Anda di halaman 1dari 9

Masuknya agama Hindu ke Indonesia terjadi pada awal tahun Masehi, ini dapat diketahui

dengan adanya bukti tertulis atau benda-benda purbakala pada abad ke 4 Masehi denngan
diketemukannya tujuh buah Yupa peningalan kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Dari tujuh
buah Yupa itu didapatkan keterangan mengenai kehidupan keagamaan pada waktu itu yang
menyatakan bahwa: “Yupa itu didirikan untuk memperingati dan melaksanakan yadnya oleh
Mulawarman”. Keterangan yang lain menyebutkan bahwa raja Mulawarman melakukan
yadnya pada suatu tempat suci untuk memuja dewa Siwa. Tempat itu disebut dengan
“Vaprakeswara”.
Masuknya agama Hindu ke Indonesia, menimbulkan pembaharuan yang besar, misalnya
berakhirnya jaman prasejarah Indonesia, perubahan dari religi kuno ke dalam kehidupan
beragama yang memuja Tuhan Yang Maha Esa dengan kitab Suci Veda dan juga munculnya
kerajaan yang mengatur kehidupan suatu wilayah. Disamping di Kutai (Kalimantan Timur),
agama Hindu juga berkembang di Jawa Barat mulai abad ke-5 dengan diketemukannya tujuh
buah prasasti, yakni prasasti Ciaruteun, Kebonkopi, Jambu, Pasir Awi, Muara Cianten, Tugu
dan Lebak. Semua prasasti tersebut berbahasa Sansekerta dan memakai huruf Pallawa.
Dari prassti-prassti itu didapatkan keterangan yang menyebutkan bahwa “Raja Purnawarman
adalah Raja Tarumanegara beragama Hindu, Beliau adalah raja yang gagah berani dan
lukisan tapak kakinya disamakan dengan tapak kaki Dewa Wisnu”
Bukti lain yang ditemukan di Jawa Barat adalah adanya perunggu di Cebuya yang
menggunakan atribut Dewa Siwa dan diperkirakan dibuat pada masa Raja Tarumanegara.
Berdasarkan data tersebut, maka jelas bahwa Raja Purnawarman adalah penganut agama
Hindu dengan memuja Tri Murti sebagai manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa.
Selanjutnya, agama Hindu berkembang pula di Jawa Tengah, yang dibuktikan adanya
prasasti Tukmas di lereng gunung Merbabu. Prasasti ini berbahasa sansekerta memakai huruf
Pallawa dan bertipe lebih muda dari prasasti Purnawarman. Prasasti ini yang menggunakan
atribut Dewa Tri Murti, yaitu Trisula, Kendi, Cakra, Kapak dan Bunga Teratai Mekar,
diperkirakan berasal dari tahun 650 Masehi.
Pernyataan lain juga disebutkan dalam prasasti Canggal, yang berbahasa sansekerta dan
memakai huduf Pallawa. Prasasti Canggal dikeluarkan oleh Raja Sanjaya pada tahun 654
Caka (576 Masehi), dengan Candra Sengkala berbunyi: “Sruti indriya rasa”, Isinya memuat
tentang pemujaan terhadap Dewa Siwa, Dewa Wisnu dan Dewa Brahma sebagai Tri Murti.
Adanya kelompok Candi Arjuna dan Candi Srikandi di dataran tinggi Dieng dekat Wonosobo
dari abad ke-8 Masehi dan Candi Prambanan yang dihiasi dengan Arca Tri Murti yang
didirikan pada tahun 856 Masehi, merupakan bukti pula adanya perkembangan Agama Hindu
di Jawa Tengah. Disamping itu, agama Hindu berkembang juga di Jawa Timur, yang
dibuktikan dengan ditemukannya prasasti Dinaya (Dinoyo) dekat Kota Malang berbahasa
sansekerta dan memakai huruf Jawa Kuno. Isinya memuat tentang pelaksanaan upacara besar
yang diadakan oleh Raja Dea Simha pada tahun 760 Masehi dan dilaksanakan oleh para ahli
Veda, para Brahmana besar, para pendeta dan penduduk negeri. Dea Simha adalah salah satu
raja dari kerajaan Kanjuruan. Candi Budut adalah bangunan suci yang terdapat di daerah
Malang sebagai peninggalan tertua kerajaan Hindu di Jawa Timur.
Kemudian pada tahun 929-947 munculah Mpu Sendok dari dinasti Isana Wamsa dan bergelar
Sri Isanottunggadewa, yang artinya raja yang sangat dimuliakan dan sebagai pemuja Dewa
Siwa. Kemudian sebagai pengganti Mpu Sindok adalah Dharma Wangsa. Selanjutnya
munculah Airlangga (yang memerintah kerajaan Sumedang tahun 1019-1042) yang juga
adalah penganut Hindu yang setia.
Setelah dinasti Isana Wamsa, di Jawa Timur munculah kerajaan Kediri (tahun 1042-1222),
sebagai pengemban agama Hindu. Pada masa kerajaan ini banyak muncul karya sastra Hindu,
misalnya Kitab Smaradahana, Kitab Bharatayudha, Kitab Lubdhaka, Wrtasancaya dan kitab
Kresnayana. Kemudian muncul kerajaan Singosari (tahun 1222-1292). Pada jaman kerajaan
Singosari ini didirikanlah Candi Kidal, candi Jago dan candi Singosari sebagai sebagai
peninggalan kehinduan pada jaman kerajaan Singosari.
Pada akhir abad ke-13 berakhirlah masa Singosari dan muncul kerajaan Majapahit, sebagai
kerajaan besar meliputi seluruh Nusantara. Keemasan masa Majapahit merupakan masa
gemilang kehidupan dan perkembangan Agama Hindu. Hal ini dapat dibuktikan dengan
berdirinya candi Penataran, yaitu bangunan Suci Hindu terbesar di Jawa Timur disamping
juga munculnya buku Negarakertagama.
Selanjutnya agama Hindu berkembang pula di Bali. Kedatangan agama Hindu di Bali
diperkirakan pada abad ke-8. Hal ini disamping dapat dibuktikan dengan adanya prasasti-
prasasti, juga adanya Arca Siwa dan Pura Putra Bhatara Desa Bedahulu, Gianyar. Arca ini
bertipe sama dengan Arca Siwa di Dieng Jawa Timur, yang berasal dari abad ke-8.
Menurut uraian lontar-lontar di Bali, bahwa Mpu Kuturan sebagai pembaharu agama Hindu
di Bali. Mpu Kuturan datang ke Bali pada abad ke-2, yakni pada masa pemerintahan
Udayana. Pengaruh Mpu Kuturan di Bali cukup besar. Adanya sekte-sekte yang hidup pada
jaman sebelumnya dapat disatukan dengan pemujaan melalui Khayangan Tiga. Khayangan
Jagad, sad Khayangan dan Sanggah Kemulan sebagaimana termuat dalam Usama Dewa.
Mulai abad inilah dimasyarakatkan adanya pemujaan Tri Murti di Pura Khayangan Tiga. Dan
sebagai penghormatan atas jasa beliau dibuatlah pelinggih Menjangan Salwang. Beliau
Moksa di Pura Silayukti.
Perkembangan agama Hindu selanjutnya, sejak ekspedisi Gajahmada  ke Bali (tahun 1343)
sampai akhir abad ke-19 masih terjadi pembaharuan dalam teknis pengamalan ajaran agama.
Dan pada masa Dalem Waturenggong, kehidupan agama Hindu mencapai jaman keemasan
dengan datangnya Danghyang Nirartha (Dwijendra) ke Bali pada abad ke-16. Jasa beliau
sangat besar dibidang sastra, agama, arsitektur. Demikian pula dibidang bangunan tempat
suci, seperti Pura Rambut Siwi, Peti Tenget dan Dalem Gandamayu (Klungkung).
Perkembangan selanjutnya, setelah runtuhnya kerajaan-kerajaan di Bali pembinaan
kehidupan keagamaan sempat mengalami kemunduran. Namun mulai tahun 1921 usaha
pembinaan muncul dengan adanya Suita Gama Tirtha di Singaraja. Sara Poestaka tahun 1923
di Ubud Gianyar, Surya kanta tahun1925 di SIngaraja, Perhimpunan Tjatur Wangsa Durga
Gama Hindu Bali tahun 1926 di Klungkung, Paruman Para Penandita tahun 1949 di
Singaraja, Majelis Hinduisme tahun 1950 di Klungkung, Wiwadha Sastra Sabha tahun 1950
di Denpasar dan pada tanggal 23 Pebruari 1959 terbentuklah Majelis Agama Hindu.
Kemudian pada tanggal 17-23 Nopember tahun 1961 umat Hindu berhasil menyelenggarakan
Dharma Asrama para Sulinggih di Campuan Ubud yang menghasilkan piagam Campuan
yang merupakan titik awal dan landasan pembinaan umat Hindu. Dan pada tahun 1964 (7 s.d
10 Oktober 1964), diadakan Mahasabha Hindu Bali dengan menetapkan Majelis keagamaan
bernama Parisada Hindu Bali dengan  menetapkan Majelis keagamaan bernama Parisada
Hindu Bali, yang selanjutnya menjadi Parisada Hindu Dharma Indonesia.

A. Perkembangan Agama Hindu, Budah di Indonesia


1. Pengaruh Hindu dan budha di Indonesia
Berdasarkan ditemukannya bukti tulisan yang berhuruf pallawa dan Bahasa Sanseketa di
kerajaan Kuta dan Tarumanegara menujukkan pengaruh Hindu budha dan india yang sangat
kuat dalam perkembangan sejarah inonesia. tulisan tulisan tersebut mengubah bangsa
indonesia memasuki babakan baru jaman sejarah, terutama dengan ditemukannya prasasti
tujuh yupa di kalimatan timur.
2. Masuknya Budaya Hindu Budha
Proses masuknya dan berkembangnya agama hindu dan budha ini melalui jalur perdagangan
India, cina, indonesia. pembawa agama agama Budha melalui misi penyiaran yang disebut
Dharma Dhuta. sedangkan pembawa agama Hindu ke indonesia antara lain golongan ksatria,
Brahmana, sudra dan waisya.
B.Kehidupan Sosial Politik Ekonomi dan Kebudayaan di Indonesia pada Masa
Kerajaan Hindu-Budah
1. Kerajaan Kutai
Kerjaan ini terletak di kalimatan timur dan tertua di indonesia. peninggalan bersejarah yang
di temukan adalah tujuh Buah Prasati yang di pahatkan di atas tiang bantu disebut YUPA.
Prasasti ini berhuruf pallawa dan berangka tahun 400M. Raja yang pernah memerintah
kerajaan kutai adalah kudungga, Aswawarman, Mulawarman. dengan ditemukannya prasasti
tersebut bangsa indonesia memasuki babkan baru zaman sejarah.
2. Kerajaan Taruma Negara ( abad 5 M)
Kerajaan ini letaknya di sekitar Bogor, Jawa Barat. prasasti yang ditemukan semua berhuruf
pallawa dan berbahasa Sanseketa yaitu:
- prasasti tugu
- prasasti lebak
- prasasti pasir awi
- prasasti jambu
- prasasti muara ciaruten
– prasasti kebon kopi
dari prasati di atas di katakan bhwa raja yang memerintah kerajaan Tarumanegara adalah
Purnawarman, seorang raja yang bijaksana dan sangat memperhatikan kemakmuran
rakyatnya. sumber bukti lainnya adalah kerajaan ini adalah berita dari seorang pendeta budha
dan cina yang bernama fa hien.
3. Kerajaan Melayu
Mengenai kerajaan ini diperkirakan sekitar daerah jambi seorang raja yang sering disebut
adalah adityawarman. sementaramenurut berita cina, pendeta I-Tsing setelah belajar di
Sriwijaya kemudian ia pergi ke Moloyu.
4. Kerjaan Sriwijaya (7 M)
kerajaan sriwijaya ini terletak di palembang, sumatra selatan. bukti adanya kerajaan ini
dengan ditemukannya prasasti-prasasti yang berhuruf pallawa, yaitu : prasasti Talang Tuo,
prasasti Kota Kapur, prasasti Karang berahi, prasasti Kedukan Bukti dan prasasti Telaga
Batu. dari prasasti proses tersebut diketahui bahwa kerajaan sriwijaya beragam budha dan
merupakan kerajaan yang besar dan makmur dengan ouncak kejayaan pada masa raja
balaputradewa.
5. Kerajaan Majapahit
terletak di desa Tarik Mojokerto, Jawa Timur. Pendiri kerajaan ini yaitu raden wijaya. pada
masa pemerintahan tri buwana tungga dewi diangkat seorang maha patih bernama Gajah
Mada. penganti pemeritahani ini adalah raja hayam wuruk yang dibantu oleh patih gajah
mada dengan sumpah palapa dan berhasil menyatukan nusantara di bawah kerajaan
majapahit.
kerutuhan kerajaan majapahit anatara lain :
- adanya perkembangkan islam dari kerajaan demak
- banyak daerah kekuasaannya melepaskan diri
- lemahnya raja-raja pengganti hayam wuruk
- mundurnya perekonmian akibat perang saudara
- adanya perang paregreg / perang saudara
6. Kerjaan Bali
Dalam prasasti sanur yang berangka 914 M, diceritakan bahwa raja yang memerintah
merupakan raja sri baduga maharaja terjadi peristiwa perang Bubat antara majapahit dengan
pajajaran.
7. kerajaan Kediri (abad 12 M)
Berdiri di daerah daha, kediri, jawa timur. raja yang terkenal raja jayabaya. sedangkan
menurut sumber dari cina bahwa kerajaan kediri merupakan kerajaan yang aman, tentram
dam makmur.
8. Kerajaan Medang (abad 10 M)
terletak di sekitar sungai Brantas dekat kota jombang, jawa timur. kerajaan ini merupakan
pindahan dari kerajaan matram kuno yang mengalami kehancuran. pendiri kerajaan ini adalah
mpu sindok yang menamakan dirinya dinasti isyana.
9. Kerajaan Singosari (abad 13)
Muncul setelah adanya perang ganter 1222 M. dalam perang ini akhirnya raja kertajaya yang
otoriter dari kerajaan kediri kalah melawan para brahmana yang dibantu oleh ken arok.
kerajaan kediri kalah dan berdirilah kerajaan singosari dengan raja ken arok adan bergelar
kertarejasa.
10. Kerajaan Mataram Kuno/Hindu (abad 8 M)
letak kerajaan ini dekat magelang, jawa tengah. hal ini dibuktikan dengan adanya prasasti
canggal, yang menceritakan bahwa kerajaan ini pernah di perintah oleh dinasti sanjaya dan
dinasti syailendra.
11. Kerajaan Sunda
letak kerajaan di pakuan pajajaran kemudian pindah ke kawali. pada masa pemerintahan raja
sri baduga maharaja terjadi peristiwa perang bubaat antara majapahit dengan pajajaran.
C. Peningkatan Kebudayaan Terpenting
kebudayaan terpenting peninggalan Hindu-Budah meliputi :
1. Bangunan Candi
a. Jenis Candi di Indonesia, Yaitu Candi Hindu dan Budha
b. Fungsi Candi, yaitu dalam agama Hindu berfungsi sebagai tempat pemakaman dan fungsi
menurut agama Budha sebagai tempat upacara keagamaan
c. Kelompok candi berdasarkan langgamnya, yaitu :
- Candi Jawa Tengah bagian utara
- Candi Jawa Tengah bagian selatan
- Candi Jawa Timur
perbedaan bangunan candi Jawa Tengah dan Jawa Timur antara lain :
Candi jawa barat :
- Bangunan Candi terbuat dari batu bara
- Relief candi simbolis
- Atap candi seperti pohon cemara
- Arah candi menghadap ke barat
- Bentuk candi ramping dan tinggi
- Induk candi menjorok ke belakang
candi Jiwa Tengah :
- Bangunan candi terbuat dari batu andesit (batu kali)
- Relief candi realis
- Atap candi berundak-undak
- Arah candi menghadap ke timur
- Bentuk candi tambun
- Induk candi tepat di tengah
2. Patung Dewa
Dalam kebudayaan Hindu-Budha biasanya dewa diwujudkan dalam bentuk patung
3. Sastra
Hasil peninggalan bidang sastra antara lain Ramayana, Mahabarata, Barata Yuda dll.
4. Seni Ukir
Hasil pahatan dan ukiran nampak indah dan mengangumkan pada relief-relief bangunan
candi.
5. Barang-barang logam
Barang atau benda yang terbuat dari logam dan perunggu yang indah di antaranya, arca,
lampu gantung, genta, mangkok, jambangan dan tempat dupa untuk upacara agama. dan
masih banyak lagi peninggalan yang berupa seni lainya.
D. Runtuhnya Kebudayaan Hinduh-Budah di Inonesia
Penyebab runtuhnya kerajaan yang bercorak Hindu-Budah antara lain :
a. Adanya perang Paragrag di Majapahit
b. Banyak daerah kekuasaan yang melepaskan diri kerajaan sriwijaya maupun Majapahit
c. Berkembangnya syiar agama Islam yang berhasil menarik simpati masyarakat
d. Kerajaan Islam Demak berkembang pesat, sementara Sumatra juga berkembang pesat
kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam.

RANGKUMANNYA :
Anak benua India merupakan tanah tempat kebudayaan Weda, Buddha, Jaina lahir. Di
sebelah utara terdapat sungai–sungai besar seperti Indus, Gangga, Yamna, dan Brahmaputra
yang memiliki lembah-lembah subur. Di lembah-lembah subur inilah lahir peradaban Hindu
muncul. Penduduk Lembah Indus adalah bangsa Dravida yang berkulit hitam. Peradaban
Lembah Indus mengalami kemunduran ketika bangsa Arya dari Asia Tengah melakukan
invasi. Persebaran bangsa Arya dibedakan atas dua periode: masa Weda Awal dan masa
Weda Akhir. Pada masa akhir ini itu bangsa Arya mulai membangun system agama Weda
(Hindu) dan pemerintahan (politik).

Sementara itu, agama Buddha lahir dari Sidharta Gautama, putra Raja Suddodhana dari
Kapilawastu. Setelah dewasa, Sidharta pergi dari istana dan meninggalkan segala Bentuk
kesenangan duniawi. Ia berguru pada sejumlah rahib. Ketika tiba di Desa Gaya, di Lembah
Sungai Gangga, Siddharta menjadi seorang Buddha. Setelah itu ajaran Buddha mengalami
perkembangan: Buddha Mahayana dan Hinayana. Pengaruh Buddha pun meluas hingga Cina,
Jepang, Indocina, dan Indonesia. Sekitar awal tarikh masehi, telah terjadi hubungan dagang
antara India, Indonesia Indocina, dan Cina.
Hubungan dagang ini berkembang menjadi hubungan politik, agama, dan budaya. Hubungan
itu didukung oleh kronik-kronik dari Cina, Yunani, Arab, India, Indocina, dan kitab serta
prasasti dalam negeri. Dari sumber-sumber itu dapat disimpulkan: persebaran agama dan
budaya Hindu-Buddha dari India ke Indonesia berawal dari perdagangan.
Ada lima teori tentang pihak-pihak yang berjasa menyebarkan Hindu dan Buddha di
Indonesia. Pihak pertama adalah kaum brahmana dan rahib dari India. Pihak kedua adalah
para pedagang India (waisya). Pihak ketiga adalah kaum sudra yang melarikan diri dari India
ke Indonesia. Pihak keempat adalah golongan ksatria India yang melarikan diri ke Indonesia
karena takut dikejar-kejar oleh musuh. Dan pihak kelima dalah orangorang Indonesia sendiri,
yang sebelumnya pernah mengunjungi India. Keterkaitan antara perdagangan dan persebaran
Hindu Buddha mengakibatkan pusat pusat perdagangan di Indonesia menjadi pusat Hindu-
Buddha, terutama di Jawa, Bali, dan Kalimantan; sementara Sumatera merupakan pusat
Buddha.
Pengaruh Hindu-Buddha terhadap perkembangan agama di Indonesia terlihat dari praktik dan
tempat peribadatan (candi). Sedangkan pengaruh dalam bidang kebudayaan terlihat dari
bangunan fisik (stupa, candi, keratin), karya sastra (kitab, prasasti, wayang), seni rupa (relief,
makara, arca), serta seni tari dan musik. Kesemuanya itu mengalami proses akulturasi dan
sinkretisasi sesuai zamannya.
Dewa
Deva adalah sinar suci Brahman atau Sang Hyang Widhi yang mempunyai tugas berbeda-
beda. Kata Deva itu sendiri berasal dari bahasa Sanskerta divyang artinya sinar. Sesuai
dengan artinya, fungsi Deva adalah untuk menyinari, menerangi alam semesta agar selalu
terang dan terlindungi. Dalam Agama Hindu dikenal banyak Deva dengan berbagai
fungsinya, antara lain:

 Deva Indera adalah deva yang menguasai ilmu perang sehingga dikenal sebagai Deva
perang;
 Deva Brahma adalah deva pencipta alam semesta beserta isinya;
 Deva Wisnu sebagai deva pemelihara dunia beserta isinya;
 Deva Siwa sebagai deva pemeralina yang mengembalikan dunia kembali ke asalnya;
 Deva Baruna sebagai deva penguasa laut;
 Devi Saraswati sebagai deva penguasa ilmu pengetahuan;
 Deva Ganeca sebagai deva kecerdasan dan penyelamat umat manusia;
 Devi Sri sebagai deva kemakmuran; dan
 Deva Sangkara sebagai deva penguasa tumbuh-tumbuhan.

Bhatara
Kata Bhatara berasal dari kata bhatryang berarti kekuatan Brahman, Sang Hyang Widhi yang
juga mempunyai fungsi sebagai pelindung umat manusia dan dunia dengan segala isinya.
Dalam Agama Hindu dikenal ada banyak Bhatara, antara lain:

 Bhatara Bayu yang memiliki kemampuan untuk menggerakkan udara atau angin.
 Bhatara Indra yang mempunyai kekuatan untuk mengadakan hujan.
 Bhatara Agni yang mempunyai kekuatan untuk menjadikan api yang panas.
 Bhatara Basuki yang mempunyai kekuatan untuk menciptakan kesuburan.
 Bhatara Anantaboga yang mempunyai kekuatan untuk menstabilkan bumi.

Awatara
Kata Avatara berarti kelahiran Brahman. Dalam hal ini, Brahman melahirkan diri-Nya sendiri
dengan wujud yang sesuai dengan kehendak-Nya untuk menyelamatkan umat manusia dan
dunia beserta isinya dari ancaman kejahatan yang sudah merajalela. 

Umat Hindu percaya bahwa kehidupan umat manusia dan bumi beserta isinya tidak kekal dan
berada dalam siklus perubahan abadi yang bisa baik dan juga bisa buruk. Dalam perjalanan
kehidupan umat manusia tidak dapat lepas dari siklus perubahan.Terkadang pengaruh buruk
yang menguasai alam semesta dan di lain waktu pengaruh baik yang mempengaruhi.

Manakala dunia beserta isinya berada dalam ancaman pengaruh buruk sifat manusia, yang
ditandai dengan kejahatan merajalela, wanita tidak lagi diberikan kemuliaan dan
penghormatan, perang terjadi di mana-mana, maka Brahman atau Sang Hyang Widhi turun
ke dunia dengan mengambil wujud sesuai dengan keadaan zaman. Tujuannya untuk
menyelamatkan umat manusia, alam semesta beserta isinya dari kehancuran. 
Dengan demikian, Avatara merupakan penjelmaan Brahman dengan mengambil wujud
tertentu dengan tujuan untuk menyelamatkan umat manusia dan dunia beserta isinya.
Menurut Purana (bagian dari pada Veda), dikenal ada 10 Awatara Dalam Agama Hindu yang
turun ke dunia untuk tujuan menyelamatkan umat manusia, alam semesta, dan segala isinya
dari kehancuran.

Hubungan Deva, Bhatara, Avatara


Sebagai manifestasi, Deva Wisnu yang turun ke dunia antara Deva, Bhatara, dan Avatara
mempunyai masing-masing hubungan, yaitu:

1. Semuanya bersumber dari Brahman/Sang Hyang Widhi,


2. Masing-masing mempunyai fungsi dan tugas menyelamatkan dunia dari adharma,
3. Masing-masing mempunyai sifat yang sama dengan Brahman
4. Deva, Bhatara, dan Avatara adalah maha pemurah terhadap makhluk hidup.

Perbedaan Deva, Bhatara, dan Avatara

1. Deva berasal dari kata Div yang berarti sinar. Jadi, Dewa memiliki arti atau makna
sinar yang menunjukkan sebagai sinar sucinya Tuhan Yang Maha Esa.
2. Bhatara berasal dari bahasa Sanskerta dari akar kata Bhatr, yang artinya Pelindung.
Jadi Bhatara adalah manusia yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan kualitas
kesucian dirinya sehingga mampu menjadi Manawa ke Madawa atau setingkat
Bhatara yang dapat melindungi kesejahteraan umat manusia.
3. Avatara adalah turunnya kekuatan Sang Hyang Widhi ke dunia sebagai Dewa Wisnu
dengan mengambil suatu bentuk tertentu untuk menyelamatkan dunia beserta isinya
dari kehancuran yang disebabkan oleh sifat-sifat Adharma.

Sloka yang Mendukung Keberadaan Deva, Bhatara dan Avatara


1.  Bhagavadgita IV. 5
Banyak kelahiran yang telah Aku jalani di masa lalu, demikian juga engkau wahai Arjuna,
semuanya itu Aku mengetahuinya, tetapi engkau tidak wahai Parantapa (Arjuna)

2.  Bhagavadgita IV. 6


Walaupun Aku tak terlahirkan, abadi, dan menguasai segala makhluk, namun dengan
menundukkan kekuatan Ku sendiri, Aku bisa mewujudkan diriku melalui kekuatan maya Ku

3.  Bhagavadgita IV. 8


Demi untuk melindungi orang-orang suci, serta untuk memusnahkan orang-orang jahat, dan
demi untuk menegakkan dharma Aku.
  PENGERTIAN KARMA PHALA
Karma berasal dari bahasa Sanskerta, yang artinya berbuat atau bekerja (melakukan
perbuatan) dan Phala yang artinya Hasil atau buah. Jadi karma Phala adalah Buah atau Hasil
Perbuatan. Juga disebut dengan hukum karma atau hokum hasil perbuatan. Hukum karma
phala itu sesungguhnya sejalan dengan hukum sebab akibat yaitu segala sebab pasti ada
akibatnya. Demikian juga dengan hukum karma, setiap karma mempunyai phala. Dengan
demikian hukum karma sering disebut dengan hokum karma phala.
BAGIAN KARMA PHALA
BAGIAN-BAGIAN KARMA PHALA ADA 3 MACAM YAITU:
1.      Sancita Karma Phala
Yaitu hasil dari perbuatan seseorang dimasa lampau yang karena suatu hal belum habis
dinikmati pada saat perbuatannyasehingga sisanya merupakan benih yang menentukan dan
hasilnya mesti diterima dalam kehidupan berikutnya.
2.      Prarabda Karma Phala
Yaitu hasil perbuatan seseorang pada masa kehidupan yang sekarang dan hasilnya habis
dinikmati sekrang juga tanpa ada tersisakan.
3.      Kriyamana Karma Phala
Yaitu hasil perbuatan seseorang yang belum sempat dinikmati pada masa perbuatannya
sehingga perbuatannya harus dinikmati pada masa kehidupannya yang akan datang.

BENTUK-BENTUK KARMA PHALA.


1.      Karma dalam bentuk Pikiran.
2.      Karma dalam bentuk Ucapan.
3.      Karma dalam bentuk Perbuatan atau Tingkah laku.

IV
CONTOH BAGIAN KARMA PHALA
1.      Sancita Karma Phala.
Contoh: Dalam kehidupan ini seorang selalu berbuat jahat namun ia selalu mendapatkan
kebaikan, mungkin saja ia masih menikmati buah karmanya yang terdahulu.
2.      Prarabda Karma Phala.
Contoh: Sekarang ia mencuri ketimun, tak lama kemudian mulutnya menjadi bengkak.
Sekarang dia memukul anjing hingga kaki anjing itu patah, tak lama kemudian dia
mengendarai motor, kemudian tertabrak dan kakinyapun patah.
3.      Kriyamana Karma Phala.
Contoh: Sekarang ia berbuat jahat namun dinikamati nanti dalam kehidupannya yang akan
dating.

Anda mungkin juga menyukai