Anda di halaman 1dari 14

Kebudayaan Pra Sejarah dan Sejarah Agama Hindu

A. Kebudayaan Prasejarah dan Sejarah Agama Hindu


Zaman prasejarah adalah zaman dimana belum dikenalnya tulisan. Berakhirnya
zaman prasejarah atau dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di dunia tidak sama
tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir sekitar
tahun 4000 SM masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga pada saat itu, bangsa Mesir
sudah memasuki zaman sejarah. Zaman prasejarah di Indonesia diperkirakan berakhir pada
masa berdirinya Kerajaan Kutai, sekitar abad ke-5; dibuktikan dengan adanya prasasti yang
berbentuk yupa yang ditemukan di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur baru memasuki
era sejarah. Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman prasejarah,
keterangan mengenai zaman ini diperoleh melalui bidang-bidang
seperti paleontologi, astronomi, biologi, geologi, antropologi, arkeologi. Dalam artian bahwa
bukti-bukti pra-sejarah hanya didapat dari barang-barang dan tulang-tulang di daerah
penggalian situs sejarah.
Pembagian zaman pada masa pra-sejarah diberi sebuatan menurut benda-benda atau
peralataan yang menjadi cirri utama dari masing-nasing periode waktu itu. Adapun
pembagian kebudayaan zaman pra-sejarah sebagai berikut:
1) Zaman batu tua (Paleolitikum)
Zaman batu tua (palaeolitikum), Disebut demikian sebab alat-alat batu buatan
manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari
sudut mata pencariannya periode ini disebut masa berburu dan meramu makanan
tingkat sederhana. Pendukung kebudayaan ini adalah Homo Erectus .
2) Zaman batu tengah (Mesolitikum)
Pada Zaman batu tengah (mesolitikum), alat-alat batu zaman ini sebagian sudah
dihaluskan terutama bagian yang dipergunakan. Tembikar juga sudah dikenal. Periode
ini juga disebut masa berburu dan meramu makanan tingkat lanjut. Pendukung
kebudayaan ini adalah homo sapiens (manusia sekarang), yaitu ras Austromelanosoid
(mayoritas) dan Mongoloid (minoritas).
3) Zaman batu baru (Neolitikum)
Alat-alat batu buatan manusia Zaman batu baru (Neolitikum) sudah diasah atau dipolis
sehingga halus dan indah. Di samping tembikartenun dan batik juga sudah dikenal.
Periode ini disebut masa bercocok tanam. Pendukung kebudayaan ini adalah homo
sapiens dengan ras Mongoloide (mayoritas) dan ras Austromelanosoide (minoritas).
4) Zaman logam
Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping alat-
alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi
alat-alat yang diinginkannya. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu
dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang
disebut acire perdue. Periode ini juga disebut masa perundagian karena dalam
masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan.
5) Zaman batu besar (Megalithikum)
Zaman ini disebut juga sebagai zaman megalithikum. Hasil kebudayaan
Megalithikum, antara lain:
 Menhir: tugu batu yang dibangun untuk pemujaan terhadap arwah-arwah nenek
moyang.
 Dolmen: meja batu tempat meletakkan sesaji untuk upacara pemujaan roh nenek
moyang Sarchopagus/keranda atau peti mati (berbentuk lesung bertutup)
 Punden berundak: tempat pemujaan bertingkat
 Kubur batu: peti mati yang terbuat dari batu besar yang dapat dibuka-tutup
 Arca/patung batu: simbol untuk mengungkapkan kepercayaan mereka

1. Sejarah Agama Hindu


Agama Hindu sebenarnya lahir tumbuh, dan berkembang dari tradisi atau alam
pikiran ajaran kitab weda. Penganutnya ajaran weda ini adalah suku bangsa Arya. Sekitar
tahun 1500 SM suku bangsa Arya memasuki wilayah India. Diperkirakan mereka memasuki
India melalui Celah Kaiber secara bergelombang. Sejarah Agama Hindu pertama-tama
dimulai kali suku arya mendiami Lembah Indus dan mendesak suku bangsa Dravida. Perlu
ktia ingat bahwa bangsa dravida dikenal sebagai bangsa yang berhasil mengembangkan
peradaban yang cukup maju di Lembah Indus. Peradaban suku bangsa Dravida berpusat di
Mohenjo Daro dan Harappa. Karena terdesak suku bangsa Arya, peradaban Mohenjo Daro
dan Harappa mengalami kemunduran. Bangsa Arya kemudian menyebar ke berbagai wilayah,
misalnya ke Lembah Sungai Gangga dan Yamuna. Dalam penyebarannya itu suku bangsa
Arya ada yang melangsukan perkawinan dengan orang-orang Dravida sehingga terbentuklah
masyarakat dan generasi baru. Masyarakat dan generasi baru itu lazim disebut bangsa Hindu.
Tradisi dan kepercayaan bangsa Hindu itulah yang disebut dengan agama dan kebudayaan
Hindu. Nah, inilah contoh perubahan yang berkelanjutan. Perubahan dari kehidupan bangsa
Arya dan Dravida berubah ke zaman Hindu. Akan tetapi, dasar ajarannya menggunakan Weda
yang dahulu sudah digunakan oleh orang-orang Arya.

2. Agama Hindu di Indonesia


Masuknya agama Hindu ke Indonesia terjadi pada awal tahun Masehi, ini dapat
diketahui dengan adanya bukti tertulis atau benda-benda purbakala pada abad ke 4 Masehi
dengan diketemukannya tujuh buah Yupa peningalan kerajaan Kutai di Kalimantan Timur.
Disamping di Kutai (Kalimantan Timur), agama Hindu juga berkembang di Jawa
Barat mulai abad ke-5 dengan diketemukannya tujuh buah prasasti, yakni prasasti Ciaruteun,
Kebonkopi, Jambu, Pasir Awi, Muara Cianten, Tugu dan Lebak. Semua prasasti tersebut
berbahasa Sansekerta dan memakai huruf Pallawa.Dari prasasti-prasasti itu didapatkan
keterangan yang menyebutkan bahwa “Raja Purnawarman adalah Raja Tarumanegara
beragama Hindu, Beliau adalah raja yang gagah berani dan lukisan tapak kakinya disamakan
dengan tapak kaki Dewa Wisnu”
Bukti lain yang ditemukan di Jawa Barat adalah adanya perunggu di Cebuya yang
menggunakan atribut Dewa Siwa dan diperkirakan dibuat pada masa Raja Tarumanegara.
Berdasarkan data tersebut, maka jelas bahwa Raja Purnawarman adalah penganut agama
Hindu dengan memuja Tri Murti sebagai manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa.
Selanjutnya, agama Hindu berkembang pula di Jawa Tengah, yang dibuktikan adanya prasasti
Tukmas di lereng gunung Merbabu. Prasasti ini berbahasa sansekerta memakai huruf Pallawa
dan bertipe lebih muda dari prasasti Purnawarman. Prasasti ini yang menggunakan atribut
Dewa Tri Murti, yaitu Trisula, Kendi, Cakra, Kapak dan Bunga Teratai Mekar, diperkirakan
berasal dari tahun 650 Masehi.
Pernyataan lain juga disebutkan dalam prasasti Canggal, yang berbahasa sansekerta
dan memakai huduf Pallawa. Prasasti Canggal dikeluarkan oleh Raja Sanjaya pada tahun 654
Caka (576 Masehi), dengan Candra Sengkala berbunyi: “Sruti indriya rasa”, Isinya memuat
tentang pemujaan terhadap Dewa Siwa, Dewa Wisnu dan Dewa Brahma sebagai Tri Murti.
Adanya kelompok Candi Arjuna dan Candi Srikandi di dataran tinggi Dieng dekat
Wonosobo dari abad ke-8 Masehi dan Candi Prambanan yang dihiasi dengan Arca Tri Murti
yang didirikan pada tahun 856 Masehi, merupakan bukti pula adanya perkembangan Agama
Hindu di Jawa Tengah. Disamping itu, agama Hindu berkembang juga di Jawa Timur, yang
dibuktikan dengan ditemukannya prasasti Dinaya (Dinoyo) dekat Kota Malang berbahasa
sansekerta dan memakai huruf Jawa Kuno. Dea Simha adalah salah satu raja dari kerajaan
Kanjuruan. Candi Badut adalah bangunan suci yang terdapat di daerah Malang sebagai
peninggalan tertua kerajaan Hindu di Jawa Timur.
Kemudian pada tahun 929-947 munculah Mpu Sendok dari dinasti Isana Wamsa dan
bergelar Sri Isanottunggadewa, yang artinya raja yang sangat dimuliakan dan sebagai pemuja
Dewa Siwa. Kemudian sebagai pengganti Mpu Sindok adalah Dharma Wangsa. Selanjutnya
munculah Airlangga (yang memerintah kerajaan Sumedang tahun 1019-1042) yang juga
adalah penganut Hindu yang setia.
Setelah dinasti Isana Wamsa, di Jawa Timur munculah kerajaan Kediri (tahun 1042-
1222), sebagai pengemban agama Hindu. Pada masa kerajaan ini banyak muncul karya sastra
Hindu, misalnya Kitab Smaradahana, Kitab Bharatayudha, Kitab Lubdhaka, Wrtasancaya dan
kitab Kresnayana. Kemudian muncul kerajaan Singosari (tahun 1222-1292). Pada jaman
kerajaan Singosari ini didirikanlah Candi Kidal, candi Jago dan candi Singosari sebagai
sebagai peninggalan kehinduan pada jaman kerajaan Singosari.
Pada akhir abad ke-13 berakhirlah masa Singosari dan muncul kerajaan Majapahit,
sebagai kerajaan besar meliputi seluruh Nusantara. Keemasan masa Majapahit merupakan
masa gemilang kehidupan dan perkembangan Agama Hindu. Hal ini dapat dibuktikan dengan
berdirinya candi Penataran, yaitu bangunan Suci Hindu terbesar di Jawa Timur disamping
juga munculnya buku Negarakertagama.
Selanjutnya agama Hindu berkembang pula di Bali. Kedatangan agama Hindu di Bali
diperkirakan pada abad ke-8. Hal ini disamping dapat dibuktikan dengan adanya prasasti-
prasasti, juga adanya Arca Siwa dan Pura Putra Bhatara Desa Bedahulu, Gianyar. Arca ini
bertipe sama dengan Arca Siwa di Dieng Jawa Timur, yang berasal dari abad ke-8.
Menurut uraian lontar-lontar di Bali, bahwa Mpu Kuturan sebagai pembaharu agama
Hindu di Bali. Mpu Kuturan datang ke Bali pada abad ke-2, yakni pada masa pemerintahan
Udayana. Pengaruh Mpu Kuturan di Bali cukup besar. Adanya sekte-sekte yang hidup pada
jaman sebelumnya dapat disatukan dengan pemujaan melalui Khayangan Tiga. Khayangan
Jagad, sad Khayangan dan Sanggah Kemulan sebagaimana termuat dalam Usama Dewa. .
Perkembangan selanjutnya, setelah runtuhnya kerajaan-kerajaan di Bali pembinaan
kehidupan keagamaan sempat mengalami kemunduran. Mahasabha Hindu Bali dengan
menetapkan Majelis keagamaan bernama Parisada Hindu Bali dengan menetapkan Majelis
keagamaan bernama Parisada Hindu Bali, yang selanjutnya menjadi Parisada Hindu Dharma
Indonesia

B. Teori-teori Masuknya Agama Hindu ke Indonesia


Kehadiran Agama Hindu di Indonesia menimbulkan pembaharuan yang besar, seperti
berakhirnya jaman prasejarah Indonesia. Perubahan dari religi uno ke dalam kehidupan
beragama dengan memuja Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan kitab Suci Veda dan juga
munculnya kerajaan yang mengatur kehidupan suatu wilayah. Mengenai masuknya agama
Hindu di Indonesia, ada beberapa teori yang menjelaskan hal tersebut. Teori-teori yang
dimaksud antara lain:

a) Teori Brahmana
Teori Brahmana di kemukakan oleh Van Leur. Van
Leur berpendapat bahwa Agama Hindu di bawa oleh
para Brahmana atau para pendeta ke Indonesia ia
berpendapat seperti itu karena para Brahmana lah
yang mengetahui kitab weda.

b) Teori Ksatria
Teori ke satria ini dikemukan oleh F.D.K Bosch dan
C.C. Berg. Mereka mengatakan bahwa Agama
Hindu di bawa oleh para prajurit India yang ingin
menaklukan Indonesia lalu menyebarkan agama
hindu.

c) Teori Waisya
Teori Waisya di kemukakan oleh Krom . Menurut
Krom, Agama Hindu masuk ke Indonesia di bawa
oleh para pedagang atau golongan waisya, Buktinya
banyak pedagang dari India yang berdagang di
indonesia lalu mereka menyebarkan agama hindu di
Indonesia.

d) Teori Sudra
Teori lainnya mengatakan bahwa Agama Hindu di
bawa oleh para budak atau golongan sudra, mereka
menyebarkan agama hindu karena ingin merubah
nasib mereka.

e) Teori Arus Balik


Teori arus balik ini menyatakan bahwa bangsa di
Nusantara belajar agama hindu di India lalu
menyebarkan kembali di Indonesia. Teori ini kuat,
tetapi menurut catatan sejarah, orang-orang di nusantara baru belajar Agama Hindu ke
India (pusat Agama Hindu) setelah beberapa kerajaan di Nusantara menganut Agama
Hindu.

Dari seluruh teori tersebut, teori Brahmana adalah teori yang paling dapat diterima karena:
 Agama hindu dalam kehidupan di masyarakat segala upaacra keagamaan cenderung
dimonopoli oleh kaum Brahmana sehingga hanyalah Brahmana yang mungkin
menyebarkan agama Hindu.
 Prasasti yang ditemukan di Indonesia berbahasa Sansekerta yang merupakan bahasa
kitab suci dan upacara keagamaan, bukan bahasa sehari-hari sehingga hanya
dimengerti oleh Kaum Brahmana.

C. Bukti-bukti Monumental Peninggalan Prasejarah dan Sejarah Perkembangan


Agama Hindu di Indonesia
Berikut ini beberapa jenis alat dari masa praaksara yang pernah ditemukan di
Indonesia.

a) Kapak Genggam
Kapak genggam diperkirakan merupakan alat yang digunakan oleh manusia jenis
Pithecanthropus untuk berburu. Kapak ini digunakan dengan cara digenggam.
b) Alat Serpih
Alat ini digunakan oleh manusia purba untuk menusuk, memotong dan melubangi
kulit binatang. Alat ini terbuat dari batu. Diperkirakan, alat ini merupakan serpihan
dari batu yang dibuat sebagai kapak genggam.
c) Kapak Persegi
Kapak persegi merupakan alat yang terbuat dari batu dan digunakan oleh manusia
untuk mencangkul, memahat, dan berburu.
d) Kapak Lonjong
Kapak lonjong merupakan kapak yang bentuknya lonjong. Pangkal kapak tersebut
lebar dan tajam, sedang ujungnya runcing dan diikatkan pada gagang. Alat ini terbuat
dari batu yang telah diasah hingga halus.
e) Menhir
Menhir merupakan tugu batu yang tinggi. Diperkirakan menhir digunakan sebagai
tempat pemujaan oleh manusia prasejarah.
f) Dolmen
Dolmen adalah meja yang terbuat dari batu, diperkirakan digunakan sebagai tempat
menyimpan sesaji untuk sesembahan manusia prasejarah.
g) Sarkofagus
Sarkofagus adalah peti mati yang terbuat dari batu.
h) Arca
Arca adalah batu yang dibentuk hingga menyerupai makhluk hidup tertentu.
i) Bejana Perunggu
Bejana perunggu adalah benda yang terbuat dari perunggu. Bentuknya mirip dengan
gitar spanyol tanpa gagang.
j) Kapak Corong
Kapak corong adalah kapak yang terbuat dari perunggu dan bentuk bagian atas mirip
dengan corong.

1. Peninggalan Sejarah Hindu di Indonesia Kapak


Kapak
Kapak
Alat Genggam
Serpih
Lonjong
Persegi
Sejarah menyatakan bahwa "Maha Rsi Agastya" yang
menyebarkan Agama Hindu dari India ke Indonesia. Bersamaan dengan Sarkofagus
Dolmen
Menhir
berkembangnya pengaruh Hindu keseluruh Dunia termasuk Indonesia,
maka terjadilh akulturasi antara kebbudayaan asli Indonesia dengan
Bejana
Kapak Arca
Perunggu
Corong
kebudayaan India yang dijiwai oleh Agama Hindu. Selanjutnya secara berangsur-angsur
peradaban Hindu mempengaruhi dan menjiwai peradaban asli Indonesia sesuai dengan sifat-
sifatnya. Untuk semuanya itu terkait tentang bukti-bukti peninggalan sejarah ke 'Hindu'an,
dapat diuraikan pada kerajaan-kerajaan Indonesia sebagai berikut:

(1) Kerajaan Kutai


Kerajaan Kutai adalah kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan ini
berdiri pada tahun 400 Masehi. Raja pertamanya adalah Kudungga, kemudian
digantikan Aswawarman. Raja terkenal dari Kutai adalah
Mulawarman. Peninggalan Kerajaan Kutai adalah Prasasti Kutai yang terpahat pada
tiang batu yang disebut yupa yang ditemukan di aliran Sungai Mahakam,
Kalimantan Timur. Prasati tersebut ditulis dengan huruf Pallawa dan berbahasa
Sanskerta. Selain itu, peninggalan sejarah dari Kutai yang lain adalah arca-arca
yang terbuat dari emas dan perunggu.

(2) Kerajaan Tarumanegara


Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan Hindu tertua di Jawa. Letaknya
di Bogor, Jawa Barat. Berdiri pada tahun 450 Masehi. Rajanya yang terkenal
bernama Purnawarman. Peninggalan sejarah berupa tujuh prasasti yang ditulis dalam
bahasa Sanskerta menggunakan huruf Pallawa, di antaranya Prasasti Ciaruteun
(terdapat jejak telapak kaki Purnawarman), Prasasti Kebon Kopi, Prasasti Jambu,
Prasasti Muara Cianten, Prasasti Tugu, Prasasti Pasir Awi, dan Prasasti Lebak.
Peninggalan sejarah yang lain adalah irigasi dari Sungai Gomati, arca Wisnu
Cibuaya I dan II, dan arca Rajarsi.
(3) Kerajaan Mataram
Kerajaan Mataram terletak di daerah Yogyakarta. Raja yang pertama adalah
Raja Sanna, kemudian digantikan oleh Raja Sanjaya. Kerajaan ini dikenal
dari sebuah prasasti di desa Canggal, barat Magelang. Prasasti ini tertulis tahun 732
Masehi. Ditulis dengan huruf Pallawa dan dalam bahasa Sanskerta.

(4) Kerajaan Kediri


Kerajaan Kediri terletak di tepi sungai Brantas, Jawa Timur, beribu kota
di Daha. Raja yang pernah memerintah Kerajaan Kediri adalah
Bameswara, Jayabaya, Sarweswara, Aryyeswara, Gandra, Kameswara, dan
Kertajaya. Raja Bameswara memerintah tahun 1115 – 1130. Ia dikenal sebagai
Raden Panji Asmarabangun dan permaisurinya Sri Kiranavatu atau Dewi Candra
Kirana. Kisah perjalanan hidup tersebut ditulis oleh Mpu Darmaja dalam kitab
Smaradahana. Karya sastra dan pujangga yang terkenal adalah Mpu Sedah dan Mpu
Panuluh dengan Kitab Bharatayuda, Kitab Hariwangsa, dan Kitab Gatutkacasraya.
Peninggalan sejarah Kerajaan Kediri, antara lain Prasasti Pandeglang,
Prasasti Penumbangan, Prasasti Hantang, Prasasti Talan, Prasasti Jepun, Prasasti
Kahyunan, Prasasti Weleri, Prasasti Angin, dan Prasasti Semanding. Selain itu juga
ada Kitab Smaradahana, Bharatayudha, Hariwangsa, Gatotkacasraya, dan
Sumanasantaka.

(5) Kerajaan Singasari


Kerajaan Singasari terletak di Tumapel, Malang, Jawa Timur. Didirikan oleh
Ken Arok tahun 1222 setelah mengalahkan Raja Kertajaya Kediri. Ken Arok
dinobatkan Brahmana sebagai penjelmaan Dewa Wisnu yang menunjukkan
Singasari adalah kerajaan Hindu. Kisah Ken Arok tertulis di dalam Kitab
Pararaton. Ken Arok memerintah sampai tahun 1227. Raja-raja yang pernah
berkuasa antara lain Sri Rajasa Sang Amurwahbumi (Ken Arok), Anusapati (1227
– 1248 M), Tohjaya (1248 M), Ranggawuni (1248 – 1268 M) dan Kertanegara
(1268 – 1292 M). Peninggalan sejarah Kerajaan Singasari antara lain Candi
Singasari (makam Kertanegara), Candi Kidal (makam Anusapati), Candi Jago,
Candi Kangenan (makam Ken Arok), dan Candi Katang Lumbang (makam
Tohjaya).

(6) Kerajaan Majapahit


Kerajaan Majapahit terletak di selatan Sungai Brantas yang berpusat
di Trowulan, Mojokerto. Didirikan oleh Raden Wijaya tahun 1294, yang
bergelar Kertarajasa Jayawardhana. Kertarajasa memerintah dengan bijaksana
sampai wafatnya tahun 1309 M, kemudian digantikan oleh Jayanegara. Semasa
pemerintahan Jayanegara, keadaan menjadi kacau dan sering terjadi
pemberontakan. Pada tahun 1328, Jayanegara wafat dan digantikan oleh adiknya
yaitu Bhre Kahuripan atau dikenal dengan gelar Tribhuwana Tunggadewi
Jayawisnuwardhani. Pada tahun 1350, beliau turun tahta dan digantikan oleh
putranya yaitu Hayam Wuruk. Puncak kejayaan Kerajaan Majapahit adalah semasa
Raja Hayam Wuruk dan patihnya Gajah Mada. Gajah Mada wafat tahun 1364 M
dan Hayam Wuruk wafat pada tahun 1389 M. Peninggalan sejarah Majapahit
berupa karya sastra dan candi. Karya sastra yang dihasilkannya, di antaranya Kitab
Negarakertagama (Mpu Prapanca), Kitab Arjunawiwaha (Mpu Kanwa), Kitab
Sutasoma (Mpu Tantular). Adapun Candi yang ditinggalkan antara lain Candi
Panataran (Blitar), Candi Sumberjati, Candi Sawentar, Candi Tikus di Trowulan,
Candi Jabung, Candi Tigawangi, dan Candi Surawana (Kediri)

(7) Kerajaan Bali


Kerajaan Bali ini mempunyai beberapa hubungan dangan Pulau Jawa karena
letak mereka yang berdekatan. sosok yang berhasil menajdikan Bali menjadi satu
kerajaan utuh belum juga diketahui karena minimnya peninggalan dari kerajaan
Bali akan tetapi riwayat kerajaan Bali masih dapat diketahui melalui beberapa
peninggalan, antara lain: Prasasti desa Blanjong Sanur, Berita dari Cina, Komplek
Candi Gunung Kawi di Tampak Siring. Masa kejayaan Kerajaan Bali terjadi pada
saat Dharmodayana naik tahta. Pada masa Dharmodayana ini, pihak kerajaan
memperkuat hubungan tersebut dengan mengawinkan Dharma Udayana dengan
Mahendradata, putri dari raja Makutawangsawardhana dari Jawa Timur. Hal ini
akhirnya semakin memperkokoh kedudukan kerajaan di antara Pulau Jawa dan
Bali.

Berikut ini adalah peninggalan-peninggalan sejarah yang bercorak kebudayaan Hindu:


1. Candi

Candi adalah bangunan yang biasanya terdiri dari tiga bagian, yaitu kaki, tubuh, dan
atap. Pada candi Hindu biasanya terdapat arca perwujudan tiga dewa utama dalam ajaran
Hindu. Tiga dewa itu adalah Brahma, Wisnu, dan Syiwa. Brahma adalah dewa pencipta,
Wisnu dewa pemelihara, dan Syiwa dewa pelebur. Pada dinding candi terdapat relief, yaitu
gambar timbul yang biasanya dibuat dengan cara memahat. Relief mengisahkan sebuah
cerita.

Candi-candi peninggalan agama Hindu


No. Nama Candi Lokasi Penemuan Pembuatan Peninggalan
1 Prambanan Yogyakarta Abad ke-7 M Mataram Lama
2 Dieng Dieng, Jawa Tengah Abad ke-7 M Mataram Lama
3 Badut Malang, Jawa Timur Tahun 760 M Kanjuruhan
4 Canggal Jawa Tengah Abad ke-8 M Mataram Lama
5 Gedong Sanga Jawa Tengah Abad ke-8 M Mataram Lama
6 Penataran Blitar, Jawa Timur Abad ke-11 M Kediri
7 Sawentar Blitar Jawa Timur Abad ke-12 M Singasari
8 Candi Kidal Jawa Timur Abad ke-12 M Singasari
9 Singasari Jawa Timur Abad ke-12 M Singasari
10 Sukuh Karang Anyar, Jateng Abad ke-13 M Majapahit

2. Prasasti

Prasasti adalah benda peninggalan sejarah yang berisi tulisan dari masa lampau.
Tulisan itu dicatat di atas batu, logam, tanah liat, dan tanduk binatang. Prasasti peninggalan
Hindu ditulis dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Prasasti tertua adalah Prasasti
Yupa, dibuat sekitar tahun 350-400 M. Prasasti Yupa berasal dari Kerajaan Kutai.

Prasasti-prasasti peninggalan kerajaan Hindu


No. Nama Prasasti Lokasi Penemuan Pembuatan Peninggalan
1 Kutai Kutai, Kaltim Abad ke-4 M Kutai
2 Ciaruteun Bogor, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
3 Tugu Cilincing, Jakut Abad ke-5 M Tarumanegara
4 Jambu Bogor, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
5 Kebon Kopi Bogor, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
6 Cidanghiang Pandeglang Abad ke-5 M Tarumanegara
7 Pasir Awi Leuwiliang, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
8 Muara Cianten Bogor, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
9 Canggal Magelang, Jateng Abad ke-7 M Mataram Lama
10 Kalasan Yogyakarta Tahun 732 M Mataram Lama
11 Dinoyo Malang, Jatim Tahun 760 M Mataram Lama
12 Kedu Temanggung, Jateng Tahun 778 M Mataram Lama
13 Sanur Bali Abad ke-9 M Bali

3. Patung
Wujud patung
Hindu antara lain hewan dan manusia. Patung berupa hewan dibuat karena hewan tersebut
dianggap memiliki kesaktian. Patung berupa manusia dibuat untuk mengabadikan tokoh
tertentu dan untuk menggambarkan dewa dewi.

Patung-patung peninggalan kerajaan Hindu


No. Nama Patung Lokasi Penemuan Pembuatan Peninggalan
1 Trimurti – – –
2 Dwarapala Bogor, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
3 Wisnu Cibuaya I Cibuaya, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
4 Wisnu Cibuaya II Cibuaya, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
5 Rajasari Jakarta Abad ke-5 M Tarumanegara
6 Airlangga Medang Kemulan Abad ke-10 M Medang Kemulan
7 Ken Dedes Kediri, Jatim Abad ke-12 M Kediri
8 Kertanegara Jawa Timur Abad ke-12 M Singasari
9 Kertarajasa Mojekerto, Jatim Abad ke-13 M Majapahit

4. Karya sastra (kitab)

Karya sastra peninggalan kerajaan Hindu berbentuk


kakawin atau kitab. Kitab-kitab peninggalan itu berisi catatan sejarah. Umumnya karya sastra
peninggalan sejarah Hindu ditulis dengan huruf Pallawa dalam bahasa Sansekerta pada daun
lontar.

Kitab-kitab peninggalan sejarah Hindu


No. Nama Kitab Lokasi Penemuan Pembuatan Peninggalan
1 Carita Parahayangan Bogor, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
2 Kresnayana Bogor, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
3 Arjunawiwaha Kahuripan, Jatim Abad ke-10 M Medang Kemulan
4 Lubdaka Kediri, Jatim Abad ke-11 M Kediri
5 Baratayuda Kediri, Jatim Abad ke-12 M Kediri

5. Tradisi
Tradisi adalah kebiasaan nenek moyang yang masih dijalankan oleh masyarakat saat
ini. Tradisi agama Hindu banyak ditemukan di daerah Bali karena penduduk Bali sebagian
besar beragama Hindu. Tradisi agama Hindu yang berkembang di Bali, antara lain:

1. Upacara nelubulanin ketika bayi berumur 3 bulan.

2. Upacara potong gigi (mapandes).

3. Upacara pembakaran mayat yang disebut Ngaben. Dalam tradisi Ngaben, jenazah
dibakar beserta sejumlah benda berharga yang dimiliki orang yang dibakar.

4. Ziarah, yaitu mengunjungi makam orang suci dan tempat suci leluhur seperti candi.

D. Pelestarian Peninggalan Budaya Agama Hindu di Indonesia


Pelestarian peninggalan budaya Agama Hindu berarti proses, cara, perbuatan
melestarikan; perlindungan dari kemusnahan atau kerusakan; pengawetan; konservasi
peninggalan budaya Agama Hindu; pengelolaan peninggalan budaya Agama Hindu yang
menjamin pembuatannya secara bijaksana dan menjamin kesinambungan persediannya
dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya.

a) Merawat dan menjaga pelestarian peninggalan Agama Hindu di Indonesia


Banyak benda peninggalan dan warisan sejarah budaya Agama Hindu di
Indonesia yang sudah berusia ratusan atau bahkan ribuan tahun. Tak heran benda-
benda tersebut banyak pula yang sudah rapuh dan rusak. Bila tidak dirawat dengan
baik bisa rusak hancur dan menghilang. Merawat benda-benda peninggalan dan
warisan budaya Agama Hindu di Indonesia merupakan tugas kita semua. Tapi
penanggung-jawab utamanya adalah negara (pemerintah yang sedang berkuasa).

Cara menjaga dan merawat antara lain sebagai berikut:


1. Membangun museum-museum untuk penyimpanan benda-benda dan warisan sejarah
budaya Agama Hindu di Indonesia.
2. Menjadikannya cagar budaya sesuai dengan fungsi dan pemanfaatan, benda-benda
budaya bernafaskan ajaran Agama Hindu.
3. Menjaga dan merawat wilayah atau daerah-daerah cagar budaya benda-benda yang
bernafaskan agama Hindu dengan sebaik mungkin. Di daerah cagar budaya biasanya
terdapat banyak benda-benda peninggalan berbudaya Agama Hindu.
4. Turut menjaga agar benda-benda peninggalan budaya Agama Hindu tidak dirusak
atau dirusak oleh barisan orang yang tidak bertanggungjawab. Benda-benda
peninggalan sejarah harus diamankan dari tangantangan jahil.

b) Mengunjungi tempat-tempat pelestarian peninggalan warisan benda-benda sejarah


budaya Agama Hindu di Indonesia.
Mengunjungi tempat-tempat pelestarian peninggalan warisan benda-benda
sejarah dan budaya Agama Hindu termasuk salah satu cara mewujudkan rasa bhakti,
hormat, rasa memiliki, dan menghargai-nya. Diantara kita bisa mengunjungi tempat
pelestarian peninggalan warisan benda-benda sejarah dan budaya Agama Hindu
setempat lainnya, seperti; candi, makam pahlawan, monumen dll.

c) Bersembahyang di tempat-tempat suci “Pura” sebagai tempat suci peninggalan


sejarah dan budaya Agama Hindu dari nenek-moyang bangsa Indonesia
Umat Hindu memiliki banyak “ribuan” tempat suci yang dapat dipergunakan
sebagai sarana untuk menghubungkan diri (jasmani dan rohani) kehadapat Ida Sang
Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa, kapan dan dimana saja sedang berada sesuai
dengan tata-tertib. Sebab datang mengadap (tangkil) ke tempat-tempat suci yang ada
di lingkungan sekitar kita, yang tetap terjaga sampai saat ini kelestarian dan
kesuciannya, sebagai peninggalan warisan sarana bersejarah dan berbudaya dalam
Agama Hindu adalah termasuk salah satu cara untuk mewujudkan rasa bhakti,
hormat, rasa memiliki, dan menyucikan-nya. Diataranya, kita wajib bersembahyang di
tempat-tempat suci, seperti; Merajan/sanggah; Pura Kawitan; Pura Paibon; Pura
Dadiya/Panti; Pura Kahyangan Tiga; Pura Padarman; Pura Dhang Kahyangan; Pura
Kahyangan Jagat; dan yang lain-lainnya.

d) Melarang atau tidak memberikan izin kepada orang-orang/individu/kelompok yang


hanya memiliki kepentingan sesaat atau tidak bertanggung-jawab untuk mengelola
tempat-tempat pelestarian sejarah dan budaya peninggalan Agama Hindu di
Indonesia.

E. Kontribusi Kebudayaan Hindu dalam Pembangunan Nasional dan Parawisata


Indonesia Menuju Era Globalisasi

1. Pariwisata alam
Indonesia dikenal oleh dunia memiliki sumber daya alam yang kaya dan indah
bernafaskan ke-Hinduan. Keindahan alam Indonesia menjadi daya tarik tersendiri bagi
wisatawan dunia untuk berkunjung ke Indonesia. Atas kunjungan itu sudah menjadi
kewajiban bangsa dan negara kita menyiapkan fasilitas yang memadai. Realisasi dari wisata
alam ini dapat memberikan pendapatan negara yang juga dapat meningkatkan kesejahteraan
bangsa ini. Ajaran Hindu yang bersifat kreatif mengantarkan bangsa ini bebas dari
kemiskinan material dan rohani.

2. Wisata budaya
Budaya anak Bangsa Indonesia melahirkan kebudayaan. Dari berbagai macam suku
bangsa yang ada di Indonesia berbuah beranekamacam kebudayaanya yang dapat dikonsumsi
oleh para wisatawan yang berkunjung ke Indonesia. Hindu sebagai agama tertua di dunia
termasuk di Indonesia, menjiwai kebudayaan anak bangsa ini sehingga semuanya itu menjadi
hidup “metaksu”. Semuanya itu lagi-lagi dapat menambah pendapatan negara dan daerah
yang dikunjunginya. Berikut ini pariwisata budaya Agama Hindu yang dapat disajikan yaitu:

a) Candi
1. Candi Jabung (Desa Jabung, Probolinggo)
2. Candi Tikus(Mojokerto)
3. Candi Dieng (Wonosobo)
4. Candi Cetho (Desa Gumeng, Karanganyar)
5. Candi Sukuh (Karanganyar)
6. Candi Surawana (Desa Canggu, Kediri)
7. Candi Gerbang lawang (Mojokerto)

Candi Jabung Candi


Candi
CandiJabung
Dieng
Cetho
Tikus

Candi Sukuh Candi Surawana Candi Gerbang Lawang


b) Karya sastra
1. Carita parahyangan: menceritakan sejarah Tanah Sunda.
2. Kresnayana: menceritakan pernikahaan prabu Kresna dan penculikan calonnya Rukmini.
3. Arjunawiwaha kahuripan: menceritkan kisah pertapaan sang Arjuna di Gunung
Mahameru.
4. Lubdhaka: menceritakan kisah "Malam Siwa" (Siwaratri).
5. Baratayuda: menceritakan perang besar di Kurukshetra.
6. Negarakertagama: menceritakan uraian sejarah dari kerajaan Singasari dan Majapahit.
7. Sutasoma: menceritakan tentang seorang anak raja bernama Sutasoma.
8. Pararaton: menceritakan uraian sejarah dari riwayat Ken Arok sampai peristiwa Putri
Sunda di Bubat.
9. Calon Arang: menceritakan Calon Arang yang dibunuh oleh Mpu Bharadah atas perintah
Raja Airlangga.

Carita
Sutasoma
Lubdhaka
Parahyangan Baratayuda
Pararaton
Kresnayana Negarakertagama
Calon
Arjunawiwaha
Arang

Anda mungkin juga menyukai