Anda di halaman 1dari 14

Buletin

INSAN Ca
KOMUSH
EDISI SEMESTER GANJIL

BIDANG KEKARYAAN & PENGEMBANGAN POTENSI


HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
KOMISARIAT USHULUDDIN
CABANG KABUPATEN BANDUNG
PERIODE 2020 - 2021
Buletin

INSAN Ca
KOMUSH
EDISI SEMESTER GANJIL

Penanggung Jawab:
Alia Fauzan Mustofa
(Ketua Umum HMI Komisariat Ushuluddin)

Disusun oleh:
Bidang Kekaryaan & Pengembangan Potensi
Himpunan Mahasiswa Islam
Komisariat Ushuluddin
Cabang Kabupaten Bandung
Periode 2020/2021

Redaktur:
Asep Burhan Setiadi
Gagay Faizan Anwar

Design Cover/Layout/Editor:
Dede Setiawan

Edisi Semester Ganjil


Komush Cakaba 2021 ©
Kontak : komushcakaba@gmail.com
Prakata
ketua komisariat
Assalammualaikum Wr. Wb.
Salam Perjuangan!
Kawan-Kawan Sehimpun Secita, Himpunan Mahasiswa Islam.

Mission HMI dapat diartikan sebagai tugas dan tanggung jawab yang diemban dalam
setiap diri kader HMI. Setiap kader HMI mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam
keberadaanya sebagi instrument kecil dalam negara ini yang diharapkan mampu berinteraksi
dalam kehidupan sosial dalam lingkup yang lebih luas, tidak hanya di kampus sebagai tempat
semestinya ia berada, akan tetapi pada realitas masyarakat, bangsa, dan umat pada umumnya.
Lagi-lagi kata itu terkait basis kolektif juang yang saya sukai, salahsatu realisasi
berbicara prihal tanggung jawab, HMI khususnya dalam wilayah akar rumput yakni komisariat
adalah sebuah kebiasan berdialektika dari mulai diskusi hingga menulis yang harus selalu
dijaga. Karena yakinlah ranah wacana dan keilmuan tidak cukup dengan hanya membaca
tanpa di diskusikan dan di tulis ulang. Dalam tantangan zaman saat ini, kemampuan menulis
adalah instrumen dasar menyoal bagaimana individu kader HMI yang akademis pencipta
pengabdi seminimal mungkin mampu membuat sebuah tulisan.
Pada dasarnya tulisan adalah sebuah pengikat ilmu yang kita dapat dari apa-apa yang
telah kita baca, baik sifatnya ilmiah ataupun tidak ilmiah, demikian pula budaya menulis yang
walaupun di HMI Komisariat Ushuluddin belum begitu dikatakan mapan tapi sedikit dan
sudah membudaya. Dapat dilihat dari setiap kepengurusan selalu ada tulisan dengan bentuk
buletin yang hingga hari ini sudah ada dua puluh satu terbitan. Harapan besar bagi saya dan
terhadap kader secara kolektif, dengan arus digital yang begitu pesatnya kiranya jangan
jadikan menulis itu sebuah beban, tapi jadikan menulis bagian dari fantasi kenikmatan kita
untuk terus belajar baik di lingkungan HMI ataupun di lingkungan masyakarakat secara umum,
banyak orang mampu bernarasi tinggi tapi tidak banyak orang yang mampu menuliskan
kembali.
Dalam sebuah kutipan Imam Asy Sya ’i rahimahullah berkata:

َ َ ُ ْ َ َ ً‫زاﻟﺔ‬
‫وﺗﺗرﻛﮭﺎ‬ َ َ‫ﻏ‬َ ‫ﯾد‬ ِ َ ‫أن‬
َ ْ ‫ﺗﺻ‬ ِ َ َ َ ْ ‫اﻟواﺛﻘﮭﻔﻣن‬
ْ َ ‫اﻟﺣﻣﺎﻗﺔ‬ َ ِ َ ْ َ ِ َ ْ ‫ﺑﺎﻟﺣﺑﺎل‬
ِ َ ِ ْ ِ ‫ﺻﯾودك‬ َ َ ِ ْ َ ‫ﯾد‬
َ َ ْ ُ ُ ‫واﻟﻛﺗﺎﺑﺔُ ﻗَْﯾُدهُ ﻗَﯾِ ّْد‬ ٌ ْ‫ﺻ‬ ُِْْ
َ ‫اﻟﻌﻠم‬
‫طﺎﻟﻘَ ْﮫ‬ ِ ِ َ َ ‫ﯾن ْاﻟ‬
ِ َ ‫ﺧﻼﺋﻖ‬ َ ْ َ‫ﺑ‬
“Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannyaIkatlah buruanmu dengan tali yang
kuatTermasuk kebodohan kalau engkau memburu kijangSetelah itu kamu tinggalkan terlepas
begitu saja.”

Billahittau q wal Hidayah


Wassalammualikum Wr. Wb.

Alia Fauzan Mustofa


Ketua Umum HMI Komisariat Ushuluddin
Daftar Isi

Prakata
Nge-Halu di Masa Pandemi
Noneng Dena Nurjanah

Paradigma Gerakan HMI dalam


Mewujudkan Perkaderan yang Berkualitas
Dede Setiawan

Reaktualisasi Peran Mahasiswa Islam dalam


menghadapi Tantangan Zaman
Alia Fauzan Mustofa

Teladan Perempuan Islam sebagai


Manifestasi Keadilan Gender
Neng Nuraini

Cultural Relativism Sebagai Metode yang


Fleksibel dalam Memandang Kebudayaan
Neneng Siti Munawaroh

Tasawuf Gender : Paradigma Sufi Perempuan


Rijal Pahlevi

Kabar Komisariat
Menyajikan Informasi KOMUSH satu semester Ini

Kader Berdaya
Menyajikan Kabar Kader-Kader Potensial

KOMUSH Nya-Stra
Kolom Sastra Kader Komush
Nge-Halu di Masa
Pandemi
Noneng Dena Nurjanah
Ketua Umum KOHATI Komisariat Ushuluddin

S
etelah banyaknya kasus yang terjadi selama pandemik, upaya pemerintah untuk memulihkan kehidupan
masyarakat pun tercetuskan melalui hidup di “Era New Normal” dengan harapan besar yang dapat
dihasilkan dari aktivitas baru yang dapat diterapkan oleh masyarakat.
Meskipun dunia masih dirundung duka, hidup dengan pedoman New Normal ternyata tidak menjadi solusi
yang efektif. Kenapa tidak efektif? Kan ini masa transisi biar kita bisa hidup berdampingan dengan virus? Ya
memang betul, tetapi kebanyakan masyarakat masih mengabaikan tentang pedoman New Normal itu sendiri
yang mengakibatkan angka kenaikan terpapar virus setiap harinya semakin meningkat. Tak tanggung-
tanggung kenaikan hampir 1000 orang perharinya. Wow !!! angka yang fantastis di awal masa transisi.
New normal adalah sebuah gebrakan baru untuk mulai berdamai, memulihkan dan bersahabat dengan
keadaan. Gebrakan yang bagus jika dibarengi dengan kesadaran setiap individu yang patuh akan protokol
kesehatan sebagai pegangan hidup di era New normal seperti jaga jarak, memakai masker dan rajin cuci
tangan. Kesadaran yang benar-benar kesadaran bukan mematuhi protokol sebatas formalitas untuk
menghindari hukuman petugas keamanan, dengan begitu perekonomian akan berangsur-angsur pulih
meskipun tidak akan memakan waktu singkat memulihkan perekonomian normal kembali.
Selintas kepikiran kenapa orang-orang pada acuh ya? Sama protokol kesehatan sebagai pedoman di
New normal, padahal buat kebaikannya sendiri dan secara tidak langsung menyelamatkan banyak orang,
kebanyakan orang masih mengabaikan, hal ini ternyata sebagian mereka beranggapan bahwa COVID-19 itu
hanya konspirasi belaka, ada juga yang menganggap COVID-19 itu memang ada namun terlalu banyak campur
tangan demi kepentingan sehingga memanfaatkan keadaan entah dari mana mereka mendapatkan berita
seperti ini. Namun WHO menyatakan secara tegas bahwa COVID-19 muncul bukan karna konspirasi
melainkan penyakit yang ditularkan dari hewan.
Kebanyakan orang mende nisikan nge-halu adalah mengkhayal yang berlebihan, namun kata halu
sebenarnya berasal dari kata halusinasi yang sama sekali jauh beda artinya dengan mengkhayal. Namun
zaman sekarang kebanyakan orang-orang menggunakan kata halu sebagai kata gaul yang mencerminkan dari
seseorang membayangkan sesuatu yang tidak ada atau belum terjadi.
Halu-ku sebatas berharap mereka sadar akan keadaan, hidup sehat tidak harus ada virus dulu baru nerapin
hidup sehat, menyadarkan seseorang akan pentingkan menjaga kesehatan itu perlu kita yang memulai
melakukannya. Mungkin sosialiasi hidup sehat serta tata cara mematuhi protokol kesehatan sudah
dideklasrasikan di mana-mana baik secara langsung atau pun lewat media. Namun yang perlu kita lakukan
adalah mensosialisasikan kembali serta menerangkan secara detail bahayanya baik usia dini sampai lanjut
usia tentunya di barengi dengan pemaparan yang mudah dipahami, sebagai contoh mensosialisaikan bahaya
COVID-19 kepada anak-anak yaitu dengan sebuah permainan yang mewakili betapa pentingnya mencuci
tangan.
Dalam upaya kegiatan sosial kemasyarakatan bisa dilakukan dengan memberi pemahaman memilih
masker yang baik dan aman serta membagikan masker gratis, berbagi makanan pada yang terdampak lebih
dalam ekonomi dan membantu para orang tua dalam membimbing belajar online anak-anak.
Dalam upaya memulihkan ekonomi, pertama yang harus kita lakukan adalah memberikan motivasi
serta mendorong masyarakat untuk berbisnis atau membuka usaha sendiri, dengan memberikan pelatihan
baik secara daring atau luring. Atau bisa juga dengan mengikuti program pemerintah seperti prakerja dan
dananya dijadikan modal untuk mendirikan ekonomi mandiri.
Sebagian orang menganggap nge-halu itu negatif, buruk dan selalu dihindari, namun ternyata halu ada
sisi positifnya seperti mempunyai proyeksi atau planning ke depan dan menambah semangat tentunya,
semoga halu tidak hanya sebatas halu dalam pikiran, Sama halnya dengan mereka yang
selalu berbicara kapan normal? ah rindu masa-masa normal dulu, bahkan membayangkan
keadaan normal kembali, namun halu tidak akan stagnan dalam pikiran jika
dibarengi aksi untuk merealisasikan. Agar halu tidak sekedar halusinasi
namun menjadi sebuah haluan.
Paradigma Gerakan HMI dalam Mewujudkan
Perkaderan yang Berkualitas
K
ader adalah tulang punggung sebuah organisasi. Sebagai contoh yang dibayangkan oleh penulis. Penulis
Tanpa adanya seorang kader, sebuah organisasi membayangkan, NDP dijadikan sebuah Boardgame.
hanya benda mati tak bernyawa. Sebuah organisasi Semacam media aplikatif yang didalamnya dimasukan 8
dapat menjadi besar, bila organisasi tersebut meiliki kader- Nilai Dasar Perjuangan HMI. Soal penyusunan dan
kader yang unggul. Bukan hanya unggul dari segi kuantitas, pembuatan, itu bisa didiskusikan bersama. Dengan
melainkan juga dari segi kualitas. Kader yang unggul adalah dituangkannya NDP kedalam bentuk Boardgame, NDP
mereka yang sadar akan peran dan fungsinya dalam secara langsung bisa dirasakan impact nya oleh para kader.
berorganisasi. Dan di HMI, tolak ukur paripurna-nya seorang Juga, memudahkan kader dalam memahami NDP yang
kader tercermin bilamana ia telah memiliki 5 Kualitas Insan begitu njlimet pembahasannya bila diceramahkan.
Cita (5KIC). Paradigma Gerakan HMI: Glori kasi Masa Lampau
Sebagai organisasi yang memiliki fungsi perkaderan, HMI Sudah menjadi rahasia umum juga bila HMI memamg
diharapkan bisa mencetak kader bukan hanya untuk memiliki sepak terjang yang tercatat dalam sejarah bangsa
organisasi, namun juga menghasilkan kader umat dan kader ini sebagai salah satu organisasi yang memberikan
bangsa. Sebagaimana yang tertuang dalam tujuan kontribusi kepada NKRI. Hal itu diceritakan berulangkali
pelatihandasar di HMI, yakni LK-I, “Terbinanya pribadi dalam materi SPH (Sejarah Perjuangan HMI). Bagaimana
muslim yang berkualitas akademis, sadar akan fungsi dan HMI dari mulai zaman pra-kemerdekaan sampai dengan HMI
p e r a n a n n y a d a l a m b e ro rg a n i s a s i , s e r t a h a k d a n pada zaman pasca reformasi. Tidak ada yang salah dengan
kewajibannya sebagai kader umat dan kader bangsa”. Sangat mempelajari SPH, yang salah adalah ketika seorang kader
jelas dan tegas, bahwa tujuan perkaderan di HMI diawali terlena dengan kejayaan masa lalu dan melupakan
dengan proses pembinaan guna mewujudkan pribadi muslim tantangan masa depan yang menjadi tugas seluruh kader
yang berkualitas dari segi akademis. HMI. Dalam memoar Agussalim Sitompul, salah satu dari 44
Sebagai seorang mahasiswa, kader HMI selai menjadi tulang indikator kemunduran HMI adalah para kadernya tidak lagi
punggung organisasi juga jangan sampai melupakan tugas se-visioner para seniornya terdahulu. Hal tersebut bisa
dan perannya sebagai mahasiswa. Maka, tidak aneh bila terjadi, mungkin karena glori kasi masa lampau yang
kualitas yang hendak dibina dan diasah pertama kali oleh dilakukan kader HMI pada saat sekarang. Dan hal tersebut
HMI pada diri seorang kader adalah Insan Akademis. sangat menghambat dalam proses menciptakan perkaderan
Mahasiswa harus memiliki daya pikir yang kritis, universal, yang berkualitas. HMI sekarang ini sangatlah kalah dari segi
radikal, dan tentunya ilmiah. Tradisi intelektual di HMI kuantitas. Bila kita tidak bisa menang dari segi kuantitas,
memang sudah menjadi rahasia umum. Banyak kader-kader maka kita harus unggul dari segi kualitas. Dan itu dimulai
alumni HMI, yang setelah melewati proses penggemblengan dari bagaimana proses perkaderan yang dilakukan oleh
intelektual di HMI, menjadi tokoh intelektual, cendekiawan, HMI.
serta dosen. Hal tersebut menunjukkan betapa tradisi Glori kasi terhadap masa lampau itu juga berdampak pada
intelektual di HMI sangatlah dijunjung tinggi. Dan menjadi disorientasi paradigma Gerakan HMI. HMI berazaskan Islam
kualitas pertama dari seorang kader HMI. dan ditafsirkan melalui Nilai Dasar Perjungan. Namun,
Tantangan Kemajuan Zaman sekarang ini, hal tersebut mulai redup didalam diri kader-
Tidak bisa dipungkiri di zaman yang serba instan dan digital kadernya. Mengapa hal tersebut terjadi? Hal itulah yang
sekarang ini, menjadi tantangan yang serius untuk dipikirkan mesti dicari akar permasalahannya bersama. Apakah
oleh HMI. Organisasi yang sudah 'berumur' seperti HMI, yang karena kebanyakan kadernya sudah mulai pragmatis dalam
sudah genap 74 tahun berdiri di republik ini, sudah memandang proses di HMI? Banyak kader yang masih aktif
kehilangan 'style' perkaderan. Penulis berpandangan, pola sebagai 'kader' sudah mulai terjun ke politik praktis yang
perkaderan HMI sudah cukup sistematis dan terstruktur sebetulnya itu sudah jauh dari apa yang diharapkan. Sebab,
secara kurikulum. Namun, pengemasan pola perkaderan ber-HMI bukan hanya soal menempa diri agar menjadi
yang dilakukan HMI sudah sangatlah kuno. Sungguh sudah seorang pemimpin atau menjadi politikus handal yang
tidak adaptif dengan perkembangan zaman. Generasi Z yang banyak relasi disana disini, lebih daripada itu adalah untuk
pada saat ini mendominasi kalangan mahasiswa, tidak lagi menghasilkan manusia yang paripurna, manusia yang
tertarik dengan hal-hal yang bersifat seremonial dan formal. berkualitas Insan Cita.
Generasi Z saat ini cenderung menyukai hal-hal yang bersifat Sebagaimana peran, fungsi, dan statusnya sebagai
eksperimental, berbau digital, instan, dan simpel. organisasi, HMI adalah organisai mahasiswa yang berfungsi
Hal-hal kuno semacam diskusi, ceramah, dan penugasan, sebagai organisasi kader dan memiliki peran sebagai
dinilai sudah tidak efektif. HMI butuh pola perkaderan yang organisasi perjuangan. Bukan paguyuban yang hanya
lebih segar dan dapat diterima oleh para mahasiswa mengedepankan rasa kekeluargaan, bukan juga partai
millennial. Sebetulnya kita telah memiliki modal dasar yang politik yang orientasinya hanya pada kekuasaan. HMI adalah
bisa digunakan untuk menjawab persoalan ini semua, yakni: rumah perjuangan mahasiswa Islam untuk mewujudkan
Nilai Dasar Perjuangan. Dalam NDP, nilainilai yang masyarakat adil-makmur yang diridhoi oleh Alloh SWT.)**
terkandung didalamnya bisa dijadikan sebuah rujukan untuk
membuat sebuah media yang aplikatif bisa dirasakan Penulis
langsung oleh para kader. Bukan hanya terus didiskusikan
dan dire eksikan dengan konteks kekinian, melainkan
dijadikan sebuah media aplikatif.
Dede Setiawan
Kabid KPP HMI Komisariat Ushuluddin
Cabang Kabupaten Bandung
Reaktualisasi Peran Mahasiswa Islam
dalam menghadapi Tantangan Zaman

M
ahasiswa, menurut KBBI pengertian Sedikit bercerita tentang abad ini. 21 mulai
mahasiswa adalah orang yang belajar di mengenal kerja di kantor. Mereka berdasi, membawa
perguruan tinggi, secara adminitrasi mereka mobil, dan mengisi absensi elektronik. Namun
terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi. Tapi secara simpel, akti tas mereka sebenarnya hanya
pengertian itu tidak hanya sebatas itu, Mahasiswa itu untuk memenuhi kebutuhan. Ini tidak jauh beda
mengandung pengertian yang lebih luas dari sekedar dengan manusia abad nomaden yang menyelesaikan
terdaftar secara administrasi. Akan tetapi menjadi problem pangan hanya dengan menghabisi sumber
mahasiswa itu mengandung arti yang sangat luas, makanan dari wilayah ke wilayah lain.
mahasiswa adalah agen pembawa perubahan. Menjadi Semangat untuk memenuhi kebutuhan perut
mahasiswa itu merupakan kebanggaan dan juga manusia tidak akan berubah sampai kapanpun. Pun
sebagai tanggung jawab besar sebagai agen pembawa juga dengan kebutuhan dan keinginan naluriah
perubahan. Menjadi seseorang yang akan memberikan manusia yang lain. Islam hadir untuk mengatur
solusi terhadap permasalahan yang dihadapi bagaimana makan yang sesuai cara Rasul, kriteria
masyarakat. makanan apa saja yang halal, bagaimana cara
Sebagai kaum intelektual, mahasiswa memiliki peranan mendapat makanan tersebut, bagaimana bersosial
yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa. bagaimana bersyiar dan sebagainya. Perkembangan
Agent Of Change, mahasiswa sebagai agen perubahan teknologi hanya mempengaruhi kompleksitas cara
dituntut bersifat kritis dan diperlukan implementasi manusia memenuhi kebutuhan. Maka Islam sudah
yang nyata. Mahasiswa adalah garda terdepan dalam cukup bisa dikatakan “mengatur segala perkara”
memperjuangkan hak-hak rakyat , mengembalikan nilai- –juga menjawab modernitas- karena wilayah yang
nilai kebenaran yang dilakukan oleh kelompok- menjadi obligasi syara' adalah wilayah yang sudah
kelompok elit yang hanya memetingkan dirinya dan qadha' (ketetapan)-nya.
nasib kelompoknya. Dan jangan sampai garda terdepan ini berkaitan nanti dengan Ikhtiar kawan-kawan
ini terikat oleh politik dan kepentingan kelompok, dan masuk hmi, semoga tidak salah orientasi. Dan tetap
melupakan peranannya sebagai agen of changes. Dan mengamalkan nilai luhungnya. Membangun
Harapan bangsa terhadap mahasiswa adalah menjadi bersama. Karena tentunya Himpunan Mahasiswa
generasi penerus yang memiliki loyalitas tinggi Islam menawarkan sebuah nilai sebuah gagasan
terhadap kemajuan bangsa. dalam satu wadah yang mempunyai misi.
Control Sosial, Mahasiswa sebagai penengah antara Apa bila kita melihat perjalanan kehidupan
Pemerintah dan masyarakat, disinilah peranan masyarakat dan bangsa kita, maka tampak adanya
mahasiswa sebagai pengontrol. Mahasiswa perubahan nilai-nilai, baik nilai budaya maupun nilai
menyampaikan aspirasi masyarakat terhadap politik yang menyertai kehidupan bangsa ini. Dalam
pemerintah dan juga mahasiswa menunjukkan sikap kehidupan mahasiswa juga tampak adanya
yang baik terhadap masyarakat sebagai kontrol sosial. pergeseran nilai sejalan dengan perubahan nilai
Sebagai pengontrol sosial mahasiswa juga memiliki dalam masyarakat. Bukankah mahasiswa adalah
tugas mengontrol peraturan – peraturan dan kebijakan – sekelompok elit masyarakat yang mempunyai
kebijakan yang dibuat untuk kepentingan pribadi dan kemampuan untuk melihat jauh ke depan atau
kelompok. setidak nya, selangkah lebih maju dari masyarakat
Iron Stock, yaitu mahasiswa diharapkan menjadi banyak. Terlebih di dalam suatu masyarakat yang
manusia – manusia tangguh yang memilik kemampuan relatif masih rendah tingkat pendidikannya maka
dan akhlak mulia yang nantinya dapat menggantikan peranan mahasiswa sangat menentukan. Di dalam
generasi – generasi sebelumnya. Intinya mahasiswa sejarah perkembangan masyarakat Indonesia dapat
merupakan aset cadangan, harapan bangsa untuk masa kita perhatikan empat peranan mahasiswa yaitu era
depan. Tidak dapat dipungkiri bahwa seluruh organisasi pendobrak nilai, era revolusi sik, Era politik masuk
yang ada akan bersifat mengalir, yaitu ditandai dengan kampus dan era pemantapan peran mahasiswa
pergantian kekuasaan dari golongan tua ke golongan dalam pembangunan nasional.
muda, oleh karena itu harus dilakukan terus-menerus. Pada akhirnya mahasiswa Islam harus
Dunia kampus dan kemahasiswaannya merupakan mempersiapkan diri sedini mungkin dengan
momentum kaderisasi yang sangat sayang bila tidak membekali diri dengan kompetensi sesuai bidang
dimanfaatkan bagi mereka yang memiliki kesempatan. keahliannya agar predikat mahasiswa Islam
unggulan pantas melekat padanya, yaitu unggul
Penulis: dalam kecerdasan Intelektual, unggul dalam
k e c e rd a s a n E m o s i o n a l d a n u n g g u l d a l a m
Alia Fauzan Mustofa kecerdasan Spritual.
Ketua Umum HMI Komisariat Ushuluddin
Cabang Kabupaten Bandung
TELADAN PEREMPUAN ISLAM SEBAGAI
MANIFESTASI KEADILAN GENDER

S
umber hukum Islam pertama, yakni al Quran, telah menerangkan secara jelas bagaimana posisi laki-laki dan
perempuan. Laki-laki dan perempuan ditegaskan dalam al Quran sebagai dua makhluk yang memiliki relasi
setara di hadapan Tuhan. Yang menjadikan keduanya menyandang kedudukan mulia tidak lain adalah
kualitas ketakwaannya kepada Tuhan (Lihat Surah Al-Hujurat : 13), bukan jenis kelaminnya (seks) ataupun
gendernya (konstruk sosial budaya terkait penyifatan laki-laki dan perempuan). Dengan sangat jelas banyak sekali
ayat-ayat dalam al Quran yang menolak mentah-mentah adanya diskriminasi terhadap perempuan. Islam
menempatkan laki-laki dan perempuan secara adil dengan potensi-potensi sama yang dianugerahkan Tuhan
kepada keduanya.

“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan ber rman) Sesungguhnya aku tidak
menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki ataupun perempuan.”
(Surah Ali Imran : 195).

Lakilaki dan perempuan digambarkan sebagai makhluk yang sama-sama berkesempatan berbuat baik.
Banyaknya penafsiran yang mendistorsi kemuliaan kedudukan perempuan sebenarnya, haruslah kita tinggalkan,
karena riwayat-riwayat tersebut seakan „memperkosa rman- rman Tuhan yang secara jelas memuliakan
perempuan. Sikap ingin lebih tinggi dari pada yang lain, ingin mengalahkan satu sama lain, adalah cerminan sikap
iblis. Jangan sampai setumpuk kebaikan yang kita lakukan tiba-tiba hancur seperti debu yang berterbangan di
udara, hanya karena sikap egoisme sebagaimana yang dicontohkan Iblis. Jangan salah mengira! Iblis itu adalah
makhluk yang taat pada Allah, sudah beribadah pada Allah selama puluhan ribu tahun sebelum diciptakannya
Nabi Adam as. Tetapi, keengganan Iblis untuk sujud pada Nabi Adam as (sebagai bentuk ketaatan kepada Allah),
menyebabkan Iblis terusir dari barisan para Malaikat dan ditetapkan sebagai makhluk terkutuk. Apa pasal? Hanya
gara-gara menganggap dirinya tercipta dari api sedangkan Nabi Adam as dari tanah.
Lalu bagaimana fakta sebenarnya kedudukan perempuan dalam Islam?
Ternyata Islam memiliki banyak perempuan teladan sebagaimana diabadikan dalam al Quran. Teladan
dalam al Quran disebut sebagai uswah.Terminologi ini mengacu pada seseorang yang dapat dijadikan teladan
dalam hal keshalehan dan perilakunya. Hal ini akan membuktikan pada kita, bahwa dalam hal keteladanan, Islam
tidak mengacu pada laki-laki saja, tetapi juga pada perempuan.
Di antara banyaknya teladan perempuan yang disebutkan dalam al Quran, seperti Sayyidah Maryam as,
Ibunda Sayyidah Maryam as, Ibunda Nabi Yahya as, Ibunda Nabi Musa as, Istri Fir aun, Istri Nabi Ibrahim as, istri
Nabi Ayyub as, dan Ratu Balqis dari Negeri Saba, yang paling tinggi keteladanannya adalah Sayyidah Fathimah
Azzahra as, putri dari Nabi Muhammad saw. Beliau adalah gur sempurna perempuan. Keteladanan para
perempuan yang disebutkan dalam al Quran, terkumpul dalam pribadinya.
Beberapa karakter yang terdapat dalam Sayyidah Fathimah adalah seperti keshalehan yang dimilikinya. Seorang
perempuan yang langsung dididik dalam rumah Illahi dan rumah kenabian seperti
beliau menghasilkan akhlak mulia yang menjadikan beliau dinobatkan sebagai pemimpin perempuan di alam
semesta. Berbagai kesulitan yang menempa hidupnya menjadikan beliau sebagai pribadi yang kuat dan tak takut
kepada siapapun kecuali kepada Allah. Beliau adalah pribadi cerdas, cergas, dan amat berani dalam menentang
kezaliman serta arogansi mustakbirin yang banyak menimbulkan ketidakadilan terhadap mustadh’a n. Hal itu
dibuktikan dengan aksi protesnya yang tidak membolehkan siapapun mengetahui dimana letak kuburannya,
kecuali suaminya, sampai sekarang.
Semua karakteristik perempuan yang benilai tinggi sebagaimana disebutkan dalam al Quran, setidaknya
dikaitkan dengan karakteristik individu, relasi dengan keluarga dan lingkungan pendidikan, serta nilai-nilai
spiritual dan transendental. Potensi intelektualitas dan keimanan serta perilaku yang dihasilkan dari keimanan,
mengasilkan karakter-karakter mulia yang dapat menjadi teladan bagi manusia, baik laki-laki maupun perempuan.
Kelembutan terhadap sesama manusia, bekerja keras dan konsisten di jalan Allah, mendidik anak dengan penuh
kepedulian dan kasih sayang, mencintai ilmu pengetahuan, sabar dalam menghadapi kesulitan dalam keimanan
kepada Allah, merdeka, bermartabat, tegas, berani menentang kezaliman, menyebarkan perdamaian, adalah
beberapa karakter yang setidaknya dimiliki perempuan Islam. Itu semua dapat menjadi hujjah (bukti) kepada kita
bahwa Islam adalah agama yang tidak mendiskriminasi perempuan, memberi kesempatan yang sama kepada laki-
laki dan perempuan dalam potensi yang dimilikinya untuk mengekspresikan dirinya melalui uswatun hasanah bagi
manusia seluruhnya.
Uswatun hasanah yang dimiliki oleh para perempuan Islam ini adalah
bentuk ekspresi keimanannya kepada Tuhan dalam menjalankan misi utama
Islam yang harus menjadi rahmat bagi seluruh alam, rahmatan lil’aalamin
bukan rahmatan li al-Rijaalin atau rahmatan li al-Nisaain saja.

Neng Nuraini
Kader HMI Komisariat Ushuluddin
CULTURAL RELATIVISM SEBAGAI METODE YANG
FLEKSIBEL DALAM MEMANDANG KEBUDAYAAN

C
ultural relativism atau relativisme budaya adalah pandangan yang menyatakan bahwa semua keyakinan,
adat istiadat, dan etika bersifat relatif bagi semua orang, tergantung konteks sosialnya sendiri. Dengan kata
lain,”benar” dan “salah” bersifat culture-speci c (khas budaya hanya berlaku bagi orang–orang tertentu di
dalam budaya–budaya tertentu).
Suatu perbuatan dianggap pantas atau bermoral oleh orang-orang dalam satu kebudayaan tetapi
perbuatan tersebut bisa jadi dianggap tidak pantas atau tidak bermoral oleh orang lain di kebudayaan yang lain.
Contohnya seperti upacara pembakaran mayat di Bali yang merupakan salah satu bagian dari tradisi agama
Hindu. Hal tersebut dalam pandangan Islam merupakan suatu perbuatan yang kurang pantas, karena dalam
keyakinannya bahwa mayat ketika dicabut nyawa pun merasakan begitu sakit raganya, apalagi dibakar. Dalam hal
ini, ada dua perspektif kebudayaan mengenai suatu peristiwa. Apabila keduanya saling memaksakan klaim
“kebenaran” atas budayanya masing-masing, akanlah terjadi peperangan antar golongan. Oleh karena itu,
cultural relativism sebagai teori yang menanggapi kebudayaan yang plural, memunculkan solusi yang efektif
untuk menyikapi segala perbedaan kebudayaan yang ada. Menurut James Rachel dalam bukunya The Elements
of Moral Philosophy (1999: 15), ada beberapa klaim-klaim relativisme budaya, yaitu sebagai berikut.
Ÿ Different societies have different moral codes (masyarakat yang berbeda memiliki kode moral yang berbeda).
Ÿ There is no objective standard that can be used to judge one societal code better than another (tidak ada standar
obyektif yang dapat digunakan untuk menilai satu kode sosial yang lebih baik daripada yang lain).
Ÿ The moral code of our own society has no special status; it is merely one among many (kode moral masyarakat
kita sendiri tidak memiliki status khusus, itu hanyalah satu diantara banyak).
Ÿ There is no “universal truth” in ethics; that is, there are no moral truths that hold for all peoples at all time (tidak
ada “kebenaran universal” dalam etika, yaitu, tidak ada kebenaran moral yang berlaku untuk semua orang
setiap saat).
Ÿ The moral code of a society determines what is right within that society; that is, if the moral code of a society says
that a certain action is right, than that action is right, at least within that society (kode moral masyarakat
menentukan apa yang benar dalam masyarakat bahwa, yaitu, jika kode moral masyarakat mengatakan bahwa
tindakan tertentu adalah benar, maka tindakan yang tepat, setidaknya dalam masyarakat itu).
Ÿ It is mere arrogance for us to try to judge the conduct of other peoples. We should adopt an attitude of tolerance
toward the practices of other cultures (hal ini hanya arogansi bagi kita untuk mencoba untuk menilai perilaku
orang lain. Kita harus mengambil sikap toleransi terhadap praktik-praktik budaya lain.
Isu relativisme budaya baru muncul menjelang berakhirnya Perang Dingin sebagai respon terhadap klaim
universal dari gagasan HAM Internasional. PBB menetapkan hukum Hak Asasi Manusia yang merujuk pada
budaya Barat, namun harus diberlakukan secara universal oleh berbagai negara-negara di dunia. Banyak
diantaranya negara-negara bagian Timur yang menentang universalisme ini, karena tidak serta merta hukum
tersebut akan sesuai apabila diterapkan di semua negara yang sudah tentu kebudayaannya berbeda pula.
Sebagai tanggapan dari universalisme tersebut, muncul gagasan culture relativism sebagai gagasan yang
mendalilkan bahwa kebudayaan merupakan satu-satunya sumber keabsahan hak atau kaidah moral. Semua
kebudayaan mempunyai hak hidup serta martabat yang sama yang harus dihormati, dengan demikian HAM harus
diletakkan dalam konteks budaya tertentu di masing- masing negara. Dengan dalil tersebut relativisme budaya
menyatakan bahwa “there is no such thing as universal rights” yang merupakan suatu penolakan terhadap
pandangan adanya hak yang bersifat universal apalagi bila hak tersebut didominasi oleh suatu budaya tertentu.
Maka, relativisme budaya menjadi suatu metode yang melandasi pandangan atas semua kebudayaan secara
netral. Tidak ada klaim kebenaran oleh suatu budaya tertentu dengan memfalsi kasi budaya yang lainnya. Karena
semua individu memiliki kebebasan dalam menganut kebudayaannya masing-masing, serta berhak mendapatkan
kehormatan atas eksistensinya.
Relativisme budaya merupakan pandangan yang netral akan suatu kebudayaan yang dianut oleh
masyarakat di berbagai daerah tertentu. Tidak boleh ada klaim “kebenaran” oleh
suatu golongan tertentu sehingga memfalsi kasi kebudayaan dari golongan yang lainnya.
Penyebab yang melatarbelakangi adanya isu culture relativism adalah adanya
universalisme yang diberlakukan oleh PBB mengenai HAM. Banyak diantaranya negara-
negara yang memprotes hal tersebut, karena suatu hukum tidak mungkin dapat
diterapkan secara universal terhadap seluruh negara yang memiliki kebudayaan
yang berbeda. Jadi, HAM perlu diterapkan sesuai dengan kaidah-kaidah kebudayaan
yang berlaku di masing-masing negara.

Neneng Siti Munawaroh


Pengurus KOHATI Komush Cakaba
Tasawuf Gender: Paradigma Su Perempuan
Oleh: Rijal Pahlevi

Perkembangan nilai-nilai tasawuf pada masa

M
anusia adalah citra Tuhan dan alam semesta.
Manusai adalah teofani yang terbesar bagi nabi senantiasa tertanam pada diri perempuan istri-
keindahan Tuhan, terlebih perempuan. Ibnu istri Rasulullah. Seperti Khadijah, Aisyah. Bahkan
'Arabi berpandangan bahwa Tuhan hanya satu, tetapi sebelum masa Rasulullah tokoh perempuan suci
tampak dengan beragam bentuk. Tuhan adalah Sang yang diabadikan dalam al-qur'an yakni Mariam
Kekasih dan Dzat yang wajib disembah. Dia adalah yang ibunda nabi Isa as. Mariam merupakan perempuan
Maha Indah. Keindahan-Nya terpancar di setiap suci yang tidak pernah disentuh oleh laki-laki
makhluk, terutama perempuan. Karena sebagai manapun sehingga hal itu yang menjadi
manusia, perempuan mempresentasikan sifat keistimewaan Mariam dan Allah memilihnya untuk
keindahan Tuhan. (Mukti Ali, 2015) menjadi ibu dari nabi Isa. (William E. Phipps, 1998).
Tasawuf memandang perempuan lebih terbuka Selain itu juga masih banyak tokoh su perempuan
karena dalam mencapai Ma'rifatullah tidak mengenal yakni Fatimah Az-Zahra putrinya Rasulillah dan
perbedaan gender. Baik laki-laki maupun perempuan Khadijah. Fatimah Zahra memiliki kecendrungan
keduanya memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam yang kuat dalam mendalami spiritualitas Islam.
mendekatkan diri kepada Allah, menyucikan diri dan Karena kehidupannya yang asketis, dan karena
bahkan dalam meraih pengalaman spiritualitas. (M. kedekatannya dengan Rasulullah SAW (mursyid
Iqbal Maulana, 2018) Menurut Nasarudin Umar ada pertama dalam silsilah Tarekat) dan Ali Bin Abi
beberapa variable untuk melihat prinsip-prinsip
kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam Al- Thalib sebagai (Mursyid kedua dalam silsilah
Qur'an. Pertama laki-laki dan perempuan merupakan tarekat) Fatimah juga sering dianggap sebagai tokoh
sama-sama hamba yang bertujuan untuk menyembah su perempuan pertama. (M. Iqbal Maulana, 2018)
Tuhan yang Satu tercantum dalam QS. Al-Zariyat ayat 56. Seiring dengan berkembangannya dunia
Kedua laki-laki dan perempuan sama-sama khalifah di Su sme banyak melahirkan tokoh-tokoh su
muka bumi dalam QS. Al-An'am ayat 165. Lalu perempuan, salah satu yang paling masyhur dan
persamaan laki-laki dan perempuan yang ketiga yakni sudah memeliki kedudukan sebagai kekasih Allah
keduanya menerima pesan primordial dalam QS. Al-A'raf ialah Rabi'ah al-Adawiyah. Ia merupakan su
ayat 172. Dan persamaan yang keempat ialah Adam dan perempuan yang sangat mencintai (Mahabbah)
Hawa terlibat secara aktif dalam Drama Kosmis, yakni kepada Allah melebih apapun. Lalu ada Aishah al-
cerita Adam dan pasangannya di surga dan sampai Ba'uniyyah seorang tokoh su perempuan yang
keluar dari surga (diusir ke bumi), serta variable yang hidup di Mesir dan Syiria pada Dinasti Mamluk, dan
terakhir yakni laki-laki dan perempuan memiliki potensi wafat di Damaskus sekitar tahun 1517 M. Ia seorang
untuk meraih prestasi tergambar dalam QS. Ali-Imran penulis muslimah yang produktif pada abad XX.
ayat 195. (Nasarudin Umar, 1999) Tokoh perempuan su lainnya yang hidup
Dalam dunia tasawuf tidak ada istilah bersamaan dengan masa Jalaludin Rumi yang ditulis
diskriminasi gender dalam proses pembersihan hati dalam karya besarnya, Matsnawi. Perempuan itu
(tazkiyatun nafs), tidak ada istilah su laki-laki yang bisa dijuliki Fakhrun Nisa. (M. Iqbal Maulana, 2018) lalu
ada Rabi'ah binti Isma'il dari Syria, Mua'azah al-
melakukan takhali, tahali, tajali. Maka dalam sejarah Adawiyah (merupakan sahabat Rabi'ah al-
Islam tokoh su perempuan mulai menampakkan Adawiyah), lalu ada Sya'wanah Na sah (lahir di
dirinya pada awal perkembangan tasawuf. Misalnya kita Makkah 145 H), Zainab binti Abi Qosim (lahir di
mengenal tokoh su perempuan yakni Rabi'ah al- Naysabur 1130 M) dan sebagainya. (Mahjuddin,
Adawiyah segenerasi dengan su laki-laki seperti Sufyan 2005)
Tsauri, Dhu al-Misri. Oleh karena itu dalam dunia Konsepsi penciptaan manusia baik laki-laki
Tasawuf perempuan juga diberikan jalan yang luas untuk maupun perempuan keduanya bersumber dari dzat
mencapai gelar kesu an yang tinggi misalnya gelar al- yang sama yakni nafs wahidah. Jiwa yang satu. Tidak
Qulb (pimpinan spiritual tertinggi) sebagai gelar yang ada perbedaan yang mendasar antara laki-laki dan
diberikan sahabat kepada putri Rasulullah SAW yakni perempuan keduanya memiliki potensi yang sama
syaidah Fatimah. Di beberapa tempat seperti Afrika dalam meraih kedekatan dengan Tuhan, mencapai
Utara terdapat beberapa kelompok tarekat atau jalan dimensi spiritual yang sama. Bukan hanya dalam
kesu an yang dipimpin oleh su perempuan. Pemimpin urusan sosial-politi, ekonomi saja perempuan dapat
tarekat atau mursyidah yang diberi nama muqaddam mengembangkan potensinya. Bahkan dalam dunia
karena para pengikutnya terdiri dari laki-laki dan spirualpun perempuan juga bisa meraih
perempuan. Bahkan hampir seluruh tarekat yang ada di ma'rifatullah. Tasawuf tidak memandang perempuan
Afrika Utara dimasuki oleh perempuan; misalnya aliran sebagai objek seksualitas, atau bahkan menilai
Qadiriyah, Khawatiyah, Tijaniayh, Haddawiyah dan perempuan sebagai penyebab dosa. Justru Tasawuf
Ayshawiya. Mereka sangat tekun dalam menjalankan sangatlah memuliakan perempuan, hal itu dapat
ritual kerohanian dan berdzikir sebagai upaya dilihat dari banyaknya tokoh su perempuan yang
mengingat Sang Maha Cinta Allah SWT. (Mahjuddin, ikut serta dalam mengembangkan khazanah
2005). Tasawuf.
KABARKOMISARIAT

Walau Pandemi,
Otak Tetap Perlu Nutrisi.
Lewat #DislineU (Diskusi Online Ushuluddin)
kawan-kawan HMI Komisariat Ushuluddin tetap
menjaga nalar intelektual. Kajian juga dilakukan
oleh Korps HMI-Wati Komush Cakaba lewat
diskusi mingguan bertajuk Kajian Online
Mingguan Internal Kohati Ushuluddin
(KOMIKUS).

Kaderisasi di
Tengah Pandemi
Kegiatan Kaderisasi Basic Training
LK-1 HMI Komisariat Ushuluddin
Cabang Kabupaten Bandung.
Meskipun situasi ditengah Pandemi,
kaderisasi tak boleh berhenti. LK-1 kali
ini melahirkan Angkatan Jastis20.

Tetap Produktif,
melalui Kelas Menulis.
Lewat Program Bidang Kajian Ilmiah,
kawan-kawan HMI Komisariat Ushuluddin
mengadakan Kelas Menulis bersama
Dekan Fakultas Ushuluddin Dr. Wahyudin
Darmalaksana, M,Ag. Kelas Menulis ini
dilaksanakan sebanyak 12 kali pertemuan,
yang pada akhir pertemuan peserta
diwajibkan membuat karya tulis ilmiah, dan
kemudian di submit ke Jurnal. Antusiasme
kader sangat tinggi dalam mengikuti Kelas
Menulis ini.
Kader B e rd a
Insan Cita Pensi
ya

v i
“ Menjadi relawan pencegahan
penyebaran COVID-19
bersama Muhammadiyah
COVID-19 Command Center.
Adalah ikhtiar
pengimplementasian Kader HMI,
sebagai
Kader Umat dan Kader Bangsa.
R i ja l P a h l e


Mengikuti Pelatihan Satgas COVID-
19 bersama BADKO HMI Jawa
Barat, membuat saya mengerti akan
pentingnya edukasi terkait bahaya dari
Wabah ini. Angka yang terkon rmasi
positif semakin tinggi, pun dengan
angka kematiannya. Sebagai Kader se-
Himpun, se-Cita, Himpunan
Mahasiswa Islam, kita mesti hadir di
garda terdepan untuk mengatasinya.
Sebagaimana HMI-Wati
memaktubkannya dalam mars Kohati
“..tuntut Ilmu serta Amalkan, Noneng Dena
untuk Kemanusiaan.”
KOMUSH NYA-STRA
KOMUSH NYA-STRA
Presidenku, Lihatlah! Dengarlah!
Oleh: Umi Faridah

Sebentar saja meminta dan mengemis kasih


Dengan untaian cinta bermakna, sebagai kelana negara
Kami mengkritikmu dengan penuh cinta
Kami meminta hak menengadah meminta kesejahteraan
Hai pengenggam negri.. hai pemeluk bangsa
Dengarlah! Kami meminta surga kami kembali
Lihatlah! Tanah kami menjadi hantaman aseng
Dekaplah! Merdekakan kami, ribuan lahan diambil setiap hari
Bahkan ribuan keluarga menangis meratap kemisinan
Hidupkan lagi surga kami.. surga dengan kekayaan alam melimpah
Hidupkanlah tanah kami.. tanah yang diinjak kapitalisme serakah tak berhati
Hidupkanlah langit kami.. seakan dunia akan hancur dengan ribuan masalah negri
Ancaman tanah, pengambilan kekayaan, perampasan sumber alam
Jangan buat neraka bagi kami, hai pengengam negri..
Kami meminta dengan kasih untuk meminta cinta dengan harap
Kami meminta dengan cinta untuk meminta kasih dengan lemah
Jangan pukul hantam rakyat lemah, padahal kami juga adalah rakyat
Hai,, presiden hidupkanlah kami dengan kehidupan sejahtera
Hai,, presiden tidak.. kami tidak meminta lebih, hanya meminta hak
Hak bernegara, hak kehidupan dan hak sebagai rakyat mu..
Dengan kasih dan cinta mengharap merdekan dan dimerdekakan
Sebagai rakyat kami mengadu, keluh kesah, merintih, merana
Dengan cinta, kami benar benar mencintaimu..
Dengan cinta, kami ingin negri yang makmur
Maka, benar kami mencintaimu..
Buletin

INSAN Ca
KOMUSH
EDISI SEMESTER GANJIL

BIDANG KEKARYAAN & PENGEMBANGAN POTENSI


HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
KOMISARIAT USHULUDDIN
CABANG KABUPATEN BANDUNG
2020-2021

Anda mungkin juga menyukai