Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Hindu Budha di Indonesia


1. Masuk dan Berkembangnya Kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia
Munculnya pemerintahan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia
tidak terlepas dari pengaruh kebudayaan India. Kebudayaan India itu bersentuhan dengan
kebudayaan Indonesia. Persentuhan kebudayaan ini terjadi sebagai salah satu akibat dari adanya
hubungan yang dilakukakan oleh orang-orang India dengan orang-orang Indonesia atau
sebaliknya. Hubungan itu berawal dari kegiatan perdagangan sehingga pengaruh-pengaruh
kebudayaan India dengan Budha masuk ke Indonesia.
a. Bangsa India yang Aktif
Pendapat mengenai keaktifan orang-orang India dalam menyebarkan kebudayaan Hindu-
Budha di Indonesia yaitu sebagai berikut :
1) Hipotesis Waisya
Hipotesis waisya dikemukakan oleh NJ. Krom yang menyebutkan bahwa proses masuknya
kebudayaan Hindu-Budha melalui hubungan dagang antara India dan Indonesia.
2) Hipotesis Ksatria
Ada tiga pendapat mengenai proses penyebaran kebudayaan Hindu-Budha yang dilakukan
oleh golongan Ksatria yaitu :
a) CC. Berg menjelaskan bahwa golongan ksatria yang turut menyebarkan kebudayaan Hindu-
Budha di Indonesia. Para ksatria Hindia yang terlibat konflik dalam masalah perebutan
kekuasaan di Indonesia. Para ksatria memberi bantuan yang banyak membantu kemenangan bagi
salah satu kelompok atau suku yang bertikai sebagai hadiahnya ada diantara mereka yang
kemudian dinikahkan dengan salah satu putri dari kepala suku yang dibantunya. Dari
perkawinannya itu para ksatria dengan mudah menyebarkan tradisi Hindu-Budha pada keluarga
yang dinikahinya.

b) Moekerji juga mengatakan bahwa golongan ksatria dari India lah yang membawa pengaruh
kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Para ksatria membangun koloni – koloni yang
berkembang menjadi sebuah kerajaan.

c) J.L Moens mencoba menghubungkan proses tebentuknya kerajaan-kerajaan di Indonesia pada


awal abad ke-5 dengan situasi yang terjadi di India pada abad yang sama. Ternyata sekitar abad
ke-5 ada diantara para keluarga kerajaan di India selatan melarikan diri ke Indonesia sewaktu
kerajaannya mengalami kehancuran. Mereka itu nantinya mendirikan kerajaan di Indonesia.

3) Hipotesis Brahmana

Jc. Van Leur mengatakan bahwa kebudayaan Hindu-Budha di India yang menyebar
ke Indonesia dibawa oleh golongan brahmana. Hal itu didasarkan pada pengamatan terhadap
sisa-sisa peniggalan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia terutama pada
prasasti-prasasti yang menggunakan bahasa sansekerta dan huruf pallawa. Karena hanya

1
golongan brahmana lah yang menguasai bahasa dan huruf itu maka sangat jelas disini adanya
peran brahmana.

b. Bangsa Indonesia yang Aktif

Pendapat mengenai keaktifan orang-orang Indonesia diungkapkan oleh F.D.K Bosch.


Menurut Bosch, yang pertama kali datang ke Indonesia adalah orang-orang India yang memiliki
semangat untuk menyebarkan agama Hindu-Budha.

Setelah tiba di Indonesia mereka menyebarka ajarannya. Karena pengaruhnya itu ada
diantara tokoh masyarakat yang tertarik untuk mengikuti ajarannya. Pada perkembangan
selanjutnya, banyak orang Indonesia sendiri yang pergi ke India untuk berziarah dan belajar
agama Hindu-Budha di Indonesia. Sekembalinya di Indonesia merekalah yang mengajarkannya
pada masyarakat yang lain.

B. Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia


Kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha merupakan salah satu bukti adanya
pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Setiap kerajaan dipimpin oleh seorang raja
yang memiliki kekuasaan mutlak dan turun-temurun. Kerajaan-kerajaan itu antara lain :
1. Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai dengan nama asli Kutai Martadipura merupakan kerajaan hindu tertua
di Indonesia, dengan aliran agama hindu-siwa. Letaknya di Muara Kaman tepatnya pada hulu
sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Keberadaan kerajaan ini ditandai dengan adanya 7 buah
prasasti, yang dinamai prasasti yupa dengan huruf palawa dan bahasa sansekerta. Pendirinya
adalah Raja Kudungga. Setelah Raja Kudungga wafat, kerajaan diambil alih oleh putranya, Raja
Aswawarman. Dan setelah Raja Aswawarman wafat, kerajaan diambil alih oleh putra Raja
Aswawarman, yaitu Raja Mulawarman.
Pada sebuah prasasti Yupa abad ke-4, dikisahkan bahwa Raja Mulawarman telah
menyumbangkan 1000 ekor sapi kepada para brahmana. Kisah ini menceritakan betapa
dermawannya seorang Raja Mulawarman, dari sini dapat dianalisis bahwa masyarakat Kutai
makmur dan bermata pencaharian sebagai petani dan beternak.

2. Kerajaan Tarumanegara
Sumber mengenai kerajaan Tarumanegara berasal dari tujuh buah prasasti yang
berbahasa sansekerta dan huruf pallawa. Prasasti tersebut adalah prasasti Ciaruteun, Kebun Kopi,
Jambu, Tugu, Pasar Awi, Muara Cianten, dan Lebak. Seorang musafir Cina bernama Fa-Hsien
pernah datang di Jawa pada tahun 414 M. Ia telah menyebut keberadaan kerajaan To-lo-mo atau
Taruma di Pulau Jawa. Kerajaan Tarumanegara diperkirakan berkembang pada abad V M. Raja
terbesar yang berkuasa adalah Purnawarman. Wilayah kekuasaan Purnawarman meliputi hampir
seluruh Jawa Barat dengan pusat kekuasaan di daerah Bogor. Raja pernah memerintahkan
pembangunan irigasi dengan cara menggali sebuah saluran panjang 6.112 tumbak (± 11 km).
Saluran itu berfungsi untuk mencegah bahaya banjir. Saluran ini selanjutnya disebut sebagai
sungai Gomati.

2
3. Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan sriwijaya adalah salah satu kerajaan terbesar yang pernah berjaya di
Indonesia. Kerajaan ini mampu mengembangkan diri sebagai negara maritim dengan menguasai
lalu lintas pelayaran dan perdagangan internasional.Keberadaan kerajaan ini diketahui melalui
enam buah prasasti yang menggunakan bahasa melayu kuno dan huruf pallawa, serta telah
menggunakan angka tahun saka. Prasasti tersebut adalah Kedukan Bukit, Talang Tuo, Telaga
Batu, Kota Kapur dan Karang Berahi. Nama Sriwijaya juga terdapat dalam berita Cina dan
disebut Shih-lo-fo-shih atau Fo-shih. Sementara itu di berita Arab, Sriwijaya disebut dengan
Zabag atau Zabay atau dengan sebutan Sribuza. Seorang pendeta Cina yang bernama I-Tsing
sering dataang ke Sriwijaya sejak tahun 672 M. Ia menceritakan bahwa di Sriwijaya terdapat
1.000 orang pendeta yang menguasai agama seperti di India. Berita dari Dinasti Sung juga
menceritakan tentang pengiriman utusan dari Sriwijaya tahun 971-992 M.
Raja pertama Sriwijaya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanaga. Raja yang terkenal dari
kerajaan Sriwijaya adalah Balaputradewa. Ia memerintah sekitar abad IX M. Sriwijaya
merupakan pusat pendidikan dan penyebaran agama Buddha di Asia Tenggara. Menurut berita I-
Tsing, pada abad VIII M di Sriwijaya terdapat 1.000 orang pendeta yang belajar agama Buddha
di bawah bimbingan Sakyakirti. Menurut prasasti Nalanda, para pemuda Sriwijaya juga
mempelajari agama Buddha dan ilmu lainnya di India. Kebudayaan Kerajaan Sriwijaya sangat
maju dan bisa dilihat dari peninggalan suci sepeti stupa, candi, atau patung/arca Buddha seperti
ditemukan di Jambi, Muara Takus, dan Gunung Tua (Padang Lawas) serta di Bukit Siguntang
(Palembang).

4. Mataram Kuno
Menurut Teori Van Bammalen, letak kerajaan ini berpindah-pindah, hal
ini disebabkan oleh 2 alasan, yaitu karena adanya bencana alam letusan Gunung Merapi, dan
karena adanya peperangan dalam perebutan kekuasaan. Awalnya, pada abad ke-8 kerajaan ini
terletak di daerah Jawa Tengah, kemudian setelah Gunung Merapi meletus pada abad ke-10,
kerajaan ini dipindahkan ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok. Agama di kerajaan ini pun terbagi
menjadi 2, yaitu hindu pada Dinasti Sanjaya dan budha pada Dinasti Syailendra. Kerajaan
Mataram Kuno didirikan oleh Raja Sanna. Raja Sanna kemudian digantikan oleh keponakannya,
Raja Sanjaya.
Setelah Raja Sanjaya meninggal, Kerajaan Mataram Kuno diperintah oleh putranya
yang bernama Rakai Panangkaran. Raja Mataram Kuno setelah Rakai Panangkaran adalah Rakai
Warak, kemudian Rakai Warak digantikan oleh Rakai Garung (Samaratungga). Di tengah-
tengah pemerintahan kerajaan Mataram Kuno, Datanglah keinginan Rakai Pikatan untuk menjadi
penguasa tunggal sebagai Dinasti Sanjaya. Persaingan antara Dinasti Sanjaya yang dipimpin
Rakai Pikatan dengan Dinasti Syailendra yang dipimpin Raja Samaratungga, membuat cita-cita
Rakai Pikatan untuk menjadi penguasa tunggal di Pulau Jawa terhalang. Terjadi pertikaian antar
kedua dinasti. Akhirnya pada abad ke-9 terjadi penggabungan kedua dinasti melalui pernikahan
politik antara Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya dengan Pramodawardhani dari Dinasti
Syailendra. Namun, pernikahan antara Rakai Pikatan dengan Pramodawardhani ternyata tidak
membuahkan kedamaian, malah justru membuat pertikaian antara Dinasti Sanjaya dengan
Dinasti Syailendra semakin sengit.

3
Akhirnya, Rakai Pikatan sebagai Dinasti Sanjaya berhasil menguasai kerajaan
sedangkan Pramodawardhani bersama anaknya, Balaputradewa melarikan diri ke Palembang,
Sumatra Selatan untuk kemudian mereka menjalankan sebuah kerajaan bernama Kerajaan
Sriwijaya. Berdasarkan Prasasti Balitung, setelah Rakai Pikatan wafat, kerajaan Mataram Kuno
diperintah oleh Rakai Kayuwangi dibantu oleh sebuah dewan penasehat yang juga jadi pelaksana
pemerintahan. Dewan yang terdiri atas lima patih ini di antaranya adalah:
a. Ratu, Datu, Sri Maharaj
b. Rakryan Mahamantri I Hino
c. Mahamantri Halu & Mahamantri I Sirikan
d. Mahamantri Wko & Mahamantri Bawang
e. Rakryan Kanuruhan
Raja Mataram selanjutnya adalah Rakai Watuhumalang, kemudian dilanjutkan oleh
Dyah Balitung yang bergelar Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung Dharmodaya Maha
Dambhu sebagai Raja Mataram Kuno yang sangat terkenal. Raja Balitung berhasil menyatukan
kembali Kerajaan Mataram Kuno dari ancaman perpecahan. Di masa pemerintahannya, Raja
Balitung menyempurnakan struktur pemerintahan dengan menambah susunan hierarki. Bawahan
Raja Mataram terdiri atas tiga pejabat penting, yaitu Rakryan I Hino sebagai tangan kanan raja
yang didampingi oleh dua pejabat lainnya.
Rakryan I Halu, dan Rakryan I Sirikan. Selain struktur pemerintahan baru, Raja
Balitung juga menulis Prasasti Balitung. Prasasti yang juga dikenal sebagai Prasasti Mantyasih
ini adalah prasasti pertama di Kerajaan Mataram Kuno yang memuat silsilah pemerintahan
Dinasti Sanjaya di Kerajaan Mataram Kuno. Kerajaan Mataram Kuno masih mengalami
pemerintahan tiga raja sebelum akhirnya pusat kerajaan pindah ke Jawa Timur. Mpu Daksa,
yang pada masa pemerintahan Raja Balitung menjabat Rakryan i Hino, melakukan kudeta karena
merasa bahwa ia adalah keturunan asli Dinasti Sanjaya, kemudian Mpu Daksa digantikan oleh
menantunya, Sri Maharaja Tulodhong.

5. Kerajaan Singhasari
Keberadaan Kerajaan Singhasari didasarkan pada kitab Negarakertagama karangan
Mpu Prapanca yang menjelaskan raja-raja yang memerintah di Singasari serta kitab Pararaton
yang juga menceritakan keajaiban Ken Arok. Ken Arok semula sebagai akuwu (bupati) di
Tumapel menggantikan Tunggul Ametung yang dibunuhnya karena tertarik kepada Ken Dedes
isteri Tunggul Ametung. Pada tahun 1222 M Ken Arok menyerang kediri sehingga Kertajaya
mengalami kekalahan pada pertempuran di desa Ganter.
Ken Arok menyatakan dirinya sebagai Raja Singasari dengan gelar Sri Rangga Rajasa
Bhattara Sang Amurwabhumi. Raja Singasari yang terkenal adalah Kertanegara Karena di bawah
pemerintahannya Singasari mencapai puncak kebesarannya. Kertanegara bergelar Sri
Maharajaderaja Sri Kertanegara mempunyai gagaasan politik untuk memperluas wilayah
kekuasannya, menyingkirkan lawan-lawan politiknya, menumpas pemberontakan, menyatukan
agama Syiwa dan Buddha menjadi agama Tantrayana (Syiwa Buddha dipimpin oleh Dharma
Dyaksa), melakukan politik perkawinan, dan mengirim ekspedisi Pamalayu tahun1275.
6. Kerajaan Majapahit

4
Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan Hindu terakhir dan terbesar di Indonesia.
Letaknya di Pulau Jawa. Pendirinya adalah Raden Wijaya yang sempat melarikan diri ke Madura
bersama istrinya saat terjadi Peristiwa Mahapralaya. Kerajaan Majapahit, awalnya hanyalah
sebuah desa kecil bernama Desa Tarik yang merupakan pemberian Raja Jayakatwang dari
Kediri. Raden Wijaya telah dimaafkan dan dipercaya tidak bersalah atas kesalahan generasi
atasnya.
Singkat cerita, pada tahun 1292, armada Cina yang terdiri dari 1.000 buah kapal
dengan 20.000 orang prajurit tiba di Tuban, Jawa Timur dengan tujuan untuk menyerang Raja
Kertanegara yang telah merebut Kerajaan Melayu dan menyatakan tidak mau tunduk pada Kaisar
Kubilai Khan. Mereka tidak tau bahwa Raja Kertanegara beserta Kerajaan Singhasari itu telah
meninggal dan hancur dikalahkan oleh Raja Jayakatwang dari Kediri. Mengetahui rencana
penyerangan dari Cina ini, Raden Wijaya mengambil kesempatan untuk merebut kembali
Kerajaan Singhasari. Ia menggabungkan diri dengan pasukan cina dan menyerang Raja
Jayakatwang di Kediri.
Kerajaan Kediri tidak mampu menghadapi serangan, sehingga Raja Jayakatwang
berhasil dikalahkan. Kemenangan itu membuat pasukan Cina bergembira dan berpesta pora.
Mereka tidak menyangka ketika sedang berpesta pora, pasukan Majapahit balik menyerang
mereka. Akhirnya pasukan armada Cina kalah, dan mereka segera kembali ke tanah airnya. Sejak
saat itu Kerajaan Majaphit mulai berkuasa. Pada tahun 1295, berturut-turut pecah pembrontakan
yang dipimpin oleh Rangga lawe dan disusul oleh Saro serta Nambi. Pembrontakan-
pembrontakan itu bisa dipadamkan. Raden Wijaya wafat pada tahun 1309 dan mendapat
penghormatan di dua tempat, yaitu Candi Simping (Sumberjati) dan Candi Artahpura. Setelah
Raden Wijaya wafat, putera permaisuri Tribuwaneswari yang bernama Jayanegara
menggantikannya sebagai Raja Majapahit.
Pada awal pemerintahannya Jayanegara harus menghadapi sisa pemberontakan yang
meletus dimasa ayahnya masih hidup. Selain pembrontakan Kuti dan Sumi, Raja Jayanegara
diselamatkan oleh pasukan pengawal (Bhayangkari) yang dipimpin oleh Gajah Mada ia
kemudian diungsikan ke Desa Bedager. Raja Jayanegara wafat tahun 1328 karena dibunuh oleh
salah seorang anggota dharmaoutra yang bernama Tanca. Oleh karena ia tidak mempunyai putra
ia kemudian digantikan oleh adik perempuannya Bhre Kahuripan yang bergelar
Tribuanatunggadewi Jayawishnuwardhani.
Suaminya bernama Cakradhara yang berkuasa di Singasari dengan gelar
Kertawerdhana. Dari kitab Negarakertagama, digambarkan adanya beberapa pemberontakan di
masa pemerintahan Ratu Tribuanatunggadewi. Pembrontakan yang paling berbahaya adalah
pemberontakan di Sadeng dan Keta pada tahun 1331. Namun pemberontakan itu dapat
dipadamkan oleh Gajah Mada. Setelah itu Gajah Mada bersumpah di hadapan Raja dan para
pembesar kerajaan bahwa ia tidak akan amukti palapa (memakan buah palapa), sebelum ia dapat
menundukan seluruh Nusantara di bawah naungan Majapahit.
Pada tahun 1334, lahirlah putra mahkota Kerajaan Majapahit yang diberi nama
Hayam Wuruk. Pada tahun 1350, Ratu Tribuanatunggadewi mengundurkan diri setelah berkuasa
22 tahun. Ia wafat pada tahun 1372. Pada tahun 1350, Hayam Wuruk dinobatkan sebagai raja
Majapahit dan bergelar Sri Rajasanagara dan Gajah Mada diangkat sebagai Patih
Hamangkubumi. Dibawah pemerintahan Hayam Wuruk dan Gajah Mada, Kerajaan Majapahit

5
mencapai puncak kejayaannya. Kerajaan Majapahit menguasai wilayah yang sangat luas. Hampir
seluruh wilayah Nusantara tunduk pada Majapahit, namun ada satu kerajaan kecil yang belum
berhasil dikuasai kerajaan Majapahit, yaitu Kerajaan Sunda Galuh. Raja Hayam Wuruk bersama
Patih Gajah Mada berusaha untuk menaklukan kerajaan tersebut.
Namun ketika itu Raja Hayam Wuruk terlanjur jatuh cinta pada putri dari Kerajaan
Sunda Galuh yang bernama Dyah Pitaloka. Raja Hayam Wuruk bermaksud untuk menikahi
Dyah Pitaloka. Ia mengundang keluarga besar Kerajaan Sunda Galuh datang ke Kerajaan
Majapahit untuk menikah dengan Dyah Pitaloka. Ketika keluarga besar dari kerajaan Sunda
Galuh tiba di Kerajaan Majapahit, terjadi kesalahpahaman. Patih Gajah Mada mengira bahwa
keluarga besar Kerajaan Sunda Galuh ingin menyerang Kerajaan Majapahit, akhirnya Patih
Gajah Mada segera mengeluarkan pasukan dan membunuh semua anggota keluarga Kerajaan
Sunda Galuh. Hanya Dyah Pitaloka yang tidak dibunuh. Melihat seluruh keluarganya tewas,
Dyah Pitaloka pun akhirnya melakukan belapati (bunuh diri) pada dirinya sendiri.
Raja Hayam wuruk yang mengetahui peristiwa kesalah pahaman tersebut menjadi
marah, terlebih ketika melihat calon istrinya mati karena bunuh diri atas kesalahpahaman
patihnya. Akhirnya, Raja Hayam Wuruk pun sakit, dan meninggal karena sakit hati. Sejak
kematian Raja Hayam Wuruk, maka Kerajaan Majapahit mencapai masa kemunduran, perlahan-
lahan kekuasaan Majapahit pun runtuh. Pada salah satu versi cerita, dikisahkan Sang Patih,
Gajah Mada pergi ke sebuah gunung untuk berdiam diri dan menjadi pertapa karena merasa
bersalah pada rajanya.

C. Peninggalan-peninggalan Kebudayaan Hindu-Budha


Masuknya kebudayaan India ke Indonesia telah membawa pengaruh terhadap
perkembangan kebudayaan di Indonesia. Kebudayaan yang datang dari India mengalami proses
penyesuaian dengan kebudayaan asli Indonesia. Terjadilah proses akulturasi. Pengaruh
kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia dapat dilihat dari peninggalan-peninggalan sejarah dalam
berbagai bidang, antara lain:
1) Bidang agama, dibuktikan dengan berkembangnya agama Hindu dan Budha di Indonesia.
2) Bidang politik dan pemerintahan, sistem pemerintahan yang berlangsung di Indonesia masih
berupa pemerintahan kesukuan yang dipimpin oleh seorang kepala suku. Kemudian masuknya
pengaruh India membawa pengaruh pada terbentuknya kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di
Indonesia.
3) Bidang pendidikan, lembaga-lembaga pendidikan semacam asrama merupakan bukti dari
pengaruh kebudayaan Hindu-Budha. Lembaga tersebut mempelajari satu bidang saja, yaitu
keagamaan.
4) Bidang sastra dan bahasa, pengaruh kebudayaan Hindu-Budha pada bidang sastra menggunakan
bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa oleh masyarakat Indonesia. Karya sastra itu antara lain:
a. Arjunawiwaha,
b. Bharatayudha,
c. Gatotkacasraya
d. Arjuna wijaya dan Sutasoma
e. Negarakertagama
f. Wretta sancaya Lubdhaka.

6
5) Bidang seni tari, relief-relief yang terdapat pada candi-candi Borobudur dan Prambanan
menunjukan adanya bentuk tarian yang berkembang pada masa itu. Tarian perang, tuwung,
bungkuk, ganding, matapukan merupakan tarian yang terlihat direlief candi tersebut.
6) Hiasan pada candi atau sering disebut dengan relief yang terdapat pada candi-candi di Indonesia.
7) Wujud akulturasi pemujaan arwah leluhur dengan ajaran Hindu-Budha yang dapat dilihat dari
bentuk arca dan patung yang ditempatkan di Candi.
8) Bidang seni bangunan. Bidang seni bangunan adalah salah satu peninggalan budaya Hindu-
Budha di Indonesia yang sangat menonjol antara lain candi dan stupa.

D. PENGARUH KEBUDAYAAN DAN AGAMA HINDU BUDHA DI INDONESIA

a. Kepercayaan atau agama

Bidang kepercayaan atau agama Sebelum budaya India masuk, di Indonesia telah berkembang
kepercayaan yang berupa pemujaan terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan itu bersifat
Animisme dan Dinamisme. Animisme merupakan satu kepercayaan terhadap roh atau jiwa
sedangkan Dinamisme merupakan satu kepercayaan bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib.
Dengan masuknya kebudayaan India, penduduk Nusantara secara berangsur-angsur memeluk
agama Hindu dan Buddha, diawali oleh lapisan elite para raja dan keluarganya. Agama Hindu
dan Budha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan
Animisme dan Dinamisme, atau dengan kata lain mengalami Sinkritisme. Sinkritisme adalah
bagian dari proses akulturasi, yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi
satu. Untuk itu agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama
Hindu -Budha yang dianut oleh masyarakat India. Perbedaaan-perbedaan tersebut dapat dilihat
dalam upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau Budha yang ada di Indonesia.
Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, upacara tersebut tidak
dilaksanakan oleh umat Hindu di India

b. Bahasa

Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa Sansekerta
yang dapat temukan sampai sekarang dimana bahasa Sansekerta memperkaya perbendaharaan
bahasa Indonesia. Dan istilah-istilah penting yang menggunakan bahasa Sanskerta.

c. Organisasi sosial kemasyarakatan

Wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat dilihat dalam organisasi
politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia setelah masuknya pengaruh
India. Pemerintahan Raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di
India dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah diterapkan
terutama apabila raja tidak mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang terjadi di kerajaan
Majapahit, pada waktu pengangkatan Wikramawardana.

d. Bidang Sosial

7
Dalam bidang sosial terjadi perubahan-perubahan dalam tata kehidupan sosial
masyarakat.Perubahan itu terjadi sebagai akibat diperkenalkannya sistem kasta dalam
masyarakat. Kasta-kasta itu diantaranya kasta brahmana, kasta ksatria, kasta waisya kasta sudra.

e. Sistem pengetahuan

Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu
berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan satu
tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan tahun masehi adalah 78
tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654, maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M.

f. Teknologi

Salah satu wujud akulturasi dari teknologi terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni bangunan
Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan candi-candi
diIndonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India, karena candi di Indonesia hanya
mengambil unsur teknologi pembuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam
kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk
melaksanakan pembuatan arca dan bangunan. Contoh candi Borobudur salah satu dari 7
keajaiban dunia dan merupakan salah satu peninggalan kerajaan Mataram. Itu membuktikan
masyarakat telah memiliki pengetahuan dan teknologi yang tinggi.

g. Kesenian

Wujud akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra, seni bangunan dan
seni pertunjukan.

1. Seni rupa

Unsur seni rupa India telah masuk ke Indonesia dibuktikan dengan ditemukannya relief-relief
cerita sang Budha pada candi Borobudur, cerita Ramayana pada candi Prambanan. Dan sekarang
relief-relief tersebut dijadikan hiasan pada bangunan, seperti yang terdapat pada pustaka wilayah
yang terdapat di provinsi Riau.

2. Seni sastra

Bahasa sanskerta yang berasal dari India tersebut membawa pengaruh besar terhadap
perkembangan sastra di Indonesia, seperti prasasti yang ditulis dengan huruf pallawa dan
sanskerta. Tidak hanya itu kitab-kitab yang dibuat pada zaman tersebut juga memiliki nilai sastra
yang tinggi.

3. Seni bangunan

Yang menjadi bukti berkembanngnya budaya India di Indonesia adalah bangunan candi. Dasar
bangunan candi merupakan hasil pembangunan bangsa Indonesia pada zaman megalitikum yang
berupa punden berundak-undak kemudian mendapat pengaruh dari kebudayaan India sehingga
menjadi wujud sebuah candi.

4. Seni Pertunjukkan

8
Wayang Seni pertunjukan wayang merupakan salah satu kebudayaan asli Indonesia dan
pertunjukan wayang tersebut sangat digemari terutama oleh masyarakat Jawa. Wujud akulturasi
dalam pertunjukan wayang tersebut terlihat dari pengambilan lakon cerita dari kisah Ramayana
maupun Mahabarata yang berasal dari budaya India

BAB III
PENUTUP

9
A. Kesimpulan
Pendapat mengenai proses masuk dan berkembangnya kebudayaan Hindu-Budha di
Indonesia, yaitu hipotesis Waisya, Hipotesis Ksatria, Hipotesis Brahmana dan teori Arus Balik.
Masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Budha membawa pengaruh besar di
berbagai bidang. Kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha merupakan salah satu bukti
adanya pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Setiap kerajaan dipimpin oleh seorang
raja yang memiliki kekuasaan mutlak dan turun-temurun. Kerajaan-kerajaan itu antara lain
: Kerajaan Kutai, Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Sriwijaya, Mataram Kuno, Kerajaan
Singhasari, Kerajaan Majapahit. Masuknya kebudayaan India ke Indonesia telah membawa
pengaruh terhadap perkembangan kebudayaaan di Indonesia. Namun kebudayaan asli Indonesia
tidak begitu luntur. Kebudayaan yang datang dari India mengalami proses penyesuaian dengan
kebudayaan, maka terjadilah proses akulturasi kebudayaan.

B. Saran
Kebudayaan yang berkembang di Indoneisa pada tahap awal diyakini berasal dari India.
Pengaruh itu diduga mulai masuk pada awal abad masehi. Apabila kita membandingkan
peninggalan sejarah yang ada di Indonesia akan ditemukan kemiripan itu. Sebelum kenal dengan
kebudayaan India, bangunan yang kita miliki masih sangat sederhana. Saat itu belum dikenal
arsitektur bangunan seperti candi atau keraton. Tata kota di pusat kerajaan juga dipengaruhi
kebudayaan hindu. Demikian pula dalam hal kebudayaan yang lain seperti peribadatan dan
kesastraan.Kita harus menjaga kelestarian dan budaya-budaya yang ditinggalkan agama Hindu-
Budha.

DAFTAR PUSTAKA

10
Nasrudin Muh, Warsito S.W, Nursa’ban Muh, Mari Belajar IPS VII, Jakarta : Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008
Iwan Setiawan dkk, Wawasan Sosial, Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional Indonesia, 2008
Rickflefs, M. C. Sejarah Indonesia Modern. Yogyaarta : Gajah Mada university Press, 1998
Armia, “Makalah Kerajaan Hindu-Budha di
Indonesia”, http://armia11ips104.blogspot.com/2012/10/makalah-kerajaan- hindu-
budha-di.html, 18-09-2013.

11

Anda mungkin juga menyukai