, kadang menanyakan tempatnya
dimana kadang pula tokoh perjanjiannya siapa saja. Sama perjanjian menyerahnya Belanda tanpa
syarat ke jepang (perjanjian kalijati).

https://books.google.co.id/books?
id=C5SFAHkeXTAC&pg=PA21&dq=proklamasi+kemerdekaan+indonesia&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEw
jtg6uFscPWAhWBr48KHUOwAXw4HhDoAQgkMAA#v=onepage&q=proklamasi%20kemerdekaan
%20indonesia&f=false

AGRESI MILITER BELANDA I DAN II


Diposting oleh RH SangPembelajar di 22.45

2. 1. Pengertian Agresi Militer I dan II

"Operatie Product (bahasa Indonesia: Operasi Produk) atau yang dikenal di Indonesia
dengan nama Agresi Militer Belanda I adalah operasi militer Belanda di Jawa dan Sumatera terhadap
Republik Indonesia yang dilaksanakan dari 21 Juli 1947 sampai 5 Agustus 1947. Operasi militer ini
merupakan bagian Aksi Polisionil yang diberlakukan Belanda dalam rangka mempertahankan
penafsiran Belanda atas Perundingan Linggarjati. Dari sudut pandang Republik Indonesia, operasi ini
dianggap merupakan pelanggaran dari hasil Perundingan Linggajati.

Sedangkan Agresi Militer Belanda II atau Operasi Gagak adalah operasi militer Belanda
kedua yang terjadi pada 19 Desember 1948 yang diawali dengan serangan terhadap Yogyakarta, ibu
kota Indonesia saat itu, serta penangkapan Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh
lainnya. Jatuhnya ibu kota negara ini menyebabkan dibentuknya Pemerintahan Darurat Republik
Indonesia di Sumatera yang dipimpin oleh Sjafrudin Prawiranegara.

2. 2. Agresi Militer Belanda I

2. 2. 1. Penyebab Terjadinya Agresi Militer Belanda I

Agresi militer Belanda I diawali oleh perselisihan Indonesia dan Belanda akibat perbedaan
penafsiran terhadap ketentuan hasil Perundingan Linggarjati. Pihak Belanda cenderung
menempatkan Indonesia sebagai negara persekmakmuran dengan Belanda sebagai negara induk.
Sebaliknya, pihak Indonesia tetap teguh mempertahankan kedaulatannya, lepas dari Belanda.

2. 2. 2. Tujuan Belanda Mengadakan Agresi Militer I

Adapun tujuan Belanda mengadakan agresi militer I yaitu sebagai berikut:

        Tujuan politik

Mengepung ibu kota Republik Indonesia dan menghapus kedaulatan Republik Indonesia.

        Tujuan ekonomi

Merebut pusat-pusat penghasil makanan dan bahan ekspor.

        Tujuan militer

Menghancurkan Tentara Nasional Indonesia (TNI).

2. 2. 3. Kronologis Terjadinya Agresi Militer I


Sesudah penandatanganan Persetujuan Linggarjati, Belanda berusaha keras memaksakan
interpretasi mereka sendiri dan berjalan sendiri untuk membentuk negara-negara bagian yang akan
menjadi bagian dari negara Indonesia Serikat, sesuai dengan keinginan mereka. Hal ini diawali
dengan konferensi yang diselenggarakannya di Malino, Sulawesi Selatan, dan kemudian di Denpasar,
Bali. Di sana mereka berhasil membentuk negara boneka Indonesia Timur dengan dibantu oleh
orang-orang yang pro Belanda seperti Sukawati dan Anak Agung Gde Agung. Anak Agung Gde
memang sejak awal sudah memusuhi pemuda-pemuda pro Republik di daerahnya, serta mengejar-
ngejar dan menangkapinya.

Memang tujuan utama Belanda penandatanganan Persetujuan Linggarjati ialah menjadikan


negara Republik Indonesia yang sudah mendaptkan pengakuan de facto dan juga de jure oleh
beberapa negara, kembali menjadi satu negara bagian saja seperti juga negara-negara boneka yang
didirikannya, yang akan diikutsertakan dalam pembentukan suatu negara Indonesia Serikat. Langkah
Belanda selanjutnya ialah memajukan bermacam-macam tuntutan yang pada dasarnya hendak
menghilangkan sifat negara berdaulat Republik dan menjadikannya hanya negara bagian seperti
negara boneka yang diciptakannya di Denpasar. Yang menjadi sasaran uatamanya ialah menghapus
TNI dan perwakilan-perwakilan Republik di luar negeri, karena keduanya merupakan atribut negara
berdaulat.

Semua tuntutan Belanda ditolak. Sementara itu keadaan keuangan Belanda sudah gawat,
dan kalau masalah Indonesia tidak cepat diselesaikan maka besar kemungkinan Belanda akan
bangkrut. Agresi militer pertama dilakukan Belanda berlatar dua pokok di atas, yaitu melenyapkan
Republik Indonesia sebagai negara merdeka dengan menghilangkan semua atribut kemerdekaannya,
dan keadaan keuangan Belanda yang sangat gawat.

Dalam serangan Belanda yang pertama itu mereka bermaksud hendak menduduki
Yogyakarta yang telah menjadi ibu kota perjuangan Republik Indonesia, dan menduduki daerah-
daerah yang penting bagi perekonomian Belanda, yaitu daerah-daerah perkebunan, ladang minyak
dan batu baik di Sumatera maupun di Jawa. Usaha ini untuk sebagian berhasil; mereka berhasil
menduduki daerah-daerah perkebunan yang cukup luas, di Sumatera Timur, Palembang, Jawa Barat
dan Jawa Timur. Dari hasil penjualan produksi perkebunan-perkebunan yang masih terkumpul,
mereka mengharapkan mendapatkan uang sejumlah US$ 300 juta, sedangkan biaya agresi militer
diperhitungkan akan memakan US$ 200 juta, jadi masih ada ”untung” US$ 100 juta. Sasaran yang
satu lagi, yaitu menduduki Yogyakarta tidak tercapai, karena pada tanggal 4 Agustus 1947 Dewan
Keamanan memerintahkan penghentian tembak menembak. Selanjutnya PBB membentuk Komisi
PBB yang terdiri atas tiga negara: satu dipilih oleh Indonesia, satu oleh Belanda dan yang satu lagi
dipilih bersama. Komisi Tiga Negara ini terdiri atas Amreika Serikat, Australia dan Belgia. Sjahrir
memilih Australia, dan bukan India, karena India sudah dianggap oleh dunia sebagai pro Indonesia,
sedangkan Australia adalah negara bangsa kulit putih, yang dianggap lebih obyektif pendiriannya
dalam mendukung perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Perkiraan Belanda dengan mengadakan agresi militernya yang pertama meleset sama sekali;
karena tanpa diperhitungkan sejak semula, bahwa Dewan Keamanan PBB akan bertindak atas usul
India dan Australia. India dan Australia sangat aktif mendukung Republik di dalam PBB, di mana Uni
Soviet juga memberika dukungannta. Akan tetapi, peranan yang paling penting akhirnya dimainkan
oleh Amerika Serikat. Mereka yang menentukan kebijakan Belanda, bahkan yang lebih progresif di
antara mereka, merasa yakin bahwa sejarah dan pikiran sehat memberi mereka hak untuk
menetukan perkembangan Indonesia, tetapi hak ini hanya dapat dijalankan dengan menghancurkan
Republik terdahulu. Sekutu-sekutu utama negeri Belanda terutama Inggris, Australia, dan Amerika
(negara yang paling diandalkan Belanda untuk memberi bantuan pembangunan kembali di masa
sesudah perang) tidak mengakui hak semacam itu kecuali jika rakyat Indonesia mengakuinya, yang
jelas tidak demikian apabila pihak Belanda harus menyandarkan diri pada penaklukan militer.
Mereka mulai mendesak negeri Belanda supaya mengambil sikap yang tidak begitu kaku, dan PBB
menjadi forum umum untuk memeriksa tindakan-tindakan Belanda.

Untuk pertama kali sejak PBB didirikan pada tahun 1945, badan ini mengambil tindakan
mengentikan penyerangan militer di dunia dan memaksa agresor agar menghentikan serangannya.
Belanda yang menginginkan supaya masalah Indonesia dianggap sebagai suatu persoalan dalam
negeri antara Belanda dan jajahannya, telah gagal, dan masalah Indonesia-Belanda menjadi menjadi
masalah internasional. Kedudukan Republik Indonesia menjadi sejajar dengan kedudukan negara
Belanda dalam pandangan dunia umumnya.

2. 2. 4. Dampak Agresi Militer I bagi Bangsa Indonesia.

Dampak yang diperoleh bangsa Indonesia akibat adanya agresi militer I oleh pihak Belanda
yaitu sempat dikuasainya beberapa daerah-daerah perkebunan yang cukup luas, di Sumatera Timur,
Palembang, Jawa Barat dan Jawa Timur. Meski PBB telah turut membantu mengatasi agresi militer
yang dilakukan Belanda terhadap Indonesia dengan diadakan penghentian tembak menembak, tidak
berarti bahwa tindakan militer Belanda langsung terhenti. Mereka terus-menerus mengadakan
gerakan pembersihan untuk mengamankan dareah-dareah yang telah didudukinya. Dalam gerakan
pembersihan ini sering pula terjadi tindakan kejam oleh pasukan Belanda, terutama di dareah-
daerah yang sudah mereka duduki namun tidak dapat dikuasai, umpamanya dareah sekitar
Krawang-Bekasi

Di sekitar Bekasi beroperasi pasukan kita yang dipimpin oleh Lukas Kustrayo. Setelah
pembentukan BKR ia langsung bergabung, dan pasukan yang dibentuknya beroperasi di sekitar
Bekasi. Setelah Belanda meyerang pada bulan Juli 1947 Lukas tetap beroperasi di sana dan tetap
menganggu kehadiran Belanda di daerah itu, juga setelah diadakan pengehentian tembak-
menembak. Kegiatan Lukas sangat menjengkelkan Belanda, sehingga Lukas diberi julukan ”Tijger van
West Jawa” (Harimau Jawa Barat). Belanda terus-menerus berusaha mengejar Lukas dan
pasukannya, tetapi selalu tidak berhasil. Setelah mereka mengetahui bahwa Lukas bermarkas di desa
Rawagede, mereka menyerbu desa itu pada tanggal 9 Desember 1947, dan lagi-lagi Lukas dan
pasukannya lolos. dalam kemarahan dan frustasi karena usaha mereka tidak berhasil, pasukan
Belanda menembaki rakyat desa Rawagede secara membabi buta dan membunuh 491 orang dewasa
dan anak-anak. Kekejaman Belanda ini tidak pernah kita ungkapkan ke dunia luar, karena pada
waktu itu memang kita tidak mempunyai aparat untuk melakukanya.

Kekejaman Belanda lain yang dapat disebut adalah pembantaian rakyat Sulawesi Selatan
pada bulan Januari 1948 oleh pasukan Kapten Wasterling, yang juga tidak pernah dihukum. Juga
peristiwa kapten api maut di Jawa Timur, ketika prajurit-prajurit Republik Indonesia yang tertawan
oleh Belanda diamsukkan dalam gerbong kereta api yang kemudian ditutup rapat tanpa ventilasi,
sehingga semua tawanan mati lemas karena kepanasan dan kehabisan udara.

2. 2. 5. Perjuangan Bangsa Indonesia Terhadap Agresi Militer Belanda

a.      Keampuhan Strategi Diplomasi

Harus daikui, TNI mengalami pukulan berat berat saat agresi militer Belanda I itu. Akan
tetapi, kekalahan itu tidak menyurutkan perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Ketika itulah perjuangan diplomasi memegang peranan penting. Tanpa kenal lelah, para tokoh
Indonesia di luar negeri membela kepentingan Indonesia. Mereka berusaha menunjukkan kepada
dunia internasional bahwa Indonesia layak dan mampu merdeka dan berdaulat.

Keberhasilan perjuangan diplomasi terbukti dari munculnya reaksi keras terhadap tindakan
agresi militer Belanda. India dan Australia mengajukan resolusi kepada Dewan Keamanan PBB.
Amerika Serikat menyerukan agar Indonesia dan Belanda menghentikan permusuhan Polandia dan
Uni Soviet mendesak agar pasukan Belanda ditarik dari wilayah RI. Di tengah reaksi dunia
internasional, pada tanggal 3 Agustus 1947, Belanda menerima resolusi Dewan Keamanan PBB untuk
menghentikan tembak-menembak.

b.      Perundingan Renville

Pada tanggal 18 September 1947, Dewan Keamanan PBB membentuk Commite of Good
Offices (Komite Jasa-jasa Baik). Komite itu kemudian terkenal dengan sebutan Komisi Tiga Negara
(KTN). Anggota KTN terdiri atas wakil Australia, Richard Kiby, wakil Belgia, Paul van Zeeland, dan
wakil Amerika Serikat, Frank Graham. Terpilihnya Australia dalam KTN merupakan permintaan pihak
Indonesia, sedangkan terpilihnya Belgia merupakan permintaan pihak Belanda. Kemudian Australia
dan Belgia menentukan anggota KTN ketiga, yaitu Amerika Serikat.

Tugas pokok KTN adalah mecari penyelesaian damai terhadap masalah perselisihan antara
Indonesia dan Belanda. Untuk itu, KTN menawarkan perundingan kepada kedua negara. Amerika
Serikat mengusulkan tempat pelaksanaan perundingan yang di luar wilayah pendudukan Belanda
maupun wilayah Republik Indonesia. Tempat yang dimaksud adalah sebuah kapal AS bernama
Renville, yang sedang berlabuh di Tanjung Priok. Perundingan itu terkenal dengan sebutan
Perundingan Renville.

Dalam perundingan itu, delegasi Indonesia dipimpin oleh Amir Syarifuddin, sedangkan
delegasi Belanda dipimpin oleh Abdullah Wijoyoatmojo. Perundingan berlangsung alot karena baik
Indonesia maupun Belanda cenderung berpegang teguh pada pendirian masing-masing. Akhirnya,
pada tanggal 17 Januari 1948, hasil Perundingan Renville disepakati dan ditandatangani.

Hasil Perundingan Renville

        Penghentian tembak-menembak.

        Daerah-daerah di belakang garis van Mook harus dikosongkan dari pasukan RI.

        Belanda bebas membentuk negara-negara federal di daerah-daerah yang didudukinya dengan
melalui plebisit terlebih dahulu.

        Dalam Uni Indonesia-Belanda, Negara Indonesia Serikat akan sederajat dengan Kerajaan Belanda.
Akibat Perundingan Renville, wilayah Indonesia yang diakui menjadi semakin sempit. Itulah
sebabnya, hasil Perundingan Renville mengundang reaksi keras dari kalangan partai politik, hasil
perundingan itu memperlihatkan kekalahan perjuangan diplomasi. Bagi TNI, hasil prundingan itu
mengakibatkan harus ditinggalkannya sejumalh wilayah pertahanan yang telah susah payah
dibangun. Ketidakpuasan yang semakin memuncak terhadap hasil Perundingan Renville
mengakibatkan Kabinet Amir Starifuddin jatuh.

2. 3. Agresi Militer II

2. 3. 1. Penyebab Terjadinya Agresi Militer Belanda II

Seperti kejadian sebelumnya dalam Perundingan Linggarjati, pelaksanaan hasil Perundingan


Renville mengalami kemacetan. Upaya jalan keluar yang ditawarkan oleh KTN selalu mentah kembali
karena tidak adanya kesepakatan antara Indonesia dan Belanda. Indonesia melalui Hatta (wakil
presiden merangkap perdana menteri) tetap tegas mempertahankan kedaulatan Indonesia,
sementara Belanda terus berupaya mecari cara menjatuhkan wibawa Indonesia. Saar ketegangan
semakin memuncak Indonesia dan Belanda mengirimkan nota kepada KTN. Nota itu sama-sama
berisi tuduhan terhadap pihak lawan yang tidak menghormati hasil Perundingan Renville. Akhirnya,
menjelang tengah malam pada tanggal 18 Desember 1948, Wali Tinggi Kota Mahkota Belanda Dr.
Beel mengumumkan bahwa Belanda tidak terikat lagi pada hasil Perundingan Renville. Dini hari
tanggal 19 Desember 1948, pesawat terbang Belanda membombardir Maguwo (sekarang Bandara
Adisucipto) dan sejumlah bangunan penting di Yogyakarta. Peristiwa itu mengawali agresi militer
Belanda II. Pemboman dilanjutkan dengan penerjunan pasukan udara. Dalam waktu singkat,
Yogyakarta, ibu kota RI ketika itu, dapat dikuasai.

2. 3. 2. Tujuan Belanda Mengadakan Agresi Militer II

Adapun tujuan Belanda mengadakan Agresi Militer yang kedua ialah ingin menghancurkan
kedaulatan Indonesia dan mengusai kembali wilayah Indonesia dengan melakukan serangan militer
terhadap beberapa daerah penting di Yogyakarta sebagai ibu kota Indonesia pada saat itu. Pihak
Belanda sengaja membuat kondisi pusat wilayah Indonesia tidak aman sehingga akhirnya diharapkan
dengan kondisi seperti itu bangsa Indonesia menyerah dan bersedia menuruti ultimatum yang
diajukan oleh pihak Belanda. Selain itu bangsa Indonesia juga ingin menunjukkan kepada dunia
bahwa RI dan TNI-nya secara de facto tidak ada lagi.
2. 3. 3. Kronologis Terjadinya Agresi Militer II

Pelaksanaan hasil Perundingan Renville mengalami kemacetan. Upaya jalan keluar yang
ditawarkan oleh KTN selalu mentah kembali karena tidak adanya kesepakatan antara Indonesia dan
Belanda. Indonesia melalui Hatta (wakil presiden merangkap perdana menteri) tetap tegas
mempertahankan kedaulatan Indonesia, sementara Belanda terus berupaya mecari cara
menjatuhkan wibawa Indonesia. Saar ketegangan semakin memuncak Indonesia dan Belanda
mengirimkan nota kepada KTN. Nota itu sama-sama berisi tuduhan terhadap pihak lawan yang tidak
menghormati hasil Perundingan Renville. Akhirnya, menjelang tengah malam pada tanggal 18
Desember 1948, Wali Tinggi Kota Mahkota Belanda Dr. Beel mengumumkan bahwa Belanda tidak
terikat lagi pada hasil Perundingan Renville. Sementara itu keadaan dalam negeri sudah sangat
tegang berhubung dengan oposisi yang dilakukan oleh Front Demokrasi Rakyat (PKI dan sekutunya)
terhadap politik yang dijalankan oleh Kabinet Hatta. Oposisi ini meningkat setelah seorang tokoh
komunis kawakan, Muso, yang memimpin pemberontakan PKI tahun 1926, kembali ke Indonesia
dari Uni Soviet. Muso sejak mudanya memang selalu bersikap radikal dan ia yang mendorong PKI
untuk memberontak pada tahun 1926. Oposisi terhadap kabinet Hatta mencapai pucaknya ketika
Sumarsono, pemimpin Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia) mengumumkan pembentukan
pemerintahan Soviet di Madiun tanggal 18 September 1948. Pemberontakan ini segera ditumpas
pemerintah Republik. Belanda hendak mempergunakan pemberontakan PKI itu sebagai alasan yang
sangat baik untuk menyerang Republik dengan dalih membantu Republik melawan komunisme.

Sebelum pasukan-pasukan Republik dapat beristirahat setelah beroperasi terus-menerus


melawan PKI, Belanda menyerang lagi. Dini hari tanggal 19 Desember, pesawat terbang Belanda
memborbardir Maguwo (sekarang Bandara Adisucipto) dan sejumlah bangunan penting di
Yogyakarta. Peristiwa itu mengawali agresi militer Belanda II. Pemboman dilanjutkan dengan
penerjunan pasukan udara. Dalam waktu singkat, Yogyakarta ibu kota RI ketika itu, dapat dikuasai.

Dalam suasana genting, pemerintah RI mengadakan rapat kilat dan menghasilkan keputusan
darurat berikut.

        Melalui radiogram, pemerintah RI memberikan mandat kepada Syafruddin Prawiranegara untuk
membentuk Pemerintah Darurat RI (PDRI) di Sumatera.

        Presiden dan wakil presiden RI tetap tinggal dalam kota dengan resiko ditangkap Belanda, agar dekat
dengan KTN (yang sekarang berada di Kaliurang).
        Pimpinan TNI menyingkir keluar kota dan melancarkan perang gerilya dengan membentuk wilayah
pertahanan (sistem wehkreise) di Jawa dan Sumatera.

Setelah menguasai Yogyakarta, pasukan Belanda menawan presiden, dan sejumlah pejabat.
Soekarno diasingkan ke Prapat, Hatta ke Bangka, tetapi kemudian Soekarno dipindahkan ke Bangka.
Sementara itu, Jenderal Soedirman memimpin TNI melancarkan perang gerilya di kawasan luar kota.

2. 3. 4. Dampak Agresi Militer Belanda II bagi Bangsa Indonesia

Adanya Agresi Militer kedua yang dilakukan Belanda terhadap Indonesia yaitu
mengakibatkan dihancurkannya beberapa bangunan penting di Yogyakarta, bahkan Yogyakarta yang
pada saat itu sebagai ibu kota Indonesia juga mampu dikuasai oleh Belanda. Selain itu presiden dan
wakil presiden beserta sejumalh pejabat pemerintah Indonesia berhasil ditawan kemudian
diasingkan oleh pihak Belanda.

2. 3. 5. Perjuangan Bangsa Indonesia Terhadap Agresi Militer Belanda II

a.      Keampuhan Strategi Diplomasi

Dengan melancarkan agresi militernya yang kedua, Belanda ingin menunjukkan kepada
dunia bahwa RI beserta TNI-nya secara de facto tidak ada lagi. Tujuan Belanda itu dapat digagalkan
oleh perjuangan diplomasi. Para pejuang diplomasi antara lain Palar, Sujatmoko, Sumitro, dan
Sudarpo yang berkeliling di luar negeri. Tindakan yang dilakukan dalam perjuangan diplomasi antara
lain sebagai berikut.

         Menunjukkan pada dunia internasional bahwa agresi militer Belanda merupakan bentuk tindakan
melanggar perjanjian damai (hasil Perundingan Renville).

         Meyakinkan dunia bahwa RI cinta damai, terbukti dari sikap, mentaati hasil Perundingan Renville
dan penghargaan terhadap KTN.

         Membuktikan bahwa RI masih berdaulat dengan fakta masih berlangsungnya pemerintahan melalui
PDRI dan keberhasilan TNI menguasau Yogyakarta selama 6 jam (Serangan Oemoem 1 Maret).
Kerja keras perjuangan diplomasi mampu mengundang simapti internasional terhadap
Indonesia. Amerika Serikat mendesak Belanda untuk menarik mundur pasukannya dari wilayah RI
(dengan ancaman menghentikan bantuannya). Dewan Keamanan PBB mendesak Belanda untuk
menghentikan operasi militer dan membebaskan para pemimpin Indonesia. Desakan yang gencar
dari dunia internasional akhirnya dapat membuat Belanda mengakhiri militernya kedua.

b.      Pemerintahan Darurat Republik Indonesia

Sebelum pasukan Belanda memasuki istana kepresidenan, Presiden Soekarno


mengintruksikan kepada Menteri Kemakmuran Syafruddin Prawiranegara (yang kebetulan berada di
Sumatera) untuk membentuk pemerintahan darurat, jika pemerintah RI Yogyakarta tidak dapat
berfungsi lagi. Sesuai dengan instruksi itu, Syafruddin Prawiranegara membentuk Pemerintah
Darurat Republik Indonesia. PDRI berkedudukan di Bukittinggi, Sumatera Barat.

Kabinet PDRI

         Ketua (perdana menteri) merangkap menteri pertahanan dan penerangan: Syafruddin
Prawiranegara.

         Menteri luar negeri: A. A. Maramis

         Menteri pendidikan dan kebudayaan merangkap menteri dalam negeri dan agam: Teuku Moh.
Hasan.

         Menteri keuangan merangkap menteri kehakiman: Lukman Hakim.

         Menteri sosial dan perburuhan, pembangunan, organisasi pemuda dan keamanan: Sutan Rasyid.

         Menteri pekerjaan umum merangkap menteri kesehatan: Ir. Sitompul.

         Menteri perhubungan merangkap menteri kemakmuran: Ir. Inderacaya.

Selama agresi militer II, Belanda terus menerus memprogandakan bahwa pemerintahan di
Indonesia sudah tidak ada lagi. Propaganda dapat digagalkan oleh PDRI. PDRI berhasil menunjukkan
kepada dunia internasional bahwa pemerintahan dalam tubuh RI masih berlangsung. Bahkan, pada
tanggal 23 Desember 1948, PDRI mampu memberikan instruksi lewat radio kepada wakil RI di PBB.
Isinya, pihak Indonesia sekaligus mengundang simapti internasional.

Atas dasar keberhasilan itu, para pemimpin PDRI sempat kecewa dengan tindakan para
pemimpin RI di Bangka yang mengadakan perundingan dengan Belanda tanpa sepengetahuan
mereka. Mereka juga tidak menyetujui hasil Perundingan Roem-Roijen yang cenderung melemahkan
wibawa Indonesia. Para pemimpin PDRI yakin bahwa kedudukan Indonesia telah kuat sehingga
mampu lebih banyak kepada Belanda.

Untuk menyelesaikan perbedaan pandangan, berlangsung pertemuan antara para pemimpin


PDRI dan pemimpin RI yang pernah ditawan di Bangka. Pertemuan itu berlangsung pada tanggal 13
Juli 1949 di Jakarta. Hasil pertemuan itu adalah sebagai berikut.

         PDRI menyerahkan keputusan mengenai hasil Perundingan Roem Roijen kepada kabinet, Badan
Pekerja KNIP, dan pimpinan TNI.

         Pada hari itu juga, Syafruddin Prawiranegara menyerahkan mandat secara resmi kepada Wakil
Presiden Hatta.

c.       Perundingan Roem-Roijen

Untuk menjamin terlaksananya penghentian agresi militer Belanda II, PBB membentuk
United Nations Commission for Indonesia (UNCI) atau Komisi PBB untuk Indonesia. Perundingan
mulai pada pertengahan April 1949. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Moh. Roem, sedangkan
delegasi Belanda dipimpin oleh Dr. van Roijen. Tokoh UNCI yang berperan dalam perundingan
adalah Merle Cohran dari Amerika Serikat. Perundingan banyak mengalami kemacetan sehingga
baru mencapai kesepakatan pada awal Mei 1949.

Hasil Perundingan Roem-Roijen

Pernyataan Indonesia

         Perintah kepada TNI untuk menghentikan perang gerilya.

         Bekerja sama mengendalikan perdamaian, ketertiban, dan keamanan.

         Turut serta dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag untuk mempercepat pengakuan kedaulatan
kepada Negara Indonesia Serikat secara lengkap tanpa syarat.
Pernyataan Belanda

         Menyetujui pemulihan pemerintahan RI di Yogyakarta.

         Menjamin penghentian operasi militer dan pembebasan semua tahanan politik.

         Menyetujui RI sebagai negara bagian dalam Negara Indonesia Serikat.

         Berusaha sungguh-sungguh menyelenggarakan Konferensi Meja Bundar di Den Haag.

Sejak bulan Juni 1949, berlangsung persiapan pemulihan pemerintahan RI di Yogyakarta.


Persiapan itu berlangsung di bawah pengawasan UNCI. Sejak tanggal 24 sampai 29 Juni 1949,
tentara Belanda ditarik dari kota Yogyakarta. Setelah itu, TNI memasuki kota Yogyakarta. Pada
tanggal 6 Juni 1949, presiden dan wakil presiden serta para pemimpin lainnya kembali ke
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai