Anda di halaman 1dari 14

KEMERDEKAAN BERAGAMA DAN

BERKEPERCAYAAN DI INDONESIA

Oleh:
Decequen Putri Setiadi
Kelas

PEMERINTAH PROVINSI
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI
1945
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Kemerdekaan
Beragama dan Berkepercayaan di Indonesia” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas kelompok mata pelajaran
PKn. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan
sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan
informasi yang akan menjadi bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah
dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Jakarta, 17 Agustus 1945


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kemerdekaan Beragama dan Berkepercayaan...................... 3
B. Membangun Kerukunan Umat Beragama............................................... 5
C. Saling Menghargai Tanpa Membedakan Agama..................................... 6
D. Kebijakan Pemerintah dalam Pelaksanaan Kemerdekaan Beragama
dan Berkepercayaan................................................................................. 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. 10
B. Saran........................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu ciri dari negara hukum adalah adanya jaminan perlindungan
terhadap hak asasi manusia oleh negara kepada warga negaranya. Kebebasan
beragama dan berkepercayaan merupakan salah satu bagian penting dari hak
asasi manusia. Jaminan kebebasan beragama dan berkepercayaan warga
negara dijamin secara konstitusional dalam Pasal 29 UUD 1945.
Hak beragama juga diakui sebagai hak yang tidak dapat dikurangi
dalam keadaan apapun berdasarkan Pasal 28I Ayat (1) UUD 1945.
Konsekuensi dari adanya jaminan tersebut, setiap orang wajib menghormati
kebebasan beragama orang lain (Pasal 28 J ayat (1) UUD 1945). Sebagai hak
konstitusional dan hak asasi, negara bertanggungjawab atau berkewajiban
untuk mempromosikan (to promote), melindungi (to protect), memenuhi (to
fulfill), kebebasan beragama dan berkepercayaan (Pasal 28 I ayat (4) UUD
1945). Pasal 22 Ayat (1) Undang-Undang Hak Asasi Manusia No. 39 Tahun
1999 menyatakan bahwa setiap orang bebas memeluk agamanya dan beribadat
sesuai dengan kepercayaanya yang diyakini.
Setiap warga negara memiliki hak untuk menganut dan melak sanak an
agama dan kepercayaannya sesuai dengan keyakinan masing-masing, namun
dalam konteks nasional, negara juga wajib mengatur agar dalam kehidupan
beragama tidak terjadi benturan antara penganut agama yang satu dengan
penganut agama lainya. Pasal 29 UUD 1945 secara tegas memberikan tugas
kepada negara untuk menjamin kebebasan beragama dan beribadah bagi para
pemeluknya. Peran negara diperlukan untuk menciptakan dan memelihara
suasana kebebasan beragama dan kerukunan umat beragama guna
mewujudkan masyarakat Indonesia yang aman, damai, sejahtera dan bersatu.
Pelaksanaan prinsip kebebasan beragama dan berkepercayaan tersebut,
mengalami pasang surut. Timbulnya kebijakan negara yang menentukan
aturan hukum mengenai apa yang seharusnya berlaku untuk mengatur
kehidupan beragama dan berkepercayaan di Indonesia menjadi hal yang perlu

1
2

dikaji, untuk menentukan kebijakan yang ideal yang sesuai dengan cita- cita
berbangsa. Berdasarkan hal tersebut, maka tulisan ini disusun dalam upaya
memahami politik hukum mengenai kebebasan beragama dan berkepercayaan
di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas di dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian kemerdekaan beragama dan berkepercayaan?
2. Bagaimana cara membangun kerukunan umat beragama?
3. Bagaimana cara saling menghargai tanpa membedakan agama?
4. Apa kebijakan pemerintah dalam pelaksanaan kemerdekaan beragama dan
berkepercayaan?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kemerdekaan Beragama dan Berkepercayaan


Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang beragama.
Kehidupan beragama merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan seluruh masyarakat Indonesia, termasuk kalian sebagai pelajar.
Setiap awal pelajaran kalian tentunya selalu dipersilakan untuk berdoa
berdasarkan agama dan kepercayaannya masing-masing. Begitupun ketika
berada di lingkungan keluarga atau masyarakat, kalian dapat melakukan
berbagai kegiatan keagamaan dengan nyaman, aman dan tertib. Hal itu semua,
dikarenakan di negara kita sudah ada jaminan akan kemerdekaan beragama
dan kepercayaan yang dimiliki oleh seluruh rakyat Indonesia.
Kemerdekaan beragama dan berkepercayaan mengandung makna
bahwa setiap manusia bebas memilih, melaksanakan ajaran agama menurut
keyakinan dan kepercayaannya. Setiap manusia tidak boleh dipaksa oleh
siapapun, baik itu oleh pemerintah, pejabat agama, masyarakat, maupun orang
tua sendiri. Kemerdekaan beragama dan berkepercayaan muncul dikarenakan
secara prinsip tidak ada tuntunan dalam agama apa pun yang mengandung
paksaan atau menyuruh penganutnya untuk memaksakan agamanya kepada
orang lain, terutama terhadap orang yang telah menganut salah satu agama.
Kemerdekaan beragama itu tidak dimaknai sebagai kebebasan untuk
tidak beragama atau bebas untuk tidak beriman kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Kemerdekaan beragama bukan pula dimaknai sebagai kebebasan untuk
menarik orang yang telah beragama atau mengubah agama yang telah dianut
seseorang. Selain itu kemerdekaan beragama juga tidak diartikan sebagai
kebebasan untuk beribadah yang tidak sesuai dengan tuntunan dan ajaran
agama masing-masing. Setiap manusia tidak diperbolehkan menistakan agama
dengan melakukan peribadatan yang menyimpang dari ajaran agama yang
dianutnya.

3
4

Kemerdekaan beragama dan kepercayaan di Indonesia dijamin oleh


UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam Pasal 28 E ayat (1) dan
(2) sebagai berikut.
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali.
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
Di samping itu, dalam Pasal 29 UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 ayat (2) disebutkan, bahwa “negara menjamin kemerdekaan tiap-
tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya itu.”
Ketentuan-ketentuan di atas, semakin menunjukkan bahwa di
Indonesia telah dijamin adanya persamaan hak bagi setiap warga negara untuk
menentukan dan menetapkan pilihan agama yang ia anut, menunaikan ibadah
serta segala kegiatan yang berhubungan dengan agama dan kepercayaan
masing-masing. Dengan kata lain, seluruh warga negara berhak atas
kemerdekaan beragama seutuhnya, tanpa harus khawatir negara akan
mengurangi kemerdekaan itu.
Dikarenakan kemerdekaan beragama tidak boleh dikurangi dengan
alasan apapun sebagaimana diatur dalam Pasal 28 I ayat (1) UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyebutkan bahwa “hak untuk hidup,
hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di
hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku
surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun.” Oleh karena itu, untuk mewujudkan ketentuan tersebut, diperlukan
hal-hal sebagai berikut.
1. Adanya pengakuan yang sama oleh pemerintah terhadap agama-agama
yang dipeluk oleh warga negara.
5

2. Tiap pemeluk agama mempunyai kewajiban, hak dan kedudukan yang


sama dalam negara dan pemerintahan.
3. Adanya kebebasan yang otonom bagi setiap penganut agama dengan
agamanya itu, apabila terjadi perubahan agama, yang bersangkutan
mempunyai kebebasan untuk menetapkan dan menentukan agama yang ia
kehendaki.
4. Adanya kebebasan yang otonom bagi tiap golongan umat beragama serta
perlindungan hukum dalam pelaksanaan kegiatan peribadatan dan kegiatan
keagamaan lainnya yang berhubungan dengan eksistensi agama masing-
masing.

C. Membangun Kerukunan Umat Beragama


Kemerdekaan beragama di Indonesia menyebabkan Indonesia
mempunyai agama yang beraneka ragam. Di sekolah kalian, mungkin saja
warga sekolahnya (siswa dan guru) menganut agama yang berbeda- beda
sesuai dengan keyakinannya. Atau mungkin saja, kalian mempunyai tetangga
yang tidak seagama dengan kalian. Hal itu semua, merupakan sesuatu yang
wajar. Keberagaman agama yang dianut oleh bangsa Indonesia itu tidak boleh
dijadikan hambatan untuk memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa. Hal
tersebut tentu saja akan terwujud apabila dibangun kerukunan umat beragama.
Kerukunan umat beragama merupakan sikap mental umat beragama
dalam rangka mewujudkan kehidupan yang serasi dengan tidak membedakan
pangkat, kedudukan sosial dan tingkat kekayaan. Kerukunan umat beragama
dimaksudkan agar terbina dan terpelihara hubungan baik dalam pergaulan
antara warga yang seagama maupun yang berlainan agama. Di negara kita
mengenal konsep Tri Kerukunan Umat Beragama, yang terdiri atas kerukunan
internal umat seagama, kerukunan antar umat berbeda agama, dan kerukunan
antar umat beragama dengan pemerintah. Bagaimana perwujudan dari tiga
konsep kerukunan itu? Untuk mengetahuinya, simaklah uraian berikut.
Kerukunan antar umat seagama berarti adanya kesepahaman dan
kesatuan untuk melakukan amalan dan ajaran agama yang dipeluk dengan
menghormati adanya perbedaan yang masih bisa ditolerir. Dengan kata lain,
6

sesama umat seagama tidak diperkenankan untuk saling bermusuhan, saling


menghina, saling menjatuhkan, tetapi harus mengembangkan sikap saling
menghargai, menghormati dan toleransi apabila terdapat perbedaan, asalkan
perbedaan tersebut tidak menyimpang dari ajaran agama yang dianut.
Kerukunan antar umat beragama adalah cara atau sarana untuk
mempersatukan dan mempererat hubungan antara orang-orang yang tidak
seagama dalam proses pergaulan di masyarakat, tetapi bukan ditujukan untuk
mencampuradukkan ajaran agama. Ini perlu dilakukan untuk menghindari
terbentuknya fanatisme ekstrem yang membahayakan keamanan, dan
ketertiban umum. Bentuk nyata yang bisa dilakukan adalah dengan adanya
dialog antar umat beragama yang di dalamnya bukan membahas perbedaan,
akan tetapi memperbincangkan kerukunan, dan perdamaian hidup dalam
bermasyarakat. Intinya adalah bahwa masing-masing agama mengajarkan
manusia untuk hidup dalam kedamaian dan ketenteraman.
Kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah, maksudnya
adalah dalam hidup beragama, masyarakat tidak lepas dari adanya aturan
pemerintah setempat yang mengatur tentang kehidupan bermasyarakat.
Masyarakat tidak boleh hanya menaati aturan dalam agamanya masing-
masing, akan tetapi juga harus menaati hukum yang berlaku di negara
Indonesia.

D. Saling Menghargai Tanpa Membedakan Agama


Negara Indonesia menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan
kepercayaannya itu. Dengan adanya kemerdekaan dalam beragama, negara
Indonesia mengakui adanya enam agama yaitu agama Islam, Kristen, Katolik,
Hindu, Buddha, dan Konghucu. Pemerintah membentuk lembaga keagamaan
untuk menjaga kerukunan antarumat beragama yang berbeda. Lembaga
keagamaan bertugas mengatur, mengurus, serta membahas dan menyelesaikan
segala masalah yang menyangkut keagamaan. Adapun fungsi dari lembaga
keagamaan sebagai berikut.
7

1. Tempat untuk membahas dan menyelesaikan segala masalah yang


menyangkut keagamaan.
2. Media menyampaikan gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan umat
dan bangsa.
3. Wahana silaturahmi yang dapat menumbuhkan rasa persaudaraan dan
kekeluargaan.
4. Tempat berdialog antara sesama anggota dan antarkelompok agama.
Sikap saling menghargai antarwarga negara tanpa membedakan agama
hanya dapat dibina dalam lingkungan kehidupan masyarakat dengan suasana
seperti berikut.
1. Toleransi antarumat beragama.
2. Kemerdekaan beragama dilaksanakan dengan adil dan benar.
3. Menumbuhkan kerukunan dalam pergaulan.
4. Menumbuhkan saling pengertian dalam pergaulan.
5. Tidak bersikap reaktif dan menentang.
Adapun bentuk sikap saling menghargai tanpa membedakan agama
yang dapat ditunjukkan oleh warga negara Indonesia seperti berikut.
1. Memberi kesempatan kepada pemeluk agama lain yang akan
melaksanakan kegiatan keagamaannya dan tidak mengganggu atau
mengacaukan kegiatan keagamaan agama lain.
2. Saling membantu dalam bidang kemanusiaan atau sosial, seperti gotong
royong, dan membantu korban bencana.
3. Mengadakan musyawarah wakil-wakil agama yang berbeda secara mandiri
maupun dengan pihak pemerintah demi kepentingan bersama.

E. Kebijakan Pemerintah dalam Pelaksanaan Kemerdekaan Beragama


dan Berkepercayaan
Hak atas kebebasan beragama dan berkepercayaan menjadi tanggung
jawab negara. Hak atas kebebasan beragama dengan tegas dijamin oleh
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28E dan Pasal 29. Selain dijamin di dalam
konstitusi, juga dijamin di berbagai peraturan perundangan. Tahun 2005 telah
diratifikasi konvensi internasional hak-hak sipil dan politik melalui Undang-
8

Undang Nomor 12 Tahun 2005. Artinya secara yuridis, jaminan terhadap


kebebasan beragama dan berkeyakinan sangat kuat di dalam rezim hukum di
Indonesia. Bahkan, kalau diperhatikan ketentuan di dalam konstitusi, hak atas
kebebasan beragama ini diberikan dengan kualitas non derogable rights atau
hak yang tidak boleh dicabut dalam situasi apapun.
Jadi, kualitas dari hak kebebasan beragama dan berkepercayaan ini
memiliki kedudukan atau status yang sangat tinggi di dalam hierarki hak asasi
manusia. Oleh karena itu, Negara Republik Indonesia memiliki kewajiban
konstitusional untuk menjamin terpenuhinya hak-hak ini.
Komponen hak-hak kebebasan beragama ada dua aspek kebebasan
yang terkandung di dalam hak atas kebebasan beragama itu. Yang pertama
adalah, aspek kebebasan internal atau disebut dengan forum internum, dan
yang kedua adalah aspek kebebasan eksternal atau disebut forum eksternum.
Internum adalah kebebasan individual yang dimiliki oleh setiap orang untuk
meyakini, atau berpikir, atau memilih agama yang diyakininya, meyakini
doktrin- doktrin keagamaan yang menurut dia benar. Forum internum tidak
bisa diintervensi oleh negara. Sedangkan forum eksternal atau kebebasan
eksternal, yang dimaksud dengan itu adalah kebebasan seseorang untuk
mengekspresikan atau memanifestasikan agama yang diyakininya itu melalui
dakwah, melalui pendidikan, dan melalui sarana-sarana yang lain.
Kebebasan ini juga harus dijamin untuk setiap orang pemeluk agama
bebas menyampaikan misi agamanya, mendakwahkannya, mewariskannya
kepada anak-cucunya, dan sebagainya. Itu harus dijamin oleh setiap negara.
Kebebasan juga dikenakan pembatasan. Walaupun kualitas dari hak ini
berstatus sangat tinggi karena bersifat non derogable, tetapi terhadap
kebebasan ini juga diterapkan pembatasan- pembatasan. Tetapi,
pembatasannya ditujukan terutama kepada kebebasan yang bersifat eksternal,
yaitu dalam konteks menyebarluaskan ajaran agama itu, mewariskannya,
mendakwahkannya, dan seterusnya seperti itu.
Pembatasan yang diperkenankan untuk kebebasan adalah (1)
pembatasan dari sudut keamanan masyarakat, (2) ketertiban masyarakat atau
public order, kesehatan atau moralitas masyarakat, (3) hak dan kebebasan
9

orang lain. Inilah alat ukur untuk membatasi kebebasan beragama itu,
khususnya kebebasan dalam lingkup kebebasan eksternal, tetapi pembatasan-
pembatasan harus dinyatakan oleh hukum, bukan didasarkan oleh kesepakatan
atau apa pun, tetapi harus dinyatakan melalui hukum. Dalam tingkat praktik
kenegaraan, negara membentuk satu kementerian khusus yang membidangi
urusan agama yaitu Kementerian Agama. Hari-hari besar keagamaan
dihormati dalam praktik bernegara. Demikian pula hukum agama dalam hal
ini syari’at Islam yang terkait dengan nikah, talak, rujuk, waris, hibah, wasiat,
wakaf, ekonomi syari’ah, dan lain-lain telah menjadi hukum negara khususnya
yang berlaku bagi pemeluk agama Islam; dasar falsafah negara, konstitusi
negara, serta praktik dan kenyataan ketatanegaraan.
Penghormatan Negara Indonesia atas berbagai konvensi serta
perangkat hukum internasional termasuk hak asasi manusia haruslah tetap
berdasarkan pada falsafah dan konstitusi Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Dalam kerangka itulah dimaknai prinsip negara hukum Indonesia
yang tidak harus sama dengan prinsip negara hukum dalam arti rechtsstaat
maupun the rule of law. Prinsip negara hukum Indonesia harus dilihat dengan
cara pandang UUD 1945, yaitu negara hukum yang menempatkan prinsip
Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai prinsip utama, serta nilai-nilai agama yang
melandasi gerak kehidupan bangsa dan negara, bukan negara yang
memisahkan hubungan antara agama dan negara (separation of state and
religion), serta tidak semata-mata berpegang pada prinsip individualisme
maupun prinsip komunalisme.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kemajemukan atau pluralisme dalam beragama dan berkepercayaan
adalah suatu hal yang wajar karena hal tersebut adalah sunatullah yang tidak
dapat dihindari dan diingkari oleh umat manusia, oleh karena itu yang
diharapkan adalah dari setiap warga masyarakat bisa menerima kemajemukan
itu sebagaimana adanya dan negara dalam hal ini bertugas atau melaksanakan
fungsi memberikan perlindungan serta jaminan pelaksanaan kebebasan
beragama dan berkeyakinan tanpa membeda-bedakan umat mayoritas dan
minoritas. Agama memainkan peran yang penting dalam kehidupan bernegara
dan berbangsa terutama di Indonesia.
Kemerdekaan beragama di Indonesia diatur dalam Pasal 28 E, Pasal 28
I, dan Pasal 29 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Kemerdekaan beragama merupakan hak setiap warga negara untuk memeluk
dan beribadat sesuai dengan agama dan kepercayaan yang diyakininya.
Kemerdekaan beragama tidak diartikan sebagai kebebasan untuk tidak
beragama, serta tidak diartikan sebagai kebebasan untuk memaksakan ajaran
agama kepada orang lain.

F. Saran
Dalam prinsip persamaan kedudukan warga negara Indonesia, setiap
warga negara mempunyai hak yang sama atas agama dan kepercayaannya. Hal
ini berarti bahwa setiap warga masyarakat mempunyai status yang sama dalam
kehidupan sosialnya. Tidak ada perbedaan di antara manusia yang satu dengan
yang lain, suatu kelompok dengan kelompok lain sama-sama diakui hak-hak
sipilnya, dan tidak ada satu golongan pun yang diistimewakan.

10
DAFTAR PUSTAKA

El-Muhtaj, Majda. 2007. Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.

Erwin, Muhammad. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia.


Bandung: Refika Aditama.

Hamidi, Jajim & M. Husnu Abadi. 2001. Intervensi Negara terhadap Agama.
Yogyakarta: UII Press.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Nuryadi, Heri M.S. Faridy. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan: Wawasan


Kebangsaan. Jakarta, BSNP-BSE.

Pasha, Musthafa Kamal. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education).


Yogyakarta: Citra Karsa mandiri.

Anda mungkin juga menyukai