Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ADAT DAN TRADISI PERNIKAHAN ADAT BATAK KARO


DARI DAERAH SUMATERA UTARA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah sanggul dan busana daerah
Dosen Pengampu : Ibu Elok Novita S.Pd., M.Pd

Disusun oleh :
MILA ANJANI
(23090420004)
AURA NUR THAHARA LAILA SAHARANI
(23090420006)
BUNGA ANGGRAETATI
(23090420003)

TATARIAS DAN KECANTIKAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya kepada penulisan sehingga penulis bisa berhasil menyelesaikan makalah ini, yang Alhamdulillah
tepat pada waktunya yang berkaitan dengan Tata Rias Pengantin Karo.
Dan juga tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu Tata Rias
Pengantin yang mendukung pelaksanaan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai dan
memberkati segala usaha kita semua amin.

Wates 6, September 2023

Penyusun kelompok Sumatera Utara

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................i

DAFTAR ISI .......................................................................................................................ii

PENDAHULUAN ...............................................................................................................iii

A. Latar Belakang ..................................................................................................iii


B. Tujuan Penulisan ...............................................................................................iii
BAB I ADAT ISTIADAT SEBELUM PERNIKAHAN ......................................................1
1.1 Prosesi Kerja Adat ...............................................................................................1
BAB II ADAT BUDAYA SEBELUM PERNIKAHAN .......................................................3
2.1 Kerja Adat............................................................................................................3
2.2 Persadan Tendi ....................................................................................................3
BAB III BUDAYA SEBELUM PERNIKAHAN .................................................................4
3.1 Ngulih Tudung ....................................................................................................4
3.2 Ertaktak ...............................................................................................................4
BAB IV PERKEMBANGAN TATARIAS, BUSANA,
DAN AKSESORIS...............................................................................................................5
4.1 Tatarias ................................................................................................................5
4.2 Busana Pernikahan adat karo ...............................................................................5
4.3 Aksesoris .............................................................................................................8
BAB V MAKANAN KHAS PERNIKAHAN ADAT KARO ..............................................14
BAB VI PENUTUP.............................................................................................................17
6.1 Kesimpulan .........................................................................................................17
6.2 Saran ...................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................18

ii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki kebiasaan dan tradisi yang berbeda. Kebiasaan dan
tradisi tersebut dipengaruhi oleh pola pikir masyarakatnya. Serta dipengaruhi juga oleh berbagai
macam aspek-aspek dalam kehidupan, antara lain kepercayaan, adat istiadat, pengaruh politik dan
keadaan bumi. Karena faktor tersebut, lahir dan terbentuklah berbagai suku bangsa di Indonesia.
Menurut Aswar (1999; 1) Masing-masing memiliki aneka ragam bentuk kebudayaan. bahkan tidak
jarang diantara mereka terdapat perbedaan rasam (tradisi, kebiasaan) yang mencolok. Adat istiadat
merupakan peninggalan fatwa dan ajaran berumah tangga serta bernagari, Bentuk adat istiadat
terungkap pada petatah-petitih yang merupakan susunan tata nilai dan sastra lisan yang tetap hidup
sampai saat ini. Peranan petatah-petitih ini sangat penting dalam menafsirkan kebesaran adat
Minangkabau. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk kebudayaan dan keseniannya, termasuk bentuk
ragam hiasnya (Aswar, 1999: 64).
Suku karo adalah suku asli yang mendiami dataran Tinggi Karo, Kabupaten deli serdang, Kota Binjai,
Kabupaten Langkat, Kabupaten Dairi, Kota Medan, dan Kabupaten Aceh Tenggara. Nama suku ini
dijadikan salah satu nama kabupaten di salah satu wilayah yang mereka diami (dataran tinggi Karo)
yaitu Kabupaten Karo.Suku ini memiliki bahasa sendiri yang disebut Bahasa Karo. Suku Karo
mempunyai sebutan sendiri untuk orang Batak yaitu Kalak Teba umumnya untuk Batak Tapanuli.
Pakaian adat suku Karo didominasi dengan warna merah serta hitam dan penuh dengan perhiasan
emas.Didalam makalah ini akan membahas pernikahan adat batak karo.

B. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui tentang cara adat istiadat pernikahan suku batak karo yang mempunyai tahapan-
tahapan yang harus dijalankan dalam pra-nikah, hari pernikahan dan sesudah melaksanakan
pernikahan.

iii
BAB l ADAT ISTIADAT SEBELUM PERNIKAHAN
1.1 Prosesi kerja adat
a. Sitandan Ras Keluarga Pekepar
Pada tahapan ini dilakukan tahapan perkenalan antara kedua keluarga calon
mempelai. Sama dengan pertemuan keluarga pada umumnya dimana keluarga kedua belah
pihak akan yang akan membahas mengenai waktu yang tepat untuk menggelar acara
selanjutnya yaitu meminang atau biasa disebut dengan istilah Mbaba Belo Selambar.
Sekaligus juga kedua orang tua kedua calon pengantin akan menyampaikan kepada Anak
beru masing masing. Anak beru disini akan membantu kedua keluarga sebagai penyambung
lidah kepentingan dua kelompok keluarga.
b. Mbaba Belo Selambar (membawa selembar daun sirih)
Mbaba belo selambar artinya adalah membawa selembar daun sirih, yang merupakan
acara untuk meminang sang wanita. Disini sang wanita akan ditanyai kesiapan dirinya beserta
keluarga untuk dipinang oleh keluarga pria. Mbaba Belo selambar ini juga menjadi ajang
untuk pertemuan kedua keluarga mempelai. Biasanya dilaksanakan
dirumah Kalimbubu dengan sang pihak pria akan datang membawa makanan yang lengkap
dengan nasi dan lauk – pauknya. Makanan yang dibawa ini akan menjadi hidangan di acara
makan siang bersama kedua keluarga. Setelah acara makan siang selesai, barulah kedua
keluarga akan mulai membahas rencana tradisi selanjutnya yaitu nganting manuk. Pada
prosesi Mbaba belo selambar ini yang menjadi juru bicara adalah masing – masing anak
beru kedua keluarga yang disaksikan langsung oleh kalimbubu beserta kedua keluarga calon
mempelai lainnya.

c. Ngantig Manuk
Pada prosesi ini kedua keluarga akan melakukan pertemuan kembali untuk membahas
lebih detil hal-hal mengenai pernikahan. Mulai dari hari dan tempat pelaksanaan, mahar,
hingga hutang – hutang adat pada pesta pernikahan yang dilaksanakan nantinya.Karena tradisi
adat yang sangat kental dan sejumlah prosesi acara pernikahan adat Karo yang panjang juga,
maka sudah banyak yang mulai menyederhanakan rangakaian upacara adat tersebut dengan
menggabungkan acara ngantig manuk dengan mbaba belo selambar. Setelah acara maka
siang bersama usai, maka musyawarah antar keluarga dimulai untuk membahas detil
pernikahan pesta adat. Akan tetapi ada peraturan jika prosesi pernikahan tidak boleh lebih
dari 1 bulan sesudah melaksanakan tahapan Ngantig Manuk.
Acara nganting_manuk zaman dahulu diadakan pada malam hari di awali
dengan makan bersama, yang lauk utamanya adalah ayam (manuk) yang di masang dengan
jagung tua ditumbuk (cipera). dahulu pihak pria Sebelum makan, terlebih dahulu
menyerahkan luah (oleh-oleh) berupa gulame (dodol) atau rires (sesuai daerah masing-
masing) dan nakan baluten sudah ada. Pada acara nganting manuk, kampil persentabin
sebanyak enam buah harus ada, yang berisi peralatan merokok dan makan sirih. Sebelum
musyawarah (runggu) dimulai terlebih dahulu kampil sebanyak lima buah diserahkan kepada
piha perempuan dan diteruskan kepada; Sukut,Kalimbubu singalo bere-bere, kalimbubu
singalo perkempun,Singalo perbibin,dan Anak beru.
1
2
BAB ll ADAT BUDAYA SAAT PERNIKAHAN
2.1 Kerja Adat
Sebelum melakukan kerja adat ini, biasanya dilakukan dahulu tahapan pengesahan secara
agama yang dianut. Baru setelah usai, maka dilanjutkan dengan prosesi kerja adat di tempat sang
wanita yang telah ditentukan.Pada tahapan ini seluruh sanak keluarga yang diundang akan berkumpul
semua dan akan melakukan prosesi adat runggu sangkep nggeluh dan tahapan acara lainnya. Dihadir
oleh sanak keluarga yang ramai berdatangan, maka suasana yang tercipta lebih suka cita namun tetap
sakral juga karena diisi dengan doa dan juga nasihat dar para kalimbubu masing-masing. Selain itu
pada tahap ini, kedua mempelai yang telah sah menjadi suami istri diwajibkan untuk menari atau
biasa disebut landek.

2.2 Persadan Tendi


Setelah prosesi kerja adat selesai, masih ada rangkaian prosesi lainnya yaitu Persadan Tendi.
Prosesi Persadan tendi ini dilakukan bertujuan untuk memberikan makanan sebagai pemulihan tenaga
kepada kedua mempelai yang telah lelah melalui berbagai tahapan prosesi pernikahan adat Karo.
Untuk Pelaksanaanya sendiri, dilakukan pada malam hari pada hari yang sama setelah kerja adat.
Diikuti dengan acara makan malam bersama oleh seluruh sanak keluarga kedua belah keluarga yang
diikuti
3
BAB lll BUDAYA SESUDAH PERNIKAHAN
3.1 Ngulih Tudung
Ngulih tudung dilakukan 2 – 4 hari setelah pesta adat usai.Prosesi ini ditandai dengan kedua
orang tua pihak pria datang kembali kerumah Orang tua pihak perempuan sambil membawa hantaran
makanan. Kemudian pihak keluarga pria akan mengambil kembali pakaian-pakaian adat pihak pria
yang mungkin saja ada yang tertinggal pada saat acara pesta kerja adat berlangsung.

3.1 Ertaktak
Ertatak bisa dikatakan sebagai prosesi terakhir dalam rangkaian acara pernikahan adat Karo.
Dimana pada waktu yang telah ditentukan kedua keluarga pengantin akan bertemu dirumah
Kalimbubu pihak wanita untuk membahas pengeluaran biaya – biaya acara pesta adat yang telah
berlangsung. Pembahasan ini merinci secara detil pengeluaran biaya apa saja yang keluar dan juga
merinci biaya apa saja yang mungkin terlewatkan untuk dibayarkan oleh pihak pria sesuai dengan
kesepakatan yang sebelumnya telah ditentukan pada tahapan persiapan kerja adat. Setelah acara
Ertaktak ini selesai dilaksanakan, maka ditutup dengan acara makan bersama antara kedua keluarga
yang hadir.\

4
BAB IV PERKEMBANGAN TATA RIAS, BUSANA, DAN AKSESORIES

4.1 Tata Rias


a. Tatarias pengantin Wanita
Rias wajah bukan merupakan suatu hal baru, karena sejak ribuan tahun yang lalu sudaly
dikenal dan diterapkan khususnya oleh kaum wanita, dimana setiap bangsa memiliki standar
tertentu akan arti cantik. Hal ini seiring dengan perkembangan zaman, teknologi, kemajuan
kosmetik, dan peralatan yang modern sehingga konsep kecantikan, khususnya merias wajah telah
berubah dengan pesat. Tata rias pengantin meliputi di dalamnya tata rias wajah, tata rias rambut
serta busana yang dikenakan pengantin namun dari kesemuanya itu yang memiliki tingkat
kesukaran yang tinggi adalah merias wajah. Dalam merias wajah maka tindakan utama yaitu
menonjolkan bagian wajah yang sempurna dan menutupi kekurangan pada wajah dengan
keterampilan pengolesan kosmetika.

4.2 Busana Pernikahan Adat Karo(Sumatra Utara)


a. Pengantin Wanita
 Uis Kelam - Kelam
Uis Kelam kelam adalah kain yang digunakan oleh pengantin wanita untuk penutup kepala.
Uis Kelam kelam merupakan kain yang digunakan untuk pelapis tudung bagian tengah. Uis
Kelam-kelam merupakan kain yang berwarna hitam pekat dan tanpa motif. Bahan kain ini
bertekstur tipis hanya, kain ini bersifat lebih keras karena dibuat menggunakan kapas yang
ditenun manual secara tradisionil. Ukuran kain ini berukuran panjang 168 cmx80 cm.

 Uis Gara
Untuk tudung bagian terluar, pengantin wanita menggunakan Uis Gara. Uis
Gara berwarna merah tua dan ada juga yang memiliki motif garis-garis kecil
14berwarna putih ditengahnya. Tepian kain ini berwarna merah tua dan
ujungnya berumbah, dan sebagian kain ini memakai benang emas. Uis Gara
memiliki 2 macam jenis. Uis Gara yang menggunakan benang emas biasanya
digunakan untuk upacara tertentu seperti pernikahan, sedangkan yang tidak
menggunakan emas digunakan oleh wanita untuk kegiatan sehari hari sebagai
penutup kepala. Uis Gara dibuat dengan bahan kapas yang dipintal secara
manual dan diberi zat pewarna alami.
5
 Kebaya
Untuk pakaian, pengantin wanita biasa menggunakan kebaya. Warna kebaya
umumnya berwarna merah atau emas senada dengan kain lainya.

 Uis Nipes
Uis Nipes adalah kain yang digunakan sebagai kain terluar yang dililit di
pinggang pengantin wanita.Uis nipes digunakan pengantin wanita dari atas
pinggang hingga bagian tengah paha. Kain ini memiliki berbagai macam motif
serta warna. Uis nipes biasanya memiliki warna ungu, merah, coklat atau
hijau. Uis Nipes memiliki ukuran panjang 146 cm x 74 cm.

 Uis Julu
Uis Julu merupakan kain yang digunakan pengantin wanita sebagain kain
kedua sebelum menggunakan Uis Nipes. Uis Julu digunakan wanita dari
pinggang hingga lutut. Uis Julu bersifat lebih lebih tebal serta memiliki warna
hitam kebiruan. Ukuran Uis Julu biasanya sama dengan Uis Nipes dengan
ukuran panjang 146 cmx 74 cm.

6
 Kampuh
Pengantin wanita memakai kampuh sebagai kain yang dililit di pinggang
sebelum Uis Nipes. Kampuh digunakan pengantin wanita dari pinggan hingga
menutupi mata kaki pengantin wanita. Menurut Davit Purba, (2016) Kampuh
biasanya menggunakan motif bunga matahari yang melambangkan sukacita
dan harapan agar murah rejeki.

a. Pengantin Pria
 Uis Beka Buluh sebagai Bulang - Bulang
Pada acara pernikahan adat Suku Batak Karo, pengantin pria menggunakan
penutup kepala yang disebut dengan bulang-bulang. Bulang – bulang pada
pakaian pernikahan tersebut menggunakan kain yang bernama Uis Beka
Buluh atau disebut dengan Beka Buloh. Pada saat pesta pernikahan, kain ini
dipakai pengantin pria sebagai simbol dan wibawa bagi seorang putra karo.
Menurut Davit Purba (2016), “Uis Beka Buluh memiliki ciri yang tegas
sehingga menghasilkan kesan wibawa pada pengantin pria”. Uis Beka Buluh
memiliki panjang kain 166 cm x 86 cm.

 Uis Gara sebagai Selempang pada Pengantin Pria


Menurut buku Tata Rias Pengantin Sumatra Utara halaman 40, Pengantin pria menggunakan
Uis gara yang dibentuk dari bahu kiri ke bahu sebelah kanan dengan bagian belakang
membentuk segitiga. Kain Uis gara yang digunakan biasanya berukuran 166 cm x 82 cm.

7
 Uis Gatip Jongkit sebagai Sarung
Pengantin Pria dalam upacara pernikahan menggunakan Uis Gatip Jongkit sebagai sarung
atau penutup kaki yang dipasang di pinggang. Menurut buku Tata Rias Pengantin Sumatra
Utara halaman 40, Motif yang dipasang pengantin pria senada dengan motif yang dipasang
dipengantin wanita agar terlihat indah. Menurut Davit Purba (2016) Uis Gatip Jongkit memiliki
kesan teguh serta perkasa bagi seorang putra Karo.

 Kemeja dan Jas


Untuk pakaian utama, pengantin pria Suku Batak Karo biasanya menggunakan kemeja
serta jas berwarna hitam. Untuk kemeja, pengantin pria menggunakan warna yang senada
dengan pakaian pengantin wanita dan jas yang dikenakan.

b. Aksesories wanita
 Sertali Layang - Layang Kitik
Menurut buku Mengenal Rasa, Karsa, dan Karya Kebudayaan Karo halaman
181 (2016), pengantin wanita dalam acara pernikahan menggunakan Sertali
Layang – Layang Kitik yang dikaitkan di tudung pengantin wanita. Sertali
Layang – Layang Kitik memiliki motif layang – layang. Sertali Layang –
Layang Kitik terbuat dari bahan emas atau perak yang disepuh oleh emas .

 Kodang – Kodang
Untuk menambah keindahan pada tudung pengantin wanita karo, aksesoris
yang dipasang adalah Kodang – Kodang. Menurut Tata Rias Pengantin
Wanita Sumatra Utara halaman 38 (2016), “Kodang – Kodang dipasang di
ujung kiri dan kanan tudung pengantin wanita karo”. Kodang – kodang terbuat
dari emas.

8
 Padung Raja Mehuli
Dalam upacara pernikahan, pengantin wanita menggunakan Padung Raja
Mehuli sebagai perhiasan yang dipasang di telinga pengantin wanita. Padung
Raja Mehuli terbuat dari emas serta memiliki motif daun pakis. Menurut buku
Mengenal Rasa, Karsa, dan Karya Kebudayaan Karo halaman 183 (2016),
“Padung Raja Mehuli digunakan sebagai hiasan saja dan digunakan dalam
acara seperti pernikahan atau syukuran memasuki rumah baru”.

 Kalung Bura
Menurut buku Mengenal Rasa, Karsa, dan Karya Kebudayaan Karo halaman
187 (2016), “Pengantin wanita menggunakan Kalung Bura atau Bura Sertali
Layang – Layang yang dikalungkan di leher pengantin wanita”. Pengantin
wanita menggunakan kalung Bura Sertali Layang – Layang untuk menambah
keanggunan pengantin wanita tersebut. Kalung Bura Sertali Layang – Layang
terbuat dari emas.

 Gelang Leang Hiboel


Pengantin wanita menggunakan aksesoris tambahan pada pergelangan tangan
menggunakan gelang yang bernama Gelang Leang Hiboel. Gelang Leang
Hiboel terbuat dari emas.

9
 Cincin Tapak Gajah
Pengantin wanita menghias jari manisnya menggunakan Cincin Tapak Gajah.
Cincin Tapak Gajah terbuat dari emas ataupun perak yang disepuh
menggunakan emas. Menurut buku Mengenal Rasa, Karsa, dan Karya

Kebudayaan Karo halaman 177 (2016), “ Cincin Tapak Gajah hanya


digunakan pada saat pesta adat dan digunakan hanya untuk menambah kesan
keindahan atau hiasan”.

c. Aksesories Pria

 Sertali Rumah – Rumahan Kitik


Pengantin Pria Suku Batak Karo menggunakan Perhiasan yang dipasang di
tudungnya menggunakan hiasan yang bernama Sertali Rumah – Rumahan
Kitik. Menurut Tata Rias Pengantin Wanita Sumatra Utara halaman 38 (2016),
“Sertali Rumah – Rumahan Kitik dililitkan di bulang bulang atau tudung
pengantin pria tersebut. Sertali Rumah – Rumahan Kitik terbuat dari emas.

 Kalung Surtali
Untuk bagian leher, pengantin pria menggunakan Kalung Surtali yang
dikalungkan di leher pengantin tersebut. Kalung Surtali terbuat dari emas.

 Gelang Marsarung atau Leang Marsarung


Menurut buku Mengenal Rasa, Karsa, dan Karya Kebudayaan Karo halaman
180 (2016), Pengantin pria menggunakan Gelang Marsarung untuk aksesoris
atau perhiasan di pergelangan tanganya. Gelang Marsarung terbuat dari emas
atau perak yang disepuh emas.
10

 Tudung Mayang
Untuk menambah keindahan pada bulang – bulang atau hiasan kepala,
pengantin pria menggunakan Tudung Mayang yang ditancapkan di bulang -
bulangnya tersebut. Menurut buku Mengenal Rasa, Karsa, dan Karya
Kebudayaan Karo halaman 180 (2016), “Tudung Mayang terbuat dari emas”.

 Cincin Tapak Gajah


Pengantin pria juga menghiasi jari manisnya dengan menggunakan Cincin
Tapak Gajah. Cincin Tapak Gajah terbuat dari emas ataupun perak yang
disepuh menggunakan emas. Menurut buku Mengenal Rasa, Karsa, dan Karya
Kebudayaan Karo halaman 177 (2016), “ Cincin Tapak Gajah hanya
digunakan pada saat pesta adat dan digunakan hanya untuk menambah kesan
keindahan atau hiasan”.
11
4.3 Pelaminan /Dekorasi Adat batak karo

a. Ornamen gorga
Ornamen yang satu ini dapat kita temukan dibagian luar rumah tradisionalnya.
Ornamen tersebut berupa ukiran, selain itu pada ornamen dekorasi pelaminan adat batak,
terdapat ornamen gorga yang bentuknya seperti cicak. Hampir di setiap acara pernikahan
dengan konsep tradisional tentu memiliki keunikan dan juga maknyanya sendiri apalagi adat
Batak. Selain itu, pernikahan tradisional ini identik dengan pakis, garis geografis serta rotan
berduri.
b. Kain Ulos
Dimana disetiap pernikahan kamu bisa jadikan kain tersebut untuk menutup
latar belakang photobooth atau penutup meja. Tujuannya supaya tamu yang kamu
undang pada saat mengabadikan foto disana tentu berkesan kental adatnya. Disisi lain,
kain ulos sendiri banyak sekali motifnya.
c. Ornamen Maindailing
Ornamen yang sering ditaruh bunga – bunga maupun benda alam lainnya
misalkan bintang, matahari dan bulan, juga warna yang digunakan pun hasil dari
perpaduan merah, emas, hijau, hitam dan kuning. Desain tersebut ditunjukan pada
pandangan hidup masyarakat serta nilai budaya agar bisa mencapai kebahagiaan dan
kemuliaan.
d. Rumah Bolon
Bangunan tersebut, terdapat konsep yang digambarkan peradaban manusia.
Selain itu, terdapat 3 bagian yang mempunyai dimensi yang berbeda – beda. Awalnya
rumah tersebut berbentuk rumah panggung dengan tiang sebagai
penyanggahnya. khasnya yaitu atapnya yang melengkung seperti tanduk kerbau.
e. Desain Gorga
Dekorasi pelaminan adat Batak yang satu ini akan menonjolkan unsur gorganya
supaya hal tersebut dapat dikenal oleh masyarakat luar bahwa ukiran yang sering kali
ada di Batak memiliki nilai seni yang tinggi.

12
4.4 Dekorasi Taman & Pelaminan
Ornamen yang kamu padukan menggunakan warna serta ukiran dengan warna
keemasan agar terlihat sangat mewah. Supaya dekorasi pelaminan adat Bataknya lebih kental
lagi, kamu juga jangan sampai lupa dengan patung khasnya yang kerap kali disebut Galegale.

13
BAB V
MAKANAN KHAS PERNIKAHAN ADAT KARO

1. Cimpa Unung-unung
Berbahan dasar beras ketan merah atau beras putih. Adonan beras ketan tersebut diisi
dengan gula merah atau gula aren lalu dibungkus daun pisang.

2. Tasak Telu
Berbahan dasar daging ayam kampung yang dicampur dengan darah ayam. Kadang-kadang
darah ayam juga dapat digantikan dengan menggunakan hati ayam dan rempela.

3. Arsik Nurung Mas


Berbahan utama ikan mas dengan rempah-rempah yang beragam. Rasa pedas ini dihasilkan
oleh rempah bernama andaliman atau merica Batak.

4. Babi Panggang Karo


berbahan utama irisan daging babi yang dipanggang kemudian dimakan bersama tiga jenis
sambal. Sambal tersebut yaitu, sambal pedas, sambla dari darah babi yang dimasak dengan
lada dan cabai, dan semangkuk kaldu hasil rebusan tulang babi.

5. Saksang
berbahan dasar daging babi, anjing, atau kerbau. Kemudian daging dicincang lalu dibumbui
dengan rempah-rempah dan santan. Daging dimasak menggunakan darah dari hasil
sembelihan hewan.

14
6. Trites
Trites adalah makanan yang terbuat dari rumput-rumputan yang ada di dalam usus sapi,
kambing, atau kerbau. rumput-rumputan tersebut bukan berasal dari usus besar hewan atau
singkatnya makanan ini bukan berasal dari kotoran kerbau. Makanan ini dicampur rempah-
rempah dan diberi kuah.

7. Anyang Pakis
Anyang pakis yang terbuat dari tanaman pakis atau biasa juga disebut dengan tanaman
paku yang diberi parutan kelapa.

8. Ayam Cipera
Berbahan dasar ayam kampung dan tepung jagung. Kuahnya yang khas dan kental karena
dicampur dengan tepung beras dan juga jamur serta rempah-rempah.

9. Kidu-kidu
Berbahan dasar dari ulat sagu.

10. Gule Kuta-kuta


gulai ini menggunakan bunga kecombrang dan asam cekala.Selain ayam, makanan ini juga
dapat ditambahkan dengan potongan kentang.

11. Manuk Getah


Makanan yang juga terbuat dari daging ayam kampung.

15
12. Cintang Bohan
berbahan dasar sayuran yang unik yaitu campuran daun ubi, jantung pisang, rimbang, inti
batang pisang, daun bawang, tomat, kencung, kemiri, dan asam cikala.

13. Pagit-pagit
Makanan yang mirip dengan terites yaitu terbuat dari sayuran yang berasal dari usus hewan
pemamah biak. Sayuran ditambahkan dengan bagian perut sapi berupa babat dan sumsum
tulang sapi.

14. Lemang
Bahan utama beras ketan dan dimasak pada seruas bambu. Tepung beras yangmerupakan
bahan untuk lemang dibungkus terlebih dahulu dalam daun pisang.

15. Sayur Gurih Taucho


Sayur ini terbuat dari santan gurih diberi udang dan daging yang sudah dibumbui taucho
sebelumnya.

16
BAB VI PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
Berdasarkan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan tata rias
pengantin Karo tentunya kita harus mengetahui lebih aturan yang telah ditentukan
Penggunaan makeup juga harus disesuaikan dengan bentukan wajah, agar lebih serasi dan
indah dilihat Riasan pengantin Karo tidak beda jauh dengan rias pengantin lainnya namun kita
harus paham mengenai adat dan istiadat Batak Karo

6.2 SARAN
Penulis menyadari sepenuhnya jika makalah ini masih banyak kesalahan dan jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, untuk memperbaiki makalah tersebut penulis meminta kritik
yang membangun dari para pembaca.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/501501876/Tr-Makalah-Trp-Karo
http://jurnal.una.ac.id/index.php/jkb/article/download/2223/1807.
https://weddingmarket.com/artikel/dekorasi-pelaminan-adat-batak
https://www.scribd.com/doc/140186111/Makalah-Adat-Pernikahan-Jawa#

Resep Tasak Telu, Makanan Khas Karo yang Bikin Ngiler (idntimes.com)

https://www.topijelajah.com/makanan-khas-karo.html
https://www.seputarpernikahan.com/meriahnya-3-tahapan-prosesi-pernikahan-adat-karo-yang-harus-
kamu-ketahui/

18

Anda mungkin juga menyukai