SKRIPSI
Oleh
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
Pada
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga
Oleh :
Menyetujui
Komisi Pembimbing,
PERNYATAAN
tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di
suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
ii
iii
ABSTRACT
The purposes of this study were to: 1) analyze the difference of average income of the
enterprise layer farm and the independent layer farm in Blitar Regency and 2) analyze the
rate of efficiency ratio of the enterprise and independent layer farm based on the investments,
analysis of production fare, income, profit/deficit, and financial analysis (return cost ratio,
break even point, margin of safety, payback period, and profitability). The research was
conducted on May 20th to July 21st, 2015. The primary and secondary data were collected
through interview and observations. The survey results showed that both enterprise and
independent layer farms were apt to be further developed. Descriptive analysis was managed
by using economic equation formula which is R/C ratio, break even point, margin of safety,
and profitability. The results revealed that the average of R/C of the independent farm
reaches 1.30, while the average of R/C of the enterprise farm reaches 1.23. The average BEP
of the independent farm was as much as Rp 12,698 and the average BEP of the enterprise
farm is as much as Rp 12,972. The average of margin of safety of the independent farm
reaches 11% and the average of margin of safety of the enterprise farm reaches 5%. The
average of economic and capital profitability of the independent farm were 61.40% and
51.12%, respectively, while the average of economic and capital profitability of the enterprise
farm were 59.24% and 53.32%, respectively.
iv
atas segala nikmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
Skripsi ini disusun sebagai syarat kelulusan dan mendapat gelar Sarjana
Kegiatan penelitian ini tidak akan berhasil tanpa dukungan dari berbagai pihak
yang telah memberikan dukungan materi, moril dan pemikiran selama proses
pembuatan karya tulis ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima
Prof. Hj. Romziah Sidik, Ph.D., drh. selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Dr. Poedji Hastutik,drh.,M.Si. selaku dosen Pembimbing utama dan Dr. Sri
masukan, bimbingan dalam setiap kesulitan dalam proses penulisan dari awal
Dr. Arimbi, drh.,M.Si. selaku dosen wali yang telah memberikan bimbingan
Kedua orang tua tercinta Bapak Marsono dan Ibu Abidah yang selalu
mencurahkan segenap kasih sayang, nasihat dan doa yang tidak pernah putus
kepada penulis.
Bapak H. Nurhadi, Bapak Ibnu dan Bapak H. Imam. yang telah meluangkan
Bapak H. Imam, H. Kirom dan Mas Fuad Fatoni yang telah membantu dan
bersedia membagi ilmu dan pengalaman tentang peternakan ayam petelur pola
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak dan semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... i
ABSTRACT ............................................................................................... iv
UCAPAN TERIMAKSIH.......................................................................... v
vii
viii
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Alur operasional penelitian. ............................................................. 30
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kuisioner untuk Peternak .............................................................. 58
2. Data Karakteristik Peternakan Ayam Petelur pola Mandiri dan
Kemitraan di Kabupaten Blitar .................................................... 61
3. Rincian Biaya Pakan Fase Starter dan Grower Kemitraan di
Kabupaten Blitar Selam 1 Tahun. ................................................. 62
4. Rincian Biaya Pakan Fase Layer Peternakan Pola Mandiri di
Kab. Blitar Selama 1 Tahun .......................................................... 63
5. Rincian Biaya Pakan Fase Layer Peternakan Pola Kemitraan di
Kab. Blitar Selama 1 Tahun .......................................................... 64
6. Total Penerimaan Usaha Peternakan Mandiri Ayam Petelur di
Kabupaten Blitar ........................................................................... 65
7. Total Penerimaan Usaha Peternakan Kemitraan Ayama Petelur
di Kabupaten Blitar. ...................................................................... 66
8. Foto Dokumentasi Penelitian ........................................................ 67
xii
% = persen
dkk = dan kawan-kawan
sapronak = sarana produksi ternak
BPS = Badan Pustat Statistik
BEP = Break Even Point
CV = Commanditaire Vennontschap
DOC = Day Old Chick
HD = Hen Day
HU = Haugh Unit
Kg = Kilogram
MoS = Margin of Safety
PP = Payback Period
R/C = Return Cost Ratio
Rp = Rupiah
SDM = Sumber Daya Manusia
UD = Usaha Dagang
xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
menjaga ketahanan pangan, karena pangan asal hewan merupakan sumber protein
(telur, daging dan susu) terus meningkat (Rusli, 2011). Produk hasil ternak ayam
ras petelur mempunyai potensi untuk dikembangkan secara optimal, karena selain
harganya yang relatif murah dibanding protein hewani yang lainnya. Peternakan
ayam ras petelur juga relatif mudah dan dalam usaha skala kecil mampu
dkk., 2008).
datang bisa dilihat dari sisi penawaran (supply side) dan sisi permintaan (demand
side) telur di Indonesia. Dilihat dari sisi permintaan telur ayam ras, dalam struktur
konsumsi telur dan sifat permintaan yang sangat sesuai dengan perkembangan
masa depan. Semakin pentingnya peranan telur ayam ras dalam struktur konsumsi
telur, telur ayam ras memiliki sifat permintaan yang income estic demand. Bila
yang saat ini termasuk berpendapatan rendah dan menengah. Sehingga membuat
1
2009). Data Badan Pusat Statistik (2015) menyatakan bahwa populasi ayam ras
menunjukkan Provinsi Jawa Timur merupakan produsen telur ayam ras terbesar di
tahun 2014. Sedangkan daerah di Provinsi Jawa Timur yang memproduksi telur
ayam ras terbanyak adalah di kabupaten Blitar (Dinas Peternakan Jawa Timur,
2014).
Peternakan ayam ras petelur dibagi menjadi dua, peternakan mandiri dan
peternakan ayam pola kemitraan dengan cara menjalin kerjasama baik dengan
produksi harus dijual ke Perusahaan Inti. Secara umum peternak diarahkan untuk
mewujudkan kondisi peternakan yang maju, efisien dan tangguh. Kondisi tersebut
input (harga bibit ayam, harga pakan, dan harga sarana produksi ternak lainnya)
mitra (peternak) sebagai plasma dengan perusahaan mitra sebagai inti (perusahaan
pakan, bibit dan modal). Perusahaan inti mewajibkan plasma menjual segala hasil
ternaknya berupa telur, ayam afkir dan kotoran ayam ke perusahaan inti, sehingga
peternak tidak bisa menjual produknya ke penawar yang lebih tinggi. Kemitraan
peternakan ayam ras petelur di Kabupaten Blitar baik pola mandiri dan pola
usaha peternakan ayam ras petelur agar mampu menghasilkan produk yang
bersaing di pasar, dan memberikan pendapatan lebih bagi peternak pola kemitraan
maupun mandiri. Usaha peternakan tidak terlepas dari tiga faktor penting, yaitu
bibit, pakan dan manajemen, ketiga faktor produksi tersebut merupakan satu
kesatuan sistem. Sistem manajemen pemeliharaan ayam petelur terdiri atas sistem
peternakan ayam ras petelur di Kabupaten Blitar baik pola kemitraan maupun
finansial.
2. Bagaimana tingkat kelayakan peternakan ayam ras petelur pola kemitraan dan
mandiri dengan dilihat dari analisis biaya produksi, penerimaan, laba/rugi, dan
finansial?
diselenggarakan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam
jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan untuk
bentuk kekayaan, baik berupa uang maupun barang yang digunakan untuk
menghasilkan sesuatu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu
pendapatan kotor usaha, sebab belum dikurangi dengan keseluruhan biaya yang
(Soekartawi, 2003).
tani yang besar tidak selalu mencerminkan tingkat kelayakan usaha yang tinggi.
Guna mengetahui kelayakan usahatani dapat digunakan return cost ratio / R/C
ratio. R/C ratio atau dikenal dengan perbandingan antara penerimaan dan biaya.
Munawir (2002) menyatakan bahwa Break even point dapat diartikan suatu
keadaan dalam operasi perusahaan, perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak
1.4 Tujuan
dan mandiri dengan dilihat dari investasi, analisis biaya produksi, penerimaan,
1.5 Manfaat
Ayam ras petelur adalah ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk
diambil telurnya. Asal mula ayam ras ini berasal dari ayam hutan yang ditangkap
dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak. Tahun demi tahun ayam hutan
dari seluruh wilayah dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar. Beberapa
komersial, salah satunya jenis petelur (layer) (Yuwanta, 2004). Persilangan dan
seleksi itu dilakukan cukup lama, setiap kali dalam persilangan sifat-sifat baik
Ayam ras tipe petelur adalah jenis ayam yang sangat efisien dalam
menghasilkan telur. Yuri (2011) menyebutkan ayam buras memang bertelur dan
dwiguna secara komersial unggul. Ayam petelur secara genetik diseleksi untuk
ayam dwiguna petelur (ayam ras) dapat dilihat pada Tabel 2.1.
karakter dari ayam yang ada sebelumnya sehingga, mengalami perbaikan genetik
telur. Salah satu keuntungan dari ayam ras petelur adalah produksi telurnya yang
lebih tinggi dibandingkan produksi telur ayam buras dan jenis unggas yang lain
(Yuwanta, 2004).
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Metazoa
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Aves
Ordo : Galliformes
Genus : Gallus
daerah pembentukannya misalnya kelas Inggris, kelas Amerika, kelas Asia dan
berdasarkan perbedaan bentuk tubuh. Misalnya pada kelas Inggris terdapat bangsa
dalam satu bangsa berdasarkan perbedaan warna bulu dan jengger. Misalnya
Strain adalah sekelompok ayam yang dihasilkan oleh breeder farm melalui proses
pemulia biakan untuk tujuan ekonomis tertentu. Misalnya strain ayam petelur
pemeliharaan atau biasa disebut tipe ayam, ayam dapat dikelompokkan menjadi 3
tipe ayam. Pertama tipe ayam petelur memiliki karakteristik bersifat nervous atau
mudah terkejut, bentuk tubuh ramping, cuping telinga bewarna putih dan
kerabang telur bewarna putih. Karakteristik lainnya yaitu produksi telur tinggi
dan tidak memiliki sifat mengeram. Kedua tipe pedaging karakteristik ayam tipe
pedaging bersifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke
tubuh, kulit putih dan produksi telur rendah.Ketiga tipe dwiguna memiliki
protein telur ayam mengandung protein 12,4% sedikit lebih rendah dari telur itik
13%, namun lebih tinggi dari susu sapi yang hanya 3,5%. Sebutir telur terdiri dari
73,7% air, 12,9% protein, 11,2% lemak dan 0,9% karbohidrat. Setruktur telur
terrdiri dari 3 komponen yaitu kulit telur (11% dari total bobot telur), putih telur
(57% dari total bobot telur) dan kuning telur (32% dari total bobot telur)
(Suharyanto, 2011). Kandungan telur terdiri dari sejumlah mineral seperti zat
besi, fosfor, kalsium, sodium, ferrum, yodium, mangan, zinkum, kobalt, kuprum
Prawesthirini dkk., (2011) kualitas telur ditentukan oleh dua faktor, yakni
faktor luar (cangkang) dan faktor dalam (kuning telur dan putih telur). Faktor luar
meliputi bentuk, warna, ukuran, kondisi dan kebersihan kulit, sedangkan faktor
dalam telur meliputi kesegaran isi telur yang dapat ditentukan kondisi kuning telur
dan putih telur yang kental berada dalam keadaaan membukit bila telur
dipecahkan dan isinya diletakkan diatas permukaan datar. Menurut Robert (2004)
dan kualitas internal telur seperti indek putih telur, indek kuning telur dan Haugh
Unit (HU) adalah faktor penyimpanan, strain unggas, umur, molting, nutrisi pakan
dan penyakit.
Konsumsi masyarakat Indonesia terhadap telur hanya 87 butir telur per tahun
sudah mengkonsumsi telur rata-rata 311 butir perkapita per tahun (Dawami, 2012)
jumlah populasi maksimal 15.000 ekor per periode. Pengusaha kecil peternakan
65.000 ekor per periode. Khusus untuk pengusaha peternakan, dapat menerima
bimbingan dan pengawasan dari pemerintah. Hal tersebut dapat ditegaskan dalam
Agribisnis khususnya peternakan dapat dilihat dari empat sub sistem yaitu
hulu, budidaya, hilir dan penunjang. Sub sistem agribisnis hulu meliputi seluruh
proses produksi sarana produksi ternak seperti day old chick (DOC), pakan, obat-
dengan proses produksi ternak dengan menggunakan input yang dihasilkan oleh
sub sistem hulu untuk menghasilkan output yang siap diolah dan dipasarkan. Sub
sistem Hilir meliputi kegiatan pengolahan produk yang dihasilkan oleh subsistem
budidaya ternak menjadi produk olahan dan produk akhir. Sub sistem penunjang
adalah sub sistem yang menunjang keberhasilan ketiga sub sistem di atas. Sub
sistem penunjang ini dapat berupa lembaga keuangan bank maupun non bank,
dengan pola inti plasma, yaitu kemitran antara peternak mitra dengan perusahaan
mitra sebagai inti. Pada pola inti plasma kemitraan yang berjalan selama ini,
keterbatasan permodalan, ekonomi biaya tinggi, dan inefisiensi usaha tani dan
pemasaran komoditas.
informasi dan pengambil keputusan. Arus informasi selalu terpusat dan hasil
(broiler), dikarenakan waktu yang dibutuhkan dari DOC hingga panen untuk
peternakan broiler lebih singkat daripada layer. Peternak ayam petelur (layer)
lebih banyak beternak secara mandiri. Peran pemerintah daerah dalam melakukan
menjelaskan bahwa investasi disebut juga modal dalam usaha, merupakan dana
yang besar (terutama investasi pada aktiva tetap) dengan jangka waktu
kerugian yang besar. Menurut sifatnya modal dibagi menjadi dua, 1. Modal tetap,
yaitu modal yang tidak habis digunakan dalam satu periode produksi dan dapat
gudang, mesin dan kendaraan ; 2. Modal kerja, yaitu modal yang habis digunakan
dalam satu masa periode produksi. Misalnya : uang tunai, bahan baku (pakan),
harus ditanggung untuk menghasilkan barang atau jasa yang siap dipakai
konsumen. Biaya produksi dalam suatu usaha harus diperhitungkan yaitu biaya
merupakan biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya
produksi. Biaya tetap, secara totalitas tidak mengalami perubahan meskipun ada
biaya tersebut tetap harus dikeluarkan oleh perusahaan. Contoh : gaji, sewa
Menurut Soepranianondo dkk. (2013) Biaya tidak tetap adalah biaya yang
diperlukan pada saat produksi berlangsung. Biaya variabel, secara totalitas akan
dan layer (produksi). Pakan untuk layer dapat langsung menggunakan pakan
operasional produksi telur adalah pakan yang kurang lebih 75%. Sehingga
Tujuannya adalah agar biaya pakan dapat dihemat, sehingga keuntungan yang
anti parasit dan anti cacing), vaksin (vaksin aktif dan inaktif) dan kimia
(desinfektan dan insektisida) agar ayam tetap sehat dan produksinya optimal.
serta biosekuriti juga harus diberikan secara berkala. Semua biaya itu dimasukkan
Biaya tenaga kerja meliputi gaji pokok dan bonus. Pemberian bonus
diperlukan sebagai sebuah reward (balas jasa) atas kinerja yang optimal. Bila
kerja yang dibutuhkan lebih sedikit dan biaya ini pun bisa ditekan (Medion,
2011).
kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja juga masuk dalam biaya lain-lain.
Setelah telur diproduksi, masih ada biaya yang harus dikeluarkan meliputi biaya
telepon, listrik, kemasan (peti kayu, egg tray, tali, label dan lain-lain), sehingga
Peternakan layer, dapat memelihara ayam dari DOC sampai afkir atau
memelihara dari pullet sampai afkir. Bila memelihara dari pullet sampai afkir,
maka yang diperhitungkan adalah harga ayam ditambah biaya masa produksi.
Menghitung biaya produksi yang dikeluarkan dari sektor bibit, tidak hanya
jumlah seluruh modal untuk pembelian bibit, tetapi juga harus diperhitungkan
dengan nilai yang hilang (penyusutan ayam). Penyusutan ayam bisa disebabkan
oleh dua hal yaitu peningkatan umur dan mortalitas (Medion, 2011)
mulai awal produksi pada umur 5 bulan dan berakhir pada umur 20 bulan berarti
ayam hanya berproduksi efektif selama 15 bulan. Penyusutan harga ayam setiap
bulan dihitung dengan cara mengetahui jumlah ayam pullet (P2), harga ayam
pullet atau biaya pemeliharaan dari day old chick (DOC)-pullet (HP), jumlah
ayam afkir (AA) dan harga ayam afkir (HAA) (Medion 2011)
Mortalitas sangat berpengaruh terhadap produksi telur hen day (HD). Jika
mortalitas tinggi maka jumlah ayam produktif menurun dan HD pun akan ikut
menurun. Akibatnya pendapatan dari hasil penjualan telur juga menurun. Semakin
manajemen kesehatan, pemeliharaan dan biosecurity yang ketat dan disiplin untuk
lahan nilainya akan naik terus dari waktu ke waktu. Kandang dapat dibuat di tanah
milik pribadi atau menyewa. Kandang layer bisa terbuat dari bambu, kayu atau
kawat. Kandang bambu atau kayu lebih cocok untuk usaha peternakan skala kecil,
sementara kandang dari kawat lebih cocok untuk peternakan skala besar. Kandang
(BK/SK) dan lama ketahanan atau lama sewa kandang (LKK/LSDK) (Medion
2011).
Medion, tempat ransum dan tempat minum. Sama halnya dengan kandang,
kandang dapat dilakukan dengan mengetahui harga beli, harga jual dan lama
(Medion 2011).
jual perunitnya, untuk usaha ayam petelur ini penerimaan dapat diperoleh dari
telur yang selalu terjadi membuat peternak harus selalu melakukan pemantauan
pasar. Produksi telur dari bulan ke bulan tidak sama, karena itu untuk menghitung
produksi telur hen day (HD) setiap bulannya dilakukan dengan mengkalkulasikan
data produksi harian. Disinilah pentingnya pencatatan atau recording harian. Perlu
produksi rata-rata bulanan dan harga rata-rata per bulan. Penjualan telur dapat
dihitung dengan mengetahui rata-rata per bulan. Penjualan telur dapat dihitung
dengan mengetahui rata-rata hen day dalam % (RHD), jumlah ayam (A) dan
karung per bulan per 1000 ekor dan biasanya dijual untuk dijadikan pupuk
bagi peternak.
usaha akan diketahui setelah penerimaan hasil penjualan produk dikurangi dengan
biaya produksi, biaya pemasaran dan biaya umum. Laba ini masih disebut laba
kotor, laba bersih baru didapat setelah ditambah pendapatan di luar usaha
ke Pemda) dan pajak (PPh 25 dan 39). Keuntungan merupakan selisih antara total
penerimaan dan total biaya produksi. Bila biaya pendapatan lebih besar dari biaya
aliran kas, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya bisnis yang dijalankan.
membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan suatu bisnis akan
digunakan yaitu, Net Benefit Cost Ratio (B/C), Return Cost Ratio (R/C) dan
selama proses produksi hingga menghasilkan produk. Apabila R/C lebih dari satu
berarti usaha tersebut menguntungkan dan apabila nilai R/C semakin besar maka
merupakan lamanya waktu yang diperlukan dari keuntungan dan depresiasi untuk
menunjukkan berapa lama investasi dapat tertutup kembali dari aliran kas
kembali investasi yang telah dikeluarkan. Metode ini sangat mudah diterapkan
yang memiliki tingkat resiko tinggi. Namun demikian apabila dihadapkan pada
beberapa investasi dengan skala dan usia ekonomi yang berbeda, maka metode ini
kerugian suatu usaha dari segi finansial, maka dilakukan analisis laporan
keuangan untuk mengetahui Break Even Point (BEP). BEP adalah titik impas
Keuntungan didapatkan bila harga jual telur harus diatas nilai titik impas tersebut.
boleh terjadi agar perusahaan tidak mengalamai kerugian. Margin of safety atau
batas keamanan usaha dihitung berdasarkan selisih antara target penjualan yang
ditargetkan dengan nilai penjualan dengan titik inpas. Usaha yang memiliki
margin of safety yang besar lebih baik dibandingkan dengan usaha yang
penjualan yang dapat ditolerir sehingga perusahaan tidak menderita rugi tetapi
2.11.5 Rentabilitas
apakah usaha bershasil dengan baik atau tidak. Menurut Ranupandojo (1990),
modal sendiri ditambah modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba
perbandingan antara laba yang dihasilkan oleh modal sendiri dengan modal
Kabupaten Blitar Provinsi Jawa Timur dan tiga usaha peternakan ayam petelur
pola mandiri. Pemilihan lokasi di plasma UD. Jatinom Indah dan UD. Family dan
mendapatkan data primer dan data sekunder, Data primer diperoleh melalui
Sampel yang digunakan adalah tiga peternak ayam petelur pola kemitraan dan tiga
peternak pola mandiri. Adapun jenis pertanyaan yang menjadi masalah yaitu yang
peternak, jumlah komoditas yang diperjual belikan. Data sekunder diperoleh dari
berbagai instansi dan lembaga pemerintah yang terkait dengan masalah penelitian
23
24
Pemilihan sampel peternak di UD. Jatinom Indah dan UD. Family karena
Perusahaan tersebut memiliki peternakan inti dan peternakan plasma dan memiliki
populasi dan produksi telur ayam ras yang banyak. Pemilihan tersebut juga
antara peternak pola kemitraan akan dibandingkan dengan peternak pola mandiri.
Investasi disebut juga modal dalam usaha, merupakan dana awal untuk
25
misalnya : gaji, sewa tempat, bunga hutang bank, pajak, penyusutan peralatan
(depresiasi)
TFC = FC x n
Keterangan :
transport dan pakan ternak. Menurut Himawati, (2006) biaya variabel dapat
TVC = VC x n
Keterangan :
TC = TFC + TVC
Keterangan :
26
gudang, pajak dan bunga bank. Menurut Himawati, (2006) biaya penyusutan
Pb −Ps
D= T
Keterangan :
D = Depresiasi (Penyusutan)
Pb = Harga Beli (Rp)
Ps = Harga Jual (Rp)
T = Lama Pemakaian (Tahun)
Misalnya : Hasil penjualan telur, penjualan ayam afkir, penjualan kotoran ayam.
Keterangan :
TR = Total revenue
p1 = Harga / Kg telur
p2 = Harga / Kg ayam afkir
p3 = Harga / Hasil samping (kotoran, karung, dll)
Q = Tingkat Produksi
27
penerimaan dengan total biaya produksi dan secara matematis dapat dituliskan
sebagai berikut :
∏ = TR – TC
Keterangan :
∏ = Keuntungan
TR = Total Revenue
TC = Total Cost
Kriteria :
keuntungan dan volume kegiatan (titik impas usaha). BEP dapat dirumuskan
sebagai berikut :
28
waktu investasi dapat tertutup kembali dari aliran kas bersih dan dapat
Nilai Investasi
PP = x 1 tahun
Aliran Kas Bersih
Kriteria :
Apabila investasi lebih pendek dari PP maksimum maka usul investasi diterima
target penjualan yang boleh terjadi agar perusahaan tidak mengalamai kerugian.
Margin of safety atau batas keamanan usaha dihitung berdasarkan selisih antara
target penjualan yang ditargetkan dengan nilai penjualan dengan titik inpas.
Kriteria :
29
Apabila Margin of Safety yang tinggi lebih baik dibandingkan dengan usaha yang
mempunyai margin of safety yang rendah.
3.3.5.5 Rentabilitas
Analisis rentabilitas berguna untuk mengecek usaha berhasil dengan baik atau
tidak.
Laba Usaha
Rentabilitas Ekonomi = 𝑥 100%
Modal sendiri + Modal asing
30
Usaha Peternakan
Ayam Petelur
Purposive Sampling
Pengambilan Data
Analisis Finansial
- Modal/Investasi
- Biaya Produksi
- Penerimaan
- Keuntungan
Analisis Usaha
- BEP
- Margin of Safety
- Return Cost Ratio
- Payback Period
- Rentabilitas
31
Hasil
Kesimpulan
daerah dataran tinggi dengan ketinggian rata-rata di atas 100 meter di atas
permukaan air laut. Luas wilayah Kabupaten Blitar 1.588,79 Km2, terbagi
selatan berbatasan dengan Kec. Lodoyo, bagian barat berbatasan dengan Kota
31
dengan rincian tiga peternak mandiri dan tiga peternak kemitraan. Semua peternak
berjenis kelamin laki-laki, sampel dimisalkan peternak mandiri ke-1,2 dan 3 dan
peternak kemitraan ke-1,2, dan 3. Peternakan mandiri ke-1 CV. Taruna Jaya Farm
direkturnya Bapak Nurhadi umur 46 tahun, lama beternak 24 tahun dan jumlah
populasi 101.352 ekor. Peternak mandiri ke-2 UD. Family Farm direkturnya
Bapak Ibnu umur 43 tahun, lama beternak 20 tahun dan jumlah populasi 50.160
ekor. Peternak Mandiri ke-3 UD. Arkaloka Farm direkturnya Bapak Imam
Syafa’at umur 56 tahun lama beternak 26 tahun dan jumlah populasi 25.368 ekor.
Peternak kemitraan ke-1 milik Bapak H. Imam berasal dari desa sambong Kec.
tahun dengan populasi 4.038 ekor. Peternak Kemitraan ke-2 milik Bapak H.
Kirom berasal dari Desa Tulungrejo Kecamatan Talun yang berumur 53 Tahun,
pekerjaan utama wiraswasta, lama beternak 3 tahun dengan populasi 3.156 ekor.
Peternak kemitraan ke-3 milik Bpk Fuad Fatoni berasal dari desa Jajar Kecamatan
tahun dengan populasi 3.384 ekor. Data peternak ayam petelur mandiri dan
Biaya investasi yang ada pada peternakan ayam petelur dikeluarkan pada
saat usaha akan dijalankan. Biaya investasi yang dikeluarkan pada awal pendirian
adalah lama tingkat pakai kemampuan barang untuk masih layak digunakan
(Saputra, 2011).
investasi disebut juga modal dalam usaha, merupakan dana awal untuk memulai
usaha. Menurut sifatnya modal terbagai menjadi modal tetap dan modal
kerja/tidak tetap. Biaya yang termasuk dalam modal tetap meliputi tanah,
kandang, peralatan, ayam petelur, gudang, kendaraan, dan mesin pakan. Biaya
yang termasuk modal tidak tetap meliputi pakan, obat, vaksin, sewa tanah, PBB,
listrik dan telpon, bahan bakar, biaya pemasaran, konsumsi pekerjaan dan gaji
tenaga kerja. Data secara lengkap pada Tabel 4.1 untuk peternakan mandiri.
kemitraan, dari keseluruhan modal 25% pinjam dari bank dan sisanya 75%
merupakan modal pribadi. Kebutuhan total modal terdiri dari modal tetap 84,87%
dan modal tidak tetap 15,13%. Ternak merupakan persentase terbesar dari
memilih langsung membeli pullet dari pada memelihara dari DOC. Biaya pakan
masuk modal paling besar dalam modal tidak tetap yaitu 12,50%.
rinci pada Tabel 4.2. modal untuk ayam lebih kecil dibanding dengan peternakan
oleh usaha peternakan baik mandiri maupan kemitraan yaitu biaya tetap, dan
biaya tidak tetap. Biaya tetap antara lain biaya penyusutan, sewa tanah, dan bunga
modal. Biaya tidak tetap yang dikeluarkan antara lain biaya pembelian pakan,
pada Tabel 4.4. Biaya pakan meurpakan komponen terbesar dalam biaya produksi
yakni sebesar 83,07% dari keseluruhan biaya produksi selama satu bulan.
ayam selama satu bulan ditampilkan pada Tabel 4.5. untuk peternakan mandiri.
Tabel 4.5. Total Biaya Produksi Per-kg Telur (telur utuh) dan Per-ekor Ayam
Selama Satu Bulan Peternakan Mandiri
Peternakan Mandiri
No Keterangan
Ke-1 Ke-2 Ke-3
1 Total biaya produksi (Rp) 1.956.588.207 981.965.718 517.601.656
2 Rata-rata jumlah ayam (ekor) 101.352 50.160 25.368
3 Total produksi telur utuh (kg) 157.729 78.062 39.479
4 Biaya produksi per ekor (Rp) 19.305 19.577 20.404
5 Biaya produksi per kg telur utuh (Rp) 12.405 12.579 13.111
pada Tabel 4.6. dari keseluruhan biaya produksi baik biaya produksi telur utuh, dan
produksi per ekor. Peternakan kemitraan biaya produksinya lebih besar daripada
peternakan mandiri.
Tabel 4.6. Total Biaya Produksi Per-kg Telur (telur utuh) dan Per-ekor Ayam
Selama Satu Bulan Peternakan Kemitraan
Peternakan Kemitraan
No Keterangan
Ke-1 Ke-2 Ke-3
1 Total biaya produksi (Rp) 82.681.622 63.325.341 67.761.995
2 Rata-rata jumlah ayam (ekor) 4.038 3.156 3.384
3 Total produksi telur utuh (kg) 6.284 4.912 5.266
4 Biaya produksi per ekor (Rp) 20.476 20.065 20.024
5 Biaya produksi per kg telur utuh (Rp) 13.157 12.893 12.867
diperoleh setelah hasil produksi dijual yaitu bersumber dari penjualan telur,
ayam afkir, dan pupuk kandang. penerimaan dan keuntungan peternak mandiri
dan kemitraan di Kabupaten Blitar selama 1 bulan disajikan pada Tabel 4.7. untuk
peternakan mandiri dan 4.8. untuk kemitraan. Data lebih lengkap tersedia pada
Tabel 4.7. Total Penerimaan Usaha Peternakan Mandiri Ayam Petelur di Kab. Blitar
Peternakan Mandiri
No Jenis %
Ke-1 (Rp) Ke-2 (Rp) Ke-3 (Rp)
1 Penjualan Telur utuh 2.276.030.192 1.118.621.295 556.653.195 86,25%
Penjualan telur retak dan cangkang
2 181.388.408 71.816.580 40.860.713 6,42%
putih
3 Penjualan ayam afkir 185.812.000 91.960.000 46.508.000 7,08%
4 Penjualan pupuk kandang 6.600.000 3.600.000 1.200.000 0,25%
Penerimaan dari penjualan telur 2.457.418.599 1.190.437.875 597.513.908 92,67%
Total penerimaan 2.649.830.599 1.285.997.875 645.221.908 100%
Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Total Penerimaan Usaha Peternakan Kemitraan Ayam Petelur di Kab.
Blitar
Peternakan Kemitraan
No Jenis %
Ke-1 (Rp) Ke-2 (Rp) Ke-3 (Rp)
1 Penjualan Telur utuh 87.349.511 66.796.740 71.095.725 85,39%
Penjualan telur retak dan cangkang
2 8.672.110 3.388.952 5.450.672 6,64%
putih
3 Penjualan ayam afkir 7.403.000 5.786.000 6.204.000 7,35%
4 Penjualan pupuk kandang 600.000 480.000 540.000 0,61%
Penerimaan dari penjualan telur 96.021.621 70.185.692 76.546.397 92,03%
Total penerimaan 104.024.621 76.451.692 83.290.397 100%
Tabel 4.7 dan 4.8. menjelaskan pendapatan kotor dari peternakan mandiri dan
kemitraan selama satu bulan, dari penerimaan / keuntungan kotor dapat diperoleh pendapatan
bersih dengan dikurangai total biaya produksi dan pajak bulanan. Diperoleh keuntungan
bersih selama satu bulan, secara rinci ditampilkan pada Table 4.9 untuk peternakan mandiri
Tabel 4.9. Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Peternak Mandiri Selama Satu Bulan
Peternakan Mandiri
No Keterangan
Ke-1 (Rp) Ke-2 (Rp) Ke-3 (Rp)
1 Total Penerimaan 2.649.830.599 1.285.997.875 645.221.908
2 Total Biaya 1.956.588.207 981.965.718 517.601.656
3 Keuntungan sebelum pajak 693.242.392 304.032.157 127.620.252
4 Pajak Pendapatan (30% setahun) 207.972.718 91.209.647 38.286.076
5 Pajak Bulanan 17.331.060 7.600.804 3.190.506
6 Pendapatan sesudah pajak 675.911.333 296.431.353 124.429.746
Pendapatan bersih untuk peternakan kemitraan selama satu bulan disajikan di Tabel
4.10, karena peternakan kemitraan termasuk dalam kategori peternakan rakyat sehingga
Tabel 4.10. Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Peternak Kemitraan Selama Satu
Bulan
Peternakan Kemitraan
No Keterangan
Ke-1 (Rp) Ke-2 (Rp) Ke-3 (Rp)
1 Total Penerimaan 104.024.621 76.451.692 83.290.397
2 Total Biaya 82.681.622 63.325.341 67.761.995
3 Keuntungan sebelum pajak 21.342.999 13.126.351 15.528.402
4 Pajak Pendapatan (30% setahun) Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
5 Pajak Bulanan Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
6 Pendapatan sesudah pajak 21.342.999 13.126.351 15.528.402
untuk peternak mandiri ke-2 dan ke-3 pinjaman dari bank selama 2 tahun dengan
rincian 25% dari total modal dan modal sendiri sebesar 75% dari total modal,
sedangkan peternak ke-1 pinjam bank hanya 20% dari total modal diangsur
selama 1 tahun. Peternak kemitraan memperoleh modal dari perusahaan inti dan
modal sendiri. Pada hasil analisis finansial meliputi Return Cost Ratio (R/C),
Break Even Point (BEP), Margin of Safety, Data analisis finansial tersedia pada
Tabel 4.11.
Tabel 4.11. Nilai Return Cost Ratio R/C, Break Even Point (BEP), Margin of
Safety Peternakan Mandiri dan Kemitraan di Kabupaten Blitar
BEP Margin of
No Peternak R/C
Harga (Rp) Unit (kg) Safety (%)
Peternak Mandiri
1 Ke - 1 1,3543 Rp 12.405 135.592 14%
2 Ke - 2 1,3096 Rp 12.579 68.525 12%
3 Ke - 3 1,2466 Rp 13.111 36.709 7%
4 Rata-rata 1,3035 Rp 12.698 80.275 11%
Peternak Kemitraan
1 Ke - 1 1,2581 Rp 13.157 5.948 5%
2 Ke - 2 1,2073 Rp 12.893 4.656 5%
3 Ke - 3 1,2292 Rp 12.867 5.019 5%
4 Rata-rata 1,2315 Rp 12.972 5.208 5%
dan Rentabilitas pada peternakan mandiri dan kemitraan disajikan pada Tabel
4.12.
Tabel 4.12. Nilai Rentabilitas, dan Paybak Period (PP) Peternakan Mandiri
dan Kemitraan di Kabupaten Blitar
Rentabilitas
No Peternak Payback Period Modal Sendiri
Ekonomi (%)
(%)
Peternak Mandiri Bulan Tahun Bulan Tahun
1 Ke - 1 1 tahun 4 bulan 6,25% 75,00% 5,33% 63,96%
2 Ke - 2 1 tahun 7 bulan 5,00% 60,00% 4,12% 49,44%
3 Ke - 3 1 tahun 11 bulan 4,10% 49,20% 3,33% 39,96%
4 Rata-rata 1 tahun 7 bulan 5,12% 61,40% 4,26% 51,12%
Peternak Kemitraan
1 Ke - 1 1 tahun 5 bulan 5,97% 71,64% 5,38% 64,56%
2 Ke - 2 2 tahun 4,10% 49,20% 3,69% 44,28%
3 Ke - 3 1 tahun 9 bulan 4,74% 56,88% 4,26% 51,12%
4 Rata-rata 1 tahun 8 bulan 4,94% 59,24% 4,44% 53,32%
BAB 5 PEMBAHASAN
Modal dalam usaha pternakan meliputi modal tetap dan modal kerja/tidak tetap.
Hasil dari penelitian modal tetap 84,87% dari total rata-rata modal peternakan
Modal kerja / tidak tetap yaitu 15,13% dari total modal rata-rata peternakan
peternakan mandiri, yaitu 43,43% dari total rata-rata modal, sedangkan pakan
masuk modal yang paling besar dalam modal tidak tetap yaitu 12,50% dari total
modal pinjaman dari bank 75-90% modal pribadi, sedangkan modal untuk
peternak kemitraan diperoleh dari peternakan inti dan modal sendiri. Sistem
modal antara peternakan mandiri dengan kemitraan jauh lebih besar modal yang
mandiri lebih lengkap peralatannya yakni mesin pemecah jagung dan mesin
mandiri ke-1 dan ke-2 memiliki kendaraan sendiri untuk memasarkan telurnya ke
43
luar kota antara lain Surabaya, Jakarta, Tasikmalaya, Malang, Kalimantan dan
yang dikeluarkan maupun yang diterima agar dapat menghitung keuangan yang
merupakan biaya terbesar yaitu 75,68% - 83,07% dari total rata-rata biaya yang
merupakan biaya terbesar pada penggunaan biaya tetap yaitu 6,57% dari total
untuk ternak hanya sebesar 0,68% dari rata-rata total biaya produksi ternak
kemitraan. Perbedaan biaya susut ayam antara peternakan kemitraan dan mandiri
disebabkan peternak kemitraan memelihara mulai dari DOC bukan beli langsung
produk telur normal. Petenakan mandiri ke-1 hasil telurnya dipasarkan ke Jakarta,
Tasikmalaya, Sukabumi, Kalimantan dan Irian Jaya setiap hari sekali atau dua
transportasi yaitu sebesar Rp. 550,-/kg telur dan biaya egg tray karton untuk
wadah telur Rp. 150,-/kg telur, jadi biaya total pemasaran setiap 1 kg telur sebesar
Rp. 700,- dimana dalam satu bulan peternak mandiri ke-1 memasarkan telur
sebanyak 157.729 kg telur maka dalam satu bulan total biaya pemasaran Rp.
Jawa Timur yaitu Malang dan Surabaya, sehingga biaya pemasarannya setiap 1 kg
telur sebesar Rp. 500,- dimana dalam satu bulan produksinya 78.062 kg telur
maka dalam satu bulan total biaya pemasaran sebesar Rp. 39.030.750,-.
Peternakan yang lain untuk biaya pemasarannya tidak ada karean langsung
penjualan telur (telur utuh, telur retak dan cangkang putih) yang merupakan
penerimaan. Penjualan ayam afkir selama satu bulan untuk peternakan mandiri
kandang selama satu bulan dapat mencapai 0,25% dari total penerimaan
mandiri ke-2 Rp. 1.285.997.875 dan peternakan mandiri ke-3 Rp. 645.221.908,
peternakan kemitraan ke-2 Rp. 76.451.692 dan Peternakan kemitraan ke-3 Rp.
83.290.397.
peternak selama satu bulan sebelum pajak. Keuntungan peternak mandiri ke-1 Rp.
693.242.392, peternak mandiri ke-2 Rp. 304.032.157 dan peternak mandiri ke-3
21.342.999, peternak kemitraan ke-2 Rp. 13.126.351 dan peternak kemitraan ke-3
pajak sebesar 30% per tahun. Persentase pajak tersebut berdasarkan pendapatan
usaha peternakan mandiri (CV. Taruna Jaya Farm, UD. Family Farm dan UD
Arkaloka Farm) yang memungkinkan pendapatannya pertahun lebih dari 500 juta
per tahun menurut direktorat jendral pajak dikenakan pajak pendapatan sebesar
30% per tahun. Sehingga untuk pajak pendapatan peternak mandiri selama
sebulan sebesar Rp. 17.331.060 maka keuntungan setelah pajak Rp. 675.911.333
pada peternak mandiri ke-1, pada peternak mandiri ke-2 pajak pendapatan sebulan
sebesar Rp. 7.600.804 maka keuntungan setelah pajak Rp. 296.431.353, dan pada
peternakan mandiri ke-3 pajak pendapatan sebulan sebesar Rp. 3.190.506 maka
finansial terdiri dari return cost ratio,break even point, margin of safety, payback
penerimaan dan biaya. Suatu usaha dinyatakan layak atau masih dalam tingkat
efisiensi apabila nilai R/C ratio lebih dari satu yang artinya nilai penerimaan sama
lebih besar dari total biaya, maka semakin besar R/C ratio makan semakin besar
Hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai R/C ratio pada peternakan
R/C rationya 1,2315. Nilai R/C ratio lebih dari satu maka usaha tersebut
ratio pada peternak mandiri sebesar 1,3035 dapat diartikan bahwa setiap
Rp. 1.303.500. Nilai rata-rata R/C ratio peternak kemitraan sebesar 1,2315 artinya
Rp. 1.231.500. Artinya tingkat efisiensi peternak mandiri lebih bagus daripada
peternak kemitraan. Hasil penelitian Candra (2012) nilai dari return cost ratio dari
perusahaan, perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Analisis
BEP tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break
even saja akan tetapi analisis BEP mampu memberikan informasi mengenai
mandiri ke-1, mandiri ke-2 dan mandiri ke-3 berturut-turut 135.592 kg, 68.525 kg
dan 36.709 kg, sedangakn BEP produksi pada peternak kemitraan ke-1, ke-2 dan
ke-3 berturut-turut 5.948 kg, 4.656 kg, dan 5.019 kg. Break even point harga
penjualan telur utuh yaitu peternak mandiri ke-1, ke-2 dan ke-3 berturut-turt Rp.
12.405, Rp. 12.579 dan Rp. 13.111 dengan rata-rata BEP harga Rp. 12.698.
Sedangkan BEP harga untuk peternak kemitraan ke-1, ke-2 dan ke-3 berturut-
turut Rp. 13.157, Rp. 12.893 dan Rp. 12.867 dengan rata-rata BEP harga Peternak
kemitraan sebesar Rp. 12.972. Melalui BEP harga penjualan telur dapat
disimpulkan, harga jual telur per-kg pada peternak kemitraan lebih besar dari
laba dan tidak menderita rugi pada peternak kemitraan. Tingginya BEP unit
populasi yang banyak membutuhkan penjualan unit yang banyak pula untuk
mencapai BEP.
boleh terjadi agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Margin of safety atau
batas keamanan usaha dihitung berdasarkan selisih antara target penjualan yang
ditargetkan dengan nilai penjualan dengan titik impas. Usaha yang memiliki
margin of safety yang besar lebih baik dibandingkan dengan usaha yang
penjualan yang dapat ditolerir sehingga perusahaan tidak menderita rugi tetapi
paling tinggi pada peternak mandiri ke-1 yaitu 14%, peternak mandiri ke-2 yaitu
12% dan peternak mandiri ke-3 yaitu 7%, sehingga rata-rata margin of safety
margin of safety sama semua yaitu 5%. Nilai margin of safety peternak mandiri
yang ditolerir lebih besar. Hasil penelitian Candra (2012) nilai dari margin of
Kabupaten Blitar akan menutup modal yang akan ditanam pada peternak mandiri
ke-1 dalam kurun waktu 1 tahun 4 bulan, peternak mandiri ke-2 dalam kurun 1
tahun 7 bulan, peternak mandiri ke-3 dalam kurun 1 tahun 11 bulan. Rata-rata
Paybvak period untuk peternak kemitraan ke-1 kurun waktu 1 tahun 5 bulan,
peternak kemitraan ke-2 kurun 2 tahun, peternak kemitraan ke-3 kurun waktu 1
selama 1 tahun 8 bulan. Hasil penelitian sebelumnya Metasari (2013) nilai dari
Kecamatan Srengat.
5.3.5. Rentabilitas
usaha peternakan ayam petelur mandiri sebesar 5,12% per-bulan atau sebesar
rata-rata rentabilitas modal sendiri usaha peternakan mandiri sebesar 4,26% per-
(1989), nilai rentablitas ekonomi dan rentabilitas modal sendiri baik peternakan
mandiri dan kemitraan termasuk dalam kategori cukup karena nilai rentabilitasnya
diantara 51-75%. Hasil penelitian sebelumnya Candra (2012) nilai dari rentabilitas
pada peternakan ayam petelur CV. Santosa Jaya Farm adalah sebesar 2,47% per
bulan atau sebesar 29,59% per tahun untuk rentabilitas ekonomi, sedangkan nilai
dari rentabilitas modal sendiri sebesar 3,29% per bulan atau sebesar 39,45% per
tahun.
6.1. Kesimpulan
2. Peternakan mandiri dan kemitraan layak untuk dikembangkan karena R/C >
cukup.
6.2. Saran
1. Pada peternakan pola mandiri dapat membuat konsentrat pakan sendiri (self
mix), saat ini konsentrat pakan dapat diperoleh dengan membeli dari pabrik
rendah dari biaya pakan yang sekarang ini, dimana biaya pakan sekarang ini
2. Pada peternakan pola kemitraan cocok untuk peternak yang masih baru
mandiri karena memiliki daya tawar yang tinggi saat menjual produk telurnya
51
52
sehingga tidak harus menjual ke peternak inti yang harganya cenderung lebih
rendah dibanding harga tawar distributor telur yang ada. Selain biasa
membuat konsentrat sendiri (self mix), sehingga biaya pakan bisa lebih efisen.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2015. Populasi Unggas Menurut Provinsi dan Jenis unggas
(ribu ekor) 2000-2014. http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view /id/1512
[25 Maret 2015]
Candra, S. Hari, D.U. dan Hartono, B. 2012 Analisis Ekonomi Usaha Ayam
Petelur CV. Santosa Farm di Desa Kerjen Kecamatan Srengat Kabupaten
Blitar.[Skripsi] Universitas Brawijaya
Rahayu, H.S.I. 2003. Karakteristik Fisik, Komposisi Kimia dan Uji Organoleptik
Telur Ayam Merawang Dengan Pemberian Pakan Bersuplemen Omega-3.
Jurnal Teknol dan Industri Pangan, 14 (3)
Rahmanto. 2012. Struktur Histologik Usus Halus dan Efisiensi Pakan Ayam
kampung dan Ayam Broiler [Skripsi]. Universitas Negeri Yogyakarta.
Rusli, R.K. 2011. Pemberian Campuran Dedak dan Ampas Tahu Fermentasi
dengan Monaseus purpureus Terhadap Performa dan Kualitas Telur Ayam
[Tesis]. Universitas Andalas.
Saputra, E.E. 2011, Analisis Kelayakan Investasi Peternakan Ayam Broiler Pada
Kondisi Resiko (Studi Kasus : Peternakan Rakyat Kecamatan Nanggung
Kabupaten Bogor, Jawa Barat) [Skripsi] Fakultas Ekonomi Manajemen.
Institut Pertanian Bogor.
Sejati, W.K. 2011. Analisis Kelembagaan Rantai Pasok Telur Ayam Ras
Peternakan Rakyat di Jawa Barat. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian. Bogor. 9 (2).
Suharno, B. 2000. Agribisnis Ayam Ras. PT. Penebar Swadaya. Depok. 59 (2)
Soepranianondo, K., R. Sidik, D.S. Nazar, S. Hidanah, Pratisto dan S.H. Warsito.
2013. Buku Ajar Kewirausahaan. Pusat Peneribitan dan Percetakan Unair.
Surabaya. Halaman 56.
Syukur, S.H. 2008. Analisis Break Event Point Usaha Peternakan Rakyat Ayam
Petelur di Kecamatan Palu Selatan. Jurnal Agrisain Volume 9 Nomor 1
Halaman 41-49.
Warsito, S.H. 2010. Analisis Finansial, Resiko dan Sensitivitas Usaha Peternakan
Ayam Petelur (Survei pada Kelompok Peternakan Gunungrejo Makmur
Kabupaten Lamongan [Tesis]. Universitas Brawijaya.
Wahyuningsih, R., SM. Kiptiyah dan H.M.I. Semaoen. 2008. Analisis Permintaan
Telur Ayam di Jawa Timur. Agritek 16 (11).
Yunus, 2009. Analisis Efisiensi Produksi Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging
Pola Kemitraan dan Mandiri Di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah
[Tesis]. Universitas Diponegoro.
RINGKASAN
terbanyak ada di Kabupaten Blitar. Sistem peternakan ayam ras petelur ada dua
pola, peternakan pola mandiri dan peternakan pola kemitraan. CV. Taruna Jaya
Farm, UD. Family Farm dan UD. Arkaloka Farm merupakan perusahaan di
bidang peternakan ayam petelur pola mandiri. Peternakan pola kemitraan terdiri
dari tiga peternak yaitu Imam Farm, Kirom Farm dan Fuad Farm. Penelitian ini
ayam ras petelur pola kemitraan dan mandiri di Kabupaten Blitar. 2) Menganalisis
kelayakan peternakan ayam ras petelur pola kemitraan dan mandiri dengan dilihat
dari investasi, analisis biaya produksi, penerimaan, laba / rugi, dan analisis
finansial. Kelayakan diketahui dengan melihat Return Cost Ratio, Break Even
Point, Payback Period, Margin of Safety dan Rentabilitas dari peternakan pola
mendapatkan data primer dan data sekunder yang dikumpulkan dari beberapa
sekunder yaitu data yang diperoleh dari Dinas Peternakan, Badan Pusat Statistik,
mendatangkan hasil. Indikator kelayakan usaha bisa dilihat dari nilia return cost
56
ratio yang lebih besar dari satu, dan nilai rentabilitas yang termasuk dalam
kategori cukup. Dilihat dari tingkat kelayakan peternakan pola mandiri lebih
efisiensi bisa dilihat dari biaya produksi untuk setiap satu kilogram telur
peternakan mandiri lebih kecil dari pada kemitraan, selain biaya produksi harga
jual produk telur untuk peternakan mandiri memiliki daya tawar yang tinggi
daripada peternakan kemitraan. Dilihat dari analisis finansial nilai return cost
ratio dan margin of safety peternakan mandiri lebih besar daripada peternakan
kemitraan, sedangkan nilai break even point dan payback period peternakan
mendatangkan hasil. Dilihat dari tingkat efisiensi peternakan pola kemitraan harus
Nama Peternakan :
Pemilik Ternak :
Umur Peternak :
Alamat Peternakan :
Jumlah Populasi :
Lama Beternak :
1. Modal berasal dari uang sendiri atau pinjam bank?
Jawaban :
2. Berapa pinjaman pokok beserta bunga dari bank?
Jawaban :
3. Berapa pajak per bulan?
Jawaban :
4. Model kandang terbuat dari bambu / kawat / lain-lain?
Jawaban :
5. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan kandang?
Jawaban :
6. Kandang dapat digunakan sampai berapa lama?
Jawaban :
7. Apa saya yang peralatan kandang yang digunakan ?
Jawaban :
8. Berapa biaya peralatan kandang yang dikeluarkan?
Jawaban :
9. Peralatan kandang dapat digunakan sampai berapa lama?
Jawaban :
10. Lahan yang digunakan untuk berternak ayam petelur sewa / milik sendiri ?
Jawaban :
11. Berapa harga sewa lahan / tanah untuk usaha peternakan?
Jawaban :
58
Juli :
Agustus :
September :
Oktober :
November :
Desember :
24. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk kesehatan ternak (vaksin, vitamin,
antibiotik, anti parasit, anti cacing,desinfektan dan insektisida)?
Jawaban :
25. Biaya yang dikeluarkan untuk listrik, air, pemanas, litter, ongkos
transportasi, telepon dan kemasan?
Jawaban :
26. Berapa harga kotoran ayam setiap karungnya?
Jawaban :
27. Berapa harga ayam afkir per kilogramnya atau per ekornya?
Jawaban :
Lampiran 2. Data Karakteristik Peternakan Ayam Petelur pola Mandiri dan Kemitraan di Kab. Blitar
Lampiran 3. Rincian Biaya Pakan Fase Starter dan Grower Kemitraan di Kab. Blitar Selama 1 Tahun
62
Lampiran 4. Rincian Biaya Pakan Fase Layer Peternakan Pola Mandiri di Kab. Blitar Selama 1 Tahun
101352 50160 25368
64
Lampiran 5. Rincian Biaya Pakan Fase Layer Peternakan Pola kemitraan di Kab. Blitar Selama 1 Tahun
4038 3156 3384
Peternakan Kemitraan Ke-1 Peternakan Kemitraan Ke-2 Peternakan Kemitraan Ke-2
No Bulan Harga Harga Harga
Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan
Pakan /kg Total (Rp) Pakan /kg Total (Rp) Pakan /kg Total (Rp)
Pakan (kg) Pakan (kg) Pakan (kg)
(Rp) (Rp) (Rp)
1 Januari 14.537 4.600 66.870.200 11.362 4.500 51.129.000 12.182 4.550 55.428.100
2 Februari 14.487 4.650 67.364.550 11.312 4.750 53.732.000 12.124 4.800 58.195.200
3 Maret 15.512 4.600 71.355.200 12.337 4.700 57.983.900 13.149 4.750 62.457.750
4 April 15.657 4.550 71.239.350 12.480 4.650 58.032.000 13.252 4.550 60.296.600
5 Mei 15.692 4.550 71.398.600 12.503 4.650 58.138.950 13.275 4.600 61.065.000
6 Juni 15.592 4.450 69.384.400 12.369 4.550 56.278.950 13.121 4.750 62.324.750
7 Juli 15.566 4.450 69.268.700 12.291 4.550 55.924.050 13.043 4.650 60.649.950
8 Agustus 15.493 4.350 67.394.550 12.133 4.450 53.991.850 12.885 4.550 58.626.750
9 September 14.487 4.500 65.191.500 10.830 4.600 49.818.000 11.882 4.650 55.251.300
10 Oktober 14.991 4.400 65.960.400 11.235 4.500 50.557.500 12.075 4.650 56.148.750
11 Nopember 13.955 4.350 60.704.250 10.232 4.450 45.532.400 11.095 4.550 50.482.250
12 Desember 13.973 4.200 58.686.600 10.179 4.400 44.787.600 10.981 4.500 49.414.500
Jumlah 804.818.300 635.906.200 690.340.900
Rata-rata 67.068.192 52.992.183 57.528.408
64
Lampiran 6 Total Penerimaan Usaha Peternakan Mandiri Ayam Petelur di Kabupaten Blitar
No Jenis Penerimaan Jumlah Harga (Rp) Total (Rp) Penerimaan/ekor (Rp) Persentase (%)
No Jenis Penerimaan Jumlah Harga (Rp) Total (Rp) Penerimaan/ekor (Rp) Persentase (%)
65
SKRIPSI ANALISIS KELAYAKAN USAHA M. ZUHDI IRHAMNI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 7 Total Penerimaan Usaha Peternakan Kemitraan Ayam Petelur di Kabupaten Blitar
66
67