Anda di halaman 1dari 15

TUGAS CRITICAL BOOK REVIEW

MENGGAMBAR MODE

Dosen Pengampu Mata Kuliah :

Dra.Mesra,M.Des

Vita Pujiwanti Dhana,S.Pd,MPd

Disusun Oleh :

Mona Safitri

Nim : 5213344029

Parodi : Tatarias C

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGRI MEDAN 2021


KATA PENGANTAR

Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas bimbingan dan
penyertaan-Nya saya dapat menyelesaikan Critical Book Review menggambar mode dengan
baik.Saya tidak lupa berterimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah ini. dan juga
semua pihak yang terlibat dalam penyusunan critical book ini. Saya menyadari bahwa
penulisan critical book ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan critical book ini. Besar
harapan saya, semoga critical book ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan terutama bagi
saya sendiri .

Penulis

Mona Safitri
Nim : 5213344029
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………...

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………

1.Latar belakang CBR……………………………………………………………….

2.Tujuan CBR ………………………………………………………………………..

3.Manfaat CBR………………………………………………………………………..

BAB II RINGKASAN BUKU………………………………………………………………...

a. Pengetian Menggambar Mode ………………… ………………………………...


b. Prinsip-Prinsip Dasar Menggambar Mode …………………………………….
c. Elemen-Elemen dalam Menggambar Mode ………….......................................

Bagian 2. Peranan Sketsa dalam Menggambar Mode……………........... ……….


Bagian 3. Proses Menggambar Mode …………………….…………....................
a. Penggambaran Wajah dengan Matematis …………….……..............................
Penggambaran Wajah dengan Pola Bebas…………………...................................

Bagian 4. Penguasaan Teknik Arsiran (rendering) dalam Menggambar Mode


a. Pengertian Teknik Arsiran ……………………….………........... …………….
b. Jenis-Jenis Arsiran …………………………………………...............................

Bagian 5. Penggunaan Warna dalam Menggambar Mode …...................... ……...


a. Pengetahuan Warna ……………………..………………...................................
b. Teori Warna ………………………....…………………....................................
c. Aspek-aspek dalam Warna ..................................................................................

Bagian 6. Pola-Pola Dasar Penggambaran………………………………………...


Elemen-Elemen Wajah ……………………………….………................. ………
a. Penggambaran Mata ………………………..…………….................................
b. Penggambaran Hidung ………………………….…………..............................
c. Penggambaran Mulut ……………………………….…….................................
d. Penggambaran Telinga ………………………..………….................................
e. Penggambaran Rambut dan Alis ……………………….…...............................
BAB III RANGKUMAN……………………………………………………
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………
Kelebihan dan kelemahan buku…………………………………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN

1 Latar Belakang
Dalam Critical Book Report ini mahasiwa dituntut untuk mengkritisi sebuah buku yang
terkakreditasi, dan meringkas menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga dapat dipahami oleh
mahasiswa yang melakukan Critical book report ini, termasuk didalamnya mengerti akan
kelemahan dan keunggulan dari jurnal yang akan dikritisi.

2.Tujuan Penulisan CBR

Tujuan CBR ini dibuat adalah untuk menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Menggambar
mode , menambah pengetahuan tentang, Menggambar mode
meningkatkan kemampuan Berpikir kritis.

3.Manfaat CBR

1.Untuk menambah wawasan tentang teori perilaku dan organisasi


2.Untuk mengetahui isi dalam buku tersebut,dan menambah wawasan
3.Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan buku
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

1.Pengertian menggambar mode

Menggambar merupakan kegiatan mencoret-coret yang menghasilkan suatu bentuk


mengikuti keinginan seseorang. Mode adalah ragam yang terbaru pada suatu waktu
tertentu (mis, mode pakaian, mode rambut, corak hiasan, dll). Berdasarkan kedua
pengertian (menggambar dan Mode) tersebut dapat disimpulkan bahwa Menggambar
Mode adalah upaya mencoret-coret membentuk suatu ragam yang terbaru (gaya)
sebagai bentuk modifikasi dari yang sebelumnya.

1) Prinsip-prinsip dasar menggambar mode

Prinsip dasar menggambar yang dimaksu dadalah komposisi suatu


gambar. Komposisi merupakan susunan beberapa unsur rupa yang secara seimbang dan
serasi (harmonis). Komponen-komponen komposisi itu juga disebut dengan
prinsipprinsip seni rupa yang terdiri atas : kesatuan, keseimbangan, irama, penekanan,
proporsi, dan keselarasan/keserasian.
a. Kesatuan
Kesatuan adalah susunan elemen-elemen yang membangun suatu objek tertata
dengan rapi menurut yang semestinya. Misalnya gambar wajah, merupakan kesatuan
dari elemen-elemen ; mata, hidung, mulut, alis mata, telinga, dan rambut.
b. Keseimbangan
Keseimbangan (balance) berkaitan dengan bobot. Dalam karya seni rupa dua
dimensi, misalnya gambar atau lukisan, penerapan prinsip keseimbangan ini lebih
menekankan pada bobot secara kualitatif atau disebut juga bobot visual, artinya
beratringannya objek hanya dirasakan.
c. Proporsi
Proporsi adalah perbandingan ukuran antara bagian yang satu dengan bagian
yang lain, oleh karena itu disebut juga prinsip perbandingan. Proporsi berkenaan
dengan pertimbangan besar-kecil, luas-sempit, panjang-pendek, atau tinggi-rendah
nyabagian yang satu dengan bagian lainnya.
d. Perspektif
Perspektif merupakan suatu kondisi keterbatasan kemampuan mata manusia
melihat suatu objek atau benda, dimana benda yang dekat dengan mata akan terlihat
lebih besar atau lebih tinggi dari pada benda yang letaknya lebih jauh dari mata,
benda yang lebih dekat juga akan terlihat lebih jelas dari pada yang jauh dari mata,
garis-garis yang sejajar dengan horizon (garis rata tanah), akan terlihat menuju ke
suatu titik hilang (disebut titik mata).
e. Penekanan
Apabila kita mengamati sebuah karya seni rupa, seringkali kita mencari
sesuatu menarik perhatian dari elemen-elemen karya tersebut. Misalnya fokus
perhatian
kita tertuju kepada objek yang berada di tengah, yang digarap sangat rapi, yang
memiliki warna kontras, dll.
f. Plastisitas
Plastisitas dengan kata dasar “plastis” berarti kelenturan bentuk yang terlihat
pada suatu benda, karena adanya intensitas cahaya yang berubah secara bertahap pada
permukaan benda tersebut.

3)Elemen-elemen dalam gambar mode rias

Gambar wajah manusia memiliki elemen-elemen yang meliputi ; mata, hidung,


mulut, telinga, alis, dan rambut. Semua elemen tersebut berperan untuk menampilkan
wajah yang cantik.

a.Mata
Mata merupakan elemen wajah yang paling sering dijadikan patokan dasar bagi
seseorang penggambar. Penggambar bisa membedakan bentuk mata antara orang
dewasa dan ana-anak, dan begitu juga membedakan mata perempuan dan laki-laki.
Posisi letak mata merupakan salah satu tanda yang membedakan anak-anak dan orang
dewasa.

b.Hidung
Hidung merupakan elemen wajah yang berada pada bagian tengah, sehingga
membagi wajah atas dua bagian kiri dan kanan. Dalam penggambaran wajah,
hidungselalu menjadi patokan untuk menentukan jarak antara kedua mata, dan hidung
juga dijadikan patokan penggambaran mulut (lebar mulut) serta keseimbangannya
kiri dankanan.

c.Mulut
Mulut merupakan elemen wajah yang utama setelah mata dan hidung. Posisi
letak mulut di bawah hidung, kira-kira di atas garis perduaan antara bawah hidung
dan
dagu. Mulut yang terlihat secara umum adalah bibir, dan ketika orang berbicara atau
ketawa maka akan terlihat bagian lainnya seperti gigi, gusi, dan lidah. Lebarnya bibir
secara umum adalah tepat di bawah bola mata kiri sampai di bawah bola mata kanan.
c.Pencahayaan
Pencahayaan adalah sinar yang jatuh kepada suatu objek, sehingga menambah
kejelasan bentuk serta memberi bayangan, guna mendapatkan bentuk yang estetis.

Bagian 2. Peranan Sketsa dalam Menggambar Mode

a.Pengertian sketsa dan peranannya


Sketsa adalah gambar rancangan dari sebuah objek, yang nantinya akan
dilanjutkan dengan mengarsir atau mewarnai, untuk menghasilkan bentuk yang
sesungguhnya. Sketsa juga dapat dikatakan sebuah gambar sudah jadi/selesai, jika
tujuan menggambar sketsa itu hanya sebatas sketsa saja, dan tidak untuk dilanjutkan
lagi menjadi sebuah gambar sempurna, atau lukisan.

b. Prinsip-prinsip dalam tata cara membuat sketsa.


Langkah awal dalam membuat sketsa adalah memperhatikan luas bidang
gambar. Kemudian menetapkan layout (garis singgung luar) objek gambar yang kita
harapkan. Setelah itu, lalu tentukan posisi kertas atau bidang gambar (vertikal atau
horizontal) sesuai dengan kecendrungan tinggi atau lebar objek model. Kalau
mempedomani gambar wajah pada potret umumnya memanjang ke atas (misalnya foto
ukuran 4 X 6 cm maka posisinya meninggi, bukan melebar). Berarti kertas gambar kita
posisikan tegak (vertikal).
Sebaliknya jika menggambarkan beberapa wajah dalam suatu bidang gambar,
tentu dapat dibuat posisi kertas melebar (horizontal). Penentuan posisi kertas ini
merupakan salah satu unsur estetika pada sebuah gambar. Oleh sebab itu komposisi
merupakan unsur utama yang diamati dari setiap karya seni rupa.

c. Presentasi Sketsa
Sketsa adalah acuan utama untuk melanjutkan gambar dengan pengarsiran. Oleh
sebab itu setelah sketsa selesai, berhentilah sejenak menggambar, lalu memperhatikan
kewajaran bentuk dan ukuran elemen-elemen wajah yang kita gambar, kemudian
perhatikan lagi posisi letak masing-masing elemen wajah tersebut. Setelah anda yakin
betul bahwa sketsa itu sudah wajar dan bahkan kalau boleh gambar tersebut tidak hanya
sekedar wajar, tetapi lebih indah, barulah dilanjutkan dengan mengarsir.
d. Latihan dan tugas
Ambillah buku gambar lalu coba menggambar sketsa wajah tepat dari pandangan depan
(seperti pas foto). Terserah kepada anda akan membuat sketsa wajah laki-laki mapunperempuan.
Gambar sketsa tidak perlu diarsir, yang penting garis-garis yang mewakili
dari setiap elemen wajah tersebut terlihat wajar ukuran dan bentuknya.
Bagian 3. Proses Menggambar Mode
a. Konsep mode
Mode adalah ragam (cara, bentuk) yang terbaru pada suatu waktu tertentu, misal
mode pakaian, rambut, corak hiasan, dan sebagainya. Dalam tata rias juga sering terjadi
ganti-ganti gaya atau pun pergantian jenis kosmetik yang digunakan. Gaya atau jenis
yang sedang disukai saat ini, disebut lagi mode. Selanjutnya gaya yang ditampilkan
seseorang juga disebut sebagai mode.

b. Langkah-langkah penggambaran wajah


Secara umum pola wajah manusia memiliki banyak persamaan antara yang satu
dengan yang lainnya, sehingga para ahli dapat membuat pola-pola dasar wajah untuk
memudahkan dalam pembelajaran. Para ahli membuat pola dengan ukuran matematis
sehingga menghasilkan bentuk yang wajar dan dapat disampaikan kepada subjek didik
secara klasikal.

a. Penggambaran Wajah dengan Pola Matematis

1. Dimulai dengan membuat satu lingkaran yang agak besar. Hubungkan titik
puncak lingkaran dengan titik paling bawah dengan garis vertikal, lalu dibagi tiga
bagian.

2. pembuatan elemen-elemen wajah yang dimulai dari


penggambaran mata. Berdasarkan pembagian garis horizon tadi maka sudah bias

3. Untuk menggambar alis diperkirakan saja jaraknya di atas mata dan lebarnya juga
hampir sama dengan lebar mata. Kemudian gambarlah rambutnya dengan
mempedomani lingkaran besar bagian atas, dimana sisi luar rambut berada di luar
lingkaran besar dan sisi dalam rambut berada di dalam lingkaran besar.

b. Penggambaran Wajah dengan Pola Bebas


Selain cara matematis di atas banyak juga metode lain yang digunakan dalam
penggambaran wajah misalnya langsung menggunakan satu lingkaran yang berbentuk
opal. Cara ini terkadang lebih gampang jika dibandingkan dengan cara matematis.
Tetapi dalam bidang pendidikan formal biasanya diciptakan suatu metode yang
dianggap standar supaya lebih mudah diukur.

Bagian 4. Penguasaan Teknik Arsiran (rendering) dalam Menggambar Mode

a. Pengertian teknik arsiran (rendering)


Arsiran adalah garis-garis pendek sejajar (berjejer) yang diterapkan pada suatu
bidang sehingga menimbulkan kesan gelap-terang. Semakin rapat garis-garis pendek
berjejer yang diterapkan pada suatu bidang akan memberi kesan semakin gelap.
Sebaliknya semakin jarang garis-garis pendek berjejer digoreskan pada suatu bidang
akan memberi kesan semakin terang. Tujuan utama dari pemberian arsiran pada suatu bidang
adalah untuk menunjukkan adanya massa bidang tersebut.

b. Jenis-jenis arsiran (rendering)


Teknik mengarsir bermacam-macam caranya sehingga memunculkan kesan
lebih menarik, lebih lembut, atau lebih ekspresif. Arah garis-garis arsiran tersebut
antara lain : arsiran horizontal, vertikal, miring, arsiran silang atau gabungan. Selain itu
ada jenis arsiran yang lebih unik, yaitu berbentuk lingkaran-lingkaran kecil dan bentuk
titik-titik.

1) Arsiran horizontal (mendatar)

adalah arsiran yang sejajar dengan garis tanah.Jika objek yang diarsir berupa benda melengkung
maka arsirannya berjejer lurusmengikuti lengkungan benda tersebut sejajar dengan tanah.

2.Arsiran vertikal

adalah arah arsiran yang tegak lurus terhadap tanah.Penerapan arsiran vertikal bararti berlawanan
dengan arsiran horizontal.

3.Arsiran miring

adalah arah garis arsiran dengan kemiringan 45 – 65 derajat


dari garis tanah. Jika yang diarsir berupa kotak maka arsiran terlihat membentuk garisgaris
diagonal pada sisi luar kotak tersebut. Jika objek yang diarsir berupa benda silendris seperti botol
maka arsinya terlihat seperti ulir pada sekrup atau baut.

4.arsiran gabungan

merupakan perpaduan dua jenis arsiran sekaligus pada suatu objek, sehingga terjadi bentuk
arsiran silang horizontal-vertikal,mau pun arsiran silang miring kiri-miring kanan.

5) garis-garis lengkung yang halus seperti spiral.


Arsiran ini juga jarang diterapkan karena kurang mendukung kesan bentuk pada objek.
Biasanya penggambar menggunakan arsiran lengkung-lengkung ini pada penggambaran
pemandangan alam (lansekap), misalanya untuk menggambarkan sekelompok daun
halus dan lebat, dan gambar batu-batu kecil atau pasir.

d. Penerapan arsiran berwarna


Proses menggambar dengan teknik arsiran juga dapat menggunakan warna dari
media-media yang bisa menghasilkan garis, misalnya pensil warna, pulpen warna,
spidol, carkol, dan lain-lain. Paling umum orang mengarsir dengan pensil warna karena
variasi warnanya yang banyak serta lebih mudah didapat.
Pensil warna yang akan dijadikan media arsiran mempunyai sifat yang berbedabeda,
sehingga kita harus selektif menggunakannya supaya hasil yang dicapai akan
memuaskan.

Bagian 5. Penggunaan Warna dalam Menggambar Mode

a. Pengetahuan warna

Warna adalah pantulan cahaya yang jatuh pada suatu benda, karena sifat bahan
atau zat dari setiap benda itu memiliki perbedaan dan kemampuan mata manusia juga
memiliki keterbatasan maka pantulan cahaya itu terlihat berbeda-beda pula. Pantulan
cahaya yang berbeda-beda tersebut dikenal dengan warna-warni.

b. Teori warna
Warna-warna yang datang dari alam disebut warna alami. Warna-warna tersebut
terbagi atas warna dasar (warna primer), warna turunan pertama (warna sekunder), dan
warna turunan kedua dan seterusnya (warna tersier). Warna primer yang terlihat pada
prisma kaca adalah Merah, Biru, dan Kuning.
Warna sekunder adalah warna irisan antara dua warna primer, yaitu Violet (ungu),
Hijau, dan Orange. Sedangkan warna tersier adalah irisan antara dua warna sekunder
dan atau campuran warna sekunder dengan warna primer.

c. Aspek-aspek dalam Warna


Penggunaan warna dalam menggambar tentu perlu mempertimbangkan aspekaspek yang
ada dalam warna tersebut. Kita dapat merasakan dan membedakan antara
gambar hitam-putih dengan gambar berwarna. Aspek pertama dari warna adanya
kecerahan. Sifat dari pigmen warna ada yang memantulkan warna cerah sekali atau
terang, dan terasa ringan. Warna-warna demikian biasanya disukai sebagian orang
seperti anak-anak, dan orang yang menggunakannya untuk kepentingan iklan.
Kemudian ada juga partikel warna yang memantulkan warna gelap, sehingga terlihat
kesan berat. Warna demikian biasanya disukai oleh orang-orang dewasa atau tua.
Aspek kedua adalah ketajaman warna, artinya warna tersebut memancarkan
pigmenpigmen secara jelas, sehingga tampak berkualitas atau berbobot.

Bagian 6. Pola-Pola Dasar Penggambaran Elemen Wajah

a. Penggambaran mata.
Setelah memahami posisi letak mata pada wajah, maka perlu dipahami bentuk mata
secara mendetil, dan bagaimana teknis penggambarannya.

b. Penggambaran Hidung
Menggambar hidung sesungguhnya bukanlah membuat garis, melainkan
menampilkan gradasi warna akibat perbedaan intensitas cahaya. Namun demikian bagi
pemula sketsa hidung sangat dibutuhkan supaya bisa mencapai bentuk dan proporsi
yang wajar .
c. Penggambaran Mulut
Menggambar mulut pada dasarnya juga permainan cahaya (bukan garis atau
arsiran), namun untuk mendapatkan bentuk dan proporsi yang wajar perlu dibuat sketsa
yang berupa garis halus. Diharapkan setelah diarsir nantinya garis-garis sketsa tersebut
tidak terlihat lagi dan berganti dengan kesan gelap-terang. Proses penggambaran mulut
diawali dengan pengetahuan tata letak mulut pada wajah sehingga terlihat wajar.
Setelah itu baru membuat sketsa garis luar bibir
d. Penggambaran Telinga
Mungkin kita jarang menggambar wajah yang telinganya terlihat secara utuh
dari samping, karena bukanlah sudut pandang yang bagus menggambar wajah dari
samping. Namun demikian setiap penggambar perlu memahami bentuk yang
sesungguhnya dari telinga, sehingga setelah menggambar akan terlihat bentuknya yang
wajar. Umumnya orang menggambar wajah dilihat dari depan atau sedikit agak
menyamping. Dengan demikian terlihat lebih nyata lengkungan luar telinga, serta
lekukan daun telinga di sekitar lubang telinga.
e. Penggambaran Rambut dan Alis
Rambut juga merupakan faktor penting penampilan wajah. Orang menghabis
biaya cukup banyak untuk mendapatkan rambut yang indah, misalnya biaya beli sampo,
obat-obat perawatan rambut, dan biaya salon. Rambut yang indah dapat menambah
kepercayaan diri seseorang, sehingga menjadi pendorong semangat dalam melakukan
aktivitas sehari-hari. Rambut yang disebut sebagai mahkota itu mendapat perlakuan
sangat banyak oleh orang-orang bidang tata rias.
BAB III

KESIMPULAN

Menggambar wajah adalah suatu kegiatan memindahkan pengalaman mengamati wajah


orang ke bidang gambar dengan bantuan goresan atau arsiran sehingga menghasilkan gradasi
cahaya membentuk bagian-bagian yang ditonjolkan dan bagian yang merupakan lekukan.
Perbandingan ukuran dari masing-masing elemen dasar pada wajah akan menghasilkan bentuk
yang wajar atau alami seperti wajah manusia umumnya. Sebaliknya kegagalan si penggambar
membuat perbandingan ukuran tersebut akan menghasil gambar wajah yang tidak wajar,
misalnya menggambar mata terlalu ke atas maka akan terlihat seolah-olah dahinya sangat sempit
bagaikan kepala dipenggal bagian atasnya.

Begitu pula dengan gambar mulut yang terlalu ke bawah akan terlihat seolaholah
orangnya tidak punya dagu atau rongga mulutnya tempat memasukkan makanan sangat kecil.
Penggambaran wajah seharusnya sangat ideal (mirip dengan citaan Tuhan) karena proporsi
wajah tersebut sudah sempurna keseimbangannya. Hal ini terbukti
bahwa pelukis potret masih mendapat perhatian orang banyak sampai saat ini meskipun
sudah ada alat teknologi fotografi. Harga sebuah gambar potret atau lukisan potret jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan hasil foto. Artinya penghargaan terhadap keterampilan menggambar
seseorang jauh lebih tinggi ketimbang hasil produksi sebuah alat yang disebut tustel.
BAB IV

PENUTUP

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN BUKU

Menurut saya buku ini cukup bagus , dan mudah di pahami oleh mahasiswa ,karena buku
ini menurut saya sudah pas dan sesuai ,serta tidak membuat pemabaca bosan ,karna di dalam
nya tidak hanya terdapat bacaan saJa , di dalam buku tersebut juga disertakan gambar –
gambar yang sesuai untuk menunjang pelajaran menggambar mode ini,sehingga lebih mudah
dipahami dan lebih menarik untuk dibaca.
DAFTAR PUSTAKA

Apriyatno, Veri. 2013. Cepat dan Mudah Belajar Menggambar dengan Pensil.
Jakarta.
Penerbit Kawan Kita.
Wang, Thomas. 1985. Alih Bahasa oleh Hendro Sangkoyo. Sketsa Pensil. Jakarta.
Penerbit Erlangga.
Walker, Theodore. 2000. Sketsa Perspektif. Terjemahan oleh S. Lemeda Simarmata.
Jakarta.
Penerbit Erlangga.
Murtihadi, dkk. 1980. Dasar-Dasar Menggambar. Depdikbud. Jakarta.
Priatna, Angga. 2013. Jago Menggambar Pake Pensil dari Nol. Jakarta. PT. Wahyu
Media.
Rohman, Irfan Abdul.2010. Panduan Menggambar Manusia Menggunakan Media
Pensil. Yogyakarta. Penerbit Andi.
Sagala, Sofyan. 2003. Menggambar Illustrasi. Seni Rupa FBS Universitas Negeri
Medan, Medan.
Sipahelut, Atisah. 1991. Dasar-Dasar Desain. Depdikbud. Jakarta.
Studio, A.R. 2013. Drawing Magic Panduan Menggambar dengan Pensil. Jakarta.
Penerbit Media Kita.
Sudjana, Tarja. Dkk. 2000. Seni Rupa Untuk SLTP Kelas I. Jakarta. Penerbit
Grafindo
Media Paratama.
Syafii. Dkk. 2003. Materi dan Pembelajaran Kertakes SD. Jakarta. Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka .
Tarigan, Nelson. 2001. Menggambar Model. Seni Rupa FBS Universitas Negeri
Medan, Medan.
http://www.google.co.id/search?q=sketsa+wajah
http://peluangusaha-oke.com/cara-melukis-wajah-dengan-pensil/
http://www.google.co.id/search?q=menggambar+wajah
http://www.gramediapustakautama.com/bukudetail/82469/Teknik-
CerdikMenggambar-Wajah
http//id.wikihow.com/Menggambar Wajah
http://journal.sociolla.com/beauty-guide/model-rambut-untuk-pemilik-tubuh-berisi

Anda mungkin juga menyukai