Anda di halaman 1dari 33

1. .

Tradisi Pernikahan Adat Jawa Tengah Masyarakat dan Kebudayaan Indonesia Dosen
Pengampu: Abdul Rohman, S.Ag, M.Hum Penyusun: Amalia Inayati (15310015) Putri
Faidatus Sholichah (15310016) Aulia Maulida (15310020) Ainun Rosyidah (15310026)
Lailatul Qamariyah (15310027) Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Humaniora
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Tahun Pelajaran 2015/2016
2. 2. i KATA PENGANTAR Puji dan rasa syukur patut kita panjatkan kehdirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat, taufik, serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini meskipun masih jauh dari kesempurnaan. Proses pembuatan makalah ini
diharapkan dapat menjadi salah satu wadah pembelajaran dalam menimba ilmu utamanya
dalam mata kuliah Kasyarakat dan Kebudayaan Indonesia terkhusu pada materi Tradisi
Pernikahan Adat Jawa Tengah dan diharapkan dapat memenuhi tugas pada mata kuliah
Masyarakat dan Kebudayaan Indonesia. Pada makalah ini kami sangat membuka diri
menerima kritik dan saran yang berguna untuk perbaikan dalam makalah ini, semoga
makalah ini dapat memberikan pengetahuan dalam proses pembelajaran utamanya yang
baik dan benar, Malang, 11 November 2015 Tim Penyusun
3. 3. ii DAFTAR ISI KATA
PENGANTAR ................................................................................................................i
DAFTAR ISI .............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................1
A. Latar belakang ...............................................................................................................1 B.
Rumusan masalah ..........................................................................................................1 C.
Tujuan ............................................................................................................................2 D.
Manfaat .........................................................................................................................2 BAB
II PEMBAHASAN ...........................................................................................................3 A.
Tradisi pernikahan adat jawa tengah .............................................................................3 B.
Prosesi pernikahan adat jawa tengah ............................................................................4 BAB
III PENUTUP .................................................................................................................20 A.
Kesimpulan ..................................................................................................................20 B.
Saran ............................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................21
4. 4. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kebudayaan merupakan hasil dari pemikiran
manusia. Sehingga, dimanapun mausia berada pasti terdapat suatu kebudayaan dari
manusia yang menempati daerah tersebut. Setiap daerah di dunia ini pasti mempunyai
kebudayaan, baik kebudayaan tunggal maupun kebudayaan yang beragam seperti di
Indonesia ini. Dengan memiliki ratusan pulau dan suku yang berbeda-beda, Indonesia
memiliki berbagai kebudayaan yang menarik untuk dipelajari. Namun, sayangnya dewasa ini
tradisi-tradisi dari kebudayaan yang ada di Indonesia ini semakin sulit untuk dijumpai. Salah
satu yang menyebabkan hal ini adalah derasnya arus globalisasi yang masuk ke Indonesia.
Ketika arus globalisasi ini terus menerus masuk tanpa ada filter, maka ia akan menggerus
berbagai kebudayaan lokal. Salah satunya tradisi pernikahan adat jawa, terutama jawa
tengah ini. Sekarang banyak masyarakat kita yang menikah menggunakan tema
internasional karena hal tersebut merupakan tema yang banyak digandrungi pasangan
pasangan muda. Namun, disisi lain hal ini justru memperburuk keadaan. Karena banyak dari
generasi saat ini yang tidak mengetahui tradisi pernikahan daerah mereka yang dianggap
sakral, salah satunya adalah tradisi pernikahan adat jawa tengah ini. Oleh karena itu, kami
menyusun makalah ini untuk membantu melestarikan tradisi pernikahan adat jawa tengah
sehingga mereka yang tidak mengetahui tradisi pernikahan adat jawa tengah dapat
mengetahuinya melewati makalah ini. Selain itu kami menyusun makalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Masyarakat dan Kebudayaan Indonesia dalam pembahasan kebudayaan
di berbagai daerah di Indonesia.
5. B. Rumusan masalah Untuk membahas hal-hal di atas, ada pun rumusan masalah : 1.
Bagaimana tradisi pernikahan adat jawa tengah? 2. Bagaimana prosesi pernikahan adat
jawa tengah?
6. 5. 2 C. Tujuan Ada pun tujuan dari pembahasan makalah ini: 1. Untuk mengetahui tradisi
pernikahan adat jawa tengah 2. Untuk mengetahui prosesi pernikahan adat jawa tengah D.
Manfaat Ada pun manfaat baik bagi penyusun dan secara umum adalah agar dapat
mengetahui tradisi pernikahan jawa tengah beserta prosesinya.
7. 6. 3 BAB II PEMBAHASAN
8. A. Tradisi pernikahan adat jawa tengah Pernikahan adalah suatu rangkaian upacara yang di
lakukan sepasang kekasih untuk menghalalkan semua perbuatan yang berhubungan
dengan kehidupan suami istri guna membentuk suatu keluarga dan meneruskan garis
keturunan. Upacara-upacara perkawinan yang sebenarnya, melambangkan persatuan
antara suami dan istri. Pada umumnya, upacara perkawinan ini dilangsungkan kalau telah
mendapat perhitungan hari oleh pihak gadis berdasarkan perhitungan kelahiran
(neptu,Jawa). Kemudian hal tersebut diberitahukan kepada kerabat atau keluarga laki-laki
dengan berganti pihak gadis datang berkunjung pada keluarga laki-laki. Pada masyarakat
Jawa Tengah dan masyarakat Yogyakarta khususnya, upacara-upacara yang
diselenggarakan pada saat sebelum perkawinan, biasanya hanyalah merupakan kegiatan-
kegiatan yang tujuannya mempersiapkan segala sesuatu yang ada hubungannya dengan
kebutuhan perkawinan, yang betul-betul menunjukkan sifat upacara pada saat sebelum
perkawinan dilangsungkan, yaitu siraman dan upacara yang disebut midodareni. Bagi
penduduk di Yogyakarta dan Jawa Tengah umumnya, persiapan-persiapan yang dilakukan
sebelum perkawinan yaitu sekitar empat puluh hari sebelum perkawinan, calon mempelai
wanita telah dipingit/disengker, artinya ia tidak diperkenankan keluar rumah, apalagi bertemu
dengan calon suaminya (mempelai laki-laki). Selama itu pula diharuskan berpuasa (pati
brata, Jawa) dengan mengurangi segala macam makanan yang mengandung lemak, minum
jamu (obat) dan juga seluruh badannya dibarut dengan ramuan yang disebut mangir, untuk
menghaluskan kulit dan lulur untuk membuat kulit menjadi kuning. B. Prosesi pernikahan
adat jawa tengah
9. 7. 4 Ada beberapa prosesi yang dilakukan, baik oleh pihak laki-laki maupun perempuan.
Menurut Sumarsono (2007), tata upacara pernikahan adat jawa adalah sebagai berikut : 1.
Babak I (Tahap Pembicaraan) Yaitu babak atau tahap pembicaraan antara pihak yang akan
punya hajat mantu dengan pihak calon besan, mulai dari pembicaraan pertama sampai
tingkat melamar dan menentukan hari penentuan (gethok dina). a. Congkog Duta yang
diutus menanyakan dan mencari informasi terhadap kondisi dan situasi calon besan, karena
adanya rasa cinta dengan putrinta, yang sekarang akan dilamar b. Salar Utusan untuk minta
jawaban dari pertanyaan pada waktu yang berlalu, dapat dilakukan oleh orang (duta)
pertama atau orang lain c. Nontoni Acara dilakukan setelah pihak calon besan memberi
lampu hijau artinya lamarannya diterima, pembicaraan bisa dilanjutkan. Dalam acara ini
calon pengantin putri secara tidak langsung “dipertontonkan “ kepada calon mertua dan
pengikutnya dengan cara menghidngkan minuman, atau diajak duduk bersama, sekaligus
berkenalan dengan calon mertua dan peserta lain yang hadir. d. Nglamar Memantapkan
pembicaraan serta menetapkan hari H , tentang rencana dan acara selanjutnya. Biadanya
disertai wakil keluarga atau kerabat. 2. Babak II (Tahap Kesaksian) Tahap ini merupakan
peneguhan pembicaraan yang disaksiakan oleh pihak ketiga, yaitu warga kerabat atau para
10. 8. 5 sesepuh di kanan kiri di tempat tinggalnya, melalui acara – acara sebagai berikut: a.
Srah -srahan Yaitu menyerahkan seperankat perlengkapan sarana untuk melancarkan
pelaksanaan acara sampai hajat berakhir, untuk itu diadakan simbol-simbol barang-barang
yang mempunyai arti dan makna secara khusus. Makna dan maksud benda-benda
tersebut : i. Cincin Emas Yang dibuat bulat tidak ada putusnya, maknanya agar cintanya
abadi tidak terputus sepanjang hidup. ii. Seperangkat Busana Putri Bermakna masing-
masing harus pandai- pandai menyimpan rahasia terhadap orang lain. iii. Perhiasan yang
terbuat dari Emas, Intan, Berlian, Mengandung makna agar calon pengantin putri selalu
berusaha untuk tetap bersinar tidak membuat kecewa. iv. Makanan Tradisional Terdiri dari
jadah, lapis, jenang, wajik, yang terbuat dari beras ketan. Beras ketan sebelum dimasak
hambur, tetapi setelah dimasak dengan adonannya menjadi lengket, begitulah harapannya
semoga kedua calon pengantin cintanya selalu lengket selama-lamanya. v. Buah-buahan
Bermakna penuh harapan agar cinta mereka dapat menghasilkan buah kasih terhadap
keluarga dan masyarakat. vi. Daun sirih
11. 9. 6 Daun ini muka dan punggungnya berbeda rupa kalau digigit sama rasanya, bermakna
bersatu hati, berbulat tekad tanpa harus mengorbankan perbedaan. b. Peningsetan
Lambang kuatnya ikatan pembicaraan untuk mewujudkan dua kesatuan ditandai dengan
tukar cincin, anta kedua calon pengantin. Tata cara pelaksanaan pemasangan sesuai
dengan adat yang berlaku yang penting ada saksi-saksi. c. Asok tukon Hakikatnya adalah
penyerahan dana berupa sejumlah uang untuk membantu meringankan kepada keluarga
pengantin putri. d. Paseksen Adapun yang hadir dalam acara itu selain dimohon doa
restunya juga menjadi saksi. Tetapi ada juga petugas yang ditunjuk menjadi saksi secara
khusus yang mendapat ucapan terima kasih yang dinamakan “tembaga miring” (berupa
uang dari pihak calon besan) e. Gethok dina Menetapkan kepastian hari untuk ijab qobul
dan resepsi, harus ada kesepakatan bersama antar kedua belah pihak. Untuk mencari,
tanggal, bulan yang penting kedua belah pihak ada persetujuan bersama. 3. Babak III
(Tahapan Siaga) Pada tahapan ini yang punya hajat mengundang para sesepuh dan sanak
saudara untuk membentuk panitia yang pelaku yang melaksanakan kegiatan acara-acara
pada waktu sebelum bertepatan dan sesudah hajatan : a. Sedhahan
12. 10. 7 Yaitu cara mulai merakit sampai membagi surat undangan. b. Kumbakarna Pertemuan
membentuk panitia hajatan mantu, dengan acara : i. Pemberitahuan dan permohonan
bantuan kepada sanak saudara keluarga, tetangga, handai-taulan dan kenalan. ii. Adanya
rincian program kerja untuk panitia dan para pelaksana. iii. Mencukupi segala kerepotan dan
keperluan selama hajatan berlangsung. iv. Pemberitahuan tentang pelaksanaan hajatan
serta telah selesainya pembuatan surat undangan. c. Jenggolan atau Jonggolan Saatnya
calon pengantin sekalian melapor ke KUA (tempat domisili calon pengantin putri). Tata cara
ini sering disebut juga tandhakan atau tandhan, artinya untuk memberi tanda di kantor
Pencatatan Sipil akan ada hajatan mantu atau peresmian pengantin. Sekaligus naib akan
memberitahu tentang penataran (pembekalan) pranikah. 4. Babak IV (Tahapan Rangkaian
Upacara) Pada tahapan ini untuk menciptakan nuansa bahwa hajatan mantu sudah tiba
saatnya. a. Pasang Tratag dan Tarub Dengan pemasangan tratag lalu dilanjutkan dengan
pasang tarub, pihak tuan rumah memberi tanda resmi adanya hajatan mantu kepada
masyarakat. Tarub dibuat menjelang acara inti tiba. Pasang tratag dan tarub, ini merupakan
pengumuman secar resmi kepada masyarakat bahwa hajatan mantu akan segera dimulai.
Tarub
13. 11. 8 didominasi hiasan daun kelapa muda (janur), hiasan warna- warni hingga kelihatan
makin menambah suasana asri. b. Kembar Mayang Dari kata “kembar” artinya sama dan
“mayang” artinya bunga pohon jambe atau sering disebut Sekar Kalpataru Dewan-daru,
lambang kebahagiaan dan keselamatan. Benda-benda tersebut sekaligus untuk menghiasi
panti / asasana wiwara digunakan dalam acara upacara panebusing kembar mayang dan
pada waktu upacara panggih. Jika peresmian (pawiwahan) seudah selesai, biasanya
kembar mayang dilabuh atau dibuang diperempatan jalan, sungai, atau laut mempunyai
maksud dan makna agar pengantin berdua selalu ingat asal-muasal hidup ini adalah dari
bapak dan ibu sebagai perantara dari tuhan yang maha kuasa. Barang-barang untuk
membuat kembar mayang itu adalah sebagai berikut : i. Batang pisang panjangnya 2-3 nyari
dua potong (untuk kembar mayang hiasan) biasanya diberi alas dari tabung yang terbuat
dari kuningan. Adapun kembar mayang untuk tebusan, cukup 1,5 saja, juga dua potong. ii.
Bambu aur untuk penusuk (sujen) secukupnya. iii. Janur kuning kurang lebih 4 pelepah. iv.
Daun-daunan, daun kemuning, beringin, beserta ranting-rantingnya, daun apa-apa, daun
girang, dan daun andong. v. Nanas dua buah, memilih yang sudah masak dan sama
besarnya. vi. Bunga melati, bunga kanthil, dan bunga mawar merah-putih.
14. 12. 9 vii. Kelapa muda dua buah dikupas kulitnya dan airnya jangan sampai tertumpah,
bawahnya dibuat rata atau datar supaya kalau diletakkan tidak guling. c. Pasang Tuwuhan
(Pasren) Tuwuhan atau tumbuh-tumbuhan yang melambangkan isi alam semesta. Dipasang
di pintu masuk ke tempat peresmian atau tempat duduk pengantin. Jenis tumbuh-tumbuhan
disesuaikan dengan keberadaan linkungan setempat. Setiap jenis tumbuh-tumbuhan
mengandung makna dan harapan. i. Janur Harapan pengantin memperoleh nur atau cahaya
terang dari tuhan. ii. Daun keluwih Semoga hajatan tidak kekurangan sesuatu jika mungkin
bisa lebih (luwih) dari yang diperhitungkan. iii. Daun beringin dengan rating-rantingnya
Diambil dari kata “ingin”, artinya harapan, cita-cita atau keinginan yang didambakan mudah-
mudahan selalu dapat terlaksana. iv. Daun alang-alang Mengandung arti agar dijauhkan dari
segala halangan yang melintang disepanjang waktu v. Daun dadap serep Berasal dari kata
“rep” artinya dingin, sejuk, teduh, damai, tenang, tidak ada gangguan apapun. vi. Seuntai
padi (pari sewuli) Melambangkan semakin berisi semakin berunduk, diharapkan semakij
berbobot dan berlebih hidupnya semakin ringan dan tangannya selalu siap membantu
sesamanya yang kekurangan.
15. 13. 10 vii. Cengkir gadhing Air kelapa muda (banyu degan) adalah suci bersih, dengan
lambang itu diharapkan cinta mereka tetap suci diakhir hayat nanti. viii. Setundhun degan
raja suluhan Semoga kelak mempunyai sifat-sifat seperti raja hambeg para marta
mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi. ix. Tebu Wulung
Watangan Kemantapan hati menjatuhkan pilihan “dia” sebagai suami atau istri, dan tidak
tengok kekanan- kiri lagi. x. Kembang lan woh kapas Tidak kekurangan sandang, pangan,
dan papan. xi. Kembang setaman dibokor Harapan hidupnya selalu cerah ibarat bunga di
taman. d. Siraman Alat dan perlengkapan selain uba rampe selamatan yang harus disiapkan
adalah air bunga setaman, yaitu air yang diambil dari tujuh sumber mata air yang ditaburu
bunga setaman terdiri dari mawar, melati, dan kenanga. Tahapan upaca siraman adalah : i.
Calon pengantin mohon doa restu pada orang tuanya. ii. Calon mantu duduk ditikar pandan
ditempat siraman. iii. Calon pengantin disiram oleh pinisepuh, orang tuanya, baru yang lain
yang telah ditunjuk. iv. Disiram dengan air kendi oleh bapak-ibunya dengan mengucurkan ke
muka, kepala, dan tubuh calon
16. 14. 11 pengantin. Sambil berkata “Niat ingsun ora mecah kendi nanging mecah pamore
anakku wadon”. e. Adol Dhawet (jual dawet) Upacara ini dilaksanakan setelah siraman.
Penjualnya adalah ibu calon pengantin putri yang dipayungi oleh bapaknya. Pembeli para
tamu dengan uang pecahan genting (kreweng). Upacara ini mengandung harapan agar
nanti pada saat upacara panggih dan resepsi banyak tamu dan rezeki yang datang. f. Paes
Paes atau rias denag dipotong atau dicukur, kerik, yaitu upacara memotong rambut halus
diatas kening (dikerik) yang dilakukan oleh juru paes, istilahnya calon pengantin putri
“dihalub-halubi”, “dilakari”, atau “dicengkorongi”. Paes ditengah kening disebut “gajah”
disebut pengapit simbol dengan biyung atau ibu, sedangkan simbol bapak adalah paes
panitis yang terletak paes pengapit. Didekat panitis, yaitu godhek mengandung arti
keturunan. g. Midodareni Berasala dari kata “widodareni” (bidadari) artinnya membuat calon
pengantin seperti bidadari (putri) dan bidadara (putra). Dalam upacara ini dilangsungkan
penebusan kembar-mayang yang akan dijadikan sarana pawiwahan (pelantikan), pengantin
berdua pada saatnya nanti. Adapaun proses menebus kembar-mayang itu kurang lebih
sebagai berikut : i. Calon pengantin putri ditanya oleh orang tuanya atas kemantapan
hatinya untuk hidup bersama dengan calonnya.
17. 15. 12 ii. Setelah dijawab “ya” maka orang tua minata tolong kepada seseorang untuk diutus
sebagai wakilnya (saraya jati). iii. Diterima oleh wakil orang tua calon pengantin putra (wasita
jati) denga syarat-syarat tertentu. iv. Lalu kembar mayang diserah terimakan dengan pesan
jika nanti seudah selesai pawiwahan agar kembang mayang dikembalikan lagi kepemiliknya
dengan cara dibuang keperempatan jalan, kesungai besar, atau laut. h. Selamatan
(selametan). Denag mengundang para tetangga untuk berdoa bersama dalam rangka akan
dilangsungkannya pawiwahan dan pahargyan pengantinj pada waktunya nanti. Pada
beberapa tempat tertentu, selamatan ini terdiri dari sepasang tumpeng dilengkapi dengan
nasi asahan. Ambengan beralaskan daun pisang raja, gudhangan, dan ingkung ayam.
Selanjutnya didoakan oleh rois untuk kelangsungan pelaksanaan ijab qobul pada keesokan
harinya. i. Nyantri atau nyantrik Nyantri merupakan datangnya calon pengantin putra beserta
pengiringnya ke kediaman calon pengantin putri dengan maksud bahwa calon pengantin
pria memohon untuk diijabkan. Oleh karenanya rombongan calon pengantin putra
ditempatkan dipemondokan atau rumah saudara calon pengantin putri, karena ijab qobul
yang berlangsung keesokkan harinya. Sembari menunggu pagi, biasanya calon pengantin
putra dan rombongannya berbincang dengan saudara dari calon pengantin putri atau
bercengkrama dengan para tamu yang kebetulan hadir. j. Plangkahan
18. 16. 13 Acara plangkahan diadakan jika calon pengantin putra/putri yang akan menikah
mendahului kakanya yang belum menikah. Acara ini tidak terikat waktu, sehingga dapat
dilaksanakan saat midodareni atau menjelang paes. Dan dalam acara ini dapat
menggunakan beberapa barang ataupun hanya sungkeman. Ketika saudara yang dilangkahi
tidak rela dilangkahi, maka akan diadakan upacar putus benang luwe. Acara ini berupa
benang putih yang diletakkan dipintu menuju tempat duduk pengantin dalam upacara
panggih, yang mana benang tersebut akan diputus oleh kedua pengantin saat akan menuju
ke tempat duduknya. Selain acara plangkahan, dibeberapa daerah tertentu terdapat
beberapa syarat yang harua dipenuhi oleh calon besan, diantaranya: i. Kekudangan
Kekudangan atau bebana ini merupakan sarana tertentu yang diikutkan dalam acara srah-
srahan. Ujudnya dapat berupa barang, janji tertulis, atau semacam sumpah yang diucapkan
saat berlangsungnya acara tersebut. Namun, kekudangan biasanya ditawarkan saat
lamaran untuk diterima atau pun ditolak. ii. Pamesing Pamesing merupakan sarana yang
berupa pakaian untuk kakek/nenek atau nenek buyut sebagai bentuk penghormatan kepada
yang lebih tua sekaligus memohon doa restu. Penyerahan kedua syarat tersebut biasanya
berlangsung pada waktu midodareni atau pun pada saat srah-srahan. Perlu diketahui kedua
syarat ini sudah semaki sulit dijumpai, hanya di tempat yang tradisinya masih
19. 17. 14 kokoh kita dapat menemukan dua tradisi tersebut. Tradisi ini sendiri banyak
dipengaruhi dari lingkungan keraton. Namun, didalam keraton sendiri tradisi tersebut sudah
tidak ada, tatpi diluar keraton tradisi ini masih terus dilestarikan. 5. Babak V (Tahap Puncak
Acara) a. Ijab qobul Peristiwa penting dalam hajatan mantu adalah ijab qobul dimana
sepasang calon pengantin bersumpah di hadapan naib yang disaksikan wali, pinisepuh dan
orang tua kedua belah pihak serta beberapa tamu undangan. Saat akad nikah, ibu dari
kedua pihak, tidak memakai subang atau giwang guna memperlihatkan keprihatinan mereka
sehubungan dengan peristiwa menikahkan atau ngentasake anak. b. Upacara panggih
Adapun tata urutan upacara panggih adalah sebagai berikut : i. Liron kembar mayang Saling
tukar kembar mayang antar pengantin, bermakna menyatukan cipta, rasa dan karsa untuk
mersama-sama mewujudkan kebahagiaan dan keselamatan. ii. Gantal Daun sirih digulung
kecil diikat benang putih yang saling dilempar oleh masing-masing pengantin, dengan
harapan semoga semua godaan akan hilang terkena lemparan itu. iii. Ngidak endhog
Pengantin putra menginjak telur ayam sampai pecah sebagai simbol seksual kedua
pengantin sudah pecah pamornya. iv. Pengantin putri mencuci kaki pengantin putra
20. 18. 15 Mencuci dengan air bunga setaman dengan makna semoga benih yang diturunkan
bersih dari segala perbuatan yang kotor. v. Minum air degan Air ini dianggap sebagai
lambang air hidup, air suci, air mani (manikem). vi. Di-kepyok dengan bunga warna-warni
Mengandung harapan mudah-mudahan keluarga yang akan mereka bina dapat berkembang
segala-galanya dan bahagia lahir batin. vii. Masuk ke pasangan Bermakna pengantin yang
telah menjadi pasangan hidup siap berkarya melaksanakan kewajiban. viii. Sindur Sindur
atau isin mundur, artinya pantang menyerah atau pantang mundur. Maksudnya pengantin
siap menghadapi tantangan hidup dengan semangat berani karena benar. Setelah melalui
tahap panggih, pengantin diantar duduk di sasana riengga, di sana dilangsungkan tata
upacara adat Jawa, yaitu :  Timbangan Bapak pengantin putri duduk diantara pasangan
pengantin, kaki kanan diduduki pengantin putra, kaki kiri diduduki pengantin putri. Dialog
singkat antara Bapak dan Ibu pengantin putri berisi pernyataan bahwa masing-masing
pengantin sudah seimbang.  Kacar-kucur Pengantin putra mengucurkan penghasilan
kepada pengantin putri berupa uang receh beserta
21. 19. 16 kelengkapannya. Mengandung arti pengantin pria akan bertanggung jawab memberi
nafkah kepada keluarganya.  Dulangan Antara pengantin putra dan putri saling menyuapi.
Hal ini mengandung kiasan laku memadu kasih diantara keduanya (simbol seksual). Dalam
upacara dulangan ada makna tutur adilinuwih (seribu nasihat yang adiluhung) dilambangkan
dengan sembilan tumpeng yang bermakna : 1. tumpeng tunggarana : agar selalu ingat
kepada yang memberi hidup. 2. tumpeng puput : berani mandiri. 3. tumpeng bedhah
negara : bersatunya pria dan wanita. 4. tumpeng sangga langit : berbakti kepada orang tua.
5. tumpeng kidang soka : menjadi besar dari kecil. 6. tumpeng pangapit : suka duka adalah
wewenang Tuhan Yang Maha Esa. 7. tumpeng manggada : segala yang ada di dunia ini
tidak ada yang abadi. 8. tumpeng pangruwat : berbaktilah kepada mertua. 9. tumpeng
kesawa : nasihat agar rajin bekerja. c. Upacara babak kawah Nama babak kawah ini diambil
dari kata babak yang berarti membabat dan kawah yaitu aira ketuban yanh keluar
mengawali lahirnya bayi. Sehingga dapat diartikan, membabat segala aral melintang diawal
kehidupan
22. 20. 17 pengantin. Upacara ini khusus untuk kalangan orang tua yang baru pertama kali
mantu putri sulung, hal ini ditandai dengan membagikan barang berupa kemasan yang berisi
uang receh, umbi-umbian dan beras kuning sebagai tanda syukur orang tua dapat
melaksanakan kewajibannya. d. Tumplek punjen Tumplek punjen diambil dari kata numplek
yang berarti menumpahkan dan punjen yang berarti beban. Sehingga dapat dikatakan
bahwa tumplek punjen berarti lepas sudah semua darma pada anak. Karena acara ini
dilaksanakan bagi orang yang punya hajat menantu terakhir. Pelaksanaannya biasanya
dengan membagikan kantong kantong kecil berisi uang receh,bumbu dapur, beras kuning,
kacang kawak, dhele kawak, dan bunga setaman serta apabila masih tersisa harus
ditumpahkan semuanya sampai habis. e. Sungkeman Sungkeman adalah ungkapan bakti
kepada orang tua, serta mohon doa restu. Caranya, berjongkok dengan sikap seperti orang
menyembah, menyentuh lutut orang tua pengantin perempuan, mulai dari pengantin putri
diikuti pengantin putra, baru kemudian kepada bapak dan ibu pengantin putra. f. Kirab Istilah
yang digunakan saat pengantin meninggalkan singgasana untuk berganti pakaian. Kirab
kanarendran saat pergi dan kirab kesatrian. Baik keluar atau masuk selalu diawali suba
menggala, satriya kembar, patah, pendamping, juru rias, putri dhomas, para warga
wandowo, besan, yang punya hajat, kakek nenek. Adapun untuk pelaku pelaksanaan dibagi
menjadi 3 kelompok, yaitu: i. Paraga gati
23. 21. 18 Dari keluarga yang memiliki hajat jangan merangkap yang lainnya. ii. Paraga glebet
Penanggung jawab untuk melaksanakan acara yang telah direncanakan. iii. Paraga njawi
Penanggung jawab yang menopang kelancaran pelaksanaan acara g. Pahargyan/pasamuan
i. Cara “motoran”(acara selesai sehari) atau cara “climen” 1. Pagi pasang tarub sampai
kurang lebih jam sebelas 2. Dilanjutkan srah-srahan 3. Ijab qobul 4. Panggih bersamaan
denganpanghargyan ii. Pahargyan dengan ijab qobul dan panggih Setelah ijab qabul
pengantin putra dibawa ketempat pengantin putra dan pengantin putri dibawa ketempat
pengantin putri untuk dirias. Kemudian pengantin putri ditempatkan di sasana rinengga
menunggu pengantin putra datang. Ketika pengantin putra datang, pengantin putri
menjemput di pintu sasana rinengga. iii. Prasmanan Model ini sering kita sebut sebut
dengan standing party. Yaitu para tamu bersalaman kemudian langsung menuju ke meja
makan dan mencari tempat sendiri. Untuk hal ini pun banyak dari mereka yang memilih
berdiri. Sedangkan untuk pandangan dari kebiasan sekalipun dalam prasmanan dianggap
tidak baik, karena makan
24. 22. 19 dengan berdiri. Namun, karena perkembangan zaman, banyak sekali orang orang
yang senang menggunakan model prasmanan ini.
25. 23. 20 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Tradisi pernikahan adat jawa tengah merupakan
salah satu tradisi yang dianggap sakral oleh masyarakat jawa tengah. Karena melalui tradisi
ini seorang anak adam akan memulai kehidupan barunya bersama pendamping hidupnya.
Sehingga dalam setiap pernikahan adat jawa tengah, prosesinya berlangsung dengan
khidmat. Adapun prosesi pernikahan adat jawa tengah adalah seperti berikut: 1. Babak I
(tahap pembicaraan) 2. Babak II (tahap kesaksian) 3. Babak III (tahapan siaga) 4. Babak IV
(tahapan rangkaian upacara) 5. Babak V (tahap puncak acara) Selain prosesi di atas, juga
terdapat beberapa acara tambahan yang tidak semua masyarakat jawa tengah
menambahkannya dalam upacara pernikahan karena sifatnya yang kondisional. Diantara
acara tambahan tersebut adalah tilikan, sepekenan, mungkasi, ngunduh manten. B. Saran
Sebagai generai penerus, hendaknya kita dapat mengetahui berbagai tradisi di Indonesia.
Namun, dalam hal ini kita perlu mempraktekan dalam artian ikut andil dalam pelaksanaan
berbagai tradisi di Indonesia. Baik sebagai pelaku utama atau pun hanya sekedar
membantu. Sehingga dalam masa mendatang masih ada generasi yang mengerti
bagaimana pelaksanaan tradisi yang ada di Indonesia.
26. 24. 21 DAFTAR PUSTAKA Sumarsono. Tata Upacara Pengantin Adat Jawa. 2007.
Yogyakarta: penerbit Narasi Swatedi, adjie.tessa theofile. 2002. Tata Upacara Pengantin
Adat Jawa Tengah. Yogyakarta: Pustaka Raja Sularto, bambang. 1998. Adat dan Upacara
Tradisional di DI Yogyakarta. Yogyakarta: depdikbud

Jawa Tengah sebagai provinsi dibentuk sejak zaman Hindia Belanda. Hingga tahun
1905, Jawa Tengah terdiri atas 5 wilayah (gewesten) yakni Semarang, Pati, Kedu,
Banyumas, dan Pekalongan. Surakarta masih merupakan daerah swapraja kerajaan
(vorstenland) yang berdiri sendiri dan terdiri dari dua wilayah, Kasunanan Surakarta
dan Mangkunegaran, sebagaimana Yogyakarta. Masing-masing gewest terdiri atas
kabupaten-kabupaten. Waktu itu Pati Gewest juga meliputi Regentschap Tuban dan
Bojonegoro.

Setelah diberlakukannya Decentralisatie Besluit tahun 1905, gewestendiberi otonomi


dan dibentuk Dewan Daerah. Selain itu juga dibentuk gemeente (kotapraja) yang
otonom, yaitu Pekalongan, Tegal, Semarang, Salatiga, dan Magelang.

Sejak tahun 1930, provinsi ditetapkan sebagai daerah otonom yang juga memiliki
Dewan Provinsi (Provinciale Raad). Provinsi terdiri atas beberapa karesidenan
(residentie), yang meliputi beberapa kabupaten (regentschap), dan dibagi lagi dalam
beberapa kawedanan (district). Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 5 karesidenan, yaitu:
Pekalongan, Pati, Semarang, Banyumas, dan Kedu.

Menyusul kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1945 Pemerintah membentuk daerah


swapraja Kasunanan dan Mangkunegaran; dan dijadikan karesidenan. Pada tahun 1950
melalui Undang-undang ditetapkan pembentukan kabupaten dan kotamadya di Jawa
Tengah yang meliputi 29 kabupaten dan 6 kotamadya. Penetapan Undang-undang
tersebut hingga kini diperingati sebagai Hari Jadi Provinsi Jawa Tengah, yakni tanggal
15 Agustus 1950.

Secara administratif, Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 29 kabupaten dan 6 kota.
Administrasi pemerintahan kabupaten dan kota ini terdiri atas 545 kecamatan dan
8.490 desa/kelurahan.

Sebelum diberlakukannya Undang-undang Nomor 22/1999 tentang Pemerintahan


Daerah, Jawa Tengah juga terdiri atas 3 kota administratif, yaitu Kota Purwokerto, Kota
Cilacap, dan Kota Klaten. Namun sejak diberlakukannya Otonomi Daerah tahun 2001
kota-kota administratif tersebut dihapus dan menjadi bagian dalam wilayah kabupaten.

Menyusul otonomi daerah, 3 kabupaten memindahkan pusat pemerintahan ke


wilayahnya sendiri, yaitu Kabupaten Magelang (dari Kota Magelang ke Mungkid),
Kabupaten Tegal (dari Kota Tegal ke Slawi), serta Kabupaten Pekalongan (dari Kota
Pekalongan ke Kajen).

Kawasan pantai utara Jawa Tengah memiliki dataran rendah yang sempit. Di kawasan
Brebes selebar 40 km dari pantai, dan di Semarang hanya selebar 4 km. Dataran ini
bersambung dengan depresi Semarang-Rembang di timur. Gunung Muria pada akhir
Zaman Es (sekitar 10.000 tahun SM) merupakan pulau terpisah dari Jawa, yang
akhirnya menyatu karena terjadi endapan aluvial dari sungai-sungai yang mengalir.
Kota Demak semasa Kesultanan Demak (abad ke-16 Masehi) berada di tepi laut dan
menjadi tempat berlabuhnya kapal. Proses sedimentasi ini sampai sekarang masih
berlangsung di pantai Semarang.

Di selatan kawasan tersebut terdapat Pegunungan Kapur Utara dan Pegunungan


Kendeng, yakni pegunungan kapur yang membentang dari sebelah timur Semarang
hingga Lamongan (Jawa Timur).

Rangkaian utama pegunungan di Jawa Tengah adalah Pegunungan Serayu Utara dan
Serayu Selatan. Rangkaian Pegunungan Serayu Utara membentuk rantai pegunungan
yang menghubungkan rangkaian Bogor di Jawa Barat dengan Pegunungan Kendeng di
timur. Lebar rangkaian pegunungan ini sekitar 30–50 km; di ujung baratnya terdapat
Gunung Slamet dan bagian timur merupakan Dataran Tinggi Dieng dengan puncak-
puncaknya Gunung Prahu dan Gunung Ungaran. Antara rangkaian Pegunungan Serayu
Utara dan Pegunungan Serayu Selatan dipisahkan oleh Depresi Serayu yang
membentang dari Majenang (Kabupaten Cilacap), Purwokerto, hingga Wonosobo.
Sebelah timur depresi ini terdapat gunung berapi Sindoro dan Sumbing, dan sebelah
timurnya lagi (kawasan Temanggung dan Magelang) merupakan lanjutan depresi yang
membatasi Gunung Merapi dan Gunung Merbabu.

Pegunungan Serayu Selatan merupakan bagian dari Cekungan Jawa Tengah Selatan
yang terletak di bagian selatan provinsi Jawa Tengah. Mandala ini merupakan
geoantiklin yang membentang dari barat ke timur sepanjang 100 kilometer dan terbagi
menjadi dua bagian yang dipisahkan oleh lembah Jatilawang yaitu bagian barat dan
timur. Bagian barat dibentuk oleh Gunung Kabanaran (360 m) dan bisa dideskripsikan
mempunyai elevasi yang sama dengan Zona Depresi Bandung di Jawa Barat ataupun
sebagai elemen struktural baru di Jawa Tengah. Bagian ini dipisahkan dari Zona Bogor
oleh Depresi Majenang.

Bagian timur dibangun oleh antiklin Ajibarang (narrow anticline) yang dipotong oleh
aliran Sungai Serayu. Pada timur Banyumas, antiklin tersebut berkembang menjadi
antiklinorium dengan lebar mencapai 30 km pada daerah Lukulo (selatan Banjarnegara-
Midangan 1043 m) atau sering disebut tinggian Kebumen (Kebumen High). Pada bagian
paling ujung timur Mandala Pegunungan Serayu Selatan dibentuk oleh kubah
Pegunungan Kulonprogo (1022 m), yang terletak di antara Purworejo dan Sungai
Progo.

Kawasan pantai selatan Jawa Tengah juga memiliki dataran rendah yang sempit,
dengan lebar 10–25 km. Selain itu terdapat Kawasan Karst Gombong Selatan.
Perbukitan yang landai membentang sejajar dengan pantai, dari Yogyakarta hingga
Cilacap. Sebelah timur Yogyakarta merupakan daerah pegunungan kapur yang
membentang hingga pantai selatan Jawa Timur.

Yang Perlu di Ketahui Oleh Generasi Bangsa Kebudayaan Jawa adalah hasil pemikiran
dari orang Jawa itu sendiri yang dituangkan menjadi tradisi untuk selalu terus
dipertahankan hingga saat ini. Di Indonesia sendiri banyak sekali kebudayaan yang
menarik untuk diulas, salah satunya yaitu kebudayaan Jawa Tengah.

Jawa Tengah menjadi sebuah provinsi yang terletak di tengah pulau Jawa. Pulau ini
berbatasan langsung dengan provinsi Jawa Barat untuk sebelah barat. Sebelah selatan
berbatasan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Samudera Hindia, sebelah timur
berbatasan dengan Jawa Timur serta Laut Jawa di sebelah utara.

Mempunyai luas wilayah sekitar 32.548 km persegi atau sekitar 25 persen dari luas Pulau
Jawa. Provinsi ini juga meliputi Pulau Nusa Kambangan serta Kepulauan Karimun Jawa
yang berada di Laut Jawa. Dan berikut beberapa ulasan dari perpustakaan.id mengenai
kebudayaan Jawa Tengah yang perlu diketahui.

Kebudayaan Jawa Tengah:


Daftar Isi
 Kebudayaan Jawa Tengah:
o Suku di Jawa Tengah:
o Bahasa:
o Agama:
o Rumah adat Jawa Tengah:
o Pakaian adat Jawa Tengah:
o Peninggalan Kebudayaan Jawa Tengah:
o Share this:
o Related posts:

Suku di Jawa Tengah:

 Jawa.
 Sunda.
 Tionghoa.
 Madura.
 Batak.
 Arab.
 Minangkabau.
 Betawi.
 Melayu.
 Bugis.
 Banjar.

Sebagian besar penduduk Jawa Tengah merupakan suku Jawa. Kebudayaan Jawa Tengah
ini dikenal sebagai pusat budaya dimana terdapat kota Yogyakarta dan Surakarta terdapat
pusat istana kerajaan Jawa yang masih ada hingga kini. Untuk suku minoritasnya juga
cukup signifikan, contohnya saja Tionghoa terutama yang berada di kawasan perkotaan
yang pad aumumnya begerak dibidang jasa dan perdagangan.

Komunitas Tionghoa ini sudah berbaur dengan suku Jawa, sehingga banyak diantara
mereka yang sudah mahir menggunakan bahasa Jawa dengan logat yang sangat kental.
Tidak hanya itu saja, Anda juga akan menjumpai juga komunitas Arab Indonesia. Mirip
dengan etnis Tionghoa, mereka juga bergerak di bidang jasa.

Bahasa:

 Indonesia.
 Jawa.

Walaupun bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi, namun sebagian besar masih
menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa keseharian mereka. Untuk kebudayaan Jawa
Tengah dalam hal bahasa masih menggunakan bahasa Jawa Dialek Solo Jogja yang
dianggap sebagai Bahasa Jawa Standar. Di samping itu terdapat sejumlah dialek Bahasa
Jawa akan tetapi secara umum terdiri dari dua bagian yakni kulonan dan timuran.

Baca juga: Kebudayaan Sumatera Barat

Untuk bahasa kulonan dituturkan di bagian barat Jawa Tengah tang terdiri dari Dialek
Banyumasan dan Dialek Tegal. Untuk dialek ini mempunyai pengucapan yang cukup
berbeda dengan bahasa jawa Standar. Sementara untuk bahasa timuran dituturkan
dibagian timur Jawa Tengah yang terdiri dari atas dialek Solo dan dialek Semarang.
Sehingga diantara perbatasan kedua dialek tersebut dituturkan bahasa dengan campuran
keduanya. Dan daerah yang mendapat percampuran kedua bahasa dialek tersebut yakni
pada wilayah Pekalongan dan Kedu.

Agama:

 Islam.
 Kristen (Protestan dan Katolik).
 Hindu.
 Buddha.
 Kong Hu Cu.

Persebaran kebudayaan Jawa Tengah dalam agama mayoritas memeluk agama islam dan
mayoritas masih mempertahankan tradisi kejawen yang dikenal dengan abangan. Selain
agama islam, penduduk Jawa Tengah juga menganut agama Protestan, Katolik, Kong Hu
Chu, Budha dan beberapa aliran kepercayaan lain. Penduduk Jawa tengah dikenal dengan
sikap toleransinya yang tinggi. Hal ini bisa dilihat pada daerah Muntilan, Kabupaten
Magelang yang masih banyak dijumpai penganut agama katolik karena daerah tersebut
menjadi pusat pengembangan agama katolik di Jawa.

Joglo
Rumah Adat Jateng (wovgo.com)
Rumah adat Jawa Tengah:

 Joglo atau Tikelan.


 Tajug atau Tarub.
 Limasan.
 Kampung.
 Panggang Pe.

Mempunyai nama rumah adat yang biasa disebut dengan Joglo, bahkan Joglo ini tidak
hanya dipunyai oleh Jawa Tengah saja melainkan juga rumah adat Yogyakarta dan Jawa
Timur. Mmepunyai tiga bagian utama di dalam rumah adat tersebut yaitu pendopo,
pringgitan dan juga omah ndalem. Pendopo merupakan bagian utama yang digunakan
untuk menerima tamu. Untuk bagian pringgitan digunakan sebagai tempat pertunjukan
wayang, meskipun sekarang ini pertunjukan wayang tersebut tidak selalu di ruang
pringgitan. Sedangkan bagian omah ndalem merupakan ruang untuk ruang keluarga.

Lihat lebih lengkapnya di rumah adat Jawa Tengah


Jawi
Jangkep Pakaian Adat Jateng
Pakaian adat Jawa Tengah:

 Jawi Jangkep.
 Kebaya.
 Kanigaran.
 Batik.
 Pangsi.
 Surjan dan Beskap.
 Basahan.

kebudayaan Jawa Tengah untuk pakaian adat laki-laki disebut dengan beskap. Sebagai
pelengkap di bagian kepala baisnaya terdapat blangkon atau kuluk. Sementara untuk
bagian bawahnya menggunakan jarik yang diikat dengan menggunakan stagen. Di bagian
belakang juga akan diselipkan senjata tradisional yang bernama keris.

Untuk perempuannya menggunakan kebaya. Bagian bawah menggunakan jarik yang juga
diikat dengan memakai stagen. Umumnya, rambut juga akan ditata dengan cara disanggul
dan dihiasi dengan aksesoris. Beberapa peninggalan kebudayaan Jawa Tengah yang
masih ada hingga kini.

Baca juga: Kebudayaan Aceh

Peninggalan Kebudayaan Jawa Tengah:


 Kesenian wayang
Pada bentuk aslinya yang muncul sebelum kebudayaan Hindu masuk ke Indonesia
dan mulai berkembang di zaman Hindu Jawa. Pertunjukan wayang menjadi sisa-sisa
acara keagamaan orang-orang Jawa yaitu sisa-sia kepercayaan animisnme dan
dynamisme. Menurut kitab centini yang berisi tentang asal muasal wayang purwa
disebutkan bahwa kesenian satu ini diciptakan oleh Raja jaya baya dari kerajaan
menang atau Kediri.
Kira-kira di abad ke 10 Raja Jayabaya berusaha menciptakan gembaran melalui roh
leluhur dan diterapkan pada daun lontar. Bentuk gambar tersebut ditiru dari relief
cerita Ramayana pada candi penataran Blitar. Cerita Ramayana ini sangat menarik
perhatian mengingat Jayabaya termasuk penyembah Dewa Wisnu yang setia.
Bahkan masyarakatnya menganggap sebagai titisan Batara Wisnu. Dna figure yang
digambarkan oleh pertama kalinya yakni Batara Guru yang merupakan perwujudan
dari Dewa Wisnu.
 Keris
Di kalangan masyarakat Jawa dilambangkan sebagai symbol kejantanan. Bahkan
terkadang ada pula karena disebabkan oleh suatu hal apabila pengantin pria
berhalangan hadir dalam acara temu pengantin maka dapat diwakilkan dengan
sebilah keris.
Keris ini merupakan kebudayaan Jawa Tengah yang menjadi lambing pusaka. Pada
kalender masyarakat jawa mengirabkan pusaka Keraton merupakan kepercayaan
terbesar dihari satu sura. Dikatakan bahwa keris ini menjadi tombak pusaka
unggulan karena terbuat dari unsur basa, besi. Nikel bahkan dicampur dengan unsur
batu meteoroid yang jatuh dari angkasa. Sehingga kekuatan spiritual dari sang maha
pencipta pun dipercaya orang sebagai kekuatan magis yang dapat mempengaruhi
pihak lawan sehingga merasa takutt kepada si pemakai senjata tersebut.
 Ukiran Jepara
Para pengukir jepara ternyata pAndai menyesuaikan diri dengan gaya ukiran baru.
Tak hanya membuat gaya ukiran yang khas Jepara saja, bahkan ukiran lain tidak
kalah menarik. Meskipun beragam, sebaiknya ketika membuat ukiran tidak
melupakan khas khas Jepara yang biasanya disebut dengan ukiran Jepara. Banyak
yang mengatakan bahwa kebudayaan Jawa Tengah ini mengambil bentuk
dedaunan dan daun tersebut disebut dengan wuni. Dan wuni tersebut merupakan
jenis rerumputan liar yang banyak tumbuh di Jepara.
 Kirab Apem SewuK
kebudayaan Jawa Tengah yang merupakan acara ritual syukuran oleh masyarakat
kampong Sewu yang biasanya digelar pada acara bulan Haji. Ritual ini diadakan
guna mengenalkan kampong sewu sebagai sentra produksi apem pada seluruh
masyarakat yang sekaligus dijadikan untuk menghargai para pembuat apem. Tak
hanya itu saja, ritual ini juga sebagai ungkapan syukur terhadap Tuhan karena desa
dan tempat tinggal mereka jau dari bencana.
 Tidhek Siten
Menjadi bagian dari kebudayaan Jawa Tengah yang masih berjalan hingga
sekarang. Upacara ini diadakan untuk para bayi yang baru pertama kali belajar
berjalan. Upacara ini diadakan ketika bayi berusia tujuh bulan dan mulai belajar
duduk dna berjalan ditanah. Dan secara keseluruhan upacara ini diselenggarakan
supaya kelak nantinya dirinya dapat mandiri di masa depan.
Menjadi warga negara khususnya menjadi masyarakat Jawa Tengah tentu harus
mengetahui sejarah, serta kebudayaan Jawa Tengah seperti di atas tadi supaya
kebudayaan tersebut tetap dijalankan dan dilestarikan.

Prosesi acara adat biasanya disesuaikan dengan daerah kedua mempelai. Bagi
anda yang akan menikah dengan orang Jawa Tengah, wajib bagi anda untuk
mengetahui rangkaian prosesi acara adat yang harus anda lakukan dalam
prosesi pernikahan adat Jawa Tengah. Prosesi acara pernikahan dengan
adat Jawa Tengah secara garis besar terbagi menjadi 2 yaitu upacara pernikahan
dan upacara panggih. Berikut kita bahas bersama.
Prosesi Upacara Pernikahan  
Pada prosesi upacara pernikahan ini tergantung dari agama kepercayaan kedua
mempelai. Prosesi ini adalah saat kedua pengantin melaksanakan sumpah
pernikahan. Pada orang Islam sering  disebut Ijab Kabul. Kedua pengantin
melaksanakan janji pernikahan di depan penghulu, orang tua dan saksi. Menurut
adat Jawa, pada prosesi ini mengenakan pakaian tradisional adat Jawa berwarna
putih sebagai lambang kesucian.

Prosesi Upacara Panggih


Panggih dalam bahasa Indonesia berarti bertemu. Kedua mempelai yang telah
resmi menikah, bertemu sebagai pasangan suami istri. Langkah prosesi adat
yang dilakukan cukup banyak. Dimulai dengan balangan gantal. Gantal adalah
sirih yang diikat oleh benang putih. Pengantin wanita melempar gantal ke dada
suami yang bermakna bahwa ia telah mengambil hatinya dan siap untuk berbakti
kepada suami.
Tahap selanjutnya adalah nincak endog. Pada prosesi pernikahan adat
Jawa Tengah ini, mempelai pria menginjak telur ayam mentah. Nincak endog
dilakukan sebagai harapan untuk memperoleh keturunan. Kemudian sang istri
membersihkan kaki suami untuk menunjukkan kasih sayang. Setelah nincak
endog, selanjutnya adalah tahap sinduran. Ayah sang istri mengantar kedua
mempelai ke pelaminan dengan dibalut kain sindur berwarna merah dan putih.
Makna kain sindur ini untuk memberikan keberanian untuk menjalani
pernikahan.
Kedua pengantin sudah duduk di pelaminan, kemudian dilaksanakan
prosesi bobot timbang. Ayah sang istri memangku kedua mempelai dan
menimbang keduanya. Ayah menjawab bahwa berat keduanya sama. Hal itu
bermakna bahwa tidak ada perbedaan kasih sayang diantaranya. Prosesi acara
dilanjutkan dengan minum rujak degan. Prosesi minum rujan degan ini
dilakukan oleh seluruh keluarga dengan satu gelas secara bergiliran. Air degan
ini bermakna sebagai air suci yang membersihkan rohani seluruh keluarga.
Setelah minum rujak degan, kedua pengantin melakukan kacar kucur. Sang
suami mengucurkan uang logam dan kebutuhan pokok (beras dan biji-bijian)
kepada sang istri. Sebagai simbol bahwa suami akan bertanggung jawab
menafkahi istri. Prosesi dilanjutkan dengan prosesi dulangan. Kedua pengantin
saling menyuapi sebanyak 3 kali. Hal itu bermakna bahwa kedua pengantin
harus saling tolong menolong satu sama lain.
Prosesi Sungkeman pernikahan adat Jawa Tengah
Ritual terakhir dari prosesi acara pernikahan adat Jawa Tengah ini
adalah sungkeman. Kedua pengantin berlutut di depan orang tua sebagai bentuk
penghormatan, serta rasa terima kasih telah membesarkan mereka. Prosesi
sungkeman dilakukan kepada kedua orang tua, baik orang tua mempelai
perempuan ataupun mempelai laki-laki. Prosesi sungkeman ini sebagai akhir
dari prosesi pernikahan adat jawa.
Demikianlah seluruh rangkain prosesi acara pernikahan adat jawa yang
dirangkum dengan ringkas.  Rangkaian prosesi acara pernikahan adat jawa
memang cukup banyak yang harus dilalui. Oleh karena itu anda perlu bimbingan
orang yang ahli agar dapat berjalan lancar. Anda juga perlu untuk
mempelajarinya sebelum hari pernikahan agar tidak ada kesalahan dalam
pelaksanaanya. Jangan lupa juga berdoa agar seluruh rangkain
acara pernikahan adat Jawa Tengah ini dapat terlaksana dengan lancar.

Sesuai dengan fitrahnya, manusia pasti akan membutuhkan pasangan untuk hidup
mereka dan berbagi suka serta duka dengan rasa penuh cinta. Dan cara yang tepat
dapat mereka lakukan untuk memenuhi kebutuhan mereka itu adalah dengan jalur
pernikahan secara resmi serta diakui oleh agama dan negaranya. Dalam menjalankan
pernikahan tentunya seseorang pasti akan melalui beberapa prosesi dan tata cara yang
bermacam-macam sesuai dengan keinginan mempelai dan keluarga.
Di Indonesia, banyak sekali pernikahan-pernikahan adat yang memiliki ciri-ciri berbeda
antar satu dengan yang lainnya sesuai adat dari suku masing-masing. Istilahnya adalah
pernikahan dengan menggunakan prosesi adat suku tertentu.

Bila kamu ingin menikah nanti, kamu bisa mencoba salah satu pernikahan adat dari
Indonesia. Salah satunya adalah pernikahan adat Jawa. Pernikahan adat Jawa ini meliputi
Jawa Tengah, Yogyakarta, Solo, dan lain-lain. Dalam melaksanakan upacara pernikahan
sebaiknya mengacu pada keturunan dari suku mana antara kamu dengan calon
pasangan kamu nantinya.

Sebelum kita sampai pada bahasan pernikahan adat Jawa, alangkah baiknya bila kita
ketahui dahulu mengenai apa itu pernikahan? Pernikahan merupakan sesuatu yang
sangat sakral. Dalam pernikahan terdapat serangkaian upacara yang biasanya dilakukan
oleh dua orang manusia yang ingin menghalalkan semua perbuatan mereka yang
berkaitan dengan hubungan kehidupan suami dan isteri. Tujuan dari pernikahan adalah
untuk menciptakan keluarga serta meneruskan garis keturunan.
Nah, kali ini yang akan kita bahas adalah mengenai prosesi pernikahan adat Jawa. Dan
perlu diketahui bahwa dalam sebuah acara pernikahan sesuai dengan adat Jawa, maka
ada banyak sekali prosesi-prosesi yang harus dilakukan oleh kedua calon mempelai.

Contents [hide]
 1 Berikut adalah Tahapan Pernikahan
o 1.1 Tahapan Pembicaraan dalam pernikahan
o 1.2 Tahapan Kesaksian
 1.2.1 Srah-srahan
 1.2.2 Peningsetan
 1.2.3 Asok Tukon
 1.2.4 Gethok Dina
o 1.3 Pembentukan Panitia Hajatan
 1.3.1 Tahap Sedhahan
 1.3.2 Tahap Kumbakarnan
 1.3.3 Tahap Jenggolan/Tandhakan/Tandhan
o 1.4 Tahapan Upacara Hajatan Mantu
 1.4.1 Pasang Tratag atau tarub
 1.4.2 Kembar Mayang
 1.4.3 Pasang Tuwuhan atau pasren
 1.4.4 Siraman
 1.4.5 Adol dawet
 1.4.6 Midodareni
o 1.5 Puncak Acara Pernikahan Adat Jawa
 1.5.1 Ijab Kobul Pernikahan
 1.5.2 Panggih
 1.5.3 Liron Kembar Mayang
 1.5.4 Gantal
 1.5.5 Ngidak endhog
 1.5.6 Mencuci Kaki Penganti Pria
 1.5.7 Minum Air Kelapa Muda (degan)
 1.5.8 Masuk ke pasangan
 1.5.9 Sindur
 1.5.10 Sungkeman
Berikut adalah Tahapan Pernikahan

1. Tahapan Pembicaraan dalam pernikahan

Dalam tahapan pembicaraan ini, akan ada suatu pembicaraan antara kedua belah
keluarga yang nanti akan memiliki hajatan. Dalam pembicaraan tersebut biasanya
dilakukan dengan perkenalan terlebih dahulu, hingga pada akhirnya ke arah melamar
dan menentukan hari pernikahan. Menentukan hari dalam pernikahan disebut dengan
istilah gethok dina.

2. Tahapan Kesaksian
Tahapan kesaksian merupakan tahap dimana pembicaraan sebelumnya akan diteguhkan
dengan disaksikan oleh beberapa orang saksi. Biasanya saksi dipilih dari kerabat dekat,
atau sesepuh dari tetangga kanan atau kiri di daerah tempat tinggalnya.

Tahapan kesaksian juga memiliki beberapa acara yaitu :

 Srah-srahan

Dalam acara srah-srahan ini akan diserahkan beberapa seperangkat perlengkapan


sarana yang nanti digunakan pada saat pelaksanaan acara hingga akhir. Seperangkat
sarana tersebut biasanya memiliki makna tersendiri sepeti cincin, makanan tradisional,
seperangkat pakaian wanita, buah-buahan, uang, dan juga daun sirih.

Makna dari seperangkat perlengkapan tersebut adalah yang pertama cincin,


melambangkan senuah lingkaram yang tidak akan pernah bisa putus (maknanya supaya
pasangan yang menikah bisa bersama-sama terus sampai tu ananti dan tidak akan
pernah putus sepanjang kehidupan mereka. Makanan tradisional bermakna bahwa
pasangan yang nanti menikah diharapkan setelah menikah nanti tetap akan lengket
selama-lamanya.

Seperangkat pakaian wanita bermakna bahwa kedua pengantin harus pandai-pandai


dalam menjaga rahasia keluarga dari orang lain. Perhiasan bermakna bahwa supaya
pengantin wanita selalu terlihat bersinar di depan suami serta tidak membuatnya
kecewa. Buah-buahan mempunyai makna bahwa cinta yang ada di antara keduanya bisa
menghasilkan buah kasih yang bisa bermanfaat bukan hanya untuk keluarga saja
melainkan untuk masyarakat juga. Dan yang terakhir adalah daun sirih menggambarkan
satu hati dengan tekad yang bulat tanpa harus mengorbankan perbedaan yang ada di
antara keduanya. Karena dau sirih ini memiliki dua sisi yang berbeda, namun bila digigit
maka rasanya akan tetap sama.

 Peningsetan

Acara peningsetan ditandai dengan adanya tukar cincin antara kedua calon pengantin.
Tukar cincin ini dilakukan sebagai lambang kuatnya ikatan diantara kedua keluarga
dalam mewujudkan dua kesatuan yang utuh.

 Asok Tukon

Acara asok tukon adalah acara yang dilakukan dengan menyerahkan sejumlah uang.
Acara ini dimaknai untuk penghormatan atau wujud terima kasih kepada calon mertua.
Acara ini disampaikan oleh calon pengantin pria.

 Gethok Dina

Tahap acar gethok dino adalah sebuah tahapan yang dilakukan untuk menetapkan
kapan ijab kabulnya serta resepsi akan dilaksanakan. Pada tahap ini biasanya kedua
keluarga akan bersama-sama melakukan rembugan atau diskusi guna mencari hari,
tanggal dan juga bulan pengadaan pernikahan.

3. Pembentukan Panitia Hajatan


Biasanya pihak dari mempelai wanita pasti akan mengadakan atau mempunyai hajatan
dengan mengundang sesepuh atau saudara-saudaranya. Tujuan dari undangan tersebut
adalah untuk membentuk panitia hajatan untuk membantu sebelum melaksanakan
acara pernikahan, ketika acara, dan sesudah acara hajatan tersebut selesai digelar.
Dalam tahapan ini biasanya ada beberapa acara yang harus dilakukan yaitu :

 Tahap Sedhahan

Tahapan sedhahan ini dimulai dengan membuat dan membagikan undangan kepada
para sesepuh dan saudara-saudara yang nantinya masuk dalam kepanitiaan pernikahan.

 Tahap Kumbakarnan

Pada tahap ini diadakan pertemuan guna membentuk kepanitiaan hajatan. Bisanya
pertemuan ini di awali dengan pemberitahuan serta permohonan bantuan kepada
saudara yang dekat seperti tetangga, dan juga kenalan yang bisa membantu jalannya
acara. Setelah itu, dilanjutkan dengan penyampaian program kerja dari pantia yang
sudah dibentuk dan pelaksana acaranya. Semua panitia yang ditunjuk akan membantu
mengurusi segala keperluan yang kemungkinan terjadi ketika acara hajatan sedang
berlangsung.
 Tahap Jenggolan/Tandhakan/Tandhan

Tahap ini dilakukan ketika calon pengantin wanita melapor ke KUA terdekat. Kegiatan
atau acara tandhan ini memiliki arti yaitu memberi tanda di Kantor Pencatatan Sipil
bahwa acara hajatan mantu tersebutu dilakukan dengan cara ijab.

4. Tahapan Upacara Hajatan Mantu

Dalam acara hajatan yang sedang berlangsung dalam sebuah pernikahan biasanya
terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap pasang tarub dan tratag, kembar mayang,
pasang tuwuhan, siraman, adol dawet, dan midodareni.
 Pasang Tratag atau tarub

Pemasangan tratag atau tarub ini merupakan sebuah tanda bahwa di rumah kamu akan
diadakan sebuah acara hajatan mantu. Tratag atau tarub biasanya dibuat menjelang hari
H atau acara inti dilaksanakan. Ciri khas dari pemasangan tratag atau tarub adalah
dengan menggunakan hiasan daru janur ataupun daun kelapa yang masih muda serta
di tambah dengan hiasan warna-warni. Terkadang juga ada yang menggunakan
ubarampe dalam bentuk nasi uduk atau sego gurih, nasi golong, nasi asahan, apem,
ketan dan juga kolak.

 Kembar Mayang

Kembar berarti sama, dan mayang berarti bunga dari pohon jambe. Kembar mayang
dilambangkan sebagai kebahagiaan dan juga keselamatan. Bila acara sudah selesai
maka biasanya kembar mayang ini akan di labuh ke laut atau sungai dan ada juga yang
membuangnya di perempatan jalan. Maksut dan tujuan dari kegiatan ini adalah supaya
kedua penganti selalu mengingat asal mereka hidup itu adalah dari ayah dan ibunya
sebagai perantara dari Tuhan.

Kembar mayang ini dibuat dari beberapa macam barang yaitu : batang pisang (2 sampai
3 potong) digunakan untuk hiasan, bambu aur untuk penusuk atau sujen secukupnya,
janur kuning (4 lembar) untuk dipasang di tiap pelepah pisang yang dipakai, daun-
daunan (daun kemuning, daun dari pohon beringin yang ada rantingnya, daun apa-apa,
daun girang dan juga daun andong), nanas (2 buah) yang besarnya sama dan sudah
matang, Bunga-bungaan (bunga mawar merah, mawar putih, melati, dan bunga kantil),
dan kelapa muda (2 buah) yang sudah dikupas kulitnya namun airnya masih ada serta
pada bagian bawah kelapa dibuat rata supaya tidak mudah menggelinding.

 Pasang Tuwuhan atau pasren


Pasren atau tuwuhan ini nantinya akan dipasangkan pada pintu masuk menuju tempat
duduk kedua pengantin. Ada beberapa macam tumbuhan yang digunakan dalam
pasren atau tuwuhan ini dan masing-masing tumbuhan memiliki maknanya tersendiri.

Janur : Makna yang terkandung dari janur ini nantinya supaya pasangan pengantin bisa
memperoleh cahaya dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Daun Kluwih : maknanya adalah agar hajatan yang dilangsungkan tidak akan
kekurangan sesuatu apapun dan justri kalau bisa malah mendapatkan lebih dari yang
sudah direncanakan sebelumnya.
Daun Beringin dan rantingnya : maksutnya adalah untuk harapan atau keinginan yang
menjadi dambaan para penganti dapat tercapai dengan mudah.

Daun Dadap serep : rep dalam kata serep memiliki makna sejuk, dingin, damai, teduh,
dan juga tenang tanpa adanya gangguan dari apapun.

Seuntai Padi : melambangkan filosofi tentang semakin berisi maka akan semakin
merunduk yang artinya bahwa pengantin nantinya dapat diharapkan memiliki hidup
yang semakin berbobot dan berkecukupan serta tidak lupa untuk selalu rendah hati,
ringan tangan dalam membantu sesamanya yang sangat membutuhkan.

Cengkir gading : melambangkan air yang suci dan bersih sehingga bermakna cinta
diantara keduanya tetap suci dan bersih.

Tebu Wulung Watangan : melambangkan kemantapan hati yang bermakna jika


memang pengantin sudah mantap menentukan pilihan sebagai suami istri maka mereka
tidak akan lirak-lirik ke kanan dan ke kiri.

Setundhun Gedang Raja Suluhan : maknanya adalah sebuah harapan bagi kedua calon
pengantin semoga nantinya memiliki sifat raja hambeg para marta yang suka
mengutamakan kepentingan orang lain dari pada kepentingan pribadinya.

Kembang lan Woh Kapas : bermakna harapan agar nanti pasangan pengantin tidak
kekurangan pangan, sandang serta papan dan hidupnya selalu berkecukupan atau pas
namun tidak pas-pasan.

Kembang Setaman Dibokor : bermakna sebuah harapan supaya kehidupan pengantin di


masa depan akan selalu cerah seperti bunga yang ada di taman.

 Siraman
Dalam tahapan ini ada barang-barang yang harus dipersiapkan yaitu air bunga setaman
yang diambil dari tujuh sumber mata air lalu ditaburi dengan menggunakan bunga
setaman seperti mawar, melati, dan kenanga.

Ketika upacara siraman berlangsung, ada beberapa hal yang harus dilakukan seperti :

1. Terlebih dahulu calon pengantin harus mina restu kepada kedua orang tuanya.
2. Setelah itu pengantin duduk di atas tikar yang terbuat dari pandan.
3. Selanjutnya calon pengantin disiram oleh pinisepuh, orang tua, dan beberapa wakil yang
telah ditunjuk.
4. Dan yang terakhir calon pengantin disiram air kendi oleh kedua orang tuanya. Setelah
selesai kendi dipecahkan.

 Adol dawet
Acara ini dilakukan setelah siraman selesai dilakasanakan. Dalam proses ini kedua orang
tua yang melakukannya, ibu calon pengantin sebagai penjual sedangkan bapaknya
memayungi ibu. Dan pembelinya adalah para tamu yang menggunakan uang pecahan
berupa genteng atau kreweng. Upacara tersebut dilakukan dengan harapan supaya
nantinya ketika upacara resepsi banyak tamu dan banyak rejeki.

 Midodareni

Upacara ini biasanya dilaksanakan sebelum akad nikah dilakukan yaitu malam
menjelang akad nikah. Kegiatan dilakukan dengan maksud adalah malam melepaskan
masa lajang kedua calon pengantin dan dilaksanakan di rumah calon pengantin wanita.
Acara ini juga dilaksanakan dengan maksut bahwa calon pengantin pria dipastikan akan
hadir saat akad nikah dan juga sebagai bukti keluarga pihak perempuan benar-benar
telah siap melaksanakan prosesi pernikahan esoknya.

Midodareni sendiri berasal dari kata widodari yang berarti bidadari dan artinya adalah
membuat calon pengantin tampak sepeti seorang bidadari.

5. Puncak Acara Pernikahan Adat Jawa


 Ijab Kobul Pernikahan
Ini merupakan acara yang paling penting dalam sebuah pernikahan. Dimana dalam
acara tersebut sepasang calon pengantin akan bersumpah dihadapan naib, dan juga di
saksikan oleh wali, pinisepuh, dan orang tua penganti serta tamu undangan. Dalam
acara ijab kobul ini, ibu dari kedua orang pengantin tidak memakai giwang. Maksutnya
adalah untuk memperlihatkan keprihatinan sehubungan dengan pernikahan anaknya.

 Panggih

Ada beberapa tahapan acara dalam upacara panggih ini, yaitu sebagai berikut :

 Liron Kembar Mayang

Upacara ini merupakan upacara saling tukar kembar mayang antar pengantin.
Tujuannya adalah untuk menyatukan cipta, rasa, dan karsa dalam mewujudkan
kebahagiaan dan keselamatan bersama-sama.
 Gantal

Ini merupakan acara balang-balangan atau kegiatan saling melempar gantal (daun sirih
yang digulung menggunakan benang putih) oleh masing-masing pengantin.
Tujuannnya adalah untuk harapan supaya godaan yang datang akan hilang terkena
lemparan gantal tersebut.

 Ngidak endhog

Hal ini dilakukan oleh penganti pria dengan tujuan sebagai simbol seksual bahwa kedua
pengantin sudah pecah pamornya.

 Mencuci Kaki Penganti Pria

Tujuannya supaya benih yang diturunkan bersih dari hal dan perbuatan yang kotor.

 Minum Air Kelapa Muda (degan)

Air ini dianggap air suci, air hidup dan air mani atau manikem.

 Masuk ke pasangan

Maknanya bahwa pengantin telah menjadi satu pasangan yang siap dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya.

 Sindur
Maksudnya pasangan pengantin siap menghadapi segala tantangan dengan semangat
dan berani karena benar.

Selain itu  dalam acara tersebut juga dilangsungkan beberapa acara seperti :

1. Timbangan : hal ini dilakukan oleh bapak pengantin wanita duduk diantara kedua
pengantin. Dan kaki kanan bapaknya tersebut diduduki oleh pengantin pria, dan kaki
kirinya diduduki pengantin wanita.
2. Kacar Kucur : dalam acara ini pengantin pria akan mengucurkan penghasilan kepada
pengantin wanita dengan menggunakan uang receh. Tujuan acara ini bahwa pengantin
pria akan bertanggung jawab dan memberikan nafkah kepada keluarganya kelak.
3. Dulangan : acara ini merupakan acara suap-suapan makanan antara pengantin pria dan
wanita. Maknanya adalah laku memadu kasih di anatar keduanya.

 Sungkeman
Sungkeman merupakan upacara yang dilakukan oleh pengantin untuk mengungkapkan
bakti kepada kedua orang tua serta memohon doa restu. Cara sungkeman ini dilakukan
dengan berjongkok seperti menyembah kemudian menyentuh lutut orang tua
pengantin wanita. Diawali dengan wanita dahulu kemudian diikuti oleh pengantin pria.
Bila sudah selesai sungkeman ke orang tua wanita, dilanjutkan sungkeman ke orang tua
pria.

Demikian semoga bermanfaat!!!

« Pakaian Adat Betawi

Energi Alternatif »
Makna Lambang Negara Indonesia
Icha Aristya
Jan 23, 2020  1 min read

Anda mungkin juga menyukai