Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
A.            Adat Istiadat Perkawinan Melayu Riau
Setiap suku bangsa di dunia mempunyai adat perkawinan yang berbeda – beda. Hal ini
sangat dipengarui oleh beberapa factor, antara lain: keadaan geografis, agama, budaya,
ekonomi maupun bahasa. Apapun bentuk keragaman upacara perkawinan adat, tetapi pada
hakekatnya perkawinan merupakan suatu upacara yang sakral, suci dan religious, karena
perkawinan tidak lepas dari suatu kebutuhan biologis manusia dan juga merupakan suatu
perintah TUHAN, seperti yang tertera pada surat Q.S Ar-Rum: 21. Salah satu adat istiadat
yang tetap terpelihara di masyarakat yang tinggal di Daik Lingga adalah tata cara perkawina
adat melayu. Meskipun sebagai akibat pengaruh terutama ekonomi dan budaya lain serta
pemahaman- pemahaman yang masih kurang tetapi tidak terelakkan terhadap perlaksanan
adat istiadat perkawinan itu sendiri, akan tetapi prinsip – prinsip kearifan nilai – nilai dan
maknanya tetapi terjaga dan terjunjung tinggi.
Tata cara adat perkawinan melayu di Riau masih tetap ada sampai saat ini, dimana
susunan upacara (prosesi) adat perkawinan masarakat Melayu tersebut memiliki 3 (tiga)
tahapan yaitu: 
-        Tahapan seseorang sebelum menikah
-        Tahapan akad nikah
-        Tahapan sesudah nikah.

Bangsa melayu awalnya datangnya kesemenanjung tanah melayu hingga sampai


kekerajaan lingga-riau, mereka telah bersama membawa kebudayaan unik dan tersendiri yang
meliputi keseluruhan cara serta sudut pandang berkehidupan . kebudayaan ini lebih kita kenal
dengan istilah “ adat “ yang diartikan sebagai tata cara dan peraturan hidup keseharian, baik
itu perindividu maupun di dalam  bermasyarakat yang dapat mewujudkan kerukunan,
ketentraman dan penuh kedamaian serta keharmonisan di dalam hidup bermasyarakat. Adat
juga melingkupi tata cara / ritual yang diamalkan untuk dijalani, pada upacara/ acara
perayaan dan di majelis-majelis resmi selagi tidak bertentangan kepada keimanan, ketaqwaan
dan agama, baik secara jasmaniah maupun rohaniah.
Diawali berazam dan bertamaddunnya bangsa Melayu, adatlah yang menjadi tolak ukur
utama dalam mengatur masyarakatnya. Walau bagaimana pun adat secara terus menerus

1
mulai di pengarui melalui proses perubahan  berlalunya masa, waktu dan tempat, terutama
perkembangan agama Islam di negeri ini. Dengan kedatangan Islam, undang- undang adat
telah melebur menjadi satu bersama aturan islam dalam menopang jalan nya pemerintahan
umat melayu.

1.2  Rumusan Masalah


1.    Apa yang dimaksud dengan Merisik ?
2.    Apa yang dimaksud dengan Merasi ?
3.    Apa yang dimaksud dengan Meminang ?
4.    Apa yang dimaksud dengan Mengantar tanda ?
5.    Apa yang dimaksud dengan Mengantar belanja ?
6.    Apa yang dimaksud dengan Mengajak dan menjemput ?
7.    Apa yang dimaksud dengan Menggantung-gantung ?
8.    Apa yang dimaksud dengan Berandam ?
9.    Apa yang dimaksud dengan Berinai ?
10.  Apa yang dimaksud dengan Berkhatam qur’an ?
11.  Apa yang dimaksud dengan akad nikah ?
12.  Apa yang dimaksud dengan Tepuk tepung tawar ?
13.  Apa yang dimaksud dengan Bersanding ?
14.  Apa yang dimaksud dengan Bersuap-suap ?
15.  Apa yang dimaksud dengan Makan berhadap ?
16.  Apa yang dimaksud dengan Menyembah ?
17.  Apa yanng dimaksud dengan Mandi-mandi ?
18.  Apa yang dimaksud dengan Berambih ?

1.3     Tujuan Penulisan


-          Mengingat kembali nilai-nilai budaya adat Melayu yang mulai dipengaruhi oleh
pergeseran waktu dan modernisasi
-          Mempelajari/ mengkaji serta mengetengahkan pokok masalah adat perkawinan tradisi
Melayu yang pernah bertamadun di Daik Bunda Melayu di masa-masa silam yang tidak
bertentangan dengan nilai ajaran agama islam
-          Menambah wawasan dan panduan budaya daerah bagi generasi penerus yang akan
datang
-          Mengenal jati diri orang Melayu di negeri Bunda Tanah  Melayu.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Adat Istiadat Perkawinan Melayu Riau


1. Merisik
Merisik1) berasal dari kata “risik” yang berarti “menyelidiki”. Ini artinya, sebelum
adanya suatu perkawinan, penyelidikan terhadap seorang gadis perlu dilakukan oleh pihak
keluarga laki-laki untuk menilai dan sekaligus menentukan apakah gadis tersebut layak
menjadi menantu atau tidak. Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh perempuan yang
berumur separuh baya atau yang telah berumur sekitar empat puluh tahun ke atas. Orang
tersebut oleh masyarakat setempat disebut sebagai tukang perisik. Tugasnya adalah
mencermati secara diam-diam wajah atau rupa dan segala tingkah laku Si gadis. Untuk
itu, tukang perisik mesti datang bertamu ke rumahnya.
2. Merasi
          Tujan merasi adalah untuk memastikan apakah pasangan yang hendak di jodohkan itu
sebenarnya cocok atau tidak. Artinya merasi merupakan kegiatan meramal atau menilik
keserasian antara pasangan yang hendak dijodohkan. Kegiatan ini biasanya dilakukan melalui
perantara seorang ahli yang sudah terbiasa bertugas mencari jodoh kepada orang yang
hendakmenikah. Pencari jodoh tersebut akan memberikan pendapatnya bahwa pasangan
tersebut dinilai cocok(sesuai) atau tidak.
3. Meminang
Ketika hari yang ditentukan tiba, maka pihak keluarga laki-laki mengirim rombongan
peminangan yang biasanya berjumlah 5 orang, yaitu 1 orang ketua (laki-laki) dan 4 orang
anggota (2 orang laki-laki dan 2 orang perempuan). Orang yang dipilih untuk menjadi ketua
rombongan peminangan adalah orang yang bijak dan santun dalam berbicara dan bisa
berpantun atau berseloka. Jika dalam kerabatnya orang seperti itu tidak ada, maka bisa minta
tolong kepada orang lain (di luar kerabatnya) yang biasa melakukannya. Sedangkan,
anggotanya yang berjumlah 4 orang itu biasanya terdiri atas 2 orang kerabat dan 2 orang
tetangga.
4. Mengantar tanda
 Jika peminangan disambut baik oleh pihak keluarga perempuan (disetujui), maka
tahap berikutnya adalah mengantar tande. Kegiatan ini dilakukan hari ke 4 atau ke 5 dari
peminangan. Sebagai persiapan, 2 atau 3 hari sebelumnya, keluarga pihak laki-laki akan

3
mengundang kerabat, tetangga dan handai taulan terdekat untuk diikutsertakan dalam acara
tersebut. Acara mengantar tande ini biasanya dipimpin oleh orang yang dalam peminangan
menjadi ketua rombongan. Orang tersebut dipilih karena dinilai mempunyai persyaratan yang
pas, yaitu pintar berpantun, mempunyai selera humor yang tinggi, luas pergaulannya, dan
tahu persis tentang adat perkawinan. Dalam hal ini orang tersebut sekaligus sebagai wakil
pihak keluarga laki-laki.
5. Mengantar belanja
          Mengantar  belanja (hantaran keperluan pesta pernikahan) dalam tahap ini pihak laki-
lakikembali datang kerumah keluarga si gadis. Dal antar belanja keperluan pesta pernikahan
biasanya ditentukan atas permintaan keluarga pihak perempuan. Sejumlah uang yang
dibentuk sedemikian rupa dibawa beserta pengiringnya seperti seperangkat pakaian dan
benda-benda yang disenangi sang gadis.
          Dalam acara antar belanja seperangkat tanun siak tak pernah ketinggalan untuk
diberikan pad sang gadis. Kain tenun siak yang indah merupakan ciri khas kain tenun
masyarakat melayu riau. Dalam adat melayu riau setiap hantaran biasanya berjumlah ganji.
Makna yang terkandung alam jumlah ganjil dalam setiap hantaran yang diberikan terkait
dengan nilai-nilai agama islam yang lebih menyukai angka ganjil seperti jumlah 99 asma’ul
husna.
6. Mengajak dan menjemput
          Acara mengajak dan menjemput adalah bagian dari persiapan yang dilakukan untuk
melaksanakan pekerjaan dalam majelis nikah-kawin. Pelaksanaan dalam pekerjaan ini
didalam nya penuh mengandung nilai-nilai kebersamaan antara sesama.
          Sebelum diadakan acara mengajak dan menjemput terlebih dahulu diadakan
musyawarah dirumah calon pengantin perempuan untuk menentukan siapa yang akan diajak
dan dijemput. Pekerjaan menjemput ini hendaklah dilakukan secara seksama supaya orang-
orang yang pantas dijak tidak tersalah. Disebabkan seperkara ini juga menyangkut kepada
penghargaan dan kedudukan seseorang didalam masyarakat. Sehingga tampaklah pada
pekerjaan mengajak dan menjemput ini mempunyai nilai etika dan moral yang tinggi. Untuk
mengajak dan menjemput ini dilakukan oleh beberapa pasang suami istri yang sudah
mempunyai pengalaman. Dan selalunya membawa tepak sirih yang lengkap dengan isinya.
7. Menggantung-gantung
          Sebelum majelis pernikahan diperbuat, maka dilaksanakan terlebih dahulu
kepada pekerjaan menggantung-gantung. Pekerjaan menggantung ini biasanya dilakukan 4

4
atau 5 hari  sebelum hari pernikahan. Pekerjaan yang dilakukan dirumah calon pengantin
perempuan ini  adalah berupa persiapan-persiapan. Yaitu membersihkan dan menghias rumah
dengan menggunakan bermacam-macam tabir yang digantung dan membuat langit-langit dari
kain, mengganti dan memasang ”lansi tingkap”, memasang dan menghias tempat tidur baru
yang lengkap untuk pengantin baru, dan hal-hal lainnya yang diperlukan untuk menghadapi
majelis pernikahan tersebut, termasuklah membuat dapur dan bangsal, membuat “peterakne”
atau “peti ratna/peti rakna” yaitu tempat pengantin duduk bersanding, dan membuat
pelaminan tempat tidur pengantin.
8. Berandam
          Upacara ini lazim dilakukan setelah malam berinai yaitu keesokan harinya. Tujuannya
untuk menghapuskan/membersihkan sang calon pengantin dari ‘kotoran’ dunia sehingga
hatinya menjadi putih dan suci. Berandam pada hakikatnya adalah melakukan pencukuran
bulu roma pada wajah dan tengkuk calon pengantin wanita sekaligus juga membersihkan
mukanya. Berandam adalah memotong atau mencukur rambut, baik calon pengantin laki-laki
maun perempuan. Untuk calon pengantin laki-laki biasanya yang dicukur adalah rambut yang
tumbuh di kepalanya saja.
          Sedangkan, untuk calon pengantin perempuan meliputi  rambut yang tumbuh tipis di
tengkuk, pelipis dan dahi. Pencukuran ini, khususnya untuk calon pengantin perempuan,
biasanya dilakukan sehari sebelum akad nikah. Untuk keperluan ini peralatan yang digunakan
adalah (1) gunting rambut beserta pisau lipat (pisau cukur); (2) sebutir buah kelapa yang
dikupas kulitnya dan dibentuk menyerupai gunung, kemudian dililiti dengan benang lima
warna (merah tua, biru tua, hijau tua, kuning dan putih) yang masing-masing panjangnya
sekitar satu depa.; (3) kain putih yang panjangnya dua hasta atau satu meter; dan (4) dua
batang lilin.Sebelum berandam dilakukan, calon pengantin perempuan dimandikan oleh Mak
Andam dengan air basa dan disudahi dengan mandi langir (air yang dicampur dengan sejenis
akar yang mengeluarkan lendir dan dicampur dengan perasan jeruk nipis). Selanjutnya,
adalah pemotongan rambut itu sendiri. Untuk itu, kedua  bahu  calon pengantin diselimuti
dengan kain putih yang panjangnya sekitar dua hasta (seperti tukang cukur/pangkas hendak
memangkas rambut langganannya). Sementara itu, Mak Andam mengambil gunting rambut
lalu membaca mantra dan mencukurnya. Sisa-sisa rambut yang jatuh dikumpulkan kemudian
dibungkus dengan kain putih lalu ditanam. Sebagai catatan, setiap Mak Andam mempunyai
mantera yang berbeda.

5
9. Berinai
Tujuan upacara ini dimaksudkan untuk menolak bala dan melindungi pasangan
pengantin dari marabahaya, termasuk bahaya yang kasat mata, menaikkan aura dan cahaya
pengantin wanita dan memunculkan wibawa pengantin pria. Berinai berarti mengolesi kuku
jari tangan dan kaki dengan  inai. Acara ini dilakukan pada hari berikutnya (setelah
acara bertepuk tepung tawar). Dalam hal ini kuku jari tangan dan kaki kedua
mempelai diinai. Makna simbolik yang terkandung dalam penginaian ini adalah hidup baru.
Artinya, dengan berinai, sepasang muda-mudi telah melangkahkan kakinya (memasuki)
kehidupan berumah tangga.Pelaksanaan inai untuk pengantin laki-laki diawali dengan
berbaringnya pengantin di atas tikar yang terbuat dari pandan. Kemudian, kedua telapak
tangan dan kaki beserta ujung kuku jari-jarinya diolesi dengan inai.
 Sementara, pelaksanaan berinai untuk pengantin perempuan tidaklah seringkas
pengantin laki-laki. Banyak hal yang harus disediakan dalam menginai pengantin perempuan.
Jadi, tidak hanya inai semata, tetapi ada kelengkapan lain seperti lilin dan selembar kain
panjang. Pelaksanaan inai untuk pengantin perempuan diawali dengan dibaringkannya Sang
pengantin di atas kasur yang beralaskan tikar yang terbuat dari pandan. Itu masih ditutupi
dengan tabir yang oleh masyarakat setempat disebut sebagai tabir kelek anak. Tabir ini
berfungsi sebagai sebagai pembatas pelaminan dengan ruang tamu atau ruang serambi.
Kemudian, Mak Andam menyalakan lilin. Lilin yang mencair diteteskan ke semua kuku jari
tangan dan kaki Sang pengantin. Setelah itu, barulah inai dioleskan ke semua kuku jari-
jarinya. Selanjutnya, Sang pengantin diselimuti dengan kain panjang yang sekaligus
berfungsi sebagai selimut tidur. Pagi harinya (sebelum shalat subuh) Sang pengantin diminta
untuk mencuci telapak tangan dan kaki serta jari-jarinya yang ditempeli dengan inai. Dengan
demikian, Sang pengantin dapat melakukan shalat dengan sempurna.
10. Berkhatam Qur’an
Acara ini sudah selazimnya dilakukan oleh pasangan calon pengantin yang akan
menikah. Para orangtua biasanya akan mengizinkan anaknya untuk menikah bila putra atau
putrinya dinilai sudah pandaimengaji. Acara qatam Al-Quran ini akan dilakukan kedua
pengantin di depan pelaminan yang diikutioleh sejumlah ibu-ibu pengajian berserta guru
ngajinya.Setelah selesai melakukan qatam, kedua calon pengantin akan beranjak menuju
rumah sang guru ngajiuntuk mengantar tabak yaitu pulut kuning yang sudah ditata rapi di atas
sebuah wadah terbuat darikayu berukir yang telah dihiasi dengan ulur-ulur, bunga telor dan
telor merah.

6
11. Aqad nikah
Akad nikah adalah salah satu rangkaian dari proses perkawinan yang paling utama;
sebab dengan dilaksanakannya akad nikah sepasang muda-mudi telah resmi menjadi suami-
isteri. Tempatnya biasanya di depan pelaminan.. Di situlah sepasang calon pengantin duduk
berhadapan dengan seorang Kahdi  dan dua orang saksi di atas bunta. Tidak jauh dari tempat
itu biasanya ada dua batang lilin yang diletakkan pada sebuah wadah yang terbuat dari
tembaga. Sebelum akad nikah berlangsung, Kahdi meminta calon pengantin laki-laki untuk
mengucapkan kalimat istighfar 3 kali, syahadat 3 kali, dan salawat kepada Nabi Muhammad
Saw. Selain itu, Kahdi mengajarkan lafadz ijab kabul agar  dalam akad nikah yang sebentar
lagi akan dilakukan dapat berjalan dengan lancar. Akad nikahnya itu sendiri dipimpin
oleh Kahdi yang disaksikan oleh dua orang saksi yang berperan tidak hanya semata-mata
sebagai saksi suatu pernikahan, tetapi juga sekaligus sebagai pengesah suatu pernikahan.
Dengan perkataan lain, jika pengucapan ijab kabul yang dilakukan oleh pengantin laki-laki
itu benar, maka kedua orang saksi itulah yang mengesahkannya (maksudnya pengucapannya
tidak perlu diulang).
12. Tepuk tepung tawar
Acara selanjutnya, setelah akad nikah, adalah bertepuk tepung tawar. Untuk
melaksanakan acara ini diperlukan perlengkapan, seperti: daun gandarusa, rumput sambau,
daun puding emas, akar ribu-ribu, dan bahan-bahan yang pada gilirannya akan dijadikan
sebagai penyapu atau pencecah, seperti: beras kunyit, beras basuh, bertih, air bedak
berlimau, inai cecah  dan inai untuk tari. Pada dasarnya tujuan pelaksanaan bertepuk tepung
tawar ini adalah untuk menghilangkan sial- majal atau perasaan duka bagi yang ditepuk-
tepung-tawari, sehinga hidupnya akan selamat dan sejahtera.Pelaksanaan bertepung
tawar diawali dengan penaikkan pengantin perempuan ke pelaminan (peterakne) yang diikuti
oleh pengantin laki-laki. Setelah keduanya duduk di pelaminan, seorang kakek atau nenek
atau orang yang dituakan dari pihak pengantin perempuan diminta untuk memulainya.
Selanjutnya, penepung-tawaran ini dilakukan secara bergantian (berselang- seling). Makna
simbolik yang terkandung dalam kegiatan ini adalah kesejukan, keselarasan, dan
kesejahteraan. Penepungan-tawaran ini kemudian diikuti dengan penaburan beras kunyit,
beras basuh, dan bertih yang telah dicampur menjadi satu ke atas kepala dan bahu kanan-kiri
kedua pengantin sebanyak 3 kali. Penaburan ini merupakan simbol
kesejahteraan. Selanjutnya, kedua telapak kedua mempelai dicecah dengan inai yang
merupakan simbol kesedekahan. Artinya, rezeki yang diperoleh, sebagian disisihkan untuk

7
sedekah. Sebagai catatan, acara bertepuk tawar ini biasanya diiringi dengan tarian inai oleh
tiga penari laki-laki. Tujuannya adalah agar suasana menjadi semakin meriah dan para tamu
terhibur.
13. Bersanding
Barulah setelah akad nikah selesai dilakukan, kedua pengantin akan disandingkan di
pelaminan dengancara duduk bersila. Untuk mengiringi pengantin dibunyikan tabuhan grup
musik kompang. Acara lalu dilanjutkan dengan pemberian selamat serta doa restu kepada
kedua mempelai yang sedang berbahagia agar dapat menjalani hidup perkawinannya dengan
rukun dan bahagia sampai selamanya.
14. Bersuap-suap
          Setelah kedua pengantin duduk bersanding,sampailah kepada “upacara bersuap –
suap”. Acara ini adalah kedua pengantin menyuapi secara bergantian/ sebelum upacara
dilakukan, sirih lelat yang di pegang pengantin laki-laki diambil. Setelah itu mak Andam
mengambil pulut kuning dan dikepal-kepalnya,dibentuk menjadi bulat.Jumlahnya sebanyak
dua buah.Makanan ini bersama bahan pelengkap memakannya yaitu telur.Makanan ini
disuguhkan mak Andam kepada pengantin lelaki untuk di suapkan kepada pengantin
perempuan, begitupun sebaliknya.
15. Makan berhadap
          Biasanya pelaksanaan makan bersuap disejalankan dengan makan berhadap. Artinya
setelah kedua pengantin makan bersuap, kemudian mereka makan berhadap. Saat kedua
pengantin makan berhadap, maka undanganpun disuguhi degan makan dan minum. Untuk
jemputan orang perempuan biasanya makan didalam sedangkan kaum laki-laki diluar rumah
atau dihalaman rumah yaitu di bangsal yang telah disediakan. Tempat makanan yang
disiapkan di bangsal, yaitu meja yang dibuat dari 3 keping papan, sedangkan tempat
duduknya dari sekeping papan. Meja dan tempat duduk dipasang berjejer panjang memenuhi
bagian bawah bangsal. Jemputan makan berhidang,maksudnya segala hidangan yang
dipersiapkan dihidang untuk 3-5 orang.
16. Menyembah
Upacara ini berlangsung sebelum pengantin dibawa masuk kebilik oleh mak andam atau
sebelum magrib atau biasa dilakukan sebelum sholat isya. Seusai acara siang, kedua
pengantin makan malam bersama keluarga pihak pengantin perempuan. Kemudian pengantin
disandingkan dan kemudian menyembah terhadap kedua orang tua pengantin perempuan
termasuk kerabatnya. Urutannya di atur oleh mak andam dimulai dari kakek, nenek, ayah,

8
emak, abang, kakak, adik, pak long, mak long, pak cik, mak cik, dan seterusnya yang masih
kerabat dekat. Sering kali dalam acara menyembah ini, pengantin perempuan bertangis-
tangisan dengan emak atau kerabat perempuan yang lain.
          Setelah selesai acara menyembah dirumah pengantin perempuan, barulah kedua
pengantin menuju kerumah orang tua pengantin laki-laki untuk menyembah orang tua
pengantin laki-laki dan para kerabatnya.
17. Mandi-mandi
Setelah acara bersanding selesai, maka pada malam harinya, pengantin laki-laki hanya
boleh tidur sendirian di atas pelaminan karena menurut adat (zaman dahulu) kedua pengantin
tidak diperbolehkan tidur bersama pada malam pertama (selesai bersanding). Bahkan, sampai
kurang lebih selama  satu minggu pengantin laki-laki mesti tidur sendirian di atas pelaminan.
Masa ini oleh masyarakat setempat disebut “masa belum bertegur”. Untuk mempercepat
habisnya masa itu pengantin laki-laki harus bisa menarik perhatian pengantin perempuan.
Salah satu caranya adalah dengan meletakkan tempat uang di atas bantal Sang isteri sewaktu
dia meninggalkan rumah. Peletakkan itu tentunya akan mudah diketahui oleh Sang isteri,
yaitu ketika sedang membersihkan tempat tidurnya. Dan, ini pada gilirannya akan membuat
adanya komunikasi, sehingga terwujud tegur-sapa, makan bersama, dan akhirnya tidur
bersama. Sebagai catatan, hal seperti itu dewasa ini jarang terjadi.
18. Berambih
          Keesokan harinya, pagi-pagi akan upacara mandi-mandi bagi kedua pengantin. Acara
ini sekain untuk kedua pengantin di ikuti pula oleh para kerabat dekat dan tetangga dekat
yang ingin mengikuti acara. Acara mandi-mandi biasanya dilakukan ditengah rumah atau
tempat khusus yang disediakan untuk upacara mandi-mandi. Acara mandi-mandi ini adalah
untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa kedua pengantin telah selamat melakukan
hubungan sebagaimana layaknya suami istri.
          Kemudian, pengantin laki-laki memakai sarung batik dan berbaju baru. Sedangkan
pengantin perempuan memekai sarung batik dan kemban (penutup dada). Kain batik ini lazim
disebut sebagai “kain basah” yang dipergunakan dalam acara mandi-mandi.

9
BAB III
PENUTUP

3.1     Kesimpulan
Nikah dan kawin bagi orang melayu dianggap sangat sakral, religious dan suci. Oleh
karena itu tata cara adat perkawinan melayu yang sangat erat mengandung kearifan, nilai-
nilai , makna dan harapan perlu betul-betul dipelajari dan dipahami agar dalam
pelaksanaannya tidak menyimpang dari adat istiadat itu sendiri, terlebih lagi jangan sampai
bertentangan dengan syariat islam. Tanggung jawab melestarikan adat melayu adalah
menjadi tanggung jawab kita semua rumpun melayu. Terlebih lagi bagi insan yang dilahirkan
dari bunda tanah melayu.
Hakekatnya , adat bukan saja menjadi acuan tamadun bangsa melayu sejak dari
dahulu hingga sekarang menjadi suatu keseimbangan yang selaras pada jati diri orang
melayu, apabila seseorang menganut agama islam, ia disebut juga masuk melayu, karena
melayu sudah diidentikkan dengan islam.

3.2     Saran
Mudah – mudahan dengan adanya makalah ini kedepannya kita sama-sama dapat
melestarikan Adat Istiadat Perkawinan Budaya Melayu khususnya di Provinsi Riau. Agar
Adat Istiadat Perkawinan Budaya Melayu ini tidak punah di makan oleh perkembangan
zaman.

10

Anda mungkin juga menyukai