Anda di halaman 1dari 5

NDP BAB 2:Pengertian-Pengertian Dasar Tentang Kemanusiaan Mencari Kebahagiaan

Bahagia adalah keadaan atau perasaan senang dan tenteram atau bisa dikatakan bebas dari segala yang menyusahkan. Mencari kebahagiaan adalah fitrah murni setiap manusia. Tanpa melihat apakah lelaki atau perempuan, tua atau muda, orang kaya atau orang miskin, orang besar atau orang kecil, semua menginginkan kebahagiaan. Segala tindak tanduk manusia dapat dilihat tidak lain dan tidak bukan hanyalah demi mencari kebahagiaan.

Kebahagiaan bukan terletak pada tangan, mata, kaki, telinga, atau yang lainnya. Kebahagiaan terletak pada hati (jiwa). Orang yang mendapat kebahagiaan akan merasa ketenangan hati, ketenangan jiwa dan keindahan ruh. Pada kenyataannya, berbagai cara dan jalan telah ditempuh manusia untuk mendapatkan kebahagiaan. Ada yang berusaha mencari kebahagiaan melalui kekayaan, pangkat, nama, kemasyhuran atau isteri yang cantik. Hal-hal tersebut menjadi permasalahan apakah semua itu dapat memuaskan hati manusia dengan mutlak.

Banyak manusia yang mencari kebahagiaan melalui kekayaan. Setelah manusia itu mendapatkan kekayaan, rupanya tetap tidak akan dapat terhindar dari masalahmasalah yang tidak menyenangkan, yaitu ujian-ujian dalam hidup. Ujian-ujian itu merupakan sunnatullah yang sengaja Allah datangkan kepada setiap manusia. Contohnya, seseorang tidak dapat terhindar dari sakit yang Allah datangkan kepadanya. Jika sudah ditimpakan kesakitan maka di waktu itu kekayaan tidak berguna lagi. Atau misalnya di lain waktu terjadi pencurian, kebakaran, diancam orang dan sebagainya. Kalau semua itu terjadi, kekayaan sebesar apapun itu tidak

dapat memberi kebahagiaan kepada manusia. Sebagian lagi mencari lewat jabatan, pangkat, dan materi. Namun, hal itu juga tidak menjamin mereka akan bahagia. Islam telah menetapkan tugas manusia di bumi sebagai khalifah di dalamnya. Hanya saja dalam pelaksanaannya seringkali ada kesulitan, sehingga menuntutnya pun harus bersungguh-sungguh dan bersabar.

Kebahagiaan yang paling ditekankan Islam adalah kebahagiaan akhirat, namun bukan berarti kebahagiaan dunia ditelantarkan. Bahkan kebahagiaan di dunia ini berusaha diwujudkan dalam bentuk yang sebenarnya. Yakni dengan mengabdikan diri kepada Allah S.W.T semata sebagai panggilan dari fitrah diri manusia yang ia diciptakan di atasnya. Sehingga dengan itu akan mendapat ketenangan dan ketentraman. Dan ini menjadi kunci utama tercapainya kebahagiaan, walaupun itu dalam keadaan musibah dan bencana. Ia jadikan musibah tersebut menjadi ladang untuk mendapatkan keutamaan dan pahala besar yang menjaminnya masuk dalam surga, yakni dengan sabar.

Jika mencari kebahagiaan itu diusahakan dengan jalan kebendaan, percayalah manusia akan gagal mendapatkan kebahagiaan. Manusia akan mencapai kekecewaan, manusia akan merasa malang setiap hari, jiwa tidak akan tenang, tidak tenteram sepanjang masa. Inilah yang dikatakan neraka sementara sebelum merasakan neraka yang sebenarnya yang dahsyat lagi mengerikan di akhirat nanti. Wallahu Taala alam.

BAB III : Kemerdekaan manusia (ikhtiar ) keharusan universal ( takdir)


Keikhlasan yang insani itu tidak mungkin ada tanpa kemerdekaan. Kemerdekaan dalam arti kerja sukarela tanpa paksaan yang didorong oleh kemauan yang murni, kemerdekaan dalam pengertian kebebasan memilih sehingga pekerjaan itu benar-benar dilakukan sejalan dengan hati nurani. Keikhlasan merupakan pernyataan kreatif kehidupan manusia yang berasal dari perkembangan tak terkekang daripada kemauan baiknya. Keikhlasan adalah gambaran terpenting daripada kehidupan manusia sejati. Kehidupan sekarang di dunia dan abadi (external) berupa kehidupan kelak sesudah mati di akherat. Dalam aspek pertama manusia melakukan amal perbuatan dengan baik dan buruk yang harus dipikul secara individual, dan komunal sekaligus (8:25). Sedangkan dalam aspek kedua manusia tidak lagi melakukan amal perbuatan, melainkan hanya menerima akibat baik dan buruk dari amalnya dahulu di dunia secara individual. Di akherat tidak terdapat pertanggung jawaban bersama, tapi hanya ada pertanggung jawaban perseorangan yang mutlak (2:48, 31:33). Manusia dilahirkan sebagai individu, hidup ditengah alam dan masyarakat sesamanya, kemudian menjadi individu kembali.

Jadi individualitas adalah pernyataan asasi yang pertama dan terakhir, dari pada kemanusiaan, serta letak kebenarannya daripada nilai kemanusiaan itu sendiri. Karena individu adalah penanggung jawab terakhir dan mutlak daripada awal perbuatannya, maka kemerdekaan pribadi, adalah haknya yang pertama dan asasi.

Tetapi individualitas hanyalah pernyataan yang asasi dan primer saja dari pada kemanusiaan. Kenyataan lain, sekalipun bersifat sekunder, ialah bahwa individu dalam suatu hubungan tertentu dengan dunia sekitarnya. Manusia hidup ditengah alam sebagai makhluk sosial hidup ditengah sesama. Dari segi ini manusia adalah bagian dari keseluruhan alam yang merupakan satu kesatuan.

Oleh karena itu kemerdekaan harus diciptakan untuk pribadi dalam kontek hidup ditengah masyarakat. Sekalipun kemerdekaan adalah esensi daripada

kemanusiaan, tidak berarti bahwa manusia selalu dan dimana saja merdeka. Adanya batas-batas dari kemerdekaan adalah suatu kenyataan. Batas-batas tertentu itu dikarenakan adanya hukum-hukum yang pasti dan tetap menguasai alam - hukum yang menguasai benda-benda maupun masyarakat manusia sendiri yang tidak tunduk dan tidak pula bergantung kepada kemauan manusia. Hukumhukum itu mengakibatkan adanya "keharusan universal" atau "kepastian umum" dan takdir (57:22).

Jadi kalau kemerdekaan pribadi diwujudkan dalam kontek hidup di tengah alam dan masyarakat dimana terdapat keharusan universal yang tidak tertaklukan, maka apakah bentuk yang harus dipunyai oleh seseorang kepada dunia sekitarnya? Sudah tentu bukan hubungan penyerahan, sebab penyerahan berarti peniadaan terhadap kemerdekaan itu sendiri. Pengakuan akan adanya keharusan universal yang diartikan sebagai penyerahan kepadanya sebelum suatu usaha dilakukan berarti perbudakan. Pengakuan akan adanya kepastian umum atau takdir hanyalah pengakuan akan adanya batas-batas kemerdekaan. Sebaliknya suatu persyaratan

yang positif daripada kemerdekaan adalah pengetahuan tentang adanya kemungkinan-kemungkinan kretif manusia. Yaitu tempat bagi adanya usaha yang bebas dan dinamakan "ikhtiar" artinya pilih merdeka.

Ikhtiar adalah kegiatan kemerdekaan dari individu, juga berarti kegiatan dari manusia merdeka. Ikhtiar merupakan usaha yang ditentukan sendiri dimana manusia berbuat sebagai pribadi banyak segi yang integral dan bebas; dan dimana manusia tidak diperbudak oleh suatu yang lain kecuali oleh keinginannya sendiri dan kecintaannya kepada kebaikan. Tanpa adanya kesempatan untuk berbuat atau berikhtiar, manusia menjadi tidak merdeka dan menjadi tidak bisa dimengerti untuk memberikan pertanggung jawaban pribadi dari amal perbuatannya. Kegiatan merdeka berarti perbuatan manusia yang merubah dunia dan nasibnya sendiri (13:11). Jadi sekalipun terdapat keharusan universal atau takdir manusia dengan haknya untuk berikhtiar mempunyai peranan aktif dan menentukan bagi dunia dan dirinya sendiri.

Manusia tidak dapat berbicara mengenai takdir suatu kejadian sebelum kejadian itu menjadi kenyataan. Maka percaya kepada takdir akan membawa keseimbangan jiwa tidak terlalu berputus asa karena suatu kegagalan dan tidak perlu membanggakan diri karena suatu kemunduran. Sebab segala sesuatu tidak hanya terkandung pada dirinya sendiri, melainkan juga kepada keharusan yang universal itu (57:23).

Anda mungkin juga menyukai