Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

BUDAYA LAHAN KERING

ADAT PERKAWINAN ROTE-DELHA

Oleh:

Kelompok 14

1. YUFRIDON CHRISMA LUTTU (1906080070)

2. M. AFRIZAL ADY ASMARA (1906080053)

3. PEDRO ISIDORUS BONNY MAU (1906080086)

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

ILMU KOMPUTER

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kasih dan penyertaan-Nya, kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ Adat Perkawinan ROTE-DELHA” ini tepat pada
waktunya.

Tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas dari mata kuliah BUDAYA
LAHAN KERING. Adapun tujuan lainnya yaitu untuk menambah pengetahuan atau wawasan
bagi penulis dan juga pembaca tentang Budaya di setiap daerah, dalam hal ini topik yang kami
ambil adalah “Adat Perkawinan ROTE-DELHA”.

Ucapan terima kasih kepada Bapak dosen yang membawakan mata kuliah Budaya Lahan
Kering yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Dimana yang sebelumnya kami tidak
punya wawasan sedikitpun tentang Budaya yang menjadi topik pada makalah kami. Namun
dengan tugas makalah ini kami dapat belajar dan menambah wawasan kami tentang Adat
Perkawinan di ROTE-DELHA.

Ucapan terima kasih juga kepada pihak yang bersedia membantu penulisan ini,
khususnya kepada bapak Adrianus Luttu yang bersedia menjadi narasumber kami.

Apabila pada makalah ini terdapat kesalahan, kami sebagai penyusun dan penulis
memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Sekian dan Terima Kasih.

ii
DAFTAR ISI

JUDUL.......................................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah........................................................................................................ 1

C. Tujuan Pembahasan.................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

1. Definisi Adat Perkawinan............................................................................................. 2

a. Adat.............................................................................................................................. 2

b. Perkawinan................................................................................................................... 2

2. Proses-proses persiapan untuk pernikahan....................................................................... 3

a. Ola Felis....................................................................................................................... 3

b. Tu’u Felis..................................................................................................................... 3

c. Maso Minta................................................................................................................... 3

d Resepsi Pernikahan........................................................................................................ 4

e. Antaran......................................................................................................................... 5

3. Dampak Positif dan Negatif......................................................................................... 5

a. Dampak Positif........................................................................................................... 5

b. Dampak Negatif......................................................................................................... 5

4. Hubungan Adat Perkawinan Rote-Delha dengan Budaya Lahan Kering................... 5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................................. 6

B. Saran........................................................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................. 7

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap daerah memiliki adat atau kebiasaan yang berbeda-beda karena indonesia ini
budayanya sangat beragam, bahkan dalam satu kecamatan pun belum tentu punya adat yang
sama. Sehingga dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu orang yang ingin
belajar budaya dari tempat yang dijadikan objek pada makalah ini yaitu, Rote-Delha dengan
nama budaya yang di ambil adalah Adat Perkawinan.

B. Rumusan Masalah

1. Definisi Adat Perkawinan

2. Proses-proses persiapan untuk pernikahan

3. Dampak Positif dan dampak negatif dari Adat Pernikahan Rote-Delha

4. Hubungan Adat Perkawinan Rote-Delha dengan Budaya Lahan Kering

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Budaya Lahan Kering

2. Mencari informasi tentang Budaya-budaya di Provinsi Nusa Tenggara Timur

3. Mengetahui Hubungan Adat Perkawinan Rote-Delha dengan Budaya Lahan Kering

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Adat Perkawinan


a. Adat

Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai budaya, norma, kebiasaan,
kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan di suatu kelompok. Apabila adat ini tidak
dilaksanakan akan terjadi kehancuran yang menimbulkan sanksi tak tertulis oleh masyarakat
setempat terhadap pelaku yang dianggap menyimpang.
Menurut Jalaluddin Tunsam (seorang yang berkebangsaan Arab yang tinggal di Aceh
dalam tulisannya pada tahun 1660). "Adat" berasal dari bahasa Arab ‫عادات‬, bentuk jamak dari
‫( عادَة‬adah), yang berarti "cara", "kebiasaan".

b. Perkawinan

Perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang
membentuk hubungan kekerabatan dan yang merupakan suatu pranata dalam budaya
setempat yang meresmikan hubungan antar pribadi yang biasanya intim dan seksual.
Perkawinan umumnya dimulai dan diresmikan dengan upacara pernikahan. Umumnya
perkawinan dijalani dengan maksud untuk membentuk keluarga.
Tergantung budaya setempat bentuk perkawinan bisa berbeda-beda dan tujuannya bisa
berbeda-beda juga. Tapi umumnya perkawinan itu ekslusif dan mengenal konsep
perselingkuhan sebagai pelanggaran terhadap perkawinan. Perkawinan umumnya dijalani
dengan maksud untuk membentuk keluarga. Umumnya perkawinan harus diresmikan dengan
pernikahan.
Perkawinan adalah kata benda turunan dari kata kerja dasar kawin; kata itu berasal dari
kata jawa kuno ka-awin atau ka-ahwin yang berarti dibawa, dipikul, dan diboyong; kata ini
adalah bentuk pasif dari kata jawa kuno awin atau ahwin; selanjutnya kata itu berasal dari
kata vini dalam Bahasa Sanskerta.

Adat Perkawinan adalah nilai-nilai budaya, norma, kebiasaan atau hukum ketika akan
melakukan suatu ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum oleh sepasang calon mempelai
yaitu mempelai laki-laki dan mempelai wanita yang akan disatukan dalam suatu ikatan
keluarga baru.

Disetiap daerah di Rote-Ndao juga punya adat yang berbeda-beda. Salah satunya yaitu
Adat Perkawinan Rote-Delha. Adat Perkawinan ini adalah adat di Rote-Ndao yang hanya
mencakup daerah Delha, yaitu terdiri dari Desa Sedeoen, Desa Nemberala, Desa Oenggaut dan
Desa Bo’a.

2
2. Proses-proses persiapan untuk pernikahan

a. “OLA FELIS” (Pembicaraan mengenai Mahar atau Belis)

Kedua keluarga, yaitu antara calon mempelai laki-laki dan wanita mengadakan
pertemuan untuk membicarakan mahar yang harus dibayar oleh mempelai laki-laki.
Pertemuan ini biasanya diadakan ditempat (rumah) calon mempelai wanita dan dihadiri oleh
Ayah dan Ibu kandung dari kedua calon mempelai, “Maneleo”(Kepala Suku) dari kedua calon
mempelai, “To’o Huk” dan “Ba’i Huk” dari calon mempelai wanita. Penentuan jumlah mahar
dilakukan oleh Ayah dan Ibu dari calon mempelai wanita. Jumlah biayanya tergantung dari
perhitungan uang untuk Ayah dan Ibu, biaya untuk acara-acara yang akan dilakukan. Seperti,
acara resepsi dan acara malam. Tidak hanya itu, ada juga biaya yang akan diberikan kepada
“To’o Huk” atau saudara laki-laki dari Ibu, calon mempelai wanita Dan juga biaya yang
diberikan untuk “Ba’i Huk” atau Opa dari calon mempelai wanita. Pada acara ini juga,
langsung ditentukan tanggal “MASO MINTA” dan “RESEPSI PERNIKAHAN”.

b. “TU’U FELIS” (Kumpul Keluarga)

Pada acara ini, Ayah dari mempelai laki-laki mengundang semua rumpun keluarga
untuk datang membantu biaya atau mahar yang harus disiapkan, sehingga semua keluarga
datang membawa uang, hasil panen dan hasil ternak mereka. Pada acara ini mempelai laki-
laki menyiapkan makan dan minum untuk keluarga yang datang membantu. Pada acara ini
juga dilakukan “tulis buku”. yaitu, ketika keluarga memberikan uang, hasil panen dan hasil
ternak maka itu semua akan dicatat dalam buku. Tujuannya untuk ketika keluarga yang
memberikan bantuan mengadakan Kumpul Keluarga, maka mempelai laki-laki harus hadir
untuk memberikan bantuan atau bisa disebut membalas bantuan yang sudah diberikan.

c. “MASO MINTA” ( Lamaran )

Contoh gambar ketika prosesi “MASO MINTA”

Setelah semua biaya disiapkan, acara selanjutnya adalah masuk minta atau pinangan.
Acara ini dilakukan satu hari sebelum acara pernikahan.

3
Pada acara ini calon mempelai laki-laki membawa semua biaya mahar yang sudah
disepakati dan juga beberapa barang lainnya. Yang dibawa mempelai laki-laki. yaitu, 1 lampu
dan 4 dulang.
 Lampu, yang artinya keluarga datang membawa terang atau tujuan baik untuk
meminang mempelai wanita.
 Dulang yang pertama, berisi 1 tangkai buah pinang untuk penghargaan kepada pihak
keluarga.
 Dulang yang kedua, berisi 5 amplop yang berisi uang untuk Ayah dan Ibu mempelai
wanita sebagai tanda terima kasih, untuk “TO’O HUK” (air susu), untuk BA’I HUK”
(vaes) dan juga untuk pemerintah (terang kampung).
 Dulang yang ketiga, berisi make up dan pakaian sebagai hadiah untuk mempelai
wanita.
 Dulang yang keempat, berisi cincin, uang Rp. 100.000 dan “NDUNA” (alat untuk
menyimpan sirih pinang) didalam “NDUNA” ini berisi sirih, pinang, tembakau dan
kapur sirih. Cincin ini akan diberikan kepada calon mempelai wanita ( tunangan ),
uang Rp. 100.000 akan diberikan kepada keluarga yang bertugas memegang lampu
dan dulang sebagai ucapan terima kasih dan “NDUNA” yang berisi sirih, pinang,
tembakau dan kapur sirih itu akan diberikan untuk dimakan bersama oleh keluarga .

Gambar “NDUNA”

Acara “MASO MINTA" bisa juga disebut sebagai ritual yang dilakukan oleh pihak
mempelai laki-laki kepada pihak mempelai wanita. Acara “MASO MINTA” ini dipimpin
oleh seorang juru bicara ( JUBIR ). Pakaian yang dipakai pada saat acara “MASO
MINTA” adalah pakaian adat Rote-Ndao.

d. RESEPSI PERNIKAHAN

Ada beberapa acara yaitu,


 Diperhadapkan di muka agama atau diberkati. Dilakukan ibadah.
 Pesta Pernikahan(Acara Malam)
Acara ini adalah acara tambahan yang tidak diharuskan untuk dilakukan. Acara
ini dilakukan di rumah mempelai wanita. Mempelai waanita menyiapkan makan dan
minum bagi tamu undangan, menyiapkan pertunjukan alat-alat musik dan tari-tarian
tradisional, tetapi sekarang ini lebih banyak menyiapkan alat-alat musik moderen.

4
e. “ANTARAN” (Pengantaran Mempelai Wanita)

Dan acara yang terakhir adalah mempelai wanita akan diantar oleh keluarga ke rumah
mempelai laki-laki. Sebagai tanda terima kasih dari keluarga, maka biasanya dari keluarga
mempelai wanita membawa hewan ternak mereka untuk di sembelih dan di makan bersama
oleh keluarga mempelai laki-laki. Dan dalam acara ini juga biasanya diadakan ibadah syukur.

3. Dampak Positif dan dampak Negatif dari adat perkawinan Rote-Delha

a. Dampak Positif
 Adanya gotong royong(saling membantu)
 Meringankan beban keluarga
 Kekeluargaan
 Kebersamaan

b. Dampak Negatif
 Membuat beban bagi mempelai laki-laki
Artinya, karena mempelai laki-laki harus membalas bantuan yang sudah keluarga
berikan, sehingga akan menjadi beban bagi mereka. Dengan cara seperti ini bisa
dianggap, mereka berhutang kepada keluarga yang datang membantu mengumpulkan
belis.
 Kurangnya pemahaman tentang perkawinan
Artinya, karena belis yang harus di tebus mempelai laki-laki dibantu oleh
keluarga, sehingga membuat anak muda yang ingin menikah merasa menikah itu bukan
hal yang sulit. Padahal adanya belis ini adalah suatu tantangan kepada mempelai laki-
laki untuk dilewati. Dan ketika dia berhasil maka itu artinya dia sudah siap menghidupi
keluarganya saat dia sudah menikah. Tetapi sekarang ini banyak sekali anak muda yang
ingin cepat menikah(nikah muda). Walaupun mereka sebenarnya belum mampu untuk
membiayai hidup mereka sendiri ketika sudah menikah.

4. Hubungan Adat Perkawinan Rote-Delha dengan Budaya Lahan Kering


Hubungan dari Adat perkawinan ini dengan Budaya Lahan kering di Nusa tenggara
Timur adalah pada bantuan-bantuan berupa hewan ternak seperti babi, kambing, sapi, kerbau
dan hasil panen seperti jagung dan padi. Dimana semua hewan ternak dan hasil panen ini
merupakan mata pencaharian orang Rote. Ada juga sirih dan pinang yang juga merupakan
tumbuhan yang dapat tumbuh di Rote. Tidak hanya itu, ada juga pakaian adat seperti topi “TI’I
LANGGA” dan “NDUNA” atau tempat sirih pinang yang digunakan pada saat “MASO MINTA”
yang terbuat dari daun lontar yang juga merupakan tumbuhan yang dapat tumbuh di Rote.

5
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah salah satu Provinsi di indonesia yang daerahnya
rata-rata adalah daerah kering, sehingga beberapa Kabupaten yang termasuk dalam Provinsi
Nusa Tenggara Timur memiliki daerah kering, salah satunya adalah Rote-Ndao. Rote-Ndao
memiliki banyak kebudayaan dan salah satunya adalah Adat Perkawinan, dimana disetiap
daerahnyapun memiliki adat yang berbeda. Disini seperti topik yang dibahas adalah Adat
Perkawinan Rote-Delha. Dari alat-alat, bahan-bahan dan semua benda yang digunakan saat
acara adat perkawinan sangat jelas menggambarkan kebudayaan Rote-Delha sebagai suatu
daerah di Kabupaten Rote-Ndao, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang memiliki daerah kering.

B. Saran

Budaya adalah suatu identitas kita sebagai masyarakat indonesia atau daerah tertentu
di indonesia yang beraneka ragam yang tidak dimiliki daerah lain, Oleh karena itu lewat
makalah ini kami mengajak kita semua untuk mempelajari Budaya-budaya yang ada didaerah
kita.
Pada makalah ini juga kami menyadari bahwa kami sangat terbatas sehingga kami
sangat membutuhkan kritik dan saran yang dapat membangun makalah ini untuk bisa menjadi
manfaat bagi banyak orang.

6
DAFTAR PUSTAKA

 Yufri interview. 2020. “Adat Perkawinan Rote-Delha”. Kupang.


 Afrizal. 2020. maso minta adat rote. Diakses pada tanggal 3 maret 2020 dari
(https://www.google.com/search?
q=maso+minta+adat+rote&safe=strict&client=firefox-b-d&sxsrf=ALeKk00QFw-
E4hxVoHEYtI73ijQlLxIwLQ:1583477188954&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahU
KEwinye2aoIXoAhWNeisKHd_vBw4Q_AUoAnoECAwQBA&biw=1366&bih=654#imgrc=-
sV8-iLaJBWB8M&imgdii=dlf_d8eeDidBmM)
 Pedro. 2020. Sirih Pinang, Budaya dan Suatu Bentuk Penghormatan. Diakses pada
tanggal 5 maret 2020 dari (https://klanews.id/2018/10/26/sirih-pinang-budaya-dan-
suatu-bentuk-penghormatan/)

7
Presentasi Materi

Adat Perkawinan Rote-Delha


1. Definisi Adat Perkawinan

a. Adat
Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai budaya, norma,
kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan di suatu
kelompok.

b. Perkawinan
Perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi
yang membentuk hubungan kekerabatan dan yang merupakan suatu pranata
dalam budaya setempat yang meresmikan hubungan antar pribadi yang biasanya
intim dan seksual.

Jadi, Adat Perkawinan secara umum adalah nilai-nilai budaya, norma, kebiasaan
atau hukum ketika akan melakukan suatu ikatan sosial atau ikatan perjanjian
hukum oleh sepasang calon mempelai yaitu mempelai laki-laki dan mempelai
wanita yang akan disatukan dalam suatu ikatan keluarga baru.

2. Proses-proses persiapan untuk pernikahan

a. “OLA FELIS”
Kedua keluarga, yaitu antara calon mempelai laki-laki dan wanita mengadakan
pertemuan untuk membicarakan mahar yang harus dibayar oleh mempelai laki-
laki.
b. “TU’U FELIS”
Pada acara ini, Ayah dari mempelai laki-laki mengundang semua rumpun
keluarga untuk datang membantu biaya atau mahar yang harus disiapkan.

8
c. “MASO MINTA”
Setelah semua biaya disiapkan, acara selanjutnya adalah maso minta atau
pinangan.

Contoh gambar ketika prosesi “MASO MINTA”

Pada acara ini calon mempelai laki-laki membawa semua biaya mahar yang sudah
disepakati dan juga beberapa barang lainnya. Yang dibawa mempelai laki-laki.
yaitu, 1 lampu dan 4 dulang.

Lampu, yang artinya keluarga datang membawa terang atau tujuan baik untuk
meminang mempelai wanita.
 Dulang yang pertama, berisi 1 tangkai buah pinang untuk penghargaan
kepada pihak keluarga.

9
 Dulang yang kedua, berisi 5 amplop yang berisi uang untuk Ayah dan Ibu
mempelai wanita sebagai tanda terima kasih, untuk “TO’O HUK” (air susu),
untuk BA’I HUK” (vaes) dan juga untuk pemerintah (terang kampung).
 Dulang yang ketiga, berisi make up dan pakaian sebagai hadiah untuk
mempelai wanita.
 Dulang yang keempat, berisi cincin, uang Rp. 100.000 dan “NDUNA” (alat
untuk menyimpan sirih pinang) didalam “NDUNA” ini berisi sirih, pinang,
tembakau dan kapur sirih. Cincin ini akan diberikan kepada calon mempelai
wanita ( tunangan ), uang Rp. 100.000 akan diberikan kepada keluarga
yang bertugas memegang lampu dan dulang sebagai ucapan terima kasih
dan “NDUNA” yang berisi sirih, pinang, tembakau dan kapur sirih itu akan
diberikan untuk dimakan bersama oleh keluarga .

Ini adalah contoh gambar alat yang digunakan untuk menyimpan sirih pinang.
Acara “MASO MINTA" bisa juga disebut sebagai ritual yang dilakukan oleh pihak
mempelai laki-laki kepada pihak mempelai wanita. Acara “MASO MINTA” ini
dipimpin oleh seorang juru bicara ( JUBIR ). Pakaian yang dipakai pada saat acara
“MASO MINTA” adalah pakaian adat Rote-Ndao.

d. RESEPSI PERNIKAHAN
Ada beberapa acara yaitu,
Diperhadapkan di muka agama atau diberkati yaitu dilakukan ibadah.
Pesta Pernikahan
Acara ini adalah acara tambahan yang tidak diharuskan untuk dilakukan. Acara
ini dilakukan di rumah mempelai wanita. Mempelai waanita menyiapkan makan
dan minum bagi tamu undangan, menyiapkan pertunjukan alat-alat musik dan

10
tari-tarian tradisional, tetapi sekarang ini lebih banyak menyiapkan alat-alat
musik modern di banding tradisional.

e. “ANTARAN” (Pengantaran Mempelai Wanita)


Dan acara yang terakhir adalah mempelai wanita akan diantar oleh keluarga ke
rumah mempelai laki-laki. Sebagai tanda terima kasih dari keluarga, maka
biasanya dari keluarga mempelai wanita membawa hewan ternak mereka untuk
di sembelih dan di makan bersama oleh keluarga mempelai laki-laki. Dan dalam
acara ini juga biasanya diadakan ibadah syukur.

3. Dampak Positif dan dampak Negatif dari adat perkawinan Rote-


Delha
a. Dampak Positif
 Adanya gotong royong(saling membantu)
Adanya gotong royong saat persiapan acara-acara misalnya, menyiapkan barang-
barang dan alat-alat yang akan di pakai, pasang tenda, masak dan masih banyak
lagi.
 Meringankan beban keluarga
Dari bantuan yang berupa uang, barang dan tenaga sangat meringankan beban
keluarga.
 Kekeluargaan
Adanya rasa kekeluargaan. Totalitas yang diberikan oleh
 Kebersamaan
Dari ketiga contoh diatas tentunya dilakukan atas dasar kekeluargaan. Jika tidak
ada rasa kekeluargaann maka otomatis ketiga contoh diatas tidak akan ada.

b. Dampak Negatif
 Membuat beban bagi mempelai laki-laki
Artinya, karena mempelai laki-laki harus membalas bantuan yang sudah keluarga
berikan, sehingga akan menjadi beban bagi mereka. Dengan cara seperti ini bisa
dianggap, mereka berhutang kepada keluarga yang datang membantu
mengumpulkan belis.

 Kurangnya pemahaman tentang perkawinan


Artinya, karena belis yang harus di tebus mempelai laki-laki dibantu oleh
keluarga, sehingga membuat anak muda yang ingin menikah merasa menikah itu
bukan hal yang sulit. Padahal adanya belis ini adalah suatu tantangan kepada
mempelai laki-laki untuk dilewati. Dan ketika dia berhasil maka itu artinya dia

11
sudah siap menghidupi keluarganya saat dia sudah menikah. Tetapi sekarang ini
banyak sekali anak muda yang ingin cepat menikah(nikah muda). Walaupun
mereka sebenarnya belum mampu untuk membiayai hidup mereka sendiri ketika
sudah menikah.

4. Hubungan Adat Perkawinan Rote-Delha dengan Budaya Lahan


Kering

Hubungan dari Adat perkawinan ini dengan Budaya Lahan kering di Nusa
tenggara Timur adalah pada bantuan-bantuan berupa hewan ternak seperti babi,
kambing, sapi, kerbau dan hasil panen seperti jagung dan padi. Dimana semua
hewan ternak dan hasil panen ini merupakan mata pencaharian orang Rote. Ada
juga sirih dan pinang yang juga merupakan tumbuhan yang dapat tumbuh di
Rote. Tidak hanya itu, ada juga pakaian adat seperti topi “TI’I LANGGA” dan
“NDUNA” atau tempat sirih pinang yang digunakan pada saat “MASO MINTA”
yang terbuat dari daun lontar yang juga merupakan tumbuhan yang dapat
tumbuh di Rote.

Kesimpulan

Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah salah satu Provinsi di indonesia yang
daerahnya rata-rata adalah daerah kering, sehingga beberapa Kabupaten yang
termasuk dalam Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki daerah kering, salah
satunya adalah Rote-Ndao. Rote-Ndao memiliki banyak kebudayaan dan salah
satunya adalah Adat Perkawinan, dimana disetiap daerahnyapun memiliki adat
yang berbeda. Disini seperti topik yang dibahas adalah Adat Perkawinan Rote-
Delha. Dari alat-alat, bahan-bahan dan semua benda yang digunakan saat acara
adat perkawinan sangat jelas menggambarkan kebudayaan Rote-Delha sebagai
suatu daerah di Kabupaten Rote-Ndao, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang
memiliki daerah kering.

12

Anda mungkin juga menyukai