Pedoman pengaderan ini sebelumnya telah digagas oleh Senator dan Dewan
Mahasiswa Periode I pada tahun 2015 yang kemudian dilanjutkan dan diselesaikan
oleh Senator dan Dewan Mahasiswa Periode II. Ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kami sampaikan kepada Senator dan Dewan Mahasiswa Periode I (2014-
2015) selaku penggagas dan pemberi dukungan moral sehingga pedoman pengaderan
ini dapat diselesaikan. Tidak lupa ucapan terima kasih kepada Senator dan Dewan
mahasiswa Periode II (2015-2016) khususnya Tim Tujuh yang telah menyelesaikan
pedoman ini sampai dengan di sahkannya pada Kongres III Kema FIKP UH. Akhirnya
harapan kami melalui pedoman ini, KEMA FIKP UH dapat tetap berdiri tegak sebagai
lembaga kader yang menjadi garda terdepan dalam menghasilkan insan berkualitas.
“Tak perlu banyak berandai meskipun angan-angan sanggup menembus batas ruang
dan waktu. Sedikitlah berharap karena cita – cita tak datang dengan sendirinya. Tapi,
banyaklah bekerja keras karena hasil diperoleh dengan cara itu. Jadilah mutiara,
walaupun berada di dasar laut pasti kelak akan dicari”.
DEWAN MAHASISWA
KEMA FIKP UH 2015-2016
A. LATAR BELAKANG
Sejarah mencatat bahwa KEMA FIKP UH berdiri dengan landasan berpikir atau
filosofi persatuan dengan mengesampingkan segala perbedaan demi mencapai tujuan
nan mulia dalam rangka menciptakan stabilitas dan keharmonisan dalam lingkup
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Potensi dan eksistensi dua jurusan (Ilmu
Kelautan dan Perikanan) menjadi roh utama berdirinya organisasi dengan disiplin ilmu
kelautan dan perikanan. Dengan mengerahkan upaya dan tenaga demi sebuah
komitmen social dengan segala dimensinya diwujudkanlah keinginan besar tersebut
dengan menyerukan gema persatuan. Berkaca pada pengaderan masa lalu, telah
dilakukan upaya kearah kaderisasi yang berorientasi pada karya dan aksi sosial dalam
level general, berupa penumbuhan dan stimulus etos intelektual dan sosial (Tri Darma
Perguruan Tinggi). Jadi bagaimana menggabungkan atau menemukan konvergensi
yang ideal antara aktifitas berpikir (belajar) sebagai entitas mahasiswa dan aktifitas aksi
sosial sebagai pengejawantahan nilai-nilai tekstual normatif.
Hingga saat ini, belum ada aturan baku yang memiliki standarisasi baik dalam
sebuah kaderisasi. Pola-pola tersebut biasanya disesuaikan dengan kebutuhan kader
organisasi yang dijalani. Namun, beberapa pola kaderisasi pada internal FIKP
menitikberatkan pada penciptaan kader himpunan yang memiliki loyalitas tinggi
terhadap himpunan maupun angkatannya. Proses regenerasi memiliki peran penting
dalam kelangsungan organisasi, bila proses regenerasi tersebut terhambat, maka
proses berjalannya organisasi itu juga akan terganggu seperti api unggun yang
kehabisan kayu bakar. Demikian pentingnya regenerasi menjadikan bagian pengaderan
dalam organisasi memiliki peran sentral untuk senantiasa menyediakan stok kader agar
KEMA FIKP UH bisa tetap hidup.
Life skill dan organisasi, fokus yang dibangun adalah berbasiskan kesadaran
karena yang perlu ditanamkan dari awal dibenak mahasiswa baru adalah
kesadaran pengenalan diri dan lingkungan organisasi. Hal ini guna menghindari
pengetahuan yang mentok pada bangku kuliah saja dan menciptakan
A. UNSUR POKOK
Materi pengaderan disusun dengan mengembangkan beberapa unsur pokok
yang menjadi sasaran utama dalam perumusan konsep. Hal pokok tersebut antara lain:
B. FUNGSI UMUM
Meningkatkan loyalitas dan rasa bangga terhadap almamater untuk membentuk
arogansi produktif yang menjadi modal untuk bersedia proaktif, menghilangkan
cela, membangun prestasi dan reputasi fenomenal dari almamater.
Membina kebersamaan, solidaritas dan kekeluargaan diantara sesame anggota
sebagai bentuk implementasi dari lembaga yang berasas pada nilai-nilai
kekeluargaan.
Menumbuhkembangkan sifat peka, peduli dan solutif merupakan sifat yang perlu
ditunjukkan kepada sesame rekan satu angkatan dan juga seluruh civitas yang
ada. Kampus adalah salah satu tempat pembelajaran terlama kita, sehingga
amat layak bagi kita untuk menjalaninya dengan penuh saling peduli
sebagaimana layaknya sebuahh keluarga.
C. MODEL PENGADERAN
a. Latihan Kepemimpinan Tingkat I (LK I)
Bina Akrab dan Akulturasi Identitas (BADAI)
Pengaderan Himpunan Mahasiswa Jurusan
b. Latihan Kepemimpinan Tingkat II (LK II)
E. KURIKULUM PENGADERAN
a. Muatan Materi
Identitas, peran dan fungsi mahasiswa
Hakikat dan urgensi mahasiswa dalam pendidikan tinggi
Kebijakan dan sistem pendidikan tinggi
Sinergitas organisasi kemahasiswaan dan akademik
Pengenalan struktur internal dan mekanisme kerja lembaga kemahasiswaan
Kesadaran kritis
Sebuah sekat yang kadang hadir dikalangan mahasiswa dalam konteks terkini
adalah pengelompokkan mahasiswa dengan variable tipe akademik dan organisatoris.
Tak sedikit kalangan mahasiswa yang terjebak pada pilihan ingin berorganisasi atau
fokus pada akademik. Dalam menciptakan kader ideal, KEMA FIKP UH harus mampu
mengembangkan sebuah metode yang mensinergiskan antara akademik dan
organisasi, dimana keduanya merupakan kesatuan yang penting dan melekat pada diri
mahasiswa. Sebuah pemikiran yang naïf bahwa menganggap seorang organisatoris
menjadikan mahasiswa lama untuk menyelesaikan kewajiban akademik. Dalam
menjalankan keduanya, dibutuhkan sebuah manajemen dan pemahaman bahwa kedua
F. KERANGKA TEKNIS
G. PELAKSANA KEGIATAN
Pelaksana umum pengaderan meliputi:
1. Ex Officio, merupakan penanggung jawab tertinggi dan pejabat dalam organisasi
yang masuk kedalam rangkaian kegiatan pembinaan guna terlibat langsung
dalam perumusan konsep dan pengambilan keputusan. Elemen yang termasuk
dalam ex officio adalah DEMA FIKP UH, SEMA FIKP UH dan fungsionaris
lembaga tingkat jurusan berdasarkan keputusan yang sudah diatur sebelumnya.
2. Steering Committee (SC), merupakan pelaksana kegiatan yang telah dimandat
secara administrasi oleh SEMA FIKP UH dan telah melewati Training of
Fasilitator. Steering Commite memiliki kewenangan untuk membuat konsep
pelaksanaan pengaderan dengan persetujuan SEMA FIKP UH dan
mengarahkan jalannya kegiatan yang dimaksud. Proses evaluasi dan
improvisasi dijalankan berdasarkan pertimbangan kolektif seluruh Steering.
3. Organizing Committee (OC), merupakan pelaksana kegiatan yang telah
dimandat secara administrasi oleh SEMA FIKP UH dan telah melewati Training
of Trainer (TOT). Organizing Committee memiliki kewenangan untuk mengatur
persiapan teknis pelaksanaan kegiatan pengaderan. Tiap-tiap organizing
H. EVALUASI
Dalam setiap proses pengaderan, diperlukan adanya evaluasi untuk mengukur
tingkat keberhasilan dan memperbaikinya jika ditemukan kekurangan kekurangan baik
itu yang berkaitan dengan konsep dan sarana maupun prasarana. Untuk mengetahui
arti penting dari dilakukannya evaluasi maka diperlukan pengetahuan tentang prinsip-
prinsip evaluasi antara lain:
Tantangan dan beban kader semakin hari semakin besar dan rumit dengan
banyaknya diantara kader yang mulai melebur dan memutar balik haluan dan pergi
entah kemana. Kini kader itupun dirindukan oleh organisasinya sebagai seorang sosok
yang tetap bertahan dan menjaga integritas serta tetap pada jalan kebenaran.
Tegak disaat muda dan menunduk disaat tua merupakan filosofi yang
menggambarkan kader yang tumbuh tegar dan menatap masa depan disaat muda dan
merunduk disaat tua dan berisi yakni tidak menyombongkan ilmu yang telah dimilikinya
serta mampu menggerakkan anggota dan menularkan semangatnya. Akhirnya kembali
perlu ditegaskan bahwa hal yang tak boleh terjadi dalam kaderisasi yakni suatu proses
pengaderan yang tak terobsesi dan mengambil peduli untuk merekrut kader-kader yang
potensil. Jika hal ini terjadi, maka sesungguhnya pengaderan tersebut telah menyalahi
filosofi kaderisasi.