Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Keluarga Mahasiswa Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas


Hasanuddin (KEMA FIKP UH) merupakan Lembaga Kemahasiswaan yang
menghimpun dua keilmuan dalam konteks bahari dimana mahasiswa Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin dalam rangka menciptakan suasana
persaudaraan dan aktifitas yang harmonis antara keduanya. Berdirinya KEMA FIKP UH
sebagai lembaga tertinggi dalam tatanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin sebagai bentuk penyadaran bahwa dalam mencapai suatu
tujuan, diperlukan segala komponen yang dapat mendukung terciptanya stabilitas
dengan mengesampingkan ego dan perbedaan yang mendasar. Eksistensi dua
Lembaga Mahasiswa Tingkat Jurusan yakni Himpunan Mahasiswa Ilmu Kelautan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin (HMIK FIKP-UH) dan
Himpunan Mahasiswa Jurusan Keluarga Mahasiswa Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan
dan Perikanan Universitas Hasanuddin (HMJ KEMAPI) menjadi salah satu potensi
dasar yang dimiliki oleh KEMA FIKP UH dalam mewujudkan tujuannya yakni
“Terbinanya insan akademis yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam
bidang ilmu kelautan dan perikanan serta bertanggung jawab atas kehidupan
berbangsa dan bernegara”. Dalam mewujudkan cita-cita murni KEMA FIKP UH, satu-
satunya komponen yang sangat penting dipersiapkan adalah kader. Kader yang dalam
pengertian umum merupakan orang yang diharapkan melanjutkan visi dan memegang
posisi penting dalam suatu organisasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam
menjalankan sebuah kepengurusan di KEMA FIKP UH masih terasa kurang optimal
dalam menjalankan tugas secara bersama. Hal ini disebabkan sejarah kelam kedua
jurusan yang sebelumnya tidak kondusif bahkan selama bertahun-tahun lamanya.
Hubungan yang masih terasa asing oleh sesama pengurus dan warga menjadikan
setiap langkah organisasi menjadi kaku. Berbedanya kebudayaan dari tiap jurusan
menjadikan warga dan pengurus masih terjebak dalam krisis identitas. Oleh karenanya
dibutuhkan suatu pedoman pengaderan dalam mengantarkan mahasiswa kedalam

BUKU PUTIH PENGADERAN


BINA AKRAB DAN AKULTURASI IDENTITAS (BADAI)
kebudayaan baru yang memiliki identitas dan pola pemikiran mulia dalam menyatukan
pengetahuan moral, mental dan budaya dalam mewujudkan cita-cita bersama.

Dengan tugas dan tanggungjawab tersebut, maka Senat Mahasiswa bersama


Dewan Mahasiswa Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin
sebagai alat pendidikan kader harus mampu membentuk, menggembleng dan
mencetak generasi muda mahasiswa sebagai kader pelopor yang berkarakter,
progresif, revolusioner dan radikal. Seperti halnya organisasi berbasis kader lainnya,
KEMA FIKP UH menitikberatkan pada kualitas regenerasi yang professional dan dapat
menjadi teladan bagi lembaga mahasiswa yang dinaunginya. Profesionalitas anggota
KEMA FIKP UH maupun kader yang diharapkan agar tercipta kader yang ideal.

Pedoman pengaderan ini sebelumnya telah digagas oleh Senator dan Dewan
Mahasiswa Periode I pada tahun 2015 yang kemudian dilanjutkan dan diselesaikan
oleh Senator dan Dewan Mahasiswa Periode II. Ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kami sampaikan kepada Senator dan Dewan Mahasiswa Periode I (2014-
2015) selaku penggagas dan pemberi dukungan moral sehingga pedoman pengaderan
ini dapat diselesaikan. Tidak lupa ucapan terima kasih kepada Senator dan Dewan
mahasiswa Periode II (2015-2016) khususnya Tim Tujuh yang telah menyelesaikan
pedoman ini sampai dengan di sahkannya pada Kongres III Kema FIKP UH. Akhirnya
harapan kami melalui pedoman ini, KEMA FIKP UH dapat tetap berdiri tegak sebagai
lembaga kader yang menjadi garda terdepan dalam menghasilkan insan berkualitas.

“Tak perlu banyak berandai meskipun angan-angan sanggup menembus batas ruang
dan waktu. Sedikitlah berharap karena cita – cita tak datang dengan sendirinya. Tapi,
banyaklah bekerja keras karena hasil diperoleh dengan cara itu. Jadilah mutiara,
walaupun berada di dasar laut pasti kelak akan dicari”.

DEWAN MAHASISWA
KEMA FIKP UH 2015-2016

BUKU PUTIH PENGADERAN


BINA AKRAB DAN AKULTURASI IDENTITAS (BADAI)
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sejarah mencatat bahwa KEMA FIKP UH berdiri dengan landasan berpikir atau
filosofi persatuan dengan mengesampingkan segala perbedaan demi mencapai tujuan
nan mulia dalam rangka menciptakan stabilitas dan keharmonisan dalam lingkup
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Potensi dan eksistensi dua jurusan (Ilmu
Kelautan dan Perikanan) menjadi roh utama berdirinya organisasi dengan disiplin ilmu
kelautan dan perikanan. Dengan mengerahkan upaya dan tenaga demi sebuah
komitmen social dengan segala dimensinya diwujudkanlah keinginan besar tersebut
dengan menyerukan gema persatuan. Berkaca pada pengaderan masa lalu, telah
dilakukan upaya kearah kaderisasi yang berorientasi pada karya dan aksi sosial dalam
level general, berupa penumbuhan dan stimulus etos intelektual dan sosial (Tri Darma
Perguruan Tinggi). Jadi bagaimana menggabungkan atau menemukan konvergensi
yang ideal antara aktifitas berpikir (belajar) sebagai entitas mahasiswa dan aktifitas aksi
sosial sebagai pengejawantahan nilai-nilai tekstual normatif.

Kaderisasi merupakan kebutuhan internal organisasi yang tidak boleh tidak


dilaksanakan. Layaknya sebuah hukum alam, ada sebuah proses perputaran dan
pergantian disana. Namun satu yang perlu kita pikirkan yaitu format dan mekanisme
yang komprehensif dan mapan guna memunculkan kader-kader yang tidak hanya
mempunyai kemampuan dibidang manajemen organisasi tapi yang lebih penting adalah
tetap berpegang pada komitmen sosial dengan segala dimensinya. Sebuah harapan
besar ketika KEMA FIKP UH dapat mencapai kesuksesan dalam proses kaderisasi
internal sebagai wujud dari keberlanjutan organisasi dengan munculnya kader-kader
yang memiliki kapabilitas dan komitmen terhadap dinamika organisasi untuk masa
depan lembaga.

BUKU PUTIH PENGADERAN


BINA AKRAB DAN AKULTURASI IDENTITAS (BADAI)
B. ASAS MAKSUD DAN TUJUAN
a. Asas
Asas dari pengaderan KEMA FIKP UH adalah “terencana, terarah, terpadu,
bertingkat dan berkesinambungan”, yang meliputi prinsip – prinsip dasar pengaderan
sebagai berikut:
1. Asas persaudaraan yaitu pengaderan mampu memperkuat ikatan persaudaran
dan keberasamaan antar kader.
2. Asas kemanusian yaitu pengaderan memberikan manfaat langsung maupun
tidak langsung terhadap kehidupan masyarakat.
3. Asas kemandirian yaitu pengaderan menciptakan kondisi yang dinamis untuk
melahirkan kader-kader yang mandiri dalam berpikir, bersikap, maupun dalam
bertindak.
4. Asas pembelajaran yaitu pengaderan dijadikan sebagai wadah pembelajaran
bagi para kader.
5. Asas keteladanan yaitu pengaderan harus memperhatikan aspek-aspek
keteladanan sebagai faktor penting dalam proses pengaderan.
6. Asas fleksibel yaitu pengkaderan dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan
atau metode yang kreatif dan inovatif selama tidak menyimpang dari tujuan
KEMA FIKP UNHAS.

b. Maksud dan Tujuan


Penyusunan pedoman pengaderan ini dimaksudkan agar menjadi landasan
pokok mengenai kader yang ingin dihasilkan oleh KEMA FIKP UH dalam menjalankan
roda organisasi yang berkelanjutan maupun fungsi-fungsi organisasi lainnya.
Sementara itu, pedoman pengaderan ini bertujuan untuk membangun ideologi
terkhusus sebagai proses internalisasi terhadap pemahaman keorganisasian agar
kader KEMA FIKP UH mampu mengimplementasikan disiplin organisasi berbasis Ilmu
Kelautan dan Perikanan dalam menjalankan roda organisasi.

BUKU PUTIH PENGADERAN


BINA AKRAB DAN AKULTURASI IDENTITAS (BADAI)
C. GAMBARAN UMUM
Pengaderan berasal dari kata “kader” yang berarti penerus. Tujuan paling akhir
dari pengondisian yang dimaksud adalah untuk membentuk generasi penerus yang
nantinya akan meneruskan visi dan misi KEMA FIKP UH, maka proses pengaderan itu
diturunkan dan diwariskan kepada generasi berikutnya untuk mendidik banyak lagi
generasi selanjutnya yang selanjutnya akan menjadi sebuah tradisi. Setiap generasi
dari zaman yang berbeda mungkin saja mempunyai kebutuhan lain dalam mengadakan
pengaderan tetapi tujuan utama tersebut (regenerasi) tidak pernah hilang dan akan
terus dilakukan turun temurun.

Hingga saat ini, belum ada aturan baku yang memiliki standarisasi baik dalam
sebuah kaderisasi. Pola-pola tersebut biasanya disesuaikan dengan kebutuhan kader
organisasi yang dijalani. Namun, beberapa pola kaderisasi pada internal FIKP
menitikberatkan pada penciptaan kader himpunan yang memiliki loyalitas tinggi
terhadap himpunan maupun angkatannya. Proses regenerasi memiliki peran penting
dalam kelangsungan organisasi, bila proses regenerasi tersebut terhambat, maka
proses berjalannya organisasi itu juga akan terganggu seperti api unggun yang
kehabisan kayu bakar. Demikian pentingnya regenerasi menjadikan bagian pengaderan
dalam organisasi memiliki peran sentral untuk senantiasa menyediakan stok kader agar
KEMA FIKP UH bisa tetap hidup.

D. STRATEGI PENGEMBANGAN DASAR


Dibutuhkan suatu konsep paling mendasar dalam menyusun konsep pengaderan
yang harus dimiliki sebagai strategi mewujudkan kader yang ideal. Hal ini terbagi
menjadi point penting sebelum menyusun teknis pelaksanaan dan membutuhkan pola
maupun alur yang tersistematis.

 Life skill dan organisasi, fokus yang dibangun adalah berbasiskan kesadaran
karena yang perlu ditanamkan dari awal dibenak mahasiswa baru adalah
kesadaran pengenalan diri dan lingkungan organisasi. Hal ini guna menghindari
pengetahuan yang mentok pada bangku kuliah saja dan menciptakan

BUKU PUTIH PENGADERAN


BINA AKRAB DAN AKULTURASI IDENTITAS (BADAI)
mahasiswa apatis. Struktur internal organisasi dengan segala bentuk alur
didalamnya dirasa penting untuk diketahui. Hal ini juga dilakukan untuk
mengenal system perguruan tinggi dimana mahasiswa baru perlu untuk
mengenal birokrasi dengan segala bentuk didalamnya dalam rangka
menyadarkan bahwa komponen-komponen dalam perguruan tinggi tidak hanya
pada tatanan mahasiswa dan dosen, tetapi terdapat sebuah struktur yang lebih
majemuk dan teratur dengan segala fungsinya masing-masing.
 Keteladanan, merupakan masterplan dalam menjajaki kehidupan baru dikampus.
Sebagai lembaga mahasiswa tertinggi dalam tatanan Fakultas, dibutuhkan
seorang kader yang mampu menjadi teladan agar menjadi contoh lembaga-
lembaga yang dibawahinya.
 Titik tolak untuk berubah, suatu proses untuk beradaptasi dan juga merubah dari
pola pikir siswa menjadi pola pikir mahasiswa yang kritis. Penumbuhkembangan
idealisme mahasiswa dengan menanamkan sikap disiplin yang biasa mereka
terapkan dalam kehidupan sehari-harinya. Pengaderan itu juga harus membuat
mahasiswa itu sendiri mengetahui fungsinya sebagai mahasiswa bukan hanya
mempunyai fungsi akademik.
 Bersifat religius, jika format pengaderan didasari oleh pemahaman religious,
maka akan lahir kader-kader yang ideal, kritis, dan religious sebagai tameng
untuk menghindari terjadinya kekerasan.

BUKU PUTIH PENGADERAN


BINA AKRAB DAN AKULTURASI IDENTITAS (BADAI)
SISTEM DAN MEKASNISME KERJA
PENYELANGGARAN PENGADERAN

A. UNSUR POKOK
Materi pengaderan disusun dengan mengembangkan beberapa unsur pokok
yang menjadi sasaran utama dalam perumusan konsep. Hal pokok tersebut antara lain:

 Orientasi, merupakan bentuk pengenalan mahasiswa kepada warga dan seluruh


komponen-komponen universitas. Beberapa roadmap perjalanan dikampis pula
perlu diperkenalkan sebagai gambaran umum aktifitas mahasiswa. Kebijakan-
kebijakan kampus yang melekat pada diri mahasiswa baru dianggap sebagai hal
yang urgent dimana mahasiswa baru tidak dapat memulai aktifitas tanpa
menyetahui aturan mendasar didunia kampus
 Adaptasi, sebagai bentuk persiapan menghadapi dunia yang berbeda dengan
segala tingkat kerumitan dan permasalahan. Mahasiswa baru diharapkan dapat
bertahan dengan segala kondisi yang ada.
 Rangsangan minat berlembaga, sebagai bentuk suplemen yang mengantarkan
mahasiswa untuk berani mengambil tanggungjawab sebagai fungsionaris
lembaga.
 Mentalitas kader, kematangan diri secara psikologis yang tercermin kedalam
sikap dan moralitas individu dalam organisasi.
 Intelektualitas, kedalaman ilmu, keluasan wawasan serta ketajaman analisis baik
dalam profesionalitas disiplin ilmu maupun pengetahuan umum.
 Spiritualitas, setiap jenjang pengkaderan senantiasa mengikutsertakan
penguatan aspek ketuhanan sehingga akan tercipta kader yang memiliki kualitas
keagamaan yang baik.
 Humanitas, kader dapat menyadari dan memahami etika pergaulan dan
menjunjung tinggi nilai moral yang ada dalam lingkungannya.
 Kebersamaan, harmonisasi dan interaksi yang terjalin erat dalam kultur lembaga
yang solid (FIKP), dinamis, komunikatif serta saling menghargai satu sama lain.

BUKU PUTIH PENGADERAN


BINA AKRAB DAN AKULTURASI IDENTITAS (BADAI)
 Sinergitas generasi, kesadaran akan tanggung jawab kader dalam setiap fase
proses kelembagaan sebagai satu kesatuan sejarah dengan fase sebelumnya.
Adanya pola pengaderan yang terus menerus memproduksi insane penerus.
Disini ditegaskan pula hubungan antara angkatan sebagai satu kesatuan yang
harmonis.

B. FUNGSI UMUM
 Meningkatkan loyalitas dan rasa bangga terhadap almamater untuk membentuk
arogansi produktif yang menjadi modal untuk bersedia proaktif, menghilangkan
cela, membangun prestasi dan reputasi fenomenal dari almamater.
 Membina kebersamaan, solidaritas dan kekeluargaan diantara sesame anggota
sebagai bentuk implementasi dari lembaga yang berasas pada nilai-nilai
kekeluargaan.
 Menumbuhkembangkan sifat peka, peduli dan solutif merupakan sifat yang perlu
ditunjukkan kepada sesame rekan satu angkatan dan juga seluruh civitas yang
ada. Kampus adalah salah satu tempat pembelajaran terlama kita, sehingga
amat layak bagi kita untuk menjalaninya dengan penuh saling peduli
sebagaimana layaknya sebuahh keluarga.

C. MODEL PENGADERAN
a. Latihan Kepemimpinan Tingkat I (LK I)
 Bina Akrab dan Akulturasi Identitas (BADAI)
 Pengaderan Himpunan Mahasiswa Jurusan
b. Latihan Kepemimpinan Tingkat II (LK II)

D. TUJUAN TIAP JENJANG PENGADERAN


a. Latihan Kepemimpinan Tingkat I (LK I)
1. Pengembangan pengetahuan dan pemahaman tentang kemahasiswaan dan
keorganisasian.

BUKU PUTIH PENGADERAN


BINA AKRAB DAN AKULTURASI IDENTITAS (BADAI)
2. Pengembangan nilai – nilai kepemimpinan.
3. Pengenalan organisasi KEMA FIKP UH dan Lingkup KEMA FIKP UH.

b. Latihan Kepemimpinan Tingkat II (LK II)


1. Menyiapkan kader yang siap berkiprah di KEMA FIKP UH.
2. Pendalaman wacana dan wawasan.
3. Menciptakan kader yang mampu menganalisa realitas sosial.
4. Meningkatkan tanggung jawab intelektual yang dimiliki kader.
5. Memiliki kemampuan manajemen konflik wacana.

E. KURIKULUM PENGADERAN
a. Muatan Materi
 Identitas, peran dan fungsi mahasiswa
 Hakikat dan urgensi mahasiswa dalam pendidikan tinggi
 Kebijakan dan sistem pendidikan tinggi
 Sinergitas organisasi kemahasiswaan dan akademik
 Pengenalan struktur internal dan mekanisme kerja lembaga kemahasiswaan
 Kesadaran kritis

Sebagaimana seperti yang tersistematis diatas, pola penanaman pemahaman


dalam menumbuhkan nilai nilai orientasi harus dilandasi pada pengenalan identitas.
“Gnothi Teauton” yakni “kenalilah dirimu” (Socrates) menjadi landasan filosofis sebelum
kita mengenali hal lain yang lebih kompleks. Konteks pengenalan diri didasari oleh usia
mahasiswa baru yang dapat dikatakan pada usia pencarian jati diri dengan sebuah
realitas dunia pendidikan tinggi yang berbeda dengan tingkatan sekolah. Memahami
peran dan fungsi sebagai kunci utama tentang apa yang seharusnya menjadi tindakan
dan bagaimana merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam tingkatan selanjutnya, mahasiswa baru akan diantarkan pada sebuah


hakikat dan urgensi yang melekat pada dirinya. Dengan memahami sebuah realitas
hidup yang sekarang, mahasiswa baru diperhadapkan pada pertanyaan “untuk apa

BUKU PUTIH PENGADERAN


BINA AKRAB DAN AKULTURASI IDENTITAS (BADAI)
saya hadir?”. Pertanyaan seperti tentunya akan menghadirkan jawaban yang muncul
pada diri mereka masing-masing dengan menggali setiap kemungkinan yang ada.
Diharapkan pada tingkatan ini, mahasiswa baru memahami sepenuhnya hakikat dan
urgensi bukan hanya pada konteks diri sendiri tetapi dalam lingkup yang lebih universal.

Setelah mengenal identitas yang melekat pada diri mahasiswa, sebuah


pengenalan tentang sistem yang berjalan pada perguruan tinggi baik yang
menghadirkan sebuah keharmonisan dan ketertiban, maupun yang sampai saat ini
menjadi belenggu kehidupan mahasiswa. Sistem yang ada pada perguruan tinggi kerap
kali menjadi sebuah ilusi yang tidak disadari yang mampu menjerumuskan mahasiswa
kedalam sebuah pemahaman ambigu. Sebuah teka-teki terbesar sampai saat ini
mengapa pergerakan mahasiswa selalu beerakhir pada ketidakjelasan tindaklanjut dan
kesalahan dalam menentukan pengambilan keputusan mengenai kebijakan eksternal
disebabkan oleh pemahaman sistem yang kurang dan sebatas kulit luar saja.
Pemahaman yang sebenarnya kadang hadir pada saat mahasiswa menjelang akhir
kepengurusan. Pemahaman yang terlambat hadir inilah yang menyebabkan pergerakan
mahasiswa dalam menyikapi sistem dan kebijakan hanya diisi oleh kalangan “
mahasiswa lama” dan segelintir mahasiswa baru yang sekedar ikut-ikutan dalam
mengisi wadah perjuangan. Oleh karena itu pendalaman sistem dan kebijakan
pendidikan tinggi diharapkan menjadi senjata utama dalam membangun kader yang
kritis dan tidak terbuai pada ilusi-ilusi kehidupan kampus.

Sebuah sekat yang kadang hadir dikalangan mahasiswa dalam konteks terkini
adalah pengelompokkan mahasiswa dengan variable tipe akademik dan organisatoris.
Tak sedikit kalangan mahasiswa yang terjebak pada pilihan ingin berorganisasi atau
fokus pada akademik. Dalam menciptakan kader ideal, KEMA FIKP UH harus mampu
mengembangkan sebuah metode yang mensinergiskan antara akademik dan
organisasi, dimana keduanya merupakan kesatuan yang penting dan melekat pada diri
mahasiswa. Sebuah pemikiran yang naïf bahwa menganggap seorang organisatoris
menjadikan mahasiswa lama untuk menyelesaikan kewajiban akademik. Dalam
menjalankan keduanya, dibutuhkan sebuah manajemen dan pemahaman bahwa kedua

BUKU PUTIH PENGADERAN


BINA AKRAB DAN AKULTURASI IDENTITAS (BADAI)
komponen tersebut saling membutuhkan satu sama lain sehingga kampus tidak lagi
menjadi pabrik pencetak sarjana yang kaku pada bidang organisasi.

Setelah menggali korelasi pada bidang akademik dan organisasi, mahasiswa


baru akan diperkenalkan pada organisasi itu sendiri. Sebuah pengenalan akan sistem
dan mekanisme kerja yang terjadi didalamnya dirasa penting untuk menepis segala
pemikiran tabu dan kesalahan berpikir tentang organisasi. Dalam menghasilkan kader
berkualitas dan menanamkan pemahaman internalisasi dalam benak mahasiswa baru,
sebuah pemahaman mekanisme kerja dilakukan untuk menghilangkan permasalahan
ketika proses pergantian kepengurusan yang terlihat kaku dalam menjalankan tugas
pada saat baru menjadi pengurus. Pengenalan kekuasaan dan wewenang tiap-tiap
bidang dan struktur yang ada menjadi poin utama guna menghindari tabrakan
kekuasaan dan meningkatkan profesionalisme masing-masing bidang.

Kesadaran merupakan unsur terpenting dalam membentuk kader. Terdapat


sebuah perubahan yang signifikan ketika mahasiswa baru masuk untuk pertama kali ke
perguruan tinggi dan menjalani kehidupan sampai dengan selesai. Sebuah
permasalahan kadang hadir ketika mahasiswa terlambat untuk sadar bahwa dalam
proses kerja akal yang dimiliknya masih dalam tahap tradisional dan membutuhkan
pengembangan fundamental. Hal ini menyebabkan perjuangan dalam membela
keadilan ditengah-tengah masyarakat hanya diisi oleh “kalangan tua”. Dalam
pengembangan kesadaran kritis disaat mahasiswa ditempa oleh pembinaan, sebuah
output yang ideal hadir ketika mahasiswa terbebas dari belenggu-belenggu
pemikirannya sendiri. Proses liberalisasi dalam berpikir harus diakui akan hadir dalam
meteri ini, namun mahasiswa baru diharapkan untuk tidak terbuai. Dan akhirnya sebuah
generasi baru dengan pemikiran yang merdeka dan perwujudan dari aktivitas
implementasi yang didasarkan pada analisis kritis menjadikan kader KEMA FIKP UH
menjadi pilar yang kuat dan kokoh dalam menjaga kestabilan stok kader berkualitas
dihari kedepannya.

BUKU PUTIH PENGADERAN


BINA AKRAB DAN AKULTURASI IDENTITAS (BADAI)
b. Metode
Metode-metode yang digunakan dalam proses pengaderan ini adalah:
1. Ceramah materi
2. Focus Group Disscussion (FGD)
3. Game edukatif
4. Evaluasi

F. KERANGKA TEKNIS

Dalam memulai rangkaian teknis pengaderan, beberapa langkah sistematis


diperlukan guna mencapai tujuan yang direncanakan. Proses pengaderan yang
melibatkan mahasiswa pada tingkatan fakultas tentunya bukanlah hal yang mudah.
Sebuah kerangka yang nantinya akan dikembangkan dengan mengikuti kebutuhan
zaman memerlukan sistematisasi diantaranya:

1. Penyusunan konsep, yaitu pengembangan visi organisasi dalam menemukan


titik terang perencanaan proses kaderisasi dengan mengamati kebutuhan
organisasi. Penyusunan konsep melibatkan Senator, Fungsionaris lembaga
lingkup FIKP dan pelaksana kegiatan (Steering Committee) serta organ-organ
lain jika dianggap perlu.
2. Training of Fasilitator dan Training of Trainer, merupakan pengimplementasian
konsep kegiatan kepada pelaksana pembinaan (Steering Committee dan
Organizing Committee) serta pembagian tugas teknis rangkaian pembinaan.
3. Sosialisasi dan kontrak kegiatan pelaksanaan pengaderan, merupakan
pertemuan awal pelaksana kaderisasi dengan peserta. Pelaksanaan sosialisasi
dilakukan guna memaparkan konsep teknis aktivitas kaderisasi agar
pelaksanaan proses kaderisasi tidak simpang-siur.
4. Pembukaan, merupakan rangkaian formal dalam mengawali proses pembinaan
guna memperkenalkan kultur FIKP dalam menjalankan kegiatan formal.
5. Fase pendalaman materi, dimana terjadi interaksi antara pemateri dan peserta
pembinaan. Aktivitas pendalaman dilakukan sesuai dengan rundown kegiatan.

BUKU PUTIH PENGADERAN


BINA AKRAB DAN AKULTURASI IDENTITAS (BADAI)
Selain itu, pada fase pendalaman ini semua materi yang terdapat pada kurikulum
Pedoman Pengaderan. Evaluasi tiap-tiap materi dilakukan oleh Steering
Commite
6. Fase akhir dan evaluasi, merupakan tahapan akhir dan pengimplementasian
nilai-nilai yang didapatkan pada fase awal. Bentuk pengimplementasian yang
dimaksud adalah pemberian materi dan Focus Group Discussion (FGD) dari tiap-
tiap kelompok yang telah dibagi sebelumnya. Dalam fase ini, mahasiswa baru
akan diantarkan pada kondisi untuk melakukan analisis krisis terhadap isu yang
dilemparkan oleh fasilitator. Selain itu, pada fase ini akan dilaksanakan pula
evaluasi terhadap materi yang didapatkan oleh peserta pembinaan guna menilai
perkembangan peserta dari tiap-tiap tahap yang telah dilewati.

G. PELAKSANA KEGIATAN
Pelaksana umum pengaderan meliputi:
1. Ex Officio, merupakan penanggung jawab tertinggi dan pejabat dalam organisasi
yang masuk kedalam rangkaian kegiatan pembinaan guna terlibat langsung
dalam perumusan konsep dan pengambilan keputusan. Elemen yang termasuk
dalam ex officio adalah DEMA FIKP UH, SEMA FIKP UH dan fungsionaris
lembaga tingkat jurusan berdasarkan keputusan yang sudah diatur sebelumnya.
2. Steering Committee (SC), merupakan pelaksana kegiatan yang telah dimandat
secara administrasi oleh SEMA FIKP UH dan telah melewati Training of
Fasilitator. Steering Commite memiliki kewenangan untuk membuat konsep
pelaksanaan pengaderan dengan persetujuan SEMA FIKP UH dan
mengarahkan jalannya kegiatan yang dimaksud. Proses evaluasi dan
improvisasi dijalankan berdasarkan pertimbangan kolektif seluruh Steering.
3. Organizing Committee (OC), merupakan pelaksana kegiatan yang telah
dimandat secara administrasi oleh SEMA FIKP UH dan telah melewati Training
of Trainer (TOT). Organizing Committee memiliki kewenangan untuk mengatur
persiapan teknis pelaksanaan kegiatan pengaderan. Tiap-tiap organizing

BUKU PUTIH PENGADERAN


BINA AKRAB DAN AKULTURASI IDENTITAS (BADAI)
commite dikelompokkan pada tiap divisi sesuai kebutuhannya untuk
memudahkan proses manajemen teknis dan keamanan pelaksanaan kegiatan.

H. EVALUASI
Dalam setiap proses pengaderan, diperlukan adanya evaluasi untuk mengukur
tingkat keberhasilan dan memperbaikinya jika ditemukan kekurangan kekurangan baik
itu yang berkaitan dengan konsep dan sarana maupun prasarana. Untuk mengetahui
arti penting dari dilakukannya evaluasi maka diperlukan pengetahuan tentang prinsip-
prinsip evaluasi antara lain:

1. Evaluasi dalam pengaderan yang bersifat partisipasi merupakan bagian integral


dari proses saling belajarbaik itu bagi peserta pengaderan, fasilitator, dan
penyelengara pengaderan.
2. Evaluasi merupakan bagian integral dari pengaderan karena didalamnya
terdapat arahan demi perbaikan selain bisa menjadi media pertanggungjawaban,
jadi evaluasi hendaknya jangan disalah artikan untuk mencari kesalahan.
3. Evaluasi dalam pelaksanaannya dapat dilakukan dengan:
c. Saling melakukan evaluasi
d. Melakukan evaluasi diri atau melakukan refleksi
4. Evaluasi dapat dilakukan dengan cara berkala atau saat proses pengaderan
masih berlangsung. Hal ini diperlukan karena jika ada ditemukan adanya
kesalahan atau ketidakefektifan saat berlangsungnya acara maka dapat segera
dikoreksi dan diperbaiki.
5. Evaluasi selain dapat dilakukan pada saat berlangsungnya pengaderan, juga
dapat dilakukan pada tahap-tahap tertentu yang berbeda antara satu dengan
yang lainnya.

BUKU PUTIH PENGADERAN


BINA AKRAB DAN AKULTURASI IDENTITAS (BADAI)
PENUTUP

Tantangan dan beban kader semakin hari semakin besar dan rumit dengan
banyaknya diantara kader yang mulai melebur dan memutar balik haluan dan pergi
entah kemana. Kini kader itupun dirindukan oleh organisasinya sebagai seorang sosok
yang tetap bertahan dan menjaga integritas serta tetap pada jalan kebenaran.

Tegak disaat muda dan menunduk disaat tua merupakan filosofi yang
menggambarkan kader yang tumbuh tegar dan menatap masa depan disaat muda dan
merunduk disaat tua dan berisi yakni tidak menyombongkan ilmu yang telah dimilikinya
serta mampu menggerakkan anggota dan menularkan semangatnya. Akhirnya kembali
perlu ditegaskan bahwa hal yang tak boleh terjadi dalam kaderisasi yakni suatu proses
pengaderan yang tak terobsesi dan mengambil peduli untuk merekrut kader-kader yang
potensil. Jika hal ini terjadi, maka sesungguhnya pengaderan tersebut telah menyalahi
filosofi kaderisasi.

Peristiwa diatas menunjukkan bahwa visi integral dari kaderisasi selain


mengedepankan urgensi regenerasi, tapi juga tidak boleh melupakan bakat/potensi
dasar yang dimiliki oleh sang calon kader tersebut. Hal ini menghindarkan dari potensi
kelemahan diberbagai diberbagai aspek strategis seperti kualitas kepemimpinan,
manajerial, pola pikir, moralitas, loyalitas dan lain-lain. Akhirnya pedoman pengaderan
ini hadir ditengah-tengah KEMA FIKP UH sebagai gambaran proses regenerasi
organisasi sehingga tidak hilang ditelan waktu.

BUKU PUTIH PENGADERAN


BINA AKRAB DAN AKULTURASI IDENTITAS (BADAI)

Anda mungkin juga menyukai