Anda di halaman 1dari 53

MAKALAH

BUSANA DAN RIASAN PENGANTIN YOGYAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Tata Rias Pengantin Indonesia
Dosen Pengampu : Mimi Yupelmi, S.ST.,M.Pd.

Disusun Oleh :

1. Eliana Agustina (20078082)


2. Fauziah Dihanifa (20078086)
3. Wira Ul Hamdani (20078067)

DEPARTEMEN TATA RIAS DAN KECANTIKAN


FAKULTAS PARIWISATA DAN PERHOTELAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmatnya sehingga
kami selaku penulis makalah ini dapat menyusun makalah tentang “Busana dan
Riasan Pengantin Yogyakarta” ini tepat waktu.
Makalah “Busana dan Riasan Pengantin Yogyakarta” disusun guna
memenuhi tugas dari Ibu Mimi Yupelmi, S.ST, M.Pd pada mata kuliah Tata Rias
Pengantin Indonesia di Universitas Negeri Padang. Selain itu, kami juga berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan tentang “Busana dan Riasan
Pengantin Yogyakarta” bagi pembaca dan juga penulis.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Mimi
Yupelmi, S.ST, M.Pd selaku dosen mata kuliah Tata Rias Pengantin Indonesia
yang telah memberikan kami tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 2 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii


DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iii
BAB I ........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................................1
A. Latar Belakang ..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................................3
C. Tujuan .......................................................................................................................3
BAB II ......................................................................................................................................5
A. Gaya Yogyakarta Corak Paes Ageng ........................................................................5
B. Gaya Yogyakarta Corak Paes Ageng Jangan Menir ...............................................13
C. Gaya Yogyakarta Corak Paes Ageng Kanigaran ....................................................20
D. Corak Yogya Putri ..................................................................................................27
E. Gaya Yogyakarta Kasatriyan Ageng Malem Selikuran ..........................................34
F. Gaya Yogyakarta Kasatriyan Ageng .......................................................................41
BAB III...................................................................................................................................47
PENUTUP..............................................................................................................................47
A. Kesimpulan .............................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................49

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pernikahan merupakan tahapan yang sangat penting, penuh makna,
dan peristiwa teramat istimewa yang dialami manusia dalam
kehidupannya, ibarat raja dan ratu sehari pasangan pengantin selalu
menjadi pusat perhatian tamu undangan. Selain mengantarkan seseorang
pada fase kehidupan baru untuk membangun sebuah keluarga, pernikahan
dalam tradisi kehidupan timur, khususnya di Indonesia selalu diwarnai dan
diiringi dengan ritual tradisi yang memiliki nilai-nilai luhur dan mulia.
Di Indonesia terdapat keanekaragaman tradisi pernikahan yang
sangat banyak jumlahnya, dalam satu suku bangsa bisa dijumpai beberapa
tradisi atau upacara pernikahan yang berbeda. Dengan adanya perbedaan
dalam tradisi perkawinan di Indonesia mampu mempengaruhi bentuk
riasan dan busana pengantinnya
Tata rias pengantin adalah salah satu tata rias yang harus memiliki
kekuatan untuk merubah wajah lebih berseri dan tampak istimewa dengan
tetap memperlihatkan kecantikan alami yang bersifat personal (Andiyanto,
2006: 20).
Tata rias pengantin adalah suatu kegiatan tata rias wajah pada
pengantin yang bertujuan untuk menonjolkan kelebihan yang ada dan
menutupi kekurangan pada wajah pengantin. Selain berfokus pada tata rias
wajah juga sangat memperhatikan tata rias rambut, keserasian busana serta
aksesorisnya, yang tiap-tiap bagian riasan tersebut mengandung makna
tertentu sebagai pengungkapan pesan-pesan hidup yang hendak
disampaikan oleh kedua mempelai.
Tata rias dan busana pengantin adalah karya seni yang berkembang
di dalam sebuah kelompok masyrakat yang keberadaannya selalu berusaha
untuk dilestarikan. Sebagai bentuk karya seni, tata rias pengantin

1
mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan lingkungan sosial
dan hidup manusia. Pada masa dahulu kala, masyarakat selalu tertib
melaksanakan segala sesuatunya sesuai dengan aturan yang ada.
Sedangkan pada zaman sekarang, tidak banyak lagi yang dilakukan secara
lengkap dan tertib.
Adat istiadat atau kebiasaan Mayarakat Jawa berpusat di
lingkungan Solo maupun Yogyakarta. Khusus lingkungan keraton
Mataram Yogyakarta terutama pada abad ke 16 dan 17 peradaban dalam
keraton Yogyakarta masih mempertahankan unsurunsur tradisi Jawa yang
dipengaruhi oleh agama Hindu-Budha. Unsur-unsur tersebut bukan saja
unsur kesenian dan kesustraan saja, melainkan juga unsurunsur yang
terdapat dalam kehidupan upacara dan keagamaan, contohnya antara lain:
upacara khitanan, perkawinan, sekatenan, dan sebagainya
Inti dari upacara perkawinan keraton Yogyakarta adalah akad
nikah, yang disusul dengan panggih, sungkeman, dan walimahan. Dalam
upacara panggih, pengantin menjadi pusat perhatian tamu karena
merupakan inti acara dan dapat diibaratkan sebagai raja dan ratu sehari.
Adapun bagi pengantin, penampilannya pada waktu upacara perkawinan
dianggap sebagai salah satu peristiwa besar dan penting dalam sejarah
kehidupannya. Perkawinan tidak akan dilewatkan begitu saja sebagaimana
mereka menghadapi peristiwa sehari-hari. Untuk itu, pengantin dirias
sedemikian rupa supaya berbeda dengan kesehariannya dan disesuaikan
dengan kedudukannya sebagai raja dan ratu sehari diperlukan tata rias
khusus dengan aturan yang khusus pula.
Tata rias pengantin Yogyakarta memiliki 6 jenis busana pengantin
tradisional yang telah di bakukan yaitu : Pengantin Yogya Corak Paes
Ageng, Pengantin Yogya Corak Paes Ageng Jangan Menir, Pengantin
Yogya Corak Paes Ageng Kaningratan, Gaya Yogyakarta Corak Yogya
Puteri, Gaya Yogyakarta Kasatriyan Ageng Malem Selikuran, dan Gaya
Yogyakarta Kasatriyan Ageng.

2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah bentuk riasan, sanggul, busana, busan pelengkap dan
aksesoris pengantin daerah yogyakarta corak paes ageng?
2. Bagaimanakah bentuk riasan, sanggul, busana, busan pelengkap dan
aksesoris pengantin daerah yogyakarta corak paes ageng jangan
menir?
3. Bagaimanakah bentuk riasan, sanggul, busana, busan pelengkap dan
aksesoris pengantin daerah yogyakarta corak paes ageng kanigaran?
4. Bagaimanakah bentuk riasan, sanggul, busana, busan pelengkap dan
aksesoris pengantin daerah yogyakarta corak yogya putri?
5. Bagaimanakah bentuk riasan, sanggul, busana, busan pelengkap dan
aksesoris pengantin daerah yogyakarta corak kasatriayan ageng
malem salikuran?
6. Bagaimanakah bentuk riasan, sanggul, busana, busan pelengkap dan
aksesoris pengantin daerah yogyakarta corak kasatriayan ageng?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bentuk bentuk riasan, sanggul, busana, busan
pelengkap dan aksesoris pengantin daerah yogyakarta corak paes
ageng
2. Untuk mengetahui bentuk riasan, sanggul, busana, busan pelengkap
dan aksesoris pengantin daerah yogyakarta corak paes ageng jangan
menir
3. Untuk mengetahui bentuk riasan, sanggul, busana, busan pelengkap
dan aksesoris pengantin daerah yogyakarta corak paes ageng
kanigaran
4. Untuk mengetahui bentuk riasan, sanggul, busana, busan pelengkap
dan aksesoris pengantin daerah yogyakarta corak yogya putri

3
5. Untuk mengetahui bentuk riasan, sanggul, busana, busan pelengkap
dan aksesoris pengantin daerah yogyakarta corak kasatriayan ageng
malem salikuran
6. Untuk mengetahui bentuk riasan, sanggul, busana, busan pelengkap
dan aksesoris pengantin daerah yogyakarta corak kasatriayan ageng

4
BAB II
PEMBAHASAN

Tata rias pengantin adalah suatu kegiatan tata rias wajah pada pengantin
yang bertujuan untuk menonjolkan kelebihan yang ada dan menutupi kekurangan
wajah pengantin. Selain berfokus pada tata rias wajah juga sangar memperhatikan
tata rias rambut, keserasian busana dan serta asesorisnya, yang tiap-tiap
bagiannya riasan tersebut mengandung sebuah arti dan makna yang tertentu
sebagai pengungkapan pesan-pesan hidup yang hendak disampaikan oleh kedua
mempelai pengantin, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta sangat
menjunjung tinggi nilai-nilai seni dan budaya.

A. Gaya Yogyakarta Corak Paes Ageng

Paes Ageng telah menjadi tata rias pengantin yang memiliki


kedudukan tertinggi dibandingkan dengan tata rias keraton Yogyakarta
lainnya. Hal tersebut tidak terlepas dari arti kata Paes Ageng, Paes berarti
merias, Ageng berarti besar (agung), mewah dan anggun. Sehingga, tata
rias Paes Ageng adalah tata rias pengantin keraton yang mewah digunakan
pada saat upacara panggih di keraton Yogyakarta.

1) Rias Pengantin
Tata rias wajah pengantin corak Paes Ageng memiliki ciri khas
pada bentuk alis menjangan ranggah, jahitan mata, dan hiasan pada
dahi. Ekspresi wajah pada corak ini digambarkan sebagai wanda luruh
yang berarti raut wajah yang tenang. Ekspresi wanda luruh pada rias
wajah pengantin merupakan simbol atas bentuk paes yang melengkung

5
ke bawah. Hal ini bermakna bahwa seorang wanita harus memiliki
sifat lembut dan menunduk/tumungkul (jawa), karena sifat kelembutan
yang terpancar menjadi jiwa seorang wanita yang berbudi luhur
(wanita kang utomo).

Alis menjangan ranggah menampilkan unsur keindahan dalam


keseluruhan rias wajah. Merupakan lambang kewaspadaan untuk
menghadapi dan mengatasi serangan buruk dari berbagai arah. Seorang
istri diharapkan dapat cekatan, terampil dan ulet menghadapi persoalan
rumah tangga. Namun dalam perkembangannya makna tersebut
mengalami perubahan dalam masyarakat yakni hanya sebagai unsur
estetika dalam berias.

Jahitan mata merupakan simbol untuk memperjelas penglihatan


agar berfungsi sebagai penyaring agar dapat melihat secara jelas.
Mampu membedakan hal yang baik dan yang buruk kemudian dinalar
dengan akal pikiran dan dapat dijadikan pegangan yang kuat selama
hidup. Makna ini tergambar pada jahitan mata berupa dua garis menuju
ke pelipis, jikalau di tarik ke atas menuju otak. Makna tersebut
mengalami perubahan yakni sebagai riasan mata yang menimbulkan
kesan mata redup dan anggun.

6
Cithak merupakan simbol dari sebuah pagar atau penutup
perbuatan jahat yang dilakukan oleh orang lain kepada pengantin.
Cihtak bermakna untuk memagari kelemahan manusia yang terletak
pada panca indra agar tidak mudah diperdaya oleh kekuatan jahat.
Makna cithak dalam masyarakat tidak mengalami perubahan yakni
sebagai penolak bala/bahaya.
Prada dan ketep berfungsi sebagai keindahan dan pengisi
bidang paes yang berwarna hitam. Perpaduan dua warna kontras yaitu
hitam dan emas memberikan penonjolan bentuk yang menarik
perhatian. Kinjengan menggambarkan capung yang tak kenal diam dan
selalu bergerak tak kenal lelah, merupakan simbol atas sebuah usaha
tak kenal lelah untuk memulai hidup baru dan mencari rezeki.
Kinjengan diletakkan di dalam paes memiliki makna bahwa setiap
usaha untuk memenuhi tuntuhan hidup hendaknya selalu berpijak pada
realita dan jangan berusaha di luar batas kemampuan karena dapat
menyebabkan akibat negatif. Prada, ketep dan kinjengan dalam
masyarakat luas memiliki makna hanya sebatas sebagai penghias paes
agar terlihat lebih indah.
Pengantin pria tidak perlu di-paes, hanya perlu sedikit dirias
dengan tipis agar tidak tampak pucat. Riasannya berupa saputan bedak
tipis, alis ditebalkan memakai pensil, pipi diberi pemerah samar, dan
bibir dimerahkan dengan lipstick

2
Pada rias pengantin paes ageng yogyakarta terdapat riasan pada
dahi yang disebut paes. Paes makna upaya untuk mempercantik diri

7
agar dapat membuang jauhjauh perbuatan buruk dan menjadi orang
sholeh dan dewasa. Adapun unsur-unsur rias wajah paes ageng adalah
sebagai berikut:
No. Unsur Paes Makna simbol

1. Penunggul Penunggul berasal dari kata unggul yang


berarti paling utama, ada kekuatan besar di
dalam dunia ini yakni Tuhan YME.

2. Pengapit Simbol keseimbangan dunia. Dalam


kepercayaan masyarakat Jawa mengenal
adanya “Kakang kawah Adik Ari-ari”yakni
sebagai penjaga diri.

3. Penitis Simbol dari pikiran yang titis/cermat.


Sehingga letaknya di dahi.

4. Godeg Simbol dari bagaimana seseorang harus tahu


diri bahwa manusia akan kembali keasalnya.

2) Sanggul
a. Pengantin Wanita

Sanggul bokor mengkurep merupakan simbol wanita yang


semula belum dewasa menjadi dewasa dan sudah mempunyai dasar
(golong gilig) menuju ke arah kesempurnaan. Kalau dalam

8
pewayangan digambarkan seperti Brantasena meguru marang dewa
ruci, maksudnya ilmu yang sudah dicapai menjadi sifat bulat
manusia seutuhnya kemudian disimpan baik-baik selama hidup dan
penyimpanan tersebut digambarkan didalam bokor emas /kencana.
Sanggul bokor mengkurep memiliki perpaduan melati dan daun
pandan yang menimbulkan kesan religius. Daun pandan yang
dirajang halus berfungsi sebagai pengisi gelung sedangkan bunga
melati berfungsi sebagai penutup gelung. Gajah ngoling sebagai
hiasan sanggul juga terdiri dari rajangan daun pandan dan bunga
melati. Pelengkap sanggul bokor mengkurep dan makna
simbolisnya sebagai berikut:
No. Pelengkap Makna simbol
sanggul
1. Teplok atau rajut mempercantik sanggul pengantin.
melati

2. Gajah ngoling kesakralan bagi pemakainya dalam


menjalani hidup yang sakral pula

3. Ceplok jebehan Simbol keindahan

4. Jebehan sritaman Simbol keindahan

9
5. Sumping Penyaring suara yang tidak
menyenangkan di lunakkan

6. Centhung Melambangkan keagungan Tuhan

b. Sanggul Pengantin Pria


Pada bagian belakang kuluk terdapat hiasan berupa sanggul
kecil yang disebut dengan sanggul kadhal menek, melambangkan
kejantanan dan perjuangan hidup yang harus ditempuh sekalipun
ada kesulitan. Sanggul kadhal menek menyatu dengan sebuah
cunduk mentul dan dipasang menghadap kebelakang. Sanggul
kadhal menek merupakan lambang dari sebuah keindahan,
sedangkan satu buah cunduk mentul kecil menghadap kebekang
melambangkan agar kita sebagai manusia senantiasa mengingat
Tuhan YME.

3) Busana Pengantin
a. Busana Pengantin Wanita

Balutan kampuh dodot melapisi kain cinde yang melilit


tubuh. Pada dodot kampuh, motif Sido Mukti yang mengandung

10
harapan untuk kebahagiaan pengantin, atau Sido Asih yang
bermakna saling mencintai, dipadukan dengan motif semen yang
berisi harapan untuk tumbuh subur. Kampung itu sendiri
merupakan simbol kesusilaan manusia. Kampuh yang berupa
lembaran besar dililit dan dijadikan satu, membalut tubuh,
mengandung makna seseorang yang belum banyak tahu tahu serba
dan sempurna. Di bagian pinggang dililitkan udet cinde atau
selendang kecil bercorak cinde yang dibuat pita dan dibiarkan
dibiarkan menjuntai, lalu ditutup dengan pending emas.

b. Busana Pengantin Pria


Dalam lingkup keraton Yogyakarta kuluk yang digunakan
oleh pengantin pria merupakan simbol kebesaran. Kuluk berwarna
biru melambangkan pengantin merupakan seorang bangsawan,
sedangkan kuluk berwarna putih melambangkan pengantin berasal
dari rakyat biasa. Nyamat melambangkan keunggulan karena
berada paling puncak. Seiring perkembangan zaman, kuluk
berwarna biru banyak digunakan masyarakat umum. Hal ini
menandakan bahwa kuluk tidak lagi mengambarkan stratifikasi
sosial melainkan hanya sebuah tutup kepala pengantin.
Kain kampuh dodot juga dikenakan oleh pengantin pria
Yogya Paes Ageng. Dengan bertelanjang dada, celana panjang
cinde yang dikenakan dibalik dodot kampuh yang memiliki motif
yang sama dengan pengantin wanita. Busana pengantin pria
dilengkapi dengan amaran atau sisa dari kepanjangan sudut atau
kunca sebelah kiri yang menjuntai ke bagian depan bawah,
serta lumajang sisa dari kepanjangan sudut atau kunca sebelah
kanan yang menjuntai dan jatuh di bagian samping. Ketika
berjalan, pengantin pria memegang amparan dengan tangan kiri.

4) Perhiasan Pengantin Wanita dan Pria

11
No. Makna simbol Makna simbol dalam Masyarakat
dalam Keraton

1. Cunduk mentul hanya Cunduk mentul digunakan di kepala


digunakan pengantin pengantin wanita menghadap ke
wanita belakang memiliki makna agar
melihat sesuatu tidak harus kedepan
tetapi juga kebelakang/belajar dari
masa lalu. Lima buah cunduk mentul
atau angka ganjil dalam masyarakat
Jawa melambangkan serba lebih
(sarwo linuwih).

Sisir gunungan Simbol Keagungan


digunakan pengantin
wanita

Subang bumbungan/r Penghias telinga


onyok digunakan
pengantin wanita.

Gelang kana Simbol dari aturan dan ikatan yang


(Binggel) atau cincin bulat digambarkan dalam bentuk
lingkaran yang memiliki makna
kesetian tanpa batas.

12
Kelat bahu atau Dalam mitologi Jawa naga
gelang naga merupakan hewan suci yang
dipercaya menyangga dunia.
Sehingga merupakan simbol dari
penolak bala.

Kalung susun Simbol dari tahap kehidupan, lahir,


(tanggalan) berbentuk hidup dan mati.
wulan tumanggal

B. Gaya Yogyakarta Corak Paes Ageng Jangan Menir

Paes Ageng Jangan Menir yaitu yang digunakan raja, putra dan
putri Kraton saat diluar Kraton Yogyakarta, seperti saat menjamu tamu
dari luar Kraton dan masyarakat. Ciri khasnya tidak menggunakan dodot
atau kampuh, tetapi menggunkan kain cinde dengan model slarak dibagian
bawah, bajunya bernama Teni atau Blenggen serta untuk bajunya
mempunyai motif bunga emas yang bertaburan, dan juga menggunaka
belah Banten.
1) Riasan

13
Alis menjangan ranggah menampilkan unsur keindahan dalam
keseluruhan rias wajah. Merupakan lambang kewaspadaan untuk
menghadapi dan mengatasi serangan buruk dari berbagai arah. Seorang
istri diharapkan dapat cekatan, terampil dan ulet menghadapi persoalan
rumah tangga. Namun dalam perkembangannya makna tersebut
mengalami perubahan dalam masyarakat yakni hanya sebagai unsur
estetika dalam berias.

Jahitan mata merupakan simbol untuk memperjelas penglihatan


agar berfungsi sebagai penyaring agar dapat melihat secara jelas.
Mampu membedakan hal yang baik dan yang buruk kemudian dinalar
dengan akal pikiran dan dapat dijadikan pegangan yang kuat selama
hidup.

Cithak merupakan simbol dari sebuah pagar atau penutup


perbuatan jahat yang dilakukan oleh orang lain kepada pengantin.
Cihtak bermakna untuk memagari kelemahan manusia yang terletak
pada panca indra agar tidak mudah diperdaya oleh kekuatan jahat.

14
Prada dan ketep berfungsi sebagai keindahan dan pengisi
bidang paes yang berwarna hitam. Perpaduan dua warna kontras yaitu
hitam dan emas memberikan penonjolan bentuk yang menarik
perhatian. Kinjengan menggambarkan capung yang tak kenal diam dan
selalu bergerak tak kenal lelah, merupakan simbol atas sebuah usaha
tak kenal lelah untuk memulai hidup baru dan mencari rezeki. Prada,
ketep dan kinjengan dalam masyarakat luas memiliki makna hanya
sebatas sebagai penghias paes agar terlihat lebih indah.
Pada rias pengantin paes ageng yogyakarta terdapat riasan pada
dahi yang disebut paes. Paes makna upaya untuk mempercantik diri
agar dapat membuang jauhjauh perbuatan buruk dan menjadi orang
sholeh dan dewasa. Adapun unsur-unsur rias wajah paes ageng adalah
sebagai berikut:
No. Unsur Paes Makna simbol

1. Penunggul Penunggul berasal dari kata unggul yang


berarti paling utama, ada kekuatan besar di
dalam dunia ini yakni Tuhan YME.

2. Pengapit Simbol keseimbangan dunia. Dalam


kepercayaan masyarakat Jawa mengenal
adanya “Kakang kawah Adik Ari-ari”yakni
sebagai penjaga diri.

3. Penitis Simbol dari pikiran yang titis/cermat.


Sehingga letaknya di dahi.

4. Godeg Simbol dari bagaimana seseorang harus tahu


diri bahwa manusia akan kembali keasalnya.

15
Pengantin pria tidak perlu di-paes, hanya perlu sedikit dirias
dengan tipis agar tidak tampak pucat. Riasannya berupa saputan bedak
tipis, alis ditebalkan memakai pensil, pipi diberi pemerah samar, dan
bibir dimerahkan dengan lipstick

2) Sanggul
a. Sanggul Pengantin Wanita

Sanggul bokor mengkurep merupakan simbol wanita yang


semula belum dewasa menjadi dewasa dan sudah mempunyai dasar
(golong gilig) menuju ke arah kesempurnaan. Kalau dalam
pewayangan digambarkan seperti Brantasena meguru marang dewa
ruci, maksudnya ilmu yang sudah dicapai menjadi sifat bulat
manusia seutuhnya kemudian disimpan baik-baik selama hidup dan
penyimpanan tersebut digambarkan didalam bokor emas /kencana.
Pelengkap sanggul bokor mengkurep dan makna simbolisnya
sebagai berikut:
No. Pelengkap Makna simbol
sanggul
1. Teplok atau rajut mempercantik sanggul pengantin.
melati

2. Gajah ngoling kesakralan bagi pemakainya dalam


menjalani hidup yang sakral pula

16
3. Ceplok jebehan Simbol keindahan

4. Jebehan sritaman Simbol keindahan

5. Sumping Penyaring suara yang tidak


menyenangkan di lunakkan

6. Centhung Melambangkan keagungan Tuhan

b. Sanggul Pengantin Pria


Pada bagian belakang kuluk terdapat hiasan berupa sanggul
kecil yang disebut dengan sanggul kadhal menek, melambangkan
kejantanan dan perjuangan hidup yang harus ditempuh sekalipun
ada kesulitan. Sanggul kadhal menek menyatu dengan sebuah
cunduk mentul dan dipasang menghadap kebelakang.

3) Busana
Busana Pengantin Wanita Busana Pengantin Pria

Kebaya Beludru belah banten Sikepon bludir/jas tutup

17
Jenigil (pita dari udhel cinde) Bhara

Buntal Buntal (Rangkaian Daun)

Udhet Cinde Kain Cinde wiron

Kain Cinde Wiron Selop (Cenela)

Selop (Cenela) Kuluk Kanigaran

4) Perhisan dan Aksesoris


Perhisan dan Aksesoris Perhisan dan Aksesoris
Pengantin Wanita Pengantin Pria
Chunduk mentul 5 buah Nyamat

18
Pethat gunungan Sumping Emas

Centhung Sumping kembang sritaman

Ceplok Kalung sungsun

Jabehan Klat Bahu

Suweng ronyok Rante jam dan bandul

Kalung Sungsun (Tanggalan) Gelang kono

Gelang Kono

Cincin

Sumping

19
C. Gaya Yogyakarta Corak Paes Ageng Kanigaran

1) Rias Pengantin
Pada rias pengantin wanita Paes Ageng Kanigaran ini, tata rias
dahi diawali dengan membuat cengkorongan (riasan berbentuk runcing
pada dahi) yang kemudian dihitamkan dengan bahan yang disebut
pidih. Selanjutnya, di bagian tepi cengkorongan diberi ketep (payet)
berwarna emas serta serbuk emas yang disebut prada. Di bagian tengah
cengkorongan diberi hiasan dari ketep dan prada yang berbentuk
segitiga dan belah ketupat ini disebut motif kinjengan atau capung. Di
tengah-tengah dahi, di atas ketinggian kedua alis diberi hiasan
berbentuk belah ketupat dari daun sirih yang disebut cithak. Berikut
unsurunsur yang terdapat pada rias wajah dan dahi beserta penjelasan
maknanya:
No. Rias Penjelasan dan Makna Filosofis
Wajah
dan Dahi

1. Penunggul Artinya, sesuatu yang paling unggul, paling


tinggi, paling besar, dan paling baik. Bentuk ini
mengandung makna agar kedua pengantin
menjadi manusia yang unggul.

20
2. Wanda Ia merupakan pendamping kanan dan kiri.
Luruh Maknanya, meskipun sudah menjadi orang
yang baik, namun kalau terpengaruh oleh sifat
buruk pendamping kiri, pengantin bisa sesat
juga. Karena itu pendamping kanan berfungsi
sebagai pemomong (pengasuh) yang setia dan
selalu mengingatkan agar pengantin tetap kuat
dan teguh iman.

3. Penitis Bentuk ini mengandung makna kearifan dan


merupakan harapan agar kedua pengantin dapat
mencapai tujuan yang tepat.

4. Godheg Ini mempunyai makna bahwa manusia harus


mengetahui asal-usulnya dari mana dan ke
mana harus pergi. Manusia diharapkan dapat
kembali ke asalnya dengan sempurna.
Syaratnya adalah membelakangi keduniawian.

5. Prada dan Mempunyai makna keagungan. Warna emas


ketep adalah warna yang agung.

6. Kinjengan Mengandung makna keuletan dalam hidup.

7. Cithak Maknanya adalah sebagai pagar atau penutup


dari perbuatan jahat oleh orang lain. Kelemahan

21
manusia terletak di pusat indra ini dan jika
pusat itu sedang lengah akan mudah diperdaya
secara halus dengan ilmu hitam. Karena itu,
pemasangan cithak harus tepat dan simetris

8. Jahitan Maknanya untuk memperjelas penglihatan


Mata supaya dapat membedakan baik dan buruk,
yang kemudian dinalar sehingga dapat
dijadikan pegangan yang kuat selama hidup.
Pengantin wanita diharapkan dapat melihat dan
berpikir secara positif. Makna tersebut
tergambar pada jahitan mata yang berupa dua
garis menuju ke pelipis.

9. Menjangan Bentuk ini mengandung makna agar pengantin


Ranggah wanita senantiasa cekatan ketika menghadapi
persoalan dan selalu waspada.

Pengantin pria tidak perlu di-paes, hanya perlu sedikit dirias


dengan tipis agar tidak tampak pucat. Riasannya berupa saputan bedak
tipis, alis ditebalkan memakai pensil, pipi diberi pemerah samar, dan
bibir dimerahkan dengan lipstick.

2) Busana
a. Busana Wanita
Dalam Paes Ageng Kanigaran pengantin mengenakan baju
tertutup namun mengenakan dodot/ kampuh di bagian bawah. Pada
tata busana pengantin Paes Ageng Kanigaran, unsurunsur yang
terdapat dalam kelengkapan pakaian pengantin wanita adalah
sebagai berikut:

22
Busana Penjelasan
Kain Cinde Kain dengan corak khusus untuk paes ageng.
Gaya yogyakarta yang baku menggunakan
motif slarak kandang (garis-garis di bagian
tepi).
Kampuh/dodot Kain yang panjangnya dua kali lipat kain
biasa, dikenakan setelah kain cinde.

Kebaya panjang Kebaya panjang dari beludru berwarna hitam


yang disulam dengan benang emas.

Udet cinde Selendang kecil yang dikenakan pada


pinggang

Buntal Rangkaian yang terdiri dari daun puring, daun


pandan, daun pisang yang masih muda
(pupus), bunga patramenggala, dan bunga
kamboja yang disusun memanjang.

Selop Alas kaki yang terbuat dari kain beludru


bersulam benang emas

23
b. Busana Pria

Busana pengantin pria Paes Ageng Kanigaran adalah celana


panjang cinde dan dodot yang warna dan coraknya sama dengan
yang dikenakan pengantin wanita, lonthong (setagen) cinde, dan
kamus timang (ikat pinggang). Untuk tutup kepala, digunakan
kuluk berwarna hitam yang disebut dengan Kuluk Kanigara.
Pengantin pria juga memakai selop yang sama dengan pengantin
wanita.

Kelengkapan busana pengantin pria yang berbeda dengan


pengantin wanita ialah Kuluk Kanigara, yaitu sejenis topi berwarna
hitam dengan pelisir dan garis-garis warna keemasan. Selain itu
adalah keris branggah yang dilengkapi untaian bunga sritaman.
Keris merupakan simbol senjata yang dimiliki pria, lambang
kekuatan yang dapat meningkatkan rasa percaya diri. Keris tersebut
dipakai di pinggang bagian belakang, diselipkan di antara kamus
dan lonthong (setagen panjang dengan corak kain cinde).
Maknanya, sebagai manusia pengantin harus dapat mengendalikan
keinginan atau nafsu yang berlebihan dalam menempuh perjalanan
hidup.

c. Sanggul

24
Untuk tata rias rambut pengantin wanita Paes Ageng
Kanigaran mengenakan sanggul yang berupa gelung bokor, terbuat
dari irisan daun pandan yang ditutup dengan rangkaian bunga
melati yang menyerupai rajut yang disebut teplok. Gelung bokor
bentuknya bulat, sedikit memanjang ke kiri dan ke kanan sehingga
bentuknya mirip jeruk satu sisir.
Pada bagian bawah sanggul, kurang lebih satu jari ke kanan
dari garis tengah dipasang gajah ngoling, yaitu irisan daun pandan
yang dibungkus dengan rangkaian bunga melati berbentuk bulat
panjang sekitar 55 cm. Di atas telinga kiri dan kanan diberi
sumping pupus daun pepaya (daun pepaya muda) yang dibentuk
seperti daun sirih yang kemudian diberi prada.
Kemudian unsur-unsur yang terdapat pada tata rias rambut
adalah daun pandan dan bunga melati yang keduanya berbau
wangi, dan jebehan yang merupakan bunga palsu yang terbuat dari
kain dan berfungsi untuk mempercantik. Pengantin wanita juga
mengenakan sanggul yang berisi irisan daun pandan, berbentuk
bulat seperti mangkok (bokor) tengkurap − disebut gelung bokor.
Maknanya, pengetahuan yang sudah dicapai akan menjadi sifat
bulat manusia seutuhnya dan disimpan dengan baik selama hidup.
Penyimpanan itu digambarkan dalam bentuk bokor. Agar
pengetahuan yang disimpan itu tidak pudar dan tetap harum maka
gelung bokor ditutup dengan rajut bunga melati yang disebut
teplok, dan di bagian bawah sanggul dipasang rangkaian bunga
melati bulat panjang berisi irisan daun pandan yang disebut gajah
ngoling.

25
d. Perhiasan
Pengantin wanita juga mengenakan perhiasan yang disebut
Raja Keputren. Adapun unsur-unsurnya terdiri dari :
Perhiasan Makna

Subang Mengandung makna meningkatnya pengetahuan


ronyok manusia melalui cahaya kehidupan dan harapan
terciptanya sesuatu yang abadi.

Centhung Simbol bahwa alam pikiran manusia seharusnya


ditujukan kepada allah. Manusia dapat menjadi
insan kamil, menyatu dengan allah (manunggaling
kawula gusti) dengan cara menunduk dan bersujud
dahulu kepada-nya, kemudian menengadah untuk
memohon ampunan dan keselamatan.

Cundhuk Simbol lima nafsu manusia yaitu kasih sayang,


mentul kenikmatan, keinginan, kekuasaan, dan kesucian.
Bentuk ini mengandung makna bahwa pengantin
wanita diharapkan dapat menguasai kelima nafsu
tersebut agar dapat menjadi wanita yang utama.

Kalung Hiasan ini mengandung arti adanya kemauan,


susun adanya wujud, dan adanya kehidupan. Selain itu, ia
(tanggala) juga bemakna bahwa manusia mengalami tiga tahap
dalam kehidupan, yaitu kelahiran, perkawinan, dan
kematian.

Gelang Mengandung makna sebagai ikatan atau aturan


kana dan bahwa gerak tangan harus menyatu dengan hati

26
cincin sanubari tanpa batas. Hiasan ini juga merupakan
simbol kesetiaan wanita.

Kelat bahu Arti yang terkandung di dalamnya ialah suatu


harapan untuk mendapatkan rejeki dan kekuatan
dalam menjalani hidup.

Slepe Mengandung makna sebagai peringatan untuk


(pending) mengendalikan nafsu birahi, karena apabila terlepas
maka kesucian wanita akan hilang. Makna
simboliknya, selain harus selalu dekat dengan sang
pencipta, manusia juga harus memiliki iman yang
kuat.

D. Corak Yogya Putri

Jogja Putri adalah salah satu tata rias pengantin yang dikenalkan
dari tembok keraton Yogyakarta. Ciri khasnya adalah berbentuk paes
dengan tata rambut sunggar yang melebar di atas telinga. Riasan Jogja
Putri mungkin agak mirip dengan Solo Putri, namun dari segi bentuk paes
dan aksesoris sudah berbeda. Rias Jogja Putri memiliki makna mendalam
yang adiluhung di setiap riasan, busana, dan aksesoris

27
Tata rias yogya Puteri memiliki ciri khas dan keistimewaan yaitu
dengan adanya bentukan paes pada dahi pengantin wanita yang diisi pidih
hitam yang terkesan luwes dan elok namun tidak menggunakan pradan
keemasan (Pancawardani 2013:11). Makna dari paes adalah untuk
mempercantik diri dan membuang jauh perbuatan buruk agar seseorang
menjadi pribadi yang sholeh dan dewasa (Riefki, 2012:14).

1) Riasan Pengantin
No. Riasan Penjelasan, Makna
Pengantin
Wanita
1. Bedak Memunculkan aura pengantin
berwarna
kuning

2. Alis Pengantin cantik seperti bidadari


berbentuk
mangot

3. Eye shadow Kesuburan, mampu membangun keluarga


berwarna yang makmur dan sejahtera.
coklat hijau

4. Rias bibir Pengantin cantik seperti bidadari

28
5. Blush on Pengantin cantik seperti bidadari
merah
merona

6. Penunggul Bagian paling besar di tengah dahi berbentuk


daun sirih separo. Ini bermakna derajat yang
tinggi bagi seorang perempuan yang telah
menikah. Harapannya, setelah menikah si
wanita akan menempati kedudukan yang
tinggi. Bagi masyarakat Jawa, posisi
perempuan dipandang lebih tinggi jika yang
bersangkutan telah menikah.

7. Pengapit Sapuan kecil seperti bunga kantil di samping


sisi. Pengapit dimaksudkan untuk
mengendalikan penunggul agar tetap pada
posisi tengah. Penunggul. Ini bermakna
bagaimana pun kehidupan rumah tangga yang
mudah goyah ke sana kemari, pengapit harus
tetap menjaga agar tujuan utama pernikahan
tetap pada jalan/garis yang lurus sesuai
tujuannya yang mulia.

8. Penitis Kalau kamu amati, ujung penitis pada riasan


Jogja Putri selalu mengarah ke ujung
hidung. Alasannya adalah penitis merupakan
simbol bahwa segala sesuatu harus memiliki

29
tujuan yang efektif. Termasuk dalam perkara
keuangan rumah tangga.

9. Godheg Samping telinga pengantin. Godheg pada


bagian sisi telinga bermakna supaya wanita
senantiasa introspeksi diri dan tidak tergesa-
gesa dalam mengambil keputusan. Selain itu
juga merupakan doa supaya lekas diberikan
keturunan.

10. Citak Berbentuk seperti berlian di dahi, dibuat


dengan daun sirih yang digunting kemudian
ditempelkan di kulit. Maknanya adalah seperti
mata dewa Siwa sebagai dewa pengetahuan,
yang mana diharapkan seorang wanita setelah
menikah menjadi sosok cerdas, cemerlang,
berilmu pengetahuan, serta berakhlak baik.

Pengantin pria tidak perlu di-paes, hanya perlu sedikit dirias


dengan tipis agar tidak tampak pucat. Riasannya berupa saputan bedak
tipis, alis ditebalkan memakai pensil, pipi diberi pemerah samar, dan
bibir dimerahkan dengan lipstick.

2) Busana
Busana pengantin Jogja yang satu ini dahulu dikenal sebagai
pakaian agustusan karena dikenakan oleh putra putri Sultan yang
menghadap Gubernur di bulan Agustus. Kelamaan pemakaiannya pun
berganti untuk acara pernikahan. Pakaian adat ini terdiri dari pakaian
adat untuk pria yakni mengenakan kain batik dengan bermacam variasi
motif antara lain sidomukti, sidoasih, sidoluhur dan sebagainya.
Dilengkapi pula aksesoris ikat pinggang bordir, sabuk, bara, timang
kreteb, keris dan kuluk kanigara. Sebagai pelengkap yakni bros, cincin,
karset, cincin, dan rantai jam. Sedangkan untuk pengantin wanita

30
terdiri dari kain batik jenis prada yang bermotif disesuaikan dengan
pengantin pria, serta kebaya blenggen atau kebaya yang bersulam
emas. Sebagai aksesorisnya yakni kalung, gelang dan cincin.
Busana Pengantin Wanita Busana Pengantin Pria

Kebaya Panjang Baju Sikepan/ bordiran

Kain Pradan Kain Paradan

Selop Selop

Stagen Lonthong, kamus timang dan larep

3) Sanggul

Tata rambut pengantin corak yogya puteri yaitu sanggul ukel


tekuk memiliki ciri khas yakni hiasan pelik yang dipasang di sanggul
bagian belakang. Oleh karena itu, sanggul pengantin Yogya Puteri
disebut Sanggul Pelik. Hiasan pelik terbuat dari kertas putih yang

31
dibentuk empat kelopak bunga kecil, di tengah-tengahnya diberi ketep
dan ditusuk jarum pentul supaya bias disematkan disanggul (Martha,
2012:98).

No. Aksesoris Pendukung Gambar


Sanggul

1. Taplok Ronce Kawung

2. Jabehan

3. Sumping Kembang
Saritaman

4. Ronce Malati Bawang


Sebungkul

5. Ronce Bunga Sritaman

4) Perlengkapan dan Aksesoris


Perlengkapan dan Aksesoris Perlengkapan dan Aksesoris
Pengantin Wanita Pengantin Pria

Suweng tretes Keris/wingkingan branggah

Kalung tretes Kuluk

32
Gelang permata Kalung karset

Cincin permata

Bros

Sisir gunungan

Cunduk mentul

Sumping emas

33
E. Gaya Yogyakarta Kasatriyan Ageng Malem Selikuran

Pada zaman dahulu, perayaan pengantin pada hari ke-35 atau


selapanan biasa dilaksanakan. Perayaan ini berupa pagelaran wayang
orang selama tiga hari tiga malam. Busana yang dikenakan adalah Paes
Ageng. Akan tetapi, sejak zaman Hamengku Buwana ke VII, pengantin
mengenakan pakaian Kesatriyan Ageng (Condronegoro melalui Suwarna,
2000:9).
Pada mulanya Busana Kasatriyan Ageng merupakan busana yang
dikenakan Ngarsa Dalem Ingkang Sinuwun dan putra-putra pangeran pada
tanggal 20 malam bulan maulud pada saat ke masjid untuk melaksanakan
upacara udik-udik. Sultan dan para pangeran mengendarai kereta berkuda
keluar dari kraton melalui alun-alun utara menuju Masjid Agung dengan
mengenakan busana adat berupa kain dan surjan lengkap yang disebut
Busana Kasatriyan. Karena selalu digunakan tanggal 20 malam, busana ini
disebut juga Busana Malam Selikuran.
Busana Kasatriyan Ageng banyak dikenakan pada upacara
pengantin, baik di desa maupun kota. Busana Kesatriyan Ageng ini biasa
dipakai pada upacara pahargyan (resepsi pernikahan). Busana ini sering
dikenakan pada upacara pahargyan atau resepsi tetapi jarang digunakan
pada proses panggih, karena busana ini bersifat semi formal atau setengah
formal dapat dikatakan kurang formal.

1) Rias

34
No. Riasan Penjelasan, Makna
Pengantin
Wanita

1. Bedak Memunculkan aura pengantin


berwarna
kuning

2. Alis Pengantin cantik seperti bidadari


berbentuk
mangot

3. Eye shadow Kesuburan, mampu membangun keluarga yang


berwarna makmur dan sejahtera.
coklat hijau

4. Rias bibir Pengantin cantik seperti bidadari

5. Blush on Pengantin cantik seperti bidadari

35
6. Penunggul Bagian paling besar di tengah dahi berbentuk
daun sirih separo. Ini bermakna derajat yang
tinggi bagi seorang perempuan yang telah
menikah. Harapannya, setelah menikah si
wanita akan menempati kedudukan yang
tinggi. Bagi masyarakat Jawa, posisi
perempuan dipandang lebih tinggi jika yang
bersangkutan telah menikah.

7. Pengapit Sapuan kecil seperti bunga kantil di samping


sisi. Pengapit dimaksudkan untuk
mengendalikan penunggul agar tetap pada
posisi tengah. Penunggul. Ini bermakna
bagaimana pun kehidupan rumah tangga yang
mudah goyah ke sana kemari, pengapit harus
tetap menjaga agar tujuan utama pernikahan
tetap pada jalan/garis yang lurus sesuai
tujuannya yang mulia.

8. Penitis Kalau kamu amati, ujung penitis pada riasan


Jogja Putri selalu mengarah ke ujung
hidung. Alasannya adalah penitis merupakan
simbol bahwa segala sesuatu harus memiliki
tujuan yang efektif. Termasuk dalam perkara
keuangan rumah tangga.

9. Godheg Samping telinga pengantin. Godheg pada


bagian sisi telinga bermakna supaya wanita
senantiasa introspeksi diri dan tidak tergesa-
gesa dalam mengambil keputusan. Selain itu
juga merupakan doa supaya lekas diberikan
keturunan.

36
10. Citak Berbentuk seperti berlian di dahi, dibuat
dengan daun sirih yang digunting kemudian
ditempelkan di kulit. Maknanya adalah seperti
mata dewa Siwa sebagai dewa pengetahuan,
yang mana diharapkan seorang wanita setelah
menikah menjadi sosok cerdas, cemerlang,
berilmu pengetahuan, serta berakhlak baik.

Pengantin pria tidak perlu di-paes, hanya perlu sedikit dirias


dengan tipis agar tidak tampak pucat. Riasannya berupa saputan bedak
tipis, alis ditebalkan memakai pensil, pipi diberi pemerah samar, dan
bibir dimerahkan dengan lipstick.

2) Busana
Pakaian adat Yogyakarta yang satu ini dikenakan sebelum saat
pernikahan, yaitu pada saat malam upacara selikuran. Pakaian ini
disebut kasatrian ageng, untuk pengantin pria terdiri dari kain batik
prada aneka motif diantaranya sido asih dan sido luhur.
Dilengkapi dengan aksesoris berupa surjan sutra bermotif
bunga atau daun, ikat pinggang, timag kreteb, sabuk, kuluk kanigara
hitam dan keris, ditambah oncen, kolang keris, bros, karset dan rantai.
Sedangkan untuk pengantin wanitanya mengenakan kain batik
jenis prada bermotif sama dengan pengantin pria, dan kebaya lengan
panjang terbuat dari bahan sutra, baju tanpa kuthu baru, serta bros
berjumlah 3 buah. Serta sebagai perhiasannya mengenakan kalung,
gelang, cincin dan giwang.
Busana Pengantin Wanita Busana Pengantin Pria

Kain cinde Celana cinde

37
Kain kampuh/dodotan Kain kampuh/dodotan

Busana Lukar Busana Lukar

Selop Bludiran Selop Bludiran

Binggel Kana Kelat Bahu

3) Sanggul

Pada corak Kesatriyan Angeng Malam Salikuran ini


menggunakan penataan rambut berupa sunggar dan sanggul ukel
tekuk. Sanggul ini dihias dengan 1 ceplok mawar di belakang, melati
usus-ususan, dan pelikan (kertas yg berwarna putih di belakang
sanggul). ciri khas yakni hiasan pelik yang dipasang di sanggul bagian
belakang. Hiasan pelik terbuat dari kertas putih yang dibentuk empat

38
kelopak bunga kecil, di tengah-tengahnya diberi ketep dan ditusuk
jarum pentul supaya bias disematkan disanggul.
No. Aksesoris Pendukung Gambar
Sanggul

1. Taplok Ronce Kawung

2. Jabehan

3. Sumping Kembang
Saritaman

4. Ronce Malati Bawang


Sebungkul

5. Ronce Bunga Sritaman

4) Aksesoris
Perlengkapan dan Aksesoris Perlengkapan dan Aksesoris
Pengantin Wanita Pengantin Pria

Suweng tretes Keris/wingkingan branggah

Kalung tretes Kuluk

39
Gelang permata Kalung karset

Cincin permata

Bros

Sisir gunungan

Cunduk mentul

Sumping emas

40
F. Gaya Yogyakarta Kasatriyan Ageng

Pada mulanya Busana Kasatriyan Ageng merupakan busana yang


dikenakan Ngarsa Dalem Ingkang Sinuwun dan putra-putra pangeran pada
tanggal 20 malam bulan maulud pada saat ke masjid untuk melaksanakan
upacara udik-udik. Sultan dan para pangeran mengendarai kereta berkuda
keluar dari kraton melalui alun-alun utara menuju Masjid Agung dengan
mengenakan busana adat berupa kain dan surjan lengkap yang disebut
Busana Kasatriyan. Karena selalu digunakan tanggal 20 malam, busana ini
disebut juga Busana Malam Selikuran.

1) Riasan

No. Riasan Pengantin Makna


Wanita

1. Bedak berwarna Memunculkan aura pengantin


kuning

2. Alis berbentuk Pengantin cantik seperti bidadari


mangot

41
3. Eye shadow Kesuburan, mampu membangun
berwarna coklat keluarga yang makmur dan sejahtera.
hijau

4. Rias bibir Pengantin cantik seperti bidadari

5. Blush on merah Pengantin cantik seperti bidadari


merona

6. Penunggul Ini bermakna derajat yang tinggi bagi


seorang perempuan yang telah menikah.
Harapannya, setelah menikah si wanita
akan menempati kedudukan yang tinggi.
Bagi masyarakat Jawa, posisi
perempuan dipandang lebih tinggi jika
yang bersangkutan telah menikah.

7. Pengapit Sapuan kecil seperti bunga kantil di


samping sisi. Pengapit dimaksudkan
untuk mengendalikan penunggul agar
tetap pada posisi tengah. Penunggul. Ini
bermakna bagaimana pun kehidupan
rumah tangga yang mudah goyah ke
sana kemari, pengapit harus tetap
menjaga agar tujuan utama pernikahan

42
tetap pada jalan/garis yang lurus sesuai
tujuannya yang mulia.

8. Penitis Kalau kamu amati, ujung penitis pada


riasan Jogja Putri selalu mengarah ke
ujung hidung. Alasannya adalah penitis
merupakan simbol bahwa segala sesuatu
harus memiliki tujuan yang efektif.
Termasuk dalam perkara keuangan
rumah tangga.

9. Godheg Samping telinga pengantin. Godheg


pada bagian sisi telinga bermakna
supaya wanita senantiasa introspeksi diri
dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil
keputusan. Selain itu juga merupakan
doa supaya lekas diberikan keturunan.

10. Citak Berbentuk seperti berlian di dahi, dibuat


dengan daun sirih yang digunting
kemudian ditempelkan di kulit.
Maknanya adalah seperti mata dewa
Siwa sebagai dewa pengetahuan, yang
mana diharapkan seorang wanita setelah
menikah menjadi sosok cerdas,
cemerlang, berilmu pengetahuan, serta
berakhlak baik.

Pengantin pria tidak perlu di-paes, hanya perlu sedikit dirias


dengan tipis agar tidak tampak pucat. Riasannya berupa saputan bedak
tipis, alis ditebalkan memakai pensil, pipi diberi pemerah samar, dan
bibir dimerahkan dengan lipstick.

2) Busana

43
Busana pengantin Kesatriyan merupakan busana paling
sederhana bila dibandingkan dengan busana pengantin lainnya. Busana
ini paling banyak dipakai oleh pengantin di pedesaan, busana ini
tampak anggun, indah, dan berwibawa. Sama seperti Busana Pengantin
Kasatriyan Ageng, busana ini juga sering dikenakan pada resepsi dan
jarang dipakai untuk upacara panggih. Namun biasa dipakai pada
saat ngundhuh mantu atau boyong pengantin. Karena busana ini
bersifat santai (nonformal).
Untuk pengantin pria, pakaian adat yang dikenakan yaitu
kasatrian yang berupa baju hitam bludru. Dilengkapi dengan aksesoris
sabuk, ikat pinggang atau kamus, dan timag kreteb, atau buat
mengencangkan kamus, blangkon, keris, surjan, surjan terbuat dari
sutera dengan motif bunga batu atau motif polos. Dan untuk alas
kakinya, mengenakan selop yang polos. Sedangkan pakaian adat
pengantin wanita Yogyakarta, yaitu mengenakan kebaya lengan
pendek warna hijau tua, biru tua, hitam dan merah tua yang terbuat
dari bahan sutra. Warna kebaya yang dipilih disesuaikan dengan
pakaian yang dikenakan pengantin pria.

3) Sanggul

Pada corak Kesatriyan Angeng ini menggunakan penataan


rambut berupa sunggar dan sanggul ukel tekuk. Pada corak Kesatriyan
Angeng Malam Salikuran ini menggunakan penataan rambut berupa
sunggar dan sanggul ukel tekuk. Sanggul ini dihias dengan 1 ceplok
mawar di belakang, melati usus-ususan, dan pelikan (kertas yg
berwarna putih di belakang sanggul). ciri khas yakni hiasan pelik yang

44
dipasang di sanggul bagian belakang. Hiasan pelik terbuat dari kertas
putih yang dibentuk empat kelopak bunga kecil, di tengah-tengahnya
diberi ketep dan ditusuk jarum pentul supaya bias disematkan
disanggul.
No. Aksesoris Pendukung Gambar
Sanggul

1. Taplok Ronce Kawung

2. Jabehan

3. Sumping Kembang
Saritaman

4. Ronce Malati Bawang


Sebungkul

5. Ronce Bunga Sritaman

4) Perhiasan atau Aksesoris


Pada corak Kesatriyan Angeng menggunakan aksesoris berupa:
Perlengkapan dan Aksesoris Perlengkapan dan Aksesoris
Pengantin Wanita Pengantin Pria

Suweng tretes Keris/wingkingan branggah

45
Kalung tretes Kalung karset

Gelang permata

Cincin permata

Bros

Sisir gunungan

Cunduk mentul

Sumping emas

46
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tata rias pengantin adalah suatu kegiatan tata rias wajah pada
pengantin yang bertujuan untuk menonjolkan kelebihan yang ada dan
menutupi kekurangan pada wajah pengantin. Selain berfokus pada tata
rias wajah juga sangat memperhatikan tata rias rambut, keserasian busana
serta aksesorisnya, yang tiap-tiap bagian riasan tersebut mengandung
makna tertentu sebagai pengungkapan pesan-pesan hidup yang hendak
disampaikan oleh kedua mempelai.
Tata rias dan busana pengantin adalah karya seni yang berkembang
di dalam sebuah kelompok masyrakat yang keberadaannya selalu berusaha
untuk dilestarikan. Sebagai bentuk karya seni, tata rias pengantin
mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan lingkungan sosial
dan hidup manusia. Pada masa dahulu kala, masyarakat selalu tertib
melaksanakan segala sesuatunya sesuai dengan aturan yang ada.
Sedangkan pada zaman sekarang, tidak banyak lagi yang dilakukan secara
lengkap dan tertib.
Tata rias pengantin Yogyakarta memiliki 6 jenis busana pengantin
tradisional yang telah di bakukan yaitu : PengantinYogya Corak Paes
Ageng, Pengantin Yogya Corak Paes Ageng Jangan Menir, Pengantin
Yogya Corak Paes Ageng Kanigaran, Gaya Yogyakarta Corak Yogya
Puteri, Gaya Yogyakarta Kasatriyan Ageng Malem Selikuran, dan Gaya
Yogyakarta Kasatriyan Ageng.

47
Keenam corak tersebut mempunyai makna yang berdimensi
vertikal maupun horizontal, dimana makna vertikal adalah makna yang
menunjukan hubungan antar manusia dengan Tuhannya, sedangkan makna
horisontal adalah makna yang menunjukkan hubungan antara manusia
dengan sesamanya atau individu dan individu dengan lingkungan
sosialnya, juga hubungan antar individu dengan alam dan lingkungan
fisiknya. Yang artinya merupakan salah satu tatanan sosial bermasyarakat
sekaligus sebagai bentuk pengharapan dan doa.

48
DAFTAR PUSTAKA

Bita, S. M. (2017). Makna Dan Filosofi Tata Rias Dan Busana Pengantin
Putri Sekar Salekso Kota Magelang Jawa Tengah. Skripsi. Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang.
Bekti, Setia. (2016). “Busana Pengantin Yogya Paes Ageng”. Diakses
pada 4 september 2022. Dari https://www.weddingku.com/blog/busana-
pengantin-yogya-paes-ageng
Dinas Kebudayaan. (2014). “ Pakaian Adat di Provinsi DIY”. Diakses
pada 4 September 2022, dari https://budaya.jogjaprov.go.id/artikel/detail/465-
pakaian-adat-di-provinsi-diy
Kaffi, R. A. (2018). Makna Dan Pesan Riasan Pengantin Paes Ageng
Kebesaran Gaya Yogyakarta Di Sanggar Niassari (Doctoral dissertation, UIN
Sunan Ampel Surabaya).
Ladiestory. (2021). “Mengenal Pakaian Adat Pengantin Yogyakarta Pria
dan Wanita”. Diakses pada 4 September, dari https://www.ladiestory.id/mengenal-
pakaian-adat-pengantin-yogyakarta-pria-dan-wanita-
60064#:~:text=Pakaian%20adat%20yogyakarta%20lainnya%20yang,keris%20bra
nggah%2C%20serta%20timang%20kreteb.
Land of Jenganten. (2021). “Arti an Makna Tata Rias Pengantin Paes
Jogja Putri”. Diakses pada September, 4 2022. Dari
http://www.jenganten.com/2021/05/arti-dan-makna-tata-rias-pengantin-paes.htm
Meraih Mimpi. (2015). “Busana Pengantin Kasatriyan Ageng Dan
Kesatriyan”. Diakses pada 4 September 2022, dari
http://fhebriean11eca.blogspot.com/2015/12/busana-pengantin-kasatriyan-ageng-
dan.html
Nabila. (2022). “Pakaian Adat DI Yogyakarta Corak Paes Ageng Jangan
Menir”. Diakses pada September, 4 2022, dari
https://id.scribd.com/document/424206250/Pakaian-Adat-DI-Yogyakarta-Corak-
Paes-Ageng-Jangan-Menir

49
Rahayu, S. (2014). Arti Simbolis Paes Ageng Masa Hamengkubuwono IX
Tahun 1940-1988. Avatara, 2(3).
Santoso, T. (2013). Tata rias & busana pengantin seluruh Indonesia.
Gramedia Pustaka Utama.
Shedhiyah. Ayna. (2022). “Pakaian Adat”. Diakses pada 4 September
2022, dari https://id.scribd.com/document/430404948/pakaian-adat-ppt-docx
Widayanti, S. (2011). Tinjauan Filsafat Seni terhadap Tata Rias dan
Busana Pengantin Paes Ageng Kanigaran Gaya Yogyakarta. Jurnal
Filsafat, 21(3), 240-256.

50

Anda mungkin juga menyukai