Disusun Oleh :
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmatnya sehingga
kami selaku penulis makalah ini dapat menyusun makalah tentang “Busana dan
Riasan Pengantin Yogyakarta” ini tepat waktu.
Makalah “Busana dan Riasan Pengantin Yogyakarta” disusun guna
memenuhi tugas dari Ibu Mimi Yupelmi, S.ST, M.Pd pada mata kuliah Tata Rias
Pengantin Indonesia di Universitas Negeri Padang. Selain itu, kami juga berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan tentang “Busana dan Riasan
Pengantin Yogyakarta” bagi pembaca dan juga penulis.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Mimi
Yupelmi, S.ST, M.Pd selaku dosen mata kuliah Tata Rias Pengantin Indonesia
yang telah memberikan kami tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pernikahan merupakan tahapan yang sangat penting, penuh makna,
dan peristiwa teramat istimewa yang dialami manusia dalam
kehidupannya, ibarat raja dan ratu sehari pasangan pengantin selalu
menjadi pusat perhatian tamu undangan. Selain mengantarkan seseorang
pada fase kehidupan baru untuk membangun sebuah keluarga, pernikahan
dalam tradisi kehidupan timur, khususnya di Indonesia selalu diwarnai dan
diiringi dengan ritual tradisi yang memiliki nilai-nilai luhur dan mulia.
Di Indonesia terdapat keanekaragaman tradisi pernikahan yang
sangat banyak jumlahnya, dalam satu suku bangsa bisa dijumpai beberapa
tradisi atau upacara pernikahan yang berbeda. Dengan adanya perbedaan
dalam tradisi perkawinan di Indonesia mampu mempengaruhi bentuk
riasan dan busana pengantinnya
Tata rias pengantin adalah salah satu tata rias yang harus memiliki
kekuatan untuk merubah wajah lebih berseri dan tampak istimewa dengan
tetap memperlihatkan kecantikan alami yang bersifat personal (Andiyanto,
2006: 20).
Tata rias pengantin adalah suatu kegiatan tata rias wajah pada
pengantin yang bertujuan untuk menonjolkan kelebihan yang ada dan
menutupi kekurangan pada wajah pengantin. Selain berfokus pada tata rias
wajah juga sangat memperhatikan tata rias rambut, keserasian busana serta
aksesorisnya, yang tiap-tiap bagian riasan tersebut mengandung makna
tertentu sebagai pengungkapan pesan-pesan hidup yang hendak
disampaikan oleh kedua mempelai.
Tata rias dan busana pengantin adalah karya seni yang berkembang
di dalam sebuah kelompok masyrakat yang keberadaannya selalu berusaha
untuk dilestarikan. Sebagai bentuk karya seni, tata rias pengantin
1
mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan lingkungan sosial
dan hidup manusia. Pada masa dahulu kala, masyarakat selalu tertib
melaksanakan segala sesuatunya sesuai dengan aturan yang ada.
Sedangkan pada zaman sekarang, tidak banyak lagi yang dilakukan secara
lengkap dan tertib.
Adat istiadat atau kebiasaan Mayarakat Jawa berpusat di
lingkungan Solo maupun Yogyakarta. Khusus lingkungan keraton
Mataram Yogyakarta terutama pada abad ke 16 dan 17 peradaban dalam
keraton Yogyakarta masih mempertahankan unsurunsur tradisi Jawa yang
dipengaruhi oleh agama Hindu-Budha. Unsur-unsur tersebut bukan saja
unsur kesenian dan kesustraan saja, melainkan juga unsurunsur yang
terdapat dalam kehidupan upacara dan keagamaan, contohnya antara lain:
upacara khitanan, perkawinan, sekatenan, dan sebagainya
Inti dari upacara perkawinan keraton Yogyakarta adalah akad
nikah, yang disusul dengan panggih, sungkeman, dan walimahan. Dalam
upacara panggih, pengantin menjadi pusat perhatian tamu karena
merupakan inti acara dan dapat diibaratkan sebagai raja dan ratu sehari.
Adapun bagi pengantin, penampilannya pada waktu upacara perkawinan
dianggap sebagai salah satu peristiwa besar dan penting dalam sejarah
kehidupannya. Perkawinan tidak akan dilewatkan begitu saja sebagaimana
mereka menghadapi peristiwa sehari-hari. Untuk itu, pengantin dirias
sedemikian rupa supaya berbeda dengan kesehariannya dan disesuaikan
dengan kedudukannya sebagai raja dan ratu sehari diperlukan tata rias
khusus dengan aturan yang khusus pula.
Tata rias pengantin Yogyakarta memiliki 6 jenis busana pengantin
tradisional yang telah di bakukan yaitu : Pengantin Yogya Corak Paes
Ageng, Pengantin Yogya Corak Paes Ageng Jangan Menir, Pengantin
Yogya Corak Paes Ageng Kaningratan, Gaya Yogyakarta Corak Yogya
Puteri, Gaya Yogyakarta Kasatriyan Ageng Malem Selikuran, dan Gaya
Yogyakarta Kasatriyan Ageng.
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah bentuk riasan, sanggul, busana, busan pelengkap dan
aksesoris pengantin daerah yogyakarta corak paes ageng?
2. Bagaimanakah bentuk riasan, sanggul, busana, busan pelengkap dan
aksesoris pengantin daerah yogyakarta corak paes ageng jangan
menir?
3. Bagaimanakah bentuk riasan, sanggul, busana, busan pelengkap dan
aksesoris pengantin daerah yogyakarta corak paes ageng kanigaran?
4. Bagaimanakah bentuk riasan, sanggul, busana, busan pelengkap dan
aksesoris pengantin daerah yogyakarta corak yogya putri?
5. Bagaimanakah bentuk riasan, sanggul, busana, busan pelengkap dan
aksesoris pengantin daerah yogyakarta corak kasatriayan ageng
malem salikuran?
6. Bagaimanakah bentuk riasan, sanggul, busana, busan pelengkap dan
aksesoris pengantin daerah yogyakarta corak kasatriayan ageng?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bentuk bentuk riasan, sanggul, busana, busan
pelengkap dan aksesoris pengantin daerah yogyakarta corak paes
ageng
2. Untuk mengetahui bentuk riasan, sanggul, busana, busan pelengkap
dan aksesoris pengantin daerah yogyakarta corak paes ageng jangan
menir
3. Untuk mengetahui bentuk riasan, sanggul, busana, busan pelengkap
dan aksesoris pengantin daerah yogyakarta corak paes ageng
kanigaran
4. Untuk mengetahui bentuk riasan, sanggul, busana, busan pelengkap
dan aksesoris pengantin daerah yogyakarta corak yogya putri
3
5. Untuk mengetahui bentuk riasan, sanggul, busana, busan pelengkap
dan aksesoris pengantin daerah yogyakarta corak kasatriayan ageng
malem salikuran
6. Untuk mengetahui bentuk riasan, sanggul, busana, busan pelengkap
dan aksesoris pengantin daerah yogyakarta corak kasatriayan ageng
4
BAB II
PEMBAHASAN
Tata rias pengantin adalah suatu kegiatan tata rias wajah pada pengantin
yang bertujuan untuk menonjolkan kelebihan yang ada dan menutupi kekurangan
wajah pengantin. Selain berfokus pada tata rias wajah juga sangar memperhatikan
tata rias rambut, keserasian busana dan serta asesorisnya, yang tiap-tiap
bagiannya riasan tersebut mengandung sebuah arti dan makna yang tertentu
sebagai pengungkapan pesan-pesan hidup yang hendak disampaikan oleh kedua
mempelai pengantin, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta sangat
menjunjung tinggi nilai-nilai seni dan budaya.
1) Rias Pengantin
Tata rias wajah pengantin corak Paes Ageng memiliki ciri khas
pada bentuk alis menjangan ranggah, jahitan mata, dan hiasan pada
dahi. Ekspresi wajah pada corak ini digambarkan sebagai wanda luruh
yang berarti raut wajah yang tenang. Ekspresi wanda luruh pada rias
wajah pengantin merupakan simbol atas bentuk paes yang melengkung
5
ke bawah. Hal ini bermakna bahwa seorang wanita harus memiliki
sifat lembut dan menunduk/tumungkul (jawa), karena sifat kelembutan
yang terpancar menjadi jiwa seorang wanita yang berbudi luhur
(wanita kang utomo).
6
Cithak merupakan simbol dari sebuah pagar atau penutup
perbuatan jahat yang dilakukan oleh orang lain kepada pengantin.
Cihtak bermakna untuk memagari kelemahan manusia yang terletak
pada panca indra agar tidak mudah diperdaya oleh kekuatan jahat.
Makna cithak dalam masyarakat tidak mengalami perubahan yakni
sebagai penolak bala/bahaya.
Prada dan ketep berfungsi sebagai keindahan dan pengisi
bidang paes yang berwarna hitam. Perpaduan dua warna kontras yaitu
hitam dan emas memberikan penonjolan bentuk yang menarik
perhatian. Kinjengan menggambarkan capung yang tak kenal diam dan
selalu bergerak tak kenal lelah, merupakan simbol atas sebuah usaha
tak kenal lelah untuk memulai hidup baru dan mencari rezeki.
Kinjengan diletakkan di dalam paes memiliki makna bahwa setiap
usaha untuk memenuhi tuntuhan hidup hendaknya selalu berpijak pada
realita dan jangan berusaha di luar batas kemampuan karena dapat
menyebabkan akibat negatif. Prada, ketep dan kinjengan dalam
masyarakat luas memiliki makna hanya sebatas sebagai penghias paes
agar terlihat lebih indah.
Pengantin pria tidak perlu di-paes, hanya perlu sedikit dirias
dengan tipis agar tidak tampak pucat. Riasannya berupa saputan bedak
tipis, alis ditebalkan memakai pensil, pipi diberi pemerah samar, dan
bibir dimerahkan dengan lipstick
2
Pada rias pengantin paes ageng yogyakarta terdapat riasan pada
dahi yang disebut paes. Paes makna upaya untuk mempercantik diri
7
agar dapat membuang jauhjauh perbuatan buruk dan menjadi orang
sholeh dan dewasa. Adapun unsur-unsur rias wajah paes ageng adalah
sebagai berikut:
No. Unsur Paes Makna simbol
2) Sanggul
a. Pengantin Wanita
8
pewayangan digambarkan seperti Brantasena meguru marang dewa
ruci, maksudnya ilmu yang sudah dicapai menjadi sifat bulat
manusia seutuhnya kemudian disimpan baik-baik selama hidup dan
penyimpanan tersebut digambarkan didalam bokor emas /kencana.
Sanggul bokor mengkurep memiliki perpaduan melati dan daun
pandan yang menimbulkan kesan religius. Daun pandan yang
dirajang halus berfungsi sebagai pengisi gelung sedangkan bunga
melati berfungsi sebagai penutup gelung. Gajah ngoling sebagai
hiasan sanggul juga terdiri dari rajangan daun pandan dan bunga
melati. Pelengkap sanggul bokor mengkurep dan makna
simbolisnya sebagai berikut:
No. Pelengkap Makna simbol
sanggul
1. Teplok atau rajut mempercantik sanggul pengantin.
melati
9
5. Sumping Penyaring suara yang tidak
menyenangkan di lunakkan
3) Busana Pengantin
a. Busana Pengantin Wanita
10
harapan untuk kebahagiaan pengantin, atau Sido Asih yang
bermakna saling mencintai, dipadukan dengan motif semen yang
berisi harapan untuk tumbuh subur. Kampung itu sendiri
merupakan simbol kesusilaan manusia. Kampuh yang berupa
lembaran besar dililit dan dijadikan satu, membalut tubuh,
mengandung makna seseorang yang belum banyak tahu tahu serba
dan sempurna. Di bagian pinggang dililitkan udet cinde atau
selendang kecil bercorak cinde yang dibuat pita dan dibiarkan
dibiarkan menjuntai, lalu ditutup dengan pending emas.
11
No. Makna simbol Makna simbol dalam Masyarakat
dalam Keraton
12
Kelat bahu atau Dalam mitologi Jawa naga
gelang naga merupakan hewan suci yang
dipercaya menyangga dunia.
Sehingga merupakan simbol dari
penolak bala.
Paes Ageng Jangan Menir yaitu yang digunakan raja, putra dan
putri Kraton saat diluar Kraton Yogyakarta, seperti saat menjamu tamu
dari luar Kraton dan masyarakat. Ciri khasnya tidak menggunakan dodot
atau kampuh, tetapi menggunkan kain cinde dengan model slarak dibagian
bawah, bajunya bernama Teni atau Blenggen serta untuk bajunya
mempunyai motif bunga emas yang bertaburan, dan juga menggunaka
belah Banten.
1) Riasan
13
Alis menjangan ranggah menampilkan unsur keindahan dalam
keseluruhan rias wajah. Merupakan lambang kewaspadaan untuk
menghadapi dan mengatasi serangan buruk dari berbagai arah. Seorang
istri diharapkan dapat cekatan, terampil dan ulet menghadapi persoalan
rumah tangga. Namun dalam perkembangannya makna tersebut
mengalami perubahan dalam masyarakat yakni hanya sebagai unsur
estetika dalam berias.
14
Prada dan ketep berfungsi sebagai keindahan dan pengisi
bidang paes yang berwarna hitam. Perpaduan dua warna kontras yaitu
hitam dan emas memberikan penonjolan bentuk yang menarik
perhatian. Kinjengan menggambarkan capung yang tak kenal diam dan
selalu bergerak tak kenal lelah, merupakan simbol atas sebuah usaha
tak kenal lelah untuk memulai hidup baru dan mencari rezeki. Prada,
ketep dan kinjengan dalam masyarakat luas memiliki makna hanya
sebatas sebagai penghias paes agar terlihat lebih indah.
Pada rias pengantin paes ageng yogyakarta terdapat riasan pada
dahi yang disebut paes. Paes makna upaya untuk mempercantik diri
agar dapat membuang jauhjauh perbuatan buruk dan menjadi orang
sholeh dan dewasa. Adapun unsur-unsur rias wajah paes ageng adalah
sebagai berikut:
No. Unsur Paes Makna simbol
15
Pengantin pria tidak perlu di-paes, hanya perlu sedikit dirias
dengan tipis agar tidak tampak pucat. Riasannya berupa saputan bedak
tipis, alis ditebalkan memakai pensil, pipi diberi pemerah samar, dan
bibir dimerahkan dengan lipstick
2) Sanggul
a. Sanggul Pengantin Wanita
16
3. Ceplok jebehan Simbol keindahan
3) Busana
Busana Pengantin Wanita Busana Pengantin Pria
17
Jenigil (pita dari udhel cinde) Bhara
18
Pethat gunungan Sumping Emas
Gelang Kono
Cincin
Sumping
19
C. Gaya Yogyakarta Corak Paes Ageng Kanigaran
1) Rias Pengantin
Pada rias pengantin wanita Paes Ageng Kanigaran ini, tata rias
dahi diawali dengan membuat cengkorongan (riasan berbentuk runcing
pada dahi) yang kemudian dihitamkan dengan bahan yang disebut
pidih. Selanjutnya, di bagian tepi cengkorongan diberi ketep (payet)
berwarna emas serta serbuk emas yang disebut prada. Di bagian tengah
cengkorongan diberi hiasan dari ketep dan prada yang berbentuk
segitiga dan belah ketupat ini disebut motif kinjengan atau capung. Di
tengah-tengah dahi, di atas ketinggian kedua alis diberi hiasan
berbentuk belah ketupat dari daun sirih yang disebut cithak. Berikut
unsurunsur yang terdapat pada rias wajah dan dahi beserta penjelasan
maknanya:
No. Rias Penjelasan dan Makna Filosofis
Wajah
dan Dahi
20
2. Wanda Ia merupakan pendamping kanan dan kiri.
Luruh Maknanya, meskipun sudah menjadi orang
yang baik, namun kalau terpengaruh oleh sifat
buruk pendamping kiri, pengantin bisa sesat
juga. Karena itu pendamping kanan berfungsi
sebagai pemomong (pengasuh) yang setia dan
selalu mengingatkan agar pengantin tetap kuat
dan teguh iman.
21
manusia terletak di pusat indra ini dan jika
pusat itu sedang lengah akan mudah diperdaya
secara halus dengan ilmu hitam. Karena itu,
pemasangan cithak harus tepat dan simetris
2) Busana
a. Busana Wanita
Dalam Paes Ageng Kanigaran pengantin mengenakan baju
tertutup namun mengenakan dodot/ kampuh di bagian bawah. Pada
tata busana pengantin Paes Ageng Kanigaran, unsurunsur yang
terdapat dalam kelengkapan pakaian pengantin wanita adalah
sebagai berikut:
22
Busana Penjelasan
Kain Cinde Kain dengan corak khusus untuk paes ageng.
Gaya yogyakarta yang baku menggunakan
motif slarak kandang (garis-garis di bagian
tepi).
Kampuh/dodot Kain yang panjangnya dua kali lipat kain
biasa, dikenakan setelah kain cinde.
23
b. Busana Pria
c. Sanggul
24
Untuk tata rias rambut pengantin wanita Paes Ageng
Kanigaran mengenakan sanggul yang berupa gelung bokor, terbuat
dari irisan daun pandan yang ditutup dengan rangkaian bunga
melati yang menyerupai rajut yang disebut teplok. Gelung bokor
bentuknya bulat, sedikit memanjang ke kiri dan ke kanan sehingga
bentuknya mirip jeruk satu sisir.
Pada bagian bawah sanggul, kurang lebih satu jari ke kanan
dari garis tengah dipasang gajah ngoling, yaitu irisan daun pandan
yang dibungkus dengan rangkaian bunga melati berbentuk bulat
panjang sekitar 55 cm. Di atas telinga kiri dan kanan diberi
sumping pupus daun pepaya (daun pepaya muda) yang dibentuk
seperti daun sirih yang kemudian diberi prada.
Kemudian unsur-unsur yang terdapat pada tata rias rambut
adalah daun pandan dan bunga melati yang keduanya berbau
wangi, dan jebehan yang merupakan bunga palsu yang terbuat dari
kain dan berfungsi untuk mempercantik. Pengantin wanita juga
mengenakan sanggul yang berisi irisan daun pandan, berbentuk
bulat seperti mangkok (bokor) tengkurap − disebut gelung bokor.
Maknanya, pengetahuan yang sudah dicapai akan menjadi sifat
bulat manusia seutuhnya dan disimpan dengan baik selama hidup.
Penyimpanan itu digambarkan dalam bentuk bokor. Agar
pengetahuan yang disimpan itu tidak pudar dan tetap harum maka
gelung bokor ditutup dengan rajut bunga melati yang disebut
teplok, dan di bagian bawah sanggul dipasang rangkaian bunga
melati bulat panjang berisi irisan daun pandan yang disebut gajah
ngoling.
25
d. Perhiasan
Pengantin wanita juga mengenakan perhiasan yang disebut
Raja Keputren. Adapun unsur-unsurnya terdiri dari :
Perhiasan Makna
26
cincin sanubari tanpa batas. Hiasan ini juga merupakan
simbol kesetiaan wanita.
Jogja Putri adalah salah satu tata rias pengantin yang dikenalkan
dari tembok keraton Yogyakarta. Ciri khasnya adalah berbentuk paes
dengan tata rambut sunggar yang melebar di atas telinga. Riasan Jogja
Putri mungkin agak mirip dengan Solo Putri, namun dari segi bentuk paes
dan aksesoris sudah berbeda. Rias Jogja Putri memiliki makna mendalam
yang adiluhung di setiap riasan, busana, dan aksesoris
27
Tata rias yogya Puteri memiliki ciri khas dan keistimewaan yaitu
dengan adanya bentukan paes pada dahi pengantin wanita yang diisi pidih
hitam yang terkesan luwes dan elok namun tidak menggunakan pradan
keemasan (Pancawardani 2013:11). Makna dari paes adalah untuk
mempercantik diri dan membuang jauh perbuatan buruk agar seseorang
menjadi pribadi yang sholeh dan dewasa (Riefki, 2012:14).
1) Riasan Pengantin
No. Riasan Penjelasan, Makna
Pengantin
Wanita
1. Bedak Memunculkan aura pengantin
berwarna
kuning
28
5. Blush on Pengantin cantik seperti bidadari
merah
merona
29
tujuan yang efektif. Termasuk dalam perkara
keuangan rumah tangga.
2) Busana
Busana pengantin Jogja yang satu ini dahulu dikenal sebagai
pakaian agustusan karena dikenakan oleh putra putri Sultan yang
menghadap Gubernur di bulan Agustus. Kelamaan pemakaiannya pun
berganti untuk acara pernikahan. Pakaian adat ini terdiri dari pakaian
adat untuk pria yakni mengenakan kain batik dengan bermacam variasi
motif antara lain sidomukti, sidoasih, sidoluhur dan sebagainya.
Dilengkapi pula aksesoris ikat pinggang bordir, sabuk, bara, timang
kreteb, keris dan kuluk kanigara. Sebagai pelengkap yakni bros, cincin,
karset, cincin, dan rantai jam. Sedangkan untuk pengantin wanita
30
terdiri dari kain batik jenis prada yang bermotif disesuaikan dengan
pengantin pria, serta kebaya blenggen atau kebaya yang bersulam
emas. Sebagai aksesorisnya yakni kalung, gelang dan cincin.
Busana Pengantin Wanita Busana Pengantin Pria
Selop Selop
3) Sanggul
31
dibentuk empat kelopak bunga kecil, di tengah-tengahnya diberi ketep
dan ditusuk jarum pentul supaya bias disematkan disanggul (Martha,
2012:98).
2. Jabehan
3. Sumping Kembang
Saritaman
32
Gelang permata Kalung karset
Cincin permata
Bros
Sisir gunungan
Cunduk mentul
Sumping emas
33
E. Gaya Yogyakarta Kasatriyan Ageng Malem Selikuran
1) Rias
34
No. Riasan Penjelasan, Makna
Pengantin
Wanita
35
6. Penunggul Bagian paling besar di tengah dahi berbentuk
daun sirih separo. Ini bermakna derajat yang
tinggi bagi seorang perempuan yang telah
menikah. Harapannya, setelah menikah si
wanita akan menempati kedudukan yang
tinggi. Bagi masyarakat Jawa, posisi
perempuan dipandang lebih tinggi jika yang
bersangkutan telah menikah.
36
10. Citak Berbentuk seperti berlian di dahi, dibuat
dengan daun sirih yang digunting kemudian
ditempelkan di kulit. Maknanya adalah seperti
mata dewa Siwa sebagai dewa pengetahuan,
yang mana diharapkan seorang wanita setelah
menikah menjadi sosok cerdas, cemerlang,
berilmu pengetahuan, serta berakhlak baik.
2) Busana
Pakaian adat Yogyakarta yang satu ini dikenakan sebelum saat
pernikahan, yaitu pada saat malam upacara selikuran. Pakaian ini
disebut kasatrian ageng, untuk pengantin pria terdiri dari kain batik
prada aneka motif diantaranya sido asih dan sido luhur.
Dilengkapi dengan aksesoris berupa surjan sutra bermotif
bunga atau daun, ikat pinggang, timag kreteb, sabuk, kuluk kanigara
hitam dan keris, ditambah oncen, kolang keris, bros, karset dan rantai.
Sedangkan untuk pengantin wanitanya mengenakan kain batik
jenis prada bermotif sama dengan pengantin pria, dan kebaya lengan
panjang terbuat dari bahan sutra, baju tanpa kuthu baru, serta bros
berjumlah 3 buah. Serta sebagai perhiasannya mengenakan kalung,
gelang, cincin dan giwang.
Busana Pengantin Wanita Busana Pengantin Pria
37
Kain kampuh/dodotan Kain kampuh/dodotan
3) Sanggul
38
kelopak bunga kecil, di tengah-tengahnya diberi ketep dan ditusuk
jarum pentul supaya bias disematkan disanggul.
No. Aksesoris Pendukung Gambar
Sanggul
2. Jabehan
3. Sumping Kembang
Saritaman
4) Aksesoris
Perlengkapan dan Aksesoris Perlengkapan dan Aksesoris
Pengantin Wanita Pengantin Pria
39
Gelang permata Kalung karset
Cincin permata
Bros
Sisir gunungan
Cunduk mentul
Sumping emas
40
F. Gaya Yogyakarta Kasatriyan Ageng
1) Riasan
41
3. Eye shadow Kesuburan, mampu membangun
berwarna coklat keluarga yang makmur dan sejahtera.
hijau
42
tetap pada jalan/garis yang lurus sesuai
tujuannya yang mulia.
2) Busana
43
Busana pengantin Kesatriyan merupakan busana paling
sederhana bila dibandingkan dengan busana pengantin lainnya. Busana
ini paling banyak dipakai oleh pengantin di pedesaan, busana ini
tampak anggun, indah, dan berwibawa. Sama seperti Busana Pengantin
Kasatriyan Ageng, busana ini juga sering dikenakan pada resepsi dan
jarang dipakai untuk upacara panggih. Namun biasa dipakai pada
saat ngundhuh mantu atau boyong pengantin. Karena busana ini
bersifat santai (nonformal).
Untuk pengantin pria, pakaian adat yang dikenakan yaitu
kasatrian yang berupa baju hitam bludru. Dilengkapi dengan aksesoris
sabuk, ikat pinggang atau kamus, dan timag kreteb, atau buat
mengencangkan kamus, blangkon, keris, surjan, surjan terbuat dari
sutera dengan motif bunga batu atau motif polos. Dan untuk alas
kakinya, mengenakan selop yang polos. Sedangkan pakaian adat
pengantin wanita Yogyakarta, yaitu mengenakan kebaya lengan
pendek warna hijau tua, biru tua, hitam dan merah tua yang terbuat
dari bahan sutra. Warna kebaya yang dipilih disesuaikan dengan
pakaian yang dikenakan pengantin pria.
3) Sanggul
44
dipasang di sanggul bagian belakang. Hiasan pelik terbuat dari kertas
putih yang dibentuk empat kelopak bunga kecil, di tengah-tengahnya
diberi ketep dan ditusuk jarum pentul supaya bias disematkan
disanggul.
No. Aksesoris Pendukung Gambar
Sanggul
2. Jabehan
3. Sumping Kembang
Saritaman
45
Kalung tretes Kalung karset
Gelang permata
Cincin permata
Bros
Sisir gunungan
Cunduk mentul
Sumping emas
46
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tata rias pengantin adalah suatu kegiatan tata rias wajah pada
pengantin yang bertujuan untuk menonjolkan kelebihan yang ada dan
menutupi kekurangan pada wajah pengantin. Selain berfokus pada tata
rias wajah juga sangat memperhatikan tata rias rambut, keserasian busana
serta aksesorisnya, yang tiap-tiap bagian riasan tersebut mengandung
makna tertentu sebagai pengungkapan pesan-pesan hidup yang hendak
disampaikan oleh kedua mempelai.
Tata rias dan busana pengantin adalah karya seni yang berkembang
di dalam sebuah kelompok masyrakat yang keberadaannya selalu berusaha
untuk dilestarikan. Sebagai bentuk karya seni, tata rias pengantin
mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan lingkungan sosial
dan hidup manusia. Pada masa dahulu kala, masyarakat selalu tertib
melaksanakan segala sesuatunya sesuai dengan aturan yang ada.
Sedangkan pada zaman sekarang, tidak banyak lagi yang dilakukan secara
lengkap dan tertib.
Tata rias pengantin Yogyakarta memiliki 6 jenis busana pengantin
tradisional yang telah di bakukan yaitu : PengantinYogya Corak Paes
Ageng, Pengantin Yogya Corak Paes Ageng Jangan Menir, Pengantin
Yogya Corak Paes Ageng Kanigaran, Gaya Yogyakarta Corak Yogya
Puteri, Gaya Yogyakarta Kasatriyan Ageng Malem Selikuran, dan Gaya
Yogyakarta Kasatriyan Ageng.
47
Keenam corak tersebut mempunyai makna yang berdimensi
vertikal maupun horizontal, dimana makna vertikal adalah makna yang
menunjukan hubungan antar manusia dengan Tuhannya, sedangkan makna
horisontal adalah makna yang menunjukkan hubungan antara manusia
dengan sesamanya atau individu dan individu dengan lingkungan
sosialnya, juga hubungan antar individu dengan alam dan lingkungan
fisiknya. Yang artinya merupakan salah satu tatanan sosial bermasyarakat
sekaligus sebagai bentuk pengharapan dan doa.
48
DAFTAR PUSTAKA
Bita, S. M. (2017). Makna Dan Filosofi Tata Rias Dan Busana Pengantin
Putri Sekar Salekso Kota Magelang Jawa Tengah. Skripsi. Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang.
Bekti, Setia. (2016). “Busana Pengantin Yogya Paes Ageng”. Diakses
pada 4 september 2022. Dari https://www.weddingku.com/blog/busana-
pengantin-yogya-paes-ageng
Dinas Kebudayaan. (2014). “ Pakaian Adat di Provinsi DIY”. Diakses
pada 4 September 2022, dari https://budaya.jogjaprov.go.id/artikel/detail/465-
pakaian-adat-di-provinsi-diy
Kaffi, R. A. (2018). Makna Dan Pesan Riasan Pengantin Paes Ageng
Kebesaran Gaya Yogyakarta Di Sanggar Niassari (Doctoral dissertation, UIN
Sunan Ampel Surabaya).
Ladiestory. (2021). “Mengenal Pakaian Adat Pengantin Yogyakarta Pria
dan Wanita”. Diakses pada 4 September, dari https://www.ladiestory.id/mengenal-
pakaian-adat-pengantin-yogyakarta-pria-dan-wanita-
60064#:~:text=Pakaian%20adat%20yogyakarta%20lainnya%20yang,keris%20bra
nggah%2C%20serta%20timang%20kreteb.
Land of Jenganten. (2021). “Arti an Makna Tata Rias Pengantin Paes
Jogja Putri”. Diakses pada September, 4 2022. Dari
http://www.jenganten.com/2021/05/arti-dan-makna-tata-rias-pengantin-paes.htm
Meraih Mimpi. (2015). “Busana Pengantin Kasatriyan Ageng Dan
Kesatriyan”. Diakses pada 4 September 2022, dari
http://fhebriean11eca.blogspot.com/2015/12/busana-pengantin-kasatriyan-ageng-
dan.html
Nabila. (2022). “Pakaian Adat DI Yogyakarta Corak Paes Ageng Jangan
Menir”. Diakses pada September, 4 2022, dari
https://id.scribd.com/document/424206250/Pakaian-Adat-DI-Yogyakarta-Corak-
Paes-Ageng-Jangan-Menir
49
Rahayu, S. (2014). Arti Simbolis Paes Ageng Masa Hamengkubuwono IX
Tahun 1940-1988. Avatara, 2(3).
Santoso, T. (2013). Tata rias & busana pengantin seluruh Indonesia.
Gramedia Pustaka Utama.
Shedhiyah. Ayna. (2022). “Pakaian Adat”. Diakses pada 4 September
2022, dari https://id.scribd.com/document/430404948/pakaian-adat-ppt-docx
Widayanti, S. (2011). Tinjauan Filsafat Seni terhadap Tata Rias dan
Busana Pengantin Paes Ageng Kanigaran Gaya Yogyakarta. Jurnal
Filsafat, 21(3), 240-256.
50