Jaman dahulu tidak secanggih seperti saat ini dimana semua hal dapat didokumentasikan
lalu disimpan. Para ahli meneliti mengenai kehidupan pada zaman dahulu melalui peninggalan-
peninggalan yang ditemukan dan dianalsia serta ditelaah mengenai isi dalam peninggalan
tersebut. Peninggalan tersebut membuat kita semua tahu bagaimana kehidupan dahulu dan tahu
apa saja yang mungkin terjadi di masa lampau. Seperti halnya perkembangan serta masuknya
ajaran agama Hindu di Indonesia. Sejarah mengenai masuknya dan perkembangan agama Hindu
di Indonesia dapat diketahui melalui peninggalan-peninggalan yang ditemukan oleh para ahli.
Agama Hindu diduga sebagai agama tertua yang ada di Indonesia. Dahulu masyarakat Indonesia
masih melakukan animisme dalam aktivitas pemujaan tuhan. OLeh karena belum memiliki
agama atau kepercayaan yang tetap maka orang-orang dahulu sangat mudah untuk dipengaruhi.
Masyarakat dahulu juga menganggap jika agama Hindu sesuai dengan kepercayaan mereka.
Selain itu dahulu masih menggunakan system kerajaan dimana Raja memiliki pengaruh yang
sangat besar pada rakyatanya, sehingga apabila Raja memilih untuk memeluk suatu agama
rakyatnya harus mengikutinya juga. Sebab raja dianggap pula sebagai panutan sehingga apa yang
raja pilih adalah sesuatu yang sudah dianggap benar. Para ahli mengetahui mengenai kehidupan
masyarakat Hindu dimulai pada abad ke 4 masehi adalah melalui penemuan prasasti Yupa.
Prasasti Yupa ditemukan di daerah Kalimantan Timur. Prasasti tersebut berisi mengenai upacara
yang digelar oleh raja Mulawarman yang menganut kepercayaan Hindu Siwa pada saat itu. Raja
Mulawarman merupakan raja dari Kerajaan Kutai. Yupa tersebut menjadi pertanda bahwa dahulu
Hindu berkembang di Kalimantan Timur. Selanjutnya ditemukan beberapa prasasti di daerah
Jawa. Penemuan selanjutnya memberikan pertanda bahwa Hindu begitu menyebar di Indonesia.
Jika Kutai adalah kerajaan Hindu tertua di Indonesia, maka Kerajaan Tarumanegara menjadi
kerajaan Hindu tertua di Pulau Jawa. Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru
Jayasingawarman pada tahun 358 – 382 Masehi di tepi Sungai Citarum yang sekarang termasuk
ke dalam wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Raja Jayasingawarman merupakan seorang pendeta
yang berasal dari India, tepatnya dari Salankayana. Saat daerahnya tengah diserang dan
ditaklukkan Kerajaan Magadha, Raja Jayasingawarman mengungsi ke Nusantara, tepatnya ke
Jawa Barat. Setelah tiba di Jawa Barat, Raja Jayasingawarman kemudian meminta izin kepada
raja Kerajaan Salakanagara yang tengah berkuasa pada masa itu, yaitu Raja Dewawarman VIII,
untuk membangun pemukiman baru. Setelah mendapat persetujuan, ia pun membangun Kerajaan
Tarumanegara. Nama Tarumanegara sendiri berasal dari kata "taruma" atau "nila". Dua kata itu
diambil dari nama sungai Citarum yang membelah Jawa Barat. Sedangkan kata "negara" berarti
kerajaan atau negara. Hal ini merujuk pada tempat Kerajaan Tarumanegara dibangun, yakni di
Sungai Citarum. Setelah Raja Jayasingawarman meninggal, takhta Kerajaan Tarumanegara
digantikan oleh sang putera, yaitu Dharmawarma, yang memerintah pada tahun 382-395 Masehi.
Nama Raja Dharmawarma ini tercantum di Naskah Wangsakerta, naskah yang menceritakan