Anda di halaman 1dari 20

SOSIAL BUDAYA DASAR

“MAKALAH TRADISI BUDAYA KABUPATEN KLUNGKUNG


DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEBIDANAN”

OLEH:

D-III KEBIDANAN

NAMA KELOMPOK :

1. NI KOMANG TRI LESTARI PUTRI (P07124122058)


2. I GUSTI AYU IRA PERMANA DEWI (P07124122050)
3. NI PUTU NAOMI ARTAVEA SUMADI (P07124122032)
4. NI KADEK ELI SUKMAYANTI (P07124122060)

KEMENTRIAN KESEHATAN RI

POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “MAKALAH TRADISI
BUDAYA KABUPATEN KLUNGKUNG DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEBIDANAN”
selesai tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata sosial
budaya dasar. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
pengambilan keputusan klien bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. I Gusti Ayu Surati, M.Kes., selaku dosen
mata kuliah sosial budaya dasar yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi informasi dan pengetahuannya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, 23 Agustus 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i


DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 3
1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 4
2.1 Gambaran Umum Kabupaten Klungkung .................................................................. 4
2.2 Kehidupan Sosial dan Budaya ...................................................................................... 4
2.3 Tradisi dan Kebudayaan ............................................................................................... 5
2.4 Tradisi dan Kebudayaan yang Berhubungan dengan Kebidanan ............................ 6
a. Tradisi Makulkulan dalam Perkawinan/Pernikahan ................................................. 7
b. Tradisi Sapuh Leger dalam Kehamilan ..................................................................... 11
c. Pantangan dalam Tradisi Kebudayaan...................................................................... 12
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 15
3.2 Saran .............................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebudayaan berasal bahasa Sanskerta buddhaya, yaitu bentuk jamak dari Buddhi yang
berarti “budhi” atau “akal”. Dengan demikian kebudayaan adalah Keseluruhan sistem
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam Kehidupan masyarakat yang mencakup ilmu
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, Hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan serta
kebiasaan-kebiasaan Yang didapat dari manusia sebagai anggota masyarakat. Sementara
Tradisi merupakan produk kebudayaan, atau pengembangan dari aktivitas manusia Sebagai
makhluk pencipta kebudayaan. Dengan demikian tradisi bisa dianggap sebagai Suatu sarana
kebudayaan bagi manusia dan dengan sarana itu dia mampu menyesuaikan Diri dengan
pengalaman- pengalamannya dalam keseluruhan lingkungan hidupnya.
Masyarakat Indonesia memiliki berbagai macam adat dan kebudayaan Yang berbeda,
karena masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai macam suku Bangsa termasuk agama banyak
aliran yang berkembang. Salah satu, dari banyaknya adat dan kebudayaan ini adalah apa yang
selama ini berjalan secara turun temurun di Bali. Bali kaya akan warisan berupa sistem nilai
dalam kehidupan, baik aturan tertulis maupun tidak tertulis yang di pandang sebagai etika
dalam bermasyarakat. Tradisi dan budayanya masih sangat kental, yang di terapkan selama
siklus hidup manusia tersebut, dari sejak awal seseorang berada dalam kandung, hingga
akhirnya meninggal. Tradisi ini terus di turunkan dalam bentuk upacara yang kemudian di
kenal sebagai Upacara Lingkaran Hidup individu yang meliputi: kehamilan, kelahiran,
perkawinan, dan kematian.
Dalam kehidupan sosial tradisi ngayah, ngoopin, ngejot dan megibung masih berkembang
di masyarakat Bali. Ngayah atau gotong rotong biasanya dilakukan saat terdapat kegiatan-
kegiatan adat di banjar seperti mebuat sesaji untuk upacara-upacara adat. Tradisi ngayah ini
masih dilakukan oleh umat Hindu di Bali sampai saat ini. Tradisi ngoopin yang merupakan
kegiatan membantu tetangga yang mempunyai hajatan seperti pernikahan maupun kematian.
Kehidupan pada masyarakat Bali yang bersifat religius ialah pada bidang kekeluargaan dan
waris yang hingga kini masih bercorak patrilineal yang didukung oleh kepercayaan agama

1
Hindu. Dalam sistem waris, pihak laki-laki (purusa) lebih berhak daripada pihak perempuan.
Dalam hal perkawinan pada masyarakat Hindu dimana tidak berdasarkan tingkatan wangsa
dan kasta semata. Namun terkadang karena keinginan dari pihak keluarga atau orangtua yang
tetap memperhatikan keturunan wangsa dan kasta dalam hal perjodohan dan tidak
menginginkan tingkatan kasta seorang perempuan itu turun jika menikah dengan seorang laki-
laki yang memiliki tingkatan wangsa dan kasta yang lebih rendah.
Membicarakan mengenai kehamilan dan seluk beluknya selalu membuat Penasaran. Selalu
saja ada yang menarik, unik dan indah didalamnya. Masa itu adalah peralihan dari tingkat
Kehidupan yang satu ke tingkat kehidupan lainnya (dari manusia masih berupa Janin sampai
meninggal dunia). Oleh karena masa-masa tersebut dianggap sebagai Masa yang penuh dengan
ancaman dan bahaya, maka diperlukan adanya suatu Usaha untuk menetralkannya, sehingga
dapat dilalui dengan selamat. Masyarakat Bali khususnya Klungkung percaya bahwa ancaman
dan bahaya tersebut, dapat di netralkan melalui berbagai Upacara dan tradisi mereka. Sebagai
profesi Bidan, kita tentu harus memahami budaya budaya ini, guna mengedukasi masyarakat
akan pengaruhnya terhadap kehamilan. Hal ini untuk menghindari hal hal yang dapat
mengancam kehamilan, serta memberikan pengetahuan akan apa yang harus dan tidak harus,
boleh dan tidak boleh pada masa kehamilan. Tulisan ini terfokus pada kebudayaan dan tradisi
masyarakat Klungkung. Upacara upacara masa kehamilan Yang salah satunya disebut sebagai
Sapuh leger tumpek wayang, yang dilaksanakan khususnya oleh masyarakat di kabupaten
Klungkung.
Sapuh Leger tumpek wayang adalah salah satu tradisi melukat di saat tumpek wayang.
Dimana ibu hamil dan anak lahir di wuku wayang wajib melukat wayang. Masyarakat di
kabupaten Klungkung percaya bahwa dengan melakukan tradisi ini, maka bayi dan ibu hamil
akan mendapat keselamatan, diharapkan dengan melakukan tradisi ini, bayi dan ibu hamil
dapat terhindar dari hal hal buruk dan gangguan. Tujuan dilakukannya tradisi ini tentu untuk
mendapatkan keselamatan bagi ibu hamil dan bayi dalam keadaan baik dan selamat saat lahir
nanti. Tradisi melukat saat tumpek wayang yang datang setiap enam bulan sekali di Bali,
dipercaya sebagai hari sakral dan wajib menggelar pembersihan diri di tempat pemimpin umat
atau Jero Mangku, yang juga menjadi seorang dalang. Tidak hanya itu, masih ada lagi
Kebudayaan dan tradisi masyarakat Klungkung mengenai fase kehamilan ini, baik berupa
anjuran maupun Upacara.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran umum Kabupaten Klungkung?
2. Bagaimana kehidupan sosial dan budaya masyarakat Kabupaten Klungkung?
3. Apa itu tradisi dan kebudayaan?
4. Apa saja tradisi dan kebudayaan masyarakat Kabupaten Klungkung yang berhubungan
dengan kebidanan?
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui gambaran umum tentang Kabupaten Klungkung
2. Untuk mengetahui kehidupan sosial dan budaya masyarakat Kabupaten Klungkung
3. Untuk mengetahui apa itu tradisi dan kebudayaan
4. Untuk mengetahui apa saja tradisi dan kebudayaan masyarakat Kabupaten Klungkung
yang berhubungan dengan kebidanan
Tujuan Khusus
1. Untuk memenuhi penugasan kelompok mata kuliah sosial budaya dasar
2. Sebagai media pembelajaran bagi penulis maupun para pembaca

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum Kabupaten Klungkung


Klungkung adalah kabupaten terkecil di provinsi Bali, Indonesia. Ibu kotanya berada di
Semarapura. Klungkung berbatasan dengan Kabupaten Bangli di sebelah utara, Kabupaten
Karangasem di timur, Kabupaten Gianyar di barat dan dengan Samudra Hindia di sebelah
selatan. Ida I Dewa Agung Jambe adalah pendiri Kerajaan Klungkung tahun 1686 dan
merupakan penerus Dinasti Gelgel. Kerajaan Gelgel pada waktu itu merupakan pusat kerajaan
di Bali dan masa keemasan kerajaan ini tercipta pada masa pemerintahan Dalem Watu
Renggong, dimana kemakmuran dan kesejahteraan rakyat berhasil dicapai.Selanjutnya setelah
proklamasi kemerdekaan Indonesia, melalui ndang-undang Darurat Republik Indonesia no. 69
tahun 1958 tanggal 9 Agustus 1958 tentang Pembentukan daerah-Daerah Tingkat II Dalam
Wilayah Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur,
Daerah Swapraja Klungkung diubah bentuknya menjadi Daerah Tingkat II Klungkung.

Ketika dilaksanakannya Undang-Undang No. 18 tahun 1965, maka DATI II diubah dengan
nama Kabupaten DATI II dan kemudian disempurnakan lagi dengan dikeluarkannya Undang-
Undang No. 5 tahun 1974 yang menggantikan nama Kabupaten. Dan seiring dengan perjalanan
sang waktu, ibu kota kabupaten yakni Kota Klungkung pun diubah dan diresmikan namanya
menjadi Kota Semarapura pada 28 April 1992 oleh Menteri Dalam Negeri Rudini berdasarkan
Peraturan Pemerintah (PP) No.18 tahun 1992. Selanjutnya, setiap 28 April ditetapkan sebagai
Hari Puputan Klungkung dan HUT Kota Semarapura. Hari jadi kota Semarapura bertepatan
juga dengan peresmian Monumen Puputan Klungkung.

2.2 Kehidupan Sosial dan Budaya


Bali merupakan wilayah dimana mayoritas penduduknya adalah penganut agama Hindu.
Salah satu aspek kehidupan pada masyarakat Bali yang bersifat religius ialah pada bidang
kekeluargaan dan waris yang hingga kini masih bercorak patrilineal yang didukung oleh
kepercayaan agama Hindu. Dalam sistem waris, pihak laki-laki (purusa) lebih berhak daripada
pihak perempuan. Akan tetapi, di Kabupaten Klungkung terdapat sosialisasi strategi sosial
budaya oleh Biro BKPP Provinsi Bali yang bekerjasama dengan Kantor Kesatuan Bangsa dan

4
Pemberdayaan Masyarakat mengenai peningkatan sosial budaya dan lingkungan dalam
membangun kesetaraan gender di Kabupaten Klungkung. Hal tersebut ialah sebagai upaya
untuk mewujudkan sistem waris patrilineal di Bali menuju kepada sistem parental.

Begitu juga dalam hal perkawinan pada masyarakat Hindu dimana tidak berdasarkan
tingkatan wangsa dan kasta semata. Tapi terkadang karena keinginan dari pihak keluarga atau
orangtua yang tetap memperhatikan keturunan wangsa dan kasta dalam hal perjodohan dan
tidak menginginkan tingkatan kasta seorang perempuan itu turun jika menikah dengan seorang
laki-laki yang memiliki tingkatan wangsa dan kasta yang lebih rendah.

2.3 Tradisi dan Kebudayaan


Tradisi adalah kebiasaan yang diwariskan dari suatu generasi kegenerasi berikutnya secara
turun-temurun, mencakup berbagai nilai budaya yang meliputi adat istiadat, sistem
kepercayaan, dan sebagainya, kata tradisi berasal dari bahasa Latin “tradition” yang berarti
diteruskan. Dalam pengertian yang paling sederhana, tradisi diartikan sebagai sesuatu yang
telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok
masyarakat. Dalam pengertian tradisi ini, hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya
informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan
oleh karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.

Selain itu, tradisi juga dapat diartikan sebagai kebiasaan bersama dalam masyarakat
manusia, yang secara otomatis akan mempengaruhi aksi dan reaksi dalam kehidupan sehari-
hari para anggota masyarakat itu, bisaanya dari suatu Negara, kebudayaan, waktu, atau agama
yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan
dari generasi ke generasi baik tertulis maupun lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat
punah.

Tradisi merupakan sebuah persoalan dan yang lebih penting lagi adalah bagaimana tradisi
tersebut terbentuk. Menurut Funk dan Wagnalls seperti yang dikutip oleh Muhaimin tentang
istilah tradisi di maknai sebagai pengatahuan, doktrin, kebisaaan, praktek dan lain-lain yang
dipahami sebagai pengatahuan yang telah diwariskan secara turun-temurun termasuk cara
penyampaian doktrin dan praktek tersebut.

5
Kata “kebudayaan” berasal dari (bahasa sangsekerta) buddhayah yang merupakan jamak
kata “buddhi” yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang
bersangkutan dengan budi atau akal. Adapun istilah culture yang merupakan istilah bahasa
asing yang sama artinya dengan kebudayaan berasal dari kata latin colore. Artinya mengolah
atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani. Dari asal arti tersebut, yaitu celore
kemudian colture, diartikan sebagai daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah
alam.

Kebudayaan adalah yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,


adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan- kebiasaan yang didapatkan
oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain kebudayaan mencakup semuanya
yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri
dari segala suatu yang dipelajari dari pola prilaku yang normative. Artinya mencakup segala
cara berpikir.

2.4 Tradisi dan Kebudayaan yang Berhubungan dengan Kebidanan


Diantara tradisi yang masih berkembang pada masyarakat Bali di Klungkung ialah ngayah,
ngoopin, ngejot, dan megibung. Ngayah atau gotong rotong biasanya dilakukan saat terdapat
kegiatan-kegiatan adat di banjar seperti mebuat sesaji untuk upacara-upacara adat. Tradisi
ngayah ini masih dilakukan oleh umat Hindu di Bali sampai saat ini. Selanjutnya yaitu tradisi
ngoopin yang merupakan kegiatan membantu tetangga yang mempunyai hajatan seperti
pernikahan maupun kematian. Tradisi ini masih dilakukan oleh antarumat beragama baik
Hindu maupun Islam.

Berikutnya tradisi ngejot atau saling memberikan makanan yang masih dilakukan
masyarakat Bali. Biasanya tradisi ngejot ini dilakukan pada saat hari raya pada umat Hindu
maupun Islam seperti, Galungan, Kuningan, Idul Fitri, Idul Adha maupun hajatan seperti
pernikahan dan acara-acara tertentu lainnya. Adapun tradisi ngejot dilakukan secara timbal
balik antar orang yang melakukannya dengan saling membagikan makanan kepada yang
bersangkutan sebagai upaya untuk membalas kebaikan. Tujuan dari tradisi ngejot ini
diantaranya yaitu saling mendekatkan hubungan maupun membangun toleransi antarumat
beragama.

6
Sementara tradisi megibung ialah tradisi makan secara bersama-sama dalam satu wadah
atau tempat makanan dengan alas berupa daun pisang maupun nampan yang berjumlah kurang
lebih empat orang dalam satu wadahnya. Tradisi megibung ini juga masih dilakukan hingga
saat ini pada masyarakat Bali. Adapun tujuan megibung diantaranya yaitu membentuk
kebersamaan, kesetaraan, saling mempererat ikatan tanpa adanya sekat-sekat yang
membedakan.

Adapun beberapa tradisi dan kebudayaan masyarakat Klungkung, yaitu:

a. Tradisi Makulkulan dalam Perkawinan/Pernikahan

Gambar Prajuru Desa Adat Sidayu Gambar Krama Desa Adat Sidayu Tojan
Tojan menyuarakan kulkul berkumpul setelah mendengar suara kulkul

Tradisi ini terdapat di Desa Adat Sidayu Tojan, Klungkung. Kulkul adalah alat
komunikasi yang terbuat dari kayu yang di dalamnya terdapat lubang dan menimbulkan
suara yang digunakan untuk mengumpulkan sekelompok masyarakat dalam kegiatan
masyarakat Hindu di Bali. Baik yang berhubungan dengan upacara agama maupun
kegiatan sosial dan budaya.

Sehingga yang dimaksud dengan tradisi makulkulan dalam penelitian ini adalah
suatu kebiasaan yang dilakukan dari dulu sampai sekarang dalam suatu perkawinan di Desa
Adat Sidayu Tojan menggunakan suara kentongan sebagai media komonikasi untuk
mengkomonikasikan (sebagai permakluman) kepada warga adat bahwa ada salah satu
warganya kawin (menikah).

7
Tradisi makulkulan dalam upacara perkawinan di Desa Adat Sidayu Tojan tetap
eksis dari dulu sampai sekarang. Tradisi ini selalu dilaksanakan jika ada warga (seorang
gadis) yang menikah baik dengan laki-laki dari Desa Adat Sidayu Tojan maupun luar desa
adat. Tradisi ini tetap eksis karena diatur dalam awig-awig Desa Adat Sidayu Tojan. Tradisi
makulkulan di Desa Adat Sidayu Tojan memiliki fungsi sebagai media komonikasi dan
mensosialisasikan seseorang telah menikah dan mulai sejak itu gadis tersebut menjadi
anggota keluarga suaminya. Mulai saat itu pula pasangan tersebut memiliki tugas sebagai
karma jika mempelai laki-lakinya berasal dari Desa Adat Sidayu Tojan.

Perkawinan Hindu adalah cara atau bentuk usaha yang dibenarkan dan yang dapat
dilakukan oleh seseorang menurut hukum Hindu dalam melegalkan tata cara perkawinan
sehingga dengan demikian baik formal maupun material dapat dinyatakan sah sebagai
suami istri.

Adapun persiapan seseorang yang akan melaksanakan perkawinan yaitu:

a. Laki-laki atau perempuan yang sudah dewasa


b. Dikarenakan kasih sayang atau cinta dan tidak di perkosj
c. Jika mempersunting orang yang berbeda agama seharusnya didahului
dengan banten manusa yadnya berupa banten penyambutan (Tiga Bulanan
atau otonan).
d. Mengikuti aturan yang termuat dalam Ajaran Agama tentunya Ajaran
Agama Hindu.

Berikut ini tata cara pernikahan di Desa Adat Sidayu Tojan yaitu:

a. Proses sistem pinang:


1. Berunding tiga kali, yaitu meminta dua kali dan yang ketiga diajak ke
rumah sang laki-laki.
2. Pada tahap yang ketiga itu pihak keluarga perempuan mendatangkan
kepala adat sebagai saksi.
3. Pada saat perempuan sudah diajak dan dirumahkan di rumah calon
suaminya maka pihak keluarga laki-laki harus meminta disuarakan
kentongan desa, pada hari itu juga.

8
b. Sistem kawin lari yang disebut ngrorod:
1. Mengimformasikan pada keluarga perempuan tidak terlambat dari satu
malam.
2. Melakukan pendekatan dari pihak laki-laki pada pihak perempuan
sebanyak tiga kali, sesuai dengan tata cara yang berlaku besrta
ketentuanya.
3. Jika keluarga istri sudah sepakat dan menerima pernikahan anaknya,
maka menyampaikan kepada Kepala adat untuk menyuarakan
kentongan (kulkul).
4. Kentongan disuarakan dalam jangka waktu tiga hari setelah kawin lari,
terlambat dari ketentuan itu keluarga perempuan dikenai sanksi berupa
membayar denda dua kali lipat.
5. Seandainya tiga kali sudah dilakukan perundingan tapi belum
mendapatkan kesepakatan, keluarga laki-laki yang mengambil istri
wajib menyerahkan proses itu pada kepala adat. Kepala adat akan
menyelidiki masalah tersebut pada pasangan yang melakukan kawin lari
tersebut dan keluarga pihak perempuannya. Jika sudah sepakat
kentongan disuarakan (dibunyikan) oleh kepala adat dalam jangka
waktu lima hari setelah perkawinan.
c. Jika ada yang memperistri orang yang beda wangsa (wangsa yang lebih
tinggi),sesuai dengan aturan yang ada di Bali, sadurung ne patut
ngamargiang upakara Pati Wangi disaksikan oleh kepala adat, dengan
menggunakan banten pejati beserta perlengkapannya dihaturkan di Pura
Desa.

Dengan demikian sangat jelas sekali tentang tata cara perkawinan yang
dilakukan di Desa Adat Sidayu Tojan telah diatur dalam awig-awig serta tata cara
menyuarakan kentongan bagi pasangan yang telah menikah. Awig-awig ini sudah
diikuti dan satupun warga belum ada yang berani untuk melanggar ketentuan
tersebut sampai sekarang. Akan tetapi ada salah satu dari aturan yang ada di awig-
awig itu tidak dilakukan lagi sekarang, karena mengikuti aturan yang lebih tinggi
yaitu keputusan Parisada Hindu Dharma tentang upacara Pati Wangi ditiadakan

9
lagi. Selanjutnya pada paos 87 awig-awig Desa Adat Sidayu Tojan mengatur
tentang ketentuan pembayaran suara (bunyi) kentongan untuk pernikahan dan tata
cara menyuarakan kentongan:

a. Bayaknya uang yang harus dibayarkan untuk suara kentongan adalah


sejumlah 50 uang Kepeng, jika dirupiahkan sekitar Rp 200.000,00.
b. Suara kentongan itu dibayar oleh pihak keluarga perempuan, jika mereka
sudah sepakat atau menyetujui sekaligus ia menyuarakan kentonggan.
c. Seandainya pihak keluarga perempuan tidak menyetujui pernikahan
anaknya, kentongan disuarakan oleh kepala adat, dan pembayaran untuk
suara kentongan ditanggung oleh keluarga laki-laki.
d. Orang yang kehilangan anak perempuan, kalau belum ada informasinya
dalam satu malam wajib melaporkan kehilangan itu pada kepala adat dan
kepala dusun minta pertolongan untuk menyelidiki.
e. Kepala adat membimbing pelaksanaan penyelidikan mengikuti tata cara
desa seperti;
 Diantarkan oleh pengurus adat.
 Masuk ke rumah seseorang penyelidik tidak boleh berjumlah lebih dari
dua orang.
 Tidak boleh membawa senjata tajam kecuali petugas dari Negara.
 Tidak dibenarkan mengeluarkan kata-kata yang tidak sesuai dengan tata
susila.
f. Kalau proses penyelidikan tidak sesuai dengan aturan penyelidikan
tersebut, tidak diberikan melakukan penyelidikan, dan kedatangan
penyelidikan itu akan segera diketahui oleh petugas pemerintah.

Selain itu, adapun aturan tentang Gadis yang hamil pranikah sebelum
diupacarai tidak diperkenankan untuk memasuki tempat suci karena masih
dianggap cuntaka atau masih kotor akibat kehamilannya yang belum didahului
dengan upacara penyucian dan pembersihan sukla dan suanita (seperma dan indung
telur). Sehingga janin yang ada dalam kandungan dianggap kotor, dan andai kata

10
sampai lahir belum sempat diupacarai maka bayi yang lahir itu disebut dengan rare
dya-dyu.

Tradisi makulkulan dalam upacara perkawinan di Desa Adat Sidayu tojan


sangat eksis. Masyarakat di Desa Adat Sidayu Tojan tetap melaksanakan tradisi ini
dari jaman dahulu sampai sekarang. Tradisi ini dilandasi oleh ketentuan yang
termuat dalam awig-awig Desa Adat Sidayu Tojan. Masyarakat tidak ada yang
berani melanggarnya. Awig-awig adalah sebagai sumber hukum bagi krama Desa
Adat Sidayu Tojan. Warga adat tidak berani dilanggar karena awig-awig bersifat
mengikat bagi warga. Makna filosofis tradisi makulkulan di Desa Adat Sidayu
Tojan Suara kulkul dari tradisi makulkulan yaitu telung tulud 3x kentungan
berturut-turut melambangkan uttpeti, sthiti, dan prelina (penciptaan, pemeliharaan,
dan peleburan).

b. Tradisi Sapuh Leger dalam Kehamilan

Gambar Tradisi Kebudayaan Sapuh Leger di Klungkung

Berbagai tradisi hadir di pulau dewata. Salah satunya tradisi di kabupaten


Klungkung yaitu melukat di saat tumpek wayang. Dimana ibu hamil dan anak lahir di
wuku wayang wajib melukat wayang. Dengan tujuan mendapatkan keselamatan dan bayi
dalam keadaan baik dan selamat saat lahir nanti. Inilah tradisi melukat saat tumpek
wayang yang datang setiap enam bulan sekali di Bali. Dipercaya sebagai hari sakral dan
wajib menggelar pembersihan diri di tempat pemimpin umat atau Jero Mangku, yang juga
menjadi seorang dalang. Seperti yang dilaksanakan di rumah Jero Mangku Gede Murtika
di Desa Tegak, Kabupaten Klungkung, Bali. Sejak pagi warga yang memiliki bayi atau
lahir di waktu tumpek wayang ini dan ibu hamil, melakukan tradisi melukat yang disebut

11
sapuh leger. Mereka dibersihkan dengan tirta suci dari pemangku. Selain itu, wayang-
wayang juga dipajang sedemikian rupa layaknya pementasan wayang. Menurut pemimpin
upacara, Jero Mangku Gede Made Murtika mengatakan, dengan upacara ini ibu-ibu yang
hamil diharapkan mendapatkan keturunan yang baik dan sempurna kelahirannya nanti.
Selain itu berguna bagi nusa dan bangsa. Bagi yang lahir di wuku wayang juga wajib
sapuh leger untuk keselamatan. Prosesi upacara tumpek wayang akan berlangsung hingga
sore, bergiliran satu persatu untuk mendapatkan anugerah dan perlindungan dari sang
pencipta.
Tradisi melukat di pura Tirta Pasekan Klungkung ini dipercaya mampu
menyembuhkan berbagai penyakit dan dapat digunakan untuk melukat pada wanita yang
sedang mengandung. Sementara masyarakat sekitar menggunakan Tirta Pasekan pada saat
Pujawali Ida Bhatara Mesucian, Ida Bhatara akan tedun ke Beji Tirta Pasekan untuk nunas
tirta beji dan untuk melukat.
Kaitan dengan kebidanan:
Kaitan budaya Sapuh Leger dengan ilmu kebidanan adalah mempengaruhi ibu
hamil secara psikologis. Ibu hamil apalagi yang sudah hamil tua dan mendekati masa
persalinan pasti akan cemas dan khawatir, hal tersebut tentu akan dapat menyebabkan stres
pada ibu hamil. Sedangkan kondisi psikologis ibu hamil sangat mempengaruhi tumbuh
kembang janin dan proses melahirkan nantinya. Upacara Sapuh Leger ini akan
memberikan sugesti secara psikologis kepada ibu hamil, dimana melakukan tradisi ini
dapat memberikan keselamatan. Ibu hamil akan menjadi terpengaruh secara psikologis,
dia akan percaya bahwa dengan melakukan ini, maka dia akan dilindungi Tuhan.
Kepercayaan ini tentu akan menghindari ibu hamil dari stres tersebut.
c. Pantangan dalam Tradisi Kebudayaan
Adapun beberapa pantangan dalam tradisi kebudayaan yang cukup unik terletak di
daerah Banjar Pundukahan Kelod, Desa Mekar, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten
Klungkung yaitu:
1. Ibu hamil harus mengitari sanggah saat gerhana bulan, lalu tirta di sanggah di
gunakan untuk melukat oleh ibu hamil.
2. Bila ada upacara pengabenan, maka ibu hamil harus masuk ke kolong wadah.
3. Tidak boleh masuk ke pura bagi suami dan istri.

12
4. Tidak boleh masuk ke dapur bagi ibu hamil sebelum upacara 7 bulanan.
5. Pantangan untuk suami/bapak agar tidak potong rambut.
Fakta : Hal ini masih menjadi perbincangan, mengenai boleh tidaknya suami
memotong rambut ketika istri hamil. Namun, apabila ditinjau dari segi medis, tak
ada larangan khusus untuk suami memotong rambut, meskipun di saat istri
mengandung. Akan tetapi, hal tersebut menjadi kepercayaan masyarakat di
beberapa daerah, contohnya Bali di Kabupaten Klungkung. Menurut masyarakat di
Klungkung, tidak memotong rambut menjadi pantangan yang wajib dipenuhi oleh
suami. Ada yang mengatakan jika melanggar aturan tersebut, akan memungkinkan
bayi terlahir cacat. Tetapi, perlu diketahui, kondisi cacat pada bayi bisa disebabkan
karena faktor genetik, penggunaan obat dan bahan kimia, gaya hidup dan perilaku
ibu saat mengandung, infeksi, dan lainnya, yang pasti bukan karena akibat suami
memotong rambut.
6. Pantangan untuk ibu hamil tidak boleh makan nanas.
Fakta : Yang berbahaya bagi ibu hamil sebetulnya buah nanas muda dan sangat
asam, serta dikonsumsi dalam jumlah banyak. Buah nanas yang matang, justru
banyak mengandung zat-zat gizi untuk perkembangan janin, seperti vitamin A,
vitamin C, kalsium (Ca), fosfor (P), magnesium (Mg), zat besi (Fe), natrium (Na),
kalium (K), gula dektrosa, sukrosa, dan serat. Sebelum dimakan, rendamlah di
dalam air garam untuk menghilangkan getahnya.
7. Pantangan untuk ibu hamil tidak boleh makan nangka.
Fakta : Tidak ada literatur yang melarang ibu hamil untuk mengkonsumsi buah
nangka. Nyatanya buah nangka baik untuk ibu hamil karena mengandung viitamin
B termasuk asam folat, vitamin C, A, zat besi, potasium, mangan dan kalsium serta
serat yang tinggi yang sangat bagus untuk kehamilan. Tetapi mengonsumsi nangka
yang berlebihan juga tidak baik untuk ibu hamil karena dapat menyebabkan
gangguan pencernaan, meningkatkan kadar gula darah, dan lain sebagainya.
8. Pantangan untuk ibu hamil tidak boleh makan durian.
Fakta : Mengonsumsi durian saat hamil bukanlah hal yang dilarang. Justru
kandungan dalam buah ini baik untuk menjaga kesehatan calon ibu dan janin yang
tengah dikandung, sebab durian mengandung banyak nutrisi baik. Asam folat

13
dalam durian berfungsi mencegah cacat lahir pada calon bayi. Serat yang ada pada
durian juga sangat bermanfaat untuk ibu hamil yang berisiko mengalami sembelit.
Tidak hanya itu, durian juga memiliki sifat anti bakteri, anti jamur dan anti mikroba,
sehingga masih aman dikonsumsi selama kehamilan. Kandungan antioksidan
dalam durian membuat ibu hamil bisa terlindungi dari serangan radikal bebas dan
polutan. Namun, bukan berarti ibu hamil boleh sembarangan dan berlebihan dalam
mengonsumsi buah durian. Selama hamil, konsumsi buah ini tidak boleh lebih dari
2 potong dan jangan dilakukan terlalu sering.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bali merupakan salah satu, dari banyaknya daerah Indonesia yang memiliki segudang
budaya dan tradisi dalam kehidupan bermasyarakatnya. Tradisi ini di wujudkan dalam bentuk
Upacara yang dilakukan diseluruh fase kehidupan manusia, yang di sebut sebagai Upacara
Lingkaran Hidup Individu yang meliputi: kehamilan, kelahiran, pernikahan, dan dan kematian.
Upacara Upacara ini merupakan usaha yang dilakukan masyarakat, untuk menetralkan ancaman
dan bahaya yang mengiringi fase fase kritis seperti kehamilan dan kelahiran. Masyarakat percaya,
bahwa dengan melakukan Upacara Upacara tersebut maka individu akan dapat berikan
perlindungan dan keselamatan oleh Ida Sanghyang Widhi Wasa.

Faktor-faktor sosial-budaya mempunyai peranan penting dalam memahami sikap dan


prilaku menanggapi kehamilan dan kelahira. Ada berbagai macam tradisi dan Upacara yang
ditujukan kepada seorang ibu hamil, salah satu contohnya seperti tradisi Sapuh Leger yang
dilakukan di kabupaten Klungkung. Tidak hanya itu, masih ada lagi tradisi lainnya berupa
himbauan maupun larangan kepada ibu hamil, yang masih di lakukan hingga saat ini. Oleh karena
itu, meskipun petugas kesehatan mungkin menemukan suatu bentuk prilaku atau sikap yang
terbukti kurang menguntungkan bagi kesehatan, seringkali tidak mudah bagi mereka untuk
mengadakan perubahan terhadapnya. Akibat telah tertanamnya keyakinan yang melandasi sikap
dan prilaku itu secara mendalam pada kebudayaan warga komuniti tersebut.

Kehamilan dan kelahiran bagi wanita dengan segala konsekuensi baik dan buruknya
terhadap kesehatan ini perlu dijadikan bahan pertimbangan bagi para personil kesehatan di
indonesia dalam upaya meningkatkan keberhasilan pelayanan kesehatan yang mereka terapkan
bagi ibu. Khususnya, pemahaman yang menyeluruh dan utuh terhadap berbagai pandangan sikap
dan prilaku kehamilan dan kelahiran dalam konteks budaya masyarakat yang bersangkutan, sangat
diperlukan bagi pembentukan strategi strategi yang lebih tepat dalam melakukan perubahan yang
diinginkan.

Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan masyarakat,
mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat,
15
khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya. Seorang bidan harus mampu
menggerakkan peran serta masyarakat khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu
bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki
kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya. Agar bidan dapat
menjalankan praktik atau pelayanan kebidanan dengan baik, hendaknya bidan melakukan
beberapa pendekatan misalnya pendekatan melalui kesenian tradisional, budaya dan tradisi suatu
daerah.

3.2 Saran

1. Saat ibu sedang hamil muda (1 sampai 3 bulan) tidak melakukan pekerjaan Yang berat
karena dapat menyebabkan keguguran pada janin.
2. Selalu mengkonsumsi makan yang banyak mengandung vitamin A, D, E, dan K.
3. Selalu rutin untuk memeriksakan kandungan kepada tim medis (dokter kandungan atau
bidan).
4. Bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat wilayah kerjanya, yang Meliputi
tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat Istiadat dan kebiasaan sehari-
hari, pandangan norma dan nilai, agama, Bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan
dengan wilayah tersebut.
5. Bidan harus mengupayakan hubungan yang efektif dengan masyarakat. Salah satu kunci
keberhasilan hubungan yang efektif adalah komunikasi. Kegiatan bidan yang pertama kali
harus dilakukan bila datang ke suatu wilayah adalah mempelajari bahasa yang digunakan
oleh masyarakat setempat.
6. Bidan harus dapat mengedukasi masyarakat, khususnya yang masih sangat awam terhadap
pengetahuan akan kehamilan, mengenai dampak negatif maupun positif dari budaya dan
tradisi yang berjalan terhadap ibu hamil secara perlahan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Tribun News, 2022 "Pura Tirta Pasekan" https://bali.tribunnews.com/2022/08/15/pura-tirta-


pasekan-di-klungkung-kerap-disambangi-wanita-hamil-diyakini-berikan-berkah-kesehatan ,
diakses pada 25 Agustus 2022 pukul 12.30

Kompas Tv, 2022 "Tradisi Sapuh Leger Tumpek Wayang”


https://www.kompas.tv/article/268759/tradisi-sapuh-leger-tumpek-wayang , diakses pada 25
Agustus 2022 pukul 12.37

Bogspot I Nyoman Adnyana, 2017 "Pantangan saat hamil"


http://nyomanadnyana.blogspot.com/2017/09/?m=1 , diakses pada 25 Agustus 2022 pukul 12.55

Antara News Bali, 2018 "Ritual Sang Hyang Grodog"


https://bali.antaranews.com/amp/berita/130373/bupati-klungkung-hadiri-ritual-aci-sang-hyang-
grodog-nusa-lembongan , diakses pada 25 Agustus 2022 pukul 13.31

PDF Jayapangus Press Oleh Ni Md Anggreni "TRADISI MAKULKULAN DALAM


PERKAWINAN DI DESA ADAT SIDAYU TOJAN DESA TAKMUNG KECAMATAN
BANJARANGKAN KECAMATAN KLUNGKUNG", diakses pada 25 Agustus 2022 pukul 13.35

Academia Edu, 2020 "Tradisi Kebudayaan Dalam Masyarakat Yang Berhubungan Dengan
Kebidanan"
https://www.academia.edu/42730500/Tradisi_Kebudayaan_Dalam_Masyarakat_Yang_Berhubun
gan_Dengan_Kebidanan , diakses pada 25 Agustus 2022 pukul 13.48

17

Anda mungkin juga menyukai