DISUSUN OLEH:
NAMA:YULI JESIKA
KELAS:REG A
NIM:(5223344024)
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah sejarah yakni CRITICAL BOOK REVIEW
yang berjudul “TATA RIAS PENGANTIN MELAYU DAN UPACARA ADAT PENGANTIN
MELAYU”.
Saya juga berterimakasih kepada ibu ALMAIDA VEBIBINA M.Pd. sebagai dosen
pengampu yang telah membimbing saya dalam penyelesaian tugas ini. Saya menyadari bahwa
tugas ini masih jauh dari kata sempurna dan tentunya memiliki banyak kekurangan, seperti
dalam bahasa maupun dalam penulisan.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi para pembaca.
Saya berharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca guna
penyempurnaan tugas ini. Akhir kata saya ucapkan terimakasih.
Medan,SEPTEMBER 2022
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................1
LATAR BELAKANG..................................................................................
RUMUSAN MASALAH..................................................................................
TUJUAN......................................................................................................
IDENTITAS BUKU 1
IDENTITAS BUKU 2
Pendahuluan
Latar belakang
Sumatera utara secara geografis terletak diantara provinsi aerah istimewa Aceh, sumatera
barat dan riau. Masing-masing etnis memiliki kebudayaan yang memikat dan berbeda satu sama
lain. Ini dapat dilihat dari adat istiadat, tradisi, fungsi, busana dan tata rias.
Tata Rias pengantin Melayu Sumatera Utara merupakan hasil penggabungan dari beberapa
melayu yang ada di sumatera utara yaitu melayu deli, melayu binjai, melayu langkat, melayu
serdang, melayu tanjung balai, melayu asahan, melayu batubara, dan melayu labuhan batu.
Penggabungan ini merupakan hasil dari pembakuan tata rias pengantin Melayu Sumatera Utara
yang dilaksanakan pada tahun 1993. Setelah pembakuan tata rias pengantin melayu sumatera
utara terus disosialisasikan dan terjadi perubahan.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Adat istiadat dan Tata Rias Penganti Melayu Sumatera Utara
2. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan Adat istiadat dan Tata Rias Penganti Melayu
Sumatera Utara.
3. Bagaimana asumi dan dimensi Adat istiadat dan Tata Rias Penganti Melayu Sumatera Utara
4. Bagaiman perkembangan Adat istiadat dan Tata Rias Penganti Melayu Sumatera Utara dari
dulu hingga sekarang
5. bagaimana kelengkapan dalam Tata Rias Adat istiadat dan Tata Rias Penganti Melayu
Sumatera Utara
6. bagaimana peraturan atau tahapan dalam pelaksanaan ada istiadat dalam Adat istiadat dan
Tata Rias Penganti Melayu Sumatera Utara
1
Tujuan
a) Mengetahui bagaimanakah Adat istiadat dan Tata Rias Penganti Melayu Sumatera Utara
b) Memahami peran Adat istiadat dan Tata Rias Penganti Melayu Sumatera Utara
c) Memahami peran serta kerabat-kerabat atau pihak yang bersangkutan dalam pelaksanaan Adat
istiadat dan Tata Rias Penganti Melayu Sumatera Utara
d) Memahami bagaimana upaya-upaya yang dilakukan dalam pewujutan Adat istiadat dan Tata
Rias Penganti Melayu Sumatera Utara
e) Untuk dapat menbandingkan antara 2 buku yang membahas materi yang sama
2
BAB II 3
PEMBAHASAN
Identitas Buku
Buku I
Judul buku : Tata Rias Pengantin Melayu Sumatera Utara
Pengarang : Desy Afiyanty Lubis, M.Pd
Nurhayati Lubis, S.Pd
Penerbit : Unimed Press
Editor : Drs. Fuad Erdansyah, M.Sn
Tahun terbit : 2015
Tebal halaman : 170 halaman
No ISBN : 9-786020-888248
Buku II
Judul buku : Upacara Adat Melayu di Sumatera Utara
Pengarang : Frizal Nasution
Penerbit : Mitra
Tahun terbit : 2012
Editor : Tim Editor MITRA Medan
No ISBN : 978-602-245-002-1CC
Tebal halaman : 84 halaman
Ringkasan Buku
A. Perkawinan
Upacara perkawinan keturunan para bangsawan berbeda dengan perkawinan orang biasa.
Untuk keturunan bangsawan melayu harus menikah denga sesama golongan bangsawan. Jika
wanita golongan bangsawan menikah dengan laki-laki keturunan yang dibawahnya merupakan
suatu pelanggaran adat istiadat perkawinan, dan mereka akan diceraikan oleh mahkamah
kerajaan dan laki-laki diberi hukuman badan (kurungan/penjara). Tetapi perkawinan ini akan
mejadi legal jika memperoleh izin dari raja, dengan cara menaikkan status laki-laki itu menjadi
bangsawan dengan mempertibangkan dan memperhatikan pengabdiannya terhadap kerajaan/raja.
B. Proses Perkawinan
1. Merisik dan Menghulu Telangkai
Merisik merupakan suatu kegiatan memilih jodoh yang dilakukan oleh orangtua atau
untuk mencari calon istri bagi anak laki-lakinya
2. Jamu Sukut
Setelah penghulu telangkai melaksanakan tugasnya dengan baik sebagai rasa terimakasih
maka orangtua pihak laki-laki akan memberi imbalan atas usaha yang telah dilakukannya.
Orangtua sigadis setelah menerima pinanagan kemudian mengundang puang-puang, kerabat
dekat, anak beru untuk melakukan jamuan makan. Pada jamuan makan ini orangtua sigadis akan
mengumumkan bahwa anak gadisnya telah menerima pinangan, dan menceritakan asal-usul
keluarga pihak laki-laki
3. Meminang
Meminang ialah upacara yang dilakukan untuk meminta persetujuan setelah proses melamar gadis
yang akan dinikahi. Pihak pria akan menbawa tepak bersama tepak sirih yang tediri dari :
a) 1 sirih perisik
b) 1 sirih peminang 4
c) 1 sirih ikat janji
d) 4 sirih pengiring
Dari pihap calon perempuan juga akan mempersiapkan tepak sirih berupa :
4. Ikat Janji
Tepak sirih dibuat dalam berbagai bentuk, seperti buah-buahan, rumah-rumahan binatang,
dan lain-lain yang indah dan beraneka warna.
6. Upacara Berinai
a) Berinai curi
b) Berinai tengahan (berinai kecil)
c) Berinai besar
.5
Upacara adat berinai ini merupakan pengaruh dari ajaran hindu yang memiliki makna
dan tujuan untuk menjauhkan diri dari bencana, membersihkan diri dari hal-hal kotor, mengusir
setan, menambah tenaga dan menjaga diri gegala hal yang tidak baik. Selain itu, juga bertujuan
untuk memperindah calon pengantin agar terlihat tampak cantik, bercahaya, menarik, dan cerah.
8. Malam Bersanding
Malam bersanding ialah malam dimana pengantin laki-laki dan perempuan duduk
dipelaminan secara berhadapan untuk mencium tangan kedua orang tuanya meminta doa restu
didepan para rombongan dan para penatua.
9. Akad Nikah
Pada hari an jam yang sudah di ditentukan maka pengantin laki-laki mengenakan pakaian
yang telah disepakati diantar oleh rombongan dikepalai oleh anak beru untuk melakukan akad
nikah. Akad nikah dilakukan menurut ajaran agama islam.
Pengantin yang telah memakai baju pengantin melayu di iringi oleh kedua anak beru
kedua pengantin didudukkan ditempat akan berlangsungnya acara makan nasi hadap-hadapan.
Setelah habis makan nasi berhadap-hadapan maka kedua pengantin masuk kamar. Pengantin
perempuan menyembah dan mencium tangan laki-laki. Pada saat itu pengantin pria memasukkan
cincin kejari tangan pengantin perempuan.
6
11.Lepas Halangan 7
Keesokan harinya atau beberapa hari kemudian dilakukan acara dinamakan “halangan”
telah lepas. Setelah lepas dari halangan dengan selamat itu maka puang-puang dan ibu bapak
kedua mempelai menepung tawari kedua pengantin tersebut, acara ini cukup dilakukan didalam
kamar saja.
Tahapan acara sama seperti acara mandi berdimbar I dan dihadiri juga oleh keluarga
kedua belah pihak. Setelah itu pengantin laki-laki memberikan lagi “cemetuk” II kepada
pengantin perempuan. Setelah 7 hari kawin maka pengantin perempuan “meninggalkan
subangnya” (kerabu yang juga tanda kegadisan)
13.Meminjam Pengantin
Pada hari yang telah ditentukan oleh orangtua pengantin laki-laki dipinjamkan lah kedua
mempelai untuk diadakan upacara dirumahnya. Kedua pengantin dijemput oleh anak-anak beru
(baik pria maupun wanita).
a) Ramuan penabur
b) Ramuan perincis
c) Pedupaan
3. Balai
D. Bentuk-bentuk Perkawinan
1. Lari Kawin
Ada juga kejadian dimana kedua orang remaja telah saling mengenal dan mengikat janji sehidup
semati tetapi perkawinan mereka dirasa kemungkinan besar akan ditolak ataupun telah ditolak
pinangannya oleh orangtua sigadis, maka direncanakan beberapa cara yaitu :
a) Si gadis lari kerumah tuan kadi dan tidak mau turun jika tidak dinikahi oleh sang pemuda
pujaan hatinya.
b) Putus wali karena mereka berdua melakukan pernikahan didepan tuan kadi ditempat yang
jaraknya dua Marhalla (100 km) dari rumah sigadis.
Jika orangtua sigadis berkeras tidak setuju, maka terjadilah “putus wali” atau “dienggankan”
2. Perkawinan janda
Seseorang perempuan dikatakan “janda” jika terjadi atas dirinya salah satu sebab yaitu :
Sejak janda ia boleh kawin kembali dengan laki-lain atau rujuk kembali dengan mantan
suaminya.
a) Meminang janda
b) Perkawinan janda berhias
8
Tata Rias Busana dan Kelengkapan Pengantin melayu Sumatera Utara
A. Tahap persiapan
Persiapan area kerja
Persiapan alat dan bahan serta perlengkapannya
Persiapan kosmetik
Persiapan busana dan perhiasan
Persiapan model/ calon pengantin
Persiapan pribadi
B. Tata rias wajah, sanggul, busana, serta perhiasan pengantin
Dalam merias pengantin umsur budaya dari suatu bangsa memiliki peran penting
dalam menunjukkan identitas diri dan keluarga pengantin.
Sanggul berfungsi etika karena dwngan menjunjung sanggul ini pengantin menjaga
keseimbangan,pengantin harus tertib dan berikat tegguh. Menurut kusuma sanggul sebagai
menggulung rambut perempuan diatas atau kebelakang kepala. Sanggul ini juga disebut sebagai
kudai atau konde. Adapun penhiasan sanggul terdiri atas :
9
BAB III
KELEMAHAN DAN KEUNGGULAN
BUKU I
Kekurangan buku ini adalah kurangnya penjelasan tentang sejarah semua yang digunakan oleh
pengantin.
BUKU II
Kelebihan, memiliki banyak contoh-contoh sehingga cepat mengerti, adanya penjelasan tahap
pertahap atau cara-caranya.
10
BAB IV
KESIMPULAN
11. Upacara perkawinan keturunan para bangsawan berbeda dengan perkawinan orang
biasa. Untuk keturunan bangsawan melayu harus menikah denga sesama golongan
bangsawan. Ada banyak kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi syarat
pernikahan. Salah satunya adalah Upacara Berinai
Berinai curi
Berinai tengahan (berinai kecil)
Berinai besar
Upacara adat berinai ini merupakan pengaruh dari ajaran hindu yang memiliki makna dan
tujuan untuk menjauhkan diri dari bencana, membersihkan diri dari hal-hal kotor, mengusir
setan, menambah tenaga dan menjaga diri gegala hal yang tidak baik. Selain itu, juga bertujuan
untuk memperindah calon pengantin agar terlihat tampak cantik, bercahaya, menarik, dan cerah.
11