Anda di halaman 1dari 3

Hakikat Manusia dalam Perspektif NDP dan Ilmuan Barat

Oleh :

Alia Fauzan Musthofa

Dalam banyak wacana dan bacaan, kita sering bertemu dengan istilah hakikat, secara sederhana
hakikat sering disamakan sebagai sesuatu yang mendasar, esensi yang substansial, yang hakiki, yang
penting, yang diutamakan dan berbagai makna sesuai dengan pengertian itu. Mengenai hakikat manusia
para ilmuan beragam dalam memahaminya. Ada yang berpandangan bahwa manusia hanya berupa
materi dan tidak ada unsur ruh, namun ada juga yang berpendapat bahwa manusia terdiri dari unsur ruh
dan materi. Mereka yang menganggap manusia terdiri dari unsur ruh dan materi mengatakan bahwa
ruh adalah bagian dari diri Tuhan. Jadi, manusia adalah Tuhan dan Tuhan adalah manusia Pandangan
tersubut menjadi pijakan lahirnya ilmu-ilmu sosial di Barat. Para ilmuan Barat mengategorikan manusia
dalam beberapa bentuk, diantaranya :

 Homo Sapiens, yang berarti manusia berbudi


 Animal Rational, yang berarti hewan yang berpikir
 Homo Laquen, yang berarti makhluk yang pandai menerjemahkan pikiran dan perasaan
manusia dalam bentuk kata-kata, sehingga kata-kata tercipta bahasa
 Homo Faber, yaitu makhluk yang terampil dan pandai membuat alat-alat kebutuhannya
 Zoon Politicon, yaitu makhluk yang pandai bekerja sama, bergaul dengan orang lain dan
mengorganisir diri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
 Homo Ekonomicus, yaitu makhluk yang tunduk pada prinsip-prinsip ekonomi dan bersifat
ekonomis
 Homo Religius, yaitu yang berarti makhluk yang beragama

Definisi manusia dilihat dari segi biologis, rohani, antropologi kebudayaan atau secara campuran.
Misalnya, secara biologis manusia di klasifikasikan sebagai homo sapiens (manusia yang tahu), sebuah
spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak yang berkemampuan tinggi dalam hal
kerohanian, mereka menggunakan konsep jiwa yang berpariasi dalam menghubungkan manusia dengan
kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup. Dalam Antropologi kebudayaan, manusia di bedakan
berdasakan penggunaan bahasanya, organisasi dalam masyarakat majemuk dan perkembangan
teknologinya, serta kemampuan manusia untuk membentuk komunitas guna saling mendukung satu
sama lain. Beberapa tokoh ilmuan Barat memiliki pengertian berbeda dalam memahami hakikat
manusia. Namun, secara garis besar, pandangan mereka mencerminkan materialisme yang menganggap
manusia sebagai makhluk materi yang dapat dibentuk dan menafikan keberadaan sang pencipta.
Diantara pandangan-pandangan ilmuan tersebut yang mempengaruhi pemikian-pemikiran Barat hingga
saat ini antara lain:

 Sokrates, yang mengatakan bahwa hakikat manusia adalah makhluk yang ingin tahu dan
membutuhkan orang lain untuk membantunya keluar dari ketidak tahuannya.
 Plato, salah satu murid Sokrates mengatakan, bahwa hakekat manusia itu ada tiga, yaitu ruh,
rasio ( akal ) dan kesenangan ( nafsu ). Dalam pandangannya, berdasarkan ketiga unsur maka
manusia dapat dibedakan menjadi tiga jenis, Pertama,manusia yang di dominasi oleh rasio yang
hasrat utamanya memperoleh ilmu pengetahuan. Kedua, Manusia yang didominasi oleh ruh
yang hasrat pertamanya meraih prestasi. Ketiga, manusia yang didominasi oleh nafsu yang
hasrat utamanya adalah materi. Tugas rasio disini adalah mengontrol ruh dan nafsu.
 Rena Descartes, menekankan posisi sentral akal ( rasio ) sebagai esensi hakekat manusia.
Sebagai penganut rasionalis, ia berpendapat bahwa manusia menyadari keberadaannya karena
ia berpikir ( cogito ergo sum ). Karena itu manusia memiliki emosi yang bervariatif seperti cinta,
benci, senang gembira, keinginan dan lain sebagainya.
 Tomas Hobbes, Berpendapat bahwa menusia adalah makhluk sosial, namun pada hakekatnya
manusia bersifat mementingkan diri sendiri dan terpaksa mengaku hak orang lain, karena itu
hakekat manusia terletak pada kontrak social yang di buat.
 John Locke, mengatakan bahwa jiwa manusia ketika dilahirkan bersih, kemudian diisi oleh
pengalaman-pengalaman yang didapatnya semasa hidup. Maka pengalamanlah yang paling
menentukan keadaan manusia.
 Immanuel Kant, berpendapat bahwa manusia adalah makhluk rasional, manusia bebas
bertindak sesuai dengan alasan moral dan bukan hanya untuk kepentingannya sendiri.
 Carles Darwin, dalam bukunya On the Origin of Species yang diterbitkan tahun 1859 dan buku
Descent Of Man, dalam teorinya mensejajarkan perubahan inheren satu spesies makhluk hidup
kedalam semua evolosi species makhluk hidup. Ia menguraikan bahwa manusia dan kera
memiliki nenek moyang yang sama. Semua manusia tidak peduli bagai manapun anehnya telah
berevolusi melalui serangkaian langkah yang bertahap

Dalam pandangan ilmuan Muslim seperti yang dikemukakan oleh Fahruddin Ar-Razi
sebagaimana yang dikutip oleh Adnin Atmas bahwa, manusia memiliki beberapa krakteristik yang khas.
Manusia berbeda dengan makhluk yang lain, termasuk dengan malaikat, iblis dan juga binatang, adalah
karena manusia memiliki akal dan hikmah serta tabiat dan nafsu. Menurut Ibnul Jauzi manusia itu terdiri
dari dua unsur yaitu jasad dan ruh. Bagi Ibnul Jauzi, perubahan ruh lebih penting karena esensi manusia
adalah makhluk rohani atau berjiwa, berdasarkan hadis dari Abi Hurairah yang diriwayatkan oleh
Muslim, bahwa Allah tidak memandang jasad dan bentuk manusia , tapi Allah memandang hati dan amal
manusia. Dengan segala potensi yang dimilikinya.

Sedangkan dalam perspektif NDP, manusia merupakan puncak kesempurnaan dari ciptaan
Tuhan dan merupakan wakil Tuhan yang di utus ke bumi untuk memanifestasikan nilai-nilai ke-Tuhanan
dan ke-Islaman. suatu hal yang membuat manusia mendapatkan hakikat tentang kediriannya bukan
hanya sifat dan aktifitas saja yang dimiliki dirinya namun suatu perpaduan yang utuh dimiliki oleh
manusia yaitu fitrah. fitrah mendorong manusia untuk melakukan hal-hal yang bersifat suci dijelaskan
dalam Al-Qur’an surat (Ar-Rum : 30) yang artinya, “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu.
Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui,”

Dasarnya hati nurani manusia merupakan sumber kebaikan yang menjadi tapal tindak manusia
untuk berbuat kebaikan, kesucian, dan kebenaran dan menjadi manusia sejati (Insan Kamil). manusia
nantinya akan bermuara pada tujuan terahkirnya yakni kebenaran yang mutlak yaitu Allah S.W.T dalam
Al-Qur’an surat (Adh-Dhariyat : 56) dijelaskan yang artinya, “Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”.
Maksudnya “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku)
pengertian dalam ayat ini sama sekali tidak bertentangan dengan kenyataan, bahwa orang-orang kafir
tidak menyembah-Nya. Karena sesungguhnya tujuan dari ayat ini tidaklah memastikan keberadaannya.
Perihalnya sama saja dengan pengertian yang terdapat di dalam perkataanmu, "Aku runcingkan pena
ini supaya aku dapat menulis dengannya." Dan kenyataannya terkadang kamu tidak menggunakannya”

Secara esensial dan prinsipil suatu hal mendasar pembeda antara manusia dengan mahluk
lainnya dilihat dari fitrahnya, ketika manusia bisa mencapai fitrahnya dan tidak jauh dari fitrahnya maka
dia akan menjadi manusia utuh. amal perbuatan yang dilakukan manusia menjadi tolak ukur kehidupan
manusia. suatu amal perbuatan akan dinyatakan hidup nilainya ketika melakukan kegiatan amaliyah
yang kongkret. Yakni menyoal kehidupan manusia tergantung bagaimana kegiatannya, manusia yang
melakukan suatu kegiatan yang berperikemanusiaan atau sesuai dengan fitrahnya dia akan
mendapatkan kebahagiaan. sebaliknya jika manusia melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan
fitrahnya maka dia akan mendapatkan kepedihan , dalam Al-Qur’an surat (An-Nahl : 97) dijelaskan
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman,
maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik) menurut suatu pendapat
dikatakan bahwa yang dimaksud adalah kehidupan di surga. Menurut pendapat yang lain dikatakan
adalah kehidupan dunia, yaitu dengan mendapatkan rasa qana`ah atau menerima apa adanya atau ia
mendapatkan rezeki yang halal (dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”

Manusia akan menemukan kehidupan yang berarti ketika manusia bersungguh sungguh
mewujudkan dirinya dalam mengembangkan kecakapan dan juga memenuhi keperluannya dimana
ketika ia menjalaninya akan merasakan kebahagiaan dan juga kenikmatan. seorang manusia sejati
adalah dia yang menjalankan kegiatan mental dan fisiknya secara selaras dan berkesinambungan.
Karena pada dasarnya jasmani dan rohani bukanlah suatu yang harus dipisahkan justru jasmani dan
rohani merupakan satu kesatuan yang selaras. dimana ketika kita kerja kita mendapatkan kebahagiaan
dan kebahagiaan terdapat didalam kerja. dan juga tidak ada pembedaan antara individu dan komunal,
perorangan dan sebagai masyarakat, hak dan kewajiban dan kegiatan kegiatan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai