Anda di halaman 1dari 38

Tata Rias Pengantin Indonesia

Pengantin Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan

Dosen Pengampu :

Dra. I Dewa Ayu Made Budhyani,M.Pd.

Oleh :

Nama : Ni Wayan Ira Sapitri 1815011009

Ni Putu Diah Aprianti 1815011016

Ni Made Indrayani 1815011052

PRODI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2020
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Ida sang hyang Widhi Wasa karena atas
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Tata Rias Pengantin Indonsia
tentang Tata Rias Pengantin Kalimantan dan Sulawesi tepat pada waktunya.
Makalah ini berisi tentang Tata Rias Pengantin Kalimantan dan Sulawesi.
Terimakasih juga kamis ucapkan kepada teman-teman yang telah membantu
untuk menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya, dan terutama untuk ibu
Dra. I Dewa Ayu Made Budhyani,M.Pd. selaku dosen di mata kuliah Tata Rias
Pengantin Indonesia yang selalu membimbing kami.

Adapun kiranya penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, kami menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan pada
makalah ini. Kami pun berharap pembaca dapat memberikan kritikan dan saran
guna menyempurnakan makalah ini.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang tidak bisa
saya sebutkan satu per satu atas bantuannya dalam penyusunan makalah ini.

Singaraja,

Penulis

ii
Daftar isi
Kata Pengantar.........................................................................................................ii
Daftar isi.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3. Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1. Sejarah Pengantin Kalimantan dan Sulawesi............................................3
A. Sejarah Pengantin Kalimantan Anta Kesuma (Kabupaten Kutai
Kartanegara).....................................................................................................3
B. Sejarah Pengantin Suku Bugis Sulawesi Selatan......................................4
2.2. Tata Rias, Busana dan Aksesoris Pengantin Kalimantan..........................6
1. Tata Rias Pengantin Kalimantan Wanita Anta Kesuma (Kabupaten Kutai
Kartanegara).....................................................................................................6
2. Tata Busana dan Aksesoris pengantin Pria Anta Kesuma (Kabupaten
Kutai Kartanegara)..........................................................................................10
2.3. Tahapan Pernikahan Pengantin Anta Kesuma (Kabupaten Kutai
Kartanegara) Kalimantan Timur :......................................................................11
2.4. Gambaran Pengantin Kalimantan yang sudah Dimodifikasi..................14
2.5. Tata Rias, Busana dan Aksesoris pengantin Sulawesi Selatan...............14
A. Tata Rias Pengantin Suku Bugis Sulawesi..............................................15
B. Aksesoris Pengantin Wanita Suku Bugis Sulawesi Selatan....................18
C. Tata Busana Pengantin Wanita Suku Bugis Sulawesi Selatan................23
D. Aksesoris Pengantin Pria Suku Bugis Sulawesi Selatan.........................24
E. Tata Busana Pengantin Pria Suku Bugis Sulawesi Selatan.....................27
2.6. Tahap Tahap Pengantin Suku Bugis Sulawesi Selatan...........................28
2.7. Gambar Pengantin Suku Bugis Sulawesi Selatan modifikasi.................30
BAB III PENUTUP...............................................................................................32
3.1 Kesimpulan..............................................................................................32
3.2 Saran........................................................................................................33
Daftar Pustaka........................................................................................................34

iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan
manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan
juga merupakan hal yang sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan
hubungan antara pria dan wanita. Soemijati (Ramulyo, 1999:27)
menyatakan bahwa pernikahan adalah untuk memenuhi tuntutan hajat
tabiat kemanusiaan, yaitu menghalalkan hubungan kelamin atau hubungan
biologis laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan suatu
keluarga yang bahagia dengan dasar cinta dan kasih sayang untuk
memperoleh keturunan yang sah. Pendapat ini juga dibenarkan oleh Fyzee
(1965: 109) yang menyatakan, nikah adalah suatu perjanjian untuk
mengsahkan hubungan kelamin antara seorang pria dengan seorang wanita
untuk melanjutkan keturunan. Pernikahan juga memiliki fungsi sosial,
seperti ketika mempersiapkan pelaksanaan prosesi pernikahan pasti
membutuhkan bantuan orang lain sehingga dapat mempererat hubungan
masyarakat melalui gotong-royong. Pernikahan juga dapat mempersatukan
dua kebudayaan atau lebih, karena tidak ada larangan dalam pelaksanaan
pernikahan beda suku, lain halnya dengan pernikahan beda agama yang
dilarang oleh negara, seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Nomer
1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, “perkawinan adalah sah apabila
dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya
itu”.
Prosesi pernikahan di Indonesia biasanya dilaksanakan sesuai
dengan adat yang mereka anut dengan berbagai macam ritual adat dan
sarat dengan simbol-simbol kehidupan. Indonesia terdiri dari berbagai
macam suku bangsa, di antaranya Batak, Jawa, Minangkabau, Lampung,
dan masih banyak lagi sehingga prosesi pernikahan yang ada di Indonesia
sangat beraneka ragam. Prosesi pernikahan secara tradisional ini
merupakan salah satu kekayaan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan
agar tidak hilang atau diakui oleh negara lain sebagai kekayaan budayanya

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah pengantin Kalimantan dan Sulawesi?
2. Bagaimana Tata rias, busana, aksesoris pengantin Kalimantan?
3. Apa Saja tahap – tahap pernikahan di Kalimantan?
4. Bagaimana contoh pengantin Kalimantan yang sudah dimodifikasi?
5. Bagaimana Tata rias, busana, aksesoris pengantin Sulawesi?
6. Apa Saja tahap – tahap pernikahan di Sulawesi?
7. Bagaimana contoh pengantin Sulawesi yang sudah dimodifikasi?
1.3. Tujuan
1. Agar mengetahui dan memahami tentang Sejarah pengantin
Kalimantan dan Sulawesi.
2. Agar mengetahui dan memahami tentang Tata rias, busana, aksesoris
pengantin Kalimantan.
3. Agar mengetahui dan memahami tentang tahap – tahap pernikahan di
Kalimantan.
4. Agar mengetahui dan memahami tentang contoh pengantin
Kalimantan yang sudah dimodifikasi.
5. Agar mengetahui dan memahami tentang Tata rias, busana, aksesoris
pengantin Sulawesi.
6. Agar mengetahui dan memahami tentang tahap – tahap pernikahan di
Sulawesi.
7. Agar mengetahui dan memahami tentang contoh pengantin Sulawesi
yang sudah dimodifikasi.

2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Pengantin Kalimantan dan Sulawesi
A. Sejarah Pengantin Kalimantan Anta Kesuma (Kabupaten Kutai
Kartanegara)
Kalimantan Timur merupakan daerah yang banyak menyimpan
beragam budaya yang kaya nilai tradisi. Beragam upacara adat yang
mewarnai kehidupan masyarakat di Kalimantan Timur sampai
sekarang masih banyak kita jumpai dan tetap dipertahankan
kelestariannya. seperti Proses pembentukan peristiwa budaya di atas
berlangsung berabad abad dan membentuk sebuah sejarah. Salah
satunya adalah sejarah mode tata rias pengantin Kalimantan timur
Peradaban manusia menempatkan pernikahan sebagai peristiwa sakral
dan personal, tetapi penuh muatan kultural dan spiritual. Manusia
sebagai makhluk berbudaya mengenal adat pernikahan yang dipatuhi
untuk memperoleh pengakuan secara sah dari masyarakat atas
pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani bersama manusia lain lawan
jenisnya.
Pernikahan merupakan tata kehidupan sosial yang mengatur
hubungan pria dan wanita sehingga tidak menjadi pergaulan seperti
dunia binatang. Pernikahan merupakan hal yang sangat penting bagi
pria dan wanita dalam lintasan hidupnya. Mengingat pentingnya
upacara pernikahan tersebut, baik bagi yang bersangkutan maupun
bagi anggota kerabat serta masyarakat sekitarnya, maka sudah
selayaknya bila upacara itu diselenggarakan secara khusus, menarik
perhatian.
Adapun hal-hal yang membuat suasana upacara menjadi khusus,
menarik perhatian, khidmat serta mewah dan meriah dapat di dukung
oleh tata busana, tata riasnya baik tata rias wajah maupun rambut serta
aksesorisnya atau kelengkapan busananya. Dimana hal-hal tersebut
juga mengandung filosofis dan makna tertentu sebagai pengungkapan
pesan-pesan hidup yang hendak disampaikan. Karena kita tahu bahwa

3
upacara adat, tata busana, dan tata rias baik wajah maupun rambut
pengantin tradisional merupakan khasanah budaya bangsa yang sangat
kaya dan beraneka ragam, yang telah tumbuh dan berkembang selama
berabadabad. Tiap daerah memiliki pola dan corak kebudayaan
masing-masing, namun dalam proses perkembangannya senantiasa
mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
zamannya.
Namun perubahan tersebut diharapkan tetap dapat memberikan
hasil kreasi baru yang dapat ditawarkan kepada masyarakat tanpa
meninggalkan atau menghilangkan landasan tradisi dan sistem nilai
yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Estetika berbusana
dengan rancangan yang indah dan menarik merupakan pancaran pola
perilaku budaya yang merupakan perwujudan identitas suatu daerah,
sehingga masyarakat mengetahui dengan jelas busana dengan
kelengkapannya yang di dukung dengan penataan rambut serta
aksesorisnya yang telah disesuaikan.

B. Sejarah Pengantin Suku Bugis Sulawesi Selatan

4
Upacara pernikahan adat Bugis memang berbeda dengan adat yang
lainnya. Misalnya saja pakaian yang digunakan pengantin,
baju bodo warna hijau dengan aksesoris di lengan dan leher.
Baju bodo biasanya khas dengan warna terang dan dipadukan dengan
sehelai sarung sutra yang menutupi bagian pinggang ke bawah badan.
Meriahnya acara pernikahan menunjukkan strata sosial. Oleh karena
itu dalam setiap upacara perkawinan kedua mempelai ditampilkan
secara istimewa, dilengkapi tata rias wajah, tata rias sanggul, serta tata
rias busana yang lengkap dengan berbagai adat istiadat sebelum
perkawinan dan sesudahnya.
Kekhasan tata rias pengantin Bugis terletak pada hiasan hitam di
dahi, yang disebut dadasa. Lukisan hitam ini melambangkan siluet
bunga teratai, yang dipercaya sebagai bunga suci yang kaya manfaat.
Menurut Kumara  dadasa yang baik adalah yang mempunyai titik
tengah tepat di tengah-tengah dahi sehingga serasi dan proporsional
dengan bentuk wajah pengantin.
Riasan ini akan membuat pengantin percaya diri dan terlihat
anggun. Masing-masing suku mempunya ciri khas sendiri dalam
bentuk tata riasnya. 
Selain riasan hitam di dahi yang disebut dadasa, adapula ciri khas
riasan pengantin Bugis lainnya yaitu  sanggul. Bentuk sanggulnya
unik. Sanggul berdiri tegak di bagian belakang kepala.  Katanya,
sanggul pengantin Bugis adalah “Simpolong Tattong”. 
Simpolong artinya sanggul sedangkan Tattong artinya berdiri dan
biasanya sanggul ini hanya dipakai oleh wanita kerajaan dalam
melaksanakan pernikahan dan pada prosesi upacara resmi. Penggunaan
ornamen pada sanggul ini juga dapat menentukan derajat kebangsaan
pengantin wanita. 

5
2.2. Tata Rias, Busana dan Aksesoris Pengantin Kalimantan
1. Tata Rias Pengantin Kalimantan Wanita Anta Kesuma (Kabupaten
Kutai Kartanegara)
A. Tata Rias Wajah :

a. Warna foundation dan bedak kuning langsat.

b. Riasan mata untuk kelopak mata yaitu Kelopak mata beri


warna jingga di bagian tengah dan biberi warna kuning
keemasan di bagian pinggir.

c. Sudut mata di beri warna coklat gelap samar samar.

d. Garis mata eyeliner warna hitam.

e. Alis berwarna hitam di sebut lengkok taji berbentuk bulan


sabit di sekeliling nya diberibrons Emas dengan mengikuti
bentuk alis dan bertemu alis dan bertemu di bagain rambut
pelipis.

f. Diantara kedua alis di beri hiasan jenuyang berwarna putih dari


kapur sirih berbentuk getas memanjang kebawah ( bentuk belah
ketupat ).

g. Lipstik berwarna merah jinga( warna merah

h. sirih )dan bulu mata di beri mascara.

6
B. Tata Rias Rambut :

Sanggul dalam Tata rias pengantin Anta Kesuma disebut


Gelong Asam sekepeng terbuat dari cemara dengan panjang satu
meter. Tahap dalam membuat Gelong Asam Sekepeng yakni :

a. Rambut disisir arah atas tanpa sasakan dan di ikat kuat di


puncak kepala,selanjutnya cemara diikatkan pada rambut yang
sudah diikat tadi dan disisir rapi cemara dan rambut asli.
b. Selanjutnya lipat rambut cemara sepanjang dua jengkal atau
kurang lebih 10cm, kemudian ikat rambut yang sudah dilipat
rapi sehingga didapatkan sanggul yang berdiri yang berfungsi
sebagai penyangga perhiasan papan sekepeng.
c. Kemudian ikatan rambut asli disatukan dan di rapikan dengan
sanggul tinggi dengan rajut sedangkan sisanya dibiarkan terurai
di belakang lalu sisir dengan rapi cemara yang terurai tersebut.

C. Aksesoris pengantin Wanita

7
Aksesoris yang digunakan oleh pengantin wanita Anta Kesuma
yakni seperti berikut :

a. Mahkota yang di sebut Sekar suhun

b. Papan Sekepeng atau Asam Sekepeng yaitu hiasan berbentuk


persegi panjang yang di letakkan di puncak kepala di beri hiasan
melati kuncup.

c. Cecunduk yaitu hiasan yang menjuntai dari emas yang di


tusukkan di puncak kedua sisi sekar suhun yang jatuhnya tepat
disisi kedua mata.
d. Kerna yaitu hiasan yang melingkar pada telinga dan sisinya di
beri melati yang masih kuncup.

e. Rajutan melati yang disebut kembang mayang sebanyak 7 buah


sebagai hiasan pada sanggul dan cemara yang menjuntai.

f. Buah rambut sebanyak 7 renteng.


g. Pending yaitu, sabuk emas berbentuk potongan persegi empat
yang di satukan.

8
h. Kuarik yaitu, lima hiasan berbentuk cakra yang di hubungkan
dengan benang emas dan di pakaikan pada baju Anta Kesuma.
i. Penjimatan yaitu hiasan tangan wanita bagian atas kanan
berwarna merah berhias lempengan emas yang pada jaman
dahulu di letakan jimat yang mengandung magis menurut adat.
j. Kalung yang di pakai adalah engkalong naga dua serta
engkalong kaseh beranak.
k. Sepasang kelopak udang yaitu hiasan lengan yang di sematkan
pada lengan baju.
l. Sepasang tengkang yaitu, les atau ban tangan berwarna merah
berhias renda emas terletak di ujung sisi tangan baju Anta
Kesuma
m. Sepasang gelang lolak yaitu, gelang persegi yang di letakkan di
atas gelang raga raga.
n. Sepasang gelang kelaru yaitu, gelang tabung yang di letakkan di
atas gelang lolak.
D. Tata Busana Pengantin Wanita

a. Baju Anta Kesuma yaitu baju langan setali ber krah sianghai ,
tangan pendek dengan panjang 3 jari di atas siku,baju dengan
belahan sepanjang 10 cm di bagian depan dan di gunakan peniti
emas sebagai kancing .warna kuning polos dan dihiasi dengan
taburan sisik emas berbentuk gorda atau burung garuda.

b. Tapeh Alang yaitu songket Melayu berwarna merah bermotif


pucuk rabung ( tumpal )

c. Tapeh Pasak, yaitu potongan kain memanjang denan lebar


kurang lebih 8 cm dan panjangnya kurang lebih satu kilan di

9
atas mata kaki dengan bentuk ujung meruncing tiap potongan
kain di hiasi renda renda dan lempengan emas berbentuk
persegi empat ,jumlah tapeh pasak 10 helai dan 6 helai di hiasi
renda dan 4helai dihiasi renda dan 4 helai di hiasi lempengan
emas dan di susun selang seling.

d. Kelibun yaitu pada bagian belakang baju anta kesuma berwarna


kuning keemasan pending dan sisanyadi hiqasi renda emas
serta di hiasi riburibu ( payet ) berbentuk daun daunan atau
ikan ikanan.

2. Tata Busana dan Aksesoris pengantin Pria Anta Kesuma (Kabupaten


Kutai Kartanegara)
A. Busana Pengantin Pria
a. Pakai baju Anta kesuma
b. Pakai seloar alang/celana
c. Lilitkan tapeh alang dengan terlebih dahulu dilipat hingga
didapatkan bentuk runcing (sudut tapeh alang ) pada sisi kiri
dan kanan ketatkan dengan tali atau di bentuk dodot
d. Pasang tapeh pasak diatas ikatan tapeh alang atur helai pasak
sekeliling pinggang
e. Kemudian lilitkan bebat merah dengan rapi selanjutnya pasang
pending emas
f. Pasang kwarik
g. Sisipkan keris di sisi sebelah kiri pending , dengan hiasan
kemban kida kida ujung saru sarung keris tampak dari depan
dan gagangnya ( tangkai ) disisi kiri samping
h. Sisa kemban kida kida kekepala pending sehingga tampak
menjuntai seperti drafferi dan sisanya di biarkan lepas kurang
lebih satu jengkal
i. Pasang perhiasan di mulai dengan memasang kelopak udang
lalu di timpa ujung bawahnya dengan tengkang

10
j. Pasang gelang pola lalu gelang lolak dan gelang tambang raga
raga
k. Selanjutnya pasang engkalong simbar dan engkalong naga.
l. Terakhir pasang kelibun di bagian belakang.
m. Memasang sepatu
B. Aksesoris Pengantin Pria

a. Keris

b. Pending emas

c. Engkalong Simbar ( berbentuk segitiga dan kaku) Engkalong


naga

d. Kwarik

e. Sepasang kelopak udang

f. Sepasang gelang lola

g. Sepasang gelang Tembang ragaraga

h. Sepasang gelang lolak

i. Sepasang sepatu ( Fantovel )

11
2.3. Tahapan Pernikahan Pengantin Anta Kesuma (Kabupaten Kutai
Kartanegara) Kalimantan Timur :

1. Pra Pernikahan

a. Nyorong Tanda

Esensi utama upacara Nyorong Tanda ialah pemberian sebilah


keris yang diwakilkan oleh sesepuh dari pihak calon mempelai pria
kepada perwakilan sesepuh dari calon mempelai wanita sebagai
tanda ikatan atau pinangan. Sesepuh yang dipilih ialah pria yang
dituakan dari masing-masing keluarga. Sebilah keris yang dibawa
oleh pihak pria diletakan di atas hamparan beras kuning yang di
tata di atas baki perak bertabur daun sirih dan bunga rampai.
Setelah kedua pihak mencapai kata sepakat, kemudian acara
dilanjutkan dengan menentukan hari baik tanggal pernikahan atau
disebut “Kutika”.

b. Berpacar

12
Tradisi berinai atau menghias kuku dengan daun pacar juga
dilakukan dalam rangkaian pernikahan bangsawan Kutai. Daun
pacar yang telah ditumbuk halus ditempatkan dalam wadah khusus
kemudaian diarak dengan iringan rabana ke masing-masing tempat
mempelai. Kemudian, masing-masing mempelai akan diletakkan
daun pacar di ujung jari telunjuk dan ujung jari manis. Upacara
pemberian pacar ini dilakukan oleh para sesepuh secara bergilirian
dengan jumlah orang ganjil lima atau tujuh.

c. Bersiram

Calon kedua mempelai baik pria dan wanita melakukan


bersiram atau mandi-mandi secara simbolis dengan air bunga dan
mayang. Untuk mempelai wanita dilaksanakan oleh para wanita
sesepuh keluarga. Sebaliknya, untuk mempelai pria dilakukan oleh
para pria sesepuh keluarga. Prosesi ini bermakna menyucikan diri
kedua calon mempelai sebelum hari pernikahan tiba.

d. Bealis

Kemudian, dilanjutkan dengan upacara “Bealis”. Mempelai


berbusana adat tradisional dan didudukan di atas tilam kesturi
(kasur). Kening mempelai dialis menurut syarat atau formalitas
saja, kemudian disuapi gula merah dan kelapa, serta diberi minum
air. Kemudian, calon mempelai dihamburi beras kuning. Selain
memperindah dan mempercantik diri dalam memasuki jenjang
perkawinan, upacara Bealis bermakna untuk mendapat berkah dari
orang tua dan memperoleh hal-hal baik dikehidupan berkeluarga
kelak.

1. Upacara Pasca Pernikahan

a. Naik Pengantin

13
Prosesi “Naik Pengantin” berlangsung setelah upacara pernikahan
secara agama. Terdapat beberapa langkah dalam prosesi ini yakni;

- Pertama. Pengantin pria diiringi oleh pengapit serta diramaikan oleh


barisan rabana menuju ke tempat pengantin wanita. Sesampainya di
kediaman pengantin wanita, rombongan disambut dengan mengucap
Shalawat Nabi dihamburi beras kuning sebagai rasa syukur menerima
kedatangan pengantin pria.

- Kedua. Sebelum bisa menemui pengantin wanita, sang pria harus


melewati “Lawa Cinde” dan “Lawa Bokar”, sebagai prasyarat dan ujian.

- Ketiga. Setelah itu, barulah pengantin pria menemui pengantin wanita di


pelaminan Geta, pelaminan khas Kutai Kertanegara. Di pelaminan Geta,
kedua mempelai akan duduk bersila saling berhadap-hadapan dan
melakukan serangkaian prosesi yang sarat akan makna.

 Saling menukar kembang genggaman yang menggambarkan masa


bercanda,
 Saling menyuapi nasi kepal memberi minum dan saling menyuapi lempit
sirih yang bermakna saling menerima dan memberi.
 Dikurung dan dijahit dalam kain, selanjutnya beradu diri yang
berarti menakar kesabaran dan keuletan untuk kemudian “dijahit” dalam
satu ikatan kerukunan seia sekata.

- Keempat. Setelah kedua mempelai bersanding barulah dilakukan “Pacara


Menghitung Uang Sumahan” antara sesepuh kedua mempelai, dengan
demikian mempelai pria telah memenuhi persyaratan perkawinan dan
berhak secara adat mempersunting mempelai wanita. Prosesi dimeriahkan
dengan pembacaan “Tersul”, syair berisi puji-pujian kemudian, diakhiri
dengan sujud kepada kedua orangtua mempelai.

b. Naik Mintuha

14
Naik mintuha merupakan prosesi kedua pengantin berkunjung ke
kediaman orangtua pihak pria ditemani dengan keluarga pihak wanita.
Dalam prosesi ini, digelar dengan ritual mencuci kaki, memotong daun
mipah di gagang tombak pusaka, dan menarik ketika dilepas. Makna dari
prosesi ini ialah sebagai wujud patuh dan kasih sayang kepada orangtua
serta memohon doa restu. Naik mintuha juga menjadi simbol kedua
mempelai sudah siap melepaskan diri untuk mengaruhi bahtera rumah
tangga.

2.4. Gambaran Pengantin Kalimantan yang sudah Dimodifikasi

2.5. Tata Rias, Busana dan Aksesoris pengantin Sulawesi Selatan

A. Tata Rias Pengantin Suku Bugis Sulawesi


Merias atau mempercantik diri adalah kegiatan rutin yang
dilakukan wanita Bugis pada umumnya. Namun berias untuk
keperluan yang berkaitan dengan peristiwa adat, prosesnya harus
memenuhi syarat-syarat tertentu yang berlaku dalam tradisi orang
Bugis. Syarat-syarat dan aturan yang meliputi tahap-tahap atau tertib
kerja, waktu pelaksanaan, orang yang melakukan rias ( indo botting ),
dan sesajian. Ritual dalam tatarias dilaksanakan dan ditaati tentu untuk
suatu harapan akan hasil bukan hanya secara fisik tetapi juga secara
spiritual.Ini adalah tahap – tahapan dalam Merias wajah :

15
1. Pertama yang harus dilakukan oleh indo botting adalah merias
bagian rambut pengantin. Penataan sanggul pengantin Bugis adalah
bentuk sanggul tegak atau simpolong tettong, yang memerlukan
ketelitian serta kecermatan tersendiri agar bentuk sanggul
sempurna dan pengantin tidak merasa sakit atau terbebani
kepalanya. Dahulu pada bagian ujung simpolong tettong diisi oleh
indo botting dengan sebuah jarum yang diikat dengan benang
putih, dengan maksud sebagai penolak bala. Dahulu bentuk
sanggul dibedakan sesuai strata sosial pengantinnya. Untuk strata
bangsawan dipakai simpolong tettong yang bentuknya menyerupai
burung nuri atau disebut ambellau, sedangkan untuk strata bukan
bangsawan memakai simpolong tettong yang ujungnya runcing
yang disebut makkuladangnga dan macolli pao.

2. Kedua adalah merias wajah pengantin wanita. Indo botting akan


memakaikan bedak dasar atau foundation pada seluruh wajah dan
leher pengantin yang dalam keadaan kulit benar-benar bersih.
Dalam menggunakan foundation harus seksama, selain mesti
mempertimbangkan jenis kulit, warna kulit, kondisi kulit, serta
warna bedak yang akan digunakan setelahnya. Fungsi dasar bedak
ini adalah untuk membuat kulit wajah nampak halus, mulus, warna
sesuai yang diinginkan, serta bercahaya. Dewasa ini
kecenderungan warna kulit yang disenangi adalah warna keputih-
putihan. Oleh karena itu bagi pengantin yang berkulit asli agak
gelap, tentu indo botting harus sangat berhati-hati dalam

16
mengerjakan dasar bedak ini. Perlu pula melulur bagian tubuh lain
dengan warna yang senada, agar tidak terkesan seperti mengenakan
topeng.

3. Ketiga adalah merias bagian mata. Hampir disemua jenis rias,


bagian mata adalah bagian yang sangat penting, karena dari
matalah akan terbentuk karakter, suasana dan pancaran pesona
wajah. Mata, dalam rias korektif atau dekoratif menjadi prioritas
utama dibanding bagian-bagian wajah yang lain. Ada alasan
mengapa demikian, karena mata adalah media kontak langsung
dalam komunikasi. Untuk rias pengantin tentulah digunakan riasan
mata disesuaikan dengan warna baju yang dikenakan.
4. Pemasangan dadasa. Unsur ini merupakan ciri khas dari rias
pengantin, yaitu riasan khusus yang dipasang di dahi pengantin
wanita dengan menggunakan dadasa warna hitam. Untuk merias
bentuk dadasa harus diperlukan kehati-hatian agar bentuk dan
kerapian sesuai dengan wajah, sehingga tidak menimbulkan kesan
menyeramkan. Jarak antara alis dengan garis dadasa harus diukur.
Untuk mengukur biasanya dipergunakan jari-jari tangan, ukuran
yang ideal adalah dua jari di atas alis. Bentuk dadasa yang
memiliki banyak variasi lekukan, memberi petunjuk bahwa
pengantin berasal dari strata sosial bangsawan, dadasa ini biasanya
disebut dengan makkanuku macang yang nampak lebih menarik
dan mempesona, sedangkan dadasa pengantin dari strata non
bangsawan bentuknya lebih sederhana tanpa banyak lekukan.

17
5. Pemasangan asesoris sanggul. Setelah riasan wajah dan dadasa
selesai barulah dipasang asesoris atau perhiasan sanggul. Unsur
inilah yang mencirikan kekhasan riasan pengantin. Pernak-pernik
yang dipasangkan di kepala pengantin khususnya pengantin wanita
sarat dengan makna, memang asesoris sanggul hanyalah perhiasan
yang fungsi utamanya untuk menambah nilai estetik riasan. Akan
tetapi dalam konteks tradisi, jenisjenis dan bentuk asesoris yang
digunakannya masing-masing memiliki arti. Adapun jenis asesoris
yang biasanya digunakan adalah:
1) Bunga sibali yang dipasang di sebelah kanan dan kiri
sanggul.
2) Bunga nibuga yang dipasang di tengah sanggul.
3) Pattenre Jakka mahkota atau bando yang bermotif binatang,
tumbuh-tumbuhan, atau bunga.
4) Pinang goyang yang berbentuk bunga mekar bersusun dua,
ditancapkan di sanggul tegak ( simpolong tettong ).
5) Kutu-kutu yang menyerupai kuncup bunga melati yang
ditancapkan tersebar di kepala.
6) Bangkarak takroe atau takjombe yaitu anting-anting yang
menggelantung sampai beberapa sentimeter di bawah
telinga.

B. Aksesoris Pengantin Wanita Suku Bugis Sulawesi Selatan

18
1. Pattenre Jakka/Jangka Sua’ atau semacam mahkota (bando) 

Pattenre Jakka adalah Penindis rambut yang sudah disisir atau


disasak 
Baik di daerah luwu, maupun di daerah Gowa ornament ini dahulu
tidak dipergunakan. Tetapi di daerah Bugis lainnya, ketika model
sisirannya memerlukan alat untuk menekan “teppo’ jakkanya”, supaya
sua’nya tidak mengempes dan tetap berdiri, maka digunakanlah
Pattenre / Patteppo jakka ini
2. Pinang Goyang atau Sondoro Borong 

Pada simpolong besar diberi Sondoro Borong atau pinang goyang


sebanyak  9 sampai 11 biji (ganjil).. 
3. Kutu-kutu
Pada bagian kepala dihiasi dengan kutu-kutu atau kuncup-
kuncup melati disusun atas rambut yang sudah disasak didepan
bando/teppo jakka atau jangka sua’ tadi.
Di daerah luwu dahulu kala digunakan kutu-kutu yang
terbuat dari emas dalam bentuk binatang-binatang (kutu dsb.).
sekarang juga telah diganti dengan kuncup-kuncup melati, tetapi di
selang-seling dengan melati yang sudah mekar.

4. Bunga Sibali

19
Diatas simpolong yang kecil diberi bunga sibali artinya
bunga yang berpasangan, yaitu terdiri dari Bunga Eka dan Bunga
Bo’jolo’.

Disamping kiri dan kanan kedua simpolong ini diberi lagi


BUNGA SIMPOLONG.
5. Bunga Simpolong
Pengantin Makassar dari Gowa menggunakan Bunga
Simpolong yang terbuat dari kain satin yang digubah sendiri.
Sedang pengantin dari Bugis (Luwu) khusus buat puteri
Bangsawan memakai kembang hidup yang bernama Bunga Didi.
6. Bunga Didi 
Bunga didi dari Luwu tumbuh di tepi sungai dan sukar
sekali diperoleh. Itulah sebabnya maka bunga ini punya makna
tersendiri yang tersimpul dalam ungkapan orang-orang luwu yang
mengatakan :
“ Bunga didi wiri’ solo’ ….
Masuli masagala ….
Pattabbakka-engngi …. ! “
Artinya :
Kembang kuning ditepi sungai, mahal harganya dan jarang
dijumpai, yang dapat membuatnya mekar …. !
Ungkapan ini mengandung pengertian, bahwa dahulu kala
sangat sukar untuk menyunting atau memetik seorang puteri
bangsawan.

7. BANGKARA atau anting-anting yang panjang

20
Di telinga dikenakan sepasang BANGKARA atau anting-
anting yang panjang.
Motif yang digunakan pada anting-anting adalah
pengembangan dari motif flora. Dan bentuknya disedsuaikan
dengan bentuk hiasan yang ada di kepala . 
8. Pattongko dadasa Bunting adalah Hiasan dadasa Pengantin

Pattongko dadasa Bunting adalah Hiasan dadasa Pengantin.


9. Sepasang BOSSA (untuk Golongan Bangsawan)

Kemudian diberi Patteppo, artinya pengapit yang mengapit


Bossa atau Kolara. Patteppo terdiri dari gelang-gelang yang
bernama LOLA’ rate dan lola’ rawa atau Gelang Pengapit diatas
dan di bawah.

21
10. Tigerro Tedong (Bugis) atau Karro-karro tedong (Makassar)

Tigerro Tedong (Bugis) atau Karro-karro tedong


(Makassar)adalah Sepasang Kalaru (untuk Golongan Biasa) 
Kalaru sering juga disebut Tigerro Tedong (Bugis) atau
Karro-karro tedong (Makassar). Buat pengantin golongan biasa
tidak memakai patteppo sama sekali. 
11. SIMATAYYA

SIMATAYYA atau JIMA’-JIMA diletakkan pada lengan


baju. Dahulu, sima; atau jima’-jima’ ini mempunyai fungsi sebagai
zimat untuk penolak bala.
Dalam mengenakan sima’ ini tidak boleh terlalu tinggi
letaknya, tetapi harus berada sedikit diatas siku. Kalau letaknya
terlalu tinggi, maka akan memberi kesan bahwa si pemakai hendak
pergi berkelahi.

22
12. GENO MA’BULE / GENO KIANE (Bugis) atau TOKENG
(Makassar)

GENO MA’BULE / GENO KIANE (Bugis) atau TOKENG


(Makassar) adalah kalung panjang dengan berbagai macam motif.
Biasanya memakai dua macam (dua untai) secara bersusun.
13. GENO SIBATU / GENO CUMPU atau kalung sebiji.

14. MASTURA

Mastura atau kalung yang melekat pada leher. Dahulu


kalung ini khusus untuk pengantin dari Luwu. Tetapi pada saat ini
kalung tersebut dapat dipakai oleh pengantin yang berleher
jenjang.
15. KOTE/Kolara

23
Kote atau kalung manik-manik panjang (khusus Gowa) yang
dililitkan pada leher 2 atau 3 kali.
16. KAWARI / SAMBANG 
dipakai dibawah baju, tetapi kawarinya tetap kelihatan bersama
“Kepala” sulepe tau ikat pinggang. Sedang dari depan kawari ini
pun nampak dari balik baju.
17. PAMONIANG bersama SELENDANG diletakkan pada bahu kiri
(sebelum akad nikah).
Kemudian setelah akad nikah dipindahkan ke bahu kanan. 
Pamoniang dahulu kala berfiungsi sebagai tempat alat kosmetik.
Seperti gincu (lipstick), bedak dan minyak wangi. Itulah sebabnya
maka Pamoniang terdiri dari 3 macam ornament dalam bentuk
yang berlainan. 
Dahulu kala pamoniang ini diletakkan dibelakang dan ujung
selendangnya terurai di depan yang sampai sekarang masih dipakai
oleh pengantin dari daerah Luwu, tetapi di daerah-daerah lain
ujung selendang berada di belakang, sedang pamoniangnya
bergantungan di depan. 
18. CINCIN 
Dipakai oleh pengantin dari golongan bangsawan, khusus
dari daerah Luwu adalah cincin berantai sebanyak 7 biji. Cincin
tersebut saling kait mengkait dengan pengertian, bahwa mempelai
wanita atau mempelai pria tidak saja saling kait mengkait, tetapi
juga harus merupakan kaitan dengan seluruh keluarga kedua belah
pihak. .
C. Tata Busana Pengantin Wanita Suku Bugis Sulawesi Selatan
Terdiri dari :
1. Baju bodo

24
Terbuat dari sutera dan dua lapis/susun. Diberi pinggir yang
disebut “rante waju” dan ditaburi dengan tabut-tabur atau
“pacceppa”.
2. Sarung lipa antallasa / lipa’ sampu’.
Sarung terdiri dari 2 macam : 
a. lipa antallasa
lipa antallasa terbuat dari bahan lame (dahulu kala ditenun
dengan benang emas atau benang perak).

b. lipa sampu’
Lipa sampu’ terbuat dari bahan tipis dan bersusun dua.
Didalamnya dipakaikan celana yang bernama “sabeing”. Orang
Makassar menyebutnya “tope ilalang”

D. Aksesoris Pengantin Pria Suku Bugis Sulawesi Selatan


1. SIGERRA (Bugis) atau SIGARA’ (Makassar) adalah semacam
penutup Kepala yang dihiasi dengan RANTE SIGARA. Hiasan
Sigara terdiri dari :
a. Bunga SARAMPA

25
Bunga Sarampa yang terurai ke bawah, berada di
samping kiri atau kanan Kepala.
b. BUNGA SIBALI atau bunga dari emas
BUNGA SIBALI atau bunga dari emas yang berpasangan,
terdiri dari bunga EKA atau bunga BOJOLO.
c. PINANG GOYANG atau kembang goyang beberapa biji

PINANG GOYANG atau kembang goyang beberapa biji (5


sampai 7 biji dan biasanya ganjil jumlahnya)
2. Poto Naga (Bugis) PONTO NAGA (Makassar) atau gelang
berbentuk naga
Gelang yang digunakan adalah gelang dengan motif naga dan
terbuat dari emas, sehingga gelang ini dinamai gelang ponto naga.

3. RANTE NAGA

4. PASA’TIMPO atau keris yang terbungkus dengan emas

26
Keris yang dipakai adalah keris dengan kepala dan sarung terbuat
dari bahan emas. Keris ini disebut pasattimpo atau tatarapeng.

Diselipkan dibelakang “sio’ banri”. Sio’ banri untuk


mempelai pria letaknya di depan perut agak ke kiri. Jadi tidak
seperti pada mempelai wanita yang letak sio’ banrinya berada
dibelakang punggung.
5. PASSAPU atau sapu tangan yang menghiasi keris.

Sapu tangan yang dikenakan adalah sapu tangan dengan hiasan


khusus. Sapu tangan ini dinamai passapu ambara
6. MEILI atau ERU’-ERUKANG

MEILI atau ERU’-ERUKANG, yaitu hiasan yang


tergantung pada salah satu ujung passapu keris.

27
Khusus buat pengantin pria dari Luwu, meili’ ini dipasang
dibelakang pada ikat pinggang dan dahulu kala berfungsi sebagai
penyimpan surat-surat penting (bentuk tabung).
Meili’ dari daerah Gowa hanya berbentuk kepingan persegi
2 buah dan hanya merupakan hiasan saja untuk passapu keris.
E. Tata Busana Pengantin Pria Suku Bugis Sulawesi Selatan

Merias pengantin pria tidaklah sesukar merias pengantin wanita. Calon


mempelai pria tidak lazim memakai make-up, sehingga dapat langsung
memakai kostumnya. 

Kostum pengantin pria terdiri dari : 

1. Jas BELLADADA atau Jas Tutup terbuat dari bahan brokat atau lame. 

2. SARUNG ANTALLASA atau LIPA SAMPU’ sama seperti yang


dikenakan oleh mempelai wanita. 

3. CELANA SABEING atau TOPE ILALANG juga sama dengan yang


dipakai oleh mempelai wanita. 

4. Warna kostum pengantin pria pun disesuaikan dengan baju yang


dikenakan oleh pengantin wanita, sehingga Nampak serasi. 

28
2.6. Tahap Tahap Pengantin Suku Bugis Sulawesi Selatan
Ada beberapa tahap pengantin bugis yakni :
1. Ma’manu-manu/ A’ jagang-jagang
Sebelum melakukan proses lamaran atau melamar. Pihak keluarga
dari calon mempelai pria melakukan penyelidikan mengenai calon
mempelai perempuan. Seperti latar belakang, dan pendidikannya.
Ini bertujuan untuk mengenal lebih dekat si calon menantu wanita.
2. A’suro/Massuro
Setelah melakukan pengenalan lebih dalam, barulah keluarga dari
pihak laki-laki melakukan acara lamaran secara resmi.
3. Appa’nasa/Patenre
Setelah melakukan proses lamaran, maka dilakukan
appa’nasa/patenre ada yaitu menentukan hari pernikahan, besarnya
mas kawin dan uang belanja.
4. Appanai Leko Lompo (Erang-erang)
Setelah pinangan diterima secara resmi, maka dilakukan
pertunangan yang disebut A’bayuang, dengan mengantarkan
passio/passiko atau pattere (dalam bahasa Bugis). Prosesi
mengantarkan pasio diiringi dengan mengantar daun sirih pinang.
Namun karena pertimbangan waktu, sekarang acara ini dilakukan
bersamaan dengan acara Patenre Ada atau Appa’nasa.
5. A’barumbung (Mappesau)
Ini adalah kegiatan mandi uap yang dilakukan oleh calon mempelai
wanita. Mandi uap ini bertujuan untuk menghilangkan aroma tidak
sedap pada tubuh, memberikan kesegaran, mengeluarkan aura

29
buruk dan mendatangkan aura baik. Biasanya mandi uap dilakukan
selama tiga hari.
6. Appasili Bunting (Cemme Mapepaccing)
Prosesi appasili bunting ini hampir mirip dengan prosesi siraman
dalam tradisi pernikahan Jawa. Acara ini dimaksudkan sebagai
pembersihan diri lahir dan batin.
7. A’bu’bu
Prosesi acara a’bu’bu (maceko) yaitu proses membersihkan
rambut atau bulu-bulu halus yang terdapat di ubun-ubun atau alis,
yang bertujuan memudahkan dalam merias pengantin wanita, agar
hiasan hitam (da’dasa) pada dahi yang dikenakan calon mempelai
wanita dapat melekat dengan baik.
8. Appakanre Bunting
Dalam upacara ini, calon mempelai disuapi dengan makanan
berupa kue-kue khas tradisional Makassar, seperti Bayao Nibalu,
Cucuru’ Bayao, Sirikaya, Onde-onde, Bolu peca, dan lain-lain
yang telah disiapkan dalam suatu wadah besar yang disebut
Bosara Lompo.
9. Akkorontigi (Mappacci) atau Malam Pacar
Acara Akkorontigi merupakan kegiatan menghiasi rumah calon
mempelai, kemudian melakukan appacci atau mappacci, yang
bertujuan untuk membersihkan jiwa dan raga calon pengantin
wanita. Ini merupakan suatu rangkaian acara yang sakral dan
dihadiri oleh seluruh sanak keluarga (famili) dan undangan.
10. Assimorong/Menre’kawing
Ini merupakan puncak dari rangkaian upacara pernikahan adat
Bugis-Makassar, yakni ketika kedua calon mempelai melakukan
akad nikah.
11. Appabajikang Bunting
Setelah akad nikah selesai, mempelai pria diantar ke kamar
mempelai wanita.

30
Dalam tradisi Bugis-Makassar, pintu menuju kamar mempelai
wanita biasanya terkunci rapat. Kemudian terjadi dialog singkat
antara pengantar mempelai pria dengan penjaga pintu kamar
mempelai wanita. Setelah mempelai pria diizinkan masuk,
kemudian diadakan acara Mappasikarawa (saling menyentuh).
Setelah itu, kedua mempelai bersanding di atas tempat tidur untuk
mengikuti beberapa acara seperti pemasangan sarung sebanyak
tujuh lembar yang dipandu oleh indo botting (pemandu adat). Hal
ini mengandung makna mempelai pria sudah diterima oleh
keluarga mempelai wanita.
12. Alleka Bunting (Maolla)
Acara ini sama seperti acara ngunduh mantu di Jawa. Sehari
sesudah pesta pernikahan, mempelai wanita ditemani beberapa
orang anggota keluarga diantar ke rumah orang tua mempelai pria.
Rombongan ini membawa beberapa hadiah sebagai balasan untuk
mempelai pria. Mempelai wanita membawa sarung untuk orang
tua mempelai pria dan saudara-saudaranya. Acara ini disebut
Makkasiwiang.
2.7. Gambar Pengantin Suku Bugis Sulawesi Selatan modifikasi

31
32
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan
manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan
juga merupakan hal yang sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan
hubungan antara pria dan wanita. Di Indonesia banyak suku dan agama,
begitupun dalam tradisi perkawanin yang berada di Indonesia banyak jenis
nama perkawinan menurut wiliayah, yang di jelaskan di atas merupakan
wilayah Kalimatan Timur (Anta Kesuma) dan wilayah Sulawesi Selatan
(Bugis Makassar).
 Kalimantan Timur merupakan daerah yang banyak menyimpan beragam
budaya yang kaya nilai tradisi. Beragam upacara adat yang mewarnai
kehidupan masyarakat suku di Kalimantan timur sampai sekarang masih
banyak kita jumpai dan tetap dipertahankan kelestariannya. seperti Proses
pembentukan peristiwa budaya di atas berlangsung berabad abad dan
membentuk sebuah sejarah. Salah satunya adalah sejarah mode tata rias
pengantin Kalimantan timur.
Adapun hal-hal yang membuat suasana upacara menjadi khusus, menarik
perhatian, khidmat serta mewah dan meriah dapat di dukung oleh tata
busana, tata riasnya baik tata rias wajah maupun rambut serta aksesorisnya
atau kelengkapan busananya. Dimana hal-hal tersebut juga mengandung
filosofis dan makna tertentu sebagai pengungkapan pesan-pesan hidup
yang hendak disampaikan. Dan adapun tradisi prapernikan dan pernikahan.
 Upacara pernikahan adat Bugis memang berbeda dengan adat yang
lainnya. Misalnya saja pakaian yang digunakan pengantin,
baju bodo warna hijau dengan aksesoris di lengan dan leher.
Baju bodo biasanya khas dengan warna terang dan dipadukan dengan
sehelai sarung sutra yang menutupi bagian pinggang ke bawah badan.
Kekhasan tata rias pengantin Bugis terletak pada hiasan hitam di dahi,
yang disebut dadasa. Lukisan hitam ini melambangkan siluet bunga teratai,
yang dipercaya sebagai bunga suci yang kaya manfaat. Menurut
Kumara  dadasa yang baik adalah yang mempunyai titik tengah tepat di

33
tengah-tengah dahi sehingga serasi dan proporsional dengan bentuk wajah
pengantin.
Selain riasan hitam di dahi yang disebut dadasa, adapula ciri khas riasan
pengantin Bugis lainnya yaitu  sanggul. Bentuk sanggulnya unik. Sanggul
berdiri tegak di bagian belakang kepala.  Katanya, sanggul pengantin
Bugis adalah “Simpolong Tattong”. 
Simpolong artinya sanggul sedangkan Tattong artinya berdiri dan biasanya
sanggul ini hanya dipakai oleh wanita kerajaan dalam melaksanakan
pernikahan dan pada prosesi upacara resmi.

3.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik
yang membangun dari para pembaca.

34
Daftar Pustaka

Sumiani. (2016). SIMBOL DAN MAKNA TATA RIAS PENGANTIN BUGIS MAKASSAR, 1-17.

https://web.facebook.com/454993184533639/photos/tata-rias-pengantin-kutai-
anta-kesuma-kabupaten-kutai-kartanegara-disampaikan-ol/564743266891963/?
_rdc=1&_rdr

https://gpswisataindonesia.info/2019/06/prosesi-pernikahan-adat-di-kalimantan/

https://www.weddingku.com/blog/indahnya-rias-pengantin-kutai-antakesuma

http://sittisuryani2018.blogspot.com/2018/07/aksesoris-pengantin-bugis-
makassar.html

https://www.weddingku.com/blog/bersahaja-dan-elegan-pancaran-baju-bodo-
pengantin-bugis

35

Anda mungkin juga menyukai