Anda di halaman 1dari 10

ADAT DESA KEBON AYU, NYELAMETANG GUMI.

Septri Diana
Dept, Sharia Economy Low, Fculty of Sharia Islamic University Of Mataram
Jempong-Mataram
e-mail: 200201047.mhs@uinmataram.ac.id

Abstrak
Desa Kebon Ayu merupakan desa yang wilayahnya terdiri dari dataran
rendah dan dataran tinggi. Keadaan tanahnya cukup subur, yang mana untuk
dataran rendahnya diperuntukkan sebagai lahan pertanian yang dapat ditanami padi
dua kali setahun, lahan perkebunan rakyat, seperti: padi, kebun kelapa, kacang
tanah, mangga, pisang, jambu, tempat tanam tembakau dan lain-lain. Desa Kebon
Ayu memiliki beragam tradisi salah satunya yaitu ritual nyelametang gumi. Pada
kesempatan ini saya akan mencari tau, apa itu ritual nyelametang gumi? Bagaimana
proses perayaan ritual tersebut? Ritual ini dilaksanakan satu kali setahun. Dalam
ritual ini dirayakan dengan ratusan perempuan dengan tertib menyunggi dulang,
dibawa ke tempat ritual. Ada gadis-gadis cantik berpakaian lambung berjejer di
depan mereka. Sementara di lokasi, pembacaan hikayat sedang berlangsung. Setelah
itu dilanjutkan dengan ritual potong ayam dan zikir. Warga dengan khusyuk
mengikuti ritual ini hingga selesai. Dulang disantap bersama.

Kata Kunci: Transformasi Budaya, Masyarakat Adat, Kebon Ayu


PENDAHULUAN
Desa Kebon Ayu merupakan desa yang wilayahnya terdiri dari dataran
rendah dan dataran tinggi. Desa Kebon Ayu memiliki wilayah seluas 473.298 Ha
yang terdiri dari 7 (tujuh) dusun, yaitu Dusun Penarukan Daya, Dusun Penarukan
lauq, Dusun Gubuk Raden, Dusun Bakong, Dusun Proa, Dusun Karang Kesuma dan
Dusun Kelebut.1 Keadaan tanahnya cukup subur, yang mana untuk dataran rendahnya
diperuntukkan sebagai lahan pertanian yang dapat ditanami padi dua kali setahun,
lahan perkebunan rakyat, seperti: padi, kebun kelapa, kacang tanah, mangga, pisang,
jambu, tempat tanam tembakau dan lain-lain. Pada musim hujan terjadi sekitar bulan
November sampai Maret, sedangkan musim kemaraunya terjadi mulai bulan April
sampai dengan September. Keadaan air di daratan rendah sangat bagus untuk
mengairi lahan pertanian yang ada di Desa Kebon Ayu.
Ekonomi merupakan salah satu faktor utama untuk kelangsungan hidup tidak
lain untuk mempertahankan hidup manusia. Dengan bekerja serta berusaha untuk
membuat suatu material untuk mewujudkan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh
manusia. Maka samahalnya dengan masyarakat Desa Kebon Ayu yang ekonominya
berbagai variasi yaitu ada yang menengah keatas, sedang dan menengah kebawah.
Desa Kebon Ayu masyarakatnya memiliki pekerjaan sebagian besarnya ialah petani
padi dan petani tembakau. Selain dari petani padi dan tembakau anggotanya juga ada
yang menjadi bidan, pedagang, buruh tani, polisi, perawat dan lain-lain, akan tetapi
kerja sampingan mereka adalah tetap melakukan tanam padi dan tembakau. Maka
dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Kebon Ayu berdominasi sebagai petani.
Termasuk dari tingkat pendidikan di suatu daerah sangat mempengaruhi tingkat
pendidikannya, begitu juga dengan masalah tentang perekonomian yang kaitannya
sangat kuat dengan pendidikan.2
Pendidikan didalam suatu masyarakat sangat dipentingkan untuk
dikembangkan, dengan adanya pendidikan yang bagus maka akan mendapatkan

1
http://kebonayu.desa.id/sejarah-desa
2
Jumarsa, Kepala Desa Kebon Ayu. Wawancara. Sabtu 21 Mei 2022, Pukul 16.35.
masyarakat yang berpola pikir untuk lebih memajukan desa tersebut untuk
menjadikan masyarakatnya sebagai orang-orang berada atau mempunyai tenaga-
tenaga ahli yang bisa sebagai tulang pugung masyarakatnya, serta bangsa dan Negara.
Desa Kebon Ayu memiliki beberapa tempat untuk melakukan pendidikan baik itu
formal maupun non-formal yang cukup untuk masyarakat Desa Kebon Ayu.

PEMBAHASAN
A. SEJARAH DESA KEBON AYU
Desa Kebon Ayu adalah salah satu desa dari 11 Desa yang ada di wilayah
kecamatan gerung dilihat dari segi historisnya, Desa Kebon Ayu berasal dari
penggabungan dua Desa yaitu Desa Penarukan dan Desa Gunung Malang. Adapaun
kedua Desa ini berdiri sejak tahun 1916 dengan tiap-tiap Desa Membawahi 13 Dusun
untuk Desa Penarukan dan 5 Dusun untuk Dsa Gunung Malang. Pada zaman Hundia
Belanda, wilayah kabupaten Lombok Barat merupakan salah satu Onderafeling Van
West Lombok yang di pimpin oleh CONTROLUER.
Dengan lahurnya Stat Blat Nomor: 248 dan SK Gubernur Jendral tanggal 17
Agustus 1898 No. 19 itulah kemudian secara bertahap Desa-Desa di Lombok Barat
ini dibentuk antara lain dari Desa tersebut Desa Penarukan dan Desa Gunung Malang
dan pembentukannya setelah 18 tahun, peraturan tersebut diberlakukan yaitu pada
tahun 1916. Pada tahun 2010 Desa Kebon Ayu di mekarkan menjadi 2 (dua) Dsa
yaitu Desa Kebon Ayu dan Desa Taman Ayu (pemekaran).
Kata Kebon Ayu diambil dari sebuah nama lahan pertanian sekaligus
merupakan Kebon yang sudah ada sejak Tahun 1800, dan menurut sejarahnya lahan
itu dahulunya berupa sebuah Kebon yang penuh ditumbuhi oleh bunga-bunga yang
berwarna-warni dan buah-buahan yang beraneka ragam jenisnya sehingga tempat itu
bernama KEBON AYU.3

B. RITUAL NYELAMETANG GUMI


3
http://kebonayu.desa.id/sejarah-desa
Lama tidak pernah dilaksanakan, ritual nyelametang gumi kembali dihidupkan
oleh para petani di Desa Kebon Ayu Kecamatan Gerung. Dulang tersaji. Doa
dipanjatkan kepada Tuhan agar hasil bumi melimpah ruah.
Ritual ini dilaksanakan satu kali setahun. Dalam ritual ini dirayakan dengan
ratusan perempuan dengan tertib. Ada gadis-gadis cantik berpakaian lambung berjejer
di depan mereka. Dan menyiapkan hidangan yang ditaruh pada dulang. Dulang ini
berisi aneka macam hidangan makanan di dalamnya. Mulai dari ayam pelalah, opor
telur, sate, hingga jajanan tradisional. Dulang ini dibawa oleh semua petani yang
memiliki sawah di desa setempat. Sementara di lokasi, pembacaan hikayat sedang
berlangsung. Setelah itu dilanjutkan dengan ritual potong ayam dan zikir. Warga
dengan khusyuk mengikuti ritual ini hingga selesai. Dulang disantap bersama.
Dijelaskan, tradisi nyelametang gubuk atau gumi ini memiliki hakikat berdoa
kepada Allah SWT agar musim tanam yang sudah datang bisa lancar. Tanaman petani
tumbuh dengan subur dan dijauhkan dari hama penyakit. Tradisi ini, adalah warisan
budaya yang sudah lama terjaga. Hanya saja sejak beberapa tahun terakhir
pelaksanaannya terpisah. Dulu, jika hujan mulai turun, petani setempat berkumpul di
bale tani menggelar zikir dan doa. Sisa makanan ditaburkan ke area persawahan
dengan harapan hasil tani melimpah dan petani sejahtera. “ Nyelametang gumi itu
pertanda kita mulai menanam seiring turunnya hujan. Sebelum nyelametang gumi,
petani kita dulu nggak berani mulai bercocok tanam, pamali istilahnya,” 4
Kearifan lokal ini tidak boleh hilang begitu saja sebagai penanda warga
Kebon Ayu adalah masyarakat agraris, yang menggantungkan hidup mereka dari
lahan sawah yang subur. Sawah adalah kehidupan.
Sebagian besar warga Kebon Ayu berprofesi sebagai petani sejak dulu. Lahan
pertanian di desa ini sangat subur sebagai penghasil padi dan palawija.  Selain
bertani, mereka beternak sapi. Seiring berjalannya waktu, ada ironi yang menganga.
Anak-anak muda setempat kurang tertarik mengolah sawah warisan orang tua
mereka. Bertani bagi sebagian besar anak muda Kebon Ayu dianggap pekerjaan kolot
4
Mustafa, petani Dusun Karang Kesuma. Wawancara. Sabtu 21 Mei 2022, Pukul 09.41.
dan kampungan. Mereka lebih memilih merantau ke luar negeri menjadi TKI, atau
bekerja di pertokoan di kota. Sekolah kejuruan dengan jurusan pertanian tidak begitu
mereka minati. Mereka tidak sadar, pertanianlah sebenarnya jalan hidup mereka. 
Kondisi di atas memunculkan persoalan.  Sebagai desa dengan lahan sawah yang
luas, Kebon Ayu justru menjadi salah satu kantong kemiskinan. Paradoks sekali.
Sawah luas tapi miskin. Ritual nyelametang gumi adalah semacam pengingat bahwa
sawah-sawah yang ada harus diolah dengan baik.
Desa ini juga punya potensi wisata yang besar. Tentu saja wisata agro
(pertanian), jika pemerintah desa bisa mengelola potensi ini dengan baik. Ada banyak
desa yang bisa mempopulerkan produk wisata agronya. Sembalun misalnya yang
dikenal dengan bawang putihnya. “ Sembalun dikenal dengan bawang putih, Lingsar
dikenal dengan durian dan manggis, Kebon Ayu nanti kita kembangkan sesuai
potensi agro kita. Mudah-mudahan bisa,”5

C. NILAI-NILAI SOSIAL DALAM RITUAL NYELAMETANG GUMI DI

DESA KEBON AYU KEC. GERUNG KAB. LOMBOK BARAT

Ritual nyelametang gumi merupakan perayaan yang dilaksanakan oleh warga


Desa Kebon Ayu, Kec. Gerung yang dimana ritual ini bertujuan untuk ucapan rasa
syukur para petani kepada sang maha pencipta. Pada ritual nyelametang gumi ini juga
memiliki beberapa nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Adapun nilai-nilai
tersebut seperti nilai sosial dan nilai religius. “ritual nyelametang gumi merupakan
buadaya warisan yang ada semenjak nenek moyang dan tujuan ritual nyelametang
gumi ini yakni untuk ucapan rasa syukur para petani”. Adapun nilai sosial yang
terkandung dalam perayaan ini yakni gotong royong, makan bersama dan berbagi
rezeki dengan anak yatim. Nilai sosial merupakan nilai kemasyarakatan yang
terkadung didalam suatu adat atau budaya yang dapat menyatukan seluruh warga
masyarakat khususnya masyarakat Desa Kebon Ayu.
5
Rasimin, Tokoh Masyarakat Kebon Ayu, Wawancara, Minggu 22 Mei 2022, Pukul 10.35.
1. Gotong Royong
Gotong royong merupakan salah satu contoh kerjasama antara satu orang
dengan yang lainnya. Gotong royong dilakukan untuk memudahkan suatu pekerjaan.
Dalam ritual nyelametang gumi bentuk gotong royong yang ada di ritual nyelametang
gumi yaitu melakukan masak bersama, bersih-bersih disekitar sawah tempat ritual
nyelametang gumi serta mempersiapkan perayaan yang akan dilakukan sesuai
prosedur yang sudah ditentukan.
Dimana nilai sosial gotong royong ini menjunjung tinggi rasa kebersamaan
dan mempererat tali silaturahim seluruh masyarakat Desa Kebon Ayu serta
mempermudah berjalannya suatu ritual nyelametang gumi yang ada di Desa Kebon
Ayu.6
2. Makan bersama(Begibung)

Ritual nyelametang gumi memiliki nilai sosial dalam bentuk makan bersama
(Begibung) yang dimana makan bertujuan untuk mengingatkan untuk tetap saling
memberi atau berbagi rezeki antar sesama. Makan bersama (Begibung) memberikan
dampak yang positif bagi masyarakat Desa Kebon Ayu, yang dimana dampaknya
antara masyarakat satu dengan masyarakat yang lain dapat bertukar makanan dan
menumbuhkan rasa kebersamaan. Makan bersama (Begibung) sudah menjadi tradisi
sejak nenek moyang hingga sampai saat ini.

D. NILAI-NILAI RELIGIUS DALAM PERAYAAN BALE BELEQ DI


DESA WAKAN KEC. JEROWARU KAB. LOMBOK TIMUR

Ritual nyelametang gumi tidak terlepas dari nilai-nilai yang terkandung


didalamnya tidak hanya nilai sosial namun terdapat nilai agama atau relegius, nilai
relegius merupakan nilai yang bersifat keagaaman, adapun nilai keagamaan yang
berwujud dalam ritual nyelametang gumi tersebut yaitu:
1. Nilai zikir dan do’a bersama
6
Nurimah, Wawancara, pada tanggal 15 Mei 2022, pukul 17.15.
Ritual nyelametang gumi juga mengandung nilai religius yang
berbentuk do’a dan zikir bersama, dimana zikir tersebut mengajarkan
masyarakat untuk tetap mengingatkan bahwa adanya sang pencipta yaitu
Allah swt serta do’a bersama untuk memohon keinginan yang dipanjatkan
oleh masyarakat Desa Kebon Ayu bisa terkabul. Adapun Do’a dan zikir
bersama memiliki banyak makna dan tujuan, adapun makna lain yakni
meminta dimurahkan rezeki dan hasil panen dapat meningkat.7
2. Toleransi

Sikap yang sudah mulai luntur di generasi penerus yakni rasa


toleransi, rasa toleransi merupakan salah satu sikap yang disenangi Allah
SWT, dimana toleransi bertujuan untuk tetap saling menghargai dan dapat
menjaga hubungan masyarakat dusun yang satu dengan lainnya agar tetap
harmonis. Artinya bahwa toleransi pada saat ini sudah mulai tersisihkan oleh
para generasi sehingga dengan adanya ritual nyelametang gumi memberikan
pelajaran agar rasa toleransi harus selalu tertanam di dalam masyarakat Desa
Kebon Ayu. Pada dasarnya sikap toleransi merupakan sikap saling menjaga
dan saling menghormati terhadap perbedaan dengan masyarakat yang lainya.
Nilai toleransi dalam ritual nyelametang gumi merupakan sebuah nilai
yang mengajarkan generasi-generasi dan masyarakat dalam menghormati
perbedaan baik dalam pendapat, kepercayaan dan lainya.Sikap toleransi harus
ada dalam diri manusia karna pada dasarnya sikap toleransi mengajarkan
manusia dalam menjalankan kehidupan yang rukun, terlebih lagi Indonesia
memiliki budaya, adat dan kepercayaan yang berbeda sehingga masyarakat
dituntut saling menghormati satu sama lain.
Menurut J Cassnova mengatakan bahwa nilai toleransi merupakan
nilai yang mencakup masalah kepercayaan dalam diri manusia yang
berhubungan dengan akhlaq, akidah, atau keTuhanan yang dipercaya oleh

7
Ustad Dedi, Wawancara, pada tanggal 16 Mei 2022, pukul 16.00
manusia. Seseorang harus diberikan kebebasan untuk mempercayai atau
memegang erat agama yang dianutnya sehingga memberikan penghormatan
kepada apa yang di anutnya.8

KESIMPULAN

8
J. Cassanova, Public Relegius In The Modern World, (Chicago : Chicago University Perss,
2008). Hlm. 87
Tradisi ritual nyelametang gumi merupakan warisan budaya yang luhur.
Warisan budaya ini tidak saja menjadi ritual warga setempat, namun ke depan bisa
menjadi salah satu objek wisata budaya yang bisa mendatangkan wisatawan.
Ritual nyelametang gumi memiliki nilai sosial, adapun nilai sosial yang
terkandung didalam nyelametang gumi yaitu: a) Nilai sosial gotong royong, adapun
nilai yang terkandung didalam gotong royong yaitu menyatukan seluruh masyarakat
atau nilai kebersamaan yang membuat masyarakat dapat mencapai tujuan bersama.
b) Makan bersama (begibung), makan bersama memiliki makna yakni saling berbagi
antara masyarakat yang lain.
Ritual nyelametang gumi memiliki nilai relegius. Adapun nilai relegius yang
terdapat di ritual nyelametang gumi antara lain yaitu: a) Nilai zikir dan do’a, dalam
ritual nyelametang gumi memiliki nilai religius yakni zikir dan do’a nilai ini memiliki
makna yakni mendektkan diri kepada Tuhan dan memohon agar hasil bumi melimpah
luah. b) Nilai toleransi, tentunya nilai toleransi memiliki makna yakni memberikan
pelajaran kepada masyarakat agar saling memahami dan saling menghormati antara
masyarakat setempat dan masyarakat yang lain.

SARAN
Dalam melestarikan budaya adat ritual perayaan nyelametang gumi tetep
memberikan pelajaran atau wawasan kepada generasi-generasi penerus. Masyarakat
dapat mempelajari dan mempertahankan budaya yang ditinggalkan oleh nenek
moyang di Desa Kebon Ayu. Menjadikan nilai-nilai ritual nyelametang gumi sebagai
sumber aturan yang ada dan harus dilaksanakan oleh masyarakat Desa Kebon Ayu.

DAFTAR PUSTAKA
http://kebonayu.desa.id/sejarah-desa
https://jurnal.uns.ac.id/sepa/issue/download/1374/pdf3
https://www.suarantb.com/tradisi-nyelametang-gumi-di-lobar
https://peemdeskebonayu.blogspot.com/2019/11/tsakuran-nyelametang-gumi
J. Cassanova, Public Relegius In The Modern World, (Chicago : Chicago University
Perss, 2008).

Anda mungkin juga menyukai