Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN MINI RISET DAN PROJECT

Mata Kuliah : Sejarah Rias

“Adat Istiadat Pernikahan Adat Jawa Solo”

Dra. Rohana Aritonang Tobing, M.Pd dan Almaida Vebibina, S.Pd.,M.Pd

Link Youtube : https://youtu.be/f2g7LBYY3dA

Disusun Oleh :
Nia Laurentin Simanjuntak (5213344005)
Yohana Veronika (5213144043)
Erlina Safitri (5213344014)
Mona Safari (5213344029)

Pendidikan Tata Rias


Kelas : C

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan berkat
dan anugerahnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan tepat waktu
meskipun hanya kekurangan di dalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Ibu Dra.
Rohana Aritonang Tobing, M.Pd dan Ibu Almaida Vebibina , S.Pd.,M.Pd selaku dosen mata
kuliah Sejarah Rias yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal kemampuan kami. Kami sangat
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan dan pengetahuan serta
pemahaman tentang Suku Batak Toba. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan adanya kritik, saran dan usulan yang membangun demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna baik bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan di mata pembaca, terima kasih.

Medan, November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………………i

KATA PENGANTAR ………………………………………………………….ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………1

A. Latar Belakang …………………………………………………………..1

B. Rumusan Masalah………………………………………………………..1

C. Tujuan ……………………………………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………..2

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………..17

A. Kesimpulan ……………………………………………………………….17

B. Saran ………………………………………………………………………17

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di jaman yang semakin maju ini banyak masyarakat yang sudah meninggalkan tradisi
adatnya. Mereka beranggapan bahwa jika masih melakukan tradisi adat akan disebut kuno,
ketinggalan jaman, kurang up date dan lain-lain. Karena adanya embel-embel tersebut banyak
masyarakat jaman sekarang lebih suka memilih hal-hal yang baru dari pada masih melakukan
tradisi lama yang dianggap kuno. Masyarakat sekarang lebih mementingkan penampilan baru
dalam berbagai hal. Sebagai salah satu contohnya adalah masyarakat Jawa.

Masyarakat Jawa sekarang sudah banyak yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa keseharian, dan bukan menggunakan bahasa krama inggil sebagai bahasa keseharian.
Dalam hal berpakaian masyarakat Jawa juga sudah meninggalkan pakaian adatnya (kebaya).
Mereka hanya memakai kebaya jika pada hari atau moment-moment tertentu, seperti pada saat
upacara pernikahan, sunatan dan acara-acara lainnya. Tidak hanya berpakaian dalam
melaksanakan ritual-ritualnya pun sudah jarang dilakukan.

Sebagai contohnya yaitu ritual pada saat mantenan. Dalam masyarakat Jawaacara
mantenan mempunyai banyak ritual yang harus dilakukan. Dari sebelum ijab qabul sampai
sesudah ijab qabul. Karena banyaknya ritual yang harus di lakukan, masyarakat malah enggan
melakukannya. Mereka Masyarakat sekarang lebih suka yang sederhana (simple) ,
merekamereka lebih memilih mengurangi ritual-ritual tersebut agar tetapdapat dilakukan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana adat istiadat bagi adat jawa solo?
2. Apa saja perbedaan dan persamaan suku batak toba dan suku batak lainnya?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kebutuhan adat jawa solo
2. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan suku adat jawa solo dengan suku adat
jawa lainnya.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Suku Jawa Solo


Salah satu kebanggaan pasangan saat melangsungkan pernikahan adalah ketika bisa
mengikuti prosesi adat leluhur yang sudah menjadi tradisi secara turun-temurun. Meski harus
melalui rangkaian panjang, memakai adat justru menambah sakral dan suci jalannya
pernikahan.

Menikah merupakan salah satu peristiwa istimewa dalam siklus kehidupan sepasang
anak manusia. Tak heran jika dalam banyak tradisi di negeri ini, hal tersebut kerap dirayakan
dengan rangkaian upacara adat yang sakral dan suci. Salah satunya budaya Jawa Tengah,
khususnya Solo. Bagi masyarakat Jawa, tugas orang tua baru dikatakan sempurna jika
sudah mantu. Menurut wewarah luhur, pernikahan diharapkan menjadi sarana melahirkan
keturunan yang menyambung sejarah kehidupan kedua dinasti keluarga. Berikut ini adalah
rangkaian prosesi dari pernikahan Jawa Solo.

Suku Jawa adalah suku besar yang memiliki budaya beragam di Indonesia, termasuk
satu di antaranya adalah budaya Jawa Solo. Berikut adalah rangkaian prosesi pernikahan Jawa
Solo beserta maknanya. Rangkaian pernikahan adat Jawa Solo dibagi menjadi rangkaian saat
lamaran dan saat upacara pernikahan.

1.Untuk prosesi awal terdiri dari lamaran, pasang taruh dan bleketepe, pasangan tuwuhan dan
buncahan serta siraman.
Lamaran adalah niatan awal dari kesungguhan hubungan. Poin dari proses lamaran
adalah menanyakan kesediaan gadis untuk dipersunting sebagai istri. Saat dimana lelaki
memberi pengikat berupa paningset cincin kawin, sandang wanita, pisang dan sirih ayu, jeruk
gulung, cengkir gading, tebu wulung, nasi golong, serta kain batik.

Setelah itu dilanjutkan dengan pasang tarub dan bleketepe yang bermakna bahwa sang
tuan rumah akan menyelenggarakan hajatan atau mantu. Acara diawali dengan memasang
peneduh, bleketepe untuk para tamu terbuat dari anyaman daun kelapa. Biasanya ini akan
diganti dengan tenda dan dikerjakan simbolis oleh ayah dan ibu mempelai wanita yang
mencerminkan sikap gotong-royong pasangan suami istri. Ritual ini diiringi doa pada Tuhan
Yang Maha Esa.

2
Kemudian dilanjutkan dengan pasang tuwuhan dan buncahan. Tuwuhan berarti
tumbuh-tumbuhan yang ditaruh di sisi kanan-kiri pintu utama yang dilalui mempelai.
Tumbuhan ini terdiri dari dua tanda pisang raja yang sudah matang, kelapa muda daun randu
dan sebatang padi. Maknanya adalah kelak pengantin akan memperoleh kemakmuran,
kehormatan, serta keturunan yang berbakti. Buncalan atau sesajen biasanya ditaruh di empat
pojok rumah, tengah rumah, kamar pengantin, kamar mandi, pelaminan, pintu masuk, dapur
dan tempa penting lain yang berfungsi untuk menolak bala.

Setelah pemasangan sesajen, selanjutnya adalah upacara siraman yang dilaksanakan


oleh kedua mempelai di kediamannya masing-masing. Menurut adat, orang yang melakukan
siraman berjumlah ganjil, tujuh atau sembilan orang. Prosesi ini memiliki arti menyucikan diri
dari sifat-sifat buruk. Selanjutnya meratatus rambut atau memberi wewangian dan proses
membuat paes yang hanya dilaksanakan oleh calon mempelai wanita.

2. Kemudian dilanjutkan dengan prosesi dodol dawet, pelepasan ayam, tanam rikmo, dan
midodareni.
Prosesi dodol dawet atau jualan dawet dilakukan oleh kedua orang tua calon mempelai
wanita. Ini menyimbolkan tekad kedua orang tua untuk menikahkan putrinya. Bulir-bulir dawet
menjadi tanda harapan agar tamu undangan yang datang akan melimpah. Uniknya, tamu yang
datang nanti wajib membeli dawet dengan menggunakan kreweng atau wingka (pecahan
genting).

Masih dilakukan oleh kedua orang tua mempelai wanita, pelepasan ayam adalah salah
satu yang membedakan dengan pernikahan adat Jawa Jogjakarta. Pelepasan ayam bermakna
bahwa orang tua telah rela melepas putri mereka untuk hidup mandiri dan semoga ke depannya
selalu dipermudah mendapatkan rezeki.

Kemudian dilanjutkan dengan tanam rikmo atau prosesi setelah utusan yang membawa
rambut mempelai pria datang ke rumah calon mempelai wanita. Rambut mempelai
pria disatukan dengan rambut tengkuk yang diambil saat upacara ngerik saat siraman dengan
cara dikuburkan di tempat yang sudah ditentukan ayah, ibu, serta saudara kandung mempelai
wanita. Harapan dari prosesi ini bahwa keburukan yang pernah terjadi pada kedua mempelai
terkubur bersama seluruh helaian rambut.

3
Selanjutnya adalah midodareni atau upacara yang dilakukan sehari sebelum hari-H
mulai petang hingga tengah malam. Calon mempelai wanita tidur dan ditemani oleh pini sepuh.
Upacara ini konon menunjukkan bahwa akan ada bidadari yang bertandang untuk
menganugerahkan kecantikannya bagi calon mempelai wanita. Selama midodareni, mempelai
wanita tidak diperkenankan bertemu calon mempelai pria. Di lain lokasi, calon mempelai pria
datang ke rumah mempelai wanita dengan menyerahkan seserahan lengkap.

3. Setelah itu prosesi tantingan, jonggolan, turunnya kembar mayang, angsul-angsul dan
wilujengan majemukan dilakukan sebelum upacara.
Tantingan adalah saat dimana ayah dan ibu menanyakan kesungguhan putrinya untuk
menikah. Kemudian jawaban diserahkan orang tua dan sebagai syarat pernikahan satu
permintaan untuk dicarikan sepasang kembar mayang.

Selelah itu dilanjutkan dengan jonggolan atau acara yang menunjukkan bahwa
mempelai pria dalam keadaan sehat. Pelaksanaan jonggolan hanya boleh dilaksakan di teras
atau beranda.teras atau beranda.

Turunnya kembar mayang memiliki dua arti yaitu dewandaru yang bermakna supaya
mempelai pria kelak mampu memberi pengayoman lahir batin kepada keluarga dan kalpandaru
yang bertujuan agar rumah tangga yang dibina akan tetap langgeng. Konon dalam kepercayaan
Jawa, kembar mayang dipinjam dari Dewa dan dikembalikan kembali dengan cara
dihanyutkan atau dibuang di perempatan jalan.

Kemudian dilanjutkan dengan angsal-angsul atau bingkisan balasan untuk pihak


keluarga pria dari mempelai wanita. Barang yang tidak boleh ketinggalan adalah kancing
gelung berupa seperangkat pakaian lengkap pria beserta keris pusaka untuk dikenakan dan
disandang ketika upacara panggih.

4. Pada saat upacara hari-H diawali dengan


upacara panggih, penyerahan sanggan dan balangan gantal, ngidak tigan, dan sinduran
bobandsuewilliams.com

4
Upacara panggih dimulai setelah kedua mempelai sah menjadi suami istri dan dipertemukan
di kursi pelaminan. Sebelumnya mempelai wanita telah lebih dulu duduk di pelaminan bersama
kedua orang tua, namun orang tua pada pihak pria belum diperkenankan hadir.

Selanjutnya adalah penyerahan sanggan dan balangan gantal. Pihak mempelai pria
menyerahkan pisang sanggan pada ibu dari mempelai wanita. Selain itu beberapa yang bahan
yang tidak bisa ditinggalkan adalah pisang raja, sirih ayum kinang, kembang telon, benang
lawe, dan tunas pohon kelapa. Kemudian dilanjutkan dengan upacara balangan gantal atau
saling melempar lintingan sirih yang diisi dengan buah pinang. Maknanya adalah bentuk
sambutan pihak keluarga pria di kediaman wanita.

Kemudian ngidak tigan atau prosesi menginjak telur ayam kampung dilakukan oleh mempelai
pria. Prosesi ini bermakna bahwa mempelai pria telah siap memberikan keturunan. Setelah itu
mempelai wanita membersihkan kaki mempelai pria sebagai bakti seorang istri kepada suami.
Kemudian orang tua mempelai wanita membasuhkan air di tengkuk kedua mempelai agar kelak
mempelai senantiasa sabar dan tenang menjalani kehidupan rumah tangga.

Sinduran adalah prosesi melingkarkan kain di pundak kedua mempelai. Kain warna merah
menjadi lambang milik wanita sedangkan putih menjadi lambang miliki pria, ini bermakna
kedua mempelai bisa melanjutkan keturunannya dan sang ayah yang berada di depan selaku
pembimbing putra-putrinya menuju kebahagiaan. Ibu mempelai wanita berada di barisan
belakang dan memegang kedua mempelai bermakna memberi dorongan.

5. Kemudian dilanjutkan dengan bobot timbang dan tanem jero, ritual kacar kucur, dhahar
klimah, serta ngunjuk rujak degan

bridestory.com/allseasons-photo

Pada prosesi bobot timbang dan tanem jero, ayah mempelai wanita duduk memangku
mempelai wanita di paha kiri dan pria di paha kanan. Ibu kemudian menanyakan, lebih berat
mana? Jawabannya sama saja, lantaran keduanya adalah anak sendiri, meskipun menantu.
Masih dilakukan oleh ayah mempelai wanita, kedua mempelai yang berdiri membelakangi
kursi pelaminan dan mendudukkan kedua mempelai dengan cara menepuk dan menekan
pundak keduanya secara bersama. Ayah mengucapkan selamat dan doa selama mendudukkan
putra-putrinya.

5
Setelah itu diadakan ritual kacar kucur, dimana ritual ini bermakna mempelai pria bersedia
bertanggung jawab untuk menafkahi keluarga, sementara istri menerima nafkah berkewajiban
memakai nafkah dengan bijak. Pada saat suap-suapan atau yang disebut dhahar klimah ini,
kedua pengantin saling suap-suapan dan ditutup dengan memakan lauk pauk pindang hati
sebagai ungkapan kemantapan hati.

Setelah itu, ngunjuk rujak degan dilakukan dari serutan kelapa muda yang dicampur air dan
gula merah. Rujak degan yang segar dicicipi pertama oleh ayah mempelai wanita yang disuapi
sang istri.

6. Rangkaian prosesi terakhir adalah bukak kawah dan tumplak punjen, tilik pitik,
sungkeman, dan kirab
instagram.com/ayanggkahiyang

Bukak kawah adalah prosesi bagi mempelai wanita sebagai anak sulung yang membagikan
peralatan dapur seperti panci, piring, sendok wajan, dll kepada tamu. Sedangkan tumplak
punjen adalah ritual mempelai wanita sebagai anak bungsu dengan membagikan kantong kain
kecil berisi campuran uang serta beras kuning kepada saudara yang datang. Maknanya orang
tua pengantin wanita akan mengusahakan segala kemampuan bagi pesta putri bungsunya.

Dilanjutkan dengan tilik pitik yang menandakan kedua orang tua dari pihak pria diperkenankan
hadir. Sedangkan sungkeman biasanya menjadi momen mengharukan yang dihaturkan sesepuh
kedua belah pihak. Sebelum sungkem mempelai pria wajib melepas keris terlebih dahulu.

Terakhir adalah kirab yang merupakan arakan untuk mengantar kedua mempelai menuju
pelaminan. Susunan saat kirab terdiri dari seorang cucuk lampah, dua satrio sakembaran, dua
gadis kecil patah sakembaran, putri domas yang berjumlah 4-8 gadis remaja, pasangan
pengantin, ibu dan ayah kedua mempelai, dan terakhir diisi oleh saudara kandung pengantin
wanita kemudian pria.

Itulah tadi rangkaian pernikahan adat Jawa Solo beserta makna di baliknya. Meski harus
mengikuti ritual panjang, namun bisa melalui prosesi pernikahan dengan adat jadi kebanggaan
tersendiri bagi mereka yang masih memegang teguh tradisi, khususnya keturunan keraton Solo.

6
B. Tahap – Tahap Adat Istiadat Jawa Solo Sebagai Berikut :

1. Proses Sebelum pernikahan :

Babak pertama: Pembicaraan

a. Congkog

Seorang perwakilan/duta diutus untuk menanyakan dan mencari informasi tentang


kondisi dan situasi calon besan yang putrinya akan dilamar. Tugas duta yang utama ialah
menanyakan status calon mempelai perempuan, masih sendiri atau sudah ada pihak yang
mengikat.

b. Salar

Jawaban pada acara Congkog akan ditanyakan pada acara Salar yang dilaksanakan
seorang duta, baik duta yang pertama atau orang lain.

c. Nontoni

Setelah lampu hijau diberikan oleh calon besan kepada calon mempelai laki-laki,
maka orangtua, keluarga besar beserta calon mempelai laki-laki datang berkunjung ke rumah
calon mempelai perempuan, untuk saling diperlihatkan. Dalam kesempatan ini orangtua dapat
membaca kepribadian, bentuk fisik, raut muka, gerak-gerik dan hal lainnya dari si calon
menantu.

d. Melamar

Utusan dari orangtua calon mempelai pria datang melamar pada hari yang telah
ditetapkan. Biasanya sekaligus menentukan waktu hari pernikahan dan kapan dilakukan
rangkaian upacara pernikahan.

Babak Kedua: Kesaksian

a. Srah-srahan

Penyerahan seperangkat perlengkapan sarana untuk melancarkan pelaksanaan acara hingga


acara selesai dengan barang-barang yang masing-masing mempunyai arti dan makna
mendalam

b. Peningsetan

Lambang kuatnya ikatan pembicaraan untuk mewujudkan dua kesatuan ditandai dengan tukar
cincin kedua calon mempelai.

7
c. Asok Tukon

Penyerahan dana berupa sejumlah uang untuk membantu meringankan keluarga pengantin
perempuan.

d. Paseksen

Yaitu proses permohonan doa restu dan yang menjadi saksi acara ini adalah mereka yang hadir.
Selain itu, juga ada pihak yang ditunjuk menjadi saksi secara khusus yang mendapat ucapan
terima kasih yang dinamakan Tembaga Miring (berupa uang dari pihak calon besan).

e. Gethok Dina

Penentuan hari ijab kabul dan resepsi. Biasanya melibatkan seseorang yang ahli dalam
memperhitungkan hari, tanggal, dan bulan yang baik atau kesepakatan dari kedua belah pihak
saja.

Babak ketiga: Siaga

Pembentukan panitia dan pelaksana kegiatan yang melibatkan para sesepuh atau sanak saudara.

a. Sedhahan

Mencakup pembuatan hingga pembagian surat undangan.

b. Kumbakarnan

Pertemuan untuk membentuk panitia hajatan dengan mengundang sanak saudara, keluarga,
tetangga, dan kenalan. Termasuk membicarakan rincian program kerja untuk panitia dan para
pelaksana.

c. Jenggolan atau Jonggolan

Calon mempelai melapor ke KUA. Tata cara ini sering disebut tandhakan atau tandhan, artinya
memberitahukan dan melaporkan pada pihak kantor pencatatan sipil bahwa akan ada hajatan
pernikahan yang dilanjutkan dengan pembekalan pernikahan.

8
Babak keempat: Rangkaian upacara

a. Pasang Tratag dan Tarub

Merupakan tanda resmi bahwa akan ada hajatan mantu pada masyarakat. Tarub berarti hiasan
dari janur kuning atau daun kelapa mudayang disuwir-suwir (disobek-sobek) dan dipasang di
sisi tratag serta ditempelkan pada pintu gerbang tempat resepsi agar terlihat meriah

b. Kembar Mayang

Sering disebut Sekar Kalpataru Dewandaru, lambang kebahagiaan dan keselamatan. Benda ini
biasa menghiasi panti/ asasana wiwara yang digunakan dalam acara panebusing kembar
mayang dan upacara panggih. Bila acara sudah selesai, kembar mayang akan dibuang di
perempatan jalan, sungai, atau laut agar kedua mempelai selalu ingat asal muasalnya.

c. Pasang Tuwuhan (Pasren)

Tuwuhan atau tumbuh-tumbuhan yang melambangkan isi alam semesta dan memiliki makna
tersendiri dalam budaya Jawa dipasang di pintu masuk tempat duduk pengantin atau tempat
pernikahan.

9
d. Siraman

Upacara Siraman mengandung arti memandikan calon pengantin yang disertai dengan niat
membersihkan diri agar menjadi bersih dan suci lahir dan batin. Tahapan-tahapannya antara
lain; calon mempelai mohon doa restu kedua orangtuanya, lalu mereka (calon mempelai laki-
laki dan perempuan) duduk di tikar pandan, kemudian disiram oleh pinisepuh, orangtua, dan
orang lain yang ditunjuk. Terakhir, calon mempelai disiramair kendi oleh bapak ibunya sambil
berkata "Niat Ingsun ora mecah kendi nanging mecah pamore anakku wadon" dan kendi
kosongnya dipecahkan ke lantai.

e. Adol Dhawet (Jual dawet)

Usai siraman, dilakukan acara jual dawet. Penjualnya adalah ibu calon pengantin perempuan
yang dipayungi oleh ayah calon pengantin perempuan. Pembelinya yaitu para tamu yang hadir,
yang menggunakan pecahan genting sebagai uang.

10
f. Paes

Upacara menghilangkan rambut halus yang tumbuh di sekitar dahi agar tampak bersih dan
wajahnya bercahaya, kemudian merias wajah calon pengantin. Paes sendiri menyimbolkan
harapan kedudukan yang luhur diapit lambing bapak ibu dan keturunan.

g. Midodareni

Acara ini digelar sore hari menjelang acara ijab kabul. Pengantin perempuan tidak boleh keluar
kamar dan tidak boleh tidur hingga tengah malam. Biasanya orangtua mendampinginya.
Upacara Midodaren berarti menjadikan sang pengantin perempuan secantik Dewi Widodari.
Orangtua pengantin perempuan akan memberinya makan untuk terakhir kalinya, karena mulai
besok ia akan menjadi tanggung jawab sang suami.

h. Selametan

Berdoa bersama untuk memohon berkah keselamatan menyongsong pelaksanaan ijab kabul
dan akad nikah.

i. Nyantri atau Nyatrik

Upacara penyerahan dan penerimaan dengan ditandai datangnya calon pengantin laki-laki
berserta pengiringnya. Dalam acara ini Calon pengantin laki-laki mohon diijabkan. Atau kalau

11
acara ijab diadakan besok, kesempatan ini dimanfaatkan sebagai pertemuan perkenalan dengan
sanak saudara terdekat di tempat mempelai laki-laki. Bila ada kakak perempuan yang
dilangkahi, acara penting lainnya yaitu pemberian restu dan hadiah yang disesuaikan
kemampuan mempelai dalam Plangkahan.

Puncak dari rangkaian acara ini merupakan inti acara.

a. Upacara Ijab

Sebagai prosesi pertama pada puncak acara ini adalah pelaksanaan ijab yang melibatkan pihak
penghulu dari KUA. Setelah acara ini berjalan dengan lancar dan dianggap sah, maka kedua
mempelai resmi menjadi suami istri.

b. Upacara Panggih

Setelah upacara ijab selesai, kemudian dilanjutkan dengan upacara panggih yang meliputi:

• Liron kembar mayang atau saling menukar kembang mayang dengan makna dan tujuan
bersatunya cipta, rasa, dan karsa demi kebahagiaan dan keselamatan.

12
• Gantal atau lempar sirih dengan harapan semoga semua godaan hilang terkena
lemparan itu.

• Ngidak endhog atau pengantin laki-laki menginjak telur ayam kemudian dibersihkan
atau dicuci kakinya oleh pengantin perempuan sebagai simbol seksual kedua pengantin
sudah pecah pamornya.

• Minum air degan (air buah kelapa) yang menjadi lambang air suci, air hidup, air mani
dan dilanjutkan dengan di-kepyok bunga warna-warni dengan harapan keluarga mereka
dapat berkembang segala-segalanya dan bahagia lahir batin.

13
• Sindur yaitu menyampirkan kain (sindur) ke pundak pengantin dan menuntun pasagan
pengantin ke kursi pelaminan dengan harapan keduanya pantang menyerah dan siap
menghadapi tantangan hidup.

Setelah upacara panggih, kedua mempelai diantar duduk di sasana riengga. Setelah itu, acara
pun dilanjutkan.

• Timbangan atau kedua pengantin duduk di pangkuan ayah pengantin wanita sebagai
simbol sang ayah mengukur keseimbangan masing-masing pengantin.

• Kacar-kucur dijalankan dengan cara pengantin pria mengucurkan penghasilan kepada


pengantin perempuan berupa uang receH beserta kelengkapannya. Simbol bahwa kaum
pria bertanggung.

jawab memberi nafkah kepada keluarga.

• Dulangan atau kedua pengantin saling menyuapi. Mengandung kiasan laku perpaduan
kasih pasangan laki-laki dan perempuan (simbol seksual). Ada juga yang memaknai
lain, yaitu tutur adilinuwih (seribu nasihat yang adiluhung) dilambangkan dengan
sembilan tumpeng.

14
• Upacara Babak Kawah

Upacara ini khusus untuk keluarga yang baru pertama kali hajatan mantu putri sulung.
Ditandai dengan membagi harta benda seperti uang receh, beras kuning, umbi-umbian dan
lain-lain.

D. Sungkeman sebagai ungkapan bakti kepada orang tua serta

mohon doa restu.Sungkeman pertama dilakukan kepada orangtua pengantin perempuan


kemudian orangtua pengantin laki-laki. Orangtua meletakkan tangan di bahu pasangan
pengantin sebagai tanda restu yang diberikan. Sedangkan pengantin mencium lutut orangtua.

15
3 . ADAT SETELAH PERNIKAHAN

• Dolan manten

Dolankan manten adalah mengantar pengantin kerumah pengantin pria. Dolankan


manten ini dilakukan lima hari setelah pesta pernikahan, dengan membawa nasi dan lauk
yang ditaruh kedalam rantang serta kue.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan banyaknya tradisi tersebut kita tahu bahwa masyarakat Jawa memiliki banyak
ritual-ritual yang menarik dan bermakna bagi “manten” yang akan menempuh hidup baru. Dan
sekarang jaman sudah modern, bagi masyarakat muslim yang tetap ingin melakukan prosesi
pernikahan menggunakan adat Jawa pun tetap bisa melakukannya dengan
memodifikasikannya.

B. Saran

Masyarakat sekarang bisa melakukan tradisi tanpa melepas hijab yaitu dengan
memodifikasikan hijab dibentuk serupa berbentuk konde. Sehingga akan tampak seperti
menggunakan konde yang terbuat dari rambut palsu atau sintetis namun sebenarnya itu
merupakan modifikasian berupa kain hijab yang dimodifikasi seperti konde.

DAFTAR PUSTAKA

http://yuni-1991-adatbudayajawa.blogspot.co.id/2011/12/simbol-simbol-hiasan-dan-
maknanya.html
http://rindryantika.blogspot.co.id/2013/05/susunan-tata-cara-pernikahan-adat
jawa.html
http://azharmind.blogspot.co.id/2012/12/tahapan-perkawinan-adat-jawa.html
http://bit.ly/fxzulu
http://azharmind.blogspot.com/2012/12/tahapan-perkawinan-adat-
jawa.html#ixzz3uGIIoh3g

17

Anda mungkin juga menyukai